EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-40

Pdt. Budi Asali, M. Div.
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-40
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-40. 1Raja-Raja 18:1-40 - “(1) Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’ (2) Lalu pergilah Elia memperlihatkan diri kepada Ahab. Adapun kelaparan itu berat di Samaria. (3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. (4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. (5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain. (7) Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’ (8) Jawab Elia kepadanya: ‘Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada.’ (9) Tetapi jawab Obaja: ‘Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? (10) Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. (11) Dan sekarang engkau berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada. (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? (14) Dan sekarang, mengapa engkau ini berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada! Ia pasti akan membunuh aku.’ (15) Jawab Elia: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.’ (16) Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. (17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’ (18) Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. (19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’ (20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. (22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ‘Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. (23) Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. (24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!’ Seluruh rakyat menyahut, katanya: ‘Baiklah demikian!’ (25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. (30) Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: ‘Datanglah dekat kepadaku!’ Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. (31) Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. - Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: ‘Engkau akan bernama Israel.’ - (32) Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. (33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. (34) Sesudah itu ia berkata: ‘Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!’ Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk kedua kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, (35) sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. (36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’ (38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. (39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’ (40) Kata Elia kepada mereka: ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorangpun dari mereka tidak boleh luput.’ Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.”.

I) Tuhan menyuruh Elia menghadap Ahab.

1) Tuhan menyuruh Elia menghadap Ahab, karena Ia hendak memberi hujan (1Raja-Raja 18: 1).

Ay 1: “Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’”.

a) Ini terjadi pada tahun yang ke tiga.

‘Tahun yang ke tiga’ berarti maximum 3 tahun. Ini tidak bertentangan dengan Yak 5:17 dan Luk 4:25 yang mengatakan 3,5 tahun, karena ‘tahun yang ke tiga’ dalam 1Raja 18:1 ini adalah lamanya Elia di Sarfat, tetapi tidak mencakup saat Elia ada di tepi Sungai Kerit. Jadi, 3,5 tahun adalah jumlah waktu Elia berada di tepi Sungai Kerit dan di Sarfat.

b) Mengapa Tuhan mau memberi hujan, padahal Ahab dan Israel belum bertobat?

Ini baru pemberitahuan! Kalau saudara perhatikan cerita ini selanjutnya, Tuhan baru betul-betul memberi hujan setelah Israel bertobat (1Raja-Raja 18: 39-45).

Bagaimana kalau setelah diberitakan ternyata Israelnya tidak bertobat? Tidak mungkin! Karena Tuhan tahu, bahkan sudah menentukan, bahwa pertobatan itu akan terjadi, maka Tuhan memberitahukan hujan itu terlebih dahulu. Ingat juga bahwa pertobatan adalah pekerjaan Tuhan (ay 37b).

1Raja-Raja 18: 37: “Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’”.

Bdk. Kis 11:18 - “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: ‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.

c) Elia taat pada perintah Tuhan, dan melalui pertemuan dengan Obaja, akhirnya Elia bertemu dengan Ahab (ay 2,7-17).

Sekalipun dalam pertemuan dengan Obaja, Obaja menceritakan bahwa Ahab mencari Elia dimana-mana (1Raja-Raja 18: 10), Elia tetap tidak takut untuk bertemu dengan Ahab. Selain merupakan suatu keberanian yang luar biasa, ini juga merupakan suatu ketundukan yang luar biasa kepada Tuhan.

2) Pertemuan Elia dengan Ahab (ay 17-19).

a) Pada waktu Ahab bertemu dengan Elia, ia menyalahkan Elia (1Raja-Raja 18: 17), tetapi Elia bukan diam saja, tetapi menangkis tuduhan dan melemparkannya kepada Ahab dan keluarganya (ay 18). Dosa merekalah yang mencelakakan Israel!

Ay 17-18: “(17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’ (18) Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.”.

Penerapan: orang Kristen tak seharusnya menerima begitu saja pada waktu ia tak bersalah tetapi dipersalahkan. Selama itu memungkinkan, kita harus membantah fitnahan seperti itu! Membiarkan fitnahan seperti itu, sama dengan mempermalukan diri sendiri, dan pada akhirnya juga mempermalukan Tuhan!

b) Elia lalu menyuruh Ahab mengumpulkan seluruh Israel dan nabi-nabi Baal dan Asyera di gunung Karmel (1Raja-Raja 18: 19), dan Ahab mentaatinya (1Raja-Raja 18: 20).

Ay 19-20: “(19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’ (20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel.”.

Mengapa Ahab mau menuruti kata-kata Elia? Karena situasi saat itu sudah sangat gawat gara-gara kekeringan dan kelaparan, dan disamping itu juga karena Tuhan bekerja dalam hatinya.

Bdk. Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.

Tetapi kelihatannya yang dikumpulkan oleh Ahab hanya seluruh Israel dan nabi-nabi Baal saja (perhatikan bahwa ay 21,22,25,26,40 hanya menyebut ‘Baal’ tetapi tidak menyebut ‘Asyera’).

Adam Clarke mengatakan bahwa raja dan pelayan-pelayannya menyembah dewa Baal dan mempunyai nabi-nabi sendiri, sedangkan ratu dan pelayan-pelayannya menyembah dewi Asyera dan mempunyai nabi-nabinya sendiri. Yang mendapat makan dari meja Izebel adalah nabi-nabi Asyera (1Raja-Raja 18: 19). Karena itu, sekalipun Elia menyuruh Ahab membawa nabi-nabi Baal dan Asyera, tetapi, yang dibawa oleh Ahab dan lalu bertanding dengan Elia di gunung Karmel hanya nabi-nabi Baal.

II) Pertandingan Elia vs nabi-nabi Baal.

1) Elia berbicara kepada rakyat Israel (ay 21-24a).

a) Ay 21a: “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia’”.

Beberapa hal yang perlu disoroti:

1. Yang dipedulikan oleh Elia adalah rakyat, bukan Ahab ataupun nabi-nabi Baal (bdk. juga ay 30). Mungkin Elia menganggap bahwa tokoh-tokoh penyesat itu tidak ada harapan untuk bertobat, sedangkan rakyat yang hanya ikut-ikutan itu, lebih mungkin dipertobatkan. Tetapi mungkin juga karena ia lebih memperhatikan dan menekankan orang banyak, dari pada beberapa orang yang mempunyai kedudukan tinggi. Ini adalah sikap yang berbeda sekali dengan kebanyakan pengkhotbah jaman sekarang, yang kalau kebaktiannya (Natal, Paskah, dsb) dihadiri pejabat tinggi, lalu lebih memperhatikan pejabatnya dibandingkan orang banyak.

2. Perhatikan kata-kata ‘berapa lama lagi’? Kalau kita menderita atau kalau doa kita tidak dijawab, maka kita sering menanyakan pertanyaan seperti ini. Berapa lama lagi aku harus menderita? Berapa lama lagi baru doaku bisa dijawab? Tetapi kita sering berlambat-lambat dalam pertobatan dari dosa, sehingga Tuhan harus menanyakan: berapa lama lagi baru kamu mau bertobat?

3. ‘berlaku timpang’ (1Raja-Raja 18: 21). Dalam bahasa Ibraninya kata yang digunakan sama dengan kata ‘berjingkat-jingkat’ [NIV: ‘danced’ {= menari-nari}] dalam ay 26. Ini menunjukkan bahwa Israel saat itu terombang-ambing antara Yahweh dan Baal, dan mungkin menggabungkan keduanya dalam ibadah mereka. Tetapi Elia menentang syncretisme [= kepercayaan kepada lebih dari satu agama] semacam ini. Karena itu jangan menggabungkan Yesus dengan suhu, Gunung Kawi, klenteng, berhala, Maria, magic, kebatinan, agama lain, dsb! Ingat bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu (Kel 20:3-5)!

4. Bagaimana kalau kata ‘Baal’ dalam ay 21 ini diganti dengan ‘Mammon’ [= dewa uang], lalu pertanyaan ini ditanyakan kepada saudara?

b) 1Raja-Raja 18: 22: nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang, nabi TUHAN hanya Elia.

1. Karena itu jangan heran kalau jaman sekarangpun nabi palsu jauh lebih banyak dari nabi asli!

2. Kalah jumlah tidak perlu menyebabkan kita menjadi kecil hati atau takut!

c) Ay 23-24a: Elia mengajak bertanding untuk mendatangkan api.

1. Mengapa tidak mengadakan pertandingan untuk menurunkan hujan? Bukankah itu yang sangat dibutuhkan pada saat itu? Karena Tuhan tidak mau memberi hujan sebelum Ia diakui sebagai Allah.

2. Mengapa Elia memilih pertandingan untuk menurunkan api? Karena Baal dianggap sebagai dewa kesuburan (jadi berkuasa atas hujan, petir, dsb), dewa matahari, dewa api, dan tuhan dari semua elemen dan kekuatan alam. Dengan demikian Elia mengajak melakukan pertandingan di daerah kekuasaan Baal, atau di titik kuat Baal, sehingga rakyat tidak mempunyai alasan untuk menolak pertandingan itu.

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol I: “His character as the storm-god is expressed on a sculptured stele. In his left hand he is seen grasping a thunderbolt ...” [= Karakternya sebagai dewa badai dinyatakan dalam sebuah monumen patung / pahatan. Di tangan kirinya ia terlihat memegang sebuah petir ...] - hal 377.

Pulpit Commentary: “... it must be remembered that Baal claimed to be the Sun-god and Lord of the elements and forces of nature;” [= ... perlu diingat bahwa Baal diklaim sebagai dewa matahari dan Tuhan dari elemen-elemen dan kekuatan-kekuatan alam;] - hal 422.

Pulpit Commentary: “Baal was the fire-god. ... His name designated him as the lord or ruler. It comes from the verb (lahmed-ahyin-beth) to own or possess, to be master of.” [= Baal adalah dewa api. ... Namanya menunjukkan dia sebagai tuhan atau penguasa / pemerintah. Itu datang dari kata kerja (lahmed-ayin-beth) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, ‘menjadi tuan dari’.] - hal 444.

Catatan: lahmed - ayin - beth adalah 3 huruf dalam abjad Ibrani yang membentuk kata ‘Baal’ (dibaca dari kanan ke kiri).

Barnes’ Notes: “The Baal-worshippers were no doubt in the habit of attributing thunder and lightning to their god - the great Nature-power - and thus had no excuse for declining Elijah’s challenge.” [= Tidak diragukan lagi bahwa para penyembah Baal itu mempunyai kebiasaan untuk menghubungkan guruh dan petir dengan dewa mereka - kuasa-alam yang besar - dan dengan demikian tidak punya alasan untuk menolak tantangan Elia.].

3. Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar (kalau ada allah besar dan allah kecil, itu jadi polytheisme!), tetapi untuk menentukan yang mana yang adalah Allah yang benar. Yang satunya bukan allah!

4. Jangan meniru apa yang Elia lakukan ini dengan menantang orang agama lain atau orang yang mempraktekkan magic, tenaga dalam dsb, kecuali saudara sungguh-sungguh diperintah oleh Tuhan!

2) Pertandingan mendatangkan api.

Rakyat menyetujui usul Elia itu (ay 24b) dan pertandingan dilaksanakan.

a) Nabi-nabi Baal mendapat giliran lebih dulu (ay 25-29).

1. Kebaktian dengan berteriak-teriak dan meloncat-loncat / menari-nari (ay 26,28). Ini mirip dengan Kharismatik.

2. Dalam berdoa / meminta, mereka mengulang kata-kata yang sama terus menerus (ay 26 bdk. Mat 6:7 dimana Yesus melarang doa yang bertele-tele.).

Pulpit Commentary: “They thought they would be heard for their much speaking” [= Mereka mengira bahwa mereka akan didengar karena banyaknya kata-kata mereka] - hal 423.

3. Tetapi tidak ada suara / jawaban dari Baal (ay 26b), dan karena itu Elia mulai mengejek mereka (ay 27).

Ay 26-27: “(26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.

a. Elia mengejek nabi-nabi Baal itu, beserta dengan dewa mereka! Dari sini apakah bisa ditarik kesimpulan bahwa orang Kristen / pendeta harus bersikap ramah, lemah lembut dsb, pada waktu berhadapan dengan nabi-nabi palsu? Hanya orang bodoh yang tidak pernah membaca Alkitab yang mempercayai hal itu!

Matthew Poole: “By this example we see that all jesting is not unlawful, but only that which intrencheth upon piety and good manners.” [= Oleh teladan ini kita melihat bahwa tidak semua olok-olok / ejekan salah, tetapi hanya yang mengganggu / melanggar kesalehan dan kelakuan baik.] - hal 701.

b. ‘mungkin ia merenung’ (1Raja-Raja 18: 27).

NIV: ‘perhaps he is deep in thought’ [= mungkin ia sedang merenung].

KJV: ‘he is talking’ [= ia sedang berbicara].

Barnes’ Notes: “He is ‘talking,’ or ‘meditating;’ the word used has both senses, for the Hebrews regarded ‘meditation’ as ‘talking with oneself;’” [= Ia sedang ‘berbicara’ atau ‘bermeditasi’; kata yang digunakan itu mempunyai kedua arti, karena orang Ibrani menganggap ‘meditasi’ sebagai ‘berbicara dengan dirinya sendiri’;].

c. Barnes’ Notes: “The heathen gods, as we know from the Greek and Latin classics, ate and drank, went on journeys, slept, conversed, quarrelled, fought.” [= Dewa-dewa kafir, seperti yang kita ketahui dari sastra Yunani dan Latin, makan dan minum, bepergian, tidur, bercakap-cakap, bertengkar, berkelahi.].

4. Mereka menuruti kata-kata Elia dan mereka memanggil dengan lebih keras, bahkan lalu melukai diri mereka sendiri dengan pedang dan tombak (1Raja-Raja 18: 28).

Ay 28: “Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.”.

a. Mungkin mereka menyakiti diri sendiri supaya dewanya kasihan dan lalu mengabulkan doa mereka. Ada orang kristen yang melakukan hal yang sama dengan berpuasa. Mereka berpuasa supaya Tuhan kasihan dan lalu mengabulkan doa mereka. Ini jelas merupakan cara / motivasi berpuasa yang salah!

b. Barnes’ Notes: “... when the frenzy had reached its height, knives were drawn, and the blood spirted forth from hundreds of self-inflicted wounds, while an ecstasy of enthusiasm seized many, and they poured forth incoherent phrases, or perhaps unintelligible jargon, which was believed to come from divine inspiration, and constituted one of their modes of prophecy.” [= ... ketika kegila-gilaan itu telah mencapai puncaknya, pisau dihunus, dan darah muncrat dari ratusan luka-luka yang ditimbulkan sendiri, sementara kegembiraan dari semangat mencekam banyak orang, dan mereka mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang kacau / membingungkan, atau mungkin logat tertentu yang tidak dapat dimengerti, yang dipercaya datang dari ilham ilahi, dan membentuk salah satu dari cara mereka bernubuat.].

Catatan: bagian akhir kutipan ini lagi-lagi mirip dengan praktek dari banyak gereja Kharismatik!

c. Pulpit Commentary: “It is perfectly clear that their faith in Baal was sincere and profound.” [= Jelas bahwa iman mereka kepada Baal adalah tulus dan mendalam.] - hal 423.

Ingat, orang bisa sesat SECARA TULUS, sekalipun jelas ada banyak juga yang sesat secara sengaja dan sadar, karena menginginkan keuntungan-keuntungan tertentu!!

Amsal 14:12 - “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”.

d. Orang-orang sesat ini berdoa dengan tekun; adalah memalukan kalau kita tidak demikian.

5. Mereka kerasukan (1Raja-Raja 18: 29). Ini salah terjemahan!

1Raja-Raja 18: 29: “Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.”.

RSV: ‘they raved on’ [= mereka terus mengoceh].

NASB: ‘they raved’ [= mereka mengoceh].

NIV: ‘they continued their frantic prophesying’ [= mereka melanjutkan nubuat mereka yang gila-gilaan].

KJV/Lit: ‘they prophesied’ [= mereka bernubuat].

Adam Clarke mengatakan bahwa ‘bernubuat’ di sini tidak bisa diartikan ‘bernubuat’ karena tidak sesuai dengan kontext. Harus diartikan berdoa / meminta sesuatu.

6. Mereka tetap tidak mendapatkan jawaban apapun (ay 29b).

Pulpit Commentary: “Satan, if permitted, could have brought fire down (see Job 1:12,16; Rev. 13:13,14); but God restrained him.” [= Setan, jika diijinkan, bisa menurunkan api (lihat Ayub 1:12,16; Wah 13:13,14); tetapi Allah mengekang dia.] - hal 446.

Di sini Allah mengekang, tetapi tidak selalu Allah melakukan hal itu. Kalau Ia tidak mengekang, maka setan bisa menurunkan api dari langit! Karena itu jangan terlalu cepat percaya kepada seorang hamba Tuhan / nabi, hanya karena ia bisa melakukan mujijat. Saudara harus mengecheck ajarannya. Bdk. Ul 13:1-5.

Juga, doa yang dikabulkan tidak membuktikan bahwa doa itu benar, karena setanpun bisa mengabulkan doa, kalau Allah mengijinkan!

b) Elia mendatangkan api (ay 30-38).

1. Elia membuat mezbah (ay 30-32).

a. Elia membuat mezbah sendiri, dengan memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan (ay 30b).

Pulpit Commentary: “Elijah would not use the altar used by the priests of Baal. (1) The service of Jehovah must be pure. It must not be contaminated by the remotest connection with idolatrous abominations. ... (2) In repairing the disused altar of Jehovah, Elijah showed that his way was no new religion, but that of the fathers of the nation.” [= Elia tidak mau memakai mezbah yang telah dipakai oleh nabi-nabi Baal. (1) Pelayanan / kebaktian Yehovah harus murni. Itu tidak boleh dikotori oleh hubungan yang terjauh dengan penyembahan berhala yang menjijikkan. ... (2) Dengan memperbaiki mezbah Yehovah yang sudah tidak dipakai, Elia menunjukkan bahwa jalannya bukanlah agama baru, tetapi agama nenek moyang bangsa itu.] - hal 446.

b. Elia menggunakan 12 batu (1Raja-Raja 18: 31). Mengapa?

Matthew Poole: “to teach the people that though the tribes were divided as to their civil government, they ought all to be united in the worship of the same God, and in the same religion.” [= mengajar orang-orang bahwa sekalipun suku-suku itu telah terpecah berkenaan dengan pemerintahannya, mereka semua harus bersatu dalam penyembahan terhadap Allah yang sama, dan dalam agama yang sama.] - hal 702.


c. Ia membangun mezbah itu ‘demi nama TUHAN’ (1Raja-Raja 18: 32).

1Raja-Raja 18: 32: “Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih.”.

Tentu bukan berarti ia mengucapkan kata-kata itu pada waktu membangun mezbah. Tetapi artinya: ia membangun mezbah itu untuk digunakan bagi Tuhan.

2. Elia membuat parit, lalu menyiram seluruhnya dengan air, sampai parit itupun penuh dengan air (ay 32b-35).

a. Parit ini dimaksudkan untuk menahan air.

Dalam ay 32 dikatakan parit itu ‘dapat memuat dua sukat benih’.

Barnes’ Notes: “‘Two measures of seed.’ literally, ‘two seahs of seed.’ The seah contained about three gallons.” [= ‘Dua takaran benih’. Secara hurufiah, ‘dua sukat benih’. Sukat setara dengan kira-kira tiga galon.].

Catatan: satu galon = 3,78 liter.

Jadi parit itu bisa menampung sekitar 22,5 liter.

b. Penyiraman dengan banyak air dilakukan supaya terlihat bahwa ia tidak melakukan kecurangan dengan menyembunyikan api, karena ada yang menggunakan tipu muslihat seperti itu. Juga jelas supaya semua menjadi lebih sukar bagi Tuhan, sehingga mujijatnya nanti terlihat lebih menyolok.

3. Begitu Elia berdoa meminta api (ay 36-37), Tuhan langsung menjawabnya (ay 38).

1Raja-Raja 18: 38: “Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.”.

a. Perhatikan urut-urutan dalam ay 38: mula-mula yang terbakar adalah korban, baru kayu, lalu batu dan tanah dan air yang ada di parit. Ini menunjukkan api datang dari atas. Tetapi sekalipun demikian ini bukan petir, tetapi betul-betul api turun secara mujijat. Alasannya: saat itu tidak ada awan (bdk. ay 43-44), dan cara penggambarannya tidak seperti menggambarkan sambaran petir. LAI memang menterjemahkan ‘menyambar habis’ yang menunjukkan sambaran petir. Tetapi ini tidak benar terjemahannya.

1Raja-Raja 18: 38 (NIV): ‘Then the fire of the LORD fell and burned up the sacrifice ...’ [= Lalu api TUHAN jatuh / turun dan membakar habis korban, ...].

b. Hal seperti ini sudah pernah terjadi pada jaman Musa (Im 9:24), pada jaman Gideon (Hak 6:21), pada jaman Daud (1Taw 21:26) dan pada jaman Salomo (2Taw 7:1).

III) Pertobatan Israel (1Raja-Raja 18: 39-40).

1) Israel bertobat (1Raja-Raja 18: 39).

Ay 39: “Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’”.

2) Elia memerintahkan untuk menghukum mati semua nabi-nabi Baal (1Raja-Raja 18: 40).

1Raja-Raja 18: 40: “Kata Elia kepada mereka: ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorangpun dari mereka tidak boleh luput.’ Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.”.

a) Ini bukan sekedar hukuman bagi nabi-nabi palsu itu, tetapi juga untuk membuktikan pertobatan bangsa Israel itu dengan ketaatan.

b) Hukuman mati terhadap nabi-nabi palsu itu sesuai dengan:

1. Kel 22:20 - “Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas.’”.

2. Ul 13:1-18 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10) Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (11) Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (12) Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata: (13) Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, (14) maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu, (15) maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya. (16) Seluruh jarahan harus kaukumpulkan di tengah-tengah lapangan dan harus kaubakar habis kota dengan seluruh jarahan itu sebagai korban bakaran yang lengkap bagi TUHAN, Allahmu. Semuanya itu akan tetap menjadi timbunan puing untuk selamanya dan tidak akan dibangun kembali. (17) Dari barang-barang yang dikhususkan itu janganlah apapun melekat pada tanganmu, supaya TUHAN berhenti dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, menunjukkan belas kasihanNya kepadamu, mengasihani engkau dan membuat jumlahmu banyak, seperti yang dijanjikanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. (18) Sebab dengan demikian engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, untuk berpegang pada segala perintahNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, dengan melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahmu.’”.

3. Ul 17:2-7 - “(2) ‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4) dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.

Tetapi ingat bahwa pada jaman ini, apalagi di negara kita, hukum ini, yang termasuk dalam civil law / Undang-undang negara, sudah tidak berlaku lagi. Pada jaman sekarang, yang harus kita lakukan terhadap orang sesat yang tegar tengkuk, adalah pengucilan / siasat gerejani!

Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.

c) Ahab tidak melarang penghukuman mati terhadap nabi-nabinya! Rupanya iapun bertobat!

d) Charles Haddon Spurgeon:

“Take the prophets of Baal; let not one of them escape,’ is a voice which our cathedrals and parish churches might be the better for hearing. Unholy compromises are the fashion of the day; an infusion of honest blood is needed, greatly needed. Men are growing utterly careless as to religious truth, because they see the servants of God and the votaries of Baal associated in the same church and worshipping at the same altars. Sincere loyalty to God brooks not this confederacy with idolaters. Errors were suffered to remain in the national church for peace sake, and now they have become dominant, and threaten to destroy the lovers of the truth! It is now clear that every error of doctrines or ordinance is as mischievous as a prophet of Baal, and should not be endured. The world is wide, and men are only responsible to God for their beliefs; but the church should not, within her borders, suffer falsehood to propagate itself. Christians have no right to associate themselves with any church which errs in its teaching. If we see that gross error is rampant in a church, and we join it in membership, we are partakers of its sins, and we shall have to share in its punishment in the day of visitation. It is utterly false that it does not matter to what church we belong. It matters to every man who has a conscience and loves his God. I dare not associate in church fellowship with Ritualists and Rationalists; loyal subjects will not join the society of traitors.” [= ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, jangan biarkan seorangpun lolos’ adalah suara yang harus didengar dengan lebih baik di gereja-gereja kita. Kompromi-kompromi yang najis / tidak kudus merupakan mode jaman ini; suatu pemasukan darah yang jujur dibutuhkan, sangat dibutuhkan. Manusia menjadi sama sekali tidak peduli berkenaan dengan kebenaran agama, karena mereka melihat hamba-hamba Allah dan penggemar-penggemar Baal bergabung dalam gereja yang sama, dan berbakti di altar yang sama. Kesetiaan yang tulus / sungguh-sungguh kepada Allah tidak membolehkan / membiarkan persekutuan dengan penyembah berhala ini. Kesalahan dibiarkan ada dalam gereja nasional demi perdamaian, dan sekarang kesalahan-kesalahan itu menjadi dominan, dan mengancam untuk menghancurkan pecinta-pecinta kebenaran! Jelaslah sekarang bahwa setiap kesalahan doktrin atau peraturan adalah sama jahatnya dengan seorang nabi Baal, dan tidak boleh dibiarkan. Dunia ini luas, dan manusia hanya bertanggung jawab kepada Allah untuk kepercayaan mereka; tetapi gereja tidak boleh membiarkan kesalahan berkembang biak dalam daerahnya. Orang-orang kristen tidak mempunyai hak untuk menggabungkan diri mereka sendiri dengan gereja apapun yang salah pengajarannya. Jika kita melihat bahwa suatu kesalahan yang besar merajalela dalam sebuah gereja, dan kita menggabungkan diri dengan gereja itu dalam keanggotaan, kita ikut ambil bagian dalam dosanya, dan kita juga akan ikut ambil bagian dalam hukumannya, pada hari Allah melawat kita. Adalah sesuatu yang sangat salah bahwa tidak jadi soal kita termasuk gereja apa. Itu penting bagi setiap orang yang mempunyai suara hati dan mencintai Allahnya. Saya tidak berani bergaul dalam persekutuan gereja dengan Ritualists dan Rationalists; warganegara yang setia tidak akan bergabung dalam perkumpulan pengkhianat.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol XV, hal 124.

PENUTUP: 

2Yoh 1:10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”

Lagi-lagi perhatikan, Alkitab kita TIDAK mengajarkan sikap kasih, ramah, lemah lembut, terhadap nabi palsu!!!

e) Spurgeon juga menerapkan hal ini dalam pengudusan. Kita harus membasmi semua dosa! 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post