1 Korintus 7:3-6: Nasihat bagi Orang Kristen yang Sudah Menikah
"Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya; demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu dapat memusatkan perhatian kepada doa, lalu bersatu kembali, supaya Iblis jangan menggodai kamu karena kamu tidak tahan bertarak. Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah." (1 Korintus 7:3-6, TB)
Artikel ini akan membahas secara mendalam nasihat Paulus kepada pasangan Kristen yang sudah menikah, berdasarkan kajian teologi, buku-buku terkemuka, dan pandangan para pakar. Artikel ini juga akan menguraikan aplikasi praktis dan implikasi teologis untuk kehidupan pernikahan Kristen.
1. Konteks Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Surat 1 Korintus ditulis Paulus untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapi jemaat di Korintus, termasuk masalah moralitas seksual dan hubungan dalam pernikahan. Korintus adalah kota yang terkenal dengan budaya yang permisif, dan jemaat Kristen di sana sering kali terpengaruh oleh pandangan dunia yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Injil.
Gordon D. Fee, dalam komentarnya The First Epistle to the Corinthians, menjelaskan bahwa pasal 7 adalah respons Paulus terhadap pertanyaan jemaat tentang pernikahan dan kehidupan seksual. Ayat 3-6 khususnya berbicara tentang tanggung jawab pasangan yang sudah menikah untuk saling memenuhi kebutuhan mereka, baik secara fisik maupun emosional.
2. “Hendaklah Suami Memenuhi Kewajibannya terhadap Istrinya” (1 Korintus 7:3)
Ayat ini menekankan pentingnya saling memenuhi kebutuhan dalam pernikahan, yang merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Frasa "memenuhi kewajibannya" merujuk pada hubungan seksual sebagai bagian integral dari pernikahan yang kudus.
Menurut John Piper, dalam This Momentary Marriage, hubungan fisik dalam pernikahan bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan biologis tetapi juga tentang mempererat ikatan kasih antara suami dan istri. Piper menekankan bahwa kasih Kristus kepada jemaat-Nya menjadi model bagi suami dan istri dalam saling memberikan diri mereka sepenuhnya.
3. “Istri Tidak Berkuasa atas Tubuhnya Sendiri” (1 Korintus 7:4)
Paulus menyatakan bahwa suami dan istri memiliki hak atas tubuh satu sama lain, yang menunjukkan konsep mutualitas dalam pernikahan Kristen. Ini adalah gagasan revolusioner pada zamannya, karena budaya patriarki saat itu sering kali menganggap perempuan sebagai milik suami mereka tanpa hak yang setara.
Craig Keener, dalam The IVP Bible Background Commentary: New Testament, mencatat bahwa pernyataan Paulus ini mengangkat martabat perempuan dengan menegaskan bahwa suami juga tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, melainkan istrinya. Hal ini mencerminkan kesetaraan dalam pernikahan Kristen, di mana keduanya dipanggil untuk saling melayani dalam kasih dan hormat.
4. Janganlah Saling Menjauhi (1 Korintus 7:5)
Dalam ayat ini, Paulus memperingatkan pasangan untuk tidak saling menjauh kecuali dengan persetujuan bersama dan hanya untuk waktu yang singkat. Alasannya adalah agar pasangan tidak membuka celah bagi godaan iblis karena kurangnya kedekatan fisik.
Timothy Keller, dalam The Meaning of Marriage, menekankan bahwa hubungan seksual dalam pernikahan bukan hanya tentang kenikmatan tetapi juga tentang menjaga keintiman dan mencegah godaan. Paulus memahami bahwa kurangnya hubungan seksual dalam pernikahan dapat menjadi sumber konflik dan godaan, sehingga ia mendorong pasangan untuk tetap terhubung secara fisik sebagai bagian dari komitmen mereka.
5. “Hal Ini Kukatakan sebagai Kelonggaran” (1 Korintus 7:6)
Paulus menyatakan bahwa nasihat ini bukanlah perintah mutlak tetapi lebih sebagai panduan untuk menjaga hubungan pernikahan yang sehat. Ini menunjukkan fleksibilitas Paulus dalam menyesuaikan prinsip-prinsip rohani dengan realitas praktis dalam kehidupan sehari-hari.
N.T. Wright, dalam Paul for Everyone: 1 Corinthians, mencatat bahwa Paulus memberikan nasihat ini dalam konteks jemaat yang menghadapi tantangan khusus, tetapi prinsip dasarnya tetap relevan bagi semua pasangan Kristen. Nasihat ini menunjukkan kasih dan kebijaksanaan Paulus dalam memahami kebutuhan manusiawi tanpa mengabaikan nilai-nilai kekudusan.
6. Implikasi Teologis dari Nasihat Paulus
Nasihat Paulus dalam 1 Korintus 7:3-6 memiliki beberapa implikasi teologis penting bagi kehidupan pernikahan Kristen:
a. Mutualitas dalam Pernikahan
Pernyataan Paulus tentang hak dan kewajiban suami-istri menekankan konsep mutualitas, di mana keduanya dipanggil untuk saling melayani dan menghormati. Ini mencerminkan prinsip kesetaraan dalam Kristus (Galatia 3:28).
b. Hubungan Fisik sebagai Bagian dari Kekudusan
Paulus menunjukkan bahwa hubungan seksual dalam pernikahan bukanlah sesuatu yang duniawi atau berdosa, tetapi bagian dari rencana Allah untuk mempererat hubungan suami-istri.
c. Pencegahan terhadap Godaan
Dengan menekankan pentingnya hubungan fisik yang teratur, Paulus mengingatkan pasangan untuk menjaga keintiman mereka agar tidak membuka celah bagi godaan iblis.
7. Aplikasi Praktis untuk Kehidupan Pernikahan Kristen
Nasihat Paulus dalam 1 Korintus 7:3-6 dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan pernikahan modern:
a. Membangun Komunikasi yang Terbuka
Pasangan Kristen harus saling berbicara secara jujur dan terbuka tentang kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan fisik dan emosional. Komunikasi yang baik adalah kunci untuk menjaga keintiman dalam pernikahan.
b. Menjaga Kesucian Hubungan
Pernikahan Kristen harus mencerminkan kekudusan Allah. Hubungan seksual dalam pernikahan adalah pemberian Allah yang harus dijaga dengan penuh hormat.
c. Mengutamakan Keharmonisan
Keputusan untuk saling menjauh sementara waktu harus diambil dengan persetujuan bersama dan dengan alasan yang jelas, seperti untuk doa dan puasa. Setelah itu, pasangan harus kembali bersama untuk menjaga keintiman.
8. Perspektif Pakar dan Buku Teologi
Beberapa pakar dan literatur memberikan wawasan tambahan tentang 1 Korintus 7:3-6:
Wayne Grudem, dalam Systematic Theology, menyoroti pentingnya hubungan seksual dalam pernikahan sebagai bagian dari panggilan untuk menjadi "satu daging" (Kejadian 2:24). Grudem menekankan bahwa hubungan ini adalah ekspresi kasih dan kesatuan dalam pernikahan Kristen.
Gary Chapman, dalam The Five Love Languages, menunjukkan bahwa kebutuhan fisik adalah salah satu dari banyak bahasa kasih yang dapat membantu pasangan merasa dihargai dan dicintai. Pasangan harus belajar memahami cara terbaik untuk mengekspresikan kasih mereka satu sama lain.
Henry Cloud dan John Townsend, dalam Boundaries in Marriage, membahas pentingnya menetapkan batasan yang sehat dalam pernikahan untuk melindungi keintiman dan mencegah konflik yang tidak perlu.
Kesimpulan: Menjalani Pernikahan yang Kudus dan Harmonis
Nasihat Paulus dalam 1 Korintus 7:3-6 menegaskan pentingnya saling memenuhi kebutuhan dalam pernikahan sebagai bagian dari panggilan kekristenan. Pernikahan Kristen adalah perjanjian kudus yang mencerminkan hubungan kasih antara Kristus dan jemaat-Nya (Efesus 5:25-27). Dengan menjaga hubungan yang intim, penuh kasih, dan saling melayani, pasangan dapat memuliakan Allah melalui kehidupan pernikahan mereka.
Baca Juga: 1 Korintus 7:1-2: Nasihat bagi Orang Kristen yang Belum Menikah
Pasangan Kristen dipanggil untuk hidup dalam kesatuan, saling mendukung, dan menjaga kekudusan pernikahan mereka. Nasihat ini, meskipun ditulis dalam konteks abad pertama, tetap relevan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan pernikahan modern.
Catatan:
Berdoalah agar Roh Kudus membimbing Anda dalam menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan pernikahan Anda. Semoga artikel ini menjadi berkat dalam perjalanan iman Anda bersama pasangan.