YESUS KRISTUS TUHAN ATAS HARI SABAT (LUKAS 6:1-11)

Pdt. Budi Asali, M. Div.
YESUS KRISTUS TUHAN ATAS HARI SABAT.. Lukas 6:1-11 - “(1) Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-muridNya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. (2) Tetapi beberapa orang Farisi berkata: ‘Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?’ (3) Lalu Yesus menjawab mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?’ (5) Kata Yesus lagi kepada mereka: ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’ (6) Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. (7) Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. (8) Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: ‘Bangunlah dan berdirilah di tengah!’ Maka bangunlah orang itu dan berdiri. (9) Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?’ (10) Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. (11) Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus..
YESUS KRISTUS TUHAN ATAS HARI SABAT.
teknologi, otomotif, bisnis
I) Memetik / makan gandum pada hari Sabat (Lukas 6: 1-5).

1) Pada waktu Yesus Kristus dan murid-muridNya sedang berjalan melewati suatu ladang gandum, murid-murid yang sedang lapar memetik bulir gandum dan memakannya (Lukas 6: 1).

Lukas 6: 1: Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-muridNya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya..

Apa yang mereka lakukan itu bukanlah pencurian, karena memang diijinkan oleh Hukum Taurat.

Ulangan 23:25 - “Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu.’”.

Tetapi tentu saja ijin ini tidak berlaku untuk kita di Indonesia pada jaman ini.

2) Mereka diserang karena mereka melakukan hal itu pada hari Sabat.

Pada hari Sabat memang orang dilarang bekerja.

a) Keluaran 20:8-11 - dilarang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, dan dilarang mempekerjakan orang pada hari Sabat.

b) Keluaran 34:21 - pada musim membajak dan menuai tetap harus memelihara hari Sabat.

c) Keluaran 31:14-15 - yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat harus dihukum mati.

d) Keluaran 35:1-3 - yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat harus dihukum mati; juga dilarang memasang api (NIV: ‘light a fire’ / menyalakan api) pada hari Sabat. Perlu diingat bahwa menyalakan api pada saat itu melibatkan pekerjaan berat, seperti membelah kayu / mengumpulkan kayu, dsb. Ini tentu saja tidak sama dengan menyalakan kompor LPG pada jaman sekarang.

e) Bilangan 15:32-36 - orang yang mengumpulkan kayu untuk membuat api, dijatuhi hukuman mati oleh Tuhan, dengan jalan dirajam.

f) Kel 16:4-5,21-29 - pada waktu Israel ada di padang pasir, mereka tidak diberi manna pada setiap hari Sabat, dan pada hari ke 6 mereka harus memungut manna 2 x lipat dari biasanya, sebagai makanan mereka pada hari Sabat.

g) Yeremia 17:21-22 - dilarang membawa barang pada hari Sabat. Ini maksudnya membawa barang-barang dalam hubungannya dengan pekerjaan (Nehemia 13:15).

Tujuan peraturan Sabat ini adalah:

1. Supaya bisa beristirahat (bdk. Keluaran 20:11 - rested / beristirahat).

2. Supaya bebas dari hal-hal duniawi sehingga bisa berkonsentrasi pada Tuhan dalam berbakti.

Tetapi orang-orang Farisi menambahi peraturan Sabat ini dengan 39 larangan (hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat) antara lain:

a. Larangan menggunakan sepatu yang berpaku karena dianggap membawa beban.

b. Larangan menggunakan topi yang besar karena dianggap membawa beban.

c. larangan menulis lebih dari 1 huruf.

d. Larangan berjalan kaki lebih dari 1 mil.

e. Larangan membawa barang apapun yang beratnya melebihi berat dari 2 buah ara kering.

f. Mereka juga beranggapan bahwa:

memetik gandum = menuai.

menggisar gandum di tangan = mengirik.

memisahkan gandum dari kulit = menampi.

seluruh proses itu = menyiapkan makanan.

Dan karena itu mereka menganggap bahwa murid-murid Yesus berdosa melanggar peraturan hari Sabat.

3) Jawaban Yesus Kristus.

a) Lukas 6: 3-4 (bdk. 1Samuel 21:3-6).

Lukas 6: 3-4: “(3) Lalu Yesus menjawab mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?’”.

1. William Barclay menyoroti kata-kata Tidakkah kamu baca ...?, dan lalu memberi komentar sebagai berikut: This passage contains a great general truth. Jesus said to the Pharisees, Have you not read what David did? The answer of course was, Yes - but they had never seen what it meant. It is possible to read scripture meticulously, to know the Bible inside out from cover to cover, to be able to quote it verbatim and to pass any examination on it - and yet completely miss its real meaning (= Bagian ini mengandung kebenaran umum yang besar. Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud? Jawabnya tentu saja adalah Ya - tetapi mereka tidak pernah melihat apa artinya bagian itu. Adalah mungkin membaca Kitab Suci dengan sangat teliti, betul-betul mengenal Alkitab dari awal sampai akhir, bisa mengutip Alkitab kata demi kata dan lulus dalam ujian tentang Alkitab - tetapi sama sekali tidak mendapatkan arti sebenarnya).

Penerapan: jangan belajar Kitab Suci sekedar sebagai suatu ilmu!

2. Yesus Kristus menggunakan contoh kasus Daud ini karena ada persamaan antara keadaan Daud dan pengikut-pengikutnya pada saat itu dan murid-murid Yesus, yaitu sama-sama lapar.

3. Roti itu hanya untuk imam (Keluaran 29:32-34 Imamat 24:5-9), tetapi Daud dan pengikut-pengikutnya memakannya karena lapar dan hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu dosa / kesalahan.

4. Dari jawaban Yesus Kristus yang menggunakan peristiwa Daud ini bisa disimpulkan bahwa kebutuhan manusia lebih penting dari peraturan-peraturan ibadah / ceremonial law, sehingga ceremonial law (bukan moral law / hukum moral) boleh dilanggar dalam keadaan seperti itu, sekalipun ceremonial law itu diberikan oleh Tuhan sendiri.

Catatan: perhatikan bahwa moral law / hukum moral tetap tidak boleh dilanggar dalam keadaan seperti itu! Jadi Kitab Suci tidak memberi ijin kepada seseorang untuk:

a. Mencuri / merampok pada waktu ia lapar.

b. Menjadi seorang pelacur karena butuh uang.

c. Tetap bekerja pada hari Sabat karena ekonomi yang kurang.

karena semua ini melanggar moral law / hukum moral.

Matthew Henry: Christ, by justifying his disciples in plucking the ears of corn on the sabbath-day, shows that works of necessity are lawful on that day (= Kristus, dengan membenarkan murid-muridNya memetik bulir gandum pada hari Sabat, menunjukkan bahwa pekerjaan yang betul-betul dibutuhkan diijinkan pada hari itu).

Matthew Henry: ... Christ here enacts, that works of necessity, if they be really such, and not a pretended and self-created necessity, are lawful on the sabbath day (= ... Kristus di sini menjadikan suatu undang-undang, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang betul-betul dibutuhkan, jika itu betul-betul suatu kebutuhan, dan bukan hanya kebutuhan yang pura-pura atau diciptakan sendiri, diijinkan pada hari Sabat).

5. Tujuan Yesus Kristus menggunakan kasus Daud ini adalah memberikan suatu argumentasi sebagai berikut:

a. Daud dan pengikut-pengikutnya, pada waktu lapar, tidak disalahkan pada waktu melanggar ceremonial law, padahal ceremonial law itu diberikan oleh Allah sendiri.

b. Karena itu murid-murid Yesus, pada waktu mereka lapar, juga tidak dapat disalahkan pada waktu melanggar peraturan orang Farisi, yang tidak diberikan oleh Allah.

b) Siapa yang menjadi imam besar pada saat itu?

Bandingkan dengan bagian paralelnya, yaitu Mark 2:25-26 - “(25) JawabNya kepada mereka: Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, (26) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?.

Tetapi kalau saudara membaca cerita sejarah dari 1Sam 21 dikatakan bahwa imam besar pada saat itu adalah Ahimelekh, dan 1Sam 22:20 menunjukkan bahwa Abyatar adalah anak dari Ahimelekh.

1Samuel 22:20 - Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud.

Jadi, apakah Markus 2:25-26 itu, yang menyatakan bahwa imam besar pada saat itu adalah Abyatar, salah? Untuk itu perlu diketahui bahwa sekalipun 1Sam 22:20 memang mengatakan bahwa Abyatar adalah anak Ahimelekh, tetapi dalam bagian-bagian lain dari Kitab Suci, dikatakan sebaliknya.

1. 2Samuel 8:17 - Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara.

2. 1Tawarikh 18:16 - Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Sausa menjadi panitera.

Catatan: untuk 1Tawarikh 18:16, KJV menyebutkan bukan Ahimelekh tetapi Abimelekh, dan NIV memberikan footnote / catatan kaki yang mengatakan bahwa beberapa manuscripts Ibrani menyebutkan Ahimelekh, tetapi mayoritas manuscripts Ibrani menyebutkan Abimelekh. Tetapi untuk 2Sam 8:17 semua menyebutkan Ahimelekh!

Jadi, yang mana yang benar? Ahimelekh adalah anak dari Abyatar (2Samuel 8:17) atau Abyatar adalah anak dari Ahimelekh (1Samuel 22:20)?

J. A. Alexander (hal 54) mengatakan bahwa ada 2 kemungkinan:

1. Memang ada kesalahan dalam penyalinan manuscripts.

2. Nama Ahimelekh (Abimelekh) dan Abyatar merupakan nama-nama warisan dalam keturunan imam dan kadang-kadang kedua nama digunakan oleh orang yang sama.

Kemungkinan lain adalah mengakui bahwa kita tidak mengetahui jawaban dari persoalan / teka teki ini. Untuk itu perhatikan kata-kata E. J. Young di bawah ini.

E. J. Young: When therefore we meet difficulties in the Bible let us reserve judgment. If any explanation is not at hand, let us freely acknowledge that we do not know all things, that we do not know the solution. Rather than hastily to proclaim the presence of an error is it not the part of wisdom to acknowledge our ignorance? (= Karena itu pada waktu kita menjumpai problem dalam Alkitab baiklah kita menahan diri dari penghakiman. Jika tidak ada penjelasan yang tersedia, baiklah kita dengan bebas mengakui bahwa kita tidak mengetahui segala sesuatu, bahwa kita tidak mengetahui penyelesaiannya. Dari pada dengan tergesa-gesa menyatakan adanya kesalahan, tidakkah merupakan bagian dari hikmat untuk mengakui ketidak-tahuan kita?) - Thy Word Is Truth, hal 182.

c) Dalam Matius 12:5-6 Yesus Kristus menambahkan: “(5) Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? (6) Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.

1. melanggar (Matius 12:5). Yesus memakai kata ini karena Ia menyesuaikan diri dengan jalan pemikiran orang-orang Farisi. Atau mungkin juga Ia menggunakan kata itu untuk menyindir orang-orang Farisi. Tentu saja sebetulnya imam-imam itu tidak bisa dikatakan melanggar hukum Sabat.

2. Pekerjaan imam-imam pada hari Sabat: menyalakan api untuk mezbah, menyembelih binatang, mengangkat binatang ke mezbah, dsb. Semua ini merupakan pekerjaan yang cukup berat. Tetapi sekalipun mereka melakukan pekerjaan yang cukup berat ini pada hari Sabat, mereka tidak pernah disalahkan.

3. Dari sini jelaslah bahwa pada hari Sabat kita boleh melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah (seperti pelayanan, dsb). Ini bukan pelanggaran terhadap hukum Sabat.

4. Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah (Matius 12:6).

Bait Allah lebih besar dari Sabat (ini jelas karena Sabat diadakan demi ibadah di Bait Allah), sedangkan Yesus lebih besar dari Bait Allah (ay 6). Jadi Yesus jauh lebih besar dari Sabat. Kalau Bait Allah saja menuntut supaya peraturan Sabat dimodifikasi, apalagi Yesus.

c) Dalam Markus 2:27 Yesus Kristus menambahkan: Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat.

Artinya: Sabat diberikan untuk kebahagiaan manusia dan karena itu jangan menjadikan manusia budak hari Sabat. Kata-kata ini cocok sekali untuk orang-orang Farisi itu, yang dengan menciptakan peraturan-peraturan tambahan tentang hari Sabat, menjadikan hari Sabat itu sebagai suatu beban yang luar biasa hebatnya bagi orang Yahudi.

Catatan: tetapi jangan mengextrimkan kata-kata hari Sabat diadakan untuk manusia ini, misalnya dengan mengijinkan bekerja pada hari Sabat, atau dengan bersenang-senang / berfoya-foya pada hari Sabat.

d) Lukas 6: 5: Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat (= Markus 2:28).

Ada yang menafsirkan bahwa anak manusia di sini bukanlah suatu gelar bagi Yesus, tetapi hanya berarti manusia (bdk. Mazmur 8:5 dan Yehezkiel 2:1,6,8 dimana istilah anak manusia diartikan manusia). Juga ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya baik kata anak maupun kata manusia tidak dimulai dengan huruf besar.

Penafsiran ini kelihatannya cocok dengan Markus 2:27-28 karena:

1. Markus 2:27 menekankan bahwa Sabat itu untuk manusia.

2. Markus 2:28 mengatakan manusia bukan budak Sabat; tetapi Tuhan / tuan atas Sabat.

Tetapi bagaimanapun ada keberatan-keberatan yang serius terhadap penafsiran ini:

a. Kata anak manusia itu memakai definite article / kata sandang di depannya (‘The Son of Man) sehingga tidak cocok kalau menunjuk pada manusia secara umum.

b. Dalam Perjanjian Lama memang istilah anak manusia sering berarti manusia, tetapi dalam Perjanjian Baru istilah itu selalu menunjuk kepada Yesus. Perkecualiannya:

Markus 3:28. Tetapi ini ada dalam bentuk plural / jamak.

Efesus 3:5. Ini juga ada dalam bentuk jamak.

Ibrani 2:6. Ini ada dalam bentuk tunggal, tetapi ini adalah kutipan dari Perjanjian Lama.

c. Markus 2:28: Anak Manusia adalah Tuhan juga atas hari Sabat.

Kata juga ini secara implicit menunjukkan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hal-hal lain, tetapi juga atas hari Sabat. Ini tidak memungkinkan untuk mengartikan bahwa anak manusia adalah manusia. Jelas bahwa Anak Manusia di sini menunjuk kepada Yesus!

Yesus Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat! Karena itu Dialah yang berhak menentukan apa yang harus, boleh, dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.

II) Penyembuhan pada hari Sabat (Lukas 6: 6-11).

1) Lukas 6: 6-7: “(6) Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. (7) Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.”.


a) Di sini, dan juga dalam Markus 3:2, dikatakan bahwa mereka mengamat-amati Yesus, tetapi dalam Matius 12:10 dikatakan bahwa mereka bahkan bertanya kepada Yesus: Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?. Mereka bertanya, tetapi maksudnya / tujuannya adalah supaya bisa mempersalahkan Yesus. Apakah saudara sering bertanya secara munafik begitu?

Catatan: Orang-orang Farisi melarang menyembuhkan pada hari Sabat. Kalau orang itu sakit berat dan mau mati, maka ia boleh ditolong, tetapi hanya sekedar untuk mencegah kematiannya, bukan untuk menyembuhkannya.

William Barclay berkata: orang Yahudi sering kalah perang gara-gara fanatisme mereka pada hari Sabat (baca 1Makabe 2:31-38 - ini kitab Apocrypha).

b) Jawaban Yesus Kristus terhadap pertanyaan itu (Matius 12:11-12).

Mat 12:11-12 - “(11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’”.

1. Binatang ditolong pada hari Sabat.

2. Manusia lebih penting dari binatang.

Jadi, jelas bahwa menolong / menyembuhkan manusia pada hari Sabat adalah sesuatu yang boleh dilakukan.

2) Lukas 6: 8-10: “(8) Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: ‘Bangunlah dan berdirilah di tengah!’ Maka bangunlah orang itu dan berdiri. (9) Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?’ (10) Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya.”.

a) Markus 3:5 menambahkan dengan menceritakan emosi Yesus pada saat itu yaitu sedih dan marah.

Mark 3:5 - Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: Ulurkanlah tanganmu! Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu..

KebencianNya terhadap dosa menyebabkan Ia marah, tetapi kasihNya menyebabkan Ia sedih.

Penerapan: Apakah dua macam emosi ini juga ada pada diri saudara pada saat menghadapi orang yang berbuat dosa? Pada waktu melihat orang berbuat dosa:

1. Ada orang kristen yang hanya sedih, tetapi tidak marah.

2. Ada juga yang hanya marah, tetapi tidak sedih.

3. Ada yang bahkan senang. Misalnya pada waktu melihat orang yang tidak ia senang berbuat dosa atau gereja yang tidak ia senangi berbuat sesuatu yang salah, ia justru menjadi senang, karena mempunyai bahan gossip.

Ini semua salah! Tirulah Yesus, yang menjadi sedih dan marah pada waktu melihat orang berbuat dosa.

b) Lukas 6: 9: Yesus berkata kepada mereka: Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?.

Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:

1. Leon Morris (Tyndale) mengomentari bagian ini dengan berkata:

He does not envisage the possibility of neutrality. Jesus will recognize no alternative to the doing good except of doing evil. The refusal to save life is tantamount to the taking of it (Mason) [= Yesus tidak mempertimbangkan kemungkinan kenetralan. Yesus tidak mengakui alternatif dari berbuat baik selain berbuat jahat. Penolakan untuk menyelamatkan jiwa adalah sama dengan membunuh (Mason)].

Sekalipun saya tidak yakin sepenuhnya akan penafsiran ini, tetapi saya percaya bahwa kalau seseorang tidak berbuat baik, setidaknya ia meletakkan dirinya dalam posisi yang memudahkan dirinya untuk jatuh ke dalam dosa. Ini sesuai dengan Kej 4:7b - Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau ....

2. Kata-kata membinasakannya (Markus 3:4 - membunuh orang) / berbuat jahat (Lukas 6: 9), mungkin dimaksudkan untuk menyindir orang-orang Farisi, yang mempunyai maksud jahat terhadap Yesus dan ingin membunuh Yesus (lihat Lukas 6: 7,11 bdk. Matius 12:14).

3. Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh menggunakan hari Sabat semata-mata untuk istirahat / relax. Kita harus menggunakannya untuk berbuat baik dan memuliakan Tuhan.

Norval Geldenhuys (NICNT): ... nor should they merely devote it to rest. ... We may not concentrate the day of rest in a merely passive manner, but must be active in His service and thus through Him be of use to those who suffer and need help, spiritually as well as physically (= ... mereka tidak boleh semata-mata menggunakannya untuk istirahat. ... Kita tidak boleh berkonsentrasi pada hari istirahat dalam cara yang pasif semata-mata, tetapi harus aktif dalam pelayananNya dan dengan demikian melalui Dia kita menjadi berguna bagi mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan, secara rohani maupun secara jasmani).

4. Reaksi mereka terhadap kata-kata / pertanyaan Yesus ini adalah: mereka diam saja (Markus 3:4). Ini adalah diamnya orang yang tegar tengkuk. Mereka tahu mereka salah, tetapi mereka tidak mau mengakui kesalahan. Apakah saudara juga sering berbuat seperti itu, khususnya dalam menghadapi teguran Firman Tuhan?


c) Sekalipun diamat-amati (bahasa Jawa: diinting-inting), Yesus tetap melakukan apa yang Ia anggap benar / baik dengan menyembuhkan orang yang sakit itu pada saat itu juga (ay 10), dan bahkan menunjukkan penyembuhan pada Sabat itu kepada mereka.

Norval Geldenhuys (NICNT): In the sharpest contrast to the secretiveness of the spies, Jesus acts perfectly openly so that all may know His attitude in the matter (= Dalam kekontrasan yang paling tajam terhadap kerahasiaan dari mata-mata itu, Yesus bertindak secara terbuka sehingga semua bisa mengetahui sikapNya dalam persoalan itu).

Contoh lain: Daniel diamat-amati, tetapi tetap berdoa 3 x sehari (Daniel 6:1-12).

Penerapan:

1. Jika saudara diinting-inting karena memberitakan Injil, memberitakan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, bagaimana reaksi saudara? Terus melakukan apa yang benar itu, atau bersikap bijaksana dan tahu diri?

2. Jika keluarga saudara tidak senang kalau saudara pergi ke gereja, dan saudara diinting-inting, beranikah saudara tetap pergi ke gereja?

3) Lukas 6: 11: “Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.”.

Mereka marah, keluar, berkomplot dengan orang-orang Herodian (ini adalah orang-orang yang mendukung dinasti Herodes) untuk membunuh Yesus (Matius 12:14 Markus 3:6).

Ini menunjukkan bahwa melakukan sesuatu yang benar (seperti yang Yesus lakukan), apalagi menentang tradisi yang sudah ratusan tahun, besar resikonya. Maukah / beranikah saudara mengambil resiko itu, atau saudara lebih suka hidup aman dan membiarkan semua ketidakbenaran berjalan terus?

Penutup:

Pada jaman itu, yang menjadi tradisi adalah larangan-larangan yang terlalu ketat pada hari Sabat. Pada jaman ini terjadi sebaliknya. Tradisinya sekarang adalah mengijinkan diri sendiri / orang lain untuk melakukan apa yang betul-betul dilarang oleh Firman Tuhan pada hari Sabat, misalnya dengan:

1. Bekerja, atau belajar pada hari Sabat.

2. Mempekerjakan orang (pegawai, pembantu rumah tangga) pada hari Sabat.

3. Tidak ke gereja pada hari Minggu, demi pekerjaan, pelajaran sekolah, piknik, orang kawin, dsb.

Kalau Yesus Kristus pada saat itu berani menentang tradisi yang salah, maka jaman ini kita juga harus menentang tradisi yang salah dan kembali pada peraturan Kitab Suci yang benar tentang hari Sabat. Maukah saudara?

Next Post Previous Post