EKSPOSISI I RAJA-RAJA 19:1-18

Pdt. Budi Asali, M. Div.
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 19:1-18
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 19:1-18. 1Raja-Raja 19:1-18 - “(1) Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, (2) maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.’ (3) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. (4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’ (5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ‘Bangunlah, makanlah!’ (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (7) Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ‘Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.’ (8) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (9) Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’ (10) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (11) Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’ Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. (13) Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’ (14) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (15) Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (16) Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. (17) Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa. (18) Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

I) Kejatuhan Elia.

1) Ahab dan Izebel (1Raja-Raja 19: 1-2).

1Raja-Raja 19: 1-2: “(1) Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, (2) maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.’”.

a) Ahab menceritakan kepada Izebel apa yang Elia lakukan, bukan apa yang Allah lakukan (1Raja-Raja 19: 1). Ini cara yang salah dalam menceritakan, tetapi banyak orang Kristen melakukan kesalahan yang sama. Misalnya: mengatakan pendeta itu menyembuhkan aku. Yang benar: Tuhan / Allah yang menyembuhkan aku!

b) Reaksi Izebel (1Raja-Raja 19: 2).

1. 1Raja-Raja 19: 2: ‘para allah menghukum’.

Untuk ‘para allah’ (yang jelas menunjuk kepada dewa-dewa dari Izebel) digunakan kata bentuk jamak ELOHIM, dan untuk ‘menghukum’ (Secara hurufiah: ‘memperlakukan’) juga digunakan kata kerja bentuk jamak.

Ini kontras dengan bagian Alkitab yang menunjuk kepada Allah. Misalnya Kejadian 1:1 - ‘Allah menciptakan’. Untuk ‘Allah’ digunakan kata bentuk jamak ELOHIM, sedangkan untuk ‘menciptakan’ digunakan kata Ibrani BARA, yang adalah kata kerja bentuk tunggal. Ini merupakan salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal.

2. Izebel tidak putus asa dengan kegagalan / kekalahan nabi-nabi Baal, tetapi ia bahkan menjadi makin berkobar-kobar. Tetapi justru Elianyalah yang lalu menjadi putus asa!

Ini suatu pelajaran bagi kita yang adalah anak-anak Tuhan. Kalau kita kalah gigih / tekun dibandingkan dengan anak-anak setan dalam ‘peperangan rohani’ ini, bukankah itu sesuatu yang memalukan??? Dan bagaimana ‘nasib’ kerajaan Allah di bumi ini kalau kita kalah gigih / tekun dibandingkan dengan anak-anak setan?

3. Izebel mengirim seorang suruhan untuk memberitahu Elia; dan ini menunjukkan keyakinannya untuk bisa membunuh Elia. Tetapi ternyata ia gagal, dan ini menunjukkan bahwa hidup atau mati, bahkan segala sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya ada di tangan Tuhan, bukan di tangan manusia, apakah ia ratu / raja, penggede, konglomerat, hakim, atau jendral, atau siapapun juga dia adanya.

Bdk. Matius 10:28-30 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.”.

c) Ahab lagi-lagi mendiamkan Izebel bertindak semaunya.

Ahab dan Izebel merupakan teladan jelek bagi suami istri. Istri, jangan tiru Izebel; suami, jangan tiru Ahab.

Seharusnya antar suami istri, sekalipun saling dukung itu penting, tetapi dalam hal yang salah, harus ada keberanian untuk saling mengkoreksi!! Ini juga berlaku antar teman, rekan kerja dan sebagainya.

2) Reaksi Elia (1Raja-Raja 19: 3-4).

1Raja-Raja 19: 3-4: “(3) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. (4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’”.

a) Elia takut?

1Raja-Raja 19: 3: ‘Maka takutlah ia, ...’.

KJV/ASV/NKJV: ‘And when he saw’ [= Dan ketika ia melihat].

RSV/NASB: ‘he was afraid’ [= ia takut].

NIV: ‘Elijah was afraid’ [= Elia takut].

Footnote NIV: ‘Elijah saw’ [= Elia melihat].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And when he saw that,’ (wayar. ‎The Jews, jealous of ascribing to the prophet the emotion of fear, as derogatory to his high character, have regulated the punctuation of this word so that it is referred to ‎RAAH‎, to see; instead of ‎YARE‎, to be afraid. But it is evident from the whole tenor of the context that his hasty and distant flight was prompted by the influence of sudden fear].” [= ‘Dan ketika ia melihat bahwa’, (WAYAR. Orang-orang Yahudi, karena takut untuk menganggap sang nabi merasa takut, sebagai merendahkan karakternya yang tinggi, telah mengatur tanda-tanda dari kata ini sehingga itu menunjuk pada RAAH, ‘melihat’; dan bukannya YARE, ‘merasa takut’. Tetapi adalah jelas dari seluruh nada dari kontext bahwa pelariannya yang tergesa-gesa dan jauh didorong oleh rasa takut yang mendadak).].

Catatan: Albert Barnes dan Matthew Henry memilih ‘takut’; Keil & Delitzsch memilih ‘melihat’.

Beberapa penafsir memilih terjemahan ‘melihat’ ini karena, sama seperti orang-orang Yahudi, mereka tidak mau menerima bahwa Elia takut. Kalau ia memang takut mati, mengapa dalam ay 4 justru minta mati? Mereka menganggap bahwa Elia lari bukan karena takut tetapi karena merasa gagal. Tetapi banyak penafsir yang menganggap Elia memang takut, dan karenanya ia lalu lari menyelamatkan nyawanya. Saya sendiri condong untuk menganggap bahwa Elia memang merasa takut. Mati dibunuh / disiksa oleh tangan Izebel, tentu berbeda dengan mati di tangan Tuhan. Yang kedua tidak ia takuti, bahkan ia memintanya. Tetapi yang pertama, itu yang ia takuti.

Kalau Elia memang takut, maka ini menunjukkan bahwa ia tidak belajar dari pengalamannya, karena selama 3,5 tahun ia dilindungi oleh Tuhan. Tetapi bukankah kita juga sering seperti itu? Selama ini kita dipelihara oleh Tuhan, tetapi terus kuatir pada saat terjadi krisis ekonomi!

Rasa takut Elia menunjukkan bahwa ia cuma manusia biasa seperti kita (bdk. Yak 5:17). Seharusnya Elia berkata seperti Nehemia dalam Nehemia 6:11.

Yakobus 5:17 - “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.”.

Neh 6:11 - “Tetapi kataku: ‘Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi!’”.

b) Elia lari ke Bersyeba, dan lalu ke padang gurun (1Raja-Raja 19: 3-4).

1. Bersyeba terletak pada batas selatan dari Palestina.

Ini terletak di luar wilayah Israel / kekuasaan Ahab, tetapi termasuk wilayah Yehuda sehingga ada di bawah kekuasaan raja Yehuda yaitu Yosafat. Tetapi Yosafat mempunyai hubungan baik dengan Ahab. Ini terlihat dari:

a. 1Raja-raja 22:4 - Yosafat mengajak Ahab berperang melawan Ramot-Gilead.

b. 2Taw 18:1 - Yosafat adalah besan Ahab. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘he allied himself with Ahab by marriage’ [= ia menyekutukan dirinya sendiri dengan Ahab melalui perkawinan].

Tetapi dari 2Raja 8:16-18, 2Taw 21:6 dan 2Taw 22:2 terlihat bahwa Yosafat memang adalah besan dari Ahab, karena anaknya menikah dengan anak Ahab.

Karena itu Elia masih merasa tidak aman di wilayah Yehuda, dan ia lalu lari terus ke gurun (ay 3b-4).

2. Kesalahan Elia di sini adalah bahwa ia tidak meminta petunjuk Tuhan!

Baik pada waktu di Yizreel maupun di Bersyeba, ia tidak meminta petunjuk / pimpinan Tuhan. Juga ia meninggalkan pelayanan tanpa permisi kepada Tuhan. Ini seperti pembantu yang lalu pergi begitu saja meninggalkan pekerjaannya, tanpa permisi kepada majikannya. Kalau saudara jadi majikannya, apa saudara tidak marah? Kalau ya, jangan jadi pelayan seperti itu! Bandingkan dengan 1Raja 17:2,8 18:1 dimana ia bertindak setelah mendapat Firman Tuhan.

Penerapan: kekecewaan / penderitaan apapun tidak boleh membuat kita bertindak semau kita sendiri. Kita harus minta pimpinan Tuhan dan bertindak sesuai dengan kemauan Tuhan! Tiru Yesus waktu di Taman Getsemani!

c) Elia minta mati (1Raja-Raja 19: 4b).

1. Komentar-komentar tentang permintaan Elia untuk mati.

Pulpit Commentary: “How completely he is the sport of circumstances; how full of contradictions his conduct. At one moment he flees for his life; at the next he requests for himself that he may die. ‘Doth he wish to be rid of his life because he feared to lose it?’ (Hall.) Yesterday strong in faith, fearing neither man nor devil; to-day trembling before a woman, wretched and despairing.” [= Betapa sepenuhnya ia menjadi permainan dari keadaan; betapa penuh dengan kontradiksinya tindakannya. Pada satu saat ia lari untuk nyawanya; pada saat selanjutnya ia memohon supaya ia boleh mati. ‘Apakah ia ingin membuang / kehilangan nyawanya karena ia takut kehilangan nyawanya?’ (Hall). Kemarin kuat dalam iman, tidak takut kepada manusia maupun setan; hari ini gemetar di hadapan seorang perempuan, sangat sedih / buruk / hancur hati dan putus asa.] - hal 466.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Kitto:

“Strange contradiction! Here the man who was destined not to taste of death, flees from death on the one hand and seeks it on the other.” [= Kontradiksi yang aneh! Di sinilah seseorang yang ditakdirkan untuk tidak merasakan kematian, melarikan diri dari kematian di satu pihak dan mencarinya di pihak yang lain.] - hal 459.

Pulpit Commentary: “We are not fittest for heaven when we are most tired of earth.” [= Kita bukannya paling cocok untuk surga pada waktu kita paling bosan terhadap dunia.] - hal 480.

2. Ini menunjukkan bahwa Elia mengalami depresi yang sangat dalam. Tetapi apa penyebab depresi Elia ini?

a. Perasaan gagal dalam pelayanan.

Ay 10,14: “(10) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ ... (14) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.’”.

Ini beda antara orang yang mempunyai semangat yang hebat dalam pelayanan, dan orang yang melakukan pelayanan dengan asal-asalan saja. Orang yang tak mempunyai semangat akan bersikap cuek / acuh tak acuh ketika pelayanannya gagal! Orang yang mempunyai semangat yang hebat dalam pelayanan memang adalah orang yang paling mudah mengalami depresi pada waktu mengalami kegagalan!

Seharusnya Elia ingat kata-kata ini: “God does not call us to be successful, but to be faithful.” [= Allah tidak memanggil kita untuk sukses, tetapi untuk setia.].

Tugas kita adalah melakukan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Apakah pelayanan itu sukses atau berhasil, itu urusan Tuhan! Bdk. 1Kor 3:6-7.

b. Kelelahan / kelemahan fisik.

Ia lari menempuh jarak Yizreel - Bersyeba, yaitu sekitar 95 mil / lebih dari 150 km, dan masih ditambah lagi sehari perjalanan ke padang gurun (ay 4a). Ini membuat ia mengalami kelelahan yang luar biasa, ditambah lagi ia mengalami kelaparan (ini terlihat dari ay 5-7 dimana Tuhan menanganinya bukan hanya dengan memberinya istirahat / tidur, tetapi juga dengan memberinya makan). Kelelahan dan kelemahan fisik ini bisa menyebabkan / menambah depresi.

Pulpit Commentary: “The relation that exists between the state of the body and the state of the mind is very mysterious, but very real. The elation or depression of our religious feeling depends far more on mere physical conditions than we often imagine.” [= Hubungan yang ada antara keadaan tubuh dan keadaan jiwa adalah sangat misterius, tetapi sangat nyata. Perasaan agamawi berupa kegembiraan atau depresi tergantung pada kondisi fisik jauh lebih banyak dari yang sering kita bayangkan.] - hal 474.

Karena itu dalam keadaan depresi, sekalipun olah raga adalah sesuatu yang baik, tetapi jangan melakukannya secara berlebihan, karena setelah itu bisa bahkan menambah depresi itu.

Ini juga menunjukkan bahwa orang kristen wajib memelihara kesehatan fisik, karena kalau kesehatan fisik tidak baik, itu juga bisa menimbulkan / menambah depresi.

Pulpit Commentary: “The neglect of sanitary laws is a sin.” [= Pengabaian hukum-hukum kesehatan adalah suatu dosa.] - hal 477.

c. Penderitaan lain: kepanasan.

1Raja-Raja 19: 4: ‘lalu duduk di bawah sebuah pohon arar’.

Dalam Interlinear Greek - English diterjemahkan ‘broom-tree’ [= pohon sapu].

Pulpit Commentary: “His sitting under the ‘juniper’ is mentioned, not to suggest that he derived comfort from an ample shade, but rather to show how little shelter he could find. The word (רתם) is construed as in the text by the Hebrews, by Jerome, and the Vulgate; yet it is rather the genista (broom), a shrub with yellow flowers which grows in the desert, and which has its name (from רתם to bind) from the toughness or tenacity of its twigs, which were used for withes. Not only was he wayworn with his journey and exposure to the sun, ...” [= Duduknya ia di bawah ‘pohon arar’ disebutkan bukan untuk menunjukkan bahwa ia mendapatkan kesenangan / bantuan dari bayang-bayang yang cukup, tetapi sebaliknya untuk menunjukkan betapa sedikitnya naungan yang bisa ia dapatkan. Kata itu (רתם) ditafsirkan seperti dalam text oleh orang-orang Ibrani, oleh Jerome, dan Vulgate; tetapi itu sebetulnya adalah genista (sapu), semak dengan bunga berwarna kuning yang tumbuh di gurun, dan yang mendapatkan namanya (dari רתם ‘mengikat’) dari kekuatan atau keuletan dari ranting-rantingnya, yang digunakan untuk pengikat. Bukan saja ia sangat lelah karena perjalanannya dan kepanasan karena matahari, ...] - hal 471.

Catatan: intinya, pohon jenis itu sebetulnya tak memberi bayang-bayang yang cukup untuk melindungi dia dari cuaca yang sangat panas.

d. Dosa, dimana ia meninggalkan tempat / pelayanan tanpa ijin Tuhan.

Pulpit Commentary: “his despondency deepened as he lost himself in the solitudes of wilderness. His was the inward disquietude which will always be the penalty of a man’s having weakly or wilfully deserted the path of duty. When good men place themselves in a false position, they must expect the shadow of some morbid condition of feeling to fall upon their spirit. When the hands of those who ought to be busy about some work for God are idle, their hearts are left a prey to all sorts of evil influences. Religious activity is one of the main secrets of religious health.” [= keputusasaannya makin mendalam pada waktu ia menyembunyikan dirinya sendiri dalam kesunyian padang gurun. Ia mengalami ketidaktenangan batin yang selalu merupakan hukuman bagi orang yang meninggalkan kewajiban baik karena kelemahan maupun karena sengaja. Pada saat orang yang saleh menempatkan dirinya pada posisi yang salah, mereka harus mengharapkan bayangan dari kondisi yang tak sehat dari perasaan untuk jatuh pada roh mereka. Pada waktu tangan mereka yang seharusnya sibuk dengan pekerjaan untuk Allah menjadi malas, hati mereka ditinggalkan sebagai mangsa dari segala macam pengaruh jahat. Aktivitas agama / rohani merupakan salah satu dari rahasia utama kesehatan agama / rohani.] - hal 475.

Penerapan: kalau orang yang tadinya melayani lalu berhenti dari pelayanan bisa mengalami kejatuhan rohani / depresi, bagaimana dengan orang yang tidak pernah mau melayani? Karena itu selalulah berusaha supaya saudara bisa berguna untuk Tuhan!

e. Kesepian.

Mungkin depresi yang dialami Elia juga disebabkan atau diperparah oleh kesepian / kesendirian. Bdk. 1Raja-Raja 19: 3 ia meninggalkan bujangnya di Bersyeba dan masuk ke padang gurun seorang diri. Juga ay 10,14 - ‘hanya aku seorang dirilah yang masih hidup’.

Bdk. Ibrani 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”.

3. Mengapa Tuhan membiarkan Elia jatuh seperti ini?

a. Untuk menunjukkan bahwa manusia yang terhebatpun akan hancur kalau Tuhan tidak menolongnya.

Pulpit Commentary: “So unstable are the grandest forms of human virtue, and so weak are the noblest of men when God is pleased for a while to leave them to themselves.” [= Begitu tidak stabil bentuk yang teragung dari kebaikan / sifat baik manusia, dan begitu lemah manusia yang paling mulia pada waktu Allah berkenan untuk sementara waktu meninggalkan mereka pada diri mereka sendiri.] - hal 474.

Karena itu selalulah bersandar kepada Tuhan!

b. Mungkin supaya Elia tetap sadar akan kelemahannya dan tidak menjadi sombong.

Bdk. 2Korintus 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

Atau bahkan mungkin untuk mempertobatkan Elia dari kesombongannya, karena kata-katanya dalam ay 4b - ‘sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku’ - sangat mungkin menunjukkan bahwa tadinya ia menganggap dirinya lebih baik dari nenek moyangnya.

II) Pengobatan Tuhan.

1) Memberi istirahat, makan, dan minum, dan semua ini memberi Elia kekuatan (ay 5-8).

1Raja-Raja 19: 5-8: “(5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ‘Bangunlah, makanlah!’ (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (7) Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ‘Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.’ (8) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”.

a) Dalam 1Raja-Raja 19: 5-8 Tuhan memberi tidur, makan dan minum kepada Elia.

Tuhan tahu bahwa salah satu penyebab depresinya adalah kelelahan dan kelemahan fisik, karena lari dari Yizreel ke Bersyeba dan lalu ke padang gurun, tanpa makanan ataupun minuman. Karena itu sekarang Tuhan menangani kelelahan fisik ini melalui pemberian istirahat, makanan dan minuman.

Pulpit Commentary: “The disease of the mind is to be cured by first removing the weakness of the body, which was one of its causes. It is a suggestive incident. Our physical nature is as truly an object of Divine thought and care as the spiritual.” [= Penyakit pikiran harus disembuhkan dengan pertama-tama membuang kelemahan tubuh, yang merupakan salah satu penyebabnya. Ini merupakan peristiwa yang memberikan suatu gagasan. Tubuh / fisik kita merupakan obyek pemikiran dan pemeliharaan ilahi sama seperti rohani kita.] - hal 475.

Penerapan: jangan kuatir terhadap krisis ekonomi, harga barang-barang dan makanan yang naik, dsb, karena Tuhan memperhatikan jasmani kita!

Bdk. Matius 6:30-32 - “(30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”.

Mat 15:32 - “Lalu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata: ‘HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.’”.

b) Ini menunjukkan bahwa ketidak-sabaran, ketidak-percayaan dan ketidak-setiaan Elia, tidak membuang / mengurangi perhatian dan kasih Allah kepadanya!

Bdk. Mazmur 103:14 - “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

c) Kitab Suci sering menceritakan pemberian makan secara mujijat.

1. Israel mendapat manna selama 40 tahun dan juga burung puyuh (Kel 16:13-35 Bil 11:31--32 Ul 8:3,4,16).

2. Elia dan janda miskin serta anaknya diberi makan secara mujijat dengan tepung dan minyak yang tidak habis-habisnya (1Raja 17:14-16).

3. Elisa memberi makan 100 orang (2Raja 4:42-44)

4. Yesus memberi makan 5000 orang (Matius 14:15-21 Markus 6:35-44 Lukas 9:12-17 Yohanes 6:1-15).

5. Yesus memberi makan 4000 orang (Matius 15:32-38 Markus 8:1-10).

6. Yesus diberi makan di padang gurun (Matius 4:11).

Dari semua ini jelas bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari kehendak Tuhan!

Matius 4:4 - “Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”. Bdk. Ul 8:3.

Ulangan 8:3 - “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.”.

d) Oleh kekuatan makanan itu Elia berjalan 40 hari 40 malam ke gunung Horeb (1Raja-Raja 19: 8).

1. Jarak Bersyeba - Horeb ada yang mengatakan 150 mil, ada yang mengatakan 130 mil, tetapi di peta 200 mil.

2. Elia puasa 40 hari 40 malam. Orang lain yang melakukan hal ini adalah Musa (Kel 34:28) dan Yesus (Mat 4:2), dan ketiga orang ini bertemu di puncak gunung waktu Yesus dimuliakan (Mat 17:3).

2) Pertemuan Elia dengan Tuhan (ay 9-14).

a) Ay 9b,13b: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’.

NIV: “What are you doing here, Elijah?” [= Apa yang sedang engkau lakukan di sini Elia?].

Ay 9b,13b ini sekalipun lembut tetapi tetap merupakan teguran. Pertanyaan ini secara implicit juga menunjukkan bahwa pada saat itu Elia bisa lebih berguna di tempat lain.

Pulpit Commentary: “Wherever we are it behoves us to ask ourselves what business we have here. Everywhere our first business is to glorify God.” [= Dimanapun kita berada kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri apa yang kita lakukan di sini. Dimanapun, urusan pertama kita adalah memuliakan Allah.] - hal 471.

Bdk. 1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

b) Ay 10a,14a: “Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, ...”.

1Raja-Raja 19: 10a,14a (NIV): “I have been very zealous for the LORD God Almighty” [= Aku telah sangat bersemangat untuk TUHAN Allah yang maha-kuasa].

Tuhan menanyakan apa yang sedang ia lakukan saat itu, tetapi Elia menjawab tentang apa yang ia lakukan dahulu.

Banyak orang kristen yang kalau mendapat pertanyaan serupa, juga menjawab seperti Elia: ‘Dulu aku guru sekolah minggu’. ‘Dulu aku majelis’. Dsb. Yang penting adalah: ‘SEKARANG bagaimana???

Jawaban Elia dalam 1Raja-Raja 19: 10,14 itu sudah menunjukkan bahwa ia salah karena pada saat itu tidak melakukan apa-apa. Tetapi ada banyak jemaat / orang kristen yang bahkan menjawab seperti Elia saja tidak dapat, karena mereka tidak pernah melakukan pekerjaan / pelayanan apa-apa, dulu maupun SEKARANG!

c) Ay 10b,14b: ‘orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku’.

1. Ini menunjukkan bahwa Elia berbicara negatif tentang Israel.

Pulpit Commentary: “The motive of his intercession to God against Israel is not personal revenge, but zeal for Jehovah. And though we are bound, as Christians, to love our enemies, that does not say that we are to love the enemies of God. There is spurious charity in high favour which the Scriptures do not sanction.” [= Motivasi dari doa syafaatnya kepada Allah menentang Israel bukanlah balas dendam pribadi, tetapi semangatnya untuk Yehovah. Dan sekalipun sebagai orang kristen kita harus mengasihi musuh kita, itu tidak berarti bahwa kita harus mengasihi musuh Allah. Ada kasih yang palsu yang disenangi banyak orang, tetapi tidak didukung oleh Kitab Suci.] - hal 472.

Sebagai dukungan terhadap kutipan di atas, bacalah 3 ayat di bawah ini:

a. 2Taw 19:2b - “Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau.”.

Ini adalah kata-kata Tuhan melalui Yehu kepada Yosafat, karena ia bersahabat dengan Ahab!

b. Mazmur 139:21-22 - “(21) Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.”.

c. 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Ayat ini harus saudara pikirkan dan taati pada waktu saudara berhadapan dengan nabi-nabi palsu!

2. Ini menunjukkan bahwa Elia merasa bahwa pelayanannya tidak berbuah.

Pulpit Commentary: “We know that no work, really and truly done for God, can be wasted (Isa. 55:11); but we are often tempted to think it is. ... it is for our comfort to remember, in times of depression, that the greatest of the prophets saw little or no fruit of his labours.” [= Kita tahu bahwa tidak ada pekerjaan, yang sungguh-sungguh dan betul-betul dilakukan bagi Allah, bisa sia-sia (Yes 55:11); tetapi kita sering dicobai untuk berpikir demikian. ... merupakan sesuatu yang menghibur kita untuk mengingat pada masa depresi bahwa nabi yang terbesar melihat sedikit atau tidak ada buah dari jerih-payahnya.] - hal 391.

Bdk. Yes 55:10-11 - “(10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, (11) demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”.

Bdk. 1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam (persekutuan dengan) Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”.

Catatan: bagian yang saya letakkan dalam tanda kurung itu seharusnya tidak ada.


d) 1Raja-Raja 19: 11a: “Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’. Maka TUHAN lalu!”.

NASB, KJV, RSV seperti Kitab Suci Indonesia.

NIV: “The LORD said, ‘Go out and stand on the mountain in the presence of the LORD, for the LORD is about to pass by’” [= TUHAN berkata: ‘Keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan TUHAN, karena TUHAN akan lalu / lewat’].

e) 1Raja-Raja 19: 11-12: “(11) Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’ Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.”.

Tuhan tidak ada dalam angin besar dan kuat, gempa maupun api, tetapi ada dalam ‘angin sepoi-sepoi basa’. NIV menterjemahkan ‘a gentle whisper’ [= suatu bisikan / bunyi angin yang lembut]. Apa arti semua ini?

Keil & Delitzsch mengutip Herder: “The design of the vision was to show to the fiery zeal of the prophet, who wanted to reform everything by means of the tempest, the gentle way which God pursues, and to proclaim the long-suffering and mildness of His nature, ...” [= Tujuan dari penglihatan itu adalah menunjukkan kepada semangat yang berapi-api dari sang nabi, yang ingin mereformasi segala sesuatu dengan menggunakan badai, cara yang lembut yang ditempuh Allah, dan menyatakan sifatNya yang panjang sabar dan halus / lembut, ...] - hal 258.

Keil & Delitzsch: “But now the Lord was not in these terrible phenomena; to signify to the prophet that He did not work in His earthly kingdom with the destroying zeal of wrath, or with the pitiless severity of judgment.” [= Tetapi Tuhan tidak ada dalam kejadian alam yang mengerikan ini; menunjukkan kepada sang nabi bahwa Ia tidak bekerja dalam Kerajaan duniawiNya dengan semangat kemarahan yang menghancurkan, atau dengan kekerasan penghakiman yang tidak berbelas kasihan.] - hal 258.

Saya berpendapat bahwa penafsiran di atas ini SALAH karena:

1. Ay 11-12 menunjukkan sikap Tuhan kepada Elia, bukan kepada Israel / Ahab / Izebel.

2. 1Raja-Raja 19: 15-17 menunjukkan Tuhan akan menghukum Israel.

3. Dialog Tuhan - Elia dalam 1Raja-Raja 19: 13-18 sedikitpun tidak menyinggung hal ini.

4. Pelayanan / sikap Elia sesudah ini tidak berubah dari sebelumnya, misalnya lihat 1Raja 21:17-dst (tentang kebun anggur Nabot), dan juga 2Raja 1:1-18 (Elia menurunkan api dari langit untuk membinasakan orang-orang yang mau menangkapnya).

Saya berpendapat bahwa semua ini menunjukkan sikap Allah terhadap Elia. Sekalipun Elia salah / jatuh, tetapi Tuhan tetap tidak datang kepadanya dalam gempa, angin atau api, yang semuanya merupakan simbol hukuman Tuhan (Maz 18:8-15), tetapi Tuhan datang dalam kelembutan dan kasih.

Penerapan: ini juga berlaku bagi diri saudara. Asal saudara betul-betul adalah seorang anak Allah, maka pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, janganlah membayangkan bahwa Allah murka kepada saudara (kecuali kalau saudara dengan sikap tegar tengkuk tidak mau bertobat dari dosa itu).

Karena adanya penebusan Yesus Kristus, Tuhan selalu menghadapi saudara dengan kasih dan kelembutan seorang Bapa kepada anakNya.

Bdk. Mazmur 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

3) Koreksi terhadap Elia (1Raja-Raja 19: 15-18).

1Raja-Raja 19: 15-18: “(15) Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (16) Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. (17) Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa. (18) Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

a) 1Raja-Raja 19: 15: ‘Pergilah, kembalilah’.

Ini harus dilakukan oleh setiap orang yang meninggalkan pelayanan tanpa ijin Tuhan!

Dalam Pulpit Commentary (hal 469) diceritakan sebuah dongeng tentang rasul Tomas. Dikatakan bahwa suatu hari Tomas kembali ragu-ragu akan kebangkitan Yesus. Ia lalu mencari rasul-rasul yang lain, dan mulai menceritakan keragu-raguannya itu. Tetapi semua rasul itu memandangnya dengan heran, dan lalu menjawab bahwa mereka menyesal atas apa yang Tomas alami itu, tetapi mereka begitu sibuk dalam pelayanan sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita Tomas itu lebih lanjut. Tomas lalu mencari perempuan-perempuan pengikut Yesus, dan lalu mulai menceritakan keragu-raguannya kepada mereka. Tetapi perempuan-perempuan itu bereaksi secara sama dengan rasul-rasul tadi. Akhirnya Tomas merenung, dan lalu berpikir bahwa mungkin karena mereka begitu sibuk dalam pelayanan, maka mereka bebas dari keragu-raguan itu. Ia lalu pergi ke Parthia dan menyibukkan dirinya dengan pemberitaan Injil, dan sejak saat itu ia tidak pernah ragu-ragu lagi tentang kebangkitan Yesus.

Ini mungkin cuma dongeng, tetapi ada kebenarannya yaitu: ‘pelayanan’ menguatkan iman, sedangkan ‘tidak melayani’ atau ‘berhenti melayani’ merusak iman!

Dan satu hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam kasus Elia ini Tuhan mengobati Elia yang sedang depresi itu dengan menyuruhnya melakukan pelayanan kembali!

b) 1Raja-Raja 19: 15-17 menunjukkan pelayanan yang Tuhan kehendaki dari Elia.

Ini merupakan ayat sukar, karena Elisa, Yehu dan Hazael tidak diurapi oleh Elia.

1. Elisa memang menggantikan Elia tetapi tidak diurapi oleh Elia.

2. Yehu diurapi, tetapi bukan oleh Elia ataupun Elisa tetapi oleh nabi muda yang disuruh oleh Elisa (2Raja 9:1,6).

3. Hazael dinubuatkan menjadi raja oleh Elisa tetapi tidak diurapi (2Raja 8:7-15).

Mungkin ‘urapi’ di sini harus diartikan ‘appoint’ [= menunjuk / menentukan / mengangkat], atau seperti kata-kata Adam Clarke: “it is probable that the word ‘anoint’, here signifies no more than ‘the call to the office’,” [= adalah mungkin bahwa kata ‘mengurapi’, di sini berarti tidak lebih dari ‘panggilan untuk jabatan’,] - hal 464.

Alasan pandangan ini:

a. Tidak pernah ada cerita pengurapan atas nabi. Tetapi bandingkan dengan:

1Taw 16:22 / Mazmur 105:15 - “‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabiKu!’”.

Catatan: bunyi kedua ayat ini persis sama.

b. Elia bisa mengurapi Elisa tetapi tetap tidak melakukannya.

Penggenapan nubuat ini dalam diri Hazael, Yehu dan Elisa.

(1) Tentang Hazael lihat 2Raja 8:12 10:32 13:3,22.

(2) Yehu menjadi raja atas Israel. Ini memastikan jatuhnya Ahab dan Izebel (bdk. 2Raja 9:24-33 10:1-28).

(3) Kata-kata ‘dibunuh oleh Elisa’ (1Raja-Raja 19: 17) tidak boleh diartikan hurufiah.

Bdk. Hossea 6:5 - “Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulutKu, dan hukumKu keluar seperti terang.”.

1Raja-Raja 19: 15-17 dikatakan oleh Tuhan bukan hanya untuk menunjukkan pelayanan yang Ia kehendaki dari Elia, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa Ia akan menghukum Israel / Ahab / Izebel (ini nyata terlihat dari pengangkatan Yehu menjadi raja Israel). Ini merupakan penghiburan bagi Elia karena ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan terus menerus dosa Ahab dan Izebel.

c) 1Raja-Raja 19: 18: “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

1. Tense dari 1Raja-Raja 19: 18.

‘Aku akan meninggalkan’ [= RSV/NASB].

NIV: Yet I reserve 7000 ... [= Tetapi Aku menyimpan / menjaga 7000 ...]. Ini menggunakan present tense.

KJV: Yet I have left me ... [= Tetapi Aku telah meninggalkan untukKu ...]. Ini menggunakan perfect tense!

Bandingkan dengan Roma 11:4 yang mengutip 1Raja-raja 19:18 ini.

Roma 11:2b-4 - “(2b) Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: (3) ‘Tuhan, nabi-nabiMu telah mereka bunuh, mezbah-mezbahMu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (4) Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? ‘Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagiKu, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.’”.

Catatan: Untuk Roma 11:4 ini semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ke dalam past tense / bentuk lampau.

2. 1Raja-Raja 19: 18 akhir: ‘dan yang mulutnya tidak mencium dia’.

Memang orang-orang kafir yang menyembah berhala sering melakukan praktek penciuman terhadap patung berhala mereka.

Bdk. Ayub 31:26-27 - kecupan tangan terhadap matahari. Hosea 13:2 - mencium anak lembu.

Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”.

Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!”.

Juga sampai jaman sekarang, gereja-gereja tertentu masih melakukan praktek mencium patung!

3. Kata ‘Aku’ dalam 1Raja-Raja 19: 18 menunjukkan bahwa adanya ‘remnant’ [= sisa] yang setia kepada Tuhan, merupakan pekerjaan Allah sendiri.

Bdk. Roma 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

Kalau banyak orang murtad / meninggalkan Tuhan, dan saudara bisa tetap setia, jangan sombong dan merasa lebih baik dari orang banyak itu. Saudara bisa setia hanya karena pekerjaan Tuhan dalam diri saudara. Tanpa itu saudara mungkin akan menjadi lebih buruk dari orang banyak itu!

4. 1Raja-Raja 19: 18 ini diucapkan Tuhan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elia tidak sia-sia, dan bahwa kata-kata Elia dalam ay 10,14 tidak benar. Memang depresi membuat segala sesuatu terlihat lebih gelap dari yang sebenarnya.

Penutup:

Sesuatu yang luar biasa dari Elia adalah bahwa ia lalu taat kepada perintah Tuhan dan ia kembali melakukan pelayanan (1Raja-Raja 19: 19-21). Dan justru semua itu mengangkat dia dari kejatuhannya / depresinya.

Kiranya seluruh pelajaran ini bisa menolong saudara kalau sedang mengalami depresi / kejatuhan rohani seperti Elia! Berhenti dari pelayanan justru membuat semua hancur. Terus tekun dan gigih dalam pelayanan di tengah-tengah hal-hal yang menyakitkan dan mengecewakan, membuat kita bangkit kembali, atau lebih tepat, membuat Tuhan membangkitkan kita kembali!

Yang mana pilihan saudara? Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian dalam memilih yang benar! 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post