Keinginan Raja Ahab Dan Keberanian Nabot (1 Raja-Raja 21:1-29)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Keinginan Raja Ahab Dan Keberanian Nabot
1Raja Raja 21:1-29 - “(1) Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. (2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: ‘Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang.’ (3) Jawab Nabot kepada Ahab: ‘Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!’ (4) Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: ‘Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku.’ Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. (5) Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: ‘Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?’ (6) Lalu jawabnya kepadanya: ‘Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu.’ (7) Kata Izebel, isterinya, kepadanya: ‘Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu.’ (8) Kemudian ia menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. (9) Dalam surat itu ditulisnya demikian: ‘Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. (10) Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.’ (11) Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. (12) Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. (13) Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: ‘Nabot telah mengutuk Allah dan raja.’ Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. (14) Setelah itu mereka menyuruh orang kepada Izebel mengatakan: ‘Nabot sudah dilempari sampai mati.’ (15) Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: ‘Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati.’ (16) Segera sesudah Ahab mendengar, bahwa Nabot sudah mati, ia bangun dan pergi ke kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. (17) Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: (18) ‘Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. (19) Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.’ (20) Kata Ahab kepada Elia: ‘Sekarang engkau mendapat aku, hai musuhku?’ Jawabnya: ‘Memang sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. (21) Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepadamu, Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. (22) Dan Aku akan memperlakukan keluargamu sama seperti keluarga Yerobeam bin Nebat dan seperti keluarga Baesa bin Ahia, oleh karena engkau menimbulkan sakit hatiKu, dan oleh karena engkau mengakibatkan orang Israel berbuat dosa. (23) Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. (24) Siapa dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara.’ (25) Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya. (26) Bahkan ia telah berlaku sangat keji dengan mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. (27) Segera sesudah Ahab mendengar perkataan itu, ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban. (28) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: (29) ‘Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapanKu? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapanKu, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya.’”.

I) Keinginan Ahab dan penolakan oleh Nabot (1Raja Raja 21: 1-4).

1) Semua ini dimulai dari suatu ketidak-puasan / ketamakan dan suatu keinginan terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain (1Raja Raja 21: 1-2 bdk. Kel 20:17 - hukum ke 10). Ahab adalah seorang raja, dan karenanya ia pasti kaya dan istananya pasti sudah mempunyai tanah yang luas. Lebih dari itu dikatakan bahwa ini adalah istananya di Yizreel. Ibukota Samaria adalah Samaria, dan karena itu ia pasti mempunyai istana lain di Samaria. Istana di Yizreel adalah istana kedua. Tetapi apa yang sudah ia miliki itu tidak memuaskannya. Ia masih menginginkan milik orang lain, yaitu kebun anggur milik Nabot. 

Penerapan: hati-hati dengan sikap tamak, tidak puas, dan keinginan akan milik orang lain. Milik bisa berupa uang, pekerjaan, istri / suami / pacar, anak, wajah, bentuk badan, mobil, rumah, kemampuan / kepandaian, dsb.

2) Ia mendatangi Nabot dan menyatakan keinginannya untuk membeli / menukar kebun anggur Nabot itu dengan kebun anggur lain yang lebih baik (1Raja Raja 21: 2). 

Sepintas lalu, apa yang Ahab lakukan ini tidak salah. Ia bukannya ingin merampok kebun anggur Nabot itu, tetapi membelinya atau menukarnya dengan kebun anggur lain. Tetapi sebetulnya ini adalah sesuatu yang salah, yang bertentangan dengan Firman Tuhan / hukum Taurat. Mengapa? Karena Tuhan melarang penjualan tanah pusaka / warisan.

Im 25:23-28 - “(23) ‘Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagiKu. (24) Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah. (25) Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu. (26) Apabila seseorang tidak mempunyai penebus, tetapi kemudian ia mampu, sehingga didapatnya yang perlu untuk menebus miliknya itu, (27) maka ia harus memasukkan tahun-tahun sesudah penjualannya itu dalam perhitungan, dan kelebihannya haruslah dikembalikannya kepada orang yang membeli dari padanya, supaya ia boleh pulang ke tanah miliknya. (28) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk mengembalikannya kepadanya, maka yang telah dijualnya itu tetap di tangan orang yang membelinya sampai kepada tahun Yobel; dalam tahun Yobel tanah itu akan bebas, dan orang itu boleh pulang ke tanah miliknya.’”.

Bilangan 36:7-9 - “(7) Sebab milik pusaka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. (8) Jadi setiap anak perempuan di antara suku-suku orang Israel yang telah mewarisi milik pusaka, haruslah kawin dengan seorang dari salah satu kaum yang termasuk suku ayahnya, supaya setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya. (9) Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku-suku orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusakanya sendiri.’”.

Bdk. Yehezkiel 46:16-18 - “(16) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Kalau raja itu memberi sesuatu pemberian dari milik pusakanya kepada salah seorang anaknya, maka itu menjadi kepunyaan anaknya, dan milik ini menjadi pusaka mereka. (17) Kalau ia memberikan pemberian dari milik pusakanya kepada salah seorang hambanya, maka itu menjadi kepunyaannya sampai tahun kebebasan, lalu harus kembali kepada raja itu; hanya anak-anak raja itu boleh mewarisi milik pusakanya. (18) Dan janganlah raja itu mengambil sesuatu dari milik pusaka rakyat, sehingga mereka terdesak dari miliknya; hanya dari miliknya boleh ia mewariskan kepada anak-anaknya supaya jangan seorangpun dari umatKu didesak dari miliknya.’”.

Catatan: kitab Yehezkiel ini belum ada pada saat itu.

3) Nabot menolak keinginan / tawaran Ahab (1Raja Raja 21: 3). 

Ay 3: ‘Kiranya TUHAN (Yahweh) menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!’.

NIV: ‘The LORD forbid that I should give you the inheritance of my fathers’ [= TUHAN (YHWH) melarang aku untuk memberikan kepadamu warisan dari nenek moyangku].

Ini menunjukkan bahwa:

a) Nabot adalah penyembah Yahweh, karena kalau tidak, ia tidak akan menggunakan nama Yahweh itu, apalagi pada waktu berbicara kepada Ahab. Jadi, di tengah-tengah jaman yang bejat, dimana hampir seluruh Israel menyembah berhala, Nabot tetap menyembah Yahweh, dan berani menunjukkan hal itu kepada orang lain, bahkan kepada Ahab!

Penerapan: dalam lingkungan kafir, apakah saudara tetap berani menunjukkan diri saudara sebagai penyembah / pengikut Kristus?

Bdk. Matius 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

b) Nabot adalah seorang yang taat pada Firman Tuhan.

Nabot tahu bahwa Tuhan melarang penjualan tanah pusaka / warisan itu dan karena itu ia menolaknya.

Tentang larangan penjualan tanah pusaka itu dalam hukum Taurat itu, Pulpit Commentary berkata: “Nabot knew this, and Ahab knew it. But to the latter the law was a dead letter; to the former it was a living reality.” [= Nabot mengetahui hal ini, dan Ahab mengetahui hal ini. Tetapi bagi Ahab itu hanyalah huruf mati; bagi Nabot itu adalah kenyataan yang hidup.] - hal 514.

Perhatikan: ada dua jenis ‘tahu’ tentang firman Tuhan!!!

Pulpit Commentary: “‘The preservation of the NAKHALAH was for every covenant-keeping Israelite a matter not merely of piety towards his family and his tribe, ... but a religious duty’ (Bahr). It is clear, however, that the restraints of the old Mosaic law began to be irksome in that latitudinarian age. Many of its provisions were already regarded as obsolete.” [= ‘Pemeliharaan / penjagaan terhadap NAKHALAH {= warisan} bagi setiap orang Israel yang memelihara perjanjian bukan hanya merupakan suatu persoalan kesalehan terhadap keluarganya dan sukunya, ... tetapi suatu kewajiban agama’ (Bahr). Tetapi jelaslah bahwa pengekangan / larangan hukum Musa itu mulai dirasakan sebagai menjengkelkan / menjemukan pada jaman dimana agama banyak ditoleransi itu. Banyak dari ketetapannya yang sudah dianggap usang / kuno / ketinggalan jaman.] - hal 507.

Tetapi Nabot tidak mengikuti orang-orang lain. Ia tetap menganggap Firman Tuhan itu mengikat, dan harus ditaati.

c) Nabot tetap taat pada Firman Tuhan dan menolak permintaan Ahab, sekalipun ia tahu bahwa:

1. Kalau ia menuruti permintaan Ahab, ia bisa untung.

Perhatikan bahwa dalam ay 2 Ahab mengatakan bahwa ia mau menukar kebun anggur Nabot itu dengan kebun yang lebih baik. Kalaupun Nabot menginginkan uang sebagai ganti kebun anggurnya, ia pasti bisa meminta harga yang cukup tinggi karena pembelinya adalah seorang raja. Tetapi Nabot tidak mau mendapat untung, dengan jalan yang menyalahi Firman Tuhan. Apakah saudara juga seperti Nabot?

2. Kalau ia menolak permintaan Ahab, itu bisa membahayakan dirinya. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara tetap mentaati Firman Tuhan pada waktu ketaatan itu bisa merugikan atau membahayakan diri saudara?

4) Ahab gusar / kesal karena keinginannya ditolak (1Raja Raja 21: 4). 

Dari jawaban Nabot dalam ay 3 Ahab pasti tahu bahwa Nabot menolaknya karena mentaati Tuhan. Kalau Ahab adalah orang yang rohani, maka ia seharusnya merasa senang melihat seorang rakyatnya mentaati Firman Tuhan. Tetapi Ahab memang adalah orang brengsek, yang tidak mempedulikan apakah rakyatnya mentaati atau melanggar Firman Tuhan. Dan melihat bahwa ketaatan Nabot merugikannya / menghalangi keinginannya, ia lalu menjadi kesal / jengkel.

Penerapan: seringkah saudara seperti ini? Bagaimana sikap saudara kalau anak atau pegawai saudara menolak perintah saudara untuk berdusta? Bagaimana sikap saudara kalau anak saudara menolak keinginan saudara untuk menjodohkannya dengan orang yang kaya, tetapi tidak kristen? Saudara seharusnya senang dan bangga, tetapi kalau ternyata saudara kesal dan marah, maka saudara tidak berbeda dengan Ahab.

II) Pembunuhan terhadap Nabot (1Raja Raja 21: 5-16).

1) Izebel melihat kekesalan Ahab, dan menanyakan alasannya (1Raja Raja 21: 5), dan Ahab menjelaskannya (1Raja Raja 21: 6). 

Tetapi bandingkan ay 6b dengan ay 3b,4b, maka saudara akan melihat bahwa Ahab tidak menceritakan alasan penolakan Nabot! Penceritaan setengah kebenaran ini membuat Nabot kelihatan kurang ajar terhadap seorang raja.

Tetapi seandainya Ahab menceritakan seluruhnyapun saya yakin cerita ini akan berakhir secara sama, karena kalau Ahabnya saja tak peduli dengan firman Tuhan, apalagi Izebel!

Izebel lalu menghibur Ahab (1Raja Raja 21: 7). Jelas bahwa Izebel mau menggunakan kekuasaan raja sesukanya. Perhatikan kata ‘memberikan’ dalam ay 7 itu. Tadi Ahab mau membeli / menukar kebun Nabot dengan kebun lain, tetapi sekarang Izebel akan memberikan kebun Nabot kepada Ahab, tanpa membelinya / menggantinya.

2) Izebel lalu membuat dan melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Nabot (1Raja Raja 21: 8-10). 

a) Penggunaan meterai raja (1Raja Raja 21: 8a).

Ada yang menganggap bahwa Izebel menggunakan meterai raja tanpa sepengetahuan Ahab, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ia menggunakannya dengan sepengetahuan Ahab.

b) Izebel memberi perintah atas nama Ahab kepada para tua-tua dan para pemuka yang diam sekota dengan Nabot, untuk memfitnah Nabot supaya ia bisa dihukum mati (ay 8b-10).

c) Perintah untuk memaklumkan puasa dalam 1RajaRaja 21: 9 berfungsi untuk memberikan kesan bahwa ada dosa yang hebat dalam kota itu (bdk. 1Sam 7:6 2Taw 20:3 Yun 3:5-7).

d) 2 orang dursila sebagai saksi palsu (1RajaRaja 21: 10).

1. ‘dua orang dursila’.

NIV: ‘two scoundrels’ [= dua bajingan].

RSV: ‘two base fellows’ [= dua orang yang hina / bermoral rendah].

NASB: ‘two worthless men’ [= dua orang yang tak berharga].

KJV/Literal: ‘two men, sons of Belial’ [= dua orang, anak-anak Belial].

Kata ‘Belial’ bisa diterjemahkan ‘wickedness’ [= kejahatan], sehingga istilah ‘sons of Belial’ [= anak-anak Belial] sekedar berarti ‘orang-orang jahat’. Tetapi kata ‘Belial’ bisa juga diartikan sebagai nama, dan menunjuk kepada setan (bdk. 2Kor 6:15 dimana nama Belial itu dikontraskan dengan Kristus), sehingga istilah ‘sons of Belial’ [= anak-anak Belial] berarti ‘anak-anak setan’.

Memang semua pemfitnah adalah bajingan, orang hina, dan anak setan!

2. Hukum Taurat memang memberikan persyaratan sedikitnya dua saksi (Ul 17:6-7 19:15 Bil 35:30).

Ul 17:6-7 - “(6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.

Ulangan 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan.”.

Bil 35:30 - “Setiap orang yang telah membunuh seseorang haruslah dibunuh sebagai pembunuh menurut keterangan saksi-saksi, tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati.”.


Catatan:

a. Saksi adalah orang yang tahu sendiri masalahnya, bukan orang yang diberitahu.

b. Tanpa saksi boleh, kalau ada bukti.

Hukum Taurat juga mengatakan bahwa sebagai saksi mereka harus melempar batu yang pertama (Ul 17:7). Karena itulah maka harus dipilihkan ‘orang dursila’, yang bukan hanya berani memfitnah, tetapi juga berani membunuh orang yang tidak bersalah. Tetapi pada jaman Ahab tentu tidak sukar mencari orang seperti itu!

3. Kesaksian palsu / fitnahan terhadap Nabot. 

1Raja Raja 21: 10: ‘telah mengutuk Allah dan raja’.

RSV/NIV/NASB: ‘cursed’ [= mengutuk].

KJV: ‘blasphemed’ [= menghujat].

Ada 2 hal yang ingin saya bahas di sini:

a. Adalah sesuatu yang aneh bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mengutuk / menghujat’ itu sebetulnya berarti ‘memberkati’ (to bless). Hal yang sama terjadi pada 1RajaRaja 21: 13, dan demikian juga dengan Ayub 1:5,11 dan Ayub 2:5,9.

Ada beberapa cara untuk menjelaskan hal ini:

• Adam Clarke: “Many think that the word BARACH signifies both to bless and curse; and so it is interpreted in most Lexicons:” [= Banyak orang yang beranggapan bahwa kata BARAKH berarti baik memberkati maupun mengutuk; dan demikianlah ditafsirkan dalam kebanyakan lexicon / kamus:] - hal 472.

• Pulpit Commentary: “The Lexicographers are not agreed as to how this word, the primary meaning of which is to kneel, hence to pray, to bless, came to signify curse or blaspheme. According to some, it is an euphemism, the idea of cursing God being altogether too horrible for the Jew to express in words; whilst others derive this signification from the fact that a curse is really a prayer addressed to God;” [= Para penulis / penyusun kamus tidak sependapat tentang bagaimana kata ini, yang arti utamanya adalah ‘berlutut’, dan karenanya ‘berdoa’, ‘memberkati’, bisa berarti ‘mengutuk’ atau ‘menghujat’. Menurut sebagian orang, ini adalah suatu euphemisme, gagasan tentang pengutukan terhadap Allah merupakan sesuatu yang terlalu mengerikan bagi seorang Yahudi untuk dinyatakan dalam kata-kata; sementara yang lain mendapatkan arti ini dari fakta bahwa suatu kutukan sebetulnya merupakan suatu doa yang ditujukan kepada Allah;] - hal 509.

Catatan: ‘euphemism’ = ‘to use a good and auspicious word for an evil or inauspicious’ [= menggunakan kata yang baik dan menyenangkan untuk kata yang jahat / jelek dan tidak menguntungkan]. Dengan kata lain euphemisme ini adalah penghalusan bahasa.

Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam Kel 22:28 tetap digunakan kata ‘kutuk’ / ‘hujat’ (NIV) sekalipun digunakan terhadap Allah.

• Orang sering memberkati pada waktu berpisah, sehingga ‘memberkati’ akhirnya diartikan ‘mengucapkan selamat jalan’ atau ‘menyuruh pergi / mengusir’, dan akhirnya diartikan ‘menghujat’ / ‘mengutuk’.

Keil & Delitzsch: “to bless God, i.e. to bid Him farewell, to dismiss Him, as in Job 2:9, equivalent to blaspheming God.” [= memberkati Allah, yaitu mengucapkan selamat jalan kepadaNya, menyuruhNya pergi, seperti dalam Ayub 2:9, sama dengan menghujat Allah.] - hal 271.

b. Pengutukan terhadap Allah dan raja ini dilarang dalam Kel 22:28 - “Janganlah engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di tengah-tengah bangsamu.”.

Dan hukum Taurat memerintahkan penghukuman mati terhadap orang yang mengutuk / menghujat Allah (Im 24:10-16). Tentang hukuman bagi orang yang mengutuki raja lihat tentang Simei dalam 2Sam 19:21 dan 1Raja 2:8-9,36-46.

4. Dalam Hukum Taurat, saksi harus diperiksa kesaksiannya, dan kalau ternyata kesaksiannya dusta / palsu, maka saksi itu dijatuhi hukuman mati (Ul 19:16-21). 

Ul 19:16-21 - “(16) Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang untuk menuduh dia mengenai suatu pelanggaran, (17) maka kedua orang yang mempunyai perkara itu haruslah berdiri di hadapan TUHAN, di hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada waktu itu. (18) Maka HAKIM-HAKIM ITU HARUS MEMERIKSANYA BAIK-BAIK, dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, (19) maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (20) Maka orang-orang lain akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (21) Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.’”.

Tetapi ternyata di sini para saksi palsu itu tidak diperiksa, tetapi diterima begitu saja kesaksiannya (ay 13).

3) Pelaksanaan perintah Izebel (1Raja Raja 21: 11-14).

a) Para tua-tua dan para pemuka mentaati perintah itu (1Raja Raja 21: 11-13).

Jelas mereka juga berdosa. Bandingkan dengan Ul 27:25 yang mengutuk orang yang membunuh orang yang tidak bersalah.

Ul 27:25 - “Terkutuklah orang yang menerima suap untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah. Dan seluruh bangsa itu harus berkata: Amin!”.

Bdk. Kel 23:2,6 - “(2) Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. ... (6) Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.”.

Bdk. Ul 16:18-20 - “(18) ‘Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. (19) Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. (20) Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.’”.

Pulpit Commentary: “the name of Jezebel inspired so much terror that they dared not resist her will. Their sin was, first, that they feared man more than God. ... they should have died rather than slay the innocent.” [= nama Izebel memberikan rasa takut yang begitu hebat sehingga mereka tidak berani untuk menentang kehendaknya. Dosa mereka adalah, pertama, bahwa mereka takut kepada manusia lebih dari pada kepada Allah. ... mereka seharusnya lebih baik mati dari pada membunuh orang yang tak bersalah.] - hal 515.

Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”.

b) Rupanya Nabot dihukum mati dengan seluruh keluarganya (bdk. 2Raja 9:26).

2Raja-Raja 9:25-26 - “(25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: (26) Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini, sesuai dengan firman TUHAN.’”.

Pengikut-sertaan keluarga / anak-anak Nabot dalam hukuman mati ini penting, karena kalau tidak, warisan kebun anggur itu akan jatuh ke tangan anak-anaknya. Andaikatapun Nabot betul-betul bersalah, maka penghukuman mati anak-anak atas kesalahan ayahnya bertentangan dengan Ul 24:16 2Raja 14:5-6 (bdk. Yehezkiel 18:20).

Ulangan 24:16 - “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.”.

2Raja 14:5-6 - “(5) Segera sesudah kuasa kerajaan itu kokoh di tangannya, dibunuhnyalah pegawai-pegawainya yang telah membunuh raja, yaitu ayahnya. (6) Tetapi anak-anak para pembunuh itu tidak dihukum mati olehnya, seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.’”.

Yehezkiel 18:20 - “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”.

c) Perhatikan juga ay 19 yang menunjukkan bahwa darah Nabot dijilati anjing.

Ini betul-betul kematian yang hina dan mengenaskan. Orang benar bisa mengalami kematian yang mengenaskan / mengerikan. Karena itu kalau mendengar ada orang mati dengan cara yang mengenaskan, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa itu adalah hukuman Tuhan atas dosa orang itu! Bdk. Luk 13:1-5.

d) Izebel menerima laporan bahwa rencana dan perintahnya sudah dilaksanakan, dan Nabot sudah mati (1Raja Raja 21: 14).

4) Izebel memberitahu Ahab bahwa Nabot sudah mati (1Raja Raja 21: 15-16).

Kalaupun tadinya Ahab tidak tahu rencana Izebel untuk membunuh Nabot, maka seharusnya saat ini ia curiga dan menyelidikinya. Tetapi ia tidak melakukan hal itu, tetapi mengambil tanah itu dengan senang hati.

III) Pemberitaan hukuman oleh nabi Elia (ay 17-29).

1) Tuhan mengutus Elia memberitakan hukuman kepada Ahab (1Raja Raja 21: 17-24). 

a) Kesalahan Ahab.

1. ‘membunuh dan merampas’ (ay 19b).

Pulpit Commentary: “even if he was ignorant of her intentions, still the readiness with which he reaped the fruits of her crime makes him a partaker in her sin. It is a common saying that the ‘receiver is as bad as the thief.’ And he must have known that ‘Jezebel could not give this vineyard with dry hands.’” [= bahkan jika ia tidak tahu maksud Izebel, kesediaan dengan mana ia memungut / memperoleh buah dari kejahatan Izebel tetap membuatnya terlibat dalam dosa Izebel. Merupakan pepatah yang umum bahwa ‘penerima sama buruknya dengan pencurinya’. Dan ia pasti tahu bahwa ‘Izebel tidak mungkin memberikan kebun anggur ini dengan tangan yang kering’.] - hal 514-515.

Bdk. Amsal 29:24a - “Siapa menerima bagian dari pencuri, membenci dirinya.”.

NASB: “He who is a partner with a thief hates his own life” [= Ia yang menjadi partner dengan seorang pencuri membenci hidupnya / nyawanya sendiri].

Kalau sebuah gereja melakukan kudeta terhadap pendeta yang tak bersalah, bukan hanya yang melakukan kudeta yang bersalah, tetapi juga pendeta yang mau diminta untuk menggantikannya!!!

2. ‘memperbudak diri dengan melakukan yang jahat di mata TUHAN’ (1Raja Raja 21: 20b).

Ay 20b: ‘engkau sudah memperbudak diri’.

RSVNIV/NASB: ‘you have sold yourself’ [= engkau telah menjual dirimu sendiri].

KJV: ‘thou hast sold thyself’ [= engkau telah menjual dirimu sendiri].

Ay 25 idem.

3. Mengikuti bujukan istrinya sehingga melakukan penyembahan berhala (1Raja Raja 21: 25-26).

Ahab berdosa gara-gara istrinya (1Raja Raja 21: 25). Ia menuruti saja bujukan istrinya untuk menyembah berhala. Bdk. Ulangan 13:6-10 yang memerintahkan untuk merajam keluarga, termasuk istri, yang mengajak untuk menyembah allah lain.

Ulangan 13:6-10 - “(6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10) Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.”.

Catatan: kalau tentang hukumannya, ini termasuk civil law (undang-undang), sehingga tak berlaku bagi kita di sini pada jaman ini. Tetapi bagaimana kita harus menunjukkan sikap keras / menentang terhadap keluarga yang mengajak kita untuk sesat, dan bukannya beramah tamah dengan mereka!

Bandingkan dengan sikap Ayub ketika istrinya menyuruhnya mengutuki Allah (Ayub 1:10). Ayub tidak menurutinya, tetapi hanya mengatakan bahwa istrinya berbicara seperti perempuan gila (seharusnya bukan ‘gila’ tetapi ‘bodoh’ / ‘tolol’). Tetapi mengapa istrinya tidak dirajam? Karena mungkin sekali Ayub hidup sebelum jamannya Musa, sehingga hukum itu belum ada.

b) Hukuman Tuhan.

1. ‘Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu’ (ay 19).

Dalam ay 19 ini LXX / Septuaginta menambahkan kata-kata ‘And the harlots shall bathe in thy blood’ [= Dan perempuan-perempuan sundal akan mandi dalam darahmu]. Ini merupakan suatu penambahan untuk menyesuaikan ay 19 ini dengan 1Raja 22:38.

2. Tuhan akan menyapu Ahab dan keluarganya (ay 21-22,24), seperti yang Ia lakukan dengan keluarga Yerobeam bin Nebat (1Raja 14:11 15:29) dan keluarga Baesa bin Ahia (1Raja 16:3-4,11).

3. Tentang Izebel, hukumannya lebih mengerikan lagi. Kalau Ahab hanya dijilati darahnya oleh anjing (ay 19b), maka Izebel dimakan oleh anjing (1Raja Raja 21: 23).

2) Ahab bertobat (1Raja Raja 21: 27). 

‘Berjalan dengan langkah lamban’ mungkin menunjukkan bahwa ia berjalan tanpa sepatu / sandal.

Ada yang menganggap ini merupakan pertobatan yang sungguh-sungguh, dan ada penafsir yang menganggap bahwa ini cuma pertobatan yang semu. Kelihatannya harus diartikan bahwa pertobatan Ahab ini ada di antara 2 anggapan tadi.


Ini pertobatan yang sungguh-sungguh dalam arti ia betul-betul melakukannya karena takut akan hukuman Tuhan, tetapi tetap pertobatan ini kurang benar karena ditimbulkan hanya karena rasa takut pada hukuman Allah, bukan karena kesadaran / kebencian terhadap dosa ataupun karena hati yang mengasihi Allah. Disamping itu, pertobatan ini juga merupakan pertobatan yang sementara karena dalam pasal selanjutnya (1Raja 22) nanti terlihat ia kembali membenci dan menganiaya nabi Tuhan.

Keil & Delitzsch: “This repentance was neither hypocritical, nor purely external; but it was sincere even if it was not lasting and produced no real conversion.” [= Pertobatan ini bukanlah bersifat munafik, ataupun semata-mata bersifat lahiriah; tetapi itu sungguh-sungguh / tulus sekalipun itu tidak bertahan lama dan tidak menghasilkan pertobatan yang nyata.] - hal 273.

3) Pembatalan dan penundaan hukuman (1Raja Raja 21: 28-29). 

a) ‘Sudahkah kaulihat ...’ (1RajaRaja 21: 29). Tuhan bukan hanya melihat dosa, tetapi juga pertobatan / penyesalan.

b) Tuhan begitu pemurah; Ia membatalkan hukuman kepada Ahab, dan menunda pembasmian keluarga Ahab (1RajaRaja 21: 28-29).

1. Hukuman kepada Ahab dibatalkan, tetapi nanti kebodohan dan kesalahan Ahab dalam 1Raja 22 menyebabkan ia toh dihukum mati dengan cara seperti yang dikatakan dalam 1RajaRaja 21: 19b, dan darahnya betul-betul dijilati anjing (1Raja 22:38), tetapi itu terjadi di telaga Samaria (1Raja 22:38), bukan di Yizreel seperti yang dikatakan oleh Elia dalam ay 19. Ini tidak berarti bahwa nubuat Elia / Firman Tuhan itu salah, karena sebetulnya hukuman itu sudah dibatalkan.

Catatan: pada waktu nubuat ini digenapi dalam 1Raja 22, kita akan melihat banyak pandangan / penafsiran tentang hal ini.

2. Pembasmian keluarga Ahab ditunda.

Yoram, anak Ahab, mengalami hukuman itu (2Raja-Raja 9:25-26). Jelas bahwa ia bukannya dihukum karena dosa Ahab, tetapi karena ia sendiri juga brengsek (2Raja 3:1-3). Demikian juga halnya dengan keluarga Ahab yang lain. Tentang penyapuan keluarga Ahab yang lain ini digenapi dalam 2Raja 9:25-26. 10:1-11,17.

3. Nubuat tentang kematian Izebel digenapi dalam 2Raja-Raja 9:30-37.

Kesimpulan / penutup.Keinginan Raja Ahab Dan Keberanian Nabot

Dosa selalu menimbulkan konsekwensi yang tidak menyenangkan. Sekalipun bagi kita yang percaya kepada Kristus tidak bisa lagi ada hukuman Tuhan (Roma 8:1), tetapi tetap bisa ada hajaran Tuhan (Ibr 12:7-11). Karena itu jangan main-main dengan dosa. teknologi, otomotif, bisnis


-AMIN-
Next Post Previous Post