PRO KONTRA PENGHAPUSAN HUKUM MORAL: MATIUS 5:17-20

Oleh:Pdt. Budi Asali, M,Div.
PRO KONTRA PENGHAPUSAN HUKUM MORAL: Matius 5:17-20. Ada orang-orang yang menganggap bahwa bukan hanya Ceremonial Law [= hukum upacara], tetapi bahkan juga Moral Law [= hukum moral] dari Hukum Taurat, telah dihapuskan, pada jaman Perjanjian Baru. Dalam pelajaran ini kita akan membahas tentang apakah Moral Law [= hukum moral] dari Perjanjian Lama dihapuskan pada jaman Perjanjian Baru, atau berlaku terus / selama-lamanya.
PRO KONTRA PENGHAPUSAN HUKUM MORAL: Matius 5:17-20
gadget, bisnis, otomotif
I) Pembahasan ayat-ayat / dasar yang menunjukkan bahwa hukum Taurat (Moral Law) tetap berlaku pada jaman Perjanjian Baru.

1) Matius 5:17-20 - (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (20) Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga..

Sebetulnya text ini digunakan oleh kedua pihak untuk mendukung pandangannya masing-masing. Karena adanya kata-kata melainkan untuk menggenapinya (Matius 5: 17 akhir), dan sebelum semuanya terjadi (Matius 5: 18 akhir), maka banyak orang justru menggunakan text ini untuk mengatakan bahwa hukum Taurat sudah tak berlaku dalam jaman Perjanjian Baru. Mari kita mempelajari text ini untuk melihat apakah memang text ini bisa diartikan seperti itu.

a) Matius 5:17-18 - (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi..

1. Arti dari kata meniadakan (ay 17a, ay 17b).
Kata Yunani yang digunakan adalah KATALUSAI, yang berasal dari kata dasar KATALUO, dan artinya adalah menghancurkan, menghapuskan.

2. Arti dari kata menggenapi (Matius 5: 17).
Kata Yunani yang digunakan adalah PLEROSAI, yang berasal dari kata dasar PLEROO, dan arti sebenarnya adalah mengisi sampai penuh, atau melengkapi / menyempurnakan.

Apa artinya Yesus menggenapi hukum Taurat?

a. Mentaatinya dengan sempurna.
Matius 3:15 - Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah. Dan Yohanespun menurutiNya..
Jelas bahwa di sini kata menggenapkan berarti mentaati. Arti ini bisa diambil untuk Mat 5:17b ini. Jadi Tuhan Yesus menggenapi Perjanjian Lama dengan mentaatinya.

Galatia 4:4 - Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat..
KJV: made under the law [= dibuat di bawah hukum Taurat].
Terjemahan hurufiahnya adalah becoming under law [= menjadi di bawah hukum Taurat].

Matthew Henry: “No, he came to fulfil them. That is, (1.) To obey the commands of the law, for he was made under the law, Gal 4:4. He in all respects yielded obedience to the law, honoured his parents, sanctified the sabbath, prayed, gave alms, and did that which never any one else did, obeyed perfectly, and never broke the law in any thing. [= Tidak, Ia datang untuk menggenapi mereka. Artinya, (1.) Mentaati perintah-perintah dari hukum Taurat, karena Ia dibuat menjadi di bawah hukum Taurat, Galatia 4:4. Ia dalam semua hal mentaati hukum Taurat, menghormati orang tuaNya, menguduskan Sabat, berdoa, memberi sedekah, dan melakukan apa yang tak pernah dilakukan orang lain manapun, mentaati dengan sempurna, dan tidak pernah melanggar hukum Taurat dalam hal apapun.].

b. Menggenapi janji-janji dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama (bdk. Matius 1:22  Matius 2:15  Matius 4:14), dan menggenapi bagian-bagian Perjanjian Lama yang merupakan type / bayangan Tuhan Yesus seperti: imam, korban penghapus dosa dan sebagainya.

Matthew Henry: “(2.) To make good the promises of the law, and the predictions of the prophets, which did all bear witness to him. ... (3.) To answer the types of the law; thus (as bishop Tillotson expresses it), he did not make void, but make good, the ceremonial law, and manifested himself to be the Substance of all those shadows. [= (2.) Menepati / menggenapi janji-janji dari hukum Taurat, dan ramalan-ramalan dari nabi-nabi, yang semuanya memberi kesaksian tentang Dia. ... (3.)  memenuhi TYPE-TYPE dari hukum Taurat; dan dengan demikian (seperti uskup Tillotson menyatakannya), Ia tidak membatalkan, tetapi menggenapi, hukum ceremonial, dan menyatakan diriNya sendiri sebagai zat / realita dari semua bayangan-bayangan itu.].

KematianNya di kayu salib untuk memikul hukuman dosa-dosa manusia termasuk dalam point ini.
D. Martyn Lloyd-Jones: One of the ways in which the law has to be fulfilled is that its punishment of sin must be carried out. This punishment is death, and that was why He died. [= Salah satu cara dalam mana hukum Taurat harus digenapi adalah bahwa hukuman dari dosa harus dilaksanakan. Hukuman ini adalah kematian, dan itulah sebabnya mengapa Ia mati.] - Studies in the Sermon on the Mount, hal 192.

c. Ada yang mengatakan bahwa dalam kata menggenapi ini tercakup juga arti to fill up [= memenuhi / mengisi sampai penuh], atau to complete [= melengkapi].

Matthew Henry: “(4.) To fill up the defects of it, and so to complete and perfect it. Thus the word ‎plerosai ‎properly signifies. If we consider the law as a vessel that had some water in it before, he did not come to pour out the water, but to fill the vessel up to the brim; ...; so Christ made an improvement of the law and the prophets by his additions and explications. [= (4.) Memenuhi kekurangan-kekurangannya, dan dengan demikian melengkapi dan menyempurnakannya. Demikianlah arti kata PLEROSAI secara tepat. Jika kita menganggap hukum Taurat sebagai suatu bejana yang sebelumnya mempunyai air di dalamnya, Ia tidak datang untuk mencurahkan air itu keluar, tetapi untuk mengisi bejana itu sampai penuh; ... ; demikianlah Kristus membuat suatu kemajuan / perbaikan terhadap hukum Taurat dan kitab nabi-nabi oleh tambahan-tambahan dan penjelasan-penjelasanNya.].

d. Ada juga orang yang mengatakan bahwa kata ‘menggenapi’ itu bisa diartikan ‘mengajar’.

Adam Clarke (tentang Matius 5:17): “It is worthy of observation, that the word ‎gaamar‎, among the rabbis, signifies not only to fulfil, but also to teach; and, consequently, we may infer that our Lord intimated, that the law and the prophets were still to be taught or inculcated by him and his disciples; and this he and they have done in the most pointed manner. [= Patut diperhatikan bahwa kata GAMAR, di antara rabi-rabi, berarti bukan hanya menggenapi, tetapi juga mengajar; dan karena itu kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan kita mengisyaratkan, bahwa hukum Taurat dan kitab nabi-nabi tetap harus diajarkan atau ditanamkan olehNya dan murid-muridNya; dan ini telah Ia dan mereka lakukan dengan cara yang paling tajam / menyolok.].

Adam Clarke lalu mendukung kata-katanya dengan menggunakan Kolose 1:25.
Kol 1:25 - Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firmanNya dengan sepenuhnya kepada kamu,.
Kata Yunani yang diterjemahkan meneruskan adalah PLEROSAI, berasal dari kata dasar PLEROO, kata Yunani yang sama seperti yang diterjemahkan menggenapi dalam Mat 5:17 ini.
Bagian yang saya garis-bawahi itu, diterjemahkan secara berbeda-beda oleh Alkitab bahasa Inggris.

KJV: ‘to fulfil the word of God’ [= menggenapi firman Allah].
RSV: ‘to make the word of God fully known’ [= membuat firman Allah diketahui / dikenal sepenuhnya].

NIV: ‘to present to you the word of God in its fullness -’ [= memberikan / memperkenalkan / menyajikan kepada kamu firman Allah dalam kepenuhannya -].
NASB: ‘might fully carry out the preaching of the word of God,’ [= bisa dengan sepenuhnya melaksanakan pemberitaan firman Allah,].

3. Bisakah Matius 5:17 diartikan, karena Yesus sudah menggenapi Perjanjian Lama, maka Perjanjian Lama dihapuskan?

Matius 5:17 - Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya..

Itu mustahil, karena:

a. Itu tak cocok dengan arti kata menggenapi pada point (c) dan (d) di atas.

b. Kata melainkan (Matius 5: 17), berasal dari kata Yunani ALLA, artinya tetapi.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: but [= tetapi].
Kata ini jelas mengkontraskan tindakan meniadakan dengan tindakan menggenapi! Jadi, tidak mungkin diartikan bahwa karena Yesus sudah menggenapi hukum Taurat / Perjanjian Lama, maka sekarang hukum Taurat / Perjanjian Lama ditiadakan.

c. Matius 5:18: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”.

(1) Kata ditiadakan dalam ay 18 ini menggunakan kata Yunani yang berbeda dengan kata meniadakan dalam ay 17a dan ay 17b. Dalam ay 18 kata ditiadakan ini berasal dari kata Yunani PARELTHE, yang berasal dari kata Yunani PARELKHOMAI, dan artinya adalah go / pass by [= lewat], pass away [= mati], come to an end [= berakhir], disappear [= hilang], neglect [= mengabaikan].
Kata-kata satu iota atau satu titikpun menunjukkan bagian yang paling kecil dari hukum Taurat.

(2) Kata-kata lenyap langit dan bumi ini jelas menunjuk pada akhir jaman!
Bdk. Lukas 16:17 - Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal..

Dalam komentarnya tentang Matius 5:18, setelah ia mengutip Luk 16:17 ini, Calvin berkata sebagai berikut:

Calvin (tentang Matius 5:18): The design of Christ, in both passages, was to teach, that the truth of the law and of every part of it, is secure, and that nothing so durable is to be found in the whole frame of the world. [= Rancangan Kristus, dalam kedua text, adalah untuk mengajar, bahwa kebenaran dari hukum Taurat dan setiap bagiannya, adalah terjamin / kokoh, dan bahwa tidak ada apapun yang begitu tahan lama yang bisa ditemukan dalam seluruh kerangka dunia / alam semesta.].

(3) Tetapi bagaimana dengan kata-kata sebelum semuanya terjadi pada akhir Matius 5:18? Apa artinya?
KJV: ‘till all be fulfilled.’ [= sampai semua digenapi.].
RSV/NASB: ‘until all is accomplished.’ [= sampai semua diselesaikan / terjadi.].
NIV: ‘until everything is accomplished.’ [= sampai segala sesuatu diselesaikan / terjadi.].

Kata terjadi berasal dari kata Yunani GENETAI, yang berasal dari kata dasar GINOMAI, dan artinya adalah menjadi, menjadi ada, mulai ada, terjadi.

Adam Clarke (tentang Matius 5:18): “Till all be fulfilled. Or, accomplished. Though all earth and hell should join together to hinder the accomplishment of the great designs of the Most High, yet it shall all be in vain - even the sense of a single letter shall not be lost. The words of God, which point out his designs, are as unchangeable as his nature itself. Every sinner, who perseveres in his iniquity, shall surely be punished with separation from God and the glory of his power; and every soul that turns to God, through Christ, shall as surely be saved, as that Jesus himself hath died. [= Sampai semua digenapi. Atau, terjadi / diselesaikan. Sekalipun seluruh bumi dan neraka bergabung bersama-sama untuk menghalangi penyelesaian / penggenapan dari rancangan-rancangan agung dari Yang Maha Tinggi, tetapi itu semua akan sia-sia - bahkan arti dari satu hurufpun tak akan hilang. Firman Allah, yang menjelaskan rancangan-rancanganNya, tidak bisa berubah seperti sifat dasarNya sendiri. Setiap orang berdosa, yang bertekun dalam kejahatannya, pasti akan dihukum dengan keterpisahan dari Allah dan kemuliaan dari kekuatanNya (2Tes 1:9); dan setiap jiwa yang berbalik kepada Allah, melalui Kristus, dengan sama pastinya akan diselamatkan, seperti Yesus sendiri telah mati.].
Catatan: bagian akhir itu merupakan contoh bahwa semua hukum Taurat akan terjadi. Dengan contoh seperti itu terlihat dengan jelas bahwa Adam Clarke memaksudkan akhir jaman.

Pulpit Commentary (tentang Matius 5:18): “‘Till all be fulfilled;’ Revised Version, ‘be accomplished’ (γένηται). The clause is probably epexegetical of ‘till heaven and earth pass away.’ Nothing in the Law shall pass away till heaven and earth pass away, when, with a new heaven and earth, all the contents of the Law will be completely realized (cf. Nösgen) so that even then nothing in the Law shall pass away (vide infra).” [= ‘Sampai semua digenapi’; Revised Version, ‘terjadi / diselesaikan’ (γένηται / GENETAI). Anak kalimat itu mungkin merupakan penjelasan tambahan dari ‘sampai langit dan bumi lenyap’. Tak ada apapun dalam hukum Taurat akan lenyap sampai langit dan bumi lenyap, pada waktu, dengan langit dan bumi yang baru, seluruh isi dari hukum Taurat akan sepenuhnya dicapai / diwujudkan (bdk. Nösgen) sehingga bahkan pada saat itu tak ada apapun dalam hukum Taurat akan lenyap (vide infra).].

Penafsir ini bahkan beranggapan bahwa pada saat langit dan bumi lenyap, digantikan dengan langit dan bumi yang baru, tetap tak ada apapun dalam hukum Taurat yang akan lenyap!

UBS NT Handbook Series (tentang Matius 5:18): “Much controversy surrounds the interpretation of the clause until all is accomplished. TEV translates this clause as not until the end of all things, with an alternative rendering in the margin (until all its teaching come true). The Greek expression is literally until all things happen, which basically offers two possibilities of interpretation: (1) All things may be interpreted as a reference to events which must happen before the end of time; this seems to be the approach taken by most translations: until all that must happen has happened (NEB), until history comes to an end (Brc), not before the end of this world (GeCL 1st edition). The TOB footnote qualifies this as a difficult expression but prefers the meaning until the end of the world. (2) All things may also be interpreted as a reference to the demands of the Law: until all its teachings come true (TEV alternative rendering), before all that it stands for is achieved (NEB alternative rendering), until its purpose is complete (Phps), until all its purpose is achieved (NJB). Mft (until it is all in force), and AT (until it is all observed) seem also to accept this exegesis. It is difficult to believe that the first of these possibilities is what is meant, for this would simply be repeating what is said at the first of the verse. Moreover, the contextual demands are met much better by the second of these alternative possibilities. Taking this second interpretation, translators can have until everything in the Law is fulfilled, until everything the Law speaks of comes true, until the whole purpose of the Law is achieved, or until everything happens as the Law says it will.” [= Banyak pertentangan melingkupi penafsiran dari anak kalimat, sampai semuanya terjadi. TEV menterjemahkan anak kalimat ini sebagai tidak sampai akhir dari segala sesuatu, dengan suatu terjemahan alternatif di catatan tepi (sampai semua pengajarannya terjadi). Ungkapan Yunaninya secara hurufiah adalah sampai segala sesuatu terjadi, yang pada dasarnya menawarkan dua kemungkinan penafsiran: (1) Segala sesuatu bisa ditafsirkan sebagai suatu referensi pada peristiwa-peristiwa yang harus terjadi sebelum akhir jaman; ini kelihatannya merupakan pendekatan yang diambil oleh kebanyakan terjemahan: sampai semua yang harus terjadi telah terjadi (NEB), sampai sejarah berakhir (Brc), tidak sebelum akhir dunia ini (GeCL edisi pertama). Catatan kaki dari TOB menggambarkan ini sebagai suatu ungkapan yang sukar tetapi lebih memilih arti sampai akhir dunia ini. (2) Segala sesuatu juga bisa ditafsirkan sebagai suatu referensi pada tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat: sampai semua ajarannya terjadi (terjemahan alternatif dari TEV), sebelum semua artinya tercapai (terjemahan alternatif dari NEB), sampai tujuannya lengkap / sempurna (Phps), sampai semua tujuannya dicapai (NJB). Mft (sampai semuanya berlaku, dan AT (sampai itu semua ditaati) kelihatannya juga menerima exegesis ini. Adalah sukar untuk percaya bahwa yang pertama dari kemungkinan-kemungkinan ini merupakan apa yang dimaksudkan, karena ini hanya mengulangi apa yang dikatakan pada awal dari ayat ini. Lebih lagi, tuntutan kontext dipenuhi dengan jauh lebih baik oleh yang kedua dari kemungkinan-kemungkinan alternatif ini. Mengambil penafsiran kedua ini, para penterjemah bisa mendapatkan sampai segala sesuatu dalam hukum Taurat digenapi, sampai segala sesuatu yang dikatakan hukum Taurat terjadi, sampai seluruh tujuan dari hukum Taurat tercapai, atau sampai segala sesuatu terjadi sebagaimana hukum Taurat mengatakan akan terjadi.].
Arti yang manapun yang mau kita terima dari dua kemungkinan yang diberikan oleh penafsir ini, tetap saja menunjuk pada akhir jaman.

D. Martyn Lloyd-Jones (tentang Matius 5:17-18): Our Lord Jesus Christ in these two verses confirms the whole of the Old Testament. He puts His seal of authority, His imprimatur, upon the whole of the Old Testament canon, the whole of the law and the prophets. ... To the Lord Jesus Christ the Old Testament was the Word of God; it was Scripture; it was something absolutely unique and apart; it had authority which nothing else has ever possessed nor can possess. [= Tuhan kita Yesus Kristus dalam kedua ayat ini meneguhkan seluruh Perjanjian Lama. Ia memberikan meterai otoritasNya, persetujuanNya, pada seluruh kanon Perjanjian Lama, seluruh kitab / hukum Taurat dan nabi-nabi. ... Bagi Tuhan Yesus Kristus, Perjanjian Lama adalah Firman Allah; itu adalah Kitab Suci; itu merupakan sesuatu yang secara mutlak unik dan terpisah; itu mempunyai otoritas yang tidak pernah dipunyai dan tidak akan dipunyai oleh apapun yang lain.] - Studies in the Sermon on the Mount, hal 187.

C. H. Spurgeon (tentang Matius 5:18): Very great mistakes have been made about the law. Not long ago there were those about us who affirmed that the law is utterly abrogated and abolished, and they openly taught that believers were not bound to make the moral law the rule of their lives. What would have been sin in other men they counted to be no sin in themselves. From such Antinomianism as that may God deliver us. We are not under the law as the method of salvation, but we delight to see the law in the hand of Christ, and desire to obey the Lord in all things. [= Kesalahan-kesalahan yang sangat besar telah dibuat tentang hukum Taurat. Tak lama berselang disana ada mereka di sekitar kita yang menegaskan bahwa hukum Taurat dibatalkan dan dihapuskan sama sekali, dan mereka secara terbuka mengajar bahwa orang-orang percaya tidak terikat untuk membuat hukum moral sebagai peraturan dari kehidupan mereka. Apa yang adalah dosa dalam orang-orang lain mereka perhitungkan sebagai bukan dosa dalam diri mereka sendiri. Dari Antinomian (orang-orang yang anti hukum) seperti itu kiranya Allah membebaskan kita. Kita tidak ada di bawah hukum Taurat sebagai metode keselamatan, tetapi kita senang melihat hukum Taurat dalam tangan Kristus, dan menginginkan untuk mentaati Tuhan dalam segala sesuatu.] - Spurgeons Expository Encyclopedia, vol 10, hal 177.

Calvin (tentang Matius 5:17): “if a new kind of doctrine had been introduced, which would destroy the authority of the Law and the Prophets, religion would have sustained a dreadful injury.” [= seandainya suatu jenis yang baru dari doktrin / ajaran telah diperkenalkan, yang akan menghancurkan otoritas dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, agama akan sudah menopang / menyokong suatu luka / kerugian yang menakutkan.].

Calvin (tentang Matius 5:17): “the context makes this abundantly clear: for he immediately adds, by way of confirmation, that it is impossible for even one point of the Law to fail, - and pronounces a curse on those teachers who do not faithfully labor to maintain its authority.” [= kontextnya membuat ini sangat jelas: karena Ia segera menambahkan, sebagai peneguhan, bahwa adalah mustahil bahkan untuk satu titik dari hukum Taurat untuk gagal / kehilangan kekuatan, - dan mengumumkan suatu kutuk pada pengajar-pengajar itu yang tidak dengan setia berjerih payah untuk mempertahankan otoritasnya.].

Calvin (tentang Matius 5:17): “We must keep in mind the object which Christ had in view. While he invites and exhorts the Jews to receive the Gospel, he still retains them in obedience to the Law; and, on the other hand, he boldly refutes the base reproaches and slanders, by which his enemies labored to make his preaching infamous or suspected.” [= Kita harus ingat tujuan yang Kristus punyai. Sementara Ia mengundang dan mendesak orang-orang Yahudi untuk menerima Injil, Ia tetap menahan mereka dalam ketaatan pada hukum Taurat; dan di sisi lain, Ia dengan berani membantah celaan-celaan dan fitnahan-fitnahan hina, dengan mana musuh-musuhNya berjerih payah untuk membuat pemberitaanNya mempunyai reputasi buruk atau dicurigai.].

Calvin (tentang Matius 5:17): “God had, indeed, promised a new covenant at the coming of Christ; but had, at the same time, showed, that it would not be different from the first, but that, on the contrary, its design was, to give a perpetual sanction to the covenant, which he had made from the beginning, with his own people.” [= Allah memang menjanjikan suatu perjanjian yang baru pada kedatangan dari Kristus; tetapi pada saat yang sama telah menunjukkan bahwa itu tidak akan berbeda dengan yang pertama, tetapi bahwa sebaliknya, rancanganNya adalah, untuk memberikan suatu persetujuan / dukungan pada perjanjian, yang telah Ia buat dari semula, dengan umat / bangsaNya sendiri.].

Calvin (tentang Matius 5:17): “By these words he is so far from departing from the former covenant, that, on the contrary, he declares, that it will be confirmed and ratified, when it shall be succeeded by the new. This is also the meaning of Christs words, when he says, that he came to fulfill the law: for he actually fulfilled it, by quickening, with his Spirit, the dead letter, and then exhibiting, in reality, what had hitherto appeared only in figures. [= Oleh / dengan kata-kata ini Ia begitu jauh dari meninggalkan perjanjian yang terdahulu, bahwa, sebaliknya, Ia menyatakan, bahwa itu akan ditegaskan / diperkuat dan diteguhkan / disahkan, pada waktu itu akan disusul / diikuti oleh yang baru. Ini juga adalah arti dari kata-kata Kristus, pada waktu Ia berkata, bahwa Ia datang untuk mengenapi hukum Taurat: karena Ia dengan sungguh-sungguh menggenapinya, dengan menghidupkan, dengan RohNya, huruf yang mati, dan lalu menunjukkan, dalam realita, apa yang sampai saat itu telah muncul hanya dalam simbol-simbol.].

Calvin (tentang Matius 5:17): “With respect to doctrine, we must not imagine that the coming of Christ has freed us from the authority of the law: for it is the eternal rule of a devout and holy life, ... With respect to ceremonies, there is some appearance of a change having taken place; but it was only the use of them that was abolished, for their meaning was more fully confirmed. ... Let us therefore learn to maintain inviolable this sacred tie between the law and the Gospel, which many improperly attempt to break. [= Berkenaan dengan doktrin, kita tidak boleh membayangkan bahwa kedatangan Kristus telah membebaskan kita dari otoritas hukum Taurat: karena itu merupakan peraturan kekal dari kehidupan yang saleh / taat dan kudus, ... Berkenaan dengan upacara-upacara, kelihatannya telah terjadi perubahan; tetapi hanya penggunaan mereka yang dihapuskan, karena arti mereka bahkan makin diteguhkan. ... Karena itu hendaklah kita belajar untuk menjaga supaya hubungan yang kudus antara hukum Taurat dan Injil tidak diganggu gugat, yang merupakan sesuatu yang diusahakan untuk dihancurkan oleh banyak orang.].

John Stott (tentang Matius 5:17-18): “1. Christ and the law (17, 18). He begins by telling them not for one moment to imagine that he had come to abolish the law and the prophets, i.e. the whole Old Testament or any part of it. ...  People are still asking today, though in different ways, about the relation between Jesus and Moses, the New Testament and the Old. Since Jesus grasped the nettle and declared himself plainly on the issue, we should not be shy of following suit. He had come ... neither to abolish the law and the prophets, setting them aside or abrogating them, nor even just to endorse them in a dead and literalistic way, but to fulfil them. [= 1. Kristus dan hukum Taurat (ay 17,18). Ia mulai dengan memberitahu mereka untuk tidak sesaatpun membayangkan bahwa Ia telah datang untuk menghapuskan hukum Taurat dan kitab para nabi, yaitu seluruh Perjanjian Lama atau sebagian darinya. ... Orang-orang masih bertanya saat ini, sekalipun dalam cara yang berbeda, tentang hubungan antara Yesus dan Musa, Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Karena Yesus mengerti gangguan / problemnya dan menyatakan sendiri secara jelas tentang hal ini, kita tidak boleh malu untuk mengikuti contoh ini. Ia telah datang ... bukan untuk menghapuskan hukum Taurat dan kitab para nabi, mengesampingkan mereka atau membatalkan mereka, atau bahkan bukan hanya untuk mengakui mereka dalam suatu cara yang mati dan hurufiah, tetapi untuk menggenapi mereka.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 70-71.

John Stott (tentang Matius 5:17-18): Their counterparts today seem to be those who have embraced the so-called new morality, for they declare that the very category of law is abolished for the Christian (though Christ said he had not come to abolish it), that no law any longer binds Christian people except the law of love, and in fact that the command to love is the only absolute there is. I shall have more to say about them later. For the moment it is enough to emphasize that according to this verse (17) the attitude of Jesus to the Old Testament was not one of destruction and of discontinuity, but rather of a constructive, organic continuity. He summed up his position in a single word, not abolition but fulfilment. [= Rekan mereka pada jaman ini kelihatannya adalah mereka yang telah mempercayai apa yang disebut moralitas baru, karena mereka menyatakan bahwa justru kategori hukum Taurat ini dihapuskan bagi orang Kristen (sekalipun Kristus berkata bahwa Ia tidak datang untuk menghapuskannya), bahwa tak ada hukum yang tetap mengikat orang-orang Kristen kecuali hukum kasih, dan dalam faktanya perintah untuk mengasihi adalah satu-satunya hal mutlak yang ada. Saya akan berbicara tentang mereka lebih banyak belakangan. Untuk saat ini adalah cukup untuk menekankan bahwa menurut ayat ini (ay 17) sikap Yesus terhadap Perjanjian Lama bukanlah sikap penghancuran dan ketidak-berlanjutan, tetapi sebaliknya sikap keberlanjutan yang membangun / berguna dan organik. Ia menyimpulkan posisiNya dalam satu kata, bukan penghapusan tetapi penggenapan.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 72-73.

b) Matius 5:19 - Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga..

Matthew Henry (tentang Mat 5:19): “It is a dangerous thing, in doctrine or practice, to disannul the least of Gods commands; to break them, that is, to go about either to contract the extent, or weaken the obligation of them; whoever does so, will find it is at his peril. Thus to vacate any of the ten commandments, is too bold a stroke for the jealous God to pass by. It is something more than transgressing the law, it is making void the law, Ps 119:126. [= Merupakan suatu hal yang berbahaya, dalam doktrin / ajaran atau praktek, untuk membatalkan yang terkecil dari perintah-perintah / hukum-hukum Allah; untuk membatalkan mereka, yaitu, berjalan dengan mengkerutkan / membatasi luasnya, atau melemahkan kewajiban-kewajiban terhadap mereka; siapapun yang melakukan demikian, kita mendapatinya atas resikonya. Maka membatalkan yang manapun dari 10 hukum Tuhan, merupakan suatu tindakan yang terlalu berani bagi Allah yang cemburu untuk mengabaikan. Itu merupakan sesuatu yang lebih dari melanggar hukum, itu membatalkan hukum Taurat, Mazmur 119:126.].

Mazmur 119:126 - Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; mereka telah merombak TauratMu..

Adam Clarke (tentang Matius 5:19): “Whosoever shall break. What an awful consideration is this! He who, by his mode of acting, speaking, or explaining the words of God, sets the holy precept aside, or explains away its force and meaning, shall be called least - shall have no place in the kingdom of Christ here, nor in the kingdom of glory above. That this is the meaning of these words is evident enough from the following verse. [= Siapapun membatalkan. Alangkah menakutkannya pemikiran tentang hal ini! Ia yang, oleh caranya bertindak, berbicara, atau menjelaskan firman Allah, menyingkirkan perintah-perintah kudus, atau dengan memberikan alasan menghilangkan kekuatan dan artinya, akan disebut yang terkecil - akan tidak mendapat tempat dalam kerajaan Kristus di sini, ataupun dalam kerajaan kemuliaan di atas. Bahwa ini adalah arti dari kata-kata ini adalah cukup jelas dari ayat berikutnya.].

Calvin (tentang Matius 5:19): “He therefore declares, that they are false and deceitful teachers, who do not restrain their disciples within obedience to the law, and that they are unworthy to occupy a place in the Church, who weaken, in the slightest degree, the authority of the law; and, on the other hand, that they are honest and faithful ministers of God, who recommend, both by word and by example, the keeping of the law.” [= Karena itu Ia menyatakan, bahwa mereka adalah guru-guru / pengajar-pengajar palsu dan menipu, yang tidak menahan murid-murid mereka di dalam ketaatan pada hukum Taurat, dan bahwa mereka tidak layak menempati suatu tempat dalam Gereja, yang melemahkan, dalam tingkat yang terendah, otoritas dari hukum Taurat; dan, di sisi lain, bahwa mereka adalah pelayan-pelayan / pendeta-pendeta yang jujur dan setia dari Allah, yang menganjurkan, baik dengan kata-kata dan dengan teladan, pemeliharaan / ketaatan terhadap hukum Taurat.].

c) Matius 5:20 - Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga..

Matthew Henry (tentang Matius 5:20): “We must do more than they, and better than they, or we shall come short of heaven. They were partial in the law, and laid most stress upon the ritual part of it; but we must be universal, and not think it enough to give the priest his tithe, but must give God our hearts. They minded only the outside, but we must make conscience of inside godliness. They aimed at the praise and applause of men, but we must aim at acceptance with God: they were proud of what they did in religion, and trusted to it as a righteousness; but we, when we have done all, must deny ourselves, and say, We are unprofitable servants, and trust only to the righteousness of Christ; and thus we may go beyond the scribes and Pharisees. [= Kita harus melakukan lebih banyak dari mereka, dan dengan lebih baik dari mereka, atau kita akan gagal mencapai surga. Mereka berhubungan hanya dengan sebagian dari hukum Taurat, dan memberi tekanan paling besar pada bagian yang bersifat upacara darinya; tetapi kita harus mencakup seluruhnya, dan tidak berpikir sebagai cukup untuk memberi imam persembahan persepuluhannya, tetapi harus memberikan kepada Allah hati kita. Mereka memperhatikan hanya bagian luar / lahiriahnya, tetapi kita harus membuat hati nurani dari kesalehan di dalam / batin. Mereka mengarah pada pujian dan tepuk tangan dari manusia, tetapi kita harus mengarah pada penerimaan Allah: mereka bangga tentang apa yang mereka lakukan dalam agama, dan mempercayainya sebagai suatu kebenaran; tetapi kita, pada waktu kita telah melakukan semua, harus menyangkal diri kita sendiri, dan berkata, ‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, (Lukas 17:10) dan percaya hanya pada kebenaran dari Kristus; dan demikianlah kita bisa berjalan melampaui ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.].

Dari ayat ini jelas terlihat bahwa hukum Taurat tidak dibatalkan, karena Yesus berkata orang Kristen harus mentaati hukum Taurat itu lebih dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!

d) Setelah Matius 5:20, Yesus memberikan penjelasan tentang hukum Taurat, dan meluruskan penafsiran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang hukum Taurat (Matius 5:21-48).

John Stott (tentang Matius 5:17-48): What is to be a Christians attitude to the moral law of God? Is the very category of law abolished in the Christian life, as the advocates of the new morality and of the not under law school strangely assert? No. Jesus had not come to abolish the law and the prophets, he said, but to fulfil them. He went on to state both that greatness in Gods kingdom was determined by conformity to their moral teaching, and even that entry into the kingdom was impossible without a righteousness greater than that of the scribes and Pharisees (5:1720). Of this greater Christian righteousness he then gave six illustrations (5:2148), relating to murder, adultery, divorce, swearing, revenge and love. In each antithesis (You have heard that it was said  but I say to you ) he rejected the easy-going tradition of the scribes, reaffirmed the authority of Old Testament Scripture and drew out the full and exacting implications of Gods moral law. [= Apa yang harus menjadi sikap Kristen terhadap hukum moral dari Allah? Apakah kategori dari hukum Taurat ini dihapuskan dalam kehidupan Kristen, seperti pendukung-pendukung dari kelompok moralitas baru dan tidak dibawah hukum Taurat tegaskan secara aneh? Tidak. Yesus tidak datang untuk menghapuskan hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, Ia berkata, tetapi untuk menggenapinya. Ia melanjutkan dengan menyatakan bahwa kebesaran dalam kerajaan Allah ditentukan oleh kesesuaian dengan ajaran moral mereka, dan bahkan masuk ke dalam kerajaan adalah mustahil tanpa suatu kebenaran yang lebih besar dari pada kebenaran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (5:17-20). Tentang kebenaran Kristen yang lebih besar ini Ia lalu memberikan 6 ilustrasi (5:21-48), berkenaan dengan pembunuhan, perzinahan, perceraian, sumpah, pembalasan dendam dan kasih. Dalam setiap pertentangan (Kamu telah mendengar bahwa telah dikatakan ... tetapi Aku berkata kepadamu ...) Ia menolak tradisi gampangan dari ahli-ahli Taurat, menegaskan ulang otoritas dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan menarik maksud / pengertian yang penuh dan keras dari hukum moral Allah.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 24-25.

John Stott (tentang Matius 5:19-20): The rest of Matthew 5 contains examples of this greater, or rather deeper, righteousness. It consists of six parallel paragraphs which illustrate the principle Jesus has just propounded in verses 17 to 20 of the perpetuity of the moral law, of his coming to fulfil it and of his disciples responsibility to obey it more completely than the scribes and Pharisees were doing. Each paragraph contains a contrast or antithesis introduced by the same formula (with minor variations): You have heard that it was said to the men of old  But I say to you  (21, 22). What is this antithesis? It is clear who the authoritative egō is. But with whom is Jesus contrasting himself? ... Many commentators have maintained that in these paragraphs Jesus is setting himself against Moses; that he is here deliberately inaugurating a new morality, and is contradicting and repudiating the old; and that his introductory formula could be paraphrased you know what the Old Testament taught  But I teach something quite different. Popular as this interpretation is, I do not hesitate to say that it is mistaken. It is more than mistaken; it is untenable. What Jesus is contradicting is not the law itself, but certain perversions of the law of which the scribes and Pharisees were guilty. Far from contradicting the law, Jesus endorses it, insists on its authority and supplies its true interpretation. [= Sisa dari Mat 5 mengandung / berisikan contoh-contoh dari kebenaran yang lebih besar ini, atau lebih tepat, kebenaran yang lebih dalam ini. Itu terdiri dari 2 paragraf paralel yang mengilustrasikan prinsip yang baru Yesus kemukakan dalam ayat-ayat 17-20 tentang kekekalan hukum moral, tentang kedatanganNya untuk menggenapinya dan tentang tanggung jawab murid-murid untuk mentaatinya secara lebih lengkap / sempurna dari yang ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sedang lakukan. Setiap paragraf mengandung suatu kontras atau gagasan yang berlawanan yang diperkenalkan oleh formula yang sama (dengan variasi yang kecil / sedikit): Kamu telah mendengar bahwa dikatakan kepada orang-orang pada jaman kuno ... Tetapi Aku berkata kepadamu ... (ay 21,22). Apa gagasan yang berlawanan ini? Adalah jelas siapa EGO yang berotoritas ini. Tetapi dengan siapa Yesus mengkontraskan diriNya sendiri? ... Banyak penafsir telah mempertahankan / menegaskan bahwa dalam paragraf-paragraf ini Yesus mengadu diriNya sendiri dengan Musa; bahwa Ia di sini secara sengaja sedang melantik suatu moralitas yang baru, dan sedang menentang dan menolak yang lama; dan bahwa formula pendahuluanNya bisa diparafrasekan kamu tahu apa yang Perjanjian Lama ajarkan ... Tetapi Aku mengajar sesuatu yang cukup berbeda. Bagaimanapun populernya penafsiran ini, saya tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa itu salah. Itu lebih dari salah; itu tidak bisa dipertahankan. Apa yang Yesus tentang bukanlah hukum Taurat sendiri, tetapi penyimpangan-penyimpangan tertentu dari hukum Taurat tentang mana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bersalah. Jauh dari menentang hukum Taurat, Yesus mengesahkan / menyokongnya, berkeras tentang otoritasnya dan menyuplai penafsirannya yang benar.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 76.

Matius 5:21-22 - (21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala..

Adanya kata difirmankan ini seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus menentang Perjanjian Lama, tetapi sebetulnya tidak demikian, karena kata difirmankan ini (ay 21) seharusnya adalah dikatakan, dan ini bukan menunjuk pada Perjanjian Lama, tetapi menunjuk pada penafsiran / ajaran ahli-ahli Taurat / orang-orang Farisi tentang Perjanjian Lama.

Ay 21 (KJV): Ye have heard that it was said by them of old time [= Kamu telah mendengar bahwa dikatakan oleh mereka pada jaman dulu].

Kesalahan penterjemahan yang kurang lebih sama terjadi dalam Matius 5:27,31,33,38,43.

Matius 5:27 - “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah..
KJV: ‘Ye have heard that it was said by them of old time,’ [= Kamu telah mendengar bahwa dikatakan oleh mereka dari jaman kuno,].

Matius 5:31 - “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya..
KJV: ‘It hath been said,’ [= Telah dikatakan,].

Matius 5:33 - “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan..
KJV: ‘Again, ye have heard that it hath been said by them of old time,’ [= Lagi, kamu telah mendengar bahwa telah dikatakan oleh mereka dari jaman kuno,].

Matius 5:38 - “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi..
KJV: ‘Ye have heard that it hath been said,’ [= Kamu telah mendengar bahwa telah dikatakan,].

Matius 5:43 - “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu..
KJV: ‘Ye have heard that it hath been said,’ [= Kamu telah mendengar bahwa telah dikatakan,].

John Stott (tentang Matius 5:19-20): At first sight in each instance what Jesus quotes appears to come from the Mosaic law. All six examples either consist of or include some echo of it, e.g., You shall not kill (21), You shall not commit adultery (27), Whoever divorces his wife, let him give her a certificate of divorce (31). Not until we come to the sixth and last antithesis do we see clearly that something is amiss. For this reads: You shall love your neighbour and hate your enemy (43). Now the first half of this sentence is a clear command of the law (Lv. 19:18), although even this is a truncated commandment, omitting the vital words which set the standard of our neighbour-love, namely as yourself. The second half of the sentence, however, is not in the law at all. It comes neither in Leviticus 19:18, nor anywhere else. So here was a contemporary addition to the law, which was intended to interpret it, but in fact distorted it. [= Pada pandangan pertama dalam setiap contoh apa yang Yesus kutip kelihatannya datang dari hukum Taurat Musa. Semua enam contoh atau terdiri dari atau mencakup suatu gema / pengulangan darinya, misalnya, Jangan membunuh (ay 21), Jangan berzinah (ay 27), Siapa menceraikan istrinya, hendaklah ia memberinya surat cerai (ay 31). Tidak sampai kita datang pada gagasan berlawanan yang keenam maka kita melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang salah. Karena ini berbunyi, Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu (ay 43). Setengah bagian pertama dari kalimat ini merupakan suatu perintah yang jelas dari hukum Taurat (Im 19:18), sekalipun bahkan ini merupakan suatu perintah yang dipotong / dipendekkan, dengan menghilangkan kata yang penting yang memberikan standard tentang kasih kita kepada sesama, yaitu seperti dirimu sendiri. Tetapi setengah bagian yang kedua dari kalimat itu tidak ada dalam hukum Taurat sama sekali. Itu tidak ada dalam Im 19:18, atau di tempat lain manapun. Jadi di sini ada suatu penambahan kontemporer pada hukum Taurat, yang dimaksudkan untuk menafsirkannya, tetapi sebenarnya / dalam faktanya menyimpangkannya / memuntirnya.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 76.

John Stott (tentang Matius 5:19-20): “Secondly, there is the introductory formula, beginning you have heard that it was said to the men of old (21, 33), or you have heard that it was said’ (27, 38, 43), or more briefly still, ‘it was also said’ (31). The words common to these formulae are ‘it was said’, which represent the single Greek verb errethē. Now this was not the word which Jesus used when quoting Scripture. When he introduced a biblical quotation, both verb and tense were different, namely gegraptai (perfect, ‘it stands written’), not errethē (aorist, ‘it was said’). So in the six antitheses what Jesus was contradicting was not Scripture but tradition, not Gods word which they had read but the oral instruction which was given to the men of old and which they too had heard since the scribes continued to give it in the synagogues. [= Kedua, disana ada formula pendahuluan, mula-mula kamu telah mendengar bahwa dikatakan kepada orang-orang dari jaman kuno (ay 21,33), atau kamu telah mendengar bahwa dikatakan (ay 27,38,43), atau tetap lebih singkat lagi, juga dikatakan (ay 31). Kata-kata yang umum bagi formula-formula ini adalah dikatakan, yang mewakili satu kata kerja Yunani errethē. Ini bukanlah kata yang Yesus gunakan pada waktu mengutip Kitab Suci. Pada waktu Ia menyatakan suatu kutipan Alkitab, baik kata kerja dan tensanya berbeda, yaitu gegraptai (perfect, ‘ada tertulis’), bukan errethē (aorist, dikatakan). Jadi dalam enam gagasan berlawanan ini apa yang Yesus sedang tentang bukanlah Kitab Suci tetapi tradisi, bukan firman Allah yang telah mereka baca tetapi pengajaran lisan yang diberikan kepada orang-orang jaman kuno dan yang juga telah mereka dengar karena ahli-ahli Taurat terus memberikannya dalam sinagog-sinagog.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 77.

Jadi, Matius 5:21-48 ini bukan membicarakan firman Tuhan dalam Perjanjian Lama, tetapi membicarakan ajaran / penafsiran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang Perjanjian Lama!
Yesus bukan menentang Perjanjian Lama, tetapi menentang ajaran / penafsiran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang Perjanjian Lama!

2) Ada ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa hukum Taurat / Perjanjian Lama tidak dihapuskan dalam jaman Perjanjian Baru.

Yeremia 31:31-34 - (31) Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, (32) bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. (33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka..

Text ini jelas membicarakan / menubuatkan tentang jaman Perjanjian Baru, dan dalam text ini dikatakan bahwa Tuhan akan menaruh TauratNya dalam batin kita! Untuk apa Ia menaruh TauratNya dalam hati kita, kalau hukum Taurat sudah tak berlaku?

Calvin (tentang Yeremia 31:31-32): We hence see that this passage necessarily refers to the kingdom of Christ, [= Jadi kita melihat bahwa text ini harus / pasti menunjuk pada kerajaan Kristus,].

Calvin (tentang Yeremia 31:33): “God does not say here, I will give you another Law, but I will write my Law, that is, the same Law, which had formerly been delivered to the Fathers. [= Allah tak mengatakan di sini, Aku akan memberimu hukum yang lain, tetapi Aku akan menuliskan Hukum TauratKu, yaitu, hukum Taurat yang sama, yang sebelumnya telah diberikan kepada nenek moyang.].

Barnes Notes (tentang Yer 33:33): “The old law could be broken (Jeremiah 31:32); to remedy this God gives, not a new law, but a new power to the old law. It used to be a mere code of morals, external to man, and obeyed as a duty. In Christianity, it becomes an inner force, shaping mans character from within. [= Hukum Taurat yang lama bisa dilanggar (Yer 31:32); untuk mengobati ini Allah memberi, bukan suatu hukum yang baru, tetapi suatu kuasa yang baru pada hukum Taurat yang lama. Itu dulu hanya merupakan suatu peraturan-peraturan moral, lahiriah bagi manusia, dan ditaati sebagai suatu kewajiban. Dalam kekristenan, itu menjadi kekuatan di dalam / batin, yang membentuk karakter manusia dari dalam.].

3) Dalam Perjanjian Baru, hukum Taurat tetap berlaku untuk semua orang (Yahudi maupun non Yahudi) yang telah mendengarnya, di dalam maupun di luar Israel. Kalau tidak, mengapa rasul-rasul dan penulis-penulis Perjanjian Baru, bahkan Yesus sendiri, mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama / hukum Taurat, menjelaskan ayat-ayat Perjanjian Lama / hukum Taurat, dan mengajar berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Lama / hukum Taurat?

a) Lukas 24:27,45 - “(27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. ... (45) Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci..
Yang dimaksud dengan Kitab Suci ini pasti adalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru belum ada pada saat itu.

Ingat bahwa text ini terjadi pada jaman Perjanjian Baru, karena pada saat Yesus mengucapkan itu, Ia sudah bangkit dari antara orang mati. Lalu untuk apa Ia menjelaskan seluruh Perjanjian Lama kalau itu sudah tidak berlaku?

b) Kisah Para Rasul 22:12 - Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ..
KJV: a devout man according to the law [= seorang yang saleh / taat menurut / sesuai dengan hukum Taurat].

Kalau hukum Taurat sudah dihapuskan mengapa orang ini disebut saleh menurut / sesuai dengan hukum Taurat?

c) Kisah Para Rasul 24:14 - Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi..

d) Roma 2:12-15 - (12) Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. (13) Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. (14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela..

Catatan: awas, text ini tidak mengajarkan keselamatan karena ketaatan pada hukum Taurat, karena orang dibenarkan hanya kalau bisa mentaati hukum Taurat secara sempurna, dan jelas tak ada orang yang bisa melakukan hal itu.

e) Roma 2:17-20 - (17) Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, (18) dan tahu akan kehendakNya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, (19) dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, (20) pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. (21) Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: Jangan mencuri, mengapa engkau sendiri mencuri? (22) Engkau yang berkata: Jangan berzinah, mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? (23) Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? (24) Seperti ada tertulis: ‘Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.’”.

f) Roma 3:20 - Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa..

g) Roma 15:4 - Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci..

h) 1Korintus 6:9-11 - “(9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, (10) pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (11) Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita..
Bagian yang saya garis-bawahi itu jelas adalah hukum-hukum dalam 10 hukum Tuhan, yaitu hukum ke 2,7,8,9.

i) 1Korintus 7:19 - Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah..

j) 1Korintus 9:9-10 - (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? YA, UNTUK KITALAH HAL INI DITULIS, YAITU PEMBAJAK HARUS MEMBAJAK DALAM PENGHARAPAN DAN PENGIRIK HARUS MENGIRIK DALAM PENGHARAPAN UNTUK MEMPEROLEH BAGIANNYA..

Dalam text ini Paulus bukan hanya mengutip Perjanjian Lama tetapi menggunakannya sebagai dasar ajaran! Itu mustahil kalau seluruh Perjanjian Lama / Moral Law sudah dihapuskan!

k) 1Korintus 14:34 - Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat..

l) 2Timotius 3:16 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran..
Ini salah terjemahan.

NASB: ‘All Scripture is inspired by God and profitable for teaching, for reproof, for correction, for training in righteousness;’ [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan bermanfaat untuk pengajaran, untuk teguran / celaan, untuk perbaikan, untuk mendidik / melatih dalam kebenaran;].
TB2-LAI: “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”.
Pada saat Paulus menuliskan ayat ini yang ia maksud dengan Kitab Suci jelas adalah Perjanjian Lama.

m) Yakobus 2:10-11 - (10) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: Jangan berzinah, Ia mengatakan juga: Jangan membunuh. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga..

Untuk apa Yakobus mengutip hukum Taurat / hukum-hukum dari 10 hukum Tuhan kalau itu sudah tak berlaku pada jaman Perjanjian Baru?

n) 1Yohanes 3:4 - Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah..
Istilah hukum Allah ini pasti = hukum Taurat.

Juga, sebetulnya kata Allah itu tidak ada dalam bahasa Yunaninya.
KJV: ‘Whosoever committeth sin transgresseth also the law: for sin is the transgression of the law.’ [= Siapapun yang berbuat dosa melanggar juga hukum (Taurat): karena dosa adalah pelanggaran hukum (Taurat).].

4) Kalau seluruh Hukum Taurat sudah tidak berlaku dalam jaman Perjanjian Baru (setelah Yesus mati), maka antara saat kematian Yesus dan saat Perjanjian Baru ditulis dan disebarkan (ini berlangsung berpuluh-puluh tahun), manusia tidak punya Kitab Suci / Alkitab apapun! Tetapi ternyata dalam sepanjang Perjanjian Baru, istilah Kitab Suci (yang menunjuk pada Perjanjian Lama) muncul berulang-ulang dan jelas-jelas berguna / digunakan!

a) Yohanes 2:22 - Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus..

b) Kisah Para Rasul 17:2,11 - “(2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. ... (11) Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian..

c) Kis 18:24,28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. ...  (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias..

d) Roma 4:3 - Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.

e) Roma 9:17 - Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’”.

f) Roma 10:11 - “Karena Kitab Suci berkata: Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”.

g) Roma 11:2 - Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah:.

h) Gal 3:8,22 - “(8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: Olehmu segala bangsa akan diberkati. ... (22) Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya..

i) Galatia 4:30 - Tetapi apa kata nas Kitab Suci? Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu.”.

j) 1Timotius 4:13 - “Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar..

k) 1Timotius 5:18 - Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik, dan lagi seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.

l) Yakobus 2:8 - Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,’ kamu berbuat baik..

m) Yakobus 4:5 - Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diinginiNya dengan cemburu!”.

n) 1Petrus 2:6 - “Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.”.

o) 2Petrus 1:20 - Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,.

II) Pembahasan ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa hukum Taurat sudah tak berlaku pada jaman Perjanjian Baru.

Ayat-ayat yang paling banyak digunakan untuk menunjukkan bahwa hukum Taurat / Perjanjian Lama sudah tidak berlaku pada jaman Perjanjian Baru adalah Lukas 16:16  Roma 6:14-15  Roma 10:4  Gal 3:23-25 dan juga hukum kasih dalam Matius 22:37-40. Karena itu 5 text ini saya bahas lebih dulu, baru saya membahas ayat-ayat lain yang juga bisa digunakan untuk tujuan yang sama.

1) Lukas 16:16 - “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya..

Penjelasan: Sepintas lalu ayat ini memang menunjukkan bahwa Perjanjian Lama hanya berlaku sampai jaman Yohanes Pembaptis, tetapi masalahnya adalah, ayat ini salah terjemahan! Kata berlaku itu sebetulnya tidak ada! Memang dengan demikian kelihatannya ada yang kurang dalam kalimatnya, dan kekurangan itu harus disuplai. Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris menyuplai dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan Kitab Suci Indonesia.

KJV/RSV: ‘The law and the prophets were until John’ [= Hukum Taurat dan nabi-nabi ada sampai Yohanes].
NIV/NASB: ‘The Law and the Prophets were proclaimed until John’ [= Hukum Taurat dan Nabi-nabi diberitakan sampai Yohanes].

Arti ayat itu: Perjanjian Lama ada / diberitakan sampai jaman Yohanes Pembaptis. Sampai pada saat itu Perjanjian Lama adalah satu-satunya berita yang ada / yang diberitakan, dan itu diberitakan hanya kepada orang-orang Yahudi. Tetapi lalu Yohanes Pembaptis membuka suatu jaman yang baru, dan sejak saat itu Injil Juga diberitakan, dan itu diberitakan bukan hanya kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain. Jadi, ini sama sekali tidak berarti bahwa Perjanjian Lama dihapuskan.

Matthew Henry (tentang Lukas 16:16): “He turned from them to the publicans and sinners, as more likely to be wrought upon by his gospel than those covetous conceited Pharisees (v. 16): The law and the prophets were indeed until John; the Old-Testament dispensation, which was confined to you Jews, continued till John Baptist appeared, and you seemed to have the monopoly of righteousness and salvation; and you are puffed up with this, and this gains you esteem among men, that you are students in the law and the prophets; but since John Baptist appeared the kingdom of God is preached, a New-Testament dispensation, which does not value men at all for their being doctors of the law, but every man presses into the gospel kingdom, Gentiles as well as Jews, and no man thinks himself bound in good manners to let his betters go before him into it, or to stay till the rulers and the Pharisees have led him that way.” [= Ia berbalik dari mereka kepada pemungut-pemungut cukai dan orang-orang berdosa, karena lebih memungkinkan dikerjai oleh injilNya dari pada orang-orang Farisi yang tamak dan congkak itu (ay 16): Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi memang ada sampai Yohanes; jaman Perjanjian Lama, yang dibatasi kepada / bagi kamu orang-orang Yahudi, berlanjut sampai Yohanes Pembaptis muncul, dan kamu kelihatannya mempunyai monopoli terhadap kebenaran dan keselamatan; dan kamu sombong dengan hal ini, dan ini mendapatkan kamu penghargaan di antara manusia, karena kamu adalah pelajar-pelajar / murid-murid dalam hukum Taurat dan kitab nabi-nabi; tetapi sejak Yohanes Pembaptis muncul, kerajaan Allah diberitakan, suatu jaman Perjanjian Baru, yang tidak menilai manusia sama sekali untuk keberadaan mereka sebagai doktor-doktor dari hukum Taurat, tetapi setiap orang mendesak ke dalam kerajaan injil, orang-orang non Yahudi maupun orang-orang Yahudi, dan tak ada orang menganggap dirinya sendiri terikat dalam sikap yang baik untuk membiarkan orang-orang yang lebih baik dari dirinya untuk masuk ke dalamnya di depannya, atau tetap tinggal sampai pemimpin-pemimpin dan orang-orang Farisi telah membimbingnya ke jalan itu.].

William Hendriksen (tentang Lukas 16:16): “What is the meaning of the statement that this has been going on since the days of John? Before that time God had revealed himself in the law and the prophets; that is, in what we now call the Old Testament. That revelation was preparatory. With John the Baptist the new dispensation, that of fulfilment, arrived, as is clear from the fact that John pointed to the Christ as being actually present (John 1:29, 36). With John, therefore, a new stage in the history of Gods kingdom had arrived (cf. Mark 1:14; Acts 1:22; 10:37), and the gospel of the reign of God in hearts and lives was being proclaimed by message and confirmatory signs. Everyone who wishes to belong to this sphere of light and love will have to enter that kingdom in the manner indicated; that is, by vigorously entering into it. There is no other way. And was not that also exactly what Jesus had previously stated, using different words, namely, Strive to enter through the narrow door (13:24)? The energy to do this comes from God, of course, but that does not remove the factor of human responsibility (Phil. 2:12, 13).” [= Apa artinya pernyataan bahwa ini telah terjadi sejak jaman Yohanes? Sebelum saat itu Allah telah menyatakan diriNya sendiri dalam hukum Taurat dan kitab nabi-nabi; yaitu dalam apa yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. Penyataan / wahyu itu merupakan persiapan. Dengan Yohanes Pembaptis jaman yang baru, yaitu jaman penggenapan, tiba, sebagaimana itu jelas dari fakta bahwa Yohanes menunjuk kepada Kristus sebagai sungguh-sungguh hadir (Yoh 1:29,36). Karena itu, dengan Yohanes, suatu periode yang baru dalam sejarah kerajaan Allah telah tiba (bdk. Mark 1:1-4; Kis 1:22; 10:37), dan injil dari pemerintahan Allah dalam hati dan kehidupan diberitakan oleh berita dan tanda-tanda yang meneguhkan. Setiap orang yang ingin termasuk dalam ruang lingkup dari terang dan kasih akan harus memasuki kerajaan itu dengan cara yang ditunjukkan; yaitu dengan masuk dengan penuh semangat ke dalamnya. Disana tidak ada jalan lain. Dan tidakkah itu juga secara tepat adalah apa yang Yesus telah nyatakan sebelumnya, menggunakan kata-kata yang berbeda, yaitu, Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit (13:24)? Tentu saja tenaga untuk melakukan ini datang dari Allah tetapi itu tidak menyingkirkan faktor tanggung jawab manusia (Filipi 2:12-13).].

Adam Clarke (tentang Luk 16:16): “The law and the prophets were until John. The law and the prophets continued to be the sole teachers until John came, who first begin to proclaim the glad tidings of the kingdom of God: and now, he who wishes to be made a partaker of the blessings of that kingdom must rush speedily into it; [= Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi ada sampai Yohanes. Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi berlanjut / terus menjadi satu-satunya pengajar sampai Yohanes datang, yang pertama-tama mulai memberitakan kabar baik tentang kerajaan Allah; dan sekarang, ia yang ingin untuk dijadikan pengambil bagian dari berkat-berkat dari kerajaan itu harus mendesak dengan cepat-cepat ke dalamnya;].

Bandingkan juga dengan ayat pararelnya dalam Matius 11:13 - Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes”.

Adam Clarke (tentang Matius 11:13): “‘All the prophets and the law prophesied until John.’ I believe ‎epropheeteusan ‎means here, they taught, or continued to instruct. They were the instructors concerning the Christ who was to come, till John came and showed that all the predictions of the one, and the types and ceremonies of the other were now about to be fully and finally accomplished; for Christ was now revealed. The word is taken in this sense, Matt 7:22. [= Semua nabi dan hukum Taurat bernubuat sampai Yohanes. Saya percaya EPROPHETEUSAN di sini berarti, mereka mengajar, atau terus mengajar. Mereka adalah pengajar-pengajar berkenaan dengan Kristus yang akan datang, sampai Yohanes datang dan menunjukkan bahwa semua ramalan tentang yang satu, dan TYPE-TYPE dan upacara-upacara tentang yang lain, sekarang akan digenapi secara penuh dan terakhir; karena Kristus sekarang dinyatakan. Kata ini diartikan dalam arti ini, Mat 7:22.].

Matius 7:22 - Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat (EPROPHETEUSAMEN) demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?.

Calvin (tentang Mat 11:13): All the Prophets and the Law itself PROPHESIED. The word prophesied is emphatic; for the Law and the Prophets did not present God before the eyes of men, but represented him under figures and shadows as absent. The comparison, we now perceive, is intended to show, that it is highly criminal in men to remain indifferent, when they have obtained a manifestation of the presence of God, who held his ancient people in suspense by predictions. Christ does not class John with the ministers of the Gospel, though he formerly assigned to him an intermediate station between them and the Prophets. But there is no inconsistency here: for although Johns preaching was a part of the Gospel, it was little more than a first lesson. [= Semua kitab nabi-nabi dan hukum Taurat sendiri BERNUBUAT. Kata bernubuat ditekankan; karena kitab nabi-nabi dan hukum Taurat tidak menghadirkan Allah di hadapan mata manusia, tetapi menggambarkan Dia di bawah simbol-simbol dan bayangan-bayangan sebagai absen / tidak hadir. Perbandingan itu, kita sekarang mengerti, dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa merupakan sesuatu yang sangat jahat dalam diri manusia untuk tetap bersikap acuh tak acuh, pada waktu mereka telah mendapatkan suatu manifestasi dari kehadiran Allah, yang menahan umat / bangsaNya yang kuno dalam ketidak-pastian oleh ramalan-ramalan. Kristus tidak menggolongkan Yohanes dengan pelayan-pelayan Injil, sekalipun Ia sebelumnya menetapkan baginya suatu tempat / posisi di antara mereka dan nabi-nabi. Tetapi disana tidak ada ketidak-konsistenan di sini: karena sekalipun pemberitaan Yohanes adalah sebagian dari Injil, itu hanyalah sedikit lebih dari pelajaran pertama.].

Matius 11:9-11 - “(9) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. (10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu. (11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya..

Kalau Luk 16:16 ini dibaca dengan ayat-ayat selanjutnya maka lebih tak mungkin lagi ayat itu diartikan sebagai menunjukkan bahwa hukum Taurat / Perjanjian Lama sudah tidak berlaku.

Lukas 16:16-18 - (16) Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. (17) Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. (18) Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah..

Merupakan suatu kemustahilan untuk mengatakan bahwa ay 16nya menunjukkan hukum Taurat / Perjanjian Lama dihapuskan, padahal ay 17nya mengatakan sesuatu yang bertentangan secara frontal.

Matthew Henry (tentang Luk 16:17-18): “Yet still he protests against any design to invalidate the law (v. 17): It is easier for heaven and earth to pass, ‎parelthein‎ - to pass by, to pass away, though the foundations of the earth and the pillars of heaven are so firmly established, than for one tittle of the law to fail. The moral law is confirmed and ratified, and not one tittle of that fails; the duties enjoined by it are duties still; the sins forbidden by it are sins still. Nay, the precepts of it are explained and enforced by the gospel, and made to appear more spiritual. [= Tetapi Ia tetap memprotes terhadap rancangan apapun untuk membatalkan hukum Taurat (ay 17): Lebih mudah bagi langit dan bumi untuk lenyap, PARELTHEIN - lewat, mati / hilang, sekalipun fondasi dari bumi dan pilar-pilar langit ditegakkan dengan begitu teguh, dari pada satu titik / bagian kecil dari hukum Taurat untuk gagal. Hukum moral diteguhkan dan direstui, dan tak satu titik / bagian kecilpun dari itu yang gagal; kewajiban yang diperintahkan olehnya tetap adalah kewajiban; dosa yang dilarang olehnya tetap adalah dosa. Bahkan, hukum-hukum / perintah-perintah darinya dijelaskan dan diteguhkan oleh injil, dan dibuat kelihatan lebih rohani.].

William Hendriksen (tentang Lukas 16:17): “Regardless of Pharisaic attempts at circumvention and evasion, the moral law (cf. verse 18) retains its force. It would be easier for heaven and earth to cease to exist than for even one little letter-hook of the law to become devoid of authority. ... In the present context the meaning, then, is this, that not even in the slightest respect will the moral law be invalidated. In fact, the gospel, by showing how marvelously, by means of the work of Christ, God has blessed men, makes the believer all the more eager to obey Gods law out of gratitude. Hence, instead of weakening the demands of the law, it strengthens them.” [= Sekalipun orang-orang Farisi berusaha untuk memutari dan menghindari, hukum moral (bdk. ay 18) mempertahankan kekuatannya / tetap berlaku. Adalah lebih mudah bagi langit dan bumi untuk berhenti ada dari pada bahkan untuk satu potongan kecil huruf dari hukum Taurat untuk dihilangkan otoritasnya. ... Maka, dalam kontext ini artinya adalah ini, bahwa bahkan detail yang paling remeh / kecil dari hukum Taurat tidak akan dibatalkan. Dalam faktanya / sebenarnya, injil, dengan menunjukkan betapa dengan mengherankan, dengan cara / jalan pekerjaan Kristus, Allah telah memberkati manusia, membuat orang percaya makin sungguh-sungguh mentaati hukum Taurat Allah dari rasa terima kasih. Jadi, alih-alih dari melemahkan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, itu menguatkannya.].

William Hendriksen menafsirkan bahwa ay 18 (tentang perceraian) merupakan suatu contoh dari perintah dalam hukum Taurat yang harus ditaati.
Jadi jelas bahwa seluruh kontext menunjukkan bahwa Luk 16:16 tidak menunjukkan bahwa hukum Taurat / Perjanjian Lama dibatalkan.

2) Roma 6:14-15 - (14) Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (15) Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!.

John Stott (tentang Ro 6:14): “Law and grace are the opposing principles of the old and the new orders, of Adam and of Christ. To be under law is to accept the obligation to keep it and so to come under its curse or condemnation. To be under grace is to acknowledge our dependence on the work of Christ for salvation, and so to be justified rather than condemned, and thus set free. [= Hukum Taurat dan kasih karunia adalah prinsip-prinsip yang bertentangan dari keadaan lama dan baru, dari Adam dan dari Kristus. Ada di bawah hukum Taurat berarti menerima kewajiban untuk mentaatinya dan dengan demikian ada di bawah kutuk atau hukumannya. Ada di bawah kasih karunia berarti mengakui ketergantungan kita pada pekerjaan Kristus untuk keselamatan, dan dengan demikian dibenarkan dan bukannya dihukum, dan dengan demikian dibebaskan.] - The Message of Romans’ (Libronix).

Charles Hodge (tentang Roma 6:14): To be under the law is to be under the obligation to fulfil the law of God as a rule of duty, as the condition of salvation. Whosoever is under the law in this sense, is under the curse; for the law says, Cursed is every one who continueth not in all things written in the book of the law to do them. ... We are not under the law in this sense, but under grace; that is, under a system of gratuitous justification. We are justified by grace, without works. ... Whoever is under the law in the sense just explained, is not only under condemnation, but he is of necessity under a legal or slavish spirit. What he does, he does as a slave, to escape punishment. But he who is under grace, who is gratuitously accepted of God, and restored to his favour, is under a filial spirit. The principle of obedience in him is love, and not fear.” [= Berada di bawah hukum Taurat berarti ada di bawah kewajiban untuk menggenapi hukum Taurat Allah sebagai peraturan kewajiban, sebagai syarat keselamatan. Siapapun ada di bawah hukum Taurat dalam arti ini, ada di bawah kutuk; karena hukum Taurat mengatakan Terkutuklah setiap orang yang tidak terus menerus melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat ... Kita tidak berada di bawah hukum Taurat dalam arti ini, tetapi di bawah kasih karunia; artinya di bawah suatu sistim dari pembenaran yang bersifat kasih karunia / murah hati. Kita dibenarkan oleh kasih karunia, tanpa pekerjaan / perbuatan baik. ... Siapapun yang berada di bawah hukum Taurat dalam arti yang baru dijelaskan, bukan hanya berada di bawah penghukuman, tetapi ia pasti ada di bawah suatu roh ketaatan pada hukum Taurat (untuk selamat) atau roh perbudakan. Apa yang ia lakukan, ia lakukan sebagai seorang budak, untuk lolos dari hukuman. Tetapi ia yang ada di bawah kasih karunia, yang secara murah hati / kasih karunia diterima oleh Allah, dan dipulihkan pada kesenangan / kebaikanNya, ada di bawah roh yang bersifat kasih. Prinsip ketaatan dalam dia adalah kasih, dan bukan rasa takut.].

Calvin (tentang Roma 6:14): “we are freed from the strictness of the law, so that God no more deals with us according to the high demands of justice. There is then no doubt but that he meant here to indicate some freedom from the very law of God. ... It seems to me, that there is here especially a consolation offered, by which the faithful are to be strengthened, lest they should faint in their efforts after holiness, through a consciousness of their own weakness. He had exhorted them to devote all their faculties to the service of righteousness; but as they carry about them the relics of the flesh, they cannot do otherwise than walk somewhat lamely. Hence, lest being broken down by a consciousness of their infirmity they should despond, he seasonably comes to their aid, by interposing a consolation, derived from this circumstance - that their works are not now tested by the strict rule of the law, but that God, remitting their impurity, does kindly and mercifully accept them. The yoke of the law cannot do otherwise than tear and bruise those who carry it. It hence follows, that the faithful must flee to Christ, and implore him to be the defender of their freedom: and as such he exhibits himself; for he underwent the bondage of the law, to which he was himself no debtor, for this end - that he might, as the Apostle says, redeem those who were under the law. [= kita dibebaskan dari keketatan dari hukum Taurat, sehingga Allah tidak lagi menangani kita sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang tinggi dari keadilan. Jadi, disana tak diragukan bahwa ia memaksudkan di sini untuk menunjukkan kebebasan tertentu (some freedom) dari hukum Taurat Allah. ... Bagi saya kelihatannya adalah bahwa di sini ada suatu penghiburan yang ditawarkan secara khusus, dengan mana orang-orang beriman / setia harus dikuatkan, supaya jangan mereka lemah / kecil hati dalam usaha-usaha mereka mengejar kekudusan, melalui suatu kesadaran akan kelemahan mereka sendiri. Ia telah mendesak mereka untuk membaktikan semua kekuatan / kemampuan mereka pada pelayanan dari kebenaran; tetapi karena mereka membawa pada diri mereka sisa-sisa dari daging, mereka tidak bisa melakukan lain dari pada berjalan dengan agak pincang. Maka, supaya jangan karena dihancurkan oleh suatu kesadaran tentang kelemahan mereka mereka menjadi kecil hati / putus asa, ia pada saat yang tepat datang menolong mereka, dengan menyelipkan suatu penghiburan, yang didapatkan dari keadaan ini - bahwa pekerjaan mereka sekarang tidak diuji oleh peraturan yang ketat dari hukum Taurat, tetapi bahwa Allah, dengan mengampuni ketidak-murnian mereka, menerima mereka dengan baik dan murah hati / penuh belas kasihan. Kuk dari hukum Taurat tidak bisa berbuat lain dari pada melukai dan mememarkan mereka yang memikulnya. Jadi sebagai akibatnya orang percaya / setia harus lari kepada Kristus, dan memohon Dia untuk menjadi pembela dari kebebasan mereka: dan seperti itulah Ia menunjukkan diriNya sendiri; karena Ia mengalami perbudakan hukum Taurat, terhadap mana Ia sendiri bukan orang yang berhutang, untuk tujuan ini, supaya Ia bisa, seperti sang Rasul katakan, menebus mereka yang ada di bawah hukum Taurat.].

Calvin (tentang Ro 6:14): “Hence, not to be under the law means, not only that we are not under the letter which prescribes what involves us in guilt, as we are not able to perform it, but also that we are no longer subject to the law, as requiring perfect righteousness, and pronouncing death on all who deviate from it in any part. In like manner, by the word grace, we are to understand both parts of redemption - the remission of sins, by which God imputes righteousness to us, - and the sanctification of the Spirit, by whom he forms us anew unto good works. The adversative particle, (ἀλλὰ, but,) I take in the sense of alleging a reason, which is not unfrequently the case; as though it was said - ‘We who are under grace, are not therefore under the law.’” [= Maka, ‘tidak berada di bawah hukum Taurat’ berarti, bukan hanya bahwa kita tidak di bawah huruf yang menentukan apa yang melibatkan kita dalam kesalahan, karena kita tidak mampu untuk melaksanakannya, tetapi juga bahwa kita tidak lagi tunduk pada hukum Taurat, sebagai mewajibkan kebenaran yang sempurna, dan mengumumkan kematian kepada semua orang yang menyimpang darinya dalam bagian apapun. Dengan cara yang sama, oleh kata kasih karunia kita harus mengartikan kedua bagian dari penebusan - pengampunan dosa-dosa, dengan mana Allah memperhitungkan kebenaran kepada kita, - dan pengudusan dari Roh, oleh siapa Ia memperbaharui kita pada perbuatan-perbuatan baik. Partikel yang menunjukkan kontras, (ALLA, tetapi,) saya mengerti dalam arti menyatakan suatu alasan, yang bukannya merupakan kasus yang jarang; seakan-akan dikatakan - Kita yang ada di bawah kasih karunia, karena itu tidak berada di bawah hukum Taurat.].

Calvin (tentang Roma 6:15): What then? As the wisdom of the flesh is ever clamorous against the mysteries of God, it was necessary for the Apostle to subjoin what might anticipate an objection: for since the law is the rule of life, and has been given to guide men, we think that when it is removed all discipline immediately falls to the ground, that restraints are taken away, in a word, that there remains no distinction or difference between good and evil. But we are much deceived if we think, that the righteousness which God approves of in his law is abolished, when the law is abrogated; for the abrogation is by no means to be applied to the precepts which teach the right way of living, as Christ confirms and sanctions these and does not abrogate them; but the right view is, that nothing is taken away but the curse, to which all men without grace are subject. But though Paul does not distinctly express this, yet he indirectly intimates it. [= Jadi bagaimana? Karena hikmat dari daging selalu memprotes dengan keras terhadap / menentang misteri-misteri Allah, adalah perlu bagi sang Rasul untuk menggabungkan apa yang bisa mengantisipasi suatu keberatan: karena hukum Taurat adalah peraturan kehidupan, dan telah diberikan untuk membimbing manusia, kita berpikir bahwa pada waktu itu disingkirkan semua disiplin langsung jatuh ke tanah, dan pengekangan dihapuskan, singkatnya, bahwa di sana tidak tertinggal pembedaan atau perbedaan antara baik dan jahat. Tetapi kita sangat ditipu jika kita berpikir, bahwa kebenaran yang Allah restui dalam hukum TauratNya dihapuskan, pada waktu hukum Taurat dibatalkan; karena pembatalannya sama sekali tidak diterapkan pada perintah-perintah / hukum-hukum yang mengajarkan cara / jalan yang benar untuk hidup, sebagaimana Kristus meneguhkan dan mendukung ini dan tidak membatalkan mereka; tetapi pandangan yang benar adalah, bahwa tak ada apapun yang dihapuskan kecuali kutuk, pada mana semua orang tanpa kasih karunia tunduk. Tetapi sekalipun Paulus tidak menyatakan ini secara jelas, tetapi ia secara tak langsung menunjukkannya.].

William Hendriksen (tentang Roma 6:15-16): “In verse 14 Paul had assured believers that they are not under law. (For explanation of this statement see on 7:1; pp. 214, 215.) Does that mean then that they are at liberty to sin? When the law, erroneously viewed as means of salvation, ceases to exist, does this imply that the law as standard of perfection, that is, as the expression of Gods will for our lives, also ceases to exist and/or to operate, so that, as a result it is permissible to commit a sin here and a sin there? Not for a moment is Paul willing to grant even this concession to the antinomians. His answer is: 15b, 16. By no means! Don’t you know that when you offer yourselves to someone to obey him as slaves, you are slaves of the one you obey; whether of sin, leading to death, or of obedience, leading to righteousness?” [= Dalam ay 14 Paulus telah meyakinkan orang-orang percaya bahwa mereka tidak berada di bawah hukum Taurat. (Untuk penjelasan pernyataan ini lihat tentang 7:1; hal 214,215). Jadi, apakah itu berarti bahwa mereka bebas untuk berbuat dosa? Pada waktu hukum Taurat, secara salah dipandang sebagai jalan / cara keselamatan, berhenti untuk ada, apakah ini menunjukkan bahwa hukum Taurat sebagai standard kesempurnaan, yaitu sebagai pernyataan tentang kehendak Allah untuk kehidupan kita, juga berhenti untuk ada dan / atau untuk berlaku, sehingga, sebagai akibatnya maka diijinkan untuk melakukan suatu dosa di sini dan suatu dosa di sana? Tak sesaatpun Paulus mau memberikan ijin / kelonggaran ini kepada para antinomian (orang-orang yang anti hukum). Jawabannya adalah: 15b,16. ‘Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?’].

Roma 7:1 - Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, - sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum - bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?.

William Hendriksen (tentang Ro 7:1): “In what sense is it true and how did it come about that we are not under law but under grace? For what purpose were we released from bondage to law? It is to these questions that he now gives an answer. 1. Or do you not know, brothers - for I am speaking to those who know law - that the law has authority over a person (only) as long as he lives? Surely a believer is not free from the law in every conceivable sense! ... the term law can also be used as indicating a code that must be adhered to in order to obtain salvation, a statute wielding authority and demanding absolute obedience. It is in that sense that the apostle obviously here uses the term.” [= Dalam arti apa adalah benar, dan bagaimana bisa terjadi, bahwa kita tidak berada di bawah hukum Taurat tetapi di bawah kasih karunia? Untuk tujuan apa kita dibebaskan dari belenggu / perbudakan hukum Taurat? Adalah bagi pertanyaan-pertanyaan ini ia sekarang memberikan suatu jawaban. 1. Atau tidak tahukah kamu, saudara-saudara - karena saya sedang berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum Taurat - bahwa hukum Taurat mempunyai otoritas atas seseorang (hanya) selama ia hidup? Pasti seorang percaya tidak bebas dari hukum Taurat dalam setiap arti yang bisa dibayangkan! ... istilah hukum Taurat juga bisa digunakan sebagai menunjukkan suatu sistim peraturan yang harus ditaati untuk mendapatkan keselamatan, suatu hukum yang mempunyai otoritas dan menuntut ketaatan mutlak. Adalah dalam arti itu sang rasul di sini dengan jelas menggunakan istilah itu.].

Catatan: William Hendriksen lalu menambahkan bahwa para ahli Taurat menambah-nambahi hukum Taurat dengan segala macam peraturan tambahan sehingga menjadi beban yang sangat memberatkan, dan dari hal ini orang percaya juga dibebaskan. Saya tak setuju dengan William Hendriksen dalam hal ini, karena menurut saya peraturan-peraturan tambahan itu bukanlah hukum Taurat!

Supaya orang tidak beranggapan bahwa pandangan yang mengatakan bahwa hukum Taurat sebagai peraturan kehidupan yang benar ini tetap berlaku adalah pandangan Reformed saja, maka di sini saya memberikan tafsiran Adam Clarke dan Lenski, yang adalah orang-orang Arminian.

Adam Clarke (tentang Roma 6:14): “Ye are not under the law. That law which exacts obedience, without giving power to obey; that condemns every transgression and every unholy thought without providing for the extirpation of evil or the pardon of sin. But under grace. Ye are under the merciful and beneficent dispensation of the Gospel, that, although it requires the strictest conformity to the will of God, affords sufficient power to be thus conformed; and, in the death of Christ, has provided pardon for all that is past, and grace to help in every time of need. [= Kamu tidak berada di bawah hukum Taurat. Hukum Taurat itu yang meminta ketaatan, tanpa memberikan kuasa untuk mentaati; yang mengecam / menghukum setiap pelanggaran dan setiap pikiran yang tidak kudus tanpa menyediakan penghancuran kejahatan atau pengampunan dosa. Tetapi di bawah kasih karunia. Kamu ada di bawah jaman yang penuh belas kasihan dan murah hati dari Injil, sehingga sekalipun itu menuntut kesesuaian yang paling ketat pada kehendak Allah, memberikan kuasa yang cukup menyesuaikan seperti itu; dan dalam kematian Kristus, telah menyediakan pengampunan untuk semua yang lalu, dan kasih karunia untuk menolong dalam setiap saat kebutuhan.].

Bdk. Kisah Para Rasul 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa..

Bdk. 1Yohanes 2:1 - Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil..

Lenski (tentang Ro 6:14): All those are under law who are not delivered and placed under grace; hence they are under both the curse and the dominion of sin. [= Semua mereka ada di bawah hukum Taurat yang tidak dibebaskan dan ditempatkan di bawah kasih karunia; maka mereka ada di bawah baik kutuk maupun penguasaan dosa.].

3) Roma 10:4 - Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya..
KJV: Christ is the end of the Law [= Kristus adalah akhir / tujuan dari hukum Taurat].
Kata bahasa Inggris end bisa berarti akhir atau tujuan. Kata Yunani yang digunakan adalah TELOS, yang juga bisa berarti akhir atau tujuan.

Kalau diambil arti akhir maka kelihatannya ayat ini mengatakan bahwa Hukum Taurat / Perjanjian Lama tidak berlaku lagi sejak kedatangan Kristus.

Penjelasan:
Ayat ini ditafsirkan secara sangat beraneka ragam, tetapi dari buku-buku tafsiran yang saya baca, baik dari kalangan Reformed maupun non Reformed, bahkan dari kalangan orang-orang Dispensationalist seperti Bible Knowledge Commentary / John Walvoord dan Jamieson, Fausset & Brown, tidak ada satupun yang mengartikan bahwa hukum Taurat tidak berlaku lagi sejak kedatangan Kristus.

a) Penafsiran Adam Clarke.
Adam Clarke mengambil arti akhir dan menafsirkan bahwa Kristus adalah akhir dari hukum Taurat BERKENAAN DENGAN KORBAN-KORBAN.

Adam Clarke (tentang Ro 10:4): “For Christ is the end of the law. Where the law ends, Christ begins. The law ends with representative sacrifices; Christ begins with the real offering. The law is our schoolmaster to lead us to Christ; it cannot save, but it leaves us at his door where alone salvation is to be found. Christ as an atoning sacrifice for sin, was the grand object of the whole sacrificial code of Moses; his passion and death were the fulfilment of its great object and design. Separate this sacrificial death of Christ from the law, and the law has no meaning, for it is impossible that the blood of bulls and goats should take away sins: ... God never designed that the sacrifices of the law should be considered the atonement for sin, but a type or representative of that atonement; and that THE atonement was the sacrifice offered by Christ. Thus he was the END of the law, in respect to its sacrifices. [= Karena Kristus adalah akhir dari hukum Taurat. Dimana hukum Taurat berakhir, Kristus mulai. Hukum Taurat berakhir dengan korban-korban yang mewakili; Kristus mulai dengan persembahan yang sesungguhnya. Hukum Taurat adalah guru kita untuk membimbing kita kepada Kristus; hukum Taurat itu tidak bisa menyelamatkan, tetapi hukum Taurat itu meninggalkan kita di pintuNya dimana di tempat itu saja keselamatan harus ditemukan. Kristus sebagai suatu korban penebusan untuk dosa, adalah tujuan yang besar dari seluruh sistim korban dari Musa; penderitaan dan kematianNya adalah penggenapan dari tujuan dan rancangannya yang besar. Pisahkanlah kematian Kristus yang bersifat pengorbanan dari hukum Taurat, dan hukum Taurat tidak mempunyai arti, karena adalah mustahil bahwa darah dari lembu-lembu jantan dan kambing-kambing menghapuskan dosa: ... Allah tidak pernah merancang bahwa korban-korban dari hukum Taurat dianggap sebagai penebusan dosa, tetapi sebagai suatu TYPE atau wakil dari penebusan itu; dan bahwa Penebusan yang sesungguhnya adalah korban yang dipersembahkan oleh Kristus. Jadi Ia adalah AKHIR dari hukum Taurat, berkenaan dengan korban-korbannya.].

Menurut saya, tafsiran Adam Clarke ini tidak cocok dengan kontextnya, karena baik kontext yang mendahului, maupun kontext sesudahnya, bukan membicarakan Ceremonial Law tetapi Moral Law! Atau, setidaknya kontext membicarakan keduanya!

Roma 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah..

Roma 10:5 - Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’”.

Sekalipun bisa saja hukum Taurat di sini berbicara tentang Ceremonial Law seperti sunat dsb, tetapi pasti juga berbicara tentang Moral Law.

b) Penafsiran William Hendriksen.
Hendriksen mengatakan (hal 342, footnote) bahwa kata end di sini tidak boleh diartikan akhir (karena akan bertentangan dengan Roma 3:31  Ro 5:20  Roma 7:7), tetapi harus diartikan tujuan.

Roma 3:31 - Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya..
Roma 5:20 - Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,.
Roma 7:7 - Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: Jangan mengingini!”.
Catatan: ketiga ayat di atas ini jelas menunjukkan bahwa Paulus menganggap bahwa hukum Taurat masih berlaku, sehingga tidak mungkin dalam Ro 10:4 kata TELOS diartikan sebagai akhir.

William Hendriksen (tentang Roma 10:4): “4. For Christ is the goal of the law, so that there is righteousness for everyone who puts his trust (in him).” [= 4. Karena Kristus adalah TUJUAN dari hukum Taurat, sehingga di sana ada kebenaran bagi setiap orang yang percaya (kepadaNya).].

William Hendriksen (tentang Ro 10:4): “Does one wish to understand the goal, the meaning and substance, of the Old Testament law? Then study Christ. Is not the very purpose of the law the establishment of love? See Deut. 6:5; Lev. 19:18 (in that order); cf. Matt. 22:3739. Is not Christ the very embodiment of that love, both in his life and in his death? And is it not true that because of this love which caused him to suffer and die in his peoples stead, there now is right standing with God for everyone who reposes his trust in the Savior? Is not this the very theme of Romans?” [= Apakah seseorang ingin mengerti tujuan, arti dan substansi, dari hukum Taurat Perjanjian Lama? Maka pelajarilah Kristus. Bukankah tujuan dari hukum Taurat adalah penegakan kasih? Lihat Ul 6:5; Im 19:18 (dalam urut-urutan itu); bdk. Mat 22:37-39. Bukankah Kristus adalah perwujudan dari kasih itu, baik dalam kehidupanNya maupun dalam kematianNya? Dan bukankah benar bahwa karena kasih ini yang menyebabkan Dia menderita dan mati di tempat dari umatNya, maka sekarang ada kedudukan yang benar dengan Allah bagi setiap orang yang meletakkan kepercayaannya kepada sang Juruselamat? Bukankah ini adalah thema dari surat Roma?].

Ulangan 6:5 - Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu..

Im 19:18 - Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN..

Mat 22:37-39 - “(37) Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri..

Menurut saya tafsiran William Hendriksen ini sama sekali tidak cocok dengan kontext dari Ro 10:4 ini.

c) Penafsiran Lenski.
Lenski menerima arti end sebagai akhir.
Lenski (tentang Ro 10:4): “The emphasis is on the predicate which is placed forward, an end of law, both nouns are anarthrous: everything in the nature of law, including, of course, the Mosaic law, but also all use made of law by moralists of any kind for attaining righteousness before God, has been brought to an ‘end’ by Christ, and it is folly for the Jews or for anyone else to pretend the contrary. Τέλος is not aim, object, or fulfillment; it is ‘end,’ finish, windup. .... When Christ obtained the righteousness of God for us, which is made ours by faith, all law was cast aside as being in any sense able to win righteousness for us. ... But Christ does not mark a date in history as though from that date forward all law was ended while before that date law was the means for righteousness, or before that men were excusable for trying law. Heb. 13:8. Christ was an end of law for righteousness from the beginning, for Abraham as much as for us, by divine promise as well as by fulfillment. Abraham was justified by faith without works exactly as we are (4:2, etc.).” [= Penekanannya ada pada predikatnya yang ditempatkan di depan, suatu akhir dari hukum, kedua kata benda tidak mempunyai kata sandang tertentu: segala sesuatu dalam sifat dasar / hakekat dari hukum, termasuk, tentu saja, hukum Taurat Musa, tetapi juga semua penggunaan hukum oleh para moralist dari jenis apapun untuk mencapai kebenaran di hadapan Allah, telah dibawa pada suatu akhir oleh Kristus, dan adalah tolol bagi orang-orang Yahudi atau bagi orang lain manapun untuk menganggap sebaliknya. TELOS bukanlah tujuan, atau penggenapan; itu adalah akhir. ... Pada waktu Kristus mendapatkan kebenaran Allah bagi kita, yang menjadi milik kita oleh iman, SEMUA HUKUM DISINGKIRKAN SEBAGAI DALAM ARTI APAPUN BISA MEMENANGKAN KEBENARAN BAGI KITA. ... Tetapi Kristus tidak menandai suatu tanggal dalam sejarah seakan-akan sejak tanggal itu dan seterusnya semua hukum berakhir sedangkan sebelum tanggal itu hukum adalah cara / jalan untuk kebenaran, atau sebelum itu manusia dimaafkan untuk mencoba hukum. Ibr 13:8. Kristus adalah suatu akhir dari hukum untuk kebenaran dari semula, bagi Abraham sama seperti bagi kita, oleh janji ilahi maupun oleh penggenapan. Abraham dibenarkan oleh iman tanpa perbuatan persis seperti kita (4:2, dsb).].

Rasanya kata-kata Lenski saling bertabrakan sendiri. Kalau Kristus adalah akhir dari hukum Taurat dalam arti hukum Taurat itu bisa memenangkan kebenaran bagi kita, maka adalah aneh bahwa pada jaman sebelum Kristuspun hukum Taurat itu tak bisa memenangkan kebenaran bagi kita.

John Murray dan Charles Hodge kelihatannya mempunyai pandangan yang sama dengan Lenski, tetapi Hodge menambahkan bahwa hukum Taurat dihapuskan, bukan sebagai suatu peraturan kehidupan, tetapi sebagai suatu jalan pada kebenaran / kehidupan.
Menurut William G. T. Shedd, ini juga merupakan pandangan dari Agustinus dan Martin Luther.

John Stott juga mempunyai pandangan yang sama dengan Lenski, dan ia memberikan tambahan yang kurang lebih sama seperti yang diberikan oleh Hodge, tetapi secara lebih mendetail.

John Stott (tentang Roma 10:4): “But the abrogation of the law gives no legitimacy either to antinomians, who claim that they can sin as they please because they are not under law but under grace (6:1,15), or to those who maintain that the very category of law has been abolished by Christ and that the only absolute left is the command to love. When Paul wrote that we have died to the law, and been released from it (7:4,6), so that we are no longer under it (6:15), he was referring to the law as the way of getting right with God. [= Tetapi penghapusan hukum Taurat tidak memberikan legitimasi / keabsahan atau kepada orang-orang yang anti hukum, yang mengclaim bahwa mereka bisa berbuat dosa seperti yang mereka senangi karena mereka tidak berada di bawah hukum Taurat tetapi di bawah kasih karunia (6:1,15), atau kepada mereka yang mempertahankan bahwa hukum Taurat telah dihapuskan oleh Kristus dan bahwa satu-satunya hal mutlak yang tertinggal adalah perintah untuk mengasihi. Pada waktu Paulus menulis bahwa kita telah mati terhadap / bagi hukum Taurat, dan telah dibebaskan darinya (7:4,6), sehingga kita tidak lagi berada di bawahnya (6:15), ia sedang menunjuk pada hukum Taurat sebagai suatu jalan untuk berdamai dengan Allah.].

Roma 6:1,15 - “(1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? ... (15) Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!.

Ro 7:4,6 - “(4) Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. ... (6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat..

d) Penafsiran Calvin.
Kata Yunani TELOS yang diterjemahkan the end [= akhir / tujuan] bisa berarti sesuatu yang menyempurnakan. Jadi, artinya: ketaatan / kebenaran yang sempurna dicapai dengan iman dalam Kristus (baca Ro 10:1-4). Calvin, sekalipun tidak menyalahkan terjemahan ini, tetap lebih memilih terjemahan tujuan.

Calvin (tentang Ro 10:4): “The word completion, seems not to me unsuitable in this place; and Erasmus has rendered it perfection: but as the other reading is almost universally approved, and is not inappropriate, readers, for my part, may retain it. [= Kata pelengkapan bagi saya kelihatannya bukannya tidak cocok di tempat ini; dan Erasmus telah menterjemahkannya kesempurnaan: tetapi pembacaan yang lain disetujui hampir secara universal, dan bukanlah tidak tepat, pembaca, untuk saya, bisa mempertahankannya.].

Calvin (tentang Ro 10:4): The Apostle obviates here an objection which might have been made against him; for the Jews might have appeared to have kept the right way by depending on the righteousness of the law. It was necessary for him to disprove this false opinion; and this is what he does here. He shows that he is a false interpreter of the law, who seeks to be justified by his own works; because the law had been given for this end, - to lead us as by the hand to another righteousness: nay, whatever the law teaches, whatever it commands, whatever it promises, has always a reference to Christ as its main object; and hence all its parts ought to be applied to him. But this cannot be done, except we, being stripped of all righteousness, and confounded with the knowledge of our sin, seek gratuitous righteousness from him alone. ... For though the law promises reward to those who observe its righteousness, it yet substitutes, after having proved all guilty, another righteousness in Christ, which is not attained by works, but is received by faith as a free gift. [= Sang Rasul mencegah / mengantisipasi suatu keberatan yang bisa dibuat terhadap / menentang dia; karena orang-orang Yahudi bisa kelihatan telah memelihara cara / jalan yang benar dengan bergantung pada kebenaran dari hukum Taurat. Adalah perlu bagi dia untuk membuktikan salah pandangan salah ini; dan ini adalah apa yang ia lakukan di sini. Ia menunjukkan bahwa ia adalah seorang penafsir yang salah / sesat dari hukum Taurat, yang mencari untuk dibenarkan oleh pekerjaan / perbuatan baiknya sendiri; karena hukum Taurat telah diberikan untuk tujuan ini, - membimbing kita seperti dengan tangan pada kebenaran yang lain; tidak, apapun yang hukum Taurat ajarkan, apapun yang hukum Taurat perintahkan, apapun yang hukum Taurat janjikan, selalu mempunyai referensi dengan Kristus sebagai tujuan utamanya; dan karena itu semua bagian-bagiannya harus diterapkan kepada Dia. Tetapi ini tidak bisa dilakukan, kecuali kita, ditelanjangi dari semua kebenaran, dan dibingungkan / dibuat jadi frustrasi oleh pengetahuan tentang dosa kita, mencari kebenaran yang bersifat kasih karunia dari Dia saja. ... Karena sekalipun hukum Taurat menjanjikan upah / pahala kepada mereka yang mentaati / menghormati kebenarannya, tetapi itu menggantikan, setelah membuktikan semua orang bersalah, suatu kebenaran yang lain di dalam Kristus, yang tidak dicapai oleh pekerjaan / perbuatan baik, tetapi diterima oleh / dengan iman sebagai suatu karunia yang cuma-cuma.].

Bdk. Gal 3:24 - Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman..

Pulpit Commentary, John Walvoord (Bible Knowledge Commentary) dan Jamieson, Fausset & Brown juga mempunyai pandangan seperti Calvin.

Pulpit Commentary (tentang Ro 10:4): “The word ‘end’ (τέλος) might in itself mean (1) termination, (2) fulfilment, (3) aim of purpose, which is the evident meaning of the word in 1 Tim. 1:5 and 1 Pet. 1:9. This last seems best to suit the line of thought in this place. The Jews evinced ignorance, i.e. of the real meaning and purpose of Law, in resting on it for justification. This is St. Pauls constant position in speaking of the office of Law - that it could not and was never meant to justify, but rather to convince of sin; to establish the need of, and excite a craving for, redemption; and so prepare men to appreciate and accept the righteousness of God in Christ which was its τέλος” [= Kata ‘end’ (TELOS) dalam dirinya sendiri bisa berarti (1) akhir, (2) penggenapan, (3) tujuan dari rencana, yang merupakan arti yang jelas dari kata itu dalam 1Tim 1:5 dan 1Pet 1:9. Yang terakhir ini kelihatannya paling sesuai dengan garis pemikiran di tempat ini. Orang-orang Yahudi secara jelas menunjukkan ketidak-tahuan, yaitu tentang arti dan tujuan sebenarnya dari hukum Taurat, dengan bersandar padanya untuk pembenaran. Ini adalah posisi yang tetap dari Santo Paulus dalam berbicara tentang tugas dari hukum Taurat - bahwa hukum Taurat itu tidak bisa dan tidak pernah dimaksudkan untuk membenarkan, tetapi sebaliknya untuk menunjukkan / membuktikan tentang dosa; untuk meneguhkan kebutuhan tentang, dan membangkitkan suatu keinginan untuk, penebusan; dan dengan demikian mempersiapkan manusia untuk menghargai dan menerima kebenaran dari Allah dalam Kristus yang adalah TELOS / tujuannya].

Kata Yunani TELOS memang diterjemahkan tujuan dalam ayat-ayat ini:
1Tim 1:5 - “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas..
1Pet 1:9 - “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu..

Saya sendiri memilih pandangan ke 4, tetapi yang manapun pandangan yang dipilih, yang jelas adalah bahwa bagaimanapun juga, ayat ini tidak berarti bahwa Perjanjian Lama / hukum Taurat dihapuskan sejak Kristus datang.

4) Gal 3:23-25 - (23) Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. (24) Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. (25) Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun..

Ay 24a (LAI): “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang”. Ini salah terjemahan, dan persis sama salahnya dengan terjemahan dari RSV.
KJV: ‘Wherefore the law was our schoolmaster to bring us unto Christ,’ [= Karena itu hukum Taurat adalah guru / penuntun kita untuk membawa kita kepada Kristus,].
Catatan: dalam KJV kata-kata to bring us [= untuk membawa kita] dicetak dengan huruf miring, untuk menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya. NIV/NASB menyuplai dengan kata-kata to lead us [= untuk membimbing kita].
Jadi terjemahan hurufiahnya, adalah: “Jadi / karena itu hukum Taurat adalah guru / penuntun kita kepada Kristus.

Calvin (tentang Galatia 3:23): “We must again remind the reader that Paul does not treat exclusively of ceremonies, or of the moral law, but embraces the whole economy by which the Lord governed his people under the Old Testament. ... Paul compares this law first to a prison, and next to a schoolmaster. [= Kita harus mengingatkan para pembaca lagi bahwa Paulus tidak membicarakan secara eksklusif tentang Ceremonial Law atau tentang Moral Law, tetapi merangkul seluruh struktur dengan mana Tuhan memerintah umatNya di bawah Perjanjian Lama. ... Paulus membandingkan hukum Taurat ini pertama-tama dengan suatu penjara, dan selanjutnya dengan seorang guru’.].
Catatan: tentang penjara perhatikan kata dikurung (Gal 3:23), dan tentang guru’ perhatikan kata penuntun (Gal 3:24,25).

Tentang arti dari kata dikurung dalam ay 23, William Hendriksen mengatakan sebagai berikut:
Now before this faith in the Christ of history arrived, hence during the old dispensation, we, says Paul, were kept in custody under law. Gods moral law filled the hearts of the Jews with a sense of guilt and inadequacy. They were obliged to fulfil it, yet were unable to do so. Of course, even then there was a way of escape provided by the Lord himself, namely, trust in Gods promise concerning the seed, and thus salvation without money and without price (Gen. 3:15; 22:18; 49:10; II Sam. 7:13; Job 19:2327; Ps. 40:6, 7; Isa. 1:18; 9:1, 2, 6; 40:15, 11; 53; 55:1, 6, 7; Jer. 23:6; Mic. 5:2; Zech. 13:1), but most of the Jews had failed to avail themselves of this glorious opportunity. They refused to grasp the hand that was extended to them, and instead began to look upon strict obedience to law as a means whereby they must try to obtain salvation for and by themselves. Not only the moral law must be kept, however, but also the ceremonial. The latter was interpreted and re-interpreted. It was embellished by the rabbis, augmented almost beyond recognition, until its observance had become an oppressive burden, a galling yoke, from which no mere man offered any way of escape. Because of their own stubbornness the law, in its most comprehensive sense, thus held the Jews in strictest custody; ... The Jews, then, were locked up, shut in from every side (as in verse 22). But Gods grand design was to be openly revealed, so that the stubbornness of men, for which they, they alone, were responsible, would lead to the open display of his mercy: being locked up with a view to the faith that was to be revealed in connection with the coming and work of the Redeemer and the outpouring of his Spirit. [= Sebelum iman kepada ‘Kristus dari sejarah’ ini tiba, jadi selama jaman Perjanjian Lama, kami / kita, kata Paulus, dijaga / ditahan di bawah hukum Taurat. Hukum moral Allah mengisi / memenuhi hati dari orang-orang Yahudi dengan suatu perasaan bersalah dan ketidak-cukupan. Mereka diwajibkan menggenapinya, tetapi tidak mampu melakukannya. Tentu saja, bahkan pada saat itu di sana ada suatu jalan lolos yang disediakan oleh Tuhan sendiri, yaitu kepercayaan pada janji-janji Allah berkenaan dengan benih / keturunan, dan dengan demikian keselamatan adalah tanpa uang dan tanpa harga (Kejadian 3:15; 22:18; 49:10; 2Sam 7:13; Ayub 19:2327; Maz 40:7,8; Yes 1:18; 9:1,2,6; 40:15,11; 53; 55:1,6,7; Yeremia 23:6; Mikha 5:2; Zakh 13:1), tetapi kebanyakan orang Yahudi telah gagal untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang mulia ini. Mereka menolak untuk memegang tangan yang diulurkan kepada mereka, dan sebaliknya mulai memandang pada ketaatan yang ketat sebagai suatu cara / jalan dengan mana mereka harus berusaha untuk mendapatkan keselamatan UNTUK dan OLEH diri mereka sendiri. Tetapi, bukan hanya hukum moral harus ditaati, melainkan juga hukum upacara. Yang belakangan ini ditafsirkan dan ditafsirkan ulang. Itu dihiasi / dibumbui oleh rabi-rabi, diperbanyak / ditambah sampai hampir tak bisa dikenali, sehingga ketaatan terhadapnya telah menjadi suatu beban yang sangat menekan, suatu kuk yang menyakitkan, dari mana tak ada semata-mata manusia biasa ditawari jalan lolos apapun. Karena kekeraskepalaan mereka hukum Taurat, dalam arti yang paling luas / menyeluruh, menahan orang-orang Yahudi dalam penjagaan yang paling ketat; ... Jadi, orang-orang Yahudi dikurung, dikurung dari setiap sisi (seperti dalam ay 22). Tetapi rancangan yang agung / hebat dari Allah harus dinyatakan secara terbuka, sehingga kekeraskepalaan manusia, untuk mana mereka, mereka sendiri, bertanggung jawab, akan membimbing pada pertunjukan terbuka dari belas kasihanNya: dikurung dengan suatu pandangan pada iman yang akan dinyatakan berkenaan dengan kedatangan dan pekerjaan dari sang Penebus dan pencurahan RohNya.].
Gal 3:22 - Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya..

Calvin (tentang Galatia 3:23): “Faith denotes the full revelation of those things which, during the darkness of the shadows of the law, were dimly seen; for he does not intend to say that the fathers, who lived under the law, did not possess faith. ... The doctrine of faith, in short, is attested by Moses and all the prophets: but, as faith was not then clearly manifested, so the time of faith is an appellation here given, not in an absolute, but in a comparative sense, to the time of the New Testament. That this was his meaning is evident from what he immediately adds, that they were shut up under the faith which should afterwards be revealed; for this implies that those who were under the custody of the law were partakers of the same faith. [= Iman menunjukkan penyataan / wahyu penuh dari hal-hal itu yang, selama kegelapan dari bayangan dari hukum Taurat, dilihat secara kabur / tidak jelas; karena ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa bapa-bapa, yang hidup di bawah hukum Taurat, tidak memiliki iman. ... Singkatnya, doktrin tentang iman, ditegaskan oleh Musa dan semua nabi-nabi: tetapi, karena iman pada saat itu tidak dimanifestasikan dengan jelas, maka saat / jaman dari iman adalah suatu penyebutan yang diberikan di sini, bukan dalam arti yang mutlak tetapi dalam arti perbandingan, dengan saat / jaman Perjanjian Baru. Bahwa ini adalah artinya adalah jelas dari apa yang langsung ia tambahkan, bahwa mereka dikurung di bawah iman yang harus dinyatakan belakangan; karena ini secara implicit menunjukkan bahwa mereka, yang ada di bawah penjagaan / pengawasan dari hukum Taurat, adalah pengambil-pengambil bagian dari iman yang sama.].

Calvin (tentang Gal 3:23): “Faith was not yet revealed, not because the fathers wanted light, but because they had less light than we have. The ceremonies might be said to shadow out an absent Christ, but to us he is represented as actually present, and thus while they had the mirror, we have the substance. Whatever might be the amount of darkness under the law, the fathers were not ignorant of the road in which they ought to walk. Though the dawn is not equal to the splendor of noon, yet, as it is sufficient to direct a journey, travelers do not wait till the sun is fully risen. Their portion of light resembled the dawn, which was enough to preserve them from all error, and guide them to everlasting blessedness. [= Iman belum dinyatakan, bukan karena bapa-bapa tidak mempunyai terang, tetapi karena mereka mempunyai lebih sedikit terang dari yang kita punyai. Upacara-upacara bisa dikatakan membayangkan seorang Kristus yang absen, tetapi bagi kita Ia digambarkan sebagai hadir secara sungguh-sungguh, dan karena itu sementara mereka mempunyai cermin, kita mempunyai hakekatnya. Seberapapun jumlah kegelapan di bawah hukum Taurat, bapa-bapa bukannya tidak tahu tentang jalan dalam mana mereka harus berjalan. Sekalipun subuh tidak setara dengan terangnya tengah hari, tetapi karena itu cukup untuk mengarahkan suatu perjalanan, para pelancong tidak menunggu sampai matahari terbit sepenuhnya. Bagian terang mereka menyerupai subuh, yang cukup untuk menjaga mereka dari kesalahan, dan membimbing mereka pada keadaan diberkati yang kekal.].

Calvin (tentang Gal 3:24): “A schoolmaster is not appointed for the whole life, but only for childhood, as the etymology of the Greek word παιδαγωγός implies. Besides, in training a child, the object is to prepare him, by the instructions of childhood, for maturer years. ... he adds, that it was our schoolmaster (εἰς Χριστὸν) ‘unto Christ.’ The grammarian, when he has trained a boy, delivers him into the hands of another, who conducts him through the higher branches of a finished education. In like manner, the law was the grammar of theology, which, after carrying its scholars a short way, handed them over to faith to be completed. Thus, Paul compares the Jews to children, and us to advanced youth. [= Seorang guru / penuntun tidak ditetapkan untuk seluruh hidup, tetapi hanya untuk masa kanak-kanak, seperti yang ditunjukkan secara implicit oleh etymology / asal usul dari kata Yunani PAIDAGOGOS. Disamping, dalam melatih seorang anak, tujuannya adalah untuk mempersiapkan dia, oleh pengajaran dari masa kanak-kanak, untuk tahun-tahun yang lebih matang / dewasa. ... ia menambahkan, bahwa itu (hukum Taurat) adalah guru / penuntun kita (EIS KHRISTON) kepada Kristus. Ahli gramatika, pada waktu ia telah melatih seorang anak, menyerahkannya ke dalam tangan dari orang lain, yang menuntun dia melalui bagian-bagian yang lebih tinggi dari suatu pendidikan tertinggi. Dengan cara yang sama, hukum Taurat adalah gramatika dari theologia, yang setelah membawa pelajar-pelajarnya secara singkat, menyerahkan mereka kepada iman untuk disempurnakan / dilengkapkan. Jadi, Paulus membandingkan orang-orang Yahudi dengan anak-anak, dan kita dengan orang muda yang lebih maju / tinggi.].
Catatan: etymology = ilmu asal usul kata.

Calvin (tentang Gal 3:24): But a question arises, what was the instruction or education of this schoolmaster? First, the law, by displaying the justice of God, convinced them that in themselves they were unrighteous; for in the commandments of God, as in a mirror, they might see how far they were distant from true righteousness. They were thus reminded that righteousness must be sought in some other quarter. The promises of the law served the same purpose, and might lead to such reflections as these: If you cannot obtain life by works but by fulfilling the law, some new and different method must be sought. Your weakness will never allow you to ascend so high; nay, though you desire and strive ever so much, you will fall far short of the object. The threatenings, on the other hand, pressed and entreated them to seek refuge from the wrath and curse of God, and gave them no rest till they were constrained to seek the grace of Christ. [= Tetapi suatu pertanyaan muncul, apa instruksi atau pendidikan dari guru / penuntun ini? Pertama, hukum Taurat, dengan menunjukkan keadilan Allah, meyakinkan mereka bahwa dalam diri mereka sendiri mereka tidak benar; karena dalam perintah-perintah Allah, seperti dalam sebuah cermin, mereka bisa melihat betapa jauh mereka dari kebenaran yang sejati. Dengan demikian mereka diingatkan bahwa kebenaran harus dicari di tempat lain. Janji-janji dari hukum Taurat mempunyai tujuan / fungsi yang sama, dan bisa membimbing pada pikiran-pikiran seperti ini: Jika kamu tidak bisa mendapatkan kehidupan oleh perbuatan-perbuatan baik kecuali dengan menggenapi hukum Taurat, suatu metode yang baru dan berbeda harus dicari. Kelemahanmu tidak pernah mengijinkan kamu untuk naik begitu tinggi; tidak, sekalipun kamu ingin dan berjuang begitu banyak, kamu mencapai jauh dari tujuannya. Di sisi lain, ancaman-ancamannya menekan dan mendesak mereka untuk mencari perlindungan dari murka dan kutuk dari Allah, dan tidak memberi mereka istirahat / ketenangan sampai mereka dipaksa untuk mencari kasih karunia Kristus.].

Calvin (tentang Gal 3:24): Such too, was the tendency of all the ceremonies; for what end did sacrifices and washings serve but to keep the mind continually fixed on pollution and condemnation? When a mans uncleanness is placed before his eyes, when the unoffending animal is held forth as the image of his own death, how can he indulge in sleep? How can he but be roused to the earnest cry for deliverance? Beyond all doubt, ceremonies accomplished their object, not merely by alarming and humbling the conscience, but by exciting them to the faith of the coming Redeemer. In the imposing services of the Mosaic ritual, every thing that was presented to the eye bore an impress of Christ. The law, in short, was nothing else than an immense variety of exercises, in which the worshippers were led by the hand to Christ. [= Demikian juga, kecenderungan dari semua upacara-upacara; karena apa tujuan dari korban-korban dan pembasuhan-pembasuhan kecuali menjaga supaya pikiran terus menerus terpancang pada polusi dan penghukuman? Pada waktu kenajisan seseorang ditempatkan di depan matanya, pada waktu binatang yang tidak melanggar hukum dibicarakan sebagai gambaran dari kematiannya sendiri, bagaimana ia bisa memuaskan diri dalam tidur? Bagaimana ia bisa tidak dibangkitkan pada teriakan yang sungguh-sungguh untuk pembebasan? Tak ada keraguan, upacara-upacara mencapai tujuan mereka, bukan semata-mata dengan memperingati dan merendahkan hati nurani, tetapi dengan membangkitkan / merangsang mereka pada iman dari / tentang Penebus yang mendatang. Dalam menegakkan pelayanan-pelayanan dari upacara-upacara Musa, segala sesuatu yang ditunjukkan pada mata mengandung / memuat kesan / tanda dari Kristus. Singkatnya, hukum Taurat bukan lain dari suatu keaneka-ragaman yang besar dari gerakan / latihan, dalam mana para penyembah dibimbing / dituntun dengan tangan kepada Kristus.].
Bdk. Ibr 10:1-4 - “(1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa..

Calvin (tentang Gal 3:25): But after that faith is come. This phrase has been already considered. It denotes the brighter revelation of grace after that the vail of the temple was rent in twain, (Matthew 27:51,) which, we know, was effected by the manifestation of Christ. He affirms that, under the reign of Christ, there is no longer any childhood which needs to be placed under a schoolmaster, and that, consequently, the law has resigned its office, - which is another application of the comparison. There were two things which he had undertaken to prove, - that the law is a preparation for Christ, and that it is temporal. But here the question is again put, Is the law so abolished that we have nothing to do with it? I answer, the law, so far as it is a rule of life, a bridle to keep us in the fear of the Lord, a spur to correct the sluggishness of our flesh, - so far, in short, as it is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness, that believers may be instructed in every good work, (2 Timothy 3:16, 17,) - is as much in force as ever, and remains untouched. [= Tetapi setelah iman itu datang. Ungkapan ini telah dipertimbangkan / dipikirkan. Itu menunjuk pada penyataan / wahyu yang lebih terang tentang kasih karunia setelah tirai Bait Suci terbelah dua (Mat 27:51), yang, kita tahu, dihasilkan / disebabkan oleh manifestasi dari Kristus. Ia menegaskan bahwa, di bawah pemerintahan Kristus, di sana tidak ada lagi masa kanak-kanak yang membutuhkan untuk ditempatkan di bawah seorang guru / penuntun, dan bahwa, sebagai akibatnya, hukum Taurat telah meletakkan jabatannya / mundur dari jabatannya, - yang merupakan penerapan yang lain dari perbandingan itu. Di sana ada dua hal yang telah ia usahakan untuk buktikan, - bahwa hukum Taurat adalah suatu persiapan untuk Kristus, dan bahwa hukum Taurat bersifat sementara. Tetapi di sini pertanyaannya diberikan lagi, Apakah hukum Taurat dihapuskan sedemikian rupa sehingga kita tak lagi mempunyai urusan apapun dengannya? Saya menjawab, hukum Taurat, sejauh itu merupakan peraturan kehidupan, suatu kekang untuk menjaga kita dalam rasa takut akan Tuhan, suatu pendorong untuk membetulkan kelambanan daging kita, - singkatnya, sejauh itu berguna untuk ajaran, untuk teguran, untuk perbaikan, untuk instruksi dalam kebenaran, supaya orang-orang percaya bisa diajar dalam setiap pekerjaan / perbuatan baik, (2Tim 3:16-17), - tetap berlaku seperti sebelumnya, dan tetap tak tersentuh.].
2Tim 3:16-17 - “(16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik..
Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan!
NASB: ‘All Scripture is inspired by God’ [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah].

Calvin (tentang Gal 3:25): In what respect, then, is it abolished? Paul, we have said, looks at the law as possessing certain qualities, and those qualities we shall enumerate. It annexes to works a reward and a punishment; that is, it promises life to those who keep it, and curses all transgressors. Meanwhile, it requires from man the highest perfection and most exact obedience. It makes no abatement, gives no pardon, but calls to a severe reckoning the smallest offenses. It does not openly exhibit Christ and his grace, but points him out at a distance, and only when hidden by the covering of ceremonies. All such qualities of the law, Paul tells us, are abolished; so that the office of Moses is now at an end, so far as it differs in outward aspect from a covenant of grace. [= Jadi, dalam hal apa itu (hukum Taurat) dihapuskan? Paulus, seperti telah kami katakan, melihat hukum Taurat sebagai memiliki kwalitet-kwalitet tertentu, dan kwalitet-kwalitet itu akan kami sebutkan satu per satu. Hukum Taurat menggabungkan perbuatan dengan pahala dan hukuman; yaitu, hukum Taurat menjanjikan kehidupan kepada mereka yang mentaatinya, dan mengutuk semua pelanggar. Sementara itu, hukum Taurat menuntut dari manusia kesempurnaan tertinggi dan ketaatan yang paling persis / seksama. Hukum Taurat tidak membuat pengurangan, tidak memberikan pengampunan, tetapi memperhitungkan dengan keras pelanggaran-pelanggaran yang terkecil. Hukum Taurat tidak secara terbuka menunjukkan Kristus dan kasih karuniaNya, tetapi menunjuk kepadaNya dari jauh, dan hanya pada waktu tersembunyi oleh penutup dari upacara-upacara. Semua kwalitet-kwalitet hukum Taurat seperti itu, Paulus memberitahu kita, dihapuskan; sehingga jabatan Musa sekarang berakhir, sejauh itu berbeda dalam aspek lahiriah dari suatu perjanjian kasih karunia.].

Jadi dari 2 kutipan terakhir di atas, Calvin telah menunjukkan dalam arti apa hukum Taurat masih berlaku, dan dalam arti apa hukum Taurat sudah dihapuskan / tidak berlaku.

Adam Clarke (tentang Gal 3:24): “‘The law was our schoolmaster’ ... The law was our pedagogue unto Christ. The ‎paidagoogos‎, ‘pedagogue,’ is not the schoolmaster, but the servant who had the care of the children to lead them to and bring them back from school, and had the care of them out of school hours. Thus the law did not teach us the living, saving knowledge; but, by its rites and ceremonies, and especially by its sacrifices, it directed us to Christ, that we might be justified by faith. [= Hukum Taurat adalah guru / penuntun kita ... Hukum Taurat adalah pedagogue kita kepada Kristus. PAIDAGOGOS, pedagogue bukanlah sang guru, tetapi pelayan yang mengasuh anak-anak untuk membimbing mereka ke sekolah dan membawa mereka kembali dari sekolah, dan mengasuh / memperhatikan mereka di luar jam sekolah. Jadi / maka hukum Taurat tidak mengajar kita pengetahuan yang hidup, menyelamatkan; tetapi oleh upacara-upacaranya, dan khususnya oleh korban-korbannya, itu mengarahkan kita kepada Kristus, supaya kita bisa dibenarkan oleh iman.].
Catatan: pedagogue bukanlah guru tetapi budak yang mengantar anak ke sekolah. Hendriksen dan Barclay juga memberi arti yang sama seperti yang diberikan oleh Adam Clarke tentang kata PAIDAGOGOS ini.

Lenski (tentang Gal 3:24): “Paul is speaking of the ceremonial contents of the Mosaic law which were completely abrogated when Christ came, which had fulfilled the purpose for which they had been given when the faith was revealed (v. 23). Yes, all the ceremonial regulations served just as a slave-guardian did for the boy in his charge. [= Paulus sedang berbicara tentang isi upacara / ceremonial dari hukum Taurat Musa yang sama sekali dihapuskan pada waktu Kristus datang, yang telah menggenapi tujuan untuk mana mereka telah diberikan pada waktu iman dinyatakan (ay 23). Ya, semua peraturan-peraturan upacara / ceremonial hanya berfungsi hanya seperti yang dilakukan oleh seorang budak penjaga untuk anak yang ada dalam tanggung jawabnya.].

Jadi Lenski menganggap ini hanya bicara tentang Ceremonial Law, yang memang dihapuskan karena sudah digenapi oleh Kristus.

Jadi, lagi-lagi ada beberapa penafsiran tentang Gal 3:23-25 ini, tetapi tak ada dari tafsiran manapun yang menganggap bahwa text ini menunjukkan bahwa hukum moral dari hukum Taurat sudah dihapuskan!

5) Hukum kasih menggantikan hukum Taurat.

John Stott (tentang Matius 5:17-18): Their counterparts today seem to be those who have embraced the so-called new morality, for they declare that the very category of law is abolished for the Christian (though Christ said he had not come to abolish it), that no law any longer binds Christian people except the law of love, and in fact that the command to love is the only absolute there is. [= Rekan mereka pada jaman ini kelihatannya adalah mereka yang telah mempercayai apa yang disebut moralitas baru, karena mereka menyatakan bahwa justru kategori hukum Taurat ini dihapuskan bagi orang Kristen (sekalipun Kristus berkata bahwa Ia tidak datang untuk menghapuskannya), bahwa tak ada hukum yang tetap mengikat orang-orang Kristen kecuali hukum kasih, dan dalam faktanya perintah untuk mengasihi adalah satu-satunya hal mutlak yang ada.] - The Message of The Sermon on the Mount, hal 72-73.

Bdk. Mat 22:37-40 - (37) Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi..

Bdk. Ro 13:8-10 - (8) Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (9) Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (10) Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat..

Bdk. Gal 5:14 - Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!.

Text-text ini menyebabkan ada banyak orang lalu menganggap bahwa hukum Taurat (hukum moral) sudah tidak berlaku, dan digantikan dengan hukum kasih! Jadi, kalau kita tidak membunuh, itu bukan karena kita mentaati hukum ke 6 dari 10 hukum Tuhan / hukum Taurat, tetapi karena kita mentaati hukum kasih. Demikian juga kalau kita tidak mencuri, tidak berzinah dan sebagainya.

Tanggapan saya:

Kelihatannya orang Liberal yang menafsir seperti ini, karena William Barclay, yang adalah seorang Liberal, menafsir seperti ini, sekalipun dalam tafsirannya tentang ayat-ayat lain ia berkata berbeda. Ini beberapa komentar dari William Barclay.

Ro 13:8-10 - (8) Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (9) Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (10) Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat..

Barclay (tentang Ro 13:8-10): “He goes on to speak of the one debt that must be paid every day, and yet, at the same time, must continue to be owed every day - the debt to love one another. Origen, the great third-century biblical scholar, said: The debt of love remains with us permanently and never leaves us; this is a debt which we both discharge every day and forever owe. It is Pauls claim that if people honestly seek to discharge this debt of love, they will automatically keep all the commandments. They will not commit adultery, for, when two people allow their physical passions to sweep them away, the reason is not that they love each other too much but that they love each other too little. In real love, there is at the same time respect and restraint, which saves from sin. Christians will not kill, for love never seeks to destroy, but always to build up; it is always kind and will always seek to destroy enemies not by killing them, but by seeking to make friends of them. Christians will never steal, for love is always more concerned with giving than with getting. They will not covet, for covetousness (EPITHUMIA) is the uncontrolled desire for what is forbidden, and love cleanses the heart, until that desire is gone. St Augustine famously said: Love God, and do what you like. If love is the motivation within the heart, if a persons whole life is dominated by love for God and love for other people, that person needs no other law.” [= Ia melanjutkan untuk berbicara tentang satu hutang yang harus dibayar setiap hari, tetapi pada saat yang sama, hutang itu harus berlanjut setiap hari - hutang untuk mengasihi satu sama lain. Origen, sarjana Alkitabiah yang besar / agung dari abad ketiga, berkata: Hutang kasih tetap bersama kita secara permanen, dan tidak pernah meninggalkan kita; ini adalah suatu hutang yang kita keluarkan setiap hari dan tetap berhutang untuk selama-lamanya. Merupakan claim dari Paulus bahwa jika orang-orang dengan jujur berusaha untuk mengeluarkan hutang kasih ini, mereka akan secara otomatis memelihara / mentaati semua hukum-hukum / perintah-perintah. Mereka tidak akan berzinah, karena pada waktu 2 orang mengijinkan nafsu jasmani mereka menghanyutkan mereka, alasannya bukan karena mereka mengasihi satu sama lain terlalu banyak, tetapi karena mereka mengasihi satu sama lain terlalu sedikit. Dalam kasih yang sungguh-sungguh, disana pada saat yang sama ada hormat dan pengekangan, yang menyelamatkan dari dosa. Orang-orang Kristen tidak akan membunuh, karena kasih tidak pernah berusaha untuk menghancurkan, tetapi selalu membangun; itu selalu baik dan akan selalu berusaha menghancurkan musuh-musuh bukan dengan membunuh mereka, tetapi dengan berusaha untuk berteman dengan mereka. Orang-orang Kristen tidak akan pernah mencuri, karena kasih selalu lebih memperhatikan untuk memberi dari pada untuk mendapatkan. Mereka tidak akan menginginkan, karena keinginan / ketamakan (EPITHUMIA) adalah keinginan yang tidak terkontrol untuk apa yang dilarang, dan kasih membersihkan hati, sampai keinginan itu hilang. Santo Agustinus secara terkenal mengatakan: Kasihilah Allah, dan lakukanlah apa yang engkau senangi. Jika kasih adalah motivasi di dalam hati, jika seluruh kehidupan seseorang didominasi oleh kasih untuk Allah dan kasih untuk orang-orang, orang itu tak membutuhkan hukum yang lain.].
Catatan: sekalipun Agustinus memang mengatakan kata-katanya yang terkenal itu, saya yakin penafsiran Barclay tentang kata-katanya adalah salah!

Matius 5:17-20 - (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (20) Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”.

Barclay (tentang Matius 5:17-20): “What then is the real principle behind the whole law, that principle which Jesus came to fulfil, the true meaning of which he came to show? When we look at the Ten Commandments, which are the essence and the foundation of all law, we can see that their whole meaning can be summed up in one word - respect, or even better, reverence. Reverence for God and for the name of God, reverence for Gods day, respect for parents, respect for life, respect for property, respect for personality, respect for the truth and for another persons good name, respect for oneself so that wrong desires may never overpower us - these are the fundamental principles behind the Ten Commandments, principles of reverence for God, and respect for our neighbours and for ourselves. Without them there can be no such thing as law. On them all law is based. That reverence and that respect Jesus came to fulfil. He came to show men and women in actual life what reverence for God and respect for one another are like. Justice, said the Greeks, consists in giving to God and to others that which is their due. Jesus came to show in actual life what it means to give to God the reverence and to other people the respect which are their due. That reverence and that respect did not consist in obeying a multitude of petty rules and regulations. They consisted not in sacrifice but in mercy; not in legalism but in love; not in prohibitions which demanded that men and women should not do things, but in the instruction to mould their lives on the positive commandment to love. The reverence and the respect which are the basis of the Ten Commandments can never pass away; they are the permanent stuff of our relationship to God and to one another.” [= Lalu apa yang merupakan prinsip yang sesungguhnya di belakang seluruh hukum Taurat, prinsip itu yang Yesus datang untuk menggenapinya, arti yang benar / sejati tentang mana Ia datang untuk menunjukkan? Pada waktu kita melihat pada 10 hukum Tuhan, yang merupakan hakekat dan fondasi / dasar dari seluruh hukum Taurat, kita bisa melihat bahwa seluruh arti mereka bisa disimpulkan / diringkas dalam satu kata - hormat, atau bahkan lebih baik, hormat / takut. Hormat / takut untuk Allah dan untuk nama Allah, hormat / takut untuk hari Allah, hormat untuk orang tua, hormat untuk kehidupan, hormat untuk milik, hormat untuk kepribadian, hormat untuk kebenaran dan untuk nama baik orang lain, hormat untuk diri sendiri sehingga keinginan-keinginan yang salah tidak pernah mengalahkan kita - ini adalah prinsip-prinsip dasari di belakang 10 hukum Tuhan, prinsip-prinsip dari hormat / takut untuk Allah, dan hormat untuk sesama kita dan untuk diri kita sendiri. Tanpa mereka di sana tidak bisa ada hal yang disebut hukum. Semua hukum didasarkan pada mereka. Yesus datang untuk menggenapi hormat / takut itu dan hormat itu. Ia datang untuk menunjukkan orang-orang laki-laki dan perempuan dalam kehidupan nyata / sesungguhnya bagaimana hormat / takut untuk Allah dan hormat untuk satu sama lain itu. Keadilan, kata orang-orang Yunani, terdiri dari tindakan memberi kepada Allah dan kepada orang-orang lain apa yang merupakan hak mereka. Yesus datang untuk menunjukkan dalam kehidupan nyata / sesungguhnya apa artinya untuk memberi kepada Allah hormat / takut dan kepada orang-orang lain hormat yang merupakan hak mereka. Hormat / takut itu dan hormat itu tidak terdiri dari tindakan mentaati sejumlah besar peraturan-peraturan remeh. Mereka tidak terdiri dari korban tetapi dari belas kasihan; bukan dalam legalisme tetapi dalam kasih; bukan dalam larangan-larangan yang menuntut bahwa orang-orang laki-laki dan perempuan tak boleh lakukan, tetapi dalam pengajaran untuk membentuk kehidupan mereka pada perintah positif untuk mengasihi. Hormat / takut dan hormat yang merupakan dasar dari 10 hukum Tuhan tidak pernah bisa hilang; mereka adalah bahan dari hubungan kita dengan Allah dan satu dengan yang lain.].
Catatan: dalam kutipan di atas Barclay menggunakan dua istilah bahasa Inggris yaitu reverence [= hormat yang begitu hebat sampai ada rasa takut di dalamnya] dan ‘respect’ [= hormat]. Yang pertama saya terjemahkan ‘hormat / takut’; yang kedua saya terjemahkan ‘hormat’.

Barclay (tentang Matius 5:17-20): “In this passage, Jesus definitely warns the disciples not to think that Christianity is easy. People might say: Christ is the end of the law; now I can do what I like. They might think that all the duties, all the responsibilities and all the demands are gone. But it is Jesus warning that the righteousness of the Christian must exceed the righteousness of the scribes and Pharisees. What did he mean by that? The motive under which the scribes and Pharisees lived was the motive of law; their one aim and desire was to satisfy the demands of the law. Now, at least theoretically, it is perfectly possible to satisfy the demands of the law; in one sense there can come a time when it is possible for someone to say: I have done all that the law demands; my duty is discharged; the law has no more claim on me. But the motive under which Christians live is the motive of love; the one desire of all Christians is to show their wondering gratitude for the love they have received from God in Jesus Christ. Now, it is not even theoretically possible to satisfy the claims of love. If we love someone with all our hearts, we are bound to feel that if we gave to that person a lifetimes service and adoration, if we offered the sun and the moon and the stars, we would still not have offered enough. For love, the whole realm of nature is an offering far too small. The Jews aimed to satisfy the law of God; and to the demands of the law there is always a limit. Christians aim to show their gratitude for the love of God; and to the claims of love there is no limit in time or in eternity. Jesus set before men and women not the law of God, but the love of God. Long ago, St Augustine said that the Christian life could be summed up in the one phrase: Love God, and do what you like. But when we realize how God has loved us, the one desire of life is to answer to that love, and that is the greatest task in all the world, for it presents us with a task the like of which those who think in terms of law never dream of, and with an obligation more binding than the obligation to any law.” [= Dalam text ini, Yesus dengan pasti memperingati murid-murid untuk tidak berpikir bahwa kekristenan adalah mudah. Orang-orang bisa berkata: Kristus adalah akhir dari hukum Taurat; sekarang aku bisa melakukan apa yang aku senangi. Tetapi merupakan peringatan Yesus bahwa kebenaran dari orang Kristen harus melampaui semua tuntutan kebenaran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Apa yang Ia maksudkan dengan itu? Motivasi dengan mana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi hidup adalah motivasi dari hukum Taurat; satu-satunya tujuan dan keinginan mereka adalah untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat. Sekarang, setidaknya secara teoretis, adalah sama sekali mungkin untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat; dalam satu arti di sana bisa datang suatu waktu dimana adalah mungkin bagi seseorang untuk berkata: Aku telah melakukan semua yang hukum Taurat tuntut; kewajibanku dilaksanakan; hukum Taurat tidak lagi mempunyai tuntutan atas / pada aku. Tetapi motivasi dalam mana orang-orang Kristen hidup adalah motivasi kasih; satu-satunya keinginan dari semua orang-orang Kristen adalah untuk menunjukkan rasa terima kasih yang terheran-heran untuk kasih yang telah mereka terima dari Allah dalam Yesus Kristus. Sekarang, adalah tidak mungkin bahkan secara teoretis untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dari kasih. Jika kita mengasihi seseorang dengan seluruh hati kita, kita harus merasa bahwa seandainya kita memberi orang-orang itu pelayanan dan pemujaan seumur hidup, seandainya kita mempersembahkan matahari dan bulan dan bintang-bintang, kita tetap tidak akan mempersembahkan secara cukup. Bagi kasih, seluruh alam dari alam semesta merupakan suatu persembahan yang jauh terlalu kecil. Orang-orang Yahudi bertujuan untuk memuaskan hukum Taurat Allah; dan bagi tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat di sana selalu ada suatu batasan. Orang-orang Kristen bertujuan untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka untuk kasih Allah; dan terhadap tuntutan-tuntutan dari kasih di sana tidak ada batasan dalam waktu dan dalam kekekalan. Yesus bukan meletakkan di depan orang-orang laki-laki dan perempuan hukum Taurat Allah, tetapi kasih Allah. Lama berselang, Santo Agustinus berkata bahwa kehidupan orang Kristen bisa diringkas / disimpulkan dalam satu ungkapan: Kasihilah Allah, dan lakukanlah apa yang engkau senangi. Tetapi pada waktu kita menyadari bagaimana Allah telah mengasihi kita, satu keinginan kehidupan adalah untuk menanggapi kasih itu, dan itu adalah tugas terbesar di seluruh dunia, karena itu memberi kita suatu tugas yang tak pernah dimimpikan oleh mereka yang berpikir dalam istilah-istilah hukum Taurat, dan dengan suatu kewajiban yang lebih mengikat dari pada kewajiban dari hukum apapun.].

Tetapi anehnya, di bagian lain dari buku tafsirannya, Barclay berkata sebagai berikut:

Luk 16:16-18 - (16) Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. (17) Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. (18) Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah..

Barclay (tentang Luk 16:16-18): “Before Jesus the law and the prophets had been the final word of God; but Jesus came preaching the kingdom. When he did, the most unlikely people, the tax-collectors and the sinners, came storming their way into the kingdom even when the scribes and Pharisees would have set up barriers to keep them out. But Jesus emphasized that the kingdom was not the end of the law. True, the little details and regulations of the ceremonial law were wiped out. No one was to think that Christianity offered an easy way in which no laws remained. The great laws stood unaltered and unalterable.  As an illustration of law that would never pass away Jesus took the law of chastity.” [= Sebelum Yesus hukum Taurat dan kitab nabi-nabi merupakan firman Allah yang terakhir; tetapi Yesus datang memberitakan kerajaan. Pada waktu Ia melakukannya, orang-orang yang paling tidak mungkin, para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, cepat-cepat datang ke dalam kerajaan bahkan pada waktu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah mendirikan penghalang untuk menjaga mereka tetap di luar. Tetapi Yesus menekankan bahwa kerajaan bukanlah akhir dari hukum Taurat. Memang benar, detail-detail dan peraturan-peraturan kecil tentang hukum upacara dihapuskan. Hukum-hukum besar berdiri tak berubah dan tak bisa diubah. ... Sebagai suatu ilustrasi dari hukum Taurat yang tidak akan pernah berlalu Yesus mengambil hukum tentang menahan diri dari perzinahan.].

Ro 3:27-31 - (27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. (29) Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! (30) Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. (31) Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya..

Barclay (tentang Ro 3:27-31): “But, the Jews ask, does this mean an end of all law? We might have expected Paul to say: Yes. In point of fact, he says: No. He says that, in fact, it strengthens the law. He means this. Up to this time, the Jews had tried to be good and to keep the commandments because they were afraid of God and were terrified of the punishment that breaking the law would bring. That day has gone forever. But what has taken its place is the love of God. Now, people must try to be good and keep Gods law, not because they fear Gods punishment, but because they feel that they must strive to deserve that amazing love. They strive for goodness, not because they are afraid of God, but because they love him. They know now that sin is not so much breaking Gods law as it is breaking Gods heart, and, therefore, it is doubly terrible.” [= Tetapi orang-orang Yahudi bertanya, apakah ini berarti suatu akhir dari seluruh hukum Taurat? Kita bisa / mungkin telah mengharapkan Paulus untuk berkata: Ya. Tetapi faktanya, ia berkata: Tidak. Ia berkata bahwa sebetulnya itu memperkuat hukum Taurat. Ia betul-betul memaksudkan ini. Sampai saat ini, orang-orang Yahudi telah mencoba untuk menjadi baik dan untuk memelihara / mentaati hukum-hukum / perintah-perintah karena mereka takut akan Allah, dan takut akan hukuman yang dibawa oleh pelanggaran terhadap hukum Taurat. Hari / masa itu telah pergi / hilang selama-lamanya. Tetapi yang menggantikan tempatnya adalah kasih dari Allah. Sekarang, orang-orang harus berusaha untuk menjadi baik dan memelihara / mentaati hukum (Taurat) Allah, bukan karena mereka takut akan hukuman Allah, tetapi karena mereka merasa bahwa mereka harus berusaha untuk layak mendapatkan kasih yang mengherankan itu. Mereka berusaha untuk kebaikan, bukan karena mereka takut akan Allah, tetapi karena mereka mengasihi Dia. Mereka tahu sekarang bahwa dosa bukanlah hanya melanggar hukum (Taurat) Allah tetapi lebih-lebih menyakiti / menghancurkan hati Allah, dan karena itu, itu mengerikan secara ganda.].

Sekarang mari kita membahas ketiga text di atas satu per satu.

a) Mat 22:37-40 - (37) Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi..

1. Hukum kasih itu sendiri adalah / termasuk dalam hukum Taurat!

Mat 22:36-40 - (36) Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? (37) Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi..

Luk 10:26-27 - (26) Jawab Yesus kepadanya: Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana? (27) Jawab orang itu: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri..

Hukum kasih yang pertama diambil dari Ul 6:5 - “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu..

Dan hukum kasih yang kedua diambil dari Im 19:18 - Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN..

Perhatikan bahwa kedua hukum kasih itu juga termasuk dalam hukum Taurat!! Jadi orang yang mengatakan bahwa seluruh hukum Taurat (termasuk hukum moral) dihapuskan, dan digantikan dengan hukum kasih, berbicara secara tidak masuk akal!

Calvin (tentang Luk 10:26): “Luke 10:26. What is written in the law? He receives from Christ a reply different from what he had expected. And, indeed, no other rule of a holy and righteous life was prescribed by Christ than what had been laid down by the Law of Moses; for the perfect love of God and of our neighbors comprehends the utmost perfection of righteousness. [= Luk 10:26. Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Ia menerima dari Kristus suatu jawaban yang berbeda dari apa yang ia harapkan. Dan memang, TAK ADA PERATURAN LAIN DARI / TENTANG KEHIDUPAN YANG KUDUS DAN BENAR YANG DITULISKAN OLEH KRISTUS DARI PADA APA YANG TELAH DITETAPKAN OLEH MUSA; karena kasih yang sempurna kepada Allah dan kepada sesama kita mencakup kesempurnaan tertinggi dari kebenaran.].

Karena itu, kalau hukum moral dari hukum Taurat dibatalkan, maka jelas bahwa hukum kasih itu juga harus dibatalkan!

2. Hukum kasih itu merupakan ringkasan dari seluruh hukum Taurat.

Calvin (tentang Mat 22:37): “What follows is an abridgment of the Law, which is also found in the writings of Moses, (Deuteronomy 6:5.) ... It now appears from this summary that, in the commandments of the Law, God does not look at what men can do, but at what they ought to do; ... [= Yang berikut ini adalah suatu penyingkatan / ringkasan dari hukum Taurat, yang juga ditemukan dalam tulisan-tulisan Musa, (Ul 6:5). ... Sekarang terlihat dari ringkasan ini bahwa, dalam perintah-perintah hukum Taurat, Allah tidak melihat pada apa yang manusia bisa lakukan, tetapi pada apa yang mereka harus lakukan; ...].

William Hendriksen (tentang Mat 22:37-40): “Jesus here teaches that: a. The whole duty of man, the whole moral-spiritual law, can be summed up in one word: love. ... This commandment is called the great(est) because it epitomizes the most excellent response to the Most Wonderful Being, and is basic to all other genuine love.” [= Yesus di sini mengajar bahwa: a. Seluruh kewajiban dari manusia, seluruh hukum Taurat yang bersifat moral-rohani, bisa diringkas dalam satu kata: kasih. ... Perintah ini disebut yang terbesar karena itu meringkas tanggapan yang paling bagus kepada Makhluk Yang Paling Ajaib, dan merupakan dasar dari semua kasih sejati yang lain.].

Bible Knowledge Commentary (tentang Mat 22:34-40): “Jesus quick reply summarized the entire Decalogue. He replied that the greatest commandment is to love the Lord... God with all ones heart... soul, and... mind (cf. Deut 6:5). He added that the second commandment is to love ones neighbor as oneself (cf. Lev 19:18). The first summarizes the first table of the Law, and the second summarizes the second table.” [= Jawaban yang cepat dari Yesus meringkas seluruh 10 hukum Tuhan. Ia menjawab bahwa perintah / hukum yang terbesar adalah mengasihi Tuhan ... Allah dengan seluruh hati ... jiwa, dan ... pikiran seseorang (bdk. Ul 6:5). Ia menambahkan bahwa perintah / hukum kedua adalah mengasihi sesama seseorang seperti dirinya sendiri (bdk. Im 19:18). Yang pertama meringkas loh (batu) pertama dari hukum Taurat, dan yang kedua meringkas loh (batu) yang kedua.].

Merupakan sesuatu yang konyol untuk mengatakan bahwa hukum moral dari hukum Taurat dibatalkan, dan digantikan oleh ringkasannya!
Bayangkan kalau saya berkhotbah, dan setelah menguraikan secara panjang lebar, pada bagian akhir saya memberikan ringkasan dari khotbah itu. Apakah bagi jemaat, seluruh penjelasan panjang lebar itu dibatalkan oleh ringkasannya??? Hanya orang bodoh yang mempercayai hal itu!!

3. Pada hukum kasih itu tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Perjanjian Lama).
Mat 22:40 - Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi..
Barnes Notes (tentang Mat 22:40): “Verse 40. On these two commandments hang ... That is, these comprehend the substance of what Moses in the law and what the prophets have spoken. [= Ayat 40. Pada kedua hukum inilah tergantung ... Artinya, ini mencakup zat / hakekat dari apa yang Musa dalam hukum Taurat dan apa yang kitab nabi-nabi telah katakan.].
Bible Knowledge Commentary (tentang Mat 22:34-40): “Jesus said, All the Law and the Prophets hang on these two commandments, that is, all the Old Testament develops and amplifies these two points: love for God and love for others, who are made in Gods image.” [= Yesus berkata, Seluruh hukum Taurat dan kitab nabi-nabi tergantung pada dua hukum ini, yaitu, seluruh Perjanjian Lama berkembang dan menguatkan kedua poin ini: kasih untuk Allah dan kasih untuk sesama, yang dibuat dalam gambar Allah.].

b) Ro 13:8-10 - (8) Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. (9) Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (10) Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat..

Calvin (tentang Ro 13:8): Paul teaches us that the law is fulfilled when we love our neighbor, for no mention is here made of what is due to God, which ought not by any means to have been omitted. But Paul refers not to the whole law, but speaks only of what the law requires from us as to our neighbor. And it is doubtless true, that the whole law is fulfilled when we love our neighbors; for true love towards man does not flow except from the love of God, and it is its evidence, and as it were its effects. [= Paulus mengajar kita bahwa hukum Taurat digenapi pada waktu kita mengasihi sesama kita, karena tak disebutkan di sini tentang apa yang menjadi hak Allah, yang tidak boleh dengan cara apapun untuk dihapuskan. Tetapi Paulus tidak menunjuk pada seluruh hukum, tetapi hanya berbicara tentang apa yang hukum Taurat tuntut dari kita berkenaan dengan sesama kita. Dan tak diragukan bahwa adalah benar bahwa seluruh hukum Taurat digenapi pada waktu kita mengasihi sesama kita; karena kasih yang benar terhadap manusia tidak akan mengalir kecuali dari kasih kepada Allah, dan itu adalah buktinya, dan seakan-akan adalah akibat / hasilnya.].

William Hendriksen (tentang Ro 13:8): by adding for he who loves his neighbor has fulfilled the law it is made clear that all those with whom the believer comes into contact - and of course particularly those with special needs - are included. In fact, in a sense no one is excluded from this all-embracing love. Gods holy law, to be sure, does not save anyone. ... Nevertheless, once a person has been justified by faith, he, out of gratitude, (is?) motivated and enabled by the Holy Spirit, desires to do what God wants him to do. And this is found in the law of the Ten Commandments, as summarized in Lev 19:18, and later in the words of Jesus as recorded in Matt. 22:39; Mark 12:31; Luke 10:27b. [= dengan menambahkan karena ia yang mengasihi sesamanya telah menggenapi / memenuhi hukum Taurat dibuat jelas bahwa semua mereka dengan siapa orang percaya berhubungan - dan tentu saja secara khusus mereka dengan kebutuhan-kebutuhan khusus - tercakup. Sebenarnya, dalam satu arti tak seorangpun dikeluarkan dari kasih yang memeluk semua ini. Hukum Taurat kudus dari Allah, pasti tidak mengecualikan siapapun. ... Sekalipun demikian, sekali seseorang telah dibenarkan oleh iman, ia, dari rasa terima kasih, dimotivasi dan dimampukan oleh Roh Kudus, ingin untuk melakukan apa yang Allah inginkan ia lakukan. Dan ini ditemukan dalam hukum dari 10 Hukum Tuhan, seperti yang diringkas dalam Im 19:18, dan belakangan dalam kata-kata Yesus seperti yang dicatat dalam Mat 22:39; Mark 12:31; Luk 10:27b.].

Ro 13:9 - Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!.
Kata firman salah terjemahan, seharusnya adalah hukum / perintah.
KJV/RSV/NASB: commandment [= hukum / perintah].

William Hendriksen (tentang Ro 13:9): The very fact that Paul mentions these commandments in the order Nos. 7, 6, 8, 10 (cf. Exod. 20:117), not even mentioning the fifth and the ninth, but covering these with the summarizing expression and whatever other commandment there may be, shows that it is not his main intention to enter into the substance of each separate Thou shalt not. Rather he wishes to emphasize the one great truth, namely, that all these commandments touching the believers attitude toward his fellowmen are brought together under one head in the one, great summarizing rule, You shall love your neighbor as yourself. This proves that every negative command (You shall not) is at bottom a positive command. The meaning, therefore is: You shall love, and therefore not commit adultery but preserve the sacredness of the marriage-bond. You shall love, and therefore not murder but help your neighbor keep alive and well. You shall love, and accordingly not steal anything that belongs to your neighbor but rather protect his possessions. You shall love, and as a result not covet what belongs to your neighbor but rejoice in the fact that it is his. [= Fakta bahwa Paulus menyebutkan hukum-hukum ini dalam urutan No 7,6,8,10 (bdk. Kel 20:1-17), bahkan tidak menyebutkan hukum ke 5 dan ke 9, tetapi mencakup ini dengan ungkapan yang meringkas dan firman (seharusnya hukum) lain manapun juga, menunjukkan bahwa bukanlah maksud utamanya untuk masuk ke dalam substansi / pokok dari setiap Jangan / Janganlah engkau. Sebaliknya ia ingin menekankan satu kebenaran yang besar, yaitu, bahwa semua hukum-hukum ini menyentuh sikap orang percaya terhadap sesama manusianya dibawa bersama-sama di bawah satu kepala dalam satu peraturan / hukum besar yang meringkas, Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. Ini membuktikan bahwa setiap hukum yang bersifat negatif (Janganlah) pada dasarnya adalah suatu hukum yang bersifat positif. Karena itu, artinya adalah: Kamu harus mengasihi, dan karena itu tidak berzinah tetapi menjaga kekudusan dari ikatan pernikahan. Kamu harus mengasihi, dan karena itu tidak membunuh tetapi menolong sesamamu untuk tetap hidup dan sejahtera. Kamu harus mengasihi, dan karena itu tidak mencuri apapun yang merupakan milik sesamamu tetapi sebaliknya melindungi miliknya. Kamu harus mengasihi, dan sebagai akibatnya tidak mengingini apa yang merupakan milik dari sesamamu tetapi bersukacita dalam fakta bahwa itu adalah miliknya.].
Catatan: kata-kata William Hendriksen ini jelas tidak menunjukkan bahwa 10 Hukum Tuhan dihapuskan dan digantikan hukum kasih! Sebaliknya 10 Hukum Tuhan itu tetap berlaku, dan ditafsirkan bersama-sama dengan hukum kasih, maka masing-masing menjadi hukum yang bersifat positif!!

Ro 13:10 - Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat..

William Hendriksen (tentang Ro 13:10): In the words, Love does no harm to the neighbor, we have an example of a figure of speech called litotes. This means that a negative expression of this type implies a strong affirmative. So, Hes no fool may mean, He is very shrewd. And similarly Love does no harm to the neighbor means Love greatly benefits the neighbor.  does no harm is an understatement for greatly benefits. The reason that this truth is here expressed negatively may well have been to make it coincide with the laws prohibitions. [= Dalam kata-kata, Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, kita mempunya suatu contoh dari suatu gaya bahasa yang disebut LITOTES. Ini berarti bahwa suatu ungkapan dari jenis ini secara implicit menunjukkan suatu ungkapan positif yang kuat. Jadi, Ia bukan orang tolol bisa berarti Ia sangat cerdik / licik. Dan secara sama / mirip Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia berarti Kasih sangat menguntungkan sesama manusia ... tidak berbuat jahat merupakan suatu pernyataan yang kurang / mengecilkan untuk Kasih menguntungkan. Alasan sehingga kebenaran ini di sini dinyatakan secara negatif bisa untuk membuatnya serupa dengan larangan-larangan hukum Taurat.].

John Stott (tentang Ro 13:8-10): Now that Paul repeats in chapter 13 his statement about our fulfilling the law, he changes his emphasis from the means of the fulfilment (the Holy Spirit) to the nature of it (love). Law and love are often thought to be incompatible. And there are significant differences between them, law being often negative (you shall not) and love positive, law relating to particular sins and love being a comprehensive principle. But the advocates of the new morality or situation ethics go considerably further than this. They insist that now nothing is prescribed except love. In fact love is the end of law because law is no longer needed. Love has its own built-in moral compass which discerns intuitively what a true respect for persons will demand in each situation. But this expresses a naïve confidence in love’s infallibility. The truth is that love cannot manage on its own without an objective moral standard. That is why Paul wrote not that ‘love is the end of law’ but that ‘love is the fulfilment of the law’. For love and law need each other. Love needs law for its direction, while law needs love for its inspiration. [= Sekarang bahwa Paulus mengulang dalam pasal 13 pernyataannya tentang penggenapan kita tentang hukum Taurat, ia mengubah penekanannya dari cara / jalan penggenapan (Roh Kudus) kepada sifat dasarnya / hakekatnya (kasih). Hukum dan kasih sering dianggap tidak cocok. Dan di sana ada perbedaan-perbedaan yang menyolok di antara mereka, hukum sering bersifat negatif (jangan) dan kasih bersifat positif, hukum berhubungan dengan dosa-dosa khusus dan kasih adalah prinsip yang luas / meliputi banyak hal. Tetapi pendukung-pendukung dari moralitas baru atau etika situasi berjalan sangat lebih jauh dari pada ini. Mereka berkeras bahwa sekarang tak ada apapun yang diberikan sebagai peraturan kecuali kasih. Sebetulnya kasih adalah akhir dari hukum Taurat karena hukum Taurat tak lagi dibutuhkan. Kasih mempunyai kompas moral yang terpasang tetap yang membedakan secara intuitif apa yang dituntut suatu rasa hormat yang benar untuk orang-orang dalam setiap situasi. Tetapi ini mengungkapkan suatu keyakinan yang naif / bodoh dalam ketidak-bisa-bersalahan dari kasih. Kebenarannya adalah bahwa kasih tidak bisa mengurus / mengatur dirinya sendiri tanpa suatu standard moral yang obyektif. Itu sebabnya Paulus bukannya menulis bahwa kasih adalah akhir dari hukum Taurat tetapi bahwa kasih adalah penggenapan dari hukum Taurat. Karena kasih dan hukum Taurat saling membutuhkan. Kasih membutuhkan hukum Taurat untuk pengarahannya, sedangkan hukum Taurat membutuhkan kasih sebagai inspirasinya.].

c) Gal 5:14 - Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!.
Kata tercakup ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NASB: fulfilled [= digenapi].

William Hendriksen (tentang Gal 5:14): Paul quotes Lev. 19:18. One can also say that he is quoting the words of Jesus (Matt. 22:39, 40; Mark 12:31; Luke 10:27; cf. Matt. 7:12; 19:19; Rom. 13:810; and I Cor. 13). Love, then, is both the summary (interpretive epitome or condensation) and the realization in practice of the entire God-given moral law, viewed as a unit. .. the apostle here refers specifically to the second, not to the first, table of the law, but that first table is in the background, for the two are inseparable (I John 4:20, 21). [= Paulus mengutip Im 19:18. Orang juga bisa mengatakan bahwa ia sedang mengutip kata-kata Yesus (Mat 22:39,40; Mark 12:31; Luk 10:27; bdk. Mat 7:12; 19:19; Ro 13:8-10; dan 1Kor 13). Jadi, kasih adalah baik ringkasan (ringkasan yang bersifat penafsiran atau penyingkatan) dan realisasi dalam praktek dari seluruh hukum moral yang diberikan oleh Allah, dipandang sebagai satu kesatuan. ... sang rasul di sini menunjuk secara khusus pada loh batu yang kedua dari hukum Taurat, bukan yang pertama, tetapi bahwa loh batu yang pertama ada di latar belakang, karena keduanya tak terpisahkan (1Yoh 4:20-21).].
Bdk. 1Yoh 4:20-21 - (20) Jikalau seorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (21) Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”.

John Stott (tentang Gal 5:14): We must notice carefully what the apostle writes. He does not say, as some of the new moralists are saying, that if we love one another we can safely break the law in the interests of love, but that if we love one another we shall fulfil the law, because the whole law is summed up in this one command, You shall love your neighbour as yourself. What is the Christians relation to the law? The so-called new morality forces the question upon us with some urgency. It is quite true that Paul says to us, if we are Christians, that we have been set free from the law, that we are no longer under the law and that we must not submit again to the yoke of slavery which is the law (verse 1). But we must take pains to grasp what he means by these expressions. Our Christian freedom from the law which he emphasizes concerns our relationship to God. It means that our acceptance depends not on our obedience to the laws demands, but on faith in Jesus Christ who bore the curse of the law when He died. It certainly does not mean that we are free to disregard or disobey the law. On the contrary, although we cannot gain acceptance by keeping the law, yet once we have been accepted we shall keep the law out of love for Him who has accepted us and has given us His Spirit to enable us to keep it. In New Testament terminology, although our justification depends not on the law but on Christ crucified, yet our sanctification consists in the fulfilment of the law. Cf. Romans 8:3, 4. Moreover, if we love one another as well as God, we shall find that we do obey His law because the whole law of God - at least the second table of the law touching our duty to our neighbour - is fulfilled in this one point: You shall love your neighbour as yourself, and murder, adultery, stealing, covetousness and false witness are all infringements of this law of love. Paul says the same thing in 6:2: Bear one anothers burdens, and so fulfil the law of Christ. [= Kita harus memperhatikan dengan seksama apa yang sang rasul tulis. Ia tidak mengatakan, seperti beberapa dari moralist baru sedang katakan, bahwa jika kita saling mengasihi kita bisa dengan aman melanggar hukum Taurat untuk / demi kepentingan kasih, tetapi (ia mengatakan) bahwa jika kita saling mengasihi kita akan menggenapi hukum Taurat, karena seluruh hukum Taurat diringkas dalam satu perintah ini, Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. Apa hubungan orang Kristen dengan hukum Taurat? Apa yang disebut moralitas yang baru menekankan pertanyaan ini kepada kita dengan mendesak. Adalah benar bahwa Paulus berkata kepada kita, jika kita adalah orang-orang Kristen, yang telah dimerdekakan dari hukum Taurat, bahwa kita tidak lagi berada di bawah hukum Taurat dan bahwa kita tidak boleh tunduk lagi kepada kuk perhambaan yang adalah hukum Taurat (ayat 1). Tetapi kita harus berusaha keras untuk menangkap apa yang ia maksudkan oleh ungkapan-ungkapan ini. Kebebasan Kristen kita dari hukum Taurat yang ia tekankan berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah. Itu berarti bahwa penerimaan kita tidak tergantung pada ketaatan kita pada tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tetapi pada iman kepada Yesus Kristus yang memikul kutuk dari hukum Taurat pada waktu Ia mati. Itu pasti tidak berarti bahwa kita bebas untuk mengabaikan atau tidak mentaati hukum Taurat. Sebaliknya, sekalipun  kita tidak bisa mendapatkan penerimaan dengan mentaati hukum Taurat, tetapi sekali kita telah diterima kita akan mentaati hukum Taurat dari kasih untuk Dia yang telah menerima kita dan telah memberikan RohNya untuk memampukan kita untuk mentaatinya. Dalam terminologi Perjanjian Baru, sekalipun pembenaran kita tidak tergantung pada hukum Taurat tetapi pada Kristus yang tersalib, tetapi pengudusan kita terdiri dari penggenapan hukum Taurat. Bdk. Ro 8:3-4. Selanjutnya, jika kita mengasihi satu sama lain maupun Allah, kita akan mendapati bahwa kita mentaati hukum TauratNya karena seluruh hukum Taurat Allah - setidaknya loh batu yang kedua dari hukum Taurat menyentuh kewajiban kita kepada sesama kita - digenapi dalam satu poin / pokok ini: Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, dan pembunuhan, perzinahan, pencurian, ketamakan dan saksi dusta adalah semua pelanggaran dari hukum kasih ini. Paulus mengatakan hal yang sama dalam 6:2: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.].
Gal 5:1 - Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan..
Ro 8:3-4 - (3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, (4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh..

6) Ro 7:1-9,12 - (1) Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, - sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum - bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? (2) Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. (3) Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain. (4) Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. (5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut. (6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. (7) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: Jangan mengingini! (8) Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. (9) Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, ... (12) Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. (13) Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.”.

Sebetulnya dari kontext, yaitu ay 7-9,12, terlihat dengan jelas bahwa kata-kata telah mati bagi hukum Taurat, dan telah dibebaskan dari hukum Taurat tidak berarti bahwa hukum Taurat (termasuk hukum moral) dihapuskan pada jaman Perjanjian Baru.

Ro 7:4 - “Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.”.

John Stott (tentang Ro 7:4): it was his physical body which died on the cross. But through our personal union with Christ we have shared in his death (as the apostle has argued in Romans 6), and we may therefore be said to have died through his body. Secondly, what does it mean that we died to the law? The expression reminds us of the similar statement that we died to sin (6:2). Indeed, they appear to mean the same thing. For if to die to sin means to bear its penalty, which is death, it is the law which prescribes this penalty. Therefore to die to sin and to die to the law are identical. Both signify that through participation in the death of Christ the laws curse or condemnation on sin has been taken away. [= adalah tubuh fisikNya yang mati di salib. Tetapi melalui persatuan pribadi dengan Kristus kita telah mendapat bagian dalam kematianNya (seperti sang rasul telah berargumentasi dalam Ro 6), dan karena itu kita bisa dikatakan telah mati melalui tubuhNya. Kedua, apa maksudnya bahwa kita mati bagi hukum Taurat? Ungkapan itu mengingatkan kitta akan pernyataan yang mirip bahwa kita mati bagi dosa (6:2). Memang, kedua pernyataan / ungkapan itu kelihatannya artinya sama. Karena jika mati bagi dosa berarti memikul hukumannya, yang adalah kematian / maut, adalah hukum Taurat yang menentukan hukuman ini. Karena itu mati bagi dosa dan mati bagi hukum Taurat adalah identik. Keduanya berarti bahwa melalui partisipasi dalam kematian Kristus kutuk hukum Taurat atau penghukuman pada dosa telah diambil / dihapuskan.].
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi kelihatannya aneh, mungkin ada kesalahan cetak.

John Stott (tentang Ro 7:4): whether fruit means children or not, all are agreed that the result of being released from the law and joined to Christ is holy living, not antinomian licence. For becoming a Christian involves a radical change of allegiance. At the end of chapter 6 our two slaveries were contrasted. At the beginning of chapter 7 it is our two marriages, death dissolving the first and so permitting the second. [= apakah buah berarti anak-anak atau tidak, semua setuju bahwa hasil / akibat dari dibebaskan dari hukum Taurat dan digabungkan / dipersatukan kepada Kristus adalah kehidupan yang kudus, bukan ijin / kebebasan untuk menjadi orang yang anti hukum. Karena menjadi seorang Kristen melibatkan suatu perubahan radikal tentang kesetiaan / pembaktian. Pada akhir dari pasal 6 dua perhambaan kita dikontraskan. Pada awal dari pasal 7 (yang dikontraskan) adalah dua pernikahan kita, kematian membubarkan pernikahan yang pertama dan dengan demikian mengijinkan yang kedua.].

Ro 7:5-6 - (5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut. (6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat..

John Stott (tentang Ro 7:5-6): So we return to the question whether the law is still binding on Christians, and whether we are expected still to obey it. Yes and no! Yes, in the sense that Christian freedom is freedom to serve, not freedom to sin. We are still slaves (6), slaves of God and of righteousness (6:18,22). But also no, because the motives and means of our service have completely changed. Why do we serve? Not because the law is our master and we have to, but because Christ is our husband and we want to. Not because obedience leads to salvation, but because salvation leads to obedience. [= Maka kita kembali pada pertanyaan apakah hukum Taurat tetap mengikat orang-orang Kristen, dan apakah kita tetap diharapkan untuk mentaatinya. Ya dan tidak! Ya dalam arti bahwa kebebasan Kristen adalah kebebasan untuk melayani, bukan kebebasan untuk berbuat dosa. Kita tetap adalah hamba-hamba (6), hamba-hamba Allah dan hamba-hamba kebenaran (6:18,22). Tetapi juga tidak, karena motivasi dan cara pelayanan kita telah berubah sepenuhnya. Mengapa kita melayani? Bukan karena hukum Taurat adalah tuan kita dan kita harus melayani, tetapi karena Kristus adalah suami kita dan kita ingin / mau melayani. Bukan karena ketaatan membimbing pada keselamatan, tetapi karena keselamatan membimbing pada ketaatan.].

Calvin (tentang Ro 7:2): “The law was, as it were our husband, under whose yoke we were kept until it became dead to us: After the death of the law Christ received us, that is, he joined us, when loosed from the law, to himself: [= Hukum Taurat adalah, seakan-akan suami kita, di bawah kuk mana kita dijaga sampai hukum Taurat itu menjadi mati bagi kita: Setelah kematian dari hukum Taurat, Kristus menerima kita, artinya, Ia menggabungkan kita dengan Dia pada waktu kita dilepaskan dari hukum Taurat:].

Calvin (tentang Ro 7:2): “as far as God has in the ten commandments taught what is just and right, and given directions for guiding our life, no abrogation of the law is to be dreamt of; for the will of God must stand the same forever. We ought carefully to remember that this is not a release from the righteousness which is taught in the law, but from its rigid requirements, and from the curse which thence follows. The law, then, as a rule of life, is not abrogated; but what belongs to it as opposed to the liberty obtained through Christ, that is, as it requires absolute perfection: for as we render not this perfection, it binds to under the sentence of eternal death. [= sejauh dalam 10 Hukum Tuhan Allah telah mengajar kita apa yang adil dan benar, dan telah memberikan pengarahan untuk membimbing hidup kita, tak ada pembatalan / penghapusan dari hukum Taurat untuk dimimpikan; karena kehendak Allah harus berdiri secara sama untuk selama-lamanya. Kita harus dengan hati-hati mengingat bahwa ini bukan suatu pembebasan dari kebenaran yang diajarkan dalam hukum Taurat, tetapi dari tuntutan-tuntutannya yang kaku / keras, dan dari kutuk yang mengikuti dari sana. Maka hukum Taurat sebagai suatu peraturan kehidupan tidak dibatalkan / dihapuskan; tetapi apa yang menjadi miliknya yang bertentangan dengan kebebasan yang didapatkan melalui Kristus, yaitu, karena hukum Taurat itu menuntut kesempurnaan yang mutlak: karena pada waktu kita tidak memberikan kesempurnaan ini, hukum Taurat itu mengikat ke bawah hukuman kematian kekal.].

Ro 7:4 - “Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.”.

Calvin (tentang Ro 7:4): “But the Apostle goes farther, and says, that the bond of the law was destroyed; not that we may live according to our own will, like a widow, who lives as she pleases while single; but that we may be now bound to another husband; nay, that we may pass from hand to hand, as they say, that is, from the law to Christ. [= Tetapi sang rasul berjalan lebih jauh, dan berkata, bahwa ikatan dari hukum Taurat dihancurkan; bukan supaya kita bisa / boleh hidup sesuai kemauan kita sendiri, seperti seorang janda, yang hidup sebagaimana ia senangi pada saat ia sendirian; tetapi supaya sekarang kita bisa diikat kepada suami yang lain; tidak, supaya kita bisa berpindah dari tangan ke tangan, seperti mereka katakan, yaitu dari hukum Taurat kepada Kristus.].

Calvin (tentang Ro 7:4): “We have already said, that Christ is substituted for the law, lest any freedom should be pretended without him, or lest any, being not yet dead to the law, should dare to divorce himself from it. [= Kami telah mengatakan, bahwa Kristus menggantikan hukum Taurat, supaya jangan kebebasan / kemerdekaan apapun dipercaya / diclaim tanpa Dia, atau supaya jangan siapapun, yang belum mati bagi hukum Taurat, berani menceraikan dirinya sendiri darinya.].

Calvin (tentang Roma 7:4): That we may bring forth fruit to God. He ever annexes the final cause, lest any should indulge the liberty of their flesh and their own lusts, under the pretense that Christ has delivered them from the bondage of the law; for he has offered us, together with himself, as a sacrifice to the Father, and he regenerates us for this end - that by newness of life we may bring forth fruit unto God: and we know that the fruits which our heavenly Father requires from us are those of holiness and righteousness. [= Supaya kita bisa mengeluarkan buah bagi Allah. Ia menggabungkan anak kalimat terakhir, supaya jangan siapapun memuaskan kebebasan dari daging mereka dan nafsu mereka sendiri, di bawah kepura-puraan bahwa Kristus telah membebaskan mereka dari belenggu hukum Taurat; karena Ia telah mempersembahkan kita, bersama-sama dengan diriNya sendiri, sebagai suatu korban kepada Bapa, dan Ia melahirbarukan kita untuk tujuan ini - supaya oleh kebaharuan hidup kita bisa mengeluarkan buah bagi Allah: dan kita tahu bahwa buah yang Bapa surgawi kita tuntut dari kita adalah buah dari kekudusan dan kebenaran.].

Roma 7:5-6 - (5) Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut. (6) Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat..

Calvin (tentang Roma 7:5): What the law does, in the absence of the inward teacher, the Spirit, is increasingly to inflame our hearts, so that they boil up with lusts. [= Apa yang hukum Taurat lakukan, dalam absennya Guru dalam batin kita, Roh (Kudus), adalah menyalakan hati kita sampai pada tingkat yang membahayakan, sehingga hati kita mendidih dengan nafsu.].

Calvin (tentang Ro 7:6): Observe, then, that we are then freed from the law, when God emancipates us from its rigid exactions and curse, and endues us with his Spirit, through whom we walk in his ways. [= Maka perhatikanlah, bahwa kita dibebaskan dari hukum Taurat, pada waktu Allah membebaskan kita dari kepersisan yang kaku dan kutuknya, dan menyediakan kita dengan RohNya, melalui siapa kita berjalan dalam jalanNya.].

Calvin (tentang Roma 7:6): Having died to that, etc. This part contains a reason, or rather, indicates the manner in which we are made free; for the law is so far abrogated with regard to us, that we are not pressed down by its intolerable burden, and that its inexorable rigor does not overwhelm us with a Curse. [= Setelah mati bagi itu (hukum Taurat), dst. Bagian ini berisikan suatu alasan, atau lebih tepat, menunjukkan cara dalam mana kita dibuat jadi bebas; karena hukum Taurat begitu jauh dihapuskan berkenaan dengan kita, sehingga kita tidak ditekan oleh bebannya yang tak tertahankan, dan bahwa kekakuannya yang tak henti-hentinya tidak melingkupi / membanjiri kita dengan suatu Kutuk.].

7) 1Korintus 9:19-21 - (19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat..
Ay 21a (KJV): ‘To them that are without law, as without law,’ [= Bagi mereka yang tanpa hukum Taurat, seperti tanpa hukum Taurat,].

Calvin (tentang 1Korintus 9:20): “among the Gentiles he lived as if he were a Gentile, and among the Jews he acted as a Jew: that is, while among Jews he carefully observed the ceremonies of the law, he was no less careful not to give occasion of offense to the Gentiles by the observance of them. [= di antara orang-orang non Yahudi ia hidup seakan-akan ia adalah seorang non Yahudi, dan di antara orang-orang Yahudi ia bertindak seperti seorang Yahudi: artinya, pada waktu berada di antara orang-orang Yahudi ia dengan teliti mentaati hukum-hukum upacara dari hukum Taurat, ia tidak kurang hati-hatinya untuk tidak menjadi batu sandungan kepada orang-orang non Yahudi oleh ketaatannya kepada mereka.].

Calvin (tentang 1Kor 9:20): As to what he says respecting his being without law and under the law, you must understand it simply in reference to the ceremonial department; for the department connected with morals was common to Jews and Gentiles alike, and it would not have been allowable for Paul to gratify men to that extent. For this doctrine holds good only as to things indifferent, as has been previously remarked. [= Berkenaan dengan apa yang ia katakan tentang keberadaannya tanpa hukum Taurat dan di bawah hukum Taurat, kamu harus mengertinya hanya dalam hubungan dengan bagian yang bersifat upacara / ceremonial; karena bagian yang berhubungan dengan moral adalah umum bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi, dan tidak bisa diijinkan bagi Paulus untuk memuaskan orang-orang sampai pada tingkat itu. Karena ajaran ini hanya berlaku berkenaan dengan hal-hal yang netral / bukan buruk atau baik, seperti yang sebelum ini sudah diperhatikan.].
Catatan: kata bahasa Inggris indifferent bisa berarti netral, bukan buruk ataupun baik, yang tak jadi soal apakah yang ini atau yang itu (Merriam Webster).

Calvin (tentang 1Kor 9:21): “he had always kept in view one law - that of subjection to Christ. ... Now he calls it expressly the law of Christ, in order to wipe away the groundless reproach, with which the false apostles branded the gospel, for he means, that in the doctrine of Christ nothing is omitted, that might serve to give us a perfect rule of upright living. [= ia telah selalu memperhatikan satu hukum - hukum tentang ketundukan kepada Kristus. ... Sekarang ia menyebutnya secara explicit hukum Kristus, supaya menghapuskan celaan yang tak berdasar dengan mana rasul-rasul palsu mencap injil, bahwa dalam ajaran Kristus tak ada apapun yang dihapuskan, supaya bisa berfungsi untuk memberi kita suatu peraturan yang sempurna tentang kehidupan yang lurus.].

Kata-kata Calvin di sini perlu diperhatikan oleh orang-orang yang menganggap hukum Taurat telah dihapuskan sama sekali, dan yang berlaku sekarang adalah hukum Kristus, yaitu hukum kasih! Dari mana mereka bisa mendapatkan definisi bahwa hukum Kristus adalah hukum kasih??? Calvin mengatakan bahwa pada saat Paulus mengatakan bahwa ia berada di bawah hukum Kristus, itu berarti ketundukan kepada Kristus, dan juga bahwa tak ada apapun yang dihapuskan (dari hukum moral dalam hukum Taurat)!

8) Gal 2:19 - “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;.
KJV: ‘For I through the law am dead to the law,’ [= Karena aku melalui hukum Taurat mati bagi hukum Taurat,].
RSV: ‘For I through the law died to the law,’ [= Karena aku melalui hukum Taurat telah mati bagi hukum Taurat,].
NIV: ‘For through the law I died to the law’ [= Karena melalui hukum Taurat aku telah mati bagi hukum Taurat].
NASB: ‘For through the Law I died to the Law,’ [= Karena melalui hukum Taurat aku telah mati bagi hukum Taurat,].

Calvin (tentang Gal 2:19): To die to the law, may either mean that we renounce it, and are delivered from its dominion, so that we have no confidence in it, and, on the other hand, that it does not hold us captives under the yoke of slavery; or it may mean, that, as it allures us all to destruction, we find in it no life. The latter view appears to be preferable. [= Mati bagi hukum Taurat, bisa berarti atau bahwa kita menolaknya, dan dibebaskan dari penguasaannya, sehingga kita tidak mempunyai keyakinan di dalamnya, dan di sisi lain, bahwa itu tidak menawan kita di bawah kuk perbudakan; atau itu bisa berarti bahwa, karena itu memikat / menarik kita semua kepada kehancuran, kita tidak mendapati di dalamnya kehidupan. Pandangan yang terakhir kelihatannya harus lebih dipilih.].

9) Gal 4:21 - Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?.

Calvin (tentang Gal 4:21): To be under the law, signifies here, to come under the yoke of the law, on the condition that God will act toward you according to the covenant of the law, and that you, in return, bind yourself to keep the law. In any other sense than this, all believers are under the law; but the apostle treats, as we have already said, of the law with its appendages. [= Ada di bawah hukum Taurat, di sini berarti, datang di bawah kuk dari hukum Taurat, pada syarat bahwa Allah akan bertindak terhadap kamu sesuai dengan perjanjian hukum Taurat, dan bahwa kamu, sebaliknya, mengikat dirimu sendiri untuk mentaati hukum Taurat. Dalam arti apapun selain dari ini, semua orang-orang percaya ada di bawah hukum Taurat; tetapi sang rasul memperlakukan, seperti telah kami katakan, hukum Taurat dengan anggota-anggota badannya / tambahan-tambahannya.].

10) Gal 5:18 - Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat..

Calvin (tentang Galatia 5:18): But if ye be led by the Spirit. In the way of the Lord believers are apt to stumble. But let them not be discouraged, because they are unable to satisfy the demands of the law. Let them listen to the consolatory declaration of the apostle, which is also found in other parts of his writings, (Romans 6:14,) ye are not under the law. Hence it follows, that the performance of their duties is not rejected on account of their present defects, but is accepted in the sight of God, as if it had been in every respect perfect and complete. Paul is still pursuing the controversy about freedom. ... when the Spirit makes men free, he emancipates them from the yoke of the law. [= Tetapi jika kamu dipimpin oleh Roh. Dalam jalan Tuhan orang-orang percaya sering tersandung. Tetapi janganlah mereka kecil hati karena mereka tidak bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat. Hendaklah mereka mendengarkan pada pernyataan yang bersifat menghibur dari sang rasul, yang juga ditemukan dalam bagian-bagian lain dari tulisannya, (Roma 6:14), kamu tidak berada di bawah hukum Taurat. Maka akibatnya, kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka tidak ditolak karena cacat-cacat mereka sekarang, tetapi diterima dalam pandangan Allah, seakan-akan itu sempurna dan lengkap dalam setiap hal. Paulus masih sedang mengejar pertentangan tentang kebebasan. ... pada waktu Roh membuat manusia bebas, ia membebaskan mereka dari kuk hukum Taurat.].

11) 1Tim 1:8-10 - (8) Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.

a) Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, (ay 8).

Kata-kata dalam ay 8a: Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik mungkin menunjukkan bahwa Paulus dituduh telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan hukum Taurat. Memang kalau seseorang mengajarkan keselamatan karena iman saja, bisa saja orang-orang yang kurang mengerti ajaran tersebut lalu menilai bahwa orang itu telah meremehkan / mengabaikan / menghapuskan hukum Taurat. Dengan kata-kata dalam ay 8a ini, maka Paulus menolak tuduhan itu. Ia mengatakan hukum Taurat itu baik, tetapi ia juga menambahkan ay 8b: kalau tepat digunakan.
Bdk. Roma 7:12 - Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik..

Matthew Henry (tentang 1Tim 1:8): The use of the law (v. 8): The law is good, if a man use it lawfully. The Jews used it unlawfully, as an engine to divide the church, a cover to the malicious opposition they made to the gospel of Christ; they set it up for justification, and so used it unlawfully. We must not therefore think to set it aside, but use it lawfully, for the restraint of sin. The abuse which some have made of the law does not take away the use of it; but, when a divine appointment has been abused, call it back to its right use and take away the abuses, for the law is still very useful as a rule of life; though we are not under it as under a covenant of works, yet it is good to teach us what is sin and what is duty. [= Penggunaan hukum Taurat (ay 8): Hukum Taurat itu baik, jika seseorang menggunakannya dengan benar / sah. Orang-orang Yahudi menggunakannya secara salah / tak sah, sebagai suatu mesin untuk membagi gereja, suatu penutup bagi permusuhan yang jahat yang mereka buat terhadap injil Kristus; mereka mendirikan hukum Taurat itu untuk pembenaran, dan dengan demikian menggunakannya secara salah / tak sah. Karena itu, kita tidak boleh berpikir untuk menyingkirkannya, tetapi menggunakannya dengan benar / sah, untuk pengekangan dosa. Penyalah-gunaan yang telah dibuat oleh sebagian orang tentang hukum Taurat tidak menarik / membuang penggunaannya; tetapi pada saat suatu penetapan ilahi telah disalah-gunakan, kembalikan itu pada penggunaannya yang benar dan tarik penyalah-gunaannya, karena hukum Taurat tetap sangat berguna untuk suatu peraturan kehidupan; sekalipun kita tidak berada di bawahnya seperti di bawah suatu perjanjian perbuatan baik, tetapi adalah baik untuk mengajar kita apa dosa itu dan apa kewajiban itu.].

b) (9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat (ay 9-10).

Tentang kata-kata Paulus di sini, bahwa hukum Taurat bukanlah untuk orang benar, tetapi untuk orang berdosa, ada bermacam-macam penafsiran:

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Tim 1:9): Alford goes too far in saying the righteous man does not morally need the law. Doubtless, in proportion as he is led by the Spirit, the justified man needs not the outward rule (Rom. 6:14; Gal. 5:18,23). But as he often gives not himself up wholly to the inward Spirit, he morally needs the outward law to show him his sin and Gods requirements. The reason why the ten commandments have no power to condemn the Christian is not that they have no authority over him, but because Christ has fulfilled them as our surety (Rom. 10:4). [= Alford berjalan terlalu jauh dengan mengatakan bahwa orang benar secara moral tidak membutuhkan hukum Taurat. Tak diragukan, selama ia dipimpin Roh, orang yang dibenarkan tidak membutuhkan hukum lahiriah (Ro 6:14; Gal 5:18,23). Tetapi karena ia sering tidak memberikan dirinya sepenuhnya kepada Roh yang ada di dalam, ia secara moral membutuhkan hukum lahiriah untuk menunjukkan dosanya dan tuntutan-tuntutan Allah kepadanya. Alasan mengapa 10 hukum Tuhan tidak mempunyai kuasa untuk mengecam / menghukum orang Kristen bukanlah karena 10 Hukum Tuhan itu tidak mempunyai otoritas atas dia, tetapi karena Kristus telah memenuhi 10 hukum Tuhan itu sebagai penanggung kita (Roma 10:4).].
Roma 6:14 - Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia..
Gal 5:18,23 - (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. ... (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu..
Roma 10:4 - Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya..
KJV: For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth. [= Karena Kristus adalah tujuan dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi setiap orang yang percaya.].

Matthew Henry (tentang 1Tim 1:9-10): It is not made for a righteous man, that is, it is not made for those who observe it; for, if we could keep the law, righteousness would be by the law (Gal. 3:21): but it is made for wicked persons, to restrain them, to check them, and to put a stop to vice and profaneness. It is the grace of God that changes mens hearts; but the terrors of the law may be of use to tie their hands and restrain their tongues. A righteous man does not want those restraints which are necessary for the wicked; or at least the law is not made primarily and principally for the righteous, but for sinners of all sorts, whether in a greater or less measure, v. 9, 10. [= Itu (Hukum Taurat) tidak dibuat untuk orang yang benar, artinya, itu tidak dibuat untuk mereka yang mentaatinya; karena jika kita bisa memelihara hukum Taurat, kebenaran akan terjadi oleh hukum Taurat (Gal 3:21): tetapi itu dibuat untuk orang-orang jahat, untuk mengekang mereka, untuk memeriksa / menghardik mereka, dan untuk menghentikan perbuatan jahat dan kecemaran / keduniawian. Adalah kasih karunia Allah yang mengubah hati manusia; tetapi ketakutan dari hukum Taurat bisa berguna untuk mengikat tangan mereka dan mengekang lidah mereka. Orang yang benar tidak membutuhkan pengekangan itu, yang adalah perlu untuk orang jahat; atau sedikitnya hukum Taurat tidak dibuat terutama untuk orang benar, tetapi untuk orang-orang berdosa dari segala jenis, dalam takaran yang lebih besar atau lebih kecil, ay 9,10.].

Bdk. Galatia 3:21 - Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat..

Adam Clarke (tentang 1Tim 1:9): he does not say that the law was not MADE for a righteous man, but ou keitai, it does not LIE against a righteous man; because he does not transgress it: but it lies against the wicked; for such as the apostle mentions have broken it, and grievously too, and are condemned by it. The word keitai, lies, refers to the custom of writing laws on boards, and hanging them up in public places within reach of every man, that they might be read by all; thus all would see against whom the law lay. [= ia tidak mengatakan bahwa hukum Taurat tidak DIBUAT untuk orang yang benar, tetapi OU KEITAI, itu tidak TERLETAK terhadap / menentang orang benar; karena ia tidak melanggarnya: tetapi itu terletak terhadap / menentang orang jahat;  karena orang-orang seperti itu seperti yang sang rasul katakan telah melanggarnya, dan juga melanggarnya dengan menyedihkan, dan dikecam / dikutuk olehnya. Kata KEITAI, terletak menunjuk pada kebiasaan menuliskan hukum-hukum Taurat pada papan-papan, dan menggantungnya di tempat-tempat umum yang ada dalam jangkauan setiap orang, supaya mereka bisa dibaca oleh semua orang; maka semua orang akan melihat hukum Taurat itu terletak terhadap / menentang siapa.].

1Timotius 1:9 - yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya,.
KJV: ‘the law is not made for a righteous man’ [= hukum Taurat tidak dibuat untuk seorang yang benar].
RSV: ‘the law is not laid down for the just’ [= hukum Taurat tidak diletakkan untuk orang benar].
Jadi, menurut Adam Clarke penterjemahan RSV lebih benar dari pada KJV. Dan memang kata KEITAI artinya adalah seperti yang dikatakan oleh Clarke.

Barclay (tentang 1Timotius 1:8-11): “This passage begins with what was a favourite thought in the ancient world. The place of the law is to deal with evildoers. The good do not need any law to control their actions or to threaten them with punishments; and, in a world where everyone was good, there would be no need for laws at all.” [= Text ini mulai dengan apa yang merupakan pemikiran favorit dalam dunia kuno. Posisi dari hukum (Taurat) adalah menangani pembuat-pembuat kejahatan. Orang baik tidak membutuhkan hukum apapun untuk mengontrol tindakan-tindakan mereka atau untuk mengancam mereka dengan hukuman-hukuman; dan, dalam suatu dunia dimana setiap orang adalah baik, di sana tidak dibutuhkan hukum-hukum sama sekali.] - hal 35.

William Hendriksen (tentang 1Tim 1:9a): That was the very point which these false teachers in Ephesus were forgetting. The reason why they wasted their time on all kinds of fanciful tales regarding ancestors was that they had never learned to know themselves as sinners before God. They were puffed up, arrogant, boastful, haughty, self-righteous  ... these people considered themselves to be good by nature, not bad. They were righteous in their own eyes, just like the Pharisees, with reference to whom Jesus said, I came not to call the righteous but sinners (Matt. 9:13; and cf. Luke 15:7 and 18:9). ... Now it stands to reason that for a righteous man law - any law, to be sure (that is, any law touching morals), but here with special reference to the Mosaic law - has not been enacted. If I am so good that I just naturally keep the law, then I do not need the law (whether it be a traffic law or the law of the ten commandments). One of the main purposes of the Mosaic law was to bring sinners to the point where they would feel utterly crushed under the load of their sins. But granted, for the sake of argument, that these Ephesian would-be leaders and those who cluster around them, are what, according to Pauls description, they consider themselves to be; granted that they are in themselves good and righteous, then surely law is wasted on them. How can it be a bridle (Mark 10:20; Ps. 19:13) for those who feel that they need no restraint? How can it be a dirt-revealing mirror (source of the knowledge of sin, Rom. 3:20; then Gal. 3:24) for those who think that they show no filthy specks that must be washed away? How can it be a guide (Ps. 119:105; 19:7, 8; cf. Rom. 7:22) to point out avenues of gratitude for deliverance from sin, for those who in their pride and arrogance (of which Paul speaks again and again) are convinced that they have not lost the way? [= Itu adalah pokok yang dilupakan oleh guru-guru palsu di Efesus. Alasan mengapa mereka membuang waktu mereka pada semua jenis dongeng khayalan berkenaan nenek moyang adalah bahwa mereka tidak pernah belajar untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai orang-orang berdosa di hadapan Allah. Mereka menggelembung, arogan, sombong, pongah, merasa diri sendiri benar ... orang-orang ini menganggap diri mereka sendiri sebagai baik secara alamiah, bukan buruk / jahat. Mereka adalah benar di mata mereka sendiri, sama seperti orang-orang Farisi, berkenaan dengan siapa Yesus berkata, Aku datang bukan untuk memanggil orang benar tetapi orang-orang berdosa (Mat 9:13; dan bdk. Luk 15:7 dan 18:9). ... Sudah semestinya bahwa untuk seorang benar hukum Taurat - hukum apapun, sudah tentu (yaitu, hukum apapun yang menyentuh moral), tetapi di sini dengan hubungan khusus dengan hukum Taurat Musa - tidaklah ditegakkan. Jika aku begitu baik sehingga aku secara alamiah mentaati hukum, maka aku tidak membutuhkan hukum (apakah itu hukum lalu lintas atau hukum dari 10 hukum Tuhan). Salah satu tujuan utama dari hukum Taurat Musa adalah untuk membawa orang-orang berdosa kepada titik dimana mereka merasa dihancurkan sama sekali di bawah beban dari dosa-dosa mereka. Tetapi anggaplah benar, demi argumentasi, bahwa calon-calon pemimpin Efesus ini dan mereka yang berkumpul di sekitar mereka, sesuai dengan penggambaran Paulus, adalah sebagaimana mereka menganggap diri mereka sendiri; anggaplah benar bahwa mereka adalah dalam diri mereka sendiri baik dan benar, maka pasti hukum Taurat terbuang sia-sia bagi mereka. Bagaimana itu bisa menjadi kekang (Markus 10:20; Mazmur 19:14) bagi mereka yang merasa bahwa mereka tidak membutuhkan kekang? Bagaimana itu bisa menjadi suatu cermin yang menyatakan kotoran (sumber dari pengenalan akan dosa, Roma 3:20; lalu Galatia 3:24) bagi mereka yang berpikir bahwa mereka tak menunjukkan noda / bintik kotor yang harus dicuci / dibersihkan? Bagaimana itu bisa menjadi pembimbing (Mazmur 119:105; 19:8,9; bdk. Roma 7:22) untuk menunjukkan jalan dari rasa terima kasih untuk pembebasan dari dosa, bagi mereka yang dalam kesombongan dan kearoganan mereka (tentang mana Paulus berbicara berulang-ulang) yakin bahwa mereka tidak sesat?] - hal 64,65,66.

12) Tit 3:9 - Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka..

Apakah kita dilarang memperdebatkan hukum Taurat, dan itu dikatakan tak berguna dan sia-sia belaka, karena hukum Taurat telah dihapuskan? Sama sekali tidak. Perhatikan kata-kata Calvin ini.

Calvin (tentang Titus 3:9): There is no necessity for debating long about the exposition of this passage. He contrasts questions with sound and certain doctrine. Although it is necessary to seek, in order to find, yet there is a limit to seeking, that you may understand what is useful to be known, and, next, that you may adhere firmly to the truth, when it has been known. Those who inquire curiously into everything, and are never at rest, may be truly called Questionarians. [= Tidak ada keperluan untuk memperdebatkan secara panjang lebar tentang exposisi dari text ini. Ia mengkontraskan persoalan-persoalan dengan doktrin / ajaran yang sehat dan pasti. Sekalipun adalah perlu, untuk mendapatkan, tetapi di sana ada suatu batasan untuk mencari, supaya kamu bisa mengerti apa yang berguna untuk diketahui, dan selanjutnya, supaya kamu bisa memegang dengan teguh pada kebenaran, pada waktu itu telah diketahui. Mereka yang bertanya dengan rasa ingin tahu ke dalam segala sesuatu, dan tidak pernah beristirahat, bisa dengan benar disebut Questionarians / Tukang-tukang bertanya.].

Calvin (tentang Titus 3:9): And fightings about the law. He gives this disdainful appellation to those debates which were raised by the Jews under the pretence of the law; not that the law of itself produces them, but because the Jews, pretending to defend the law, disturbed the peace of the Church by their absurd controversies about the observation of ceremonies, about the distinction of the kinds of food and things of that nature. [= dan pertengkaran tentang hukum Taurat. Ia memberikan sebutan / gelar yang bersifat menghina pada debat-debat itu yang dibangkitkan oleh orang-orang Yahudi di bawah dalih hukum Taurat; bukan bahwa hukum Taurat dari dirinya sendiri menghasilkan debat-debat itu, tetapi karena orang-orang Yahudi, berpura-pura untuk mempertahankan hukum Taurat, mengganggu kedamaian dari Gereja oleh kontroversi-kontroversi mereka yang menggelikan tentang ketaatan pada upacara-upacara, tentang pembedaan jenis-jenis makanan dan hal-hal seperti itu.].

13) Ibrani 8:13 - Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya..

Untuk ayat ini jelas kontextnya adalah Ceremonial Law, bukan Moral Law.

Ibrani 8:1-13 - (1) Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, (2) dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. (3) Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. (4) Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. (5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: Ingatlah, demikian firmanNya, bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. (6) Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. (7) Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. (8) Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, (9) bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjianKu, dan Aku menolak mereka, demikian firman Tuhan. (10) Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan. Aku akan menaruh hukumKu dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. (11) Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. (12) Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. (13) Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya..

Ibrani 9:1-28 - (1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, (5) dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. (6) Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka, (7) tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar. (8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada. (9) Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10) karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, - (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. (16) Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. (17) Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. (18) Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. (19) Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, (20) sambil berkata: Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu. (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. (22) Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. (23) Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. (24) Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. (25) Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diriNya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. (26) Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya. (27) Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, (28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia..

III) Martin Luther dan Calvin menganggap hukum Taurat (hukum moralnya) masih berlaku pada jaman Perjanjian Baru.

John Stott (tentang 1Timotius 1:3-11): “It may be helpful to approach this question historically, for the Reformers struggled much over the true purpose of the law. Luther expressed his position in his Lectures on Galatians (1535). The law was given for two uses, he wrote. The first was political or civil; the law was a bridle for the restraint of the uncivilised. The second and principal purpose of the law was theological or spiritual. It is a mighty hammer to crush the self-righteousness of human beings. For it shows them their sin, so that by the recognition of sin they may be humbled, frightened, and worn down, and so may long for grace and for the Blessed Offspring (sc. Christ). It is in this sense that the law was our schoolmaster to bring us to Christ. Elsewhere Luther indicates that the law has a third use; we have to teach the law diligently and to impress it on the people, although he does not emphasize this. [= Mungkin menolong untuk mendekati pertanyaan / persoalan ini secara sejarah, karena para tokoh Reformasi banyak bergumul tentang tujuan yang benar dari hukum Taurat. LUTHER menyatakan posisinya dalam Lectures on Galatians-nya (1535). Hukum Taurat diberikan untuk dua kegunaan, ia menulis. Yang pertama adalah bersifat politik / berhubungan dengan pemerintahan atau berhubungan dengan warga negara / undang-undang; hukum Taurat adalah suatu kekang untuk pengekangan dari orang-orang yang tak beradab. Tujuan yang kedua dan yang terpenting / terutama dari hukum Taurat adalah bersifat theologia atau ‘bersifat rohani. Itu adalah suatu martil yang kuat untuk menghancurkan kebenaran diri sendiri dari manusia. Karena itu menunjukkan mereka dosa mereka, sehingga oleh pengenalan dosa mereka bisa direndahkan, dibuat jadi takut, dan dibuat jadi lelah / kehabisan tenaga, dan dengan demikian bisa merindukan kasih karunia dan Keturunan Yang Diberkati (sc. Kristus). Adalah dalam arti ini bahwa hukum Taurat adalah penuntun kita untuk membawa kita kepada Kristus. Di tempat lain Luther menunjukkan bahwa hukum Taurat mempunyai kegunaan ketiga; kita harus mengajarkan hukum Taurat dengan rajin dan untuk menerapkannya pada orang-orang / umat, sekalipun ia tidak menekankan hal ini.].
Catatan: saya tak tahu apa yang dimaksudkan dengan sc.

John Stott (tentang 1Timotius 1:3-11): “Calvin agreed with these three functions of the law, but changed the order of the first two, and laid his emphasis on the third. Book II, chapter 7, of the Institutes is devoted to a consideration of why the law was given. First, it has a punitive purpose, for it renders us inexcusable and so drives us to despair. Then, naked and empty-handed, we flee to his (sc. Gods) mercy, repose entirely in it, hide deep within it, and seize upon it alone for righteousness and merit. Secondly, the law restrains evildoers, especially by fright and shame, from daring to do what they want to do, and so protects the community. In this sense the law acts as an external deterrent, while leaving the heart unchanged. The third and principal use of the law, indeed its proper purpose, according to Calvin, is the one which Luther somewhat neglected, namely its place among believers in whose hearts the Spirit of God already lives and reigns. The law is the best instrument both to teach us the Lords will and to exhort us to do it. For by frequent meditation upon it believers will be aroused to obedience, be strengthened in it, and be drawn back from the slippery path of transgression. Indeed it is in this joyous obedience that authentic Christian freedom is to be found. Thus the laws three functions according to Calvin are punitive (to condemn sinners and drive them to Christ), deterrent (to restrain evildoers) and specially educative (to teach and exhort believers). [= CALVIN setuju dengan tiga fungsi dari hukum Taurat ini, tetapi mengubah urut-urutan dari dua fungsi yang pertama, dan menekankan fungsi yang ketiga. Book II, Chapter 7, dari Institutes dipersembahkan / dibaktikan pada suatu pertimbangan tentang mengapa hukum Taurat diberikan. Pertama, hukum Taurat mempunyai tujuan menghukum, karena itu membuat kita tak bisa dimaafkan dan dengan demikian mendorong kita pada keputus-asaan. Lalu, telanjang dan dengan tangan kosong, kita lari kepada belas kasihanNya (sc. belas kasihan Allah), bersandar sepenuhnya di dalamnya, bersembungi di dalamnya, dan berpegang padanya saja untuk kebenaran dan jasa / kelayakan. Kedua, hukum Taurat mengekang pembuat-pembuat kejahatan, khususnya oleh rasa takut dan malu, dari keberanian untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan, dan dengan demikian melindungi masyarakat. Dalam arti ini hukum Taurat bertindak sebagai suatu pencegah / penahan lahiriah, tetapi membiarkan hati tak berubah. Kegunaan ketiga dan terpenting / terutama dari hukum Taurat, yang merupakan tujuannya yang benar, menurut Calvin, adalah satu yang Luther agak abaikan, yaitu tempatnya di antara orang-orang percaya di dalam hati siapa Roh Allah sudah hidup / tinggal dan bertakhta. Hukum Taurat adalah alat yang terbaik untuk mengajar kita kehendak Tuhan dan untuk mendesak kita untuk melakukannya. Karena dengan sering merenungkannya orang-orang percaya akan dibangkitkan pada ketaatan, dikuatkan di dalamnya, dan ditarik kembali dari jalan licin dari pelanggaran. Adalah dalam ketaatan dengan sukacita ini maka kemerdekaan / kebebasan Kristen yang otentik harus ditemukan / didapatkan. Demikianlah tiga fungsi hukum Taurat menurut Calvin adalah menghukum (mengecam orang-orang berdosa dan mendorong mereka kepada Kristus), menahan / mencegah (untuk mengekang pembuat-pembuat kejahatan) dan khususnya bersifat mendidik (untuk mengajar dan mendesak orang-orang percaya).].

Di bawah ini saya memberikan tulisan Calvin dari Institutes-nya, tetapi saya tidak menterjemahkannya, karena terlalu panjang, dan intinya sudah diberikan oleh John Stott di atas.

John Calvin: “Elsewhere he teaches that the law was put forward because of transgressions (Galatians 3:19); that is, in order to humble men, having convinced them of their own condemnation. But because this is the true and only preparation for seeking Christ, all his variously expressed teachings well agree. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 2.

John Calvin: “3. THE LAW RENDERS US INEXCUSABLE AND DRIVES US INTO DESPAIR. But, in order that our guilt may arouse us to seek pardon, it behooves us, briefly, to know how by our instruction in the moral law we are rendered more inexcusable. ... Because observance of the law is found in none of us, we are excluded from the promises of life, and fall back into the mere curse. I am telling not only what happens but what must happen. For since the teaching of the law is far above human capacity, a man may indeed view from afar the proffered promises, yet he cannot derive any benefit from them. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 3.

John Calvin: “6. THE SEVERITY OF THE LAW TAKES AWAY FROM US ALL SELF-DECEPTION. But to make the whole matter clearer, let us survey briefly the function and use of what is called the moral law. Now, so far as I understand it, it consists of three parts. The first part is this: while it shows Gods righteousness, that is, the righteousness alone acceptable to God, it warns, informs, convicts, and lastly condemns, every man of his own unrighteousness. For man, blinded and drunk with self-love, must be compelled to know and to confess his own feebleness and impurity. If man is not clearly convinced of his own vanity, he is puffed up with insane confidence in his own mental powers, and can never be induced to recognize their slenderness as long as he measures them by a measure of his own choice. But as soon as he begins to compare his powers with the difficulty of the law, he has something to diminish his bravado. For, however remarkable an opinion of his powers he formerly held, he soon feels that they are panting under so heavy a weight as to stagger and totter, and finally even to fall down and faint away. Thus man, schooled in the law, sloughs off the arrogance that previously blinded him. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 6.

John Calvin: “10. THE LAW AS PROTECTION OF THE COMMUNITY FROM UNJUST MEN. The second function of the law is this: at least by fear of punishment to restrain certain men who are untouched by any care for what is just and right unless compelled by hearing the dire threats in the law. ... The apostle seems specially to have alluded to this function of the law when he teaches that the law is not laid down for the just but for the unjust and disobedient, for the ungodly and sinners, for the unholy and profane, for murderers of parents, for manslayers, fornicators, perverts, kidnapers, liars, perjurers, and whatever else runs counter to sound doctrine (1 Timothy 2:9-20). He shows in this that the law is like a halter to check the ragtag and otherwise limitlessly ranging lusts of the flesh. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 10.

John Calvin: “12. EVEN THE BELIEVERS HAVE NEED OF THE LAW. The third and principal use, which pertains more closely to the proper purpose of the law, finds its place among believers in whose hearts the Spirit of God already lives and reigns. For even though they have the law written and engraved upon their hearts by the finger of God (Jeremiah 31:33; Hebrews 10:16), that is, have been so moved and quickened through the directing of the Spirit that they long to obey God, they still profit by the law in two ways. Here is the best instrument for them to learn more thoroughly each day the nature of the Lords will to which they aspire, and to confirm them in the understanding of it. It is as if some servant, already prepared with all earnestness of heart to commend himself to his master, must search out and observe his masters ways more carefully in order to conform and accommodate himself to them. And not one of us may escape from this necessity. For no man has heretofore attained to such wisdom as to be unable, from the daily instruction of the law, to make fresh progress toward a purer knowledge of the divine will. Again, because we need not only teaching but also exhortation, the servant of God will also avail himself of this benefit of the law: by frequent meditation upon it to be aroused to obedience, be strengthened in it, and be drawn back from the slippery path of transgression. In this way the saints must press on; for, however eagerly they may in accordance with the Spirit strive toward Gods righteousness, the listless flesh always so burdens them that they do not proceed with due readiness. The law is to the flesh like a whip to an idle and balky ass, to arouse it to work. Even for a spiritual man not yet free of the weight of the flesh the law remains a constant sting that will not let him stand still. Doubtless David was referring to this use when he sang the praises of the law: The law of the Lord is spotless, converting souls;... the righteous acts of the Lord are right, rejoicing hearts; the precept of the Lord is clear, enlightening the eyes, etc. (Psalm 18:8-9, Vg.; 19:7-8, EV). Likewise: Thy word is a lamp to my feet and a light to my path (Psalm 119:105), and innumerable other sayings in the same psalm (e.g., Psalm 119:5). These do not contradict Pauls statements, which show not what use the law serves for the regenerate, but what it can of itself confer upon man. But here the prophet proclaims the great usefulness of the law: the Lord instructs by their reading of it those whom he inwardly instills with a readiness to obey. He lays hold not only of the precepts, but the accompanying promise of grace, which alone sweetens what is bitter. For what would be less lovable than the law if, with importuning and threatening alone, it troubled souls through fear, and distressed them through fright? David especially shows that in the law he apprehended the Mediator, without whom there is no delight or sweetness. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 12.
Yeremia 31:33 - Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu..
Ibrani 10:16 - sebab setelah Ia berfirman: Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu, Ia berfirman pula: Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,.

John Calvin: “13. WHOEVER WANTS TO DO AWAY WITH THE LAW ENTIRELY FOR THE FAITHFUL, UNDERSTANDS IT FALSELY. Certain ignorant persons, not understanding this distinction, rashly cast out the whole of Moses, and bid farewell to the two Tables of the Law. For they think it obviously alien to Christians to hold to a doctrine that contains the dispensation of death (cf. 2 Corinthians 3:7). Banish this wicked thought from our minds! For Moses has admirably taught that the law, which among sinners can engender nothing but death, ought among the saints to have a better and more excellent use. When about to die, he decreed to the people as follows: Lay to your hearts all the words which this day I enjoin upon you, that you may command them to your children, and teach them to keep, do, and fulfill all those things written in the book of this law. For they have not been commanded to you in vain, but for each to live in them (Deuteronomy 32:46-47, cf. Vg.). But if no one can deny that a perfect pattern of righteousness stands forth in the law, either we need no rule to live rightly and justly, or it is forbidden to depart from the law. There are not many rules, but one everlasting and unchangeable rule to live by. For this reason we are not to refer solely to one age Davids statement that the life of a righteous man is a continual meditation upon the law (Psalm 1:2), for it is just as applicable to every age, even to the end of the world. We ought not to be frightened away from the law or to shun its instruction merely because it requires a much stricter moral purity than we shall reach while we bear about with us the prison house of our body. For the law is not now acting toward us as a rigorous enforcement officer who is not satisfied unless the requirements are met. But in this perfection to which it exhorts us, the law points out the goal toward which throughout life we are to strive. In this the law is no less profitable than consistent with our duty. If we fail not in this struggle, it is well. Indeed, this whole life is a race (cf. 1 Corinthians 9:24-26); when its course has been run, the Lord will grant us to attain that goal to which our efforts now press forward from afar. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 13.

John Calvin: “14. TO WHAT EXTENT HAS THE LAW BEEN ABROGATED FOR BELIEVERS? Now, the law has power to exhort believers. This is not a power to bind their consciences with a curse, but one to shake off their sluggishness, by repeatedly urging them, and to pinch them awake to their imperfection. Therefore, many persons, wishing to express such liberation from that curse, say that for believers the law - I am still speaking of the moral law - has been abrogated. Not that the law no longer enjoins believers to do what is right, but only that it is not for them what it formerly was: it may no longer condemn and destroy their consciences by frightening and confounding them. Paul teaches clearly enough such an abrogation of the law (cf. Romans 7:6). That the Lord also preached it appears from this: he would not have refuted the notion that he would abolish the law (Matthew 5:17) if this opinion had not been prevalent among the Jews. But since without some pretext the idea could not have arisen by chance, it may be supposed to have arisen from a false interpretation of his teaching, just as almost all errors have commonly taken their occasion from truth. But to avoid stumbling on the same stone, let us accurately distinguish what in the law has been abrogated from what still remains in force. When the Lord testifies that he came not to abolish the law but to fulfill it and that until heaven and earth pass away... not a jot will pass away from the law until all is accomplished (Matthew 5:17-18), he sufficiently confirms that by his coming nothing is going to be taken away from the observance of the law. And justly - inasmuch as he came rather to remedy transgressions of it. Therefore through Christ the teaching of the law remains inviolable; by teaching, admonishing, reproving, and correcting, it forms us and prepares us for every good work (cf. 2 Timothy 3:16-17). [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 14.

2Timotius 3:16-17 - (16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik..
NASB: All Scripture is inspired by God [= Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah].

John Calvin: “15. THE LAW IS ABROGATED TO THE EXTENT THAT IT NO LONGER CONDEMNS US. What Paul says of the curse unquestionably applies not to the ordinance itself but solely to its force to bind the conscience. The law not only teaches but forthrightly enforces what it commands. If it be not obeyed - indeed, if one in any respect fail in his duty - the law unleashes the thunderbolt of its curse. For this reason the apostle says: All who are of the works of the law are under a curse; for it is written, Cursed be every one who does not fulfill all things (Galatians 3:10; Deuteronomy 27:26 p.). He describes as under the works of the law those who do not ground their righteousness in remission of sins, through which we are released from the rigor of the law. He therefore teaches that we must be released from the bonds of the law, unless we wish to perish miserably under them. But from what bonds? The bonds of harsh and dangerous requirements, which remit nothing of the extreme penalty of the law, and suffer no transgression to go unpunished. To redeem us from this curse, I say, Christ was made a curse for us. For it is written: Cursed be every one who hangs on a tree. (Galatians 3:13; Deuteronomy 21:23.) In the following chapter Paul teaches that Christ was made subject to the law (Galatians 4:4) that he might redeem those under the law (Galatians 4:5a, Vg.). This means the same thing, for he continues: So that we might receive by adoption the right of sons (Galatians 4:5b). What does this mean? That we should not be borne down by an unending bondage, which would agonize our consciences with the fear of death. Meanwhile this always remains an unassailable fact: no part of the authority of the law is withdrawn without our having always to receive it with the same veneration and obedience. [= ] - Institutes of The Christian Religion, Book II, Chapter 7, No 15.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post