EKSPOSISI 1 KORINTUS 14:1-40 (KEJARLAH KASIH)

PDT. BUDI ASALI, M.DIV
EKSPOSISI 1 KORINTUS 14:1-40. Baik golongan Kharismatik, maupun golongan anti Kharismatik, sering menggunakan ayat-ayat dari 1Korintus 14 untuk mendukung pandangannya masing-masing.
Dalam penggunaan ayat-ayat dalam 1Korintus 14 ini oleh orang-orang Kharismatik, sering sekali terjadi bahwa kontexnya tidak dipedulikan. 
EKSPOSISI 1 KORINTUS 14:1-40 (KEJARLAH KASIH)
bisnis, gadget, otomotif
Dengan kata lain, banyak orang Kharismatik menggunakan ayat-ayat dalam 1Korintus 14 terlepas dari kontexnya. Ini tentu saja merupakan penggunaan / cara penafsiran yang keliru! Ayat Kitab Suci tidak pernah boleh ditafsirkan terlepas dari kontexnya! Karena itu perlu sekali kita mempelajari exposisi dari seluruh 1Kor 14 supaya kita bisa menafsirkan setiap ayat sesuai dengan kontexnya! Untuk itu, sebelum saudara membaca exposisi ayat per ayat di bawah ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sedikitnya satu atau dua kali.
 
1Korintus 14: 1-5: “(1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. (2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. (4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. (5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun”.

1) 1Korintus 14: 1a: ‘kejarlah kasih itu’.

Setelah menjelaskan tentang kasih dalam 1Korintus 13, maka sekarang Paulus berkata ‘kejarlah kasih itu’.

a) Ini menunjukkan bahwa kasih adalah hal yang sangat penting.

Dalam 1Kor 12 dan 1Korintus 14 Paulus sebetulnya membahas tentang karunia-karunia untuk melayani Tuhan, tetapi toh ia menyelipi ke dua pasal itu dengan 1Kor 13 yang membicarakan tentang kasih, dan lalu berkata bahwa kita harus mengejar kasih. Ini menunjukkan bahwa kasih adalah sesuatu yang mutlak harus ada dalam pelayanan. 

· Tanpa kasih (baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia), pelayanan akan dilakukan tanpa beban dan kesungguhan.

· Tanpa kasih, karunia-karunia akan disalah-gunakan, dan dijadikan sesuatu untuk menyombongkan diri.

Calvin: “They will, therefore, regulate themselves with propriety in the use of gifts, if love prevails among them. For he tacitly reproves the want of love, as appearing in this - that they had hitherto abused their gifts” (= Karena itu, mereka akan mengatur diri mereka sendiri dengan .......................) - hal 434.

Renungkan: apakah ada kasih dalam diri saudara?

b) Kasih memang adalah buah Roh Kudus (Galatia 5:22), tetapi itu tidak berarti bahwa dengan berdiam diri / bersikap pasif kita bisa menjadi orang yang penuh kasih. Karena itu Paulus berkata ‘kejarlah kasih itu’!

Penerapan:

Boleh jadi saudara mengejar Firman Tuhan, tetapi apakah saudara mengejar kasih?

c) Ada beberapa hal yang harus saudara lakukan kalau saudara mau menjadi orang yang penuh kasih:

· mendekatlah dan banyaklah bersekutu dengan Tuhan. Ini akan menye­babkan saudara ‘ketularan’ kasih Tuhan. Alegori pokok anggur dengan rantingnya dalam Yohanes 15:1-8 menunjukkan bahwa kalau kita mempunyai persekutuan yang baik dengan Yesus, barulah kita bisa berbuah banyak! Karena itu banyaklah bersekutu dengan Tuhan!

· buanglah segala dosa, baik besar maupun kecil, karena dosa memisahkan / menjauhkan saudara dari Tuhan, dan membuat kasih saudara kepada Tuhan menjadi hambar! Terhadap jemaat Efesus yang kehilangan kasih yang semula, Tuhan memerintahkan supaya mereka bertobat (Wahyu 2:5).

· janganlah mengasihi uang / dunia, karena itu akan menyebabkan saudara tidak mungkin mengasihi Tuhan (Matius 6:24 Yakobus 4:4 1Yohanes 2:15).

· seringlah merenungkan cinta Tuhan bagi saudara, khususnya yang Ia tunjukkan dengan mati di atas kayu salib bagi saudara! Saudara tidak akan bisa mengasihi Tuhan kalau saudara tidak lebih dahulu menyadari bahwa Tuhan betul-betul mengasihi saudara.

d) Sekalipun kasih itu penting, tetapi kita tidak boleh menekankan kasih sehingga mengorbankan kebenaran!

Bandingkan dengan:

· Wahyu 2:2 dan 2Korintus 11:4 di mana pada waktu ada pengajar sesat / rasul palsu, ketidaksabaran justru dipuji sedangkan kesabaran justru dikecam!

· Yakobus 3:17 yang berbunyi sebagai berikut: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”.

Perhatikan bahwa yang dinomer-satukan adalah ‘murni’, dan baru setelah itu ‘pendamai’.

Thomas Manton: “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa).

Pada waktu Martin Luther melihat adanya begitu banyak ketidak-benaran dalam bentuk ajaran dan praktek yang salah dari gereja Roma Katolik pada saat itu, apakah ia tetap memelihara perdamaian? Tidak, tetapi sebaliknya ia memakukan 95 thesisnya di pintu gereja Witten­berg, dan ini akhirnya menimbulkan perpecahan dalam gereja! Beranikah saudara menyalahkan Martin Luther dan menganggap­nya sebagai orang yang tidak cinta damai?

Calvin, dalam komentarnya tentang Efesus 5:11, berkata: “But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).

2) 1Korintus 14: 1b: ‘usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat’.

a) ‘Usahakanlah ... memperoleh’ (bdk. 1 Korintus 14: 39 dan 1 Korintus 12:31 yang menggunakan kata Yunani yang sama).

Kata Yunani yang digunakan adalah ZELOUTE yang arti sebenarnya adalah ‘be zealous for’ (= bersemangatlah / berkobar-kobarlah untuk). Kata sifatnya adalah ZELOS (Gordon Fee / NICNT, hal 623, footnote), dari mana kata bahasa Inggris ‘zelous’ (= bersemangat) diturunkan.

Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:

· Ini diartikan ‘desire eagerly’ (= inginkanlah dengan sungguh-sungguh), dan ini ditujukan kepada setiap orang kristen.

Jadi, setiap orang kristen harus berusaha mendapatkan karunia-karunia rohani. Ini lalu dijadikan dasar untuk berusaha mendapatkan karunia bahasa Roh.

Tetapi ada keberatan yang serius terhadap ajaran / penafsiran ini:

* dari 1Korintus 12:11,18 jelas terlihat bahwa pemberian karunia dilakukan sesuai kehendak Tuhan, bukan kehendak kita. Jadi kita tidak bisa berusaha mendapatkan karunia sesuai keinginan kita!

* kalaupun bagian ini diartikan bahwa orang Kristen harus berusa­ha mendapatkan karunia, jelaslah dari ay 1 ini bahwa karunia yang harus dicari / didapatkan bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat!

· Ini diartikan ‘desire eagerly’ (= inginkanlah dengan sungguh-sungguh), tetapi ini tidak ditujukan kepada setiap orang kris­ten, tetapi kepada setiap gereja lokal.

Dasar dari pandangan ini: kata ZELOUTE ini merupakan kata perin­tah bentuk jamak (kata perintah yang ditujukan kepada banyak orang)!

Jadi artinya ialah: gereja lokal harus mencari orang-orang yang mempunyai karunia-karunia rohani, terutama karunia bernubuat.

Keberatan: kalau diartikan seperti ini, bagaimana ini cocok dengan 1Kor 14:12?

1Korintus 14:12 - “Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat”.

· Ini diartikan ‘value highly’ (= hargailah / nilailah tinggi).

Kalau diartikan seperti ini, maka jelas bahwa mereka bukan harus berusaha mendapatkan, tetapi hanya harus menghargai karunia-karunia Roh, khususnya karunia bernubuat.

Rupa-rupanya orang Korintus jaman itu, sama seperti kebanyakan orang Kharismatik jaman ini, terlalu mengagungkan / menghargai karunia bahasa Roh, sehingga dalam ay 1 ini Paulus lalu menyuruh mereka menghargai karunia untuk bernubuat. Dan memang penekanan utama dari seluruh 1Kor 14 ini adalah bahwa karunia bernubuat jauh lebih berharga dari pada karunia bahasa Roh. Kalau dalam membaca seluruh 1Korintus 14 tadi saudara belum melihat penekanan utama ini, bacalah seluruh 1Kor 14 sekali lagi!

b) ‘terutama karunia untuk bernubuat’.

· Ini menunjukkan secara jelas bahwa karunia yang terpenting / terhebat bukanlah karunia bahasa Roh, tetapi karunia bernubuat.

Calvin: “he commends prophecy above all other gifts, as it was the most useful of them all” (= ) - hal 434.

Penerapan:

* kalau selama ini saudara menganggap karunia bahasa Roh sebagai karunia yang terutama dan terpenting / terhebat, baca dan renungkan ay 1 ini dan bahkan seluruh 1Kor 14, dan janganlah bersikap tegar tengkuk, tetapi sesuaikanlah pikiran / pengertian saudara yang salah itu dengan Firman Tuhan!

* kalau saudara berjumpa dengan orang yang menganggap / mengajarkan bahwa karunia bahasa Roh adalah karunia yang terpenting, ajak­lah orang itu membaca ay 1 ini dan bahkan seluruh 1Kor 14, supaya ia melihat sendiri bahwa apa yang ia percayai / ajarkan itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

· Apakah artinya karunia bernubuat itu? Ada 2 pandangan:

* karunia yang ada pada seorang nabi, di mana ia mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.

* karunia yang ada pada pengkhotbah, di mana ia membaca dan mempe­lajari Firman Tuhan / Kitab Suci, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain (Calvin, hal 415).

Kalau kita membaca seluruh 1Kor 14 maka terlihat bahwa karunia nubuat ini dipentingkan bukan karena melihat cara orang itu mendapatkan beritanya (dengan belajar Kitab Suci atau mendapat­kan langsung dari Tuhan), tetapi karena melihat penyampaian Firman Tuhan yang ia lakukan, karena inilah yang membangun jemaat.

Jadi saya berpendapat bahwa semua karunia pemberitaan Firman Tuhan adalah karunia yang terutama / terpenting.

Satu hal yang harus ditekankan tentang kata ‘bernubuat’ ini adalah bahwa itu tidak harus berhubungan dengan ramalan tentang masa depan. Bernubuat berarti mengajar / memberitakan kehendak Allah.

c) Bagaimana gereja bisa menginginkan / menilai tinggi karunia bernubuat? Dengan mencari pendeta / hamba Tuhan yang memang mempunyai karunia untuk berkhotbah dan mengajar. Demikian juga dalam memilih guru sekolah minggu gereja harus memilih / mencari orang yang betul-betul bisa mengajar!

Di samping itu, pendeta / hamba Tuhan tersebut harus dikhususkan untuk pelayanan khotbah / pengajaran.

Bdk. Kisah Para Rasul 6:1-4 - “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’”.

3) 1Korintus 14: 2: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia”.

a) ‘Berkata-kata dengan bahasa Roh’ (1Korintus 14: 2a).

KJV: ‘unknown tongue’ (= bahasa Roh / lidah yang tidak dikenal). Hal yang sama terjadi pada ay 4,14,19,27.

Mungkin terjemahan KJV inilah yang mengilhami pemikiran / keper­cayaan adanya bahasa Roh yang bukan merupakan bahasa manusia. Tetapi sebenarnya kata ‘unknown’ (= tidak dikenal) ini tidak ada dalam bahasa Yunaninya. NKJV yang merevisi KJV, dan juga semua versi bahasa Inggris yang lain, menghapuskan / tidak menggunakan kata ‘unknown’ (= tidak dikenal) ini.

b) ‘Tidak berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah’ (ay 2b).

· Bagian ini seringkali dijadikan dasar dari doa menggunakan bahasa Roh.

Keberatan: kalimat ay 2b ini jelas tidak bisa diartikan seperti itu, karena banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan bahwa pada saat seseorang berbahasa Roh, ia bukan berbicara kepada Allah, tetapi ia menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan kita tidak boleh menafsirkan satu ayat Kitab Suci sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci yang lain.

Contoh:

* Kisah Para Rasul 2:4-13 jelas menunjukkan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menyampaikan berita dari Allah untuk manusia.

* Ay 5 menunjukkan bahwa bahasa Roh yang disertai penafsiran / penterjemahan, menjadi sama seperti nubuat. Sedangkan bernubuat adalah menyampaikan sesuatu dari Allah kepada manusia.

* Ay 6 mengatakan bahwa bahasa Roh tidak berguna kalau tidak menyampaikan penyataan Allah, pengetahuan, nubuat, atau ajaran. Jadi jelas bahwa bahasa Roh harus ditujukan kepada manusia.

* Ay 13,27,28 menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penaf­siran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?

· Arti sebenarnya dari kalimat ini adalah: tidak ada orang yang mengerti kata-katamu kecuali Allah.

Ada yang menganggap bahwa ini adalah suatu sindiran bagi mereka. Jadi Paulus menyindir mereka: ‘apakah kamu mau berkhotbah kepada Allah?’.

Calvin: “The reason why he does not speak to men is - because no one heareth, that is, as an articulate voice. For all hear a sound, but they do not understand what is said” (= ) - hal 435.

c) ‘Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’ (1Korintus 14: 2c).

· Ini lagi-lagi sering dijadikan dasar untuk mengatakan adanya bahasa Roh yang bukan bahasa manusia.

Keberatan:

* kata ‘bahasanya’ dalam ay 2c itu sebetulnya tidak ada.

NIV: ‘no one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).

NASB: ‘no one understands’ (= tidak seorangpun mengerti).

* kata-kata ‘tidak seorangpun’ dalam ay 2c ini jelas bukan menunjuk pada semua orang di dunia, tetapi pada orang-orang yang hadir dalam kebaktian tersebut.

· 1Korintus 14:2c ini hanya memperjelas 1Korintus 14:2b.

d) ‘Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia’ (1Korintus 14: 2d).

· Ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Roh’ menunjuk pada ‘roh manusia’ (Catatan: ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Roh’ ini tidak dimulai dengan huruf besar), tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa kata ‘Roh’ ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.

Calvin: “He ‘speaketh in the Spirit’ - that is, ‘by spiritual gift’” (= ) - hal 435.

· ‘hal-hal yang rahasia’.

Banyak orang Kharismatik yang berdasarkan bagian ini lalu beranggapan bahwa doa menggunakan bahasa Roh adalah doa yang ter­baik, karena doa bahasa Roh menggunakan bahasa rahasia, yang hanya dimengerti oleh Allah. Begitu rahasianya bahasa ini se­hingga setanpun tidak mengertinya, sehingga ia tidak bisa menyabot / menggagalkan doa tersebut.

Tetapi kata ‘hal-hal yang rahasia’ ini (dalam bahasa Inggrisnya: ‘mysteries’) berasal dari kata bahasa Yunani MUSTERION. Dan dalam Kitab Suci, kata MUSTERION itu hanya muncul dalam ayat-ayat di bawah ini:

* Matius 13:11 / Markus 4:11 / Lukas 8:10.

* Roma 11:25 16:25.

* 1Korintus 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.

* Efesus 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.

* Kolose 1:26-27 2:2 4:3.

* 2Tesalonika 2:7.

* 1Timotius 3:9,16.

* Wahyu 1:20 10:7 17:5-7.

Bacalah semua ayat-ayat tersebut di atas, dan saudara akan melihat bahwa kata ‘rahasia’ (MUSTERION) ini pada umumnya bukan menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat diketahui / tidak dapat dimengerti, tetapi sebaliknya menunjuk pada:

¨ suatu kebenaran yang bisa diketahui.

¨ suatu kebenaran yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dinyatakan / diberitakan sehingga bisa diketahui / dimengerti.

Dengan demikian, kalau ay 2 ini mengatakan bahwa orang yang berbahasa Roh itu mengucapkan hal-hal yang rahasia, maka artinya adalah: orang yang berbahasa Roh itu menyampaikan kebenaran ilahi (yang dulunya tersembunyi, tetapi sekarang sudah dibuka­kan).

Bisa juga kata MUSTERION ini diartikan ‘hal yang tidak dimengerti’ (tetapi ini tetap tidak bisa dijadikan dasar untuk melakukan doa dengan bahasa Roh). Lalu ay 2 digabungkan dengan ay 3, maka kelihatan dengan jelas bahwa di sini dikontraskan antara bahasa Roh (ay 2) dan nubuat (ay 3). Sehingga mungkin saja artinya hanyalah: bahasa Roh itu tidak dimengerti manusia, dan karena itu sia-sia; sedangkan nubuat itu dimengerti manusia sehingga bisa membangun, menasehati dan menghibur.

4) 1Korintus 14: 3: “Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur”. 

Ay 3 ini menunjukkan alasan mengapa karunia bernubuat itu adalah karunia yang terpenting, yaitu karena karunia itu berguna untuk membangun, menasehati, dan menghibur jemaat.

Calvin: “‘Prophecy,’ says he, ‘is profitable to all, while a foreign language is a treasure hid in the earth. What great folly, then, it is to spend all one’s time in what is useless, and, on the other hand, to neglect what appears to be most useful!’” (= ) - hal 436.

5) 1Korintus 14: 4: “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat”.

a) 1Korintus 14: 4a: ‘siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia membangun dirinya sendiri’.

Ada bermacam-macam tafsiran tentang bagian ini:

1. Banyak orang Kharismatik menafsirkan bahwa dengan menggunakan bahasa Roh, orang kristen bisa menguatkan imannya sendiri. Itu sebabnya mereka menganjurkan setiap orang kristen untuk sesering mungkin menggunakan bahasa Roh.

Keberatan terhadap pandangan ini:

· Kitab Suci mengatakan bahwa iman tumbuh karena Firman Tuhan (1Korintus 14: 4b,5,31 Roma 10:17 1Petrus 2:2). Kalau seseorang menggu­nakan bahasa Roh yang ia sendiri tidak mengerti, maka jelas ia tidak mendapatkan Firman Tuhan, sehingga tidak mungkin imannya dibangun!

· semua karunia diberikan untuk membangun jemaat (1Korintus 12:7 - ‘untuk kepentingan bersama’), bukan untuk membangun diri sendiri!

2. Orang yang berbahasa Roh itu sendiri mengerti apa yang ia kata­kan, tetapi orang lain tidak. Karena itu hanya ia sendiri yang dibangun imannya.

Charles Hodge: “The speaker with tongues did not edify the church, because he was not understood; he did edify himself, because he understood himself. This verse, therefore, proves that the understanding was not in abeyance, and that the speaker was not in an ecstatic state” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 281.

Catatan: saya berpendapat bahwa pandangan Hodge ini agak aneh. Kalau memang orang yang berbahasa Roh pasti mengerti apa yang ia katakan, lalu mengapa Paulus menyuruh orang yang mempunyai karunia bahasa Roh untuk meminta karunia untuk menafsirkan bahasa Roh (ay 13)?

3. Ini cuma suatu irony (= sindiran / ejekan), dan arti sebenarnya adalah bahwa bahasa Roh itu tidak membangun siapapun juga.

· Ingat bahwa surat Korintus mengandung banyak irony, misalnya:

1Korintus 4:8,10 - “(8) Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu. ... (10) Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina”.

2Korintus 10:1,12 - “(1) Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. ... (12) Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!”.

2Korintus 11:1,5 - “(1) Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! ... (5) Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu”.

2Korintus 12:13 - “Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini!”.

· Alasan penafsiran ini: suatu karunia diberikan oleh Tuhan kepada seseorang, selalu dengan tujuan untuk membangun jemaat / gereja, bukan diri orang itu sendiri (ay 5b,12,17,26 12:7), sehingga tidak mungkin karunia bahasa Roh itu membangun iman sendiri.

· Kalau memang 1Korintus 14: 4 ini adalah suatu irony, maka ay 4 ini menun­jukkan betapa rendahnya karunia bahasa Roh itu dibandingkan dengan karunia bernubuat. Karunia bernubuat membangun jemaat, tetapi karunia bahasa Roh membangun dirimu sendiri (artinya: tidak membangun siapa-siapa).

b) Ay 4b: ‘tetapi siapa bernubuat ia membangun jemaat’.

Jadi terlihat bahwa lagi-lagi dikontraskan antara karunia bahasa Roh (ay 4a) dengan karunia bernubuat (ay 4b).

6) 1Korintus 14: 5: “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun”.

a) 1Korintus 14: 5a: ‘Aku suka supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa Roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat’.

1. Orang Kharismatik sering memotong bagian ini dan hanya melihat kata-kata ‘Aku suka supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu menggunakannya sebagai dasar untuk mengharuskan orang kristen berbahasa Roh.

Keberatan terhadap pandangan ini:

· kalau bagian ini diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan keharusan berbahasa roh, maka jelaslah bahwa ay 5a ini (baca seluruh ay 5a!) juga mengharuskan, atau bahkan lebih mengharus­kan, orang kristen untuk bernubuat! Bdk. Bil 11:29 (baca mulai Bilangan 11:26).

Tetapi kenyataannya, saya tidak pernah mendengar ada orang Kharismatik yang mengharuskan orang kristen bernubuat. Ini menunjukkan penafsiran yang tidak konsekwen!

· Keharusan mempunyai suatu karunia tertentu jelas bertentangan dengan 1Korintus 12:7,8-10,28-30, yang jelas menunjukkan bahwa tiap orang kristen menerima karunia yang berbeda-beda, ada yang menerima karunia ini dan ada yang menerima karunia itu. Jelas bahwa tidak ada karunia apapun yang harus dimiliki oleh setiap orang kristen.

2. Bagian ini menunjukkan bahwa sekalipun karunia bernubuat itu adalah karunia yang terpenting, dan karena itu harus ditempatkan pada tempat pertama, tetapi karunia bahasa Roh tidak boleh diabaikan, karena Tuhan tidak memberikan karunia tanpa ada gunanya (Calvin, hal 436-437).

b) 1Korintus 14: 5b: ‘Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh, kecuali kalau orang itu dapat menafsirkannya’.

· ‘Sebab’.

Kata ‘sebab’ pada awal ay 5b ini menunjukkan bahwa ay 5b ini adalah alasan dari kata-kata Paulus dalam ay 5a. Jadi, Paulus lebih senang orang bernubuat dari pada berbahasa Roh karena orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berbahasa Roh.

· ‘kecuali orang itu dapat menafsirkannya’.

Kalau orang yang berbahasa Roh itu bisa menafsirkan bahasa Rohnya, maka bahasa Roh itu menjadi sesuatu yang bisa dimengerti, sehingga menjadi sama berharganya dengan nubuat.

Tetapi kalau ada seorang yang berbahasa Roh, lalu ada seorang lain yang menafsirkannya, kita tetap harus berhati-hati, karena bagaimana kita tahu bahwa itu memang penafsiran yang benar? Bagaimana kalau 2 orang itu ternyata cuma bersandiwara supaya dianggap hebat / rohani / penuh Roh Kudus dsb? Ingat bahwa pada akhir jaman ada banyak nabi-nabi palsu yang tidak akan segan-segan menipu jemaat, supaya mereka diikuti banyak orang!

Victor Budgen mengutip kata-kata Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut: “Every now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow any impostor” (= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu) - ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 183.

c) 1Korintus 14:5c: ‘Sehingga jemaat dapat dibangun’.

1. Bagian ini menunjukkan bahwa tujuan karunia / pelayanan adalah supaya jemaat dapat dibangun!

Memang tujuan utama / tertinggi kita dalam hidup / pelayanan kita adalah untuk memuliakan Allah (1Korintus 10:31), tetapi untuk mencapai hal itu, maka kita harus membangun jemaat / gereja, yaitu dengan:

· mempertobatkan orang yang belum percaya.

· menumbuhkan iman orang yang sudah percaya.

Penerapan:

Apakah saudara mempunyai pelayanan yang cukup berarti dalam gereja? Kalau tidak, perhatikan kata-kata Pulpit Commentary (hal 479): “The useless members of a Church are those who are satisfied to get, not to give” (= Anggota-anggota yang tidak berguna dari sebuah Gereja adalah mereka yang puas untuk mendapat, bukan untuk memberi).

Dan kalau saudara sudah mempunyai pelayanan yang cukup berarti, maka renungkanlah: apakah pelayanan itu saudara maksudkan untuk membangun jemaat / gereja? Atau saudara melayani hanya karena dipaksa oleh orang lain, atau hanya untuk ramai-ramai saja? Atau saudara punya tujuan yang lebih egois lagi, yaitu untuk kepentingan diri saudara sendiri?

2. Ini juga menunjukkan bahwa jemaat / gereja bisa dibangun hanya dengan menambah pengertian Firman Tuhan.

Bahasa Roh yang tidak diterjemahkan tidak bisa memberikan pengertian, sehingga tidak bisa membangun jemaat. Tetapi nubuat, ataupun bahasa Roh yang diterjemahkan, memberikan pengertian Firman Tuhan kepada jemaat, sehingga jemaat bisa dibangun.

Penerapan:

· Dalam pelayanan, usahakanlah supaya seluruh jemaat bisa dibangun dalam pengertian Firman Tuhan. Kalau saudara sekedar mengajak jemaat untuk memasang pohon Natal / menghias gereja, atau datang dalam pesta-pesta yang diadakan oleh gereja, tetapi saudara tidak pernah mengajak / mendorong jemaat untuk rajin ke Kebaktian / Pemahaman Alkitab, maka mungkin sekali saudara sedang giat menuju ke arah yang salah!

· Kalau saudara melayani Tuhan dalam bentuk puji-pujian, gunakanlah nyanyian dalam bahasa yang bisa dimengerti jemaat. Kalau toh harus menyanyikan lagu dalam bahasa asing, jelaskan lebih dulu arti kata-kata lagu itu. Kalau tidak demikian, pada hakekatnya saudara tidak berbeda dengan orang yang menggunakan bahasa Roh tanpa penterjemahan.

· Jaman sekarang juga sering ada pengkhotbah yang menggunakan bahasa asing di mimbar, tanpa menterjemahkannya. Apa tujuannya? Untuk pamer kepandaian? Lagi-lagi hal ini sebetulnya tidak berbeda dengan orang yang menggunakan bahasa Roh tanpa penterjemahan.

1Korintus 14: 6-12: “(6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi - bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? (8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? (9) Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! (10) Ada banyak - entah berapa banyak - macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. (11) Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. (12) Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat”. 

1) 1Korintus 14: 6: “Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?”.

a) Orang Korintus pernah mendapatkan berkat dari pengajaran Paulus. Karena itu, sekarang Paulus seakan-akan berkata: ‘Seandainya aku dulu datang kepadamu dengan menggunakan bahasa Roh, apa gunanya itu bagimu? Aku berguna bagimu, karena aku datang untuk menyampaikan penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran’.

b) Ayat ini juga menunjukkan bahwa bahasa Roh yang tidak bisa dimengerti adalah sia-sia (perhatikan kata-kata ‘apakah gunanya itu bagimu’). Bahasa Roh seharusnya menyampaikan penya­taan Allah / revelation, pengetahuan (dalam hal rohani / Firman Tuhan), nubuat, pengajaran, dan jelas bahwa kalau hal-hal itu disampaikan dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti, maka semua itu akan sia-sia belaka.

c) Ayat ini menunjukkan juga bahwa bahasa Roh seharusnya menyampaikan berita dari Allah kepada manusia, dan bukan dari manusia kepada Allah (doa dengan bahasa Roh).

Alasannya:

· adanya kata ‘kepadamu’ dalam ay 6 ini.

· keempat hal yang disebutkan dalam ay 6 ini, yaitu penyataan Allah / revelation, pengetahuan, nubuat, pengajaran, merupakan hal-hal yang berguna bagi manusia dan diberikan oleh Allah kepada manu­sia, bukan sebaliknya.

2) 1Korintus 14: 7-9: “(7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi - bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? (8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? (9) Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!”.

Dengan menggunakan bermacam-macam penggambaran, bagian ini menguatkan ay 6 dalam menunjukkan kesia-siaan bahasa Roh yang tidak dimengerti.

a) 1Korintus 14: 7 menggambarkan bahasa Roh yang tidak dimengerti itu sebagai alat musik yang tidak bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda. Kalau suatu alat musik bisa mengeluarkan bunyi-bunyi / nada-nada yang berbeda, maka alat musik itu bisa digunakan untuk mengeluarkan suatu lagu. Tetapi kalau tidak, alat musik itu hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak berguna.

b) 1Korintus 14: 8 menggambarkannya sebagai nafiri / terompet yang ‘tidak menge­luarkan bunyi yang terang’.

NIV: ‘does not sound a clear call’ (= tidak mengeluarkan bunyi yang jelas).

Dalam ketentaraan pada saat itu, digunakan nafiri untuk memberikan perintah kepada tentara (bdk. Bilangan 10:1-9). Nafiri itu bisa mengeluarkan bermacam-macam bunyi, dan setiap bunyi mempunyai arti tertentu. Kalau nafiri itu ternyata tidak bisa memberikan bunyi-bunyi yang berbeda-beda seperti itu, sekalipun sebetulnya berita yang disampaikan itu penting (misalnya: ada musuh menyerang!), maka nafiri itu sama sekali tak berguna.

Ini gambaran orang yang berbicara dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti. Sekalipun berita yang ia sampaikan itu sangat penting, tetapi kalau bahasa Rohnya tidak bisa dimengerti oleh para pendengarnya, maka semua itu akan sia-sia belaka.

Calvin: “as though he had said - ‘A man cannot give life to a harp or flute, but he makes it give forth a sound that is regulated in such a manner, that it can be distinguished. How absurd then it is, that even men, endowed with intelligence, should utter a confused, indistinguishable sound!’” (= ) - hal 439.

Bandingkan dengan orang-orang Kharismatik yang kalau ‘berbahasa Roh’ hanya mengatakan satu atau dua kata yang sama terus menerus!

c) 1Korintus 14: 9b menggambarkannya sebagai orang yang mengucapkan kata-kata di udara. ‘Mengucapkan kata-kata di udara’, jelas menunjukkan suatu tindakan yang sia-sia. Bandingkan dengan 1Korintus 9:26 dimana tindakan yang sia-sia digambarkan sebagai ‘sembarangan saja memukul’ [NIV: ‘beating the air’ (= memukul udara)].

Calvin: “To ‘speak into the air’ is to ‘beat the air’ (1Cor. 9:26) to no purpose. ‘Thy voice will not reach either God or man, but will vanish into air.’” (= ) - hal 440.

3) 1Korintus 14: 10: “Ada banyak - entah berapa banyak - macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti”.

Lit: ‘no voice / voiceless’ (= tidak ada suara / bunyi).

Calvin: ‘dumb’ (= bisu).

Ayat ini menunjukkan kemustahilan adanya suatu bahasa yang menggunakan bunyi-bunyi yang tidak ada artinya. Semua bahasa di dunia pasti menggunakan bunyi-bunyi / kata-kata yang ada artinya. Karena itu, bahasa Rohpun harus demikian!

Kesimpulannya: bahasa Roh itu haruslah betul-betul suatu bahasa, yang mempunyai grammar (= tatabahasa), dan perbendaharaan kata / kata-kata yang berbeda-beda.

Ayat ini jelas bertentangan dengan praktek bahasa Roh yang jaman ini banyak terdapat, dimana orangnya hanya menggunakan satu atau dua kata yang tidak ada artinya dan yang diulang terus-menerus. Ini jelas bukan bahasa (karena tidak adanya tata bahasa maupun perbendaharaan kata), dan juga bukan bahasa Roh!

Orang Kharismatik memberikan penjelasan dengan mengibaratkan bahasa Roh seperti itu sebagai suatu telegram, yang sekalipun pada pihak pengirim mengeluarkan bunyi-bunyi yang sama, tetapi pada pihak penerima mendapatkan pesan dalam bentuk kata-kata yang bisa dimengerti.

Tanggapan terhadap penjelasan ini: 
tidak ada satupun dasar Kitab Suci yang bisa dipakai untuk mendu­kung penjelasan tersebut. Penjelasan yang hanya menggunakan logika / illustrasi, tetapi tidak punya dasar Kitab Suci, harus ditolak! 
harus diingat bahwa bahasa Roh itu seharusnya ditujukan kepada manusia dan bukan kepada Allah. Jadi, penerima ‘telegram’ itu bukan Allah tetapi manusia. Sedangkan kenyataannya penerima ‘telegram’ itupun cuma mendengar bunyi-bunyi yang sama terus-menerus. Jadi, jelas tak cocok dengan penjelasan mereka. 

4) 1Korintus 14: 11-12a: “(11) Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. (12) Demikian pula dengan kamu”.

Kata-kata ‘orang asing’ seharusnya adalah ‘a barbarian’ (= seorang barbar / biadab).

Jadi ay 11 ini menyatakan bahwa pembicara dan pendengar menjadi seperti orang asing satu terhadap yang lain, kalau mereka tidak saling mengerti. Dan kata-kata ‘demikian pula dengan kamu’ (ay 12a) menerapkan hal itu dalam persoalan bahasa Roh. Jadi, pembicara bahasa Roh itu menjadi seperti orang asing bagi pendengarnya, kalau bahasa Rohnya tidak dimengerti. Ini lagi-lagi menekankan kesia-siaan bahasa Roh yang tidak bisa dimengerti oleh pendengarnya.

1Korintus 14: 11 ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa bahasa Roh yang tidak dimengerti itu merusak persekutuan dalam gereja.

5) 1Korintus 14: 12b,c: “Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat”.

a) 1Korintus 14: 12b: ‘kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh’.

NASB: ‘you are zealous of spiritual gifts’ (= kamu bersemangat / berkobar-kobar tentang karunia-karunia rohani).

1. Kata yang diterjemahkan ‘berusaha untuk memperoleh’ / ‘zealous’ (= bersemangat / berkobar-kobar) itu, dalam bahasa Yunaninya mempunyai kata dasar yang sama dengan ZELOUTE dalam ay 1,39 dan 12:31 (lihat pembahasan tentang kata ZELOUTE dalam pembahasan ay 1 di atas). Karena itu jelaslah bahwa ayat ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa karunia adalah sesuatu yang bisa dicari / diusa­hakan.

2. ‘karunia-karunia Roh’.

Lit: ‘spirits’ / ‘spiritual things’ (= roh-roh / hal-hal rohani).

b) Ay 12c: ‘hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat’.

NASB / Literal: ‘seek to abound for the edification of the church’ (= berusahalah untuk berlimpah-limpah untuk pendidikan gereja).

Kata ‘abound’ (= berlimpah-limpah) ini menunjukkan bahwa kita harus berusaha / berjuang semaximal mungkin untuk pendidikan gereja.

c) Jadi, kalau ay 12b dan ay 12c dihubungkan, maka artinya adalah: adalah sesuatu yang bagus kalau kamu bersemangat / berkobar-kobar dalam hal karunia-karunia rohani, tetapi arahmu harus benar, yaitu untuk pendidikan gereja.

Dari sini bisa didapatkan beberapa hal:

· semua karunia harus digunakan untuk membangun jemaat / mendidik gereja!

· bahasa Roh tidak boleh dipakai untuk sombong-sombongan, pamer dsb! Ini tidak membangun jemaat / mendidik gereja!

· semangat yang berkobar-kobar hanya baik kalau arahnya benar, dan arah seseorang tidak mungkin benar kalau ia tidak mempunyai pengetahuan Firman Tuhan! Bdk. Amsal 19:2 yang berkata: ‘tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik’. Dalam terjemahan NIV bunyinya adalah: “It is not good to have zeal without knowledge” (= Adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).

· makin seseorang membaktikan dirinya untuk pendidikan gereja, makin ia harus dihargai / dinilai tinggi.

· pendidikan adalah sesuatu yang harus diutamakan dalam gereja.

Penerapan:

* gereja-gereja yang mengutamakan puji-pujian dan / atau bahasa Roh lebih dari pengajaran Firman Tuhan, jelas merupakan gereja-gereja yang salah arah!

* gereja yang tidak mempunyai Pemahaman Alkitab, atau yang mempunyai Pemahaman Alkitab yang ‘hidup segan mati tak mau’, adalah gereja yang tidak beres!

* dalam gereja, acara Pemahaman Alkitab tidak boleh ditabrak oleh acara-acara lain seperti rapat, bezoek, latihan koor / vocal group dsb! Mengapa? Supaya jemaat bisa hadir semua dalam acara Pemahaman Alkitab itu, sehingga gereja betul-betul maju dalam pendidikan!

1Korintus 14: 13-17: “(13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. (14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. (16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”.

1) 1Korintus 14: 13: “Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya”.

Kata-kata ‘karena itu’ pada awal dari ay 13, menunjuk pada ay 12c di atas.

Jadi maksud dari ay 13 adalah: karena kamu harus berlimpah-limpah dalam hal pendidikan gereja (ay 12c), sedangkan bahasa Roh yang tidak dimengerti tidak ada gunanya (bdk. 1Korintus 14: 6-9), maka orang yang berbahasa Roh harus meminta karunia untuk menafsirkannya / menterjemahkannya (ay 13).

Catatan: Karunia penafsiran / penterjemahan bahasa Roh adalah satu-satu­nya karunia yang bisa diminta dalam doa; itupun hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai karunia bahasa Roh. Ini disebabkan karena 2 karunia ini (karunia berbahasa Roh dan karunia menterjemahkan bahasa Roh) memang harus berpasangan (bdk. 12:10b,30b).

2) 1Korintus 14: 14: “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa”.

a) Terjemahan ay 14 ini kurang tepat. Bandingkan dengan terjemahan di bawah ini.

NIV/NASB: ‘For if I pray in a tongue, my spirit prays, but my mind is unfruitful’ (= karena jika aku berdoa dalam bahasa Roh, rohku berdoa, tetapi pikiranku tidak berbuah).

b) Kata ‘jika’ pada awal ay 14 menunjukkan bahwa ini adalah suatu pengandaian. Jadi ay 14 ini tidak berarti bahwa Paulus betul-betul pernah berdoa dalam bahasa Roh.

Bahkan dari ay 15a terlihat bahwa Paulus tidak senang dengan suatu doa dimana pikiran tidak terlibat, dan ini menunjukkan bahwa ia tidak mau dan tidak pernah berdoa dalam bahasa Roh.

c) Ada bermacam-macam penafsiran / arti yang diberikan oleh para penafsir tentang kata ‘my spirit’ / ‘rohku’:

· itu menunjuk pada ‘Roh Kudus’.

Keberatan: dalam Kitab Suci, Roh Kudus tidak pernah disebut ‘rohku’.

· kata ‘roh’ bisa diterjemahkan ‘nafas’. Jadi bagian ini menjadi ‘nafasku berdoa’. Maksudnya, pada saat ia berdoa, maka hanya nafas dan organ yang berhubungan dengan suaralah yang bekerja (sedangkan otaknya tidak).

· itu menunjuk pada ‘karunia rohani yang diberikan kepadaku’ (Calvin, hal 445).

Charles Hodge: “‘my spirit’ means ... the Holy Spirit as a manifestation; it is the way in which the Spirit manifests himself in me. In other words, it is my spiritual gift” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 288.

Hodge (hal 288-289) juga mendukung pandangannya ini dengan menunjuk pada ay 32 dimana kata ‘roh-roh nabi-nabi’ juga menunjuk pada Roh Kudus yang bermanifestasi dalam diri nabi tersebut (Catatan: kata-kata ‘karunia nabi’ dalam 1Korintus 14: 32 salah terjemahan; seharusnya adalah ‘roh-roh nabi-nabi’).

· itu menunjuk pada ‘perasaan dan kehendak’, yang dikontraskan dengan pikiran / pengertian.

d) Kata-kata ‘my mind is unfruitful / pikiranku tidak berbuah’ juga ditafsirkan secara beraneka ragam:

· otakku tidak mengerti apa yang aku doakan.

· otakku tidak bekerja / tidak berdoa (seperti Kitab Suci Indonesia).

· doa itu tidak berbuah dalam diri orang yang mendengar.

e) Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa ay 14 ini adalah ayat yang sangat sukar. Tetapi sebetulnya penekanan dari ay 14 ini jelas yaitu: doa bahasa Roh adalah doa tanpa menggunakan otak, dan itu adalah salah!

3) 1Korintus 14: 15: “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi (dan memuji) dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi (dan memuji) juga dengan akal budiku”.

a) Pembetulan terjemahan.

Ayat ini terjemahannya kurang tepat dalam 2 hal:

· 2 x kata-kata ‘dan memuji’ yang saya letakkan dalam tanda kurung, sebetulnya tidak ada.

· 2 x kata ‘rohku’ sebetulnya adalah ‘roh’.

NASB / Lit: ‘I shall pray with the spirit and I shall pray with the mind also; I shall sing with the spirit and I shall sing with the mind also’ (= Aku akan berdoa dengan roh dan aku akan berdoa dengan pikiranku; aku akan menyanyi dengan roh dan aku akan menyanyi dengan pikiranku juga).

Jadi, kalau dalam ay 14 memang dikatakan ‘my spirit / rohku’, maka pada ay 15 hanya dikatakan ‘the spirit / roh’ [kata ‘my’ (= ku) tidak ada].

b) ‘aku akan menyanyi’.

Catatan: Yesus hanya pernah sekali dikatakan menyanyikan lagu pujian dengan murid-muridNya, yaitu dalam Matius 26:30 / Markus 14:26.

c) Ada 2 penafsiran tentang kata ‘the spirit / roh’ dalam ay 15 ini:

1. Ini menunjuk kepada ‘rohku’ (ini seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia maupun NIV).

2. Ini menunjuk kepada ‘Roh Kudus’.

Jadi, artinya: pada waktu Paulus berdoa dipimpin oleh Roh Kudus sekalipun, tetap saja ia memakai otaknya dalam berdoa.

d) Ayat ini jelas sekali menunjukkan perlunya penggunaan otak, baik dalam berdoa maupun dalam menyanyi! Otak harus betul-betul mengikuti kata-kata dalam doa / nyanyian yang dinaikkan. Hal ini jelas tidak mungkin terjadi pada waktu orang berdoa atau menyanyi dalam bahasa Roh, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka ucapkan.

Penerapan: Jaman sekarang kita bisa melihat dengan jelas bahwa ada banyak pemimpin liturgi, orang yang melakukan sharing, pemimpin doa, dan bahkan pengkhotbah yang sama sekali tidak menggunakan otak. Dari cara bicaranya dan apa yang mereka katakan, terlihat dengan jelas bahwa mereka hanya menuruti perasaannya dan mereka membuang pikirannya. Ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Paulus dalam bagian ini!

4) 1Korintus 14: 16-17: “(16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”.

a) 1Korintus 14: 16a: ‘mengucap syukur’ [NIV: praise (= memuji); NASB: bless (= memberkati)].

Ay 16b: ‘pengucapan syukur’ [NIV: thanksgiving (= pengucapan syukur); NASB: giving of thanks (= mengucap syukur)].

Memang istilah ‘mengucap syukur’ dan ‘memuji / memberkati’ sering bisa dibolak-balik (interchangeable).

b) 1Korintus 14: 16-17 ini menunjukkan alasan mengapa orang memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan denga bahasa Roh itu adalah salah.

Catatan: pada saat itu orang itu berfungsi sebagai pemimpin doa dalam gere­ja.

Alasan 1:

· Tradisi saat itu dalam melakukan persekutuan doa adalah: satu orang saja yang berdoa dengan suara yang keras, sedangkan jemaat mendengar dan mengikuti doa itu dalam hati / pikiran, lalu pada akhirnya mengaminkan doa itu.

Calvin: “there is no fellowship in prayer, unless when all with one mind unite in the same desires” (= tidak ada persekutuan dalam doa, kecuali pada waktu semua dengan satu pikiran bersatu dalam keinginan-keinginan yang sama) - hal 448

Calvin: “Paul’s expression, however, intimates (and presupposes), that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said ‘Amen’ - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common” [= ungkapan Paulus menunjukkan (dan mensyaratkan) bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata ‘Amin’ - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua] - hal 448.

Hal ini juga terlihat dari:

* 1Tawarikh 16:7-36. 

Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.

* Mazmur 106:1-48.

Sekalipun tidak disebutkan, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.

* Ulangan 27:14-26.

Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.

Penerapan:

à ini menunjukkan bahwa ‘doa bersuara’ (‘persekutuan’ doa dimana semua orang berdoa sendiri-sendiri dengan suara keras) adalah sesuatu yang bukan merupakan ajaran Kitab Suci!

à Dalam memilih orang yang berdoa, kita harus memilih orang yang mempunyai suara cukup keras, dan juga orang yang bisa berdoa dengan terarah (bukan yang doanya mbulet tidak karuan), supaya doanya bisa diikuti oleh semua jemaat.


· Dengan tradisi seperti ini, maka kalau pemimpin doa menaikkan doa dengan menggunakan bahasa Roh, maka jemaat jelas tidak bisa mengaminkan, karena mereka tidak mengerti apa yang didoakan.

Charles Hodge: “the very thing here prohibited is praying in public in a language which the people do not understand” [= hal yang dilarang di sini adalah berdoa di depan umum dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti oleh orang-orang (yang hadir)] - ‘I & II Corinthians’, hal 291.

Penerapan:

* jangan menyuruh misionaris / orang asing yang tidak bisa meng­gunakan bahasa setempat untuk memimpin doa dalam gereja! Ini menyebabkan jemaat tidak bisa mengikuti doanya.

* penggunaan doa dalam bahasa Latin dalam gereja Katolik juga merupakan sesuatu yang salah. Demikian juga penggunaan macam-macam bahasa seperti Arab, Ibrani, Yunani, dan Aram, dalam Gereja Orthodox Syria. Demonstrasi penggunaan macam-macam bahasa tanpa penterjemahan dalam kebaktian, jelas merupakan sesuatu yang bertentangan dengan text ini.

* gereja-gereja yang khotbahnya diterjemahkan (Tionghoa-Indonesia atau Jawa-Indonesia dsb) seringkali tidak menterjemahkan doa­nya, sehingga doa dalam kebaktian dinaikkan dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh banyak jemaat. Ini jelas juga salah.

Alasan 2:

1Korintus 14: 17 menunjukkan bahwa sekalipun pengucapan syukur dari orang yang berdoa itu sangat baik, tetapi itu tidak membangun jemaat, karena mereka tidak mengerti.

1Korintus 14: 18-19: “(18) Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. (19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh”.


1) 1Korintus 14: 18: “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua”.

Ayat ini sering dipakai oleh orang-orang Kharismatik untuk mengatakan bahwa bahasa Roh adalah karunia yang sangat penting / istimewa. Buktinya Paulus bersyukur karena ia berbahasa Roh lebih dari semua orang Korintus.

Keberatan terhadap penafsiran / pandangan ini:

Penafsiran ini bertentangan dengan arah / penekanan dari seluruh pasal, karena penekanan utama dari 1Kor 14 adalah meninggikan karu­nia bernubuat dibandingkan dengan karunia bahasa Roh, atau merendah­kan karunia bahasa Roh dibandingkan karunia bernubuat. Penafsiran dari satu ayat yang bertentangan dengan arah / penekanan seluruh pasal, adalah penafsiran yang out of context, yang jelas merupakan penafsiran yang salah!

Arti yang benar adalah: dalam ayat-ayat sebelum ay 18 ini, Paulus sudah banyak kali meren­dahkan karunia bahasa Roh dibandingkan dengan karunia bernubuat. Andaikata Paulus sendiri tidak pernah bisa berbahasa Roh, maka besar kemungkinannya orang-orang Korintus akan menganggap bahwa Paulus ‘menyerang’ karunia bahasa Roh karena ia sendiri tidak mempunyai karunia itu, dan ia iri kepada orang-orang Korintus yang mempunyai karunia itu. Tetapi karena Paulus sendiri mempunyai karunia bahasa Roh, bahkan ia lebih banyak berbahasa Roh dari pada semua orang Korintus, maka tentu tidak ada alasan bagi orang-orang Korintus untuk mengatakan bahwa Paulus iri hati kepada mereka. Karena itulah maka Paulus bersyukur bahwa ia mempunyai karunia itu.

Hal yang sama terjadi dalam Fil 3: 
dalam Filipi 3:2-3 Paulus menyerang sunat dan hal-hal lahiriah yang lain. 
dalam Filipi 3:4-6 Paulus menunjukkan bahwa ia sendiri disunat dan mempunyai hal-hal lahiriah itu secara berlimpah-limpah. Dengan menunjukkan hal ini maka orang-orang Yahudi tidak mungkin menuduh bahwa Paulus menyerang sunat / hal-hal lahiriah itu karena iri hati. 

2) 1Korintus 14: 19: “Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh”.

a) Ini merupakan sambungan dari 1Korintus 14: 18.

b) Kata ‘beribu-ribu’ dalam ay 19b seharusnya adalah ‘sepuluh ribu’.

c) Ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun Paulus sendiri banyak berba­hasa Roh, tetapi dalam kebaktian / gereja ia lebih suka mengucap­kan 5 kata yang bisa dimengerti untuk mengajar orang, dari pada 10.000 kata dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti orang.

Mengapa? Karena mengucapkan 5 kata yang bisa dimengerti (bahkan kurang dari 5 kata sekalipun) bisa mempertobatkan / membangun / menguatkan / menasehati orang, misalnya:

· Bertobatlah, Kerajaan Surga sudah dekat!

· Allah mengasihi orang berdosa.

· Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus.

· Yesus mati untuk menebus dosamu!

Sebaliknya, mengucapkan 10.000 kata dalam bahasa Roh yang tidak dimengerti oleh para pendengarnya, tidak akan berguna / membangun siapapun juga!

Catatan:

* perlu saudara ketahui bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu kira-kira 90 menit untuk mengucapkan 10.000 kata!

* Calvin menganggap bahwa ‘mengucapkan lima kata’ merupakan gaya bahasa Hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan). Ini mungkin benar, tetapi belum tentu benar, karena seperti sudah saya katakan di atas, menggunakan 5 kata untuk memberitakan Firman Tuhan merupakan sesuatu yang memungkinkan.

Karena itu adalah sesuatu yang aneh dan tidak alkitabiah kalau ada:

¨ pengkhotbah atau pemimpin liturgi (chairman) yang sebentar-sebentar menggunakan bahasa Roh di mimbar!

¨ pendeta / pengkhotbah yang sering menggunakan bahasa asing (Inggris, bahkan Ibrani / Yunani), tanpa diterjemahkan! Ini tidak terlalu berbeda dengan mengajar menggunakan bahasa Roh!

Sekalipun kata-kata ‘dapat dimengerti’ dalam 1Korintus 14: 19 ini sebetulnya dimaksudkan dalam mengkontraskan / membandingkan bahasa Roh dengan nubuat, tetapi itu juga bisa diterapkan dalam persoalan nubuat / khotbah / pengajaran. Orang yang bernubuat / mengajar / berkhotbah harus melakukannya sedemikian rupa sehingga pendengarnya bisa mengerti apa yang ia sampaikan.

1Korintus 14: 20: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.

1) Pembetulan terjemahan:

Dalam Kitab Suci Indonesia ada 2 x kata ‘anak-anak’ (sama seperti KJV menggunakan 2 x kata ‘children’). Tetapi kata ‘anak-anak’ yang ke 2 seharusnya adalah ‘bayi-bayi’.

NIV: ‘Brothers, stop thinking like children. In regard to evil be infants, but in your thinking be adults’ (= Saudara-saudara, berhen­tilah berpikir seperti anak-anak. Dalam hal kejahatan jadilah bayi-bayi, tetapi dalam pemikiranmu jadilah dewasa).

2) Arti / penjelasan:

a) Dalam hal kejahatan, kita tidak boleh menjadi dewasa (karena orang dewasa banyak berbuat jahat), bahkan tidak seperti anak-anak (karena anak-anakpun sudah bisa berbuat jahat), tetapi seperti bayi.

Ada beberapa hal yang bisa dibahas disini:

· Ini tidak bertentangan dengan Matius 18:3 dimana Yesus menyuruh kita menjadi seperti ‘anak-anak’ (bukan seperti ‘bayi-bayi’), karena:

* ini merupakan ilustrasi / perumpamaan yang berbeda / terpisah.

* Dua perumpamaan ini mempunyai arah yang sama, karena ‘anak’ maupun ‘bayi’ secara relatif lebih suci / baik dari orang dewasa.

Contoh: Kalau saya melihat sesuatu yang terang, lalu saya menga­takan bahwa benda itu seperti ‘lampu halogen’, dan sebentar lagi saya mengatakan bahwa benda itu bersinar seperti ‘matahari’, maka itu tentu tidak bertentangan.

· Kata ‘bayi’ itu dalam bahasa Yunaninya adalah NEPIAZETE, yang berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu:

* NE, yang berarti ‘not’ (= tidak).

* EIPO, yang berarti ‘I speak’ (= aku berkata / berbicara).

Jadi, kata NEPIAZETE itu menunjuk pada ‘one that can not speak’ (= orang yang tidak / belum bisa berbicara).

Jadi, Paulus memaksudkan bayi berusia di bawah 6 bulan.

· Ini sama sekali tidak berarti bahwa bayi itu suci.

Kitab Suci jelas mengajarkan adanya dosa asal yang menyebabkan semua orang dilahirkan, bahkan dikandung, di dalam dosa (Kejadian 6:5 8:21 Ayub 25:4 Mazmur 51:7 58:4). Tetapi, bagaimanapun juga, bayi itu dianggap berdosa karena dosa keturunan / dosa asal, bukan karena dosanya sendiri. Sekalipun kecondongan pada dosa sudah ada padanya, tetapi ia sendiri belum berbuat dosa. Karena itulah dalam hal kejahatan kita harus seperti bayi.

Penerapan: Apakah saudara berusaha menyucikan diri saudara sampai hal yang sekecil-kecilnya? Kalau saudara hanya membuang dosa-dosa besar dari hidup saudara, dan membiarkan dosa-dosa kecil / tertentu dalam hidup saudara, atau kalau saudara mengabaikan bagian tertentu dari Firman Tuhan, maka paling-paling saudara menjadi seperti anak-anak, bukan seperti bayi, dalam hal kejahatan.

b) Tetapi dalam pemikiran, kita justru tidak boleh seperti bayi (tidak berpi­kir dan tidak berpengetahuan), tidak juga seperti anak-anak (kurang bisa berpikir dan kurang berpengetahuan), tetapi harus seperti orang dewasa (banyak pengetahuan dan bisa berpikir dengan baik).

Yesus sendiri dikatakan ‘makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya’ (Lukas 2:52).

Juga bandingkan dengan ayat-ayat ini:

· Amsal 4:7 - “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian”.

· Amsal 16:16 - “Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak”.

· Maz 49:21 - “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.

· Yesaya 5:13a - “Sebab itu umatKu harus pergi ke dalam pembuangan, oleh sebab mereka tidak mengerti apa-apa”.

Ini perlu direnungkan oleh orang-orang kristen yang sekalipun tidak banyak mengerti tentang Firman Tuhan, tetapi tetap tidak mau berusaha untuk belajar Firman Tuhan! Dalam kalangan Kharismatik, bahkan ada banyak orang yang menganggap bahwa belajar banyak Firman Tuhan membuat seseorang menjadi ahli Taurat, dan mereka sendiri bangga akan kebodohan mereka dalam persoalan pengertian Firman Tuhan.

Calvin: “Hence we infer how shameless a part (of?) those act, who make Christian simplicity consist in ignorance” (= Karena itu kami berpendapat / menyimpulkan betapa tidak tahu malunya tindakan sebagian dari mereka, yang membuat kesederhanaan kekristenan terdiri dari ketidak-tahuan / kebodohan) - hal 453.

Calvin menambahkan lagi: “The Pope, inasmuch as it is easier to govern asses than men, gives orders, under pretext of simplicity, that all under him shall remain uninstructed” (= Paus, karena lebih mudah untuk memerintah / menguasai keledai-keledai dari pada orang-orang, memerintahkan, di bawah kepura-puraan kesederhanaan, supaya semua yang ada di bawahnya tetap tinggal tidak diajar) - hal 453.

Catatan: jaman sekarang juga banyak pendeta-pendeta dalam kalangan Kristen, yang mempunyai sikap yang sama. Mereka senang kalau jemaatnya bodoh, karena dengan demikian mereka bisa menguasai mereka dengan lebih mudah, dan mereka bisa bertindak apa saja. Sebaliknya jemaat yang mengerti Firman Tuhan akan menjadi kritis, sehingga akan memprotes, dsb, dan ini pasti menyulitkan mereka.

Dan dalam komentarnya tentang Matius 4:18-22, dimana Yesus memilih nelayan-nelayan yang bodoh untuk menjadi murid-muridNya, Calvin berkata: “When our Lord chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy that, in proportion as they hate literature, they approach the nearer to the apostles” (= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini itu bukanlah karena Ia lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang fanatik, yang senang dengan kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur makin mereka mirip dengan rasul-rasul).

Dalam persoalan pemanggilan orang bodoh / tak terpelajar ini, kita perlu mengingat bahwa pada waktu Yesus memanggil orang bodoh / tak berpendidikan, Ia bukannya lalu membiarkan mereka bodoh / tak berpendidikan terus. Sebaliknya Yesus mengajar mereka sehingga menjadi pandai (dalam hal rohani).

Perlu juga diingat bahwa dalam Kitab Suci orang kristen sering disebut dengan istilah ‘murid’. Mengapa? Karena ‘murid’ adalah seorang yang belajar!

Jadi, keadaan bodoh / tak berpendidikan memang bukan merupakan halangan untuk melayani Tuhan, tetapi bagaimanapun ia harus mau belajar!

Sikap fanatik yang bodoh seperti yang dikatakan oleh Calvin di atas, bertentangan frontal dengan kata-kata Paulus dalam ay 20 ini, yang dalam persoalan pemikiran melarang untuk menjadi seperti anak-anak, dan mengharuskan untuk menjadi seperti orang dewasa.

Ciri-ciri pemikiran anak:

· Tidak berpikir panjang.

Kalau saudara sering melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, maka saudara mempunyai pikiran anak-anak!

· Mudah terombang-ambing (bdk. Efesus 4:14).

Kalau saudara selalu mengaminkan / mengiyakan seadanya ajaran yang saudara dengar / baca, maka saudara mempunyai pikiran anak-anak.

· Mengutamakan / mengagungkan hal-hal yang spektakuler.

Dalam kontex 1Kor 14 ini maka jelaslah bahwa hal yang ke 3 inilah yang paling ditekankan. Mujijat dan bahasa Roh adalah hal-hal yang spektakuler, sehingga sering dianggap sebagai hal-hal yang hebat. Tetapi bagian ini menunjukkan bahwa orang yang mengagungkan / mengutamakan hal-hal yang spektakuler seperti ini adalah orang yang childish (= kekanak-kanakan)!

Supaya kita bisa menjadi dewasa dalam pemikiran, maka jelas bahwa kita harus belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun (bdk. Efesus 4:11-14), termasuk bagian-bagian yang adalah ‘makanan keras’ (bdk. 1Korintus 3:1-2 Ibrani 5:11-14).

c) Kebalikan dari kata-kata Paulus ini terdapat dalam Yeremia 4:22 - “‘Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu.’”.

1Korintus 14: 21-25: “(21) Dalam hukum Taurat ada tertulis: ‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.’ (22) Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. (23) Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: ‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’”.

1) 1Korintus 14: 21: “Dalam hukum Taurat ada tertulis: ‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.’”.

a) Ini merupakan kutipan dari Yesaya 28:11,12b (bdk. Ulangan 28:47-49).

Charles Hodge: “He does not quote the passage as having any prophetic reference to the events in Corinth; ... It is a simple reference to a signal event in the Jewish history from which the Corinthians might derive a useful lesson” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 293.

b) Kontex Yesaya 28.

Mula-mula Tuhan berfirman dengan bahasa biasa, tetapi Israel tidak menghiraukan firman itu dan menganggap bahwa firman itu hanya cocok untuk bayi (bdk. Yesaya 28:9-10). Karena itu Tuhan mengancam untuk menghukum mereka dengan menggunakan orang-orang yang berbicara dalam bahasa asing, yaitu bangsa Babilonia (Yes 28:11-12a). Tetapi sekalipun demikian, Israel tetap tidak mau taat (Yes 28:12b).

c) Maksud Paulus mengutip Yesaya 28:11-12 ialah:

· Menunjukkan bahwa mendapat guru yang berbicara dalam bahasa asing bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, karena itu meru­pakan suatu bentuk penghukuman akibat dosa yang mereka lakukan. Karena itu janganlah terlalu bangga dengan bahasa Rohmu!

· Penggunaan bahasa asing / bahasa Roh tidak menyebabkan ketaatan.


2) 1Korintus 14: 22: “Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman”.

Calvin memberikan 2 kemungkinan arti untuk ayat ini:

a) Ay 22 ini dihubungkan dengan ay 21.

Jadi, ‘orang yang tidak beriman’ dalam ay 22 menunjuk kepada ‘orang-orang Israel yang tidak percaya’, yang akhirnya dihukum oleh Tuhan dengan menggunakan orang asing / bangsa Babilonia 

(1Korintus 14: 21).

b) 1Korintus 14: 22 dipisahkan dari 1Korintus 14: 21.

Bahasa Roh dikatakannya merupakan tanda untuk orang yang tidak beriman, karena dalam Kis 2:1-13 rasul-rasul memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya dengan menggunakan bahasa Roh. Sifat mujijat dari bahasa Roh itu menyebabkan orang-orang yang tidak beriman itu mau mendengar Injil itu.

Tetapi orang yang percaya tidak membutuhkan pemberitaan Firman Tuhan yang bersifat mujijat, dan karena itu untuk mereka tidak dibutuhkan bahasa Roh. Jadi nubuatlah yang cocok untuk mereka.

Saya lebih condong pada arti yang ke 2.

3) 1Korintus 14: 23-25: “(23) Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: ‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’”.

a) 1Korintus 14: 23 (bdk. Kis 2:13): “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?”.

Kalau tadi dalam ay 22a dikatakan bahwa bahasa Roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman, lalu mengapa ay 23 mengatakan bahwa pada waktu orang-orang tidak beriman itu melihat orang-orang kristen berbahasa Roh, mereka menganggap orang-orang kristen itu gila?

Ada 2 kemungkinan jawaban:

· Sekalipun bahasa Roh merupakan tanda untuk orang tidak beriman, tetapi itu tidak berarti bahwa bahasa Roh itu akan mempertobatkan mereka.

· Sekalipun bahasa Roh itu adalah tanda untuk orang tidak beriman, tetapi karena orang Korintus menggunakan bahasa Roh itu secara salah (tanpa penterjemahan), maka orang tidak beriman itu akhirnya menganggap mereka gila.

Saya lebih condong pada pandangan kedua ini.

Catatan: satu hal yang menarik dari 1Korintus 14: 23 ini ialah: kalau ada suatu gereja penuh dengan bahasa roh, lalu ada orang luar yang masuk dan menganggap mereka gila, maka yang disalahkan oleh Paulus bukanlah orang luar itu, tetapi gerejanya!

Calvin: “the Corinthians would be justly convicted of madness by the unbelieving and unlearned, however much they might please themselves” (= ) - hal 455.

Tetapi anehnya, jaman sekarang kalau hal itu terjadi, maka sikap orang Kharismatik pada umumnya adalah:

¨ mereka merasa bahwa mereka menderita / dihina karena Kristus, dan mereka mengatakan ‘Puji Tuhan’ / ‘Haleluya’.

¨ mereka menganggap bahwa orang luar itu yang salah karena ia menghujat Roh Kudus!

b) 1Korintus 14: 24-25: “ (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: ‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’”.

· kata-kata ‘semua bernubuat’ ( 1Korintus 14:24a) tentu tidak berarti bahwa semua bernu­buat pada saat yang sama (bdk.  1Korintus 14:29-31).

· ‘orang baru’ (1Korintus 14:24). Ini salah terjemahan.

NIV: ‘someone who does not understand’ (= seseorang yang tidak mengerti).

Footnote NIV: ‘some inquirer’ (= orang yang bertanya-tanya).

NASB: ‘ungifted man’ (= orang yang tidak berkarunia).

RSV: ‘outsider’ (= orang luar).

KJV: ‘one unlearned’ (= orang yang tidak terpelajar).

NKJV: ‘an uninformed person’ (= orang yang belum diberi informa­si).

Kata bahasa Yunaninya adalah IDIOTES (kata yang diterjemahkan ‘orang-orang luar’ dalam ay 23 dalam bahasa Yunaninya adalah IDIOTAI, yang merupakan bentuk jamak dari IDIOTES).

Adalah sesuatu yang menarik bahwa kata bahasa Inggris ‘idiot’ (= orang yang mempunyai I.Q. dibawah 20) diturunkan dari kata Yunani ini. Memang, orang tidak percaya / orang yang secara rohani tidak mengerti apa-apa adalah orang yang idiot!

· kata-kata dalam 1Korintus 14: 24-25 seperti ‘diyakinkan oleh semua’, ‘diselidiki oleh semua’, dsb, tidak perlu diartikan satu per satu. Seluruhnya jelas menunjukkan bahwa orang itu lalu menjadi sadar dan bertobat.

Catatan: tentu Paulus tidak memaksudkan bahwa pertobatan ini selalu terjadi! Maksudnya: ini adalah hal yang seharusnya terjadi, atau hal yang diharapkan untuk terjadi, atau hal yang bisa terjadi.

· kalau tadi dalam ay 22b dikatakan bahwa nubuat bukanlah tanda untuk orang tak beriman, mengapa sekarang dalam ay 24-25 nubuat itu justru berguna dan mempertobatkan orang yang tidak beriman? Mungkin yang dimaksud dengan ‘orang tak beriman’ dalam ay 22b adalah ‘orang tak beriman yang bukan termasuk orang pilihan’, sedangkan ‘orang tak beriman’ dalam ay 24-25 adalah ‘orang tak beriman yang adalah orang pilihan’ / orang pilihan yang belum bertobat (Calvin, hal 457).

c) Sekalipun 1Korintus 14: 23-25 ini adalah bagian yang sangat sukar, tetapi tetap ada satu hal yang sangat jelas disini, yaitu: dalam bagian ini Paulus lagi-lagi merendahkan karunia berbahasa Roh dan meninggikan karunia bernubuat.

· 1Korintus 14: 23: bahasa Roh hanya menyebabkan orang kristen dianggap gila. Ini jelas merendahkan bahasa Roh!

Catatan: kalau suatu gereja dimana semua orangnya berkata-kata dalam bahasa Roh saja sudah dianggap gila, apalagi kalau seluruh gereja terkena Toronto Blessing!

· 1Korintus 14: 24-25: nubuat mempertobatkan orang. Ini jelas meninggikan nubuat.

Dalam ay 2-5 sudah ditunjukkan bahwa nubuat lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh, tetapi dalam ay 2-5 hal itu ditekan­kan untuk orang-orang yang sudah percaya. Sekarang dalam ay 23-25 hal itu ditekankan untuk orang-orang yang belum percaya.

Jadi kesimpulannya: baik untuk orang percaya maupun tidak percaya, orang yang ada di dalam atau di luar gereja, nubuat tetap lebih penting dan lebih berguna dari bahasa Roh!

d) Banyak orang-orang Kharismatik menganggap bahwa bahasa Roh merupa­kan bukti bahwa Allah itu hadir. Jadi, karena dalam gereja mereka banyak orang berbahasa Roh dalam kebaktian, maka mereka menganggap gereja mereka penuh dengan Roh Kudus. Sedangkan karena dalam gereja-gereja Protestan tidak ada orang berbahasa Roh dalam kebak­tian, maka mereka menganggapnya sebagai gereja yang tidak mempunyai Roh Kudus! Tetapi benarkah pandangan seperti itu?

1Korintus 14: 23 menunjukkan bahwa gereja yang penuh bahasa Roh (bukankah ini seperti gereja Kharismatik?) hanya menye­babkan orang kafir menganggap mereka gila.

Dan 1Korintus 14: 24-25 menunjukkan bahwa gereja yang penuh nubuat / tanpa bahasa Roh (bukankah ini seperti gereja Protestan?) menyebabkan orang kafir sadar akan dosanya dan bertobat, sehingga mereka menyadari, merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam gereja itu (perhatikan kata-kata ‘sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu’ dalam akhir ay 25).

Pikirkan sendiri, gereja seperti apa yang saudara inginkan? Seperti dalam ay 23 atau seperti dalam ay 24-25?

1Korintus 14: 26-28: “(26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.

1) 1Korintus 14: 26: “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun”.

a) Calvin mengatakan (hal 458) bahwa ay 26 ini menunjukkan bahwa setiap karunia harus mempunyai tempatnya masing-masing, tetapi semua itu harus dilakukan untuk membangun / mendidik gereja.

b) Kata-kata ‘bilamana kamu berkumpul’ menunjukkan bahwa hal-hal ini hanya berlaku untuk suatu kebaktian / persekutuan.

c) Sekalipun kata ‘hendaklah’ dalam ay 26 ini sebetulnya tidak ada, tetapi ayat ini tetap menunjukkan bahwa dalam kebaktian, setiap orang kristen harus menggunakan karunianya untuk untuk memberikan suatu sumbangsih / pelayanan yang ditujukan untuk membangun gereja / jemaat.

1Petrus 4:10 - “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.

Ro 12:6-8a - “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati”.

Penerapan:

· Apakah sampai saat ini saudara datang ke gereja hanya untuk menerima Firman Tuhan saja? Memang, keinginan untuk menerima Firman Tuhan adalah sesuatu yang baik dan harus dipertahankan, tetapi juga harus ditambah dengan keinginan memberi dan keinginan untuk bisa berguna bagi gereja / jemaat. Janganlah puas menjadi orang kristen yang tidak bisa berguna untuk gereja / jemaat.

· Juga jangan merasa puas kalau saudara sudah memberikan persembahan dalam kebaktian, karena hal itu belum cukup. Ay 26 ini, dan juga 1Petrus 4:10 dan Roma 12:6-8a, menunjuk­kan bahwa setiap orang kristen harus memberikan sesuatu dalam hal penggunaan karunia untuk melayani! Jadi, carilah karunia apa yang saudara miliki, dan gunakanlah untuk membangun gereja saudara!

d) 1Korintus 14: 26 ini jelas menunjukkan bahwa tidak setiap / semua orang kristen harus mempunyai karunia bahasa Roh, karena ayat ini menga­takan bahwa yang seorang memberikan mazmur, yang lain memberikan pengajaran, yang lain lagi memberikan bahasa Roh dst. Jadi jelas bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang mempunyai karunia bahasa Roh itu! Yang tidak punya karunia itu pasti mempunyai karunia yang lain sehingga tetap bisa berguna untuk gereja.

2) 1Korintus 14: 27: “Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya”.

a) Kata ‘jika’ pada awal ay 27 menunjukkan bahwa dalam suatu kebaktian / persekutuan, tidak selalu harus ada orang yang berbahasa Roh!

b) Ay 27 ini memberikan syarat / peraturan penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian / perse­kutuan yaitu:

· yang berbahasa Roh hanya boleh 2-3 orang.

· mereka harus bergiliran dalam berbahasa Roh.

· harus ada penafsiran.

Penggunaan bahasa Roh dalam gereja / persekutuan Pentakosta / Kharismatik pada jaman ini, dimana puluhan / ratusan / ribuan orang berbahasa Roh secara bersama-sama dan tanpa ada penafsiran, jelas bertentangan dengan syarat yang ditetapkan oleh Paulus di sini! Tetapi kalau mereka dihadapkan pada ayat ini maka mereka berkata bahwa ada 2 jenis bahasa Roh; untuk jenis yang pertama berlaku syarat-syarat ini, tetapi untuk jenis yang kedua tidak. Dan mereka menggunakan jenis yang kedua ini. Tetapi penjelasan atau jawaban ini sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci!

c) Adanya peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian ini menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Roh, bukanlah orang yang tidak terkendali.

Gordon D. Fee (NICNT): “The regulations for its use in 14:27-28 make it clear that the speaker is not in ‘ecstasy’ or ‘out of control.’” [= Peraturan-peraturan untuk penggunaannya dalam 14:27-28 membuat jelas bahwa sang pembicara (dalam bahasa Roh) tidak berada dalam ‘ecstasy’ / ‘kegembiraan yang meluap-luap’ atau ‘di luar kontrol’] - hal 598.

3) 1Korintus 14: 28: “Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.

Ayat ini mengatakan bahwa kalau tidak ada orang yang bisa menafsir­kan bahasa Roh itu (artinya: dalam kebaktian itu tidak ada orang yang telah diketahui mempunyai karunia penafsiran bahasa Roh), maka orang yang mau berbahasa Roh itu: 
harus ‘berdiam diri’. 

Charles Hodge: “the influence of the Spirit under which he acts, is not irresistible, he should not exercise his gift where it can do no good to others” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 287. 
dan ‘hanya boleh berka­ta-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah’. Apa artinya kali­mat ini? Ada beberapa penafsiran: 

a) Mereka boleh berdoa dengan bahasa Roh, secara pribadi / diam-diam.

Charles Hodge: “He may pray in silence” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 287.

b) Mereka boleh berbahasa Roh (bukan berdoa dengan bahasa Roh) pada waktu mereka sendirian. Jadi mereka harus menunggu sampai mereka sendirian, barulah mereka boleh berbahasa Roh.

Saya setuju dengan arti kedua ini.

c) Calvin: “‘Let him enjoy,’ says he, ‘his gift in his own conscience, and let him give thanks to God.’ For in this way I explain the expression - to ‘speak to himself and to God,’ as meaning - to recognize in his own mind with thanksgiving the favour conferred upon him, and to enjoy it as his own, when there is not an opportunity for bringing it forward in a public manner” (= ) - hal 459.

1Korintus 14: 29-33: “(29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera”. 

1) 1Korintus 14: 29: “Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan”.

a) Sama seperti dalam menggunakan bahasa Roh, maka orang yang bernu­buatpun juga dibatasi sebanyak 2-3 orang. Tetapi dalam ay 29 ini tidak ada kata ‘sebanyak-banyaknya’ seperti dalam 

1Korintus 14: 27.

Calvin: “As to prophecy, too, he prescribes limits, because ‘multitude,’ as they commonly say, ‘breeds confusion.’” (= ) - hal 460.

b) Ay 29b: ‘yang lain menanggapi apa yang mereka katakan’.

· kata ‘menanggapi’ ini merupakan terjemahan yang salah.

RSV: weigh (= menimbang).

NIV: weigh carefully (= menimbang dengan hati-hati).

NASB: pass judgment (= memberikan penghakiman).

KJV/NKJV: judge (= menghakimi).

Kata Yunaninya adalah DIAKRINETOSAN, yang sebetulnya berarti ‘discern’ (= membedakan / melihat perbedaan).

· kata ‘yang lain’ ditafsirkan bermacam-macam:

* orang yang mempunyai karunia membedakan roh (bdk. 1Kor 12:10).

Dasarnya: kata Yunani DIAKRISEIS, yang diterjemahkan ‘membeda­kan’ dalam 1Korintus 12:10, mempunyai akar kata yang sama dengan kata DIAKRINETOSAN dalam ay 29b ini.

* orang-orang lain yang juga mempunyai karunia bernubuat (Calvin, hal 461). Jadi sekalipun mereka disuruh diam (karena yang bernubuat sudah 3 orang), mereka tetap bisa berguna, yaitu dengan cara menilai apa yang dinubuatkan, dan dengan demikian menjaga masuknya ajaran sesat ke dalam gereja.

* semua jemaat yang lain.

Saya setuju dengan arti ke 3. Ini menunjukkan bahwa semua orang Kristen mempunyai kewajiban untuk menilai apakah suatu nubuat / ajaran itu betul-betul adalah firman Tuhan atau bukan (bdk. Kisah Para Rasul 17:11 1Tesalonika 5:20-21 1Yohanes 4:1-3).

2) 1Korintus 14: 30: “Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri”.

Ayat ini menunjukkan bahwa sama seperti dalam penggunaan karunia bahasa Roh, maka karunia nubuatpun harus digunakan secara bergiliran. Jadi, orang yang mau bernubuat harus menunggu sampai yang sedang bernubuat selesai.

Penerapan: Ini sebetulnya bukan hanya berlaku untuk orang bernubuat dalam kebaktian, tetapi juga kalau orang berbicara dalam rapat! Jangan bicara selagi ada orang yang sedang bicara! Mengapa? Demi menghargai orang yang sedang berbicara itu, dan juga demi keteraturan (bdk. ay 33,40). Bandingkan dengan acara di Fox News!

3) 1Korintus 14: 31: “Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan”.

a) ‘Kamu semua’.

· Ini tidak menunjuk kepada semua jemaat, tetapi hanya menunjuk kepada orang-orang yang mempunyai karunia bernubuat (Calvin, hal 462). Hanya merekalah yang boleh bernubuat dalam gereja!

Dalam persoalan menentukan siapa yang boleh berkhotbah dalam gereja, maka banyak gereja jatuh dalam salah satu dari 2 extrim yang salah di bawah ini:

* seadanya orang boleh berkhotbah.

Extrim ini banyak terdapat dalam kalangan gereja Pentakosta / Kharismatik.

Dasarnya: setiap orang bisa dipimpin oleh Roh Kudus dalam menyampaikan firman Tuhan.

Keberatan: kalau Tuhan mau memakai seseorang untuk berkhotbah, maka Tuhan pasti akan memberikan karunia untuk berkhotbah kepada orang itu. Jadi, kalau Tuhan tidak memberikan karunia berkhotbah kepada orang itu, maka itu berarti bahwa Tuhan tidak menghendaki orang itu berkhotbah!

* hanya orang yang mempunyai gelar Sarjana Theologia (atau lebih tinggi dari itu) yang boleh berkhotbah. Extrim ini banyak terdapat dalam gereja Protestan.

Terhadap extrim ini perlu dikatakan bahwa ada orang-orang yang mempunyai karunia berkhotbah, tetapi tidak mempunyai kesempatan untuk sekolah theologia, atau mempunyai kesempatan sekolah hanya sebentar saja, atau mempunyai kesempatan sekolah di sekolah theologia yang tidak mengeluarkan gelar, sehingga orang itu tidak mempunyai gelar. Kalau kita melarang orang seperti ini berkhotbah, maka itu berarti kita ‘mengubur talenta’ orang itu (bdk. Matius 25:18)!

· Ini tentu tidak berarti bahwa semua orang yang mempunyai karunia bernubuat boleh bernubuat dalam satu kebaktian.

Dalam ay 29 tadi telah kita pelajari bahwa dalam satu kebaktian hanya boleh 2-3 orang saja yang bernubuat. Jadi, kalau dalam suatu gereja ada 10 orang yang mempunyai karunia bernubuat, maka bisa saja dalam kebaktian minggu ini 3 diantaranya bernubuat, dan minggu depan 3 orang yang lain, dst.

b) ‘Sehingga kamu semua dapat belajar’.

Ini menunjukkan bahwa nabipun harus mau belajar dari nabi yang lain. Nabi yang hanya mau belajar langsung dari Allah (anti buku tafsiran dsb), adalah nabi yang sombong, yang mungkin sekali justru adalah nabi palsu!

c) ‘Beroleh kekuatan’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kekuatan’ mempunyai arti yang luas yang mencakup:

· exhortation (= desakan).

· encouragement (= pengobaran semangat).

· consolation (= penghiburan).

· admonition (= nasehat).

4) 1Korintus 14: 32: “Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi”.

Kata ‘karunia’ ini salah terjemahan; seharusnya adalah ‘roh-roh’. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan di bawah ini:

KJV: ‘And the spirits of the prophets are subject to the prophets’ (= Dan roh-roh dari nabi-nabi tunduk kepada nabi-nabi).

NIV: the spirits of prophets are subject to the control of prophets (= roh-roh dari nabi-nabi tunduk pada kontrol nabi-nabi).

NASB: the spirits of prophets are subject to prophets (= roh-roh dari nabi-nabi tunduk kepada nabi-nabi).

Artinya adalah: seorang nabi harus bisa menguasai diri dalam bernubuat dan ini harus diwujudkan dengan tidak menyela / memotong nabi lain yang sedang bernubuat.

Jadi, baik bagi orang yang bernubuat maupun bagi orang yang berbaha­sa Roh (ay 27-28), penguasaan diri harus tetap ada! Orang yang bernubuat ataupun yang berbahasa Roh tidak boleh out of control (= tak terkontrol), menjadi histeris, berteriak-teriak tanpa terkendali dsb.

Tetapi pada jaman ini justru ada banyak orang yang kalau berba­hasa Roh lalu betul-betul menjadi tidak terkendali. Matanya terbeliak, mulutnya berbuih, teriakan-teriakannya tidak karuan, tangisannya histeris, badannya bergetar tanpa terkendali dsb. Lebih-lebih dengan adanya Toronto Blessing, maka sikap tak terkontrol itu makin menjadi-jadi. Dan anehnya, ini sering diang­gap sebagai tanda kepenuhan Roh Kudus dan dikuasai oleh Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus tidak mungkin bekerja dengan cara yang bertentangan dengan firmanNya sendiri! Bdk. juga dengan Efesus 5:18 yang mengkontraskan orang yang penuh Roh Kudus (ada penguasaan diri yang baik) dengan orang yang mabuk oleh anggur (tak ada penguasaan diri)!

Karena itu kalau ada orang yang bernubuat / berbahasa Roh dalam keadaan tak terkontrol seperti itu, maka hanya ada 2 kemungkinan: 
Ia sedang kepenuhan roh jahat, bukan Roh Kudus. 

Setan memang sering membuat orang menjadi kehilangan kontrol seperti itu (Markus 9:18,20,22,26). 
Ia memang merupakan pekerjaan Roh Kudus, tetapi pastilah ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup orang itu, sehingga Roh Kudus melakukan hal itu dengan tujuan untuk menghajar orang itu. 

Contoh: Saul bernubuat dengan telanjang semalam-malaman (1Samuel 19:23-24).

5) 1Korintus 14: 33: “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera”.

Ini merupakan dasar dari semua peraturan di atas! Tuhan memberi peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dan nubuat itu, demi keteraturan. Ia tidak menghendaki kebaktian dikacaukan oleh bahasa Roh, apa-lagi oleh hal-hal seperti Toronto Blessing, yang banyak terdapat pada jaman ini.

Catatan: kalau saudara ingin tahu lebih banyak tentang pandangan saya tentang Toronto Blessing, bacalah buku saya yang berjudul ‘Toronto Blessing, Alkitabiahkah?’.

1Korintus 14: 34-35: “(34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. (35) Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat”. 

1) Kata-kata ‘Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus’ (1Korintus 14:34a), dalam Kitab Suci bahasa Inggris ditempatkan pada 1Korintus 14:33b. Di samping itu: 
Oleh NASB/KJV/NKJV bagian ini dihubungkan dengan ay 33. 

NASB: ‘for God is not a God of confusion but of peace, as in all the churches of the saints’ (= karena Allah bukanlah Allah dari kekacauan tetapi dari damai, seperti dalam semua gereja orang-orang kudus). 
Oleh NIV/RSV bagian ini dihubungkan dengan ay 34 (ini sama seperti Kitab Suci bahasa Indonesia). 

Saya menganggap inilah yang benar. Kalau memang demikian, maka ini menunjukkan bahwa peraturan tentang perempuan dalam ibadah ini, dimana orang perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan jemaat, adalah sesuatu yang bersifat tradisi dan karena itu tidak harus dilaksanakan pada saat ini.

2) Dalam bagian ini dikatakan bahwa dalam kebaktian, perempuan harus diam, tidak boleh berbicara, harus tunduk (kepada pria / suami), bahkan tidak boleh bertanya (kalau mau bertanya, harus bertanya kepada suami di rumah). Juga dikatakan bahwa perempuan berbicara dalam kebaktian adalah sesuatu yang ‘tidak sopan’. Tetapi kata-kata ‘tidak sopan’ itu sebetulnya kurang tepat terjemahannya.

KJV: ‘a shame’ (= sesuatu yang memalukan).

NASB: ‘improper’ (= tidak benar).

NIV: ‘disgraceful’ (= memalukan).

RSV/NKJV: ‘shameful’ (= memalukan).

Kata Yunani yang dipakai adalah AISCHROS yang digunakan untuk menun­juk pada sesuatu yang menimbulkan kejijikan.

Calvin berkata (hal 469) bahwa karena tidak semua suami mampu memberikan penjelasan, maka istri / perempuan boleh saja bertanya kepada sang nabi sendiri, tetapi tetap harus bertanya secara pribadi, bukan di muka umum.

3) Bagian ini digunakan untuk mengatakan bahwa perempuan tidak boleh mengajar dalam gereja, karena mengajar berarti berbicara, dan juga berarti perempuan itu menjadi superior dan mempunyai otoritas.

4) Pro dan kontra tentang hal ini.

Tentang hal ini ada orang yang pro dan kontra karena ayat-ayat Kitab Suci kelihatannya memang juga ada yang pro dan kontra.

Ayat yang pro: 1Timotius 2:11-12 yang berbunyi: “Seharusnya perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki”.

Ayat-ayat yang kontra: 
Keluaran 15:20 - Miryam, kakak Musa, adalah seorang perempuan, tetapi ia bernubuat / memberitakan Firman Tuhan. 

Hakim 4:4 - Debora juga adalah seorang perempuan, tetapi ia adalah seorang nabiah dan hakim! 
2Raja 22:14-15 / 2 Tawarikh 34:22 - Hulda juga adalah seorang perempuan, tetapi ia memberitakan Firman Tuhan kepada seorang raja. 

Lukas 2:36 menceritakan tentang Hana, seorang nabi perempuan. 

Kisah Para Rasul 2:17 - “Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi”. 

Kis 21:9 - Filipus mempunyai 4 orang anak perempuan yang mempunyai karunia bernubuat. 
1Korintus 11:5 - “Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya”. 

4) ‘Seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat’ ( 1Korintus 14:34b).

Ini hanya berhubungan dengan ketundukan perempuan kepada laki-laki, dan ini memang ada dalam hukum Taurat. Misalnya: Kej 3:16.

1Korintus 14: 36: “Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang?”.

1) Ini terpisah dari 1Korintus 14: 34-35, jadi tidak lagi berhubungan dengan perempuan dalam ibadah.

Dasarnya: tadi dalam ay 34-35 Paulus menggunakan kata ganti orang ‘mere­ka’, tetapi sekarang dalam   1Korintus 14:36 Paulus menggunakan kata ganti orang ‘kamu’, yang jelas tidak lagi menunjuk kepada ‘perempuan’ tetapi kepada ‘orang Korintus’.

2) Ini diucapkan oleh Paulus karena orang Korintus ‘aneh’ sendirian.

Arti pertanyaannya adalah: 
Apakah kamu adalah gereja induk? (1Korintus 14:36a). 
Apakah kamu adalah satu-satunya gereja? (1Korintus 14:36b). 

Tentu saja jawabannya seharusnya adalah ‘tidak’. Tetapi kalau memang tidak, lalu mengapa kamu aneh sendirian / lain dari pada yang lain?

Ini menunjukkan bahwa membandingkan gereja kita dengan gereja-gereja yang lain, adalah sesuatu yang penting. Perlu juga diperhati­kan bahwa pada akhir jaman ini ada begitu banyak gereja yang menyim­pang dari Kitab Suci, sehingga kita tidak bisa asal meniru seadanya gereja pada jaman ini! Kita juga harus membandingkan:

a) Dengan gereja-gereja dalam sepanjang sejarah.

Sekalipun pada jaman sekarang ada begitu banyak penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian, tetapi kalau kita melihat dalam sepanjang sejarah gereja, tentu tidak demikian halnya!

b) Dengan Kitab Suci sendiri!

Ingatlah selalu untuk tidak sembarangan meniru gereja lain. Kitab Suci adalah standard bagi kita!

1Korintus 14: 37-38: “(37) Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. (38) Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia”.

1) 1Korintus 14: 37: ‘ia harus sadar’.

Ini salah terjemahan.

KJV/NKJV/NIV: ‘let him acknowledge’ (= hendaklah ia mengakui).

RSV: ‘he should acknowledge’ (= ia harus mengakui).

NASB: ‘let him recognize’ (= hendaklah ia mengakui).

Jadi ay 37 ini menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya adalah nabi atau orang yang mempunyai karunia rohani, harus mengakui bahwa ajaran / kata-kata Paulus ini adalah Firman Tuhan! Bdk. 1Yohanes 4:6 - “Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan”.

2) ‘bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan’.

KJV: ‘that the things that I write unto you are the commandments of the Lord’ (= bahwa hal-hal yang kutuliskan kepadamu adalah perintah-perintah Tuhan).

3) 1Korintus 14: 38: “Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia”.

Ada bermacam-macam terjemahan.

NIV: if he ignores this, he himself will be ignored (= kalau ia mengabaikan hal ini, ia sendiri akan diabaikan).

RSV/NASB: if anyone does not recognize this, he is not recognized (= kalau seseorang tidak mengakui ini, ia tidak diakui).

KJV/NKJV: if anyman be ignorant, let him be ignorant (= kalau ada orang yang tidak tahu, biarlah ia tidak tahu).

1Korintus 14: 39-40: “(39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”.

Ini menunjukkan kesimpulan dari seluruh 1Korintus 14!

1) 1Korintus 14: 39: “Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh”.

Ayat ini sering hanya dikutip sebagian oleh orang-orang Kharismatik, yaitu bagian yang berbunyi: ‘Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh’, dan lalu dijadikan dasar untuk menyerang orang-orang Protestan yang menyerang bahasa Roh. Tetapi ini adalah penggunaan ayat yang tidak sesuai dengan kontexnya, karena dalam seluruh ay 39 ini sebetulnya Paulus lagi-lagi mengkontraskan karunia bernubuat dengan karunia berbahasa Roh, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa karunia bernubuat lebih penting dari karunia bahasa Roh. Perhatikanlah kontras itu di bawah ini:

a) 1Korintus 14:39a: ‘Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat’.

Ini menunjukkan bahwa kalau untuk karunia bernubuat maka Paulus berkata bahwa itu harus ‘diusahakan untuk diperoleh’ (ini mempergunakan kata Yunani ZELOUTE yang telah dibahas dalam ay 1).

b) 1Korintus 14:39b: ‘Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh’.

Ini menunjukkan bahwa kalau untuk karunia bahasa Roh, Paulus hanya berkata ‘jangan dilarang’. Itupun tentu saja kalau penggunaannya benar (sesuai dengan 1Korintus 14: 27-28).

Jadi seluruh ay 39 ini jelas menunjukkan bahwa Paulus jauh lebih mementingkan karunia bernubuat dibandingkan dengan karunia bahasa Roh!

2) 1Korintus 14: 40: “Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (bdk. ay 33).

Ini menunjukkan bahwa kita harus mengatur sedemikian rupa sehingga suatu kebaktian berjalan dengan tertib dan teratur.

Ini bukan hanya kewajiban pendeta saja, tetapi juga majelis, pengu­rus dan jemaat!

Penerapan: 

penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian dengan mengabaikan peraturan penggunaan bahasa Roh dalam ay 27-28, jelas merupakan suatu praktek yang bertentangan dengan ay 40 ini. 
Toronto Blessing jelas juga bertentangan dengan 1Korintus 14:40 ini. 

pemilihan pengkhotbah dan chairman yang jelek bisa membuat kebak­tian jadi kacau dan karena itu hal ini harus dihindarkan. 

adanya anak-anak kecil yang berlari-lari dan ribut dalam kebaktian jelas merupakan sesuatu yang tidak bisa dibiarkan! 

doa yang dilakukan bersama dengan alat musik / puji-pujian, jelas merupakan suatu kekacauan. Pikirkan: dalam Kitab Suci bagian mana ada doa yang diiringi alat musik? Pada waktu Yesus berdoa Ia mencari ketenangan (Markus 1:35), lalu bagaimana mungkin orang kristen jaman sekarang sengaja membuat musik dalam doa? Disamping itu hal ini membuat pemain musik itu tidak bisa ikut berdoa! 
‘doa bersuara’ (doa dimana semua orang sama-sama berdoa dengan mengeluarkan suara) jelas juga merupakan suatu kekacauan! Kalau Paulus melarang lebih dari satu orang berbahasa Roh / bernubuat dalam waktu bersamaan, maka adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang boleh berdoa bersama-sama (Catatan: sekalipun thema yang didoakan sama, tetapi kata-katanya jelas berbeda satu sama lain!). 

seruan keras ‘Amin’, ‘Haleluyah’, dsb dari orang-orang tertentu di tengah-tengah doa / khotbah, jelas juga bertentangan dengan 1 Korintus 14:40 ini! Kalau mau mengaminkan, lakukan itu dalam hati saudara, supaya tidak mengganggu orang lain / mengacaukan ketertiban! 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-----
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


Next Post Previous Post