EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-17

Pdt. Budi Asali, M. Div.
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-17
EKSPOSISI I RAJA-RAJA 18:1-17. 1Raja-Raja 18:1-17 - “(1) Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’ (2) Lalu pergilah Elia memperlihatkan diri kepada Ahab. Adapun kelaparan itu berat di Samaria. (3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. (4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. (5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain. (7) Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’ (8) Jawab Elia kepadanya: ‘Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada.’ (9) Tetapi jawab Obaja: ‘Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? (10) Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. (11) Dan sekarang engkau berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada. (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? (14) Dan sekarang, mengapa engkau ini berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada! Ia pasti akan membunuh aku.’ (15) Jawab Elia: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.’ (16) Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. (17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’”.

I) Ahab dan Izebel dalam penderitaan.

1) Penderitaan Ahab.

Ahab memang tidak kekurangan makan, sebaliknya dalam hal makanan ia masih tetap berkelimpahan. Ini terlihat dari mampunya Izebel memberi makan nabi-nabinya yang berjumlah ratusan itu (1Raja-Raja 18: 19). Tetapi toh Ahab juga mempunyai penderitaan (1Raja-Raja 18: 5).

Ay 5,19: “(5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ ... (19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’”.

Penerapan: bahwa orang yang merusak gereja dan menindas kekristenan tetap hidup mewah, tidak membuktikan bahwa mereka tidak mengalami hukuman Tuhan.

2) Sikap Ahab dan Izebel dalam penderitaan:

a) Ahab menyalahkan Elia (1Raja-Raja 18: 17).

Ay 17: “Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’”.

Ada yang menghubungkan ini dengan kata-kata Yosua kepada Akhan dalam Yos 7:25, dan lalu mengatakan bahwa Ahab menganggap Elia seperti Akhan.

b) Ahab mencari Elia (1Raja-Raja 18: 10).

Ay 10: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana.”.

1. Kata-kata ‘tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau’ tidak mungkin betul-betul berarti seperti itu. Ahab tidak mungkin bisa mencari Elia ke negara dimana ia tidak mempunyai pengaruh, seperti Mesir, Syria, dsb. Tetapi kata-kata ini bukanlah dusta, tetapi merupakan suatu hyperbole [= gaya bahasa yang melebih-lebihkan].

2. Pulpit Commentary: “This persecutor was terribly in earnest. He sought the prophet in Israel. Then in neighbouring kingdoms. He even took an oath of the kingdoms that they did not shelter him. It were well for the world if men were as earnest in good as they are in evil.” [= Penganiaya ini sangat bersungguh-sungguh. Ia mencari sang nabi di Israel. Lalu di kerajaan-kerajaan tetangga. Ia bahkan mengambil sumpah dari kerajaan-kerajaan itu bahwa mereka tidak melindungi / menyembunyikan dia. Alangkah baiknya dunia ini andaikata manusia sama bersungguh-sungguhnya dalam kebaikan seperti mereka dalam kejahatan.] - hal 442.

c) Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan (ay 4a,13a).

Ay 4,13: “(4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. ... (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka?”.

1Raja-Raja 18: 13: ‘Tidakkah diberitahukan kepada tuanku’.

NIV: ‘Haven’t you heard, my lord’ [= Tidakkah engkau mendengar, tuanku].

Dari sini terlihat bahwa ada kemungkinan bahwa tindakan Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan terjadi setelah Elia bersembunyi, karena kalau itu terjadi sebelum Elia bersembunyi, pasti Obaja tidak menanyakan pertanyaan seperti itu. Jadi mungkin sekali karena mengalami penderitaan gara-gara hukuman yang diberitakan oleh Elia, maka Izebel membalas dendam kepada agama Elia dengan membunuhi nabi-nabinya. Dan Ahab membiarkan Izebel bertindak semaunya.

Kalau saudara adalah keluarga nabi-nabi yang mati dibunuh, apakah saudara lalu mengecam / mengutuk Elia?

d) Kita melihat sikap Ahab dalam ay 5.

1Raja-Raja 18: 5: “Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’”.

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari sikap Ahab dalam ay 5 ini:

1. Ahab lebih mempedulikan kuda / ternaknya dari pada rakyatnya.

Pulpit Commentary: “Note also the heartlessness of the idolater. He is more concerned for his stud than for his people.” [= Perhatikan juga tidak berperasaannya penyembah berhala ini. Ia lebih memperhatikan kumpulan kudanya dari pada rakyatnya.] - hal 440.

Penerapan: karena itu jangan heran kalau di Indonesia ini ada pejabat-pejabat yang hanya mempedulikan bisnis / keuangan pribadinya sendiri, dan tidak mempedulikan rakyat!

2. Ahab tidak bertobat dari kebodohannya, tetapi ia mau memecahkan problemnya dengan kekuatan dan usahanya sendiri (ay 5-6).

Ay 5-6: “(5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain.”.

II) Obaja dalam penderitaan.

1) Siapakah Obaja ini?

a) Ia adalah orang yang diangkat Ahab menjadi kepala istana (1Raja-Raja 18: 3).

1Raja-Raja 18: 3: “Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN.”.

Mengapa Ahab mengangkat Obaja, dan bukannya seorang penyembah Baal, untuk menjadi kepala istana? Mungkin karena ia tahu kejujuran Obaja, yang merupakan sesuatu yang penting bagi seorang kepala istana.

Pulpit Commentary: “It was not to Ahab’s interest to have a Baal-worshipper at the head of his retainers. Bad men do not care to be served by their kind.” [= Ahab tidak berminat untuk mendapatkan seorang pemuja Baal sebagai kepala pelayan-pelayannya. Orang jahat tidak mau dilayani oleh golongan mereka.] - hal 432.

Penerapan: andaikata saja semua orang kristen begitu jujur sehingga pemerintahan yang non kristen tetap lebih mau memakai orang kristen dari pada orang non kristen, maka hal itu betul-betul memuliakan Allah / Kristus.

b) Ia adalah orang yang takut akan Tuhan sejak kecil (1Raja-Raja 18: 3b,12b).

1Raja-Raja 18: 3,12: “(3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. ... (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.”.

1. Ay 3b: ‘Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN’.

NIV: ‘Obadiah was a devout believer in the Lord’ [= Obaja adalah orang percaya yang taat / saleh / bersungguh-sungguh dalam TUHAN]. Ini kurang tepat terjemahannya.

RSV: ‘Obadiah revered the LORD greatly’ [= Obaja sangat takut / hormat kepada TUHAN].

KJV/NASB: ‘Obadiah feared the LORD greatly’ [= Obaja sangat takut kepada TUHAN].

2. Ay 12b: Obaja mengaku takut kepada Tuhan sejak kecil.

Ini pentingnya pendidikan rohani untuk anak! Bdk. Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”.

Penerapan: banyak sekolah jaman sekarang yang pelajarannya terlalu berat / banyak, sehingga menyebabkan anak tidak punya waktu untuk Tuhan. Lebih baik untuk tidak memilih sekolah seperti itu untuk anak saudara. Sekalipun pendidikan sekuler penting, tetapi pendidikan rohani lebih penting!

3. Takutnya kepada Tuhan ia nyatakan dengan menolong nabi-nabi dan juga dengan hormat dan takut kepada Elia sebagai hamba Tuhan (1Raja-Raja 18: 7).

Ay 7: “Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’”.

a. Ia sujud kepada Elia (dalam Perjanjian Lama ini boleh dilakukan, tetapi dalam Perjanjian Baru tidak boleh - bdk. Mat 4:10).

b. Ia menyebut ‘tuanku’ (my lord) kepada Elia (1Raja-Raja 18: 7).

c. Ia menyebut dirinya sendiri ‘hambamu’ (ay 9,12b).

2) Apakah Obaja juga menderita? Jelas ya, karena:

a) Sebagai orang benar ia harus hidup dalam lingkungan yang bejat dan menyembah berhala. Tidak bisa tidak itu memberinya penderitaan.

Bdk. 2Petrus 2:7-8 - “(7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa -”.

Penerapan: kalau saudara bisa hidup di tengah-tengah orang brengsek, dan saudara tidak merasa tersiksa / menderita, mungkin saudara sama brengseknya dengan orang-orang itu.

b) Melihat nabi-nabi Tuhan dibunuhi, ia jelas juga sangat menderita.

c) Dampak dari kekeringan dan kelaparan selama 3,5 tahun itu pasti juga mengenai dirinya. Kalau Ahab sebagai raja saja terkena, sukar terhindar bahwa Obaja juga terkena.

3) Tindakan Obaja dalam penderitaan.

Obaja menolong 100 nabi-nabi Tuhan dari pembunuhan oleh Izebel, menyembunyikan mereka di gua-gua, dan mengurus makanan dan minuman mereka (1Raja-Raja 18: 4,13).

a) Nabi-nabi itu.

1. Ada yang berpendapat bahwa rupa-rupanya nabi-nabi ini berbeda kenabiannya dengan Elia. Ini terlihat dari kata-kata Elia dalam ay 22 dimana ia berkata bahwa hanya ia seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan.

1Raja-Raja 18: 22: “Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ‘Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.”.

Elia adalah seorang nabi dalam arti yang sesungguhnya / ketat, dimana ia menerima firman / wahyu dari Tuhan, dan lalu menyampaikannya. Mereka ini nabi bukan dalam arti mereka mendapat firman dan lalu bernubuat / memberitakan firman itu, tetapi dalam arti mereka mengkhususkan diri untuk berkhotbah, berdoa, memuji Tuhan.

2. Sekalipun nabi-nabi ini bukanlah nabi seperti Elia, tetapi Tuhan memperhatikan dan memelihara mereka.

Penerapan: jangan merasa rendah diri kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan yang tidak ngetop, atau saudara hanyalah seorang guru sekolah minggu, guru agama, chairman / pemimpin liturgi, pemain musik gereja, dsb. Tuhan tetap memperhatikan saudara!

3. Nabi-nabi Tuhan itu mendapat roti dan air (1Raja-Raja 18: 4,13), sementara nabi-nabi palsu makan dari meja Izebel (1Raja-Raja 18: 19).

Penerapan: kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / pelayan Tuhan yang sejati, jangan iri hati dengan nasib nabi-nabi palsu yang lebih baik dari saudara. Renungkan akhirnya nanti (baca Maz 73).

4. Selain dari 100 orang nabi ini, maka nabi yang lain dibunuh oleh Izebel. Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melindungi. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memang menghendaki mereka mati syahid. Kita perlu mencamkan bahwa resiko seperti ini memang ada!

Bdk. Wahyu 6:9-11 - “(9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. (10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’ (11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.”.

Kalau Tuhan menghendaki saudara mati syahid, relakah saudara? Ingat Ia sudah lebih dahulu mati bagi saudara untuk menebus dosa saudara!

b) Tuhan sudah mengatur sebelumnya sehingga Obaja ada dalam posisi yang memungkinannya menolong nabi-nabi itu.

Obaja sudah lama menjabat jabatan itu, dan mungkin ia bertanya-tanya apa gunanya ia ada di sana. Tetapi waktu Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan, ia lalu tahu apa gunanya Allah menempatkan ia di sana, yaitu untuk menolong nabi-nabi itu.

Bdk. Ester 4:13-14 - “(13) maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: ‘Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. (14) Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.’”.

c) Pergumulan Obaja.

Dari 1Raja-Raja 18: 7-14 terlihat bahwa Obaja bukan saja takut kepada Ahab, tetapi juga bahwa dalam dirinya ada sifat penakut.

Pulpit Commentary: “Faithful as Obadiah was, there was an element of timidity in his nature.” [= Sekalipun Obaja adalah orang yang setia, ada sifat penakut dalam dirinya.] - hal 450.

Obaja ingin menolong, tetapi jumlah nabi-nabi itu 100 orang (1Raja-Raja 18: 4,13). Ini membuat misi Obaja menjadi sangat berbahaya dan sukar / berat. Kalau ia hanya menyembunyikan dan memelihara 1 orang, itu mungkin tidak terlalu sukar. Tetapi menyembunyikan 100 orang tentu besar kemungkinannya untuk ketahuan, dan kalau ketahuan ini pasti fatal. Ia bukan hanya akan kehilangan jabatannya, tetapi juga kehilangan kepalanya. Dan kalau ia mati, siapa yang memelihara keluarganya? Juga memelihara 100 orang dalam masa krisis seperti itu, tentu merupakan sesuatu yang berat. Jadi pasti pada saat itu ada godaan untuk membiarkan begitu saja nabi-nabi itu, atau ‘menyerahkan mereka dalam tangan Tuhan yang mahakuasa’. Tetapi Obaja juga takut kepada Allah (ay 3,12b). Dan Ia lebih takut kepada Allah dari pada kepada Ahab ataupun Izebel, dan karena itu ia tetap menolong nabi-nabi itu dengan menyembunyikan dan memelihara mereka. Ini jelas merupakan tindakan pengorbanan yang luar biasa. Obaja hidup sesuai dengan namanya, yaitu ‘servant of Yahweh’ [= pelayan Yahweh]. Sekalipun ia memanggil Ahab dengan sebutan ‘tuan’ (ay 10), tetapi jelas bahwa tuannya yang sebenarnya adalah Tuhan.

Pulpit Commentary: “Because he feared the Lord greatly, he feared not the wrath of the king” [= Karena ia sangat takut kepada Tuhan, ia tidak takut pada kemurkaan raja] - hal 441.

Bdk. Ibrani 11:23,27 - “(23) Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. ... (27) Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.”.

d) Hal-hal yang harus ditiru dari Obaja:

1. Obaja taat kepada Allah lebih dari pada kepada raja. Ini perlu dicamkan khususnya kalau sikap ‘anti kristen’ di Indonesia makin merajalela.

2. Obaja mengutamakan Tuhan / gereja lebih dari jabatan / pekerjaannya, dan ia bahkan rela menggunakan dan mengorbankan jabatannya demi Tuhan / gereja! Bagaimana dengan saudara?

3. Tuhan bisa memelihara anak-anakNya dalam kelaparan, dengan air sungai Kerit dan burung gagak, dengan janda dan mujijat, tetapi juga dengan menggunakan Obaja, dan Obaja menyediakan diri untuk dipakai oleh Tuhan untuk memelihara nabi-nabi itu. Karena itu, jika mendengar bahwa Tuhan bisa memelihara, jangan lalu bersikap ‘menyerahkan orang miskin kepada pemeliharaan Tuhan’ dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong orang miskin, khususnya saudara seiman yang miskin, di sekitar saudara. Tuhan bisa memelihara mereka dengan menggunakan saudara. Bdk. juga dengan Mat 25:41-46 dimana Tuhan mengecam dan menghukum ‘kambing-kambing’ yang tidak menolong orang yang ada dalam kebutuhan.

4. Obaja bisa melayani dan hidup saleh di lingkungan yang brengsek.

Pulpit Commentary: “If men could be saints in Ahab’s and Nero’s palace, they may be saints anywhere. How constantly do men plead the adverse circumstances in which they are placed as a reason why they cannot serve God. Sometimes it is a godless street or wicked hamlet; sometimes it is an irreligious household or infidel workshop; or their trade is such, their employers or associates are such, that they cannot live a godly life. But the example of Obadiah, the example of those saints of the Praetorium, convicts them of untruth and of cowardice. They cannot have greater temptations or fiercer persecutions than befell those Roman Christians. If they proved steadfast, and lived in sweetness and purity, which of us cannot do the same wherever we may be placed?” [= Jika seseorang bisa menjadi orang kudus di istana Ahab atau Nero, ia bisa menjadi orang kudus dimanapun juga. Orang terus menerus menjadikan keadaan yang bermusuhan / tidak menyenang-kan dimana mereka berada sebagai alasan mengapa mereka tidak bisa melayani Allah. Kadang-kadang itu adalah jalanan yang tidak bertuhan atau desa yang jahat; kadang-kadang itu adalah rumah tangga yang tidak beragama atau ruang kerja yang kafir; atau perdagangan mereka sedemikian rupa, majikan atau rekan kerja mereka sedemikian rupa, sehingga mereka tidak bisa hidup saleh. Tetapi teladan Obaja, teladan orang-orang kudus di istana kekaisaran Romawi, meyakinkan mereka tentang ketidakbenaran dan sikap pengecut. Mereka tidak bisa mempunyai pencobaan yang lebih besar atau penganiayaan yang lebih hebat dari yang menimpa orang-orang kristen Roma. Jika mereka membuktikan kesetiaan / ketabahan mereka, dan hidup dalam kemanisan dan kemurnian, yang mana dari kita yang tidak bisa melakukan hal yang sama dimanapun kita diletakkan?] - hal 433.

Karena itu, kalau lingkungan / sikon dimana saudara hidup itu tidak menyenangkan, jangan bersungut-sungut atau berpikir: andaikata sikonnya begini tentu aku bisa hidup bagi Tuhan. Kalau Tuhan membiarkan sikonnya jelek, itu berarti bahwa Ia ingin saudara hidup saleh dan melayani Tuhan dalam sikon yang jelek itu!

Pulpit Commentary: “Let us not murmur at our providential lot. God can change it if he see fit. If He does not change it, then He has a purpose in it which we should endeavour to fulfill.” [= Baiklah kita tidak bersungut-sungut mengenai nasib kita yang ditentukan oleh pengaturan Allah. Allah bisa mengubahnya jika Ia menganggapnya pantas. Jika Ia tidak mengubahnya, maka Ia mempunyai rencana / tujuan di dalamnya yang harus kita usahakan untuk memenuhinya.] - hal 441.

Penutup. 

Kita sudah melihat Ahab dan Izebel dalam penderitaan, dan kita juga sudah melihat Obaja dalam penderitaan. Saya percaya bahwa setiap saudara mempunyai penderitaannya sendiri-sendiri. Tetapi bagaimana saudara mau menghadapinya? Seperti Ahab / Izebel, atau seperti Obaja?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post