EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21 (MAKNA PENDERITAAN YESUS)

Made Nopen Supriadi.
1 Petrus 2:18-21 -1 Petrus 2:18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah,  tetapi juga kepada yang bengis. 2:19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah  menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 1 Petrus 2:20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.  1 Petrus 2:21 Sebab untuk itulah  kamu dipanggil,  karena Kristus pun telah menderita untuk kamu  dan telah meninggalkan teladan  bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya
EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21 (MAKNA PENDERITAAN YESUS)
otomotif, gadget, bisnis
Pendahuluan: EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21 (MAKNA PENDERITAAN YESUS)

Definisi kata penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang dirasakan oleh seseorang karena tekanan batin, bisa diakibatkan karena sakit penyakit dan penganiayaan yang ditanggungkan kepadanya, dan hal ini rasul petrus memaparkan kepada jemaat pendatang mengenai penderitaan. 

EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21

Dalam bagian ini penulis akan mengeksposisi beberapa kata penting untuk mendapatkan kajian yang mendalam sehingga dapat memahami perspektif rasul Petrus tentang “Penderitaan Yesus”. 

Kata “Tunduklah” 

Alkitab menyatakan bahwa sebagai hamba-hamba harus tunduk kepada tuannya karena tunduk merupakan sikap yang seharusnya dilakukan hamba kepada tuan. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia menuliskan kata “Tunduklah” . Dalam bahasa Yunani kata “Tunduklah” di gunakan Hupotassomenoi dari kata dasar Hupotasso  yang artinya menundukkan dan merendahkan diri. 

Kata tunduklah, dalam bentuk kata Verbsecond personplural present passive imperative neuter”. Present adalah sesuatu yang terus menerus atau berulang-ulang . Passive Imperative adalah menyatakan perintah, dorongan atau larangan,  jika kata Imperative adalah bentuk Passive maka artinya diperintahkan. Jadi Present Passive imperative adalah diperintahan terus menerus secara berulang-ulang dan harus dilakukan sekarang. 

Maka kata tunduklah diartikan kamu telah diperintahkan utnuk tunduk, taat terus meneruskan kepada tuanmu harus dilakukan sekarang. Zodhiates menjelaskan kata tundukkalh dalam bahasa Yunani menggunakan kata Hupotassomenoi dari akar kata Hupotasso yang berasal dari dua kata yaitu Hupo idan Tassow “yaitu to subordinate, submit” artinya lebih rendah, seorang bawahan, menaati”. Jadi kata tunduklah adalah seorang bawahan yang memiliki derajat yang lebih rendah dan harus taat kepada atasan. 

Dalam Study Bible kata ini menggunakan bentuk Present imperative (suatu perintah yang dilakukan sekarang. Artinya bahwa seorang hamba harus tunduk kepada tuannya, karena memang itulah derajad mereka. 

Kata “Dengan Penuh Ketakutan” 

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia menuliskan kata “dengan penuh ketakutan” dalam bahasa Yunani kata “dengan” adalah en dalam bentuk preposition yang artinya kata depan, dalam bahasa Yunani kata „penuh” panti dari kata pad yang artinya “segala, dan sangat”. Dalam bentuk adjective masculine singular dative no degree diartikan kata sifat Masculin tunggal kasus dative atau kepada, tidak (ada) derajat. Jadi kata “en panti” dapat diartikan dengan segala dan sangat ketakutan kepada yang lebih tinngi derajatnya, menunjuk kepada derajat atau tindakan sosial. Artinya bahwa tingkatan sosoial yang paling rendah (hamba) harus menghargai derajad yang lebih tinggi (tuan). 

Kata ketakutan dalam bahasa Yunani “qobw” dari kata dasar “qobwej” (phobos) artinya rasa takut, penyebab ketakutan, menghormati dan takut kepada Allah”. dalam bentuk masculine singular dative. Noun masculine adalah kata benda yang menunjuk kepada tuan kata “qobwej” (phobos) dapat diterjemahkan secara harafiah adalah takutlah kepada tuanmu, hormati tuanmu. 

Terjemahan kata “dengan penuh ketakutan” dalam terjemahan di atas menunjukkan bahwa bentuk yang digunakan adalah kata benda dative artinya kepada. Kata benda dative adalah merupakan objek dari kata benda (kepad tuan). Dengan demikian terjemahan harafiahnya adalah rasa hormat diberikan kepada tuan karena derajatnya lebih tinggi dari pada hambanya. Moulton dalam bukunya menggunakan kata astonishment yang artinya kejutan”, kejutan yang dimaksud adalah suatu penghargaan kepada tuannya. Zodiathes dalam bukunya menggunakan kata “the fear of God implied yang artinya menunjukkan takut akan Tuhan”. 

Maka untuk itu seorang hamba harus menghargai tuannya sama seperti dia menghargai Tuhan. Rasul Petrus memberikan suatu perintah kepada jemaat pendatangan untuk menghargai tuan mereka. Supaya mereka berbeda dengan hamba yang lain. Dalam Alkitab Edisi Study menjelaskan bahwa: “perbudakan merupakan hal yang umum dalam masyarakat Romawi zaman itu. Jemaat Kristen perdana juga terdiri atas kaum budak dan para tuan. Hubungan antara pada tuan dan budak-budaknya dalam jemaat kristen dan dapat memepengaruhi pandangan orang tentang Allah”. 

Pyne menjelaskan bahwa “justru para budak harus menyenangkan hati Allah melalui pelayanan merea (Efesus 6:5-8; Kolose 3:22). Ikatan persaudaraan dengan tuan yang percaya kepada Kristus, hendaknya menambah alasan untuk melayani dia dengan baik (1 Timotius. 6:2). Dipihak lain tuan pemiliki wajib mengindahkan citra persaudaraan menjiwai dirinya ( Filipi. 1:16), dan wajib pula memperlakukan budak-budaknya dengan mengekang dirinya (Efesus. 6:9) dan dengan rasa kesemaan yang mantap (Kolose. 4:1)”. 

Murray menjelaskan ketaatan Kristus “Dia diperlakukan dengan sangat tidak adil, dengan penuh penghinaan. Mahkota duri merupakan penghinaan bagi Dia (Matius. 27:29; Markus. 15:17; Yohanes. 19:2). Mahkota duri adalah dibuat oleh prajurid-prajurid Roma dan ditaruh di kepala Yesus waktu Dia diejek sebelum disalibkan”. Dan untuk mengalahkan para penguasa di dunia yang egois penuh dosa ini Kristus mengalahkan dengan sepenuhnya hati bukan dengan paksaan tetapi dengan kerendahan hatiNya. 

Di dalam Yesaya 53:7 “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”. Dalam Titus 2:9-10 menegaskan bahwa ketundukkan kepada sesama adalah mengajarkan kemuliaan Allah juruselamat kita. Dalam 2 Korintus 5:21 menegaskan bahwa ketundukkan Kristus kepada Allah membawa pembenaran bagi orang percaya. 

Kata “Pujian” 

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia menuliskan kata “pujian”. Kata “pujian” dalam bahasa Yunani “Kleos” (Kleos) dalam bentuk noun neuter singular nominative yang artinya “pujian kepada hamba yang menderita”. Moulton menggunakan kata “Kleos” (good, report, commendable)” . Artinya laporan yang baik, patut dihargai, dipuji menunjuk kepada sikap”, terjemahan lain menggunakan kata “thankworthy gratifying” artinya (memuaskan dengan senang hati)”. 

Terjemahan kata ”pujian” dalam terjemahan di atas menunjukkan bahwa bentuk yang digunakan adalah kata benda nominative yang artinya menunjuk kepada objek yaitu hamba- hamba. Dengan demikian terjemahan harafiahnya adalah “pujian bagi nama baik para hamba- hamba yang menanggung penderitaan karena ketidakadilan” perkataan Rasul petrus ini ditunjukkan kepada hamba-hamba yang menanggung penderitaan karena berbuat dosa. Pujian yang dimaksud adalah suatu hak istimewa yang diterima oleh seorang hamba karena ketaatannya kepada tuannya. 

Kata “Berbuat Dosa” 

Dalam Alkitab menuliskan kata “berbuat dosa”  . Kata berbuat dosa “hamartanontes” (hamartanontes) dari kata harmatono (harmatono) artinya berdosa” dalam bentuk jamak aorist passive imperative neuter. Imperative passive adalah “menyatakan perintah, dorongan atau larangan”. Aorist artinya menyatakan suatu peristiwa yang telah terjadi. Secara harafiah adalah karena telah diam di dalam dosa. 

Dari kata dasar hamartia (hamartia) yang artinya “dosa” dalam bukunya Moulton menggunakan kata dasar haying rmatono (harmatono) artinya offence (orang yang bersalah, orang yang berdosa)”  . Jadi berdasarkan terjemahan aslinya penulis mengatakan bahwa “sama sekali bukan pujian bagi para hamba-hamba jika mereka diperlakukan dengan tidak adil Karena mereka telah diam di dalam dosa, atau hidup dalam dosa karena itu wajar untuk mereka tanggung. 

Mcgrath, menjelaskan kata “pujian” dengan menggunakan kata “Commendation the act of speaking favourably of someone, scripture commends those who are faithful and obedient to God” artinya pujian tindakan diperkatakan dengan baik kepada seseorang karena ketekunan mereka yang adalah taat dan setia pada Tuhan dan Commendation for perseverance artinya pujian untuk ketekunan”. Jadi pujian itu hanya diberikan bagi orang yang taat dan setia dalam ketekunan kepada Tuhan. 

Gaebelein mengomentari bahwa: “Is used in of Christ‟s treatment a his trial. However, it is commendable in the sight of God to do good and to endure suffering, the Commendable thing is not the suffering but being so committed to God‟s will the good that devotion to him overrides personal comfort” penjelasannya dari kutipan tersebut “Kristus telah terlebih dahulu mengalami suatu pencoban dalam pengadilanNya, dan dalam penglihatan Allah Dia dapat dipuji melalui ketaatanNya akan kehendak Allah Bapa dalam memikul penderitaan, karena ketaatan akan kehendak Tuhan dengan penuh kesetiaannya dan ketaatan kepadaNya tanpa mementingkan kepentinganNya sendiri”. 

Kata “Berbuat Baik” 

Dalam Alkitab menulisakn kata berbuat baik  kata berbuat baik agathopaiountes (agathopaiountes) artinya berbuat baik, dalam bentuk kata kerja jamak aorist passive imperative nominative” dari kata dasar agathopoioe (agathopoioe) artinya berbuat baik”. Aorist passive imperative adalah diperintahkan utnuk terus menerus satu kali untuk selama”. Jadi kata berbuat baik diterjemahkan secara harafiah adalah kamu telah diperintahkan untuk tetap dan terus berbuat baik. Kata berbuat baik diterjemahkan ”worthiness artinya kebijakan dan kepatuhan” 

Kata berbuat baik dikomentari oleh Hale: “that is when we suffer for doing good artinya ketika kita menderita untuk membantu, jadi kata berbuat baik yaitu membantu, menolong sesama, meluangkan waktunya, menyatakan kebenaran dalam Matius. 5:10 dijelaskan bahwa berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran karena merekalah yang empunya kerajaan sorga” . Jadi kata baik berdasaran paparan di atas, kamu telah diperintahkan untuk tetap hidup dalam kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. dan dalam hal kepatuhan dan ketaatan itu kamu harus menderita. 

Kata “Menderita” 

Dalam Alkitab menulis kata “menderita” kata menderita dalam bahasa yunani adalah hupomeneite (hupomeneite) artinya kamu akan menahan” dalam bentuk kata kerja orang kedua jamak future active indicative. Adalah kamu akan menahan penderitaan. Indicative adalah modus kenyataan bisa juga dikatakan suatu kemungkinan” Future active adalah akan datang, jadi dapat diterjemahkan penderitaan itu belum terjadi dan pasti terjadi di waktu kan datang. Drewes menjelaskan dalam bukunya hupomeneite (hupomeneite) artinya akan bertahan”. Jadi berdasarkan terjemahan di atas maka penulis menerjemahkan secara harafiah bahwa kemungkinan penderitaan itu akan terjadi, bagi orang yang telah tetap dalam perbuatan baik. 

Dalam teks ini rasul Petrus memberikan perintah kepada para hamba-hamba untuk tetap diam di dalam perbuatan baik. Dalam hal ini Rasul Petrus memberikan pandangan bagi para hamba-hamba bahwa Kristus yang adalah kebenaran pun mengalami penderitaan, sangatlah jelas pada ayat (22-23). Petrus juga memberitahukan kepada mereka kemungkinan akan terjadi penganiayaan dan penderitaan bagi mereka. Dan jika mereka dianiaya karena bebuat baik maka itu adalah kasih karunia. 

Kata “Kasih Karunia” 

Dalam Alkitab menuliskan kata “Kasih karunia” kasih karunia dalam bahasa Yunani Kharis (Kharis) artinya anugerah, pemberian, kemurahan hati, keramahan”. Dari bentuk kata feminism tunggal nominative. Kata kerja nominative adalah kata kerja bentuk subjek” dari kata dasar Khairo (Khairo) artinya joy fully, rejoice (kegembiraan yang secara penuh)” dalam kamus bahasa Yunani digunakan kata Kharis (Kharis) artinya belas kasihan, rahmat, aksih krunia, penyataan istimewa dari Tuhan, kemurahan hati dan berkat. 

Hale menjelaskan bahwa: “the moment we suffer some small injustice or hurf from our employer, we cry out, we at once begint to oppose our employer to talk against him. When we do this, we also the commendation of God”. Penjelasan dari kutipan tersebut adalah bahwa pada waktu kita menderita ketidakadilan atau menyakiti dari pemberi kerja atau penguasa, kita menangis berteriak, kepada Tuhan tanpa berbicara melawan terhadap dia yang memperlakukan dengan kasar. Ketika kita lakukan ini, kita juga dapat pujian dari Tuhan”. 

Jadi kasih karunia adalah pemberian yang dari Allah. amka jika menderita karena berbuat baik itu adalah kemurahan hati Allah sebab untuk itu kamu dipanggil utnuk menderita. 

Kata “Dipanggil” 

Dalam Alkitab menuliskan kata “dipanggil”  kata dipanggil eklethete (eklethete) artinya memanggil, mengundang seseorang untuk suatu tugas” dalam bentuk orang kedua jamak aorist passive indicative. Aorist passive indicative adalah menyatakan suatu perbuatan yang terjadi satu kali dan pasti terjadi”. Artinya kamu telah dipanggil untuk suatu tugas atau kamu telah diundang, dari kata dasar Kaleo (Kaleo) yang artinya dipanggil”. Jadi secara harafiah dapat diterjemahkan kamu telah dipanggil satu kali dan terus terjadi penggilan itu untu menderita. 

Zodiethes menjelaskan kata “dipanggil” dalam bahasa Yunani menggunakan kata Kaleo (to call in order that he may come or go ssomewherw) artinya untuk panggil/hubungi oleh seseorang supaya ia boleh datang atau pergi di suatu tempat”. Jadi dalam hal ini Kristus memanggil orang percaya untuk datang dan diutus di suatu tempat. 

Maka jika mereka adalah undangan, maka yang bertanggungjawab untuk setiap apa yang terjadi bagi mereka adalah Dia yang mengundang mereka, dalam konteks Firman Tuhan ini yang mengundang adalah Kristus. Jadi Dia yang beranggung jawab untuk undanganNya dalam hal ini undanganNya adalah orang percaya. Study Bible menggunakan kata “called artinya dipanggil, diundang”. Yang diundang adalah orang percaya, mereka dipanggil untuk menderita, 

Hale menjelaskan kata: “called instead, when we suffer unjustly, let us endure it patiently and quiently, because to this we were called to suffer for use and those who follow Christ are called to suffer also. Penjelasannya sebagai orang percaya ketika kita menderita dengan tidak adil, mari kita bertahan dengan sabar dan dengan tenang, sebab dalam hal ini kita telah dipanggil untuk menderita dan untuk mereka yang mengikuti Kristus dipanggil untuk menderita juga”. 

Dalam Alkitab menuliskan kata untuk menderita”  . Kata unutk menderita dalam bahasa Yunani epathen (epathen) artinya mengalami, menderita dalam bentuk orang ketiga tunggal aorist active indicative” aorist active indicative adalah menyatakan suatu perbuatan yang terjadi satu kali dan telah terjadi”. Namun tetap active, artinya bahwa untuk menderita itu pasti terjadi. Jadi kata untuk menderita dapat diterjemahkan bahwa menderita itu pasti dialami oleh orang percaya karena untuk itu mereka dipanggil. 

Jadi orang percaya tidak hanya dipanggil untuk menikmati berkat dan hidup kekal tetapi dipanggil atau diundang untuk menderita, maka untu itu sebagai orang percaya harus ikut menderita karena Kristus telah meninggalkan teladan. 

Kata “Teladan” 

Dalam Alkitab menulis kata “teladan” kata teladan dalam bahasa Yunani adalah hupogrammon (hupogrammon) artinya teladan”  kata benda maskulin tunngal acusatif. Acusatif adalah untuk menyatakan maksud dari kata dasar hupogrammos (hupogrammos) an example for imitation”, artinya meninggalkan suatu contoh, cara untuk ditiru, dengan satu tujuan supaya dicontoh dan dilakukan. Gaebelein menuliskan dalam bukunya kata teladan “Leaving you an example” artinya (meninggalkan kamu suatu contoh),(hupogrammov) to be copied in writing or drawing artinya (untuk diteladani dan menggambarkan)”. 

Jadi kata meninggalkan teladan diterjemahkan secara harafiah adalah teladan telah ditinggalkan oleh Kristus untuk dicontoh dan diteladani oleh mausia tanpa ada usaha untuk mencari. Maka penulis menyatakan bahwa teladan tidak perlu dicari oleh orang percaya karena telah ditinggalkan oleh Kristus dengan suatu maksud supaya dicontoh dan diteladani dengan mengikuti jejakNya. 

Kata “Mengikuti JejakNya” 

Dalam Alkitab menuliskan kata “mengikuti” kata mengikuti dalam bahasa Yunani adalah epakolouthesete (epakolouthesete) artinya mengikuti”. Dari bentuk kata kerja orang kedua jamak aorist active subjunctive. Subjunctive adalah untuk menyatakan sesuatu yang belum pasti”  dari kata dasar epakoloutheo (epakoloutheo), artinya melakukan dengan sungguh-sungguh. 

Jadi kata mengikuti dapat diterjemahkan kamu harus mengikuti dan melakukan dengan sungguh-sungguh meskipun belum ada kepastian yang pasti kamu mengikuti Kristus. Drewes menjelaskan kata epakoloutheo (epakoloutheo) artinya mengikuti seseorang atau sesuatu”. Seseorang dalam penjelasan dia atas adalah Kristus, jadi mengikuti Kristus melalui jejakNya. 

Dalam Alkiab menuliskan kata jejakNya” kata jejaknya berasal dari bahasa Yunani adalah ikhnesin (ikhnesin) artinya jejak” dari kata dasar ikhnos (ikhnos) artinya jejak, bekas langkah”. Dalam bentuk kata benda neuter jamak dative. Kata benda neuter jamak artinya kalian semua baik laki-laki maupun perempuan. Dative adalah dapat diartikan kepada, pada jadi kata jejakNya diterjemahkan kepada jejakNya Kristus. 

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menerjemahkan kata mengikuti jejaNya memiliki arti “kamu semua harus mengikuti kepada jejakNya Kristus baik perempuan maupun laki-laki tidak ada perbedaan. Dalam arti lain bahwa semua orang percaya harus mengikuti jejakNya dalam ketaatanNya, dan kasihNya serta apa yang dialamiNya, karena kamu telah mendapat suatu yaitu meneladani Kristus. 

PERSPEKTIF RASUL PETRUS TENTANG PENDERITAAN YESUS

Keilahian Yesus Kristus 

Iman kepada keilahian Yesus merupakan hal yang penting bagi orang Kristen. Pada konsili Nicea tahun 325 M. gereja menyatakan bahawa “Yesus dilahirkan bukan diciptakan” pengakuan Nicea ini menyatakan bahwa pribadi kedua dari Allah Tritunggal mempunyai esensi yang sama dengan Allah Bapa. Jadi keberadaan kristus adalah keberadaan Allah”. pengakuan keilahian Kristus didasarkan pada berbagai pernyataan di perjanjian Baru, pada waktu logos dia adalah Allah (Yohanes. 1:1-3, 14). 

Kemanusiaan Kristus 

Gereja mula-mula telah menghadapi serangan dari bidat doktisme, yang mengajarkan bahwa “Yesus tidak benar-benar memiliki tubuh fisik atau natur manusia, mereka mengajarkan bahwa Yesus kelihatannya memiliki suatu tubuh tetapi pada kenyataannya hanya seperti suatu keberadaan yang memakai topeng. Yohanes melawan ajaran ini dengan mengatakan bahwa mereka menyangkali kedatangan Yesus yang menjadi daging adalah anti-kristus. 

Dalam penjelasan Sudarmo: Tentang kemanusiaan Kristus adalah diperannakkan dari anak dara yaitu maria artinya Yesus dilahirkan dari Maria seorang manusia. Anak manusia berarti Ia adalah manusia, lahir dari manusia. Anak manusia mempunyai arti sitimewa yaitu Tuhan Yesus menghubungkan diriNya dengan nubuat-nubuat para nabi, teruama Danil 7:13, bahwa Dialah yang dinubuatkan para nabi yang dinanti- nantikan. Lukas 1:42 Yesus dalam kandungan Maria; Galatia. 4:4 lahir dari seorang perempuan; Ibrani 2:14 karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging maka Ia juga sama dengan mereka; Ibrani 2:17 itulah sebabnya maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaranya”. 

Dalam Perjanjian Baru, tiap injil menjelaskan bahwa Yesus mengalami pengalaman hidup manusia biasa sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ia dibesarkan dalam lingkungan sebuah keluarga, Dia memiliki saudara perempuan dan laki-laki (Markus. 6:3), Ia dikenal sebagai anak tukang kayu, Ia lapar, Ia ingin makan dan dicariNya buah pohon ara (Markus. 11:13). Ia ingin tidur (8:24) Ia mederita sebagai manusia biasa, pikirNya amat terharu pada saat-saat menjelang kematianNya (Markus. 14:34; Yohanes 12:27), di taman Getsemani Ia mengalami peparangan bathin (Lukas. 22:44), Ia kelelahan memikul salibNya (Markus. 15:21). Ketika saat yang telah dipastikan tiba, Ia mati sebagai manusia biasa dalam menanggung dosa-dosa kita (1 Korintus. 15:3). 

Yesus memiliki emosi seperti manusia biasa, Yesus heran (Matius. 8:10), Ia menangis (Yohanes. 11:13). Ia berdoa (Ibrani. 5:7), dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia. Dalam Matius. 1:18-25 dan Lukas 1,2 dijelaskan bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan, tanpa perbuatan seorang bapa duniawi, jadi benar bahwa Dia adalah Anak Allah. seperti yang dijelaskan oleh Tomalata bahwa: 

Yesus adalah Anak Allah Manusia, karena Dia adalah oknum Allah” kepada segenap manusia di bawah kolong langit, dengan menjalankan misi khusus, yaitu menjadi juruselamat dunia. Ia dikatakan Anak Allah dan Anak Manusia yang datang untuk menderita, menjalankan rancangan Shalom Allah yaitu penebusan Agung yang sempurna di Golgota. Ia adalah Allah yang sempurna dan layak menyatakan rencana penebusan Allah dengan sempurna dan sebagai Anak Manusia Dia adalah manusia sejati. 

Jadi berdasarkan paparan di atas Kristus memiliki natur yaitu natur ilahi dan natur manusia, Ia adalah Allah dan Manusia sejati, Allah yang kekal Dia adalah pribadi Allah yang kedua dari ketritunggal yang berkarya untuk menyelamatkan. 

Dalam I Petrus, “kemanusiaan Yesus Ynag sejati diterima sebagai hal yang benar, dan tidak diungkapkan secara panjang lebar lagi. Dalam kematianNya Ia menanggung dosa-dosa kita dalam tubuhNya pad kayu salib (1 Petrus 2:24), karena itulah Ia menjadi teladan bagi orang percaya (1 Petrus 2:21). Petrus menunjukkan bahwa dalam keadaanNya sebagai manusia Kristus dibunuh karena dosa-dosa kita (1 Petrus 3:18)”. Ada hubungan yang erat antara penderitaan orang-orang percaya demi nama Kristus dan penderitaan Kristus sendiri, seperti yang dikatakan oleh Petrus dalam 1 Petrus 4:12-14. Kristus disalibkan ini adalah cara pemerintah Roma dalam menghukum criminal. 

Penderitaan dan kematian Yesus Kristus adalah bagi pendamaian manusia dari dosa. Kisah penderitaan Yesus Kristus untuk keselamatan dunia dipercakapan dalam status kerendahanNya yang bermula dari kelahiran oleh anak dara dan mencapai puncak pada kematian. 

Seperti yang dijelaskan oleh dister: “yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari anak dara maria, dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan”. Dalam penjelasan Tong mengatakan bahwa “pada waktu Kristus berada di dalam dunia, ada juga orang-orang yang begitu membenci Dia sampai membawaNya ke lubang kubur, orang-orang tersebut merasa sanagt tersinggung dengan keberadaanNya dan kata-kata yang diucapkanNya”. 

Jadi berdasarkan paparan beberapa pandangan di atas jelas bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia melalui inkarnasi, dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Dia datang dengan kerendahan hatiNya. Dalam hal ini pun Kristus mengalami penolakkan dan dianiaya serta menerima perlakuan yang sangat tidak adil. Maka penderitaan dan kematian Kristus dalam perspektif rasul Petrus adalah Dia adalah Allah yang menunjukkan kerendahan hatinya serta menerima perlakuan yang tidak adil dari orang-orang tidak mengenal kasih. Walaupun dalam keadaan seperti itu Kristus tetap menunjukkan belas kasihan dan memberikan pengampunan kepada dunia. 

TEOLOGI PENDERITAAN 

Setelah penulisan menjelaskan pandangan rasul Petrus tentang “penderitaan Kristus” maka penulis akan menjelaskan tentang teologi penderitaan, namun terlebih dahulu penulis menjelaskan kata teologi. 

Teologi 

istilah teologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu theos dan logos. Theos berarti “Tuhan” dan Logos berarti “kata, ajaran dan wejangan”. Dengan demikian secara sempit teologi dapat didefinisikan sebagai ajaran tentang Tuhan, dalam arti yang lebih luas dan lebih umum istilah teologi kemudian berarti seluruh ajaran kristen dan bukan sekedar ajaran Tuhan saja, tetapi juga semua ajaran yang membahas hubungan yang dipelihara oleh Tuhan dengan alam semesta ini”. 

Enns menjelaskan kata teologi adalah merupakan pengungkapan tentag teologi kristen sepanjang berabad-abad”. Dalam Kamus Alitab teologi adalah “studi dari penegetahuan tentang Allah”. avis menjelaskan kata „teologi‟ berasal dari kata Yunani Theos yang berarti Allah dan Logos yang berarti perkataan, pikiran dan percakapan. Dengan demikian teologi adalah berpikir atau berbicara tentang Allah. jadi berdasarkan paparan dia atas maka penulis mendefinisikan kata Teologi adalah sebagai ilmu percakapan tentang Tuhan dan hubungan-hubunganNya dengan alam semesta, serta sejarah tentang Allah. 

Penderitaan 

Penderitaan dapat diartikan sebagai pengalaman pahit yang tidak didambakan oleh setiap manusia. Penderitaan mungkin tidak dapat dirubah, namun manusia dapat merubah pola pikirnya dalam menghadapi penderitaan ini. Penderitaan adalah “kemunculan gaya hidup asketisme (menjauhi semua kenikmatan dunia yang tercermin dalam praktek monastisisme (kebiaraan) mulai akhir abad ke-3 M. 

Anthony”. Penderitaan merupakan bagian dari kehidupan dalam dunia yang berdosa. Fernando menjelaskan “Tuhan dapat memanggil orang percaya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ada yang lebih besar dari pada penderitaan, sesuatu yang memberikan kekuatan untuk menghadapi penderitaan tanpa rasa takut, adalah hubungan kita dengan Tuhan kita yang kekal dan tidak berubah”. 

Terkadang penderitaan adalah hal tepat yang bisa memoifasi diri sendiri untu bangkit dari suatu keterpurukan atau kejatuhan. Miller menyatakan “penderitaan bagian dari kesedihan dan dukacita adalah bagian penting yang harus dialami agar dapat bertumbuh dalam melewati masa-masa sulit, setelah melalui penderitaan Allah akan memulihkan keadaan dan memberikan suatu pelajaran yang positif dari kejadian tersebut”. 

Jadi berdasarkan defiinisi yang dipaparkan di atas maka penulis menyimpulkan penderitaan adalah suatu pengalaman yang tidak diindahkan oleh siapapun bahkan sebisa mungkin dihindari karena merupakan bagian dari kesedihan dan dukacita namun ada baiknya, memberikan motifasi untuk melewati masa-masa sulit karena di dalamnya ada pelajaran yang dapat dipelajari yaitu bahwa Allah tidak pernah membiarkan kita sendiri untuk melaluinya. 
EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21 (MAKNA PENDERITAAN YESUS)
otomotif, gadget, bisnis
Teologi penderitaan adalah suatu ajarang yang mempelajari bagaimana kehidupan orang percaya yang mengalami penderitaan dan tindakan Allah dalam menolong umatNya yang dalam penderitaan. Istilah ini dapat merujuk pada paham yang mengahruskan setiap orang kristen untuk menderita selama di dunia supaya memperoleh kekayaan dan kebahagiaan sorgawi karena mampu memakai suat penderitaan. Hal yang sama dinyatakan oleh Ngelow “kebenaran Tuhan harus dibuktikan, terutama dalam hal memaknai derita”. 


Dalam sejarah gereja, sejak awal kekristenan penderitaan telah menjadi bagian integral dari kehidupan Yesus, para rasul maupun gereja mula-mula. Yesus hidup dalam kemiskinan (Lukas 2:24; Matius 8:20; Lukas 9:58; matius. 17:24-27). Dia ditolak oleh kaum keluarga (Markus 3:21; Yohanes. 7:5), orang-orang dikampung halamanNya (Matius. 13:57; Markus 6:4; Yohanes. 4:44) maupun bangsaNya sendiri (Yohanes 12:37-41). hidupNya pun berakhir tragis di kayu salib Karen akebencian orang-orang Yahudi terhadap diriNya. Dia ditolak oleh milikNya sendiri (Yohanes 1:11). 

Penderitaan ini terus berlanjut pada diri para rasul. Stefanus dan Rasu Yakobus dibunuh karena iman mereka (Kisah Para Rasul. 7:54-60; 12:1-2). Petrus, Paulus dan pemberitaan Injil yang lain beberapa kali mendekam di penjara (Kisah Para Rasul. 4:3; 12:4-11; Kisah Para Rasul 16:23-40; 24:27; Filipi. 1:12-14). Paulus pernah menjelaskan berbagai maca penderitaan yang dia alami dalam pelayanan (2 Korintus. 11:23-28). Yohanes diasingkan ke pulau Patmos (Wahyu 1:9). Menurut tradisi gereja, semua rasul kecuali Yohanes mati sebagai martir. Orang Kristen secara umum juga mengahadapi ancaman penganiayaan. Kaisar Nero (54-68M). yesus Kristus sendiri berkata, bahwa Ia sebagai anak manusia harus menanggung penderitaan (Lukas. 9:22). 

Gereja Yang Menderita 

Sejak lahirnya gereja mengalami penganiayaan, mulai dari zaman para rasul yang pertama dianiaya adalah Stefanus. Semakin berkembangnya pertumbuhan gereja hambatan pun terus berkembang yaitu terjadinya pertikaian antara gereja dan dunia, orang kristen pada zaman itu diberi sindiran orang yang tidak berdewa. 

Pengahambatan pertama terjadi di kota Roma tahun 64 atas perintah Kaisar Nero yang mempersalahkan orang kristen atas kebakaran besar yang memusnahkan sebagian dari kota Roma. Orang kristen dianiaya dengan sangat ngerinya lantas dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor pada pesta malam dan pada pemerintahan Domitianus (81-96 M) jemaat Kristen sangat ditindas diberbagai kerajaan, sebab dianggap berbahaya bagi Negara. Di bawah pemerintahan Trayanus (98-117 M) penganiayaan berkurang karena ternyata orang-orang Kristen bukan penjahat yang mengancam keagamaan negeri”100. 


Dalam penghambatan perkembangan gereja melalui penganiayaan ada satu upacara dari Polykarpus “selama delapan puluh enam tahun aku telah mengabdi kepadaNya dan Ia tidak pernah menyakitiku, bagaimana aku mencaci raja yang telah menyelamatkanku? Dan ketika dia diancam akan dibakar ia menjawab apimu akan membakar hanya satu jam lamanya, kemudian akan padam, namun api penghakiman yang akan datang adalah abadi”. 

Dalam sejarah kekristenan diperkirakan 438 orang kristen menjadi martir setiap hari, kira-kira 160.000 orang pertahun yang dibunuh karena mempertahankan iman mereka. 

Jadi berdasarkan sejarah gereja di atas, perkembangan gereja disertai dengan penghambatan melalui penganiayaan dan penderitaan pada zaman para rasul dimulai dari Yerusalem. Hambatan dan penganiayaan itu dipakai oleh Tuhan untuk mencelikkan mata umatNya supaya melihat tugasnya yaitu memberitakan injil kepada semua bangsa. Dengan terjadinya penganiayaan maka para rasul terpencar di seluruh bangsa dalam memberitakan Injil. Tertullianus menulis dalam bukunya “darah para martyr menjadi benih gereja”. Hal sama terjadi bagi gereja masa kini, dimana gereja benar-benar mengalami penganiayaan. 

RANGKUMAN 

Dalam 1 Petrus 2:18-21 menjelaskan beberapa hal yang menjadi perspektif rasul petrus tentang “penderitaan Yesus” kedatangan Yesus ke dalam dunia melalui inkarnasi, dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang sudah inkarnasi, dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. 

Dalam hal ini pun Kristus mengalami penolakkan dan dianiaya serta menerima perlakuan yang sangat tidak adil. Dan menekankan bagaimana penderitaan yang dialami gereja masa kini dalam pertumbuhan gereja. Ketundukkan Kristus memberikan teladan bagi orang percaya untuuk lebih tunduk kepada sesama terlebih kepada Tuhan. Kristus sendiri taat sampai mati di kayu salib dan teladan telah ditinggalkan-Nya bagi orang percaya. 

Yesus adalah Allah sejati dan manusia yang sejati yang berkuasa atas kehidupan orang percaya bahkan menyerahkan nyawanya bagi dunia yang penuh dengan dosa. Dia rela menderita demi umat manusia yang telah jatuh dalam dosa karena tidak mampu untuk emnyelamatkan diriNya sendiri, melainkan dengan karya Kristus. 

Penderitaan selalu mnyertai kehidupan manusia, karena melalui penderitaan kuasa Tuhan nyata bagi orang yang bertahan di dalamnya. Penderitaan merupakan cara Tuhan untuk menyadarkan umatNya supaya tidak bersandar pada kekuatan sendiri melainkan bersandar pada Allah yang memberikan pengharapan dalam setiap kesesakan, serta menyadari bahwa Kristus telah terlebih dahulu menderita bagi umat manusia. 

Demikain halnya kepada gereja yang mengalami penderitaan dan penganiayaan harus siap untuk menghadapi penganiayaan dan penderitaan tanpa harus menyerah dan menyangkal iman di hadapan Tuhan karena melalui hal itu gereja semakin mengalami pertumbuhan. Sejak zaman para rasul sudah ada penganiayaan bagi gereja-gereja dan sampai saat ini gereja tidak pernah termusnahkan justru gereja semakin berkembang karena pendirinya adalah Kristus sebagai kepala dan didirikan di atas batu karang (bdk Matius. 16:18). EKSPOSISI 1 PETRUS 2:18-21 (MAKNA PENDERITAAN YESUS)
Next Post Previous Post