YOHANES 13:1-17 (SALING MEMBASUH KAKI)

Pendahuluan:

Yohanes 13:1-17 menggambarkan momen penting dalam pelayanan Yesus yang menunjukkan kerendahan hati dan pelayanan kasih yang tulus. Kisah ini terjadi tepat sebelum perayaan Paskah, dan Yesus tahu bahwa waktunya untuk meninggalkan dunia dan kembali kepada Bapa sudah dekat. Dalam perikop ini, Yesus mengajarkan pelajaran yang sangat mendalam kepada para murid melalui tindakan sederhana namun penuh makna, yaitu membasuh kaki mereka.
YOHANES 13:1-17 (SALING MEMBASUH KAKI)
Tindakan ini bukan hanya simbol kerendahan hati, tetapi juga sebuah teladan bagi semua pengikut Yesus untuk saling melayani.

Konteks dan Latar Belakang Yohanes 13:1-17

Peristiwa pembasuhan kaki ini terjadi pada saat Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan malam bersama sebelum Paskah. Saat itu, budaya Yahudi memandang membasuh kaki sebagai tugas seorang hamba atau orang dengan status sosial rendah. Para tamu biasanya membasuh kaki mereka sendiri sebelum memasuki rumah atau seorang hamba melakukannya sebagai bentuk penghormatan. Namun, dalam kisah ini, Yesus, Guru dan Tuhan, yang mengambil posisi sebagai hamba dengan membasuh kaki para murid-Nya.

Tindakan Yesus ini sangat mengejutkan bagi murid-murid, terutama Petrus, yang tidak dapat menerima bahwa Yesus yang adalah Tuhan harus melakukan tindakan serendah itu. Namun, Yesus menggunakan momen ini untuk mengajarkan pelajaran penting tentang kerendahan hati dan pelayanan kasih.

Makna Teologis dan Simbolik

  1. Kasih Yesus yang Tak Terbatas
    Yohanes 13:1 menyatakan bahwa Yesus mengasihi murid-murid-Nya "sampai akhir." Kasih Yesus tidak terbatas oleh waktu atau keadaan. Bahkan saat Dia tahu bahwa kematian-Nya sudah dekat dan salah satu murid-Nya akan mengkhianati-Nya, Yesus tetap menunjukkan kasih yang tulus kepada mereka. Kasih ini adalah kasih yang bersedia melayani, bahkan dalam keadaan terberat sekalipun.

  2. Kerendahan Hati sebagai Teladan
    Dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus menunjukkan bahwa pelayanan kepada sesama harus dilandasi oleh kerendahan hati. Yesus adalah Tuhan dan Guru, namun Dia tidak segan untuk melakukan tugas yang dianggap rendah oleh banyak orang. Dia memberi teladan bahwa kekuasaan atau kedudukan tidak harus menjadi penghalang untuk melayani orang lain. Yesus mengajarkan bahwa dalam kerajaan Allah, yang terbesar adalah yang melayani.

  3. Pembasuhan sebagai Simbol Penyucian
    Pembasuhan kaki juga melambangkan penyucian dari dosa. Yesus berkata kepada Petrus, "Jika Aku tidak membasuhmu, kamu tidak mendapat bagian di dalam Aku" (Yoh. 13:8). Ini menunjukkan bahwa pembasuhan spiritual oleh Yesus adalah syarat agar seseorang dapat memiliki bagian dalam keselamatan yang Yesus tawarkan. Tindakan pembasuhan kaki ini adalah simbol dari pembersihan rohani yang hanya bisa dilakukan oleh Yesus.

  4. Panggilan untuk Saling Melayani
    Setelah membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus berkata, "Jika Aku, yang adalah Tuhan dan Gurumu, telah membasuh kakimu, kamu pun harus saling membasuh kakimu" (Yoh. 13:14). Ini adalah panggilan bagi semua pengikut Yesus untuk melayani satu sama lain dengan kasih dan kerendahan hati. Melayani orang lain bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah berkat. Yesus menyatakan bahwa mereka yang mengetahui kebenaran ini akan diberkati jika melakukannya (Yohanes 13:17).

Respons Petrus dan Makna Lebih Lanjut

Petrus, yang dikenal karena keberaniannya, bereaksi dengan penolakan ketika Yesus hendak membasuh kakinya. Dia berkata, "Engkau tidak akan pernah membasuh kakiku!" (Yohanes 13:8). Bagi Petrus, membiarkan Yesus membasuh kakinya tampak tidak pantas. Namun, Yesus menjelaskan bahwa jika Petrus tidak membiarkan Dia membasuh kakinya, maka Petrus tidak akan mendapat bagian dalam diri-Nya.

Di sini kita melihat bahwa Yesus ingin menekankan bahwa penerimaan akan pelayanan-Nya adalah syarat untuk menjadi bagian dari keselamatan yang Ia bawa. Pelayanan ini bukan sekadar tindakan fisik, tetapi merupakan simbol penyucian rohani yang dibutuhkan setiap orang. Petrus, setelah memahami ini, kemudian memohon agar Yesus tidak hanya membasuh kakinya, tetapi juga tangan dan kepalanya.

Tindakan Simbolis dalam Budaya Zaman Yesus

Membasuh kaki dalam budaya Timur Tengah kuno adalah simbol kerendahan hati dan penghormatan yang dalam. Jalan-jalan yang berdebu membuat kaki orang-orang menjadi kotor, terutama karena mereka hanya mengenakan sandal sederhana. Jadi, menyediakan air untuk membasuh kaki tamu adalah bentuk keramahan yang umum. Namun, membasuh kaki tamu oleh seorang tuan rumah adalah tindakan yang sangat luar biasa dan hampir tidak pernah dilakukan.

Yesus sengaja memilih tindakan ini untuk memperlihatkan bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah sangat berbeda dengan nilai-nilai dunia. Dalam dunia yang sering kali menilai seseorang dari kekuasaan dan status, Yesus mengajarkan bahwa yang terpenting adalah kerendahan hati dan kasih yang penuh pelayanan.

Penerapan Praktis bagi Orang Kristen

Pelajaran dari Yohanes 13:1-17 sangat relevan bagi kehidupan orang Kristen saat ini. Ada beberapa prinsip penting yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Kerendahan Hati dalam Pelayanan
    Sebagai pengikut Yesus, kita dipanggil untuk melayani dengan kerendahan hati, tanpa memandang status atau kedudukan. Kita tidak boleh merasa bahwa ada tugas yang terlalu rendah untuk dilakukan. Justru, kita dipanggil untuk meniru teladan Yesus yang bersedia melayani bahkan dalam tugas yang paling sederhana.

  2. Kasih yang Bersedia Melayani
    Kasih yang sejati bukan hanya kata-kata, tetapi tindakan nyata. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan melayani murid-murid-Nya. Demikian juga, kita dipanggil untuk menunjukkan kasih kepada sesama melalui tindakan nyata, dengan melayani mereka tanpa pamrih.

  3. Saling Membasuh Kaki sebagai Simbol Saling Memaafkan
    Tindakan saling membasuh kaki juga bisa diartikan sebagai tindakan saling memaafkan dan membersihkan satu sama lain dari kesalahan. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk saling mengasihi dan memaafkan, seperti Yesus telah mengampuni kita.

  4. Panggilan untuk Hidup dalam Kekudusan
    Pembasuhan kaki juga melambangkan penyucian. Kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, membiarkan Yesus membersihkan hidup kita dari segala dosa dan kesalahan. Hidup dalam kekudusan adalah syarat untuk menjadi bagian dari keselamatan yang Yesus tawarkan.

Kesimpulan

Kisah pembasuhan kaki dalam Yohanes 13:1-17 adalah pengajaran yang sangat mendalam tentang kerendahan hati, kasih, dan pelayanan. Yesus, Tuhan dan Guru, memberi contoh kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita hidup sebagai pengikut-Nya. Melalui tindakan membasuh kaki, Yesus mengajarkan kita untuk melayani satu sama lain dengan kasih yang tulus dan kerendahan hati. Lebih dari itu, Yesus juga menunjukkan bahwa penerimaan akan pelayanan-Nya adalah syarat untuk memiliki bagian dalam keselamatan-Nya.

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Yesus dalam kehidupan sehari-hari, melayani sesama dengan kasih, kerendahan hati, dan kekudusan. Dengan melakukannya, kita bukan hanya meneladani Yesus, tetapi juga diberkati oleh-Nya.

-------------
Pdt. Esra Alfred Soru.
Yohanes 13:1-17 – (Yohanes 13:1) Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. ((Yohanes 13:2) Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. ((Yohanes 13:3) Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. ((Yohanes 13:4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, (5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nyalalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. ((Yohanes 13:6) Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada- Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" (7) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." (8) Kata Petrus kepada- Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." (9) Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (10) Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi,ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." ((Yohanes 13:11) Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." ((Yohanes 13:12) Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? (Yohanes 13:13) Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. (Yohanes 13:14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; ((Yohanes 13:15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. ((Yohanes 13:16) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. ((Yohanes 13:17) Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
YOHANES 13:1-17 (SALING MEMBASUH KAKI)
gadget, bisnis, otomotif
Bahwa kisah ini terjadi dalam jarak yang dekat dengan Jumat Agung / Paskah tampak dari ayat 1a :

Yohanes 13:1 - Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.….”

Kata-kata "sebelum hari raya paskah mulai" kelihatannya menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi persis sebelum paskah

NIV - ‘It was just before the Passover Feast’ (Itu persis sebelum hari raya Paskah).

Juga kata-kata “saat-Nya sudah tiba” menunjuk bahwa Yesus memang akan segera menderita. Ingat bahwa sebelum ini telah 2 kali dikatakan bahwa waktunya belum tiba, yaitu dalam Yoh 7:30 dan Yoh 8:20.

Yohanes 7:30 - Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.

Yohanes 8:20 - Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.

Tetapi sekarang dikatakan bahwa waktunya sudah tiba. Nah pada malam itu Yesus makan bersama para murid-Nya.

Yohanes 13:2Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia

Ini adalah makan malam yang sama dengan yang diceritakan oleh ketiga Injil yang lain (Matius 26:20; Markus 14:22; Lukas 22:14). Dan pada peristiwa makan bersama itulah terjadilah peristiwa pembasuhan kaki murid-murid oleh Yesus.

Kita akan mempelajari teks Yohanes 13:1-17 ini lebih dalam lewat 3 (tiga) pembahasan :

I. MENGAPA DIPERLUKAN PEMBASUHAN KAKI?

Tadi sudah saya katakan bahwa peristiwa pembasuhan kaki oleh Yesus ini terjadi dalam acara makan malam. Pada saat makan malam itulah Yesus tiba-tiba berdiri dan membasuh kaki murid- murid-Nya.

Yohanes 13:2,4-5 – (2) Mereka sedang makan bersama,…(4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, (5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Pertanyaannya adalah mengapa Yesus tahu-tahu melakukan acara pembasuhan kaki pada makan malam itu? Untuk memahami ini kita perlu mengetahui cara orang makan bersama pada saat itu. Pada saat itu dalam acara-acara makan bersama, biasanya orang makan dengan cara ‘recline’ (berbaring / bersandar). Ini sebetulnya terlihat dalam ayat 12, tetapi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

Yohanes 13:12 - Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?

Bandingkan dengan :

NASB -‘reclined at the table again’ (berbaring / bersandar pada meja lagi).

EMTV - “He reclined again” (Ia berbaring / bersandar lagi)

Untuk mengetahui posisi duduk mereka pada saat itu, mari kita bandingkan dengan:

 Yohanes 13:23,25,28 – (23) Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, ber s andar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. (25) Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" (28) Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.

Perhatikan ayat ini dalam terjemahan NASB :

NASB – (23) ‘There was reclining on Jesus’ breast one of His disciples, whom Jesus loved’ (Di sana bersandar pada dada Yesus, seorang dari murid-murid-Nya, yang dikasihi oleh Yesus). (25) ‘He, leaning back thus on Jesus’ breast, said to Him ...’ (Ia, kembali bersandar demikian pada dada Yesus, berkata kepada-Nya ...). (28) ‘Now, no one of those reclining at the table knew for what purpose He had said this to him’ (tidak seorangpun dari mereka yang bersandar pada meja tahu apa maksud Yesus mengatakan ini kepadanya).

Lukas 7:36-38 - (36) Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. (37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. (38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

Perhatikan ayat ini dalam terjemahan NASB :

NASB – (36) ‘He entered the Pharisee’s house and reclined at the table ...’ (Ia masuk ke rumah orang Farisi itu dan bersandar pada meja). (37) ‘... and when she learned that He was reclining at the table in the Pharisee's house ...’ (... dan ketika ia tahu bahwa Yesus sedang bersandar pada meja dalam rumah orang Farisi ...). (38) ‘and standing behind Him at His feet, weeping, she began to wet His feet with her tears, ...’ (dan berdiri di belakang-Nya pada kaki-Nya, sambil menangis ia mulai membasahi kakiNya dengan air matanya..)

Dari istilah ‘recline’ yang berarti ‘berbaring / bersandar’, dan juga dari cerita dalam Yohanes 13:23-28 dan Lukas 7:36-38, terlihat dengan jelas bahwa posisi mereka pada waktu duduk makan, tidaklah sama seperti kalau kita duduk makan. Kalau posisi duduk mereka sama seperti kita pada waktu duduk makan, bagaimana Yohanes bisa duduk makan sambil bersandar pada dada Yesus? Juga bagaimana perempuan dalam Luk 7 itu bisa berdiri di belakang Yesus, tetapi toh dikatakan pada / dekat kaki Yesus, dan bisa membasahi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya? Dari semua ini, dan juga dari tradisi Yahudi, maka para penafsir mengatakan bahwa posisi duduk mereka pada saat makan Paskah adalah sebagai berikut:

 Mereka duduk pada semacam dipan / bangku panjang, yang tidak mempunyai sandaran.

 Di depan dipan / bangku panjang itu ada meja.

 Posisi badan mereka miring ke kiri, dengan siku kiri terletak di meja dan tangan kiri menahan kepala. Kedua kaki ada di sebelah kanan dan diletakkan di atas dipan; kedua lutut ditekuk dan kedua telapak kaki menghadap ke belakang.

Ini menyebabkan perempuan yang berdiri di belakang Yesus itu bisa berada dekat kaki Yesus dan bisa membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya (Lukas 7:38).

 Badan dan wajah agak menghadap ke sebelah kanan.

Karena itulah Yohanes bisa bersandar pada dada Yesus (Yohanes 13:23,25). Tetapi ini tidak berarti bahwa punggung Yohanes menempel pada dada Yesus terus menerus! Harus ada jarak antara dada Yesus dengan punggung / kepala Yohanes yang ada di sebelah kanannya, supaya tangan kanan Yesus bebas untuk mengambil makanan dan memasukkan makanan itu kemulut-Nya. Sekalipun demikian, dengan hanya sedikit mencondongkan kepala ke kiri, Yohanes bisa menempelkan kepalanya pada dada Yesus.

Walaupun tidak sama persis seperti gambaran di atas, gambar di bawah ini dapat sedikit menggambarkan posisi duduk yang dimaksud.

Penjelasan ini juga bisa mendapatkan dukungan dari :

 Amos 6:4 - “yang berba-ring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun”.

RSV: ‘Woe to those who lie upon bed of ivory, and stretch themselves upon their couches, and eat lambs from the flock, and calves from the midst of the stall’ (Celakalah mereka yang berbaring di atas ranjang dari gading, dan merentangkan tubuh mereka sendiri di atas dipan, dan makan anak domba dari kawanan ternak, dan anak sapi dari tengah-tengah kandang).

Ayat ini menunjukkan orang yang makan sambil berbaring.

 Matius 8:11 - “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Surga”.

NASB - ‘many shall come from east and west, and recline at the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom of heaven’ (banyak orang akan datang dari timur dan barat,dan bersandar/ berbaring di meja dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan surga).

 Lukas 16:22-23- “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangk uannya”.

Di sini Kitab Suci Indonesia secara salah menerjemahkan‘ pangkuan’. NASB menerjemahkan lebih benar yaitu ‘bosom’ (dada), dan tidak mempunyai kata ‘duduk’. Bagian ini mungkin hanya menunjukkan bahwa Lazarus ada di pelukan Abraham, tetapi mungkin juga bagian ini menggambarkan Perjamuan Besar di surga di mana posisi Lazarus dan Abraham sama seperti posisi Yohanes dan Yesus dalam Yohanes 13, di mana kepala Yohanes bisa ada di dada Yesus.

Sekarang perlu dipertanyakan, mengapa mereka duduk dengan posisi seperti itu? Ini ada kaitannya dengan makan Paskah I di Mesir.

Keluaran 12:11 - Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; bur u- bur ul ah kamu memak anny a; itulah Paskah bagi TUHAN.

Jadi pada Paskah pertama itu mereka kelihatannya makan sambil berdiri dan terburu-buru. Ini disebabkan karena sebentar lagi mereka akan diusir oleh Firaun / orang Mesir. Tetapi pada Paskah-Paskah yang berikutnya (untuk memperingati Paskah I itu), mereka tidak sedang terburu-buru untuk meninggalkan Mesir dan mereka bukan lagi budak seperti pada waktu mereka ada di Mesir. Karena itu, mereka sengaja makan Paskah dengan posisi duduk santai, bahkan dengan posisi duduk yang paling menyulitkan untuk berdiri. Posisi duduk seperti ini memang disengaja untuk melambangkan bahwa mereka tidak terburu-buru, dan juga bahwa mereka bukan lagi budak. Posisi duduk santai seperti ini merupakan tradisi mereka, dan ini diharuskan hanya pada saat makan Paskah. Kalau bukan makan Paskah, posisi duduk bebas (boleh duduk biasa, boleh juga seperti pada saat makan Paskah).

Nah, andai kata mereka duduk makan dengan posisi seperti kalau kita duduk makan, maka kaki yang kotor tidak terlalu menjadi problem. Tetapi dengan posisi duduk mereka dalam Perjamuan Paskah, jelas bahwa kaki yang kotor (apalagi yang bau) akan sangat tidak menyenangkan untuk tetangga yang duduk makan di sebelah kanannya. Karena itu pembasuhan kaki sangat diperlukan. Sayangnya tidak seorang murid pun yang rela merendahkan diri untuk melakukan pembasuhan kaki tersebut.

Charles Swindoll - Ruangan itu dipenuhi dengan hati yang sombong dan kaki yang kotor. Sesuatu yang menarik adalah bahwa murid-murid itu mau berkelahi untuk suatu takhta, tetapi tidak untuk sebuah handuk / lap kaki. (‘ I mpr ovi ng Your Ser ve’ , hal.163,164).

Itulah sebabnya Yesus yang mengambil inisiatif untuk membasuh kaki murid-murid-Nya.

Apa yang dilakukan Yesus dalam situasi seperti ini dapat menjadi teladan bagi kita bahwa kita seharusnya mempunyai inisiatif untuk melayani / melakukan hal-hal yang positif di saat banyak orang / semua orang tidak mempunyai keinginan / niat untuk melayani / melakukan hal-hal positif itu. Tidak dapat disangkali bahwa di dalam gereja saat ini ada banyak orang yang enggan untuk melayani / melakukan hal-hal yang baik, ada juga orang-orang yang terpaksa melayani/melakukan hal-hal yang baik. Dalam kondisi seperti ini, apakah saudara dapat bertindak seperti Yesus yang mau mengambil inisiatif untuk melayani / melakukan hal-hal yang baik itu?

II. YESUS MEMBASUH KAKI PARA MURID.

Tadi sudah saya katakan bahwa karena tidak ada satu murid pun yang tergerak untuk membasuh kaki semua yang ada, maka Yesus lalu mengambil inisiatif untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Tetapi mengapa Yesus harus membasuh kaki murid-murid-Nya? Mengapa Ia tidak menyuruh mereka semua mencuci kakinya masing-masing saja? Tentu Yesus bisa saja menyuruh murid-murid membasuh kaki mereka masing-masing, tetapi Ia memilih membasuh kaki murid-murid-Nya karena Ia mempunyai tujuan.

a. Ia membasuh kaki murid- murid untuk menyatakan kasih-Nya kepada mereka.

Ayat 1 mengatakan-Nya. bahwa Yesus sangat mengasihi murid-murid-

Yohanes 13:1 - “…Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.

Kasih-Nya ini begitu luar biasa sehingga tidak ada saat di mana Ia tidak mengasihi / berhenti mengasihi mereka. Perhatikan kata “senantiasa” dan “sampai kepada kesudahannya” yang jelas menunjukkan bahwa kasih Yesus kepada murid-murid-Nya bersifat kekal.

Yeremia 31:3 - Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal , sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.

Dengan kasih dan jaminan seperti ini, bagaimana mungkin seorang yang sudah sungguh-sungguh percaya dan diselamatkan, masih bisa kehilangan keselamatannya? Mustahil!

Dan Ia mau menyatakan kasih-Nya kepada murid-murid dengan cara membasuh kaki mereka. Ingat bahwa sebelum ini Yesus sendiri pernah dibasuh kakinya oleh seorang wanita sebagai tanda kasih (Lukas 7:38) dan sekarang Ia sendiri menyatakan kasih-Nya dengan membasuh kaki para murid. Dengan kata lain, tindakan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus meneguhkan kasih-Nya kepada mereka.

Hal yang menarik adalah bahwa kasih Yesus itu bukan hanya ditujukan pada murid-murid yang “baik” tetapi juga pada murid yang bejat yakni Yudas Iskariot. Ingat bahwa dalam acara makan malam itu Yudas Iskariot juga hadir di sana.

Yohanes 13:2 - Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot , anak Simon, untuk mengkhianati Dia.

Dan Yesus tahu persis bahwa Yudas Iskariot ini akan mengkhianati Dia.

Yohanes 13:11 - Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih.

Tetapi luar biasanya adalah Yudas tidak dikecualikan dari pembasuhan kaki itu. Dengan kata lain Yesus tetap membasuh kaki Yudas Iskariot ini.

Matthew Henry – Tidak ada tanda-tanda bahwa Kristus melewatkan kaki Yudas, sebab ia juga ada di sana. (Injil Yohanes 12- 21, hal. 928).

Kalau ada orang menjahati kita, sudah cukup sukar untuk diam dan tidak membalas. Tetapi Kristus tetap mengasihi, bersikap ramah dan tetap melayani orang yang Dia tahu persis sebentar lagi akan mengkhianati Dia.

Matthew Henry – Ia membasuh kaki seorang pendosa yang terbejat dari segala pendosa, yang terjahat yang pernah melawan Dia, yang pada saat itu sedang berikhtiar untuk mengkhianati-Nya (Injil Yohanes 12- 21, hal. 928).

Ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk bukan hanya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi sebaliknya berbuat baik bagi orang-orang yang memusuhi / jahat terhadap kita.

Semua ini menunjukkan kasih Kristus yang besar terhadap para murid-Nya bahkan kepada murid yang jahat kepada-Nya. Kasih Kristus seperti ini harus kita sadari bahwa bukan hanya 12 murid saja yang Dia kasihi tetapi juga semua orang yang percaya kepada-Nya. Saat itu Dia memang membasuh kaki para murid-Nya tetapi keesokan harinya Dia naik ke atas kayu salib dan mencurahkan darah-Nya dari sana untuk membasuh hati/hidup kita. Jikalau pembasuhan kaki dengan air untuk membersihkan debu/abu sudah dianggap sebagai tindakan kasih yang besar dari Kristus pada para murid, terlebih besar lagi kasih-Nya ketika Ia membasuh hati / hidup kita dengan darah- Nya untuk membersihkan dosa-dosa kita. 

Secara fisik kaki kita memang tidak pernah dibasuh oleh Yesus, tetapi kasih Yesus yang luar biasa itu sudah dinyatakan kepada kita lewat pembasuhan hati kita dengan darah-Nya yang lebih hebat dari pembasuhan kaki dengan air. Semua itu harus meyakinkan kita bahwa Yesus sangat mengasihi kita. Tidak boleh ada satu anak Tuhan pun yang meragukan kasih Yesus kepadanya. Penderitaan boleh ada, kesulitan boleh datang, tantangan boleh silih berganti, doa mungkin tidak dijawab, sakit penyakit tidak kunjung sembuh, tetapi keyakinan bahwa Yesus mengasihi kita senantiasa sampai pada kesudahannya tidak boleh hilang dari hati kita.

Saya pernah membaca sebuah tulisan dengan judul “APAKAH ENGKAU MASIH MENCINTAIKU, BILA..... ? Berikut ini kisahnya :

“Pada suatu hari aku bangun pagi-pagi untuk menyaksikan matahari terbit, sambil mengagumi ciptaan Tuhan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata. Aku memuliakan Tuhan untuk karya-Nya yang agung. Sewaktu aku duduk di situ aku merasakan kehadiran Tuhan bersamaku, Ia bertanya kepadaku: "Apakah engkau mencintai Aku?" Aku menjawab: "Tentu saja, Tuhan! Engkau adalah Allah dan Penyelamatku!" Lalu Ia bertanya: "Jika tubuhmu cacat, apakah engkau masih mau mencintai Aku?" Aku bingung.... ku pandang ke lengan, kaki dan bagian tubuhku, Dan saya menjawab: "Akan sangat berat Tuhan, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau" Kemudian Tuhan berkata: "Jika engkau buta, apakah engkau masih mau mencintai ciptaan-Ku?" Hmm... Bagaimana mungkin aku dapat mencintai sesuatu yang tidak dapat saya lihat? Lalu aku teringat akan begitu banyak orang buta didunia dan bagaimana mereka masih tetap mencintai Tuhan dan ciptaan-Nya. Karena itu aku menjawab: "Sukar untuk memikirkan hal itu, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau". Tuhan kemudian bertanya kepadaku: "Jika engkau tuli, apakah engkau masih mau mendengarkan Firman-Ku?" Bagaimana mungkin aku mendengarkan sesuatu bila tuli? Lalu aku terpikir, Mendengarkan Firman Tuhan bukan hanya dengan telinga, tetapi juga dengan hati. Maka aku menjawab: "Akan sulit sekali, Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan Firman-Mu" Kemudian Tuhan bertanya: "Jika engkau bisu, apakah engkau masih mau memuliakan NamaKu?" bagaimana mungkin aku dapat memuji tanpa suara, lalu aku terpikir, Tuhan menghendaki aku memuji dari dasar hati, bagaimanapun bunyinya, jadi aku menjawab:

"Biarpun aku bisu, aku akan tetap memuliakan Nama-Mu" Lalu Tuhan bertanya: "Apakah engkau sungguh-sungguh mencintai Aku?" Dengan berani dan tanpa ragu aku menjawab tegas: "Ya. Tuhan! Aku mencintai Engkau, sebab Engkaulah satu-satunya Allah yang benar!" Aku kira aku sudah menjawabnya dengan baik, tetapi untuk ke sekian kalinya Tuhan bertanya: "LALU MENGAPA ENGKAU BERBUAT DOSA?" Dengan terasa gentar, aku menjawabnya: "Sebab aku seorang manusia biasa... Aku tidak sempurna" "LALU MENGAPA PADA WAKTU TENTERAM ENGKAU MENYIMPANG SANGAT JAUH? MENGAPA HANYA BILA SUSAH ENGKAU BERDOA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH?" Aku tidak bisa menjawab...

Hanya air mata yang menetes. Lalu Tuhan melanjutkan: "Mengapa memuji hanya pada waktu berdoa bersama ?" "Mengapa mencari Aku hanya pada waktu ibadah ?" "Mengapa memohon sesuatu hanya untuk kepentingan diri sendiri ?" Kepalaku tertunduk.... Air mata terus mengalir di pipiku. Aku tidak dapat menjawab...Hatiku menjerit dan air mata mengalir deras, Aku berkata: "Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku tak pantas menjadi anak-Mu". Tuhan menjawab: "Ya Aku mengampunimu anak-Ku, karena Itulah kasih karunia-Ku" Bila engkau menangis, Aku akan menangis bersamamu. Bila engkau bergembira, Aku akan tertawa bersamamu. Bila engkau sedih, Aku akan menghibur hatimu. Bila engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Bila engkau lelah, Aku akan menggendongmu. Dan Aku akan mencintai engkau selama-lamanya" Aku bertanya kepada Tuhan: " Seberapa besar kasih-Mu padaku? " Tuhan membentangkan kedua tangan-Nya, dan terlihat bekas-bekas tembusan paku. Aku menangis sejadi-jadinya. Kemudian... Aku bersujud dan berdoa di hadapan KRISTUS, PENYELAMATKU.

Kalau saudara adalah orang percaya, yakinlah bahwa Yesus sangat mengasihi saudara. Itulah sebabnya Dia mencurahkan darah-Nya untuk membasuh hidup saudara.

b. I a membasuh kaki murid- murid untuk memberikan contoh tentang kerendahan hati .

Teks kita pertama-tama menunjukkan suatu peninggian terhadap Yesus.

Yohanes 13:3 - Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Matthew Henry – Hal-hal mulia dikatakan di sini mengenai Kristus sebagai Pengantara. 

(1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Bapa telah memberikan hak kepemilikan dan kuasa atas segalanya, sebagai pemilik surga dan bumi, dalam menjalankan rancangan-rancangan agung dari tugas yang diemban-Nya (Matius 11:27)…Dengan demikian, segala tindakan pemerintahan maupun penghakiman akan dilaksanakan melalui tangan-Nya, sebab Dialah pewaris dari segala sesuatu yang ada. 

(2) Ia datang dari Allah. Hal ini menyiratkan bahwa Dia telah ada bersama-sama dengan Allah dari sejak semula. Ia memiliki wujud dan kemuliaan, bukan saja sebelum Dia dilahirkan ke dunia ini, tetapi juga bahkan sebelum dunia ini dijadikan… 

(3) Dia pergi kepada Allah, untuk dimuliakan bersama-sama dengan Allah dengan kemuliaan yang sama yang telah Ia miliki bersama-sama dengan Allah sejak kekekalan….

(4) Dia mengetahui semuanya ini….Dia tahu betul tentang segala kehormatan yang Ia miliki pada waktu Ia dimuliakan nantinya. (Injil Yohanes 12- 21, hal. 924-925).

Tetapi dalam ayat selanjutnya teks ini memperlihatkan suatu perendahan diri yang luar biasa.

Yohanes 13:4-5 – (4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, (5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid- murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Perhatikan bahwa sebelum membasuh kaki murid-murid, Yesus terlebih dahulu mengikat pinggang-Nya dengan menggunakan kain lenan dan kemudian baru membasuh kaki para murid. Tindakan mengikat pinggang dan pembasuhan kaki ini merupakan sikap dan pelayanan dari seorang hamba / budak (Luk 17:8 1Samuel 25:41).

Lukas 17:8 - Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.

1 Samuel 25:41 - Lalu bangkitlah perempuan itu berdiri, sujudlah ia menyembah dengan mukanya ke tanah sambil berkata: "Sesungguhnya, hambamu ini ingin menjadi budak yang membasuh kaki para hamba tuanku itu. "

Jadi di sini kita melihat suatu perendahan diri yang luar biasa dari Kristus di mana Dia yang mempunyai kuasa atas surga dan bumi, justru menempatkan diri dan melakukan pekerjaan seorang hamba/budak. Ini sejalan dengan kata-kata Paulus.

Filipi 2:5-7 – (5) “... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambi l r upa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Tadi kita sudah lihat betapa tingginya Kristus tetapi sekarang kita melihat betapa Ia merendahkan diri secara luar biasa. Semua ini mengajarkan kepada kita apa artinya sebuah perendahan diri / kerendahan hati. Kerendahan hati adalah kerelaan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak layak dilakukan. Ketidaklayakkan untuk melakukan hal itu disebab- kan karena kedudukan seseorang yang dianggap begitu tinggi / mulia untuk pekerjaan itu. Tetapi adakah suatu kedudukan / status yang lebih tinggi/mulia daripada yang disandang

Kristus? Tidak ada! Kristus bahkan berkata :

Yohanes 13:13 – (13) Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. (14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu

Dengan kata-kata ini Yesus menunjukkan bahwa status dan kedudukan-Nya begitu tinggi tetapi Ia mau melakukan pekerjaan budak. Inilah kerendahan hati yang sejati! Mungkin dengan melihat pada diri saudara sendiri, saudara akan merasa  begitu tinggi/mulia/hebat sehingga tidak layak melakukan suatu pekerjaan yang dianggap hina, tetapi kalau saudara melakukannya dengan tulus hati, itulah kerendahan hati yang sesungguhnya. Itu mirip seperti yang dilakukan Kristus. Maukah saudara belajar merendahkan diri seperti Kristus?

c. I a membasuh kaki murid-murid untuk memberikan gambaran tentang pembasuhan secara rohani .

Pada waktu Yesus membasuh kaki murid-murid dan sampai pada Petrus, Petrus justru menolaknya.

Yohanes 13:6,8 – (6) Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? (8) …"Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya."…”

Mungkin sekali Petrus merasa tidak enak / sungkan dengan apa yang dilakukan Yesus sehingga ia berkata demikian. Tetapi Yesus lalu menjawab :

Yohanes 13:8 – Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa pembasuhan kaki yang Yesus lakukan itu bukanlah sekedar merupakan tindakan yang rendah hati / teladan dalam kerendahan hati, tetapi juga mempunyai arti simbolis tertentu. Pembasuhan kaki ini merupakan simbol dari penyucian dosa. Yesus berkata bahwa orang yang tidak mau dibasuh kakinya tidak mendapat bagian dalam Dia, artinya tidak mempunyai persekutuan dengan Yesus, atau tidak selamat. Pembasuhan kaki itu sendiri memang tidak menyucikan orang yang dibasuh, dan ini terbukti dari tidak disucikannya Yudas. Tetapi kalau Petrus tetap berkeras menolak untuk dibasuh, maka itu menunjukkan bahwa penyucian rohani, yang disimbolkan dengan pembasuhan kaki itu, tidak terjadi pada diri Petrus. Ada banyak bagian dalam Kitab Suci yang harus diartikan secara sama. Orang yang dibaptis tidak pasti selamat, tetapi orang yang menolak baptisan menunjukkan bahwa dirinya tidak pernah selamat. Kita memang tidak diampuni karena kita mengampuni orang lain. Tetapi, kalau kita tidak mengampuni orang lain, itu menunjukkan bahwa kita belum diampuni. Seseorang tidak diampuni karena melakukan tindakan kasih bagi Tuhan. Tetapi orang yang tidak mau melakukan tindakan kasih bagi Tuhan menunjukkan bahwa ia belum diampuni. Domba-domba dalam Mat 25 ini selamat bukan karena melakukan perbuatan baik, tetapi kambing-kambing itu tidak melakukan perbuatan baik, dan itu menunjukkan mereka tidak beriman kepada Kristus, dan karenanya tidak selamat. Jadi kembali pada apa yang dibicarakan, intinya adalah bahwa hanya orang-orang yang mempunyai persekutuan dengan Kristus (orang beriman) yang selamat. Selain itu semuanya akan ke neraka. Menyadari akan hal ini, Petrus lalu berkata :

Yohanes 13:9 - Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, j angan hanya kaki ku s aj a, t et api j uga t angan dan kepal aku! Tetapi Yesus menjawab :

Yohanes 13:10 - Kata Yesus kepadanya: "Barang siapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.

Ada yang menafsirkan ‘mandi’ di sini sebagai baptisan, yang tidak perlu diulang. Sedangkan ‘membasuh kaki’ ada yang menafsirkan sebagai Perjamuan Kudus, dan ada pula yang menafsirkan sebagai ‘sakramen’ pengakuan / pengampunan dosa (Roma Katolik). F. F. Bruce mengatakan lebih tepat kalau ditafsirkan bahwa ‘mandi’ menunjuk pada pertobatan / penerimaan Kristus sebagai Juru selamat, yang menyebabkan pencucian / pengampunan dosa, sedangkan ‘membasuh kaki’ menunjuk pada pengakuan dosa pada saat jatuh ke dalam dosa. Saya setuju dengan F. F. Bruce.

III. PERINTAH YESUS AGAR PARA MURID SALING MEMBASUH KAKI.

Setelah membasuh kaki para murid, Yesus lalu memberikan perintah agar tindakan-Nya diteladani.

Yohanes 13:14-15 – (14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Waktu Yesus mengucapkan ayat 14 ini, mungkin murid-murid mengharapkan kata-kata seperti ini: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib
membasuh kakiku". Tetapi ternyata Yesus tidak berkata demikian. Yesus berkata:" Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu”. Apakah ayat 14-15 ini harus diartikan secara harafiah, dalam arti kita orang Kristen betul-betul harus saling membasuh kaki? Gereja Roma Katolik menaati perintah ini secara harafiah, karena setiap hari Kamis sebelum Paskah, Paus melakukan pembasuhan kaki 12 orang.


Pulpit Commentary - Teladan / contoh ini ada dalam prinsipnya, bukan dalam tindakan spesifik tersebut. Gereja Roma Katolik secara praktis menyalah-artikan tindakan Tuhan kita dengan suatu ketaatan harafiah terhadap perintah Tuhan kita. Paus membasuh kaki dari 12 orang miskin pada hari Kamis dari Minggu Sengsara. (a) Tetapi mengapa hal itu dilakukan hanya sekali setahun? Tindakan ini harus ditiru terus menerus oleh murid- murid yang sejati. (b) Mengapa hal itu dilakukan hanya oleh Paus? Hal itu harus dilakukan oleh semua orang Kristen satu terhadap yang lain.

Tetapi Gereja Protestan tidak beranggapan demikian. Gereja Protestan menafsirkan bagian ini lebih kepada suatu sikap hati yang mau melayani daripada suatu tindakan lahiriah.

William Hendriksen - Tetapi harus ditekankan bahwa apa yang Yesus pikirkan bukanlah suatu upacara lahiriah tetapi sikap hati / batin, yaitu sikap hati yang rendah hati dan mau melayani.

Leon Morris - Adalah artinya dan bukan tindakannya yang harus ditiru. (NI CNT, hal. 621).

Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa tindakan Yesus ini tidak perlu diteladani secara hurufiah?

Barnes’ Notes - Ini tidak dijalankan oleh rasul-rasul atau orang-orang Kristen mula-mula sebagai suatu upacara religius. Tetapi bagaimana dengan 1 Tim 5:10? 

1 Timotius 5:10 - dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara- saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan -- pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik.

Apakah ini tidak menunjukkan adanya praktik pembasuhan kaki dalam gereja abad pertama? Tidak! 1 Timotius 5:10 ini hanya membicarakan tentang janda, bukan tentang semua orang Kristen. Dan juga pembasuhan kaki yang dibicarakan di sini belum tentu bisa diartikan secara hurufiah. Bisa saja diartikan merupakan lambang dari ‘pelayanan yang rendah hati’. Jadi dapat disimpulkan bahwa peneladanan terhadap pembasuhan kaki ini bukannya harus betul-betul membasuh kaki (kecuali hal itu memang dibutuhkan), tetapi kita harus mau melakukan pelayanan yang rendah / remeh. Melakukan pelayanan yang rendah ini harus membutuhkan kerendahan hati seperti tadi sudah dijelaskan di atas. Karena itu kesombongan dengan sendirinya akan menghalangi kita untuk melakukan pelayanan-pelayanan yang rendah seperti ini.

Pulpit Commentary - Kesombongan akan memberikan nasihat seperti ini : ‘Biarlah orang lain melayanimu; adalah di bawah martabatmu untuk melayani mereka’. Kerendahan hati akan menawarkan nasihat yang sangat berbeda : ‘Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus’.

Gereja membutuhkan orang-orang yang rendah hati yang siap untuk melakukan pelayanan-pelayanan yang rendah / remeh. Pelayanan itu bukan hanya berkhotbah, memimpin pujian, bernyanyi, dll tetapi juga semua hal-hal remeh yang kita lakukan untuk sesama apalagi dalam rangka mendukung pekerjaan Tuhan (mengajar Sekolah Minggu, membersihkan ruangan kebaktian, membantu tenaga untuk pembangunan gedung gereja/kerja bakti, menjadi tukang parkir di gereja, mengunjungi orang sakit, dll). Itulah yang disebut “saling membasuh kaki”. Tidak usah malu dengan hal itu karena Tuhan saja pernah melakukan pekerjaan budak. Dan Tuhan berjanji orang-orang seperti itu juga tidak akan kehilangan upahnya.

Matius 10:42 - Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini , karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Maukah saudara melakukannya?
- AMIN -
Next Post Previous Post