Pro Kontra Tentang Persembahan Persepuluhan (10b)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Sebetulnya merupakan sesuatu yang salah kalau kita memberi persembahan persepuluhan SUPAYA KITA DIBERKATI. Yang benar adalah, kalau kita memberi, dengan kasih / tanpa pamrih apapun, maka Tuhan memang akan memberkati kita.
Ulangan 14:28-29 - “(28) Pada akhir tiga tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.
Mal 3:8-11 - “(8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. (12) Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.”.
Sebetulnya bukan hanya dalam persembahan persepuluhan, tetapi dalam persembahan apapun, baik kepada Tuhan ataupun kepada manusia / hamba Tuhan, itu mendatangkan berkat.
1Raja 17:10-16 - “(10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ (12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’ (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Elia.”.
Amsal 3:9-10 - “(9) Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, (10) maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”.
Amsal 19:17 - “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”.
Yeh 44:30 - “Dan yang terbaik dari buah sulung apapun dan segala persembahan khusus dari apapun, dari segala persembahan khususmu adalah bagian imam-imam; juga yang terbaik dari tepung jelaimu harus kamu berikan kepada imam supaya rumah-rumahmu mendapat berkat.”.
Hag 1:2-11 - “(2) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!’ (3) Maka datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: (4) ‘Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? (5) Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! (6) Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! (7) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! (8) Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaanKu di situ, firman TUHAN. (9) Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumahKu yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri. (10) Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, (11) dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha.’”.
Hag 2:16-20 - “(16) ‘Maka sekarang, perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya! Sebelum ditaruh orang batu demi batu untuk pembangunan bait TUHAN, (17) bagaimana keadaanmu? Ketika orang pergi melihat suatu timbunan gandum yang seharusnya sebanyak dua puluh gantang, hanya ada sepuluh; dan ketika orang pergi ke tempat pemerasan anggur untuk mencedok lima puluh takar, hanya ada dua puluh. (18) Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit gandum dan segala yang dibuat tanganmu dengan hujan batu; namun kamu tidak berbalik kepadaKu, demikianlah firman TUHAN. (19) Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya - mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah (20) apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!’”.
Matius 10:42 - “Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
2Korintus 9:6 - “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”.
Berkat dari Tuhan karena kita memberi ini, berlaku baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Tetapi juga perlu diingat bahwa jaman Perjanjian Lama ada bedanya dengan jaman Perjanjian Baru. Jadi, kalau dalam Perjanjian Lama balasan Tuhan itu berupa berkat jasmani berkelimpahan, maka ‘balasan Tuhan’ dalam Perjanjian Baru bisa berupa berkat rohani (sekalipun juga bisa berupa berkat jasmani, tetapi tak harus berkelimpahan, dan tidak harus menjadikan kita kaya). Orang-orang dalam gereja abad pertama yang mempersembahkan harta, rumah / tanah, tidak dikatakan menjadi kaya.
Catatan: saya sudah membahas tentang hal ini secara panjang lebar dalam point I, 6).
Kis 2:45 - “dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.”.
Kis 4:32-37 - “(32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (33) Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. (34) Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”.
2Kor 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.
Memang ay 9nya sering digunakan sebagai dasar dari Theologia Kemakmuran, tetapi itu jelas ngawur, karena kontext (ay 2,7) jelas menunjukkan mereka sangat miskin secara jasmani, tetapi kaya SECARA ROHANI.
Bisa juga berkat Tuhan itu baru kita dapatkan di surga nanti.
Mat 25:34-40 - “(34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”.
The Bible Exposition Commentary (tentang Ul 12:6-7): “Moses frequently reminded the people to support the Levites by faithfully bringing tithes and offerings to the sanctuary (12:12,18-19; 14:27,29; 16:11,14). God promised to bless His people abundantly if they would faithfully bring their tithes and offerings to His sanctuary (Mal 3:6-12; see 1 Kings 7:51 and Neh 13:12)” [= Musa sering mengingatkan bangsa itu untuk menyokong orang-orang Lewi dengan secara setia membawa persembahan persepuluhan dan persembahan ke tempat kudus (12:12,18-19; 14:27,29; 16:11,14). Allah berjanji untuk memberkati bangsaNya secara berlimpah-limpah jika mereka dengan setia membawa persembahan persepuluhan dan persembahan mereka ke Tempat KudusNya (Mal 3:6-12; lihat 1Raja 7:51 and Neh 13:12).].
c) Supaya mereka belajar takut akan Tuhan.
Ul 14:22-23 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu.”.
KJV/RSV/NASB: ‘fear’ [= takut].
NIV: ‘revere’ [= hormat].
Tentang rasa takut / hormat ini ada beberapa penafsiran.
Matthew Henry (tentang Ul 14:22-23): “They are here charged to separate it, and set it apart for God: ‘Thou shalt truly tithe all the increase of they seed,’ v. 22. The Levites took care of their own, but the separating of this was left to the owners themselves, the law encouraging them to be honest by reposing a confidence in them, and so trying their fear of God. They are commanded to tithe truly, that is, to be sure to do it, and to do it faithfully and carefully, that God’s part might not be diminished either with design or by oversight. Note, We must be sure to give God his full dues out of our estates; for, being but stewards of them, it is required that we be faithful, as those that must give account. The end of this law we have (v. 23): ‘That thou mayest learn to fear the Lord thy God always;’ it was to keep them right and firm to their religion, (1.) By acquainting them with the sanctuary, the holy things, and the solemn services that were there performed. What they read the appointment of their Bibles, it would do them good to see the observance of in the tabernacle; it would make a deeper impression upon them, which would keep them out of the snares of the idolatrous customs.” [= Mereka di sini diperintahkan untuk memisahkannya, dan memisahkannya untuk Allah: ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu,’ ay 22. Orang-orang Lewi mengurus milik mereka sendiri, tetapi pemisahan yang ini dibiarkan pada pemiliknya sendiri, hukum Taurat mendorong mereka untuk jujur dengan menempatkan suatu keyakinan dalam diri mereka, dan dengan demikian menguji rasa takut mereka kepada Allah. Mereka diperintahkan untuk memberi persembahan persepuluhan ‘dengan benar-benar’, artinya, memastikan untuk melakukannya, dan melakukannya dengan setia dan dengan teliti, supaya bagian Allah tidak dikurangi baik dengan direncanakan ataupun karena kelalaian. Perhatikan, Kita harus memastikan untuk memberikan kepada Allah hakNya sepenuhnya dari tanah kita; karena, kita hanyalah pengurus-pengurus dari mereka, dan dituntut bahwa kita setia, seperti mereka yang harus memberi pertanggungjawaban. Tujuan dari hukum ini kita punyai / peroleh (ay 23): ‘Supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu’; itu adalah untuk menjaga mereka benar dan teguh terhadap agama mereka, (1.) dengan mengakrabkan mereka dengan tempat kudus, hal-hal kudus, dan ibadah-ibadah / pelayanan-pelayanan yang khidmat yang dilakukan di sana. Apa yang mereka baca tentang penetapan-penetapan dari Alkitab mereka, akan baik bagi mereka untuk melihat prakteknya dalam Kemah Suci; itu akan membuat kesan yang lebih dalam kepada mereka, yang akan menjaga mereka dari jerat dari kebiasaan penyembahan berhala.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Ul 14:23): “The people of Israel were to be generous with tithes and offerings because the Lord had been generous with them. Each time they brought their tithes and gifts to the sanctuary and enjoyed a thanksgiving feast, it would teach them to fear the Lord (Deut 14:23), because if the Lord hadn’t blessed them, they would have nothing to eat and nothing to give. As David said, everything we give to God first comes from His hand and it all belongs to Him (1 Chron 29:16). When we cease to fear God and fail to appreciate His bountiful provision, we become proud and start to take His blessings for granted. Then the Lord has to discipline us to remind us that He is the Giver of every gift.” [= Bangsa Israel harus murah hati dengan persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan karena Tuhan telah bermurah hati kepada mereka. Setiap kali mereka membawa persembahan persepuluhan dan pemberian mereka ke tempat kudus dan menikmati suatu pesta syukur, itu akan mengajar mereka untuk takut kepada Tuhan (Ul 14:23), karena seandainya Tuhan tidak memberkati mereka, mereka tidak akan mempunyai apa-apa untuk dimakan dan diberikan. Seperti Daud katakan, segala sesuatu yang kita berikan kepada Allah mula-mula datang dari tanganNya dan itu semua adalah milikNya (1Taw 29:16). Pada waktu kita berhenti untuk takut kepada Allah dan gagal untuk menghargai penyediaanNya yang berlimpah-limpah, kita menjadi sombong dan mulai menganggap berkat-berkatNya sudah selayaknya kita terima. Maka Tuhan harus mendisiplin kita untuk mengingatkan kita bahwa Ia adalah sang Pemberi dari setiap pemberian.].
1Taw 29:16 - “Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagiMu rumah bagi namaMu yang kudus adalah dari tanganMu sendiri dan punyaMulah segala-galanya.”.
Pulpit Commentary (tentang Ul 14:22-29): “A tithing of each year’s produce of the cultivated ground was to be made; and this tithe was to be brought to the place which the Lord should choose, as also the firstling of the herds and flocks; and there a sacrificial meal was to be partaken of, that Israel might learn to fear Jehovah their God always, reverencing him as their Ruler, and rejoicing in him as the Giver of all good.” [= Suatu persembahan persepuluhan dari hasil tahunan dari tanah yang diusahakan harus dibuat; dan persembahan persepuluhan ini harus dibawa ke tempat yang akan Tuhan pilih, seperti juga yang sulung / pertama dari ternak dan kawanan; dan di sana mereka harus ikut ambil bagian dalam makanan yang bersifat pengorbanan, supaya Israel bisa belajar untuk selalu takut kepada Yehovah Allah mereka, menghormati Dia sebagai Penguasa / Pemerintah mereka, dan bersukacita dalam Dia sebagai sang Pemberi dari semua yang baik.].
Keil & Delitzsch (tentang Ul 14:23): “The sacrificial meals were to be held before the Lord, in the place where He caused His name to dwell (see at Deut 12:5), that Israel might learn to fear Jehovah its God always; not, however, as Schultz supposes, that by the confession of its dependence upon Him it might accustom itself more and more to the feeling of dependence. For the fear of the Lord is not merely a feeling of dependence upon Him, but also includes the notion of divine blessedness, which is the predominant idea here, as the sacrificial meals were to furnish the occasion and object of the rejoicing before the Lord. The true meaning therefore is, that Israel might rejoice with holy reverence in the fellowship of its God.” [= Makanan korban harus dilakukan di hadapan Tuhan, di tempat dimana Ia menyebabkan namaNya untuk tinggal (lihat Ul 12:5), supaya Israel bisa belajar untuk selalu takut kepada Yehovah Allah mereka; tetapi bukan seperti yang diduga oleh Schultz, bahwa oleh pengakuan tentang ketergantungannya kepada Dia Israel bisa makin membiasakan diri mereka sendiri pada perasaan ketergantungan. Karena rasa takut kepada Tuhan bukanlah semata-mata suatu perasaan tergantung kepadaNya, tetapi juga mencakup pikiran / gagasan tentang keberkatan ilahi, yang merupakan gagasan yang utama di sini, karena makanan korban harus menyediakan peristiwa dan obyek tentang bersukacita di hadapan Tuhan. Karena itu, arti yang benar adalah, bahwa Israel bisa bersukacita dengan rasa hormat yang kudus dalam persekutuan dari Allah mereka.].
Catatan: saya tidak terlalu mengerti kata-kata bagian akhir dari Keil & Delitzsch ini, karena rasanya tidak ada bedanya antara pandangan Schultz ini (ketergantungan kepada Allah) dan pandangan Keil & Delitzsch sendiri (bukan hanya ketergantungan tetapi juga pikiran tentang berkat ilahi). Dan lalu tahu-tahu pada bagian terakhir Keil & Delitzsch bisa menyimpang dan berbicara tentang bersukacita di hadapan Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan.
Peter C. Craigie (tentang Ul 14:22-27): “By returning a tithe to God regularly, the people would learn to fear the Lord (v. 23) and know that their prosperity did not depend on irrigation or advanced agricultural techniques, but on the beneficence and provision of their God.” [= Dengan mengembalikan suatu persembahan persepuluhan kepada Allah secara teratur, bangsa itu akan belajar untuk takut kepada Tuhan (ay 23) dan tahu bahwa kemakmuran mereka tidak tergantung pada irigasi / pengairan atau tehnik-tehnik pertanian yang maju, tetapi pada kemurahan hati dan persediaan dari Allah mereka.] - ‘The Book of Deuteronomy’ (Libronix).
Kalau dalam Perjanjian Lama persembahan persepuluhan harus diberikan supaya bangsa Israel belajar untuk takut kepada Tuhan, apakah persembahan persepuluhan harus dihapuskan dalam Perjanjian Baru? Mustahil, karena dalam Perjanjian Barupun kita harus belajar untuk takut kepada Tuhan!
d) Melatih diri kita dalam memberi, bersikap dermawan dan sebagainya.
The Biblical Illustrator (tentang Neh 10:37): “God carries on His cause in the world by the aid of His people. He is constantly calling on us to give, now to this cause and now to that. Why so? Surely He to whom the silver and gold belong has no need of us to help forward His work. He could, if He would, do it much more efficiently without us. But He is striving to educate us into resemblance to Christ and meetness for heaven. If a father could place his child where he would be habitually giving, giving, in the expression of a benevolent sympathy and helpfulness, he would be putting him under the most efficient of all means for the development in him of a truly Christian, or Christlike, spirit. ... We need, then, to cultivate the habit of giving as much as the habit of praying.” [= Allah melanjutkan perkaraNya di dunia oleh bantuan umatNya. Ia secara terus menerus memanggil kita untuk memberi, kadang-kadang pada perkara ini dan kadang-kadang pada perkara itu. Mengapa demikian? Pastilah Ia yang empunya perak dan emas tidak membutuhkan kita untuk menolong memajukan pekerjaanNya. Ia bisa, jika Ia mau, melakukan itu dengan jauh lebih efektif tanpa kita. Tetapi Ia sedang berusaha untuk mendidik kita ke dalam kemiripan dengan Kristus dan kesesuaian untuk surga. Jika seorang bapa bisa menempatkan anaknya dimana ia akan terbiasa memberi, memberi, dalam ungkapan dari suatu simpati yang penuh kebaikan dan bersifat menolong, ia akan meletakkan dia di bawah cara yang paling efektif untuk perkembangan di dalam dia dari suatu roh / kecondongan yang sungguh-sungguh Kristen, atau menyerupai Kristus. ... Maka, kita perlu untuk mengusahakan / melatih kebiasaan memberi sama banyaknya seperti kebiasaan berdoa.].
Matthew Henry (tentang Ul 14:22-29): “A second portion from the produce of their land was required. The whole appointment evidently was against the covetousness, distrust, and selfishness of the human heart. It promoted friendliness, liberality, and cheerfulness, and raised a fund for the relief of the poor. They were taught that their worldly portion was most comfortably enjoyed, when shared with their brethren who were in want. If we thus serve God, and do good with what we have, it is promised that the Lord our God will bless us in all the works of our land (hand?). The blessing of God is all to our outward prosperity; and without that blessing, the work of our hands will bring nothing to pass. The blessing descends upon the working hand. Expect not that God should bless thee in thy idleness and love of ease. And it descends upon the giving hand. He who thus scatters, certainly increases; and to be free and generous in the support of religion, and any good work, is the surest and safest way of thriving.” [= Suatu bagian yang kedua dari hasil dari tanah mereka dituntut. Seluruh penetapan jelas adalah untuk menentang ketamakan, ketidak-percayaan, dan keegoisan dari hati manusia. Itu memajukan keramahan, kedermawanan, dan sikap sukacita, dan menggalang suatu dana untuk menolong orang miskin. Mereka diajar bahwa bagian duniawi mereka dinikmati secara paling menyenangkan, pada waktu dibagikan dengan saudara-saudara mereka yang ada dalam kebutuhan. Jika kita melayani Allah seperti itu, dan melakukan yang baik dengan apa yang kita miliki, dijanjikan bahwa Tuhan Allah kita akan memberkati kita dalam semua pekerjaan dari tanah (tangan?) kita. Berkat Allah adalah segalanya bagi kemakmuran / keberhasilan lahiriah kita; dan tanpa berkat itu, pekerjaan dari tangan kita tidak akan menghasilkan apapun. Berkat turun pada tangan yang bekerja. Jangan mengharapkan Allah akan memberkati engkau dalam kemalasan dan kecintaan pada kemudahan / tak adanya usaha. Dan itu turun pada tangan yang memberi. Ia yang menyebarkan seperti itu, pasti akan bertambah; dan menjadi bebas dan murah hati dalam menyokong agama, dan pekerjaan baik apapun, adalah cara / jalan yang paling pasti dan aman dari kemajuan / perkembangan.] - ‘Matthew Henry’s Consice Commentary’ (Libronix).
Sekalipun tidak ada ayat yang explicit tentang hal ini, dan kedua komentar di atas merupakan tafsiran, tetapi saya yakin itu memang benar. Memberi persembahan persepuluhan merupakan suatu latihan yang baik untuk memberi, bersikap dermawan, mendukung pekerjaan Tuhan, dan sebagainya. Karena itu, bukan hanya kita yang perlu melatih diri dalam hal ini, tetapi juga anak-anak kita perlu kita latih untuk hal ini. Dan jelas dalam hal ini juga tak ada perbedaan antara jaman Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
e) Untuk mendukung penegakan nama Tuhan.
Ul 12:5-6,10-11 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. ... (10) Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai Yordan dan kamu diam di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan dari segala musuhmu di sekelilingmu, dan kamu diam dengan tenteram, (11) maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN.”
Ul 14:22-26 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. (24) Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan namaNya di sana terlalu jauh dari tempatmu, (25) maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, (26) dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.”.
Catatan: saya yakin kata ‘nama’ dalam Ul 12:5,11 dan Ul 14:23,24 tidak menunjuk pada nama YHWH, tetapi pada diri Allah sendiri.
Kedua text di atas ini menunjukkan alasan untuk memberikan persembahan persepuluhan. Dalam jaman Perjanjian Lama, orang Israel harus membawa persembahan persepuluhan ke Kemah Suci / Bait Suci, karena di tempat itu Tuhan menegakkan namaNya!!! Apakah dalam jaman Perjanjian Baru, gereja (yang benar!) bukan merupakan tempat dimana Tuhan menegakkan namaNya? Kalau ya, maka jelas kita juga harus membawa persembahan persepuluhan ke gereja (yang benar!).
Jadi, menurut saya merupakan suatu omong kosong kalau orang berargumentasi bahwa karena Bait Suci dan imam-imam dan orang-orang Lewi sudah tidak ada, maka kita tidak lagi perlu / harus memberikan persembahan persepuluhan. Persembahan persepuluhan harus diberikan ke tempat yang menegakkan nama Tuhan, dan kalau dalam Perjanjian Lama ini adalah Bait Suci, maka jelas bahwa dalam Perjanjian Baru, ini adalah gereja (yang benar!).
Orang yang tidak mendukung penegakan nama Tuhan sebetulnya sedang mendukung penegakan nama setan!
Matthew Henry (tentang Ul 12:5-32): “The place which God would choose is said to be the place where he would put his name, that is, which he would have to be called his, where his honour should dwell, where he would manifest himself to his people, and make himself known, as men do by their names, and where he would receive addresses, by which his name is both praised and called upon.” [= Tempat yang akan Allah pilih dikatakan sebagai tempat dimana Ia akan meletakkan namaNya, artinya, yang akan Ia haruskan untuk sebut sebagai milikNya, dimana kehormatanNya tinggal, dimana Ia akan menyatakan diriNya sendiri kepada bangsa / umatNya, dan membuat diriNya sendiri dikenal, seperti manusia lakukan dengan nama mereka, dan dimana Ia akan menerima panggilan / sapaan, dengan mana Ia dipuji dan dipanggil.].
Barnes’ Notes (tentang Ul 12:5): “‘To put his name there’ means to manifest to men His divine presence. ... the expression comprehends all the various modes in which God vouchsafed to reveal Himself and His attributes to men. ... The words ‘the place which the LORD shall choose to put His Name there’ suggest Jerusalem and Solomon’s temple to our minds. But though spoken as they were by a prophet, and interpreted as they are by the Psalms (e.g. Ps 78:67-69), they have a proper application to the temple, yet they must not be referred exclusively to it. The text does not import that God would always from the first choose one and the same locality ‘to put His Name there,’ but that there would always be a locality so chosen by Him; and that there the people must bring their sacrifices, and not offer them at their pleasure or convenience elsewhere. Neither does the text forbid the offering of sacrifices to God at other places than the one chosen by Him ‘to put His Name there’ on proper occasions and by proper authority (compare Deut 27:5-6; Judg 6:24; 13:16; 1 Kings 3:4; 18:31). The text simply prohibits sacrifices at any other locality than that which should be appointed or permitted by God for the purpose.” [= ‘Meletakkan namaNya di sana’ berarti menyatakan kepada manusia kehadiran ilahiNya. ... ungkapan itu meliputi semua cara yang bermacam-macam dalam mana Allah menganugerahkan untuk menyatakan diriNya sendiri dan sifat-sifatNya kepada manusia. ... Kata-kata ‘tempat yang akan TUHAN pilih untuk meletakkan namaNya di sana’ menyatakan Yerusalem dan Bait Suci Salomo pada pikiran kita. Tetapi sekalipun diucapkan sebagaimana adanya oleh seorang nabi, dan ditafsirkan sebagaimana adanya oleh Mazmur-mazmur (misalnya Maz 78:67-69), mereka mempunyai suatu penerapan yang benar pada Bait Suci, tetapi mereka tidak boleh ditunjukkan secara eksklusif padanya. Textnya tidak berarti bahwa Allah akan selalu dari pertama / semula memilih tempat yang satu dan yang sama ‘untuk meletakkan namaNya di sana’, tetapi bahwa di sana akan selalu ada suatu tempat yang dipilih seperti itu olehNya; dan bahwa di sana orang-orang harus membawa korban-korban mereka, dan tidak mempersembahkan korban-korban itu sesuka hati mereka atau sesuai kesenangan mereka di tempat lain. Juga textnya tidak melarang persembahan korban-korban kepada Allah di tempat lain dari tempat yang dipilih olehNya ‘untuk meletakkan namaNya di sana’ pada peristiwa-peristiwa yang tepat dan oleh otoritas yang tepat (bandingkan dengan Ul 27:5-6; Hak 6:24; 13:16; 1Raja 3:4; 18:31). Textnya hanya melarang / mencegah korban-korban di tempat lain manapun dari pada tempat yang ditetapkan atau diijinkan oleh Allah untuk tujuan ini.].
Maz 78:67-69 - “(67) Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilihNya, (68) tetapi Ia memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihiNya; (69) Ia membangun tempat kudusNya setinggi langit, laksana bumi yang didasarkanNya untuk selama-lamanya;”.
Ul 27:4-6 - “(4) Dan sesudah kamu menyeberangi sungai Yordan, maka haruslah batu-batu itu, yang telah kuperintahkan kepadamu pada hari ini, kamu tegakkan di gunung Ebal dan kaukapuri. (5) Juga haruslah kaudirikan di sana mezbah bagi TUHAN, Allahmu, suatu mezbah dari batu yang tidak boleh kauolah dengan perkakas besi. (6) Dari batu yang tidak dipahat haruslah kaudirikan mezbah TUHAN, Allahmu, itu dan di atasnya haruslah kaupersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, Allahmu.”.
Hak 6:24 - “Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.”.
Hak 13:16 - “Tetapi jawab Malaikat TUHAN itu kepada Manoah: ‘Sekalipun engkau menahan Aku di sini, hidanganmu itu tidak akan Kumakan. Tetapi jika engkau hendak mengolahnya menjadi korban bakaran, persembahkanlah itu kepada TUHAN.’ Sebab Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN.”.
1Raja 3:4 - “Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu.”.
1Raja 18:31 - “Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. - Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: ‘Engkau akan bernama Israel.’ -”.
Keil & Delitzsch (tentang Ul 12:5): “the place ‘which He shall choose out of all the tribes to put His name there for His dwelling.’ Whereas the heathen seeks and worships his nature-gods, wherever he thinks he can discern in nature any trace of Divinity, the true God has not only revealed His eternal power and Godhead in the works of creation, but His personal being, which unfolds itself to the world in love and holiness, in grace and righteousness, He has made known to man, who was created in His image, in the words and works of salvation; and in these testimonies of His saving presence He has fixed for Himself a name, in which He dwells among His people. This name presents His personality, as comprehended in the word Jehovah, in a visible sign, the tangible pledge of His essential presence.” [= tempat ‘yang akan Ia pilih dari semua suku untuk meletakkan namaNya di sana untuk tempat tinggalNya’. Sekalipun orang kafir mencari dan menyembah dewa-alamnya, dimanapun ia pikir ia bisa mengenali dalam alam jejak apapun dari Keilahian, Allah yang benar tidak hanya menyatakan kuasaNya yang kekal dan keAllahanNya dalam pekerjaan penciptaan, tetapi juga diriNya, yang menyatakan kepada dunia dalam kasih dan kekudusan, dalam kasih karunia dan kebenaran, Ia telah menyatakan kepada manusia, yang diciptakan dalam gambarNya, dalam kata-kata dan pekerjaan keselamatan; dan dalam kesaksian-kesaksian dari kehadiranNya yang menyelamatkan ini Ia telah menetapkan bagi diriNya sendiri suatu nama, dalam mana Ia tinggal di antara bangsa / umatNya. Nama ini memperkenalkan kepribadianNya, seperti tercakup dalam kata Yehovah, dalam suatu tanda yang kelihatan, jaminan yang bisa dimengerti tentang kehadiran hakikiNya.].
BACA JUGA: HERMENEUTICS 4
Pulpit Commentary (tentang Ul 12:5-9): “Vers. 5-9. - Public worship. ... It is required in it - I. That God be present with his people. We meet in his Name. His presence is promised (Matt. 18:20). Without that presence sought and obtained, worship is in vain.” [= Ay 5-9. - Ibadah / kebaktian umum. ... Dituntut di dalamnya - I. Bahwa Allah hadir bersama umatNya. Kita bertemu dalam namaNya. KehadiranNya dijanjikan (Mat 18:20). Tanpa kehadiran itu dicari dan didapatkan, ibadah / kebaktian itu sia-sia.].
Dalam Perjanjian Lama mereka beribadah di Kemah Suci / Bait Suci, tetapi dalam Perjanjian Baru, harus dicamkan text ini:
Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
Perempuan Samaria itu menanyakan tempat, tetapi Yesus tidak mempersoalkan tempat. Ia mengatakan orang akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, artinya, ibadah lahiriah pada jaman Perjanjian Lama sedang dalam proses untuk diganti dengan ibadah dalam Perjanjian Baru yang bersifat rohani.
The Biblical Illustrator (tentang Ul 12:5-6): “The cessation of this holiness of places under the New Testament (John 4:21-23; Matt 18:22; 1 Tim 2:8; Mal 1:11). Every place is now a Judaea, every house a Jerusalem, every congregation a Zion.” [= Penghentian dari kekudusan tempat-tempat ini di bawah Perjanjian Baru (Yoh 4:21-23; Mat 18:22; 1Tim 2:8; Mal 1:11). Setiap tempat sekarang adalah Yudea, setiap rumah adalah suatu Yerusalem, setiap jemaat adalah suatu Zion.].
Catatan: Mat 18:22 itu pasti salah, mungkin seharusnya Mat 18:20.
Matius 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.
1Tim 2:8 - “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”.
Mal 1:11 - “Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari namaKu besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi namaKu dan juga korban sajian yang tahir; sebab namaKu besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.”.
Pulpit Commentary (tentang Ul 12:1-32): “IV. There was to be (after they were settled in Palestine) one place which God choose to put his name there. And this place where God would meet with his people is called, in the beautiful Hebrew phrase, God’s rest (ver. 5), ‘his habitation’ (cf. Ps. 132:13, 14). Thus would God, in his condescending love, launch a new thought into the world, in a form in which the people could understand it; viz. that God’s home is with his believing worshippers. It was necessary, for a while, to associate that truth with one special place, until ‘the fulness of times’ should come, when One should say - John 4:20-24; Matt. 18:20; and when Christians should learn that they are the home of God (1 Cor. 3:16; Eph. 2:22).” [= IV. Di sana akan ada (setelah mereka menetap di Palestina) satu tempat yang Allah pilih untuk meletakkan namanya di sana. Dan tempat ini dimana Allah akan bertemu dengan bangsa / umatNya disebut, dalam ungkapan Ibrani yang indah, tempat perhentian Allah (ay 5), ‘tempat tinggalNya’ (bdk. Maz 132:13,14). Jadi, Allah akan, dalam kasihNya yang berkenan merendahkan diri, memperkenalkan suatu pemikiran baru ke dalam dunia, dalam suatu bentuk dalam mana orang-orang bisa mengertinya; yaitu bahwa rumah / bait Allah adalah bersama dengan penyembah-penyembahNya yang percaya. Adalah perlu, untuk sementara, untuk menghubungkan kebenaran itu dengan satu tempat khusus, sampai ‘kegenapan waktunya’ tiba, dimana orang akan berkata - Yoh 4:20-24; Mat 18:20; dan pada waktu orang-orang Kristen mempelajari bahwa mereka adalah rumah / bait Allah (1Kor 3:16; Ef 2:22).].
Ul 12:5 - “Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi.”.
Maz 132:13-14 - “(13) Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukanNya: (14) ‘Inilah tempat perhentianKu selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.”.
1Kor 3:16 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.
Efesus 2:22 - “Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.”.
Pulpit Commentary (tentang Ul 12:6-29): “I. An assertion of the principle that God’s worship must be associated with his presence. (Vers. 5–11.) The sanctuary was constituted by God having ‘put his Name’ there. Under the New Testament the worship of the Father ‘in spirit and in truth’ is liberated from special sacred places (John 4:24), but the principle holds good that his being ‘in the midst’ of his people is essential to worship being acceptable (Matt. 18:20).” [= I. Suatu pernyataan tentang prinsip bahwa ibadah / penyembahan Allah harus dihubungkan dengan kehadiranNya. (ay 5-11). Tempat Kudus didirikan oleh Allah dengan ‘menempatkan namaNya’ di sana. Di bawah Perjanjian Baru penyembahan Bapa ‘dalam roh dan dalam kebenaran’ dibebaskan dari tempat-tempat kudus yang khusus (Yoh 4:24), tetapi prinsipnya tetap berlaku bahwa keberadaan / kehadiranNya ‘di tengah-tengah’ umatNya adalah hakiki / penting bagi penyembahan / ibadah untuk bisa diterima (Mat 18:20).].
Jadi jelaslah bahwa kalau dalam Perjanjian Lama penegakan nama Tuhan itu dilakukan pada umumnya di Bait Suci, maka dalam jaman Perjanjian Baru itu dilakukan di gereja!
Jadi kalau dalam Perjanjian Lama persembahan persepuluhan diberikan ke Bait Suci, maka dalam Perjanjian Baru persembahan persepuluhan diberikan ke gereja (yang benar)!
-bersambung