TUMBANG DALAM ROH

Pdt.Budi Asali, M.Div.
TUMBANG DALAM ROH. Dalam banyak gereja / persekutuan kharismatik sering terjadi adanya orang yang ditumpangi tangan, lalu orang itu jatuh pingsan (ke depan / ke belakang):
TUMBANG DALAM ROH
otomotif, gadget
· ada yang hanya sekedar ikut-ikutan / pura-pura.

· ada yang jatuh karena didorong oleh orang yang menumpangi tangan.

· ada yang betul-betul jatuh karena pingsan / kehilangan kesadarannya.

I) Pandangan Kharismatik.

1) Hal ini (nggeblak) terjadi pada saat orang itu menerima baptisan / pengurapan Roh Kudus. Bisa terjadi dalam kelompok ataupun secara pribadi. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“....hal ‘tumbang dalam Roh’, yang terjadi pada saat seseorang itu menerima baptisan / pengurapan Roh Kudus, baik orang percaya tsb menerimanya melalui penumpangan tangan dari seorang hamba Tuhan ataupun tidak. Tumbang dalam Roh yang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan ‘slain in the Spirit’, terjadi bisa dalam suatu kelompok (orang banyak) di dalam kebaktian persekutuan umum atau pada kebaktian di gereja, juga pada pelayanan-pelayanan pribadi” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3, kol 1).

Perhatikan beberapa point penting dalam kutipan di atas ini, dimana dikatakan bahwa ‘nggeblak’ / tumbang dalam Roh’ itu terjadi:

a) Pada saat seseorang menerima baptisan Roh / pengurapan Roh Kudus.

b) Pada diri orang percaya.

c) Bisa melalui penumpangan tangan hamba Tuhan ataupun tidak.

d) Bisa terjadi dalam kelompok (dalam persekutuan / kebaktian), ataupun dalam pelayanan pribadi.

2) Ada orang Kharismatik yang berpendapat bahwa hal ini harus terjadi setidaknya 2-3 minggu sekali, bahkan ada yang berkata bahwa hal itu harus terjadi sesering mungkin.

John F. MacArthur Jr. menuliskan pembicaraannya dengan seorang Kharismatik sebagai berikut:

“I have talked with one charismatic who said: ‘Oh, Yes, it’s vital to be slain in the Spirit. In fact, you should never go for more than 2 or 3 weeks without being slain in the Spirit’. Another fellow told me that there are no limits to it. It becomes a con­test to see who can get ‘slain’ the most often” (= Saya telah berbicara dengan seorang kharismatik yang berkata: ‘O ya, adalah merupakan sesuatu yang vital / penting untuk tumbang / rebah di dalam Roh. Bahkan kamu tidak boleh hidup lebih dari 2 atau 3 minggu tanpa tumbang / rebah di dalam Roh’. Seorang lain berkata kepada saya bahwa tidak ada batasan terhadap hal itu. Itu menjadi suatu pertandingan untuk melihat siapa yang bisa tumbang / rebah paling sering) - ‘The Charismat­ics’, hal 31.

3) Ada orang Kharismatik lain yang berkata bahwa ‘nggeblak itu enak, karena dari Roh Kudus’.

4) Ada yang mengatakan bahwa hal itu akan didahului dengan tanda-tanda seperti bibir bergetar, adanya semacam aliran listrik, air mata yang tidak dapat ditahan, getaran pada badan, sentuhan kuat, sehingga akhirnya jatuh.

“Pada saat seperti itu, bagi seseorang Kuasa Tuhan dirasakan sehingga bibir yang terus-menerus bergetar dengan tidak dapat ditahan. Bagi orang yang lain, Kuasa Tuhan dapat dirasakan seolah-olah ada aliran listrik yang mengalir dari ujung kepala terus bergerak sampai ke ujung kaki. Pengalaman lain yang dapat terjadi yaitu mengalirnya air mata yang tidak terbendung, dan terus-menerus membasahi pipi. Ada pula dirasakan sebagai adanya getaran- getaran pada badan yang terus-menerus. Dan Kuasa Tuhan dapat juga dirasakan sebagai adanya suatu sentuhan yang kuat, sehingga kita tidak sanggup bertahan, dan akhirnya jatuh dan terlentang di lantai” (‘Warta Bethany’ Edisi no. 30, hal 3, kol 3).


Ayat-ayat Kitab Suci yang dipakai sebagai dasar:

a) Daniel 10:7-9 - “(7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; (8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah”.

Tentang text ini dikatakan sebagai berikut:

“Dari ayat ini kita mengetahui bahwa bagaimana Kuasa Roh Kudus dapat membuat Daniel tak berdaya, tak mempunyai tenaga lagi., sehingga ia terjatuh, tertelungkup dengan muka ke tanah ..... Disini kita juga ketahui bahwa oleh karena Kuasa Roh Kudus, seseo­rang dapat terjatuh bukan ke arah belakang, tetapi terjatuh ke depan” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3 kol 1,2).

b) 2Taw 5:1-14 (khususnya ay 13,14).

2Tawarikh 5:1-14 - “(1) Maka selesailah segala pekerjaan yang dilakukan Salomo untuk rumah TUHAN itu. Kemudian Salomo memasukkan barang-barang kudus Daud, ayahnya, dan menaruh perak, emas dan barang-barang itu dalam perbendaharaan rumah Allah. (2) Pada waktu itu Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion. (3) Maka pada hari raya di bulan ketujuh berkumpullah di hadapan raja semua orang Israel. (4) Setelah semua tua-tua orang Israel datang, maka orang-orang Lewi mengangkat tabut itu. (5) Mereka mengangkut tabut itu dan Kemah Pertemuan dan segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. (6) Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya. (7) Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; (8) jadi kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas. (9) Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini. (10) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh yang ditaruh Musa ke dalamnya di gunung Horeb, ketika TUHAN mengikat perjanjian dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari Mesir. (11) Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. (12) Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. (13) Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.’ Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, (14) sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah”.

Tentang text Kitab Suci ini dikatakan:

“Oleh karena awan kemuliaan Tuhan, maka para imam-imam itu tidak tahan berdiri..... ‘the priest could not stand’....tidak sanggup berdiri adalah berarti tumbang atau terkulai dalam kemuliaan Tuhan atau tumbang dalam Roh”.

Bdk. 2Taw 7:1-3 - “(1) Setelah Salomo mengakhiri doanya, apipun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah itu. (2) Para imam tidak dapat memasuki rumah TUHAN itu, karena kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. (3) Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan TUHAN meliputi rumah itu, berlututlah mereka di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan menyanyikan syukur bagi TUHAN: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.’”.

Sedangkan tentang 2Taw 7:3 dikatakan sebagai berikut:

“Dengan demikian tidak saja para imam yang tumbang dalam Roh, oleh karena kemuliaan Tuhan, tetapi juga ‘segenap orang Israel’ atau segenap umat Tuhan dapat tumbang dalam Roh” (‘Warta Bethany’ edisi no. 30, hal 3 kol 2).

c) Wahyu 1:10-17, khususnya ay 17, yang menunjukkan bahwa ketika melihat Yesus, rasul Yohanes tersungkur di depan kaki Yesus sama seperti orang mati.

Wahyu 1:10-17 - “(10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’ (12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (14) Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah. (16) Dan di tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”.

d) Yohanes 18:1-6, khususnya ay 6, yang menunjukkan bahwa pada waktu Yesus berkata ‘Akulah Dia’, maka orang yang mau menangkap Yesus mundur dan jatuh ke tanah.

Yohanes 18:1-6 - “(1) Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-muridNya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-muridNya. (2) Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-muridNya. (3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah”.

II) Tanggapan saya.

1) Dalam Kitab Suci memang sering ada orang-orang yang jatuh / rebah / pingsan, tetapi tidak pernah ada orang yang jatuh / rebah / pingsan karena menerima Roh Kudus!

Mari kita perhatikan keempat bagian Kitab Suci yang mereka pakai di atas:

a) Daniel 10:7-9 - “(7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; (8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Daniel jatuh bukan karena ia menerima Roh Kudus!

2. Daniel jatuh / pingsan karena mendapatkan suatu penglihatan dan takutnya melihat penglihatan itu.

Dan 10:4-9,12,16-17 - “(4) Pada hari kedua puluh empat bulan pertama, ketika aku ada di tepi sungai besar, yakni sungai Tigris, (5) kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas. (6) Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak. (7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; (8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah. ... (12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. ... (16) Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku; lalu kubuka mulutku dan mulai berbicara, kataku kepada yang berdiri di depanku itu: ‘Tuanku, oleh sebab penglihatan itu aku ditimpa kesakitan, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (17) Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas padaku?’”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang ay 8): “Was turned in me into corruption - deadliness, i.e., death-like paleness. Such was the usual effect on those to whom a manifestation of the heavenly beings was made (Dan 5:6; 7:28)” (= ).

Calvin (tentang ay 8): “He adds, ‘he was deprived of all vigor;’ as if he had been rendered lifeless by the blast of the Spirit. Thus we gather the object of the exhibition of all these outward signs; they not only bring before us God speaking by the mouth of his angel, but they prepared the Prophet himself, and trained him to reverence. God, however, does not terrify his sons, as if our disquiet was with him an object of delight, but solely because it is profitable for us; for unless our carnal feelings were utterly subdued, we should never be fit to receive improvement. Tiffs necessarily requires violence, on account of our inborn perverseness; and this is the reason why the Prophet was reduced to this state of lifelessness. Even my comeliness, or beauty, or appearance, was turned to corruption; meaning, my deformity was similar to that induced by death. He adds lastly, ‘I did not retain my vigor.’ He uses a variety of phrases to shew himself depressed by the heavenly blast, for but a slight amount of vitality remained, and he was scarcely preserved from actual death. We ought to learn to transfer this instruction to ourselves, not by the vanishing of our rigor or the changing of our appearance whenever God addresses us, but by all our resistance giving way, and all our pride and loftiness becoming prostrate before God. Finally, our carnal disposition ought to be completely reduced to nothing, as true docility will never be found in us until all our senses are completely mortified; for we must always remember how hostile all our natural thoughts are to the will of God” (= ).

Catatan: saya tak setuju dengan Calvin yang kelihatannya menganggap bahwa pingsannya Daniel disebabkan pekerjaan Allah sendiri. Tetapi kalaupun ini mau diterima, Calvin melanjutkan dengan mengatakan bahwa Allah melakukan hal itu untuk menghancurkan kedagingan / kesombongan kita supaya kita siap menerima kehendak / firman Allah. Ini sama sekali berbeda dengan ‘nggeblak’ dalam kalangan Kharismatik, yang terjadi bukan karena orangnya melihat penglihatan ataupun menerima firman Allah dengan cara yang supranatural.

Calvin (tentang ay 9): “He afterwards adds, ‘On hearing the sound of his words he threw himself on the ground;’ for this is the sense of the ninth verse, as we have just read it. He represents himself as being ‘in a swoon’ and in the unconscious state which usually occurs when all our senses are paralyzed by excessive fear” (= ).

Calvin (tentang ay 16): “No wonder, then, if men fall down and faint away, when God shews such signs of his glory; for when God puts forth his strength against us, what are we? At his appearance alone the mountains melt, at his voice alone the whole earth is shaken. (Psalm 104:32.) How, then, can men stand upright who are only dust and ashes, when God appears in his glory? Daniel, then, was prostrate, but afterwards recovered his strength when God restored his courage. We ought to understand the certainty of our being compelled to vanish into nothing whenever God sets before us any sign of his power and majesty; and yet he restores us again, and shews himself to be our father, and bears witness of his favor towards us by both words and other signs” (= ).

Barnes’ Notes (tentang ay 15): “The presence of a heavenly being; the majesty of his appearance; the assurance that he gave that he had come to answer his prayer; and the fact that he had important revelations to make respecting the future, overcame him, and he laid his face upon the ground in silence. Is there any one of us who would not be awed into profound silence if a heavenly messenger should stand before us to disclose what was to occur to us, to our families, to our friends, to our country, in far-distant years?” (= ).

Dalam ay 16, Kitab Suci Indonesia dan RSV menterjemahkan ‘kesakitan’ / ‘pains’. KJV/ASV/NKJV menterjemahkan ‘sorrows’ (= kesedihan), dan NIV/NASB menterjemahkan ‘anguish’ (= kesedihan / penderitaan).

Barnes’ Notes (tentang ay 16): “The word rendered ‘sorrows’ ‎tsiyriym ‎means, properly, ‘writhings, throes, pains,’ as of a woman in travail, Isa 13:8; 21:3; 1 Sam 4:19; and then any deep pain or anguish. Here it refers to ‘terror or fright,’ as so great as to prostrate the strength of Daniel” (= ).


Ini adalah sesuatu yang sering terjadi dalam Kitab Suci.

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

· Keluaran 19:16-18 - “(16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. (18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat”.

· Kel 20:18-21 - “(18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (19) Mereka berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.’ (20) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: ‘Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.’ (21) Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada”.

· Hak 6:22-23 - “(22) Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: ‘Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka.’ (23) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: ‘Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.’”.

· Hak 13:20-22 - “(20) Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah. (21) Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. (22) Berkatalah Manoah kepada isterinya: ‘Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.’”.

· Yesaya 6:1-5 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’”.

· Matius 17:6 - “Mendengar itu tersungkurlah murid-muridNya dan mereka sangat ketakutan”.

· Mat 28:1-5 - “(1) Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. (2) Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. (3) Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. (4) Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. (5) Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: ‘Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu”.

· Markus 16:4-8a - “(4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’ (8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut”.

· Lukas 1:11-13,26-30 - “(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. (12) Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. (13) Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: ‘Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. ... (26) Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, (27) kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (28) Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.’ (29) Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. (30) Kata malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah”.

· Lukas 2:8-10 - “(8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa”.

· Lukas 24:4,5 - “(4) Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. (5) Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?”.

· Ibr 12:21 - “Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: ‘Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.’”.

Saya berpendapat bahwa ini adalah sesuatu yang wajar, karena kalau melihat setan saja orang bisa begitu takut sampai pingsan, lebih-lebih kalau seseorang melihat malaikat atau Tuhan sendiri! Ini tentu berbeda dengan ‘nggeblak’ dalam kalangan Kharismatik dimana orangnya nggeblak tanpa mendapat penglihatan apa-apa.

Juga, karena Daniel jatuh disebabkan oleh rasa takut, maka jelas bahwa bukan Tuhan yang menjatuhkan Daniel!

3. Apa yang lalu terjadi setelah Daniel jatuh / pingsan? Mari kita perhatikan kelanjutan cerita di atas.

Daniel 10:10-19 - “(10) Tetapi ada suatu tangan menyentuh aku dan membuat aku bangun sambil bertumpu pada lutut dan tanganku. (11) Katanya kepadaku: ‘Daniel, engkau orang yang dikasihi, camkanlah firman yang kukatakan kepadamu, dan berdirilah pada kakimu, sebab sekarang aku diutus kepadamu.’ Ketika hal ini dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan gemetar. (12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’ (15) Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu. (16) Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku; lalu kubuka mulutku dan mulai berbicara, kataku kepada yang berdiri di depanku itu: ‘Tuanku, oleh sebab penglihatan itu aku ditimpa kesakitan, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (17) Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas padaku?’ (18) Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula dan memberikan aku kekuatan, (19) dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan.’”.

Jadi, pada waktu Daniel jatuh / pingsan, lalu:

a. Ia dibangunkan oleh Tuhan (Daniel 10:10).

b. Tuhan berkata kepadanya ‘jangan takut’ (Daniel 10:12).

c. Tuhan menolongnya sehingga bisa berbicara (Daniel 10:15-16).

d. Tuhan memberi kekuatan kepada Daniel (Daniel 10:16b-19).

Sehubungan dengan ini ada 2 hal yang perlu dipertanyakan:

· Mengapa dalam kalangan Kharismatik hanya ada nggeblaknya, tetapi tidak ada peristiwa dimana Tuhan membangunkan orang yang nggeblak, seperti yang dialami oleh Daniel di sini?

· Kalau dalam kalangan Kharismatik ada orang yang ‘nggeblak’, pada saat itu orang itu tidak boleh dibangunkan! Mengapa?

b) 2Taw 5:1-14 - “(1) Maka selesailah segala pekerjaan yang dilakukan Salomo untuk rumah TUHAN itu. Kemudian Salomo memasukkan barang-barang kudus Daud, ayahnya, dan menaruh perak, emas dan barang-barang itu dalam perbendaharaan rumah Allah. (2) Pada waktu itu Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion. (3) Maka pada hari raya di bulan ketujuh berkumpullah di hadapan raja semua orang Israel. (4) Setelah semua tua-tua orang Israel datang, maka orang-orang Lewi mengangkat tabut itu. (5) Mereka mengangkut tabut itu dan Kemah Pertemuan dan segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. (6) Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya. (7) Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; (8) jadi kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas. (9) Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini. (10) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh yang ditaruh Musa ke dalamnya di gunung Horeb, ketika TUHAN mengikat perjanjian dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari Mesir. (11) Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. (12) Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. (13) Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.’ Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, (14) sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah”.

2Taw 7:1-3 - “(1) Setelah Salomo mengakhiri doanya, apipun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah itu. (2) Para imam tidak dapat memasuki rumah TUHAN itu, karena kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. (3) Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan TUHAN meliputi rumah itu, berlututlah mereka di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan menyanyikan syukur bagi TUHAN: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.’”.

Bdk. 1Raja 8:1-11 - “(1) Pada waktu itu raja Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, yakni para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di hadapannya di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion. (2) Maka pada hari raya di bulan Etanim, yakni bulan ketujuh, berkumpullah di hadapan raja Salomo semua orang Israel. (3) Setelah semua tua-tua Israel datang, maka imam-imam mengangkat tabut itu. (4) Mereka mengangkut tabut TUHAN dan Kemah Pertemuan dan segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. (5) Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri bersama-sama dengan dia di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya. (6) Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; (7) sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas. (8) Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini. (9) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir. (10) Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, (11) sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Ini jelas juga bukan penerimaan Roh Kudus!

2. Disini para imam tidak pingsan, bahkan tidak terkulai / jatuh / rebah dsb! Yang dimaksud adalah bahwa mereka tidak bisa meneruskan tugas­ / pelayanan mereka sebagai imam, karena adanya kemuliaan Allah yang memenuhi Bait Allah itu. Bandingkan ini dengan:

a. 2Taw 5:14 (NIV): “and the priests could not perform their service because of the cloud, for the glory of the LORD filled the temple of God” (= dan para imam tidak bisa menyelenggarakan pelayanan mereka disebabkan oleh awan itu, karena kemuliaan TUHAN memenuhi Bait Allah)

b. Kel 40:34,35 dimana Musa mengalami hal yang sama. Ia tidak jatuh, tetapi tidak bisa masuk.

Keluaran 40:34-35 - “(34) Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, (35) sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci”.

c. Kel 3:6b dan Kis 7:32b yang menunjukkan bahwa Musa gemetar dan menutupi mukanya karena takut / tak berani memandang Allah.

Kel 3:6 - “Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’ Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah”.

Kis 7:32 - “Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Maka gemetarlah Musa, dan ia tidak berani lagi melihatnya”.

d. Wah 15:8 - “Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasaNya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu”.

e. Yes 6:2 yang menunjukkan bahwa para Serafimpun terpaksa menggunakan 2 buah sayapnya untuk menutupi muka mereka karena merekapun tidak tahan melihat kemuliaan Tuhan.

Yes 6:2 - “Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang”.

f. Kel 33:18-23 yang menceritakan bahwa Musa ingin melihat kemuliaan Tuhan, tetapi ditolak oleh Tuhan dengan berkata: “Engkau tidak tahan memandang wajahKu, sebab tidak seo­rangpun yang memandang Aku dapat hidup” (Kel 33:20).

3. 2Taw 7:3 jelas sekali menunjukkan bahwa bangsa Israel bukannya jatuh / rebah / pingsan, tetapi sujud menyembah Allah.

2Taw 7:1-3 - “(1) Setelah Salomo mengakhiri doanya, apipun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah itu. (2) Para imam tidak dapat memasuki rumah TUHAN itu, karena kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. (3) Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan TUHAN meliputi rumah itu, berlututlah mereka di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan menyanyikan syukur bagi TUHAN: ‘Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.’”.

Menggunakan ayat seperti 2Taw 7:3 untuk mengatakan bahwa tumbang dalam Roh bisa terjadi secara berkelompok, jelas merupakan suatu pemerkosaaan ayat Kitab Suci yang sangat kurang ajar!

c) Wahyu 1:10-17 - “(10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’ (12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (14) Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah. (16) Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Ay 10 mengatakan bahwa waktu itu rasul Yohanes ‘dikuasai oleh Roh Kudus’ (ini bukan baptisan Roh, karena Baptisan Roh hanya terjadi sekali dan itu terjadi dalam Kis 2 pada diri Yohanes).

2. Yang menyebabkan Yohanes jatuh bukanlah penguasaan oleh Roh Kudus ini! Yang menjatuhkan Yohanes adalah penglihatan yang ia lihat (baca ay 17 - ‘Ketika aku melihat Dia ...’!).

3. Jadi, sama seperti dalam peristiwa Daniel di atas, di sini Yohanes juga sangat takut, sehingga ‘para­lyzed’ / ‘lumpuh’ dan lalu jatuh (perhatikan kata-kata ‘jangan takut’ pada ay 17b).

Adam Clarke (tentang Wahyu 1:17): “‘I fell at his feet as dead.’ The appearance of the glory of the Lord had the same effect upon Ezek 1:28: and the appearance of Gabriel had the same effect on Dan 8:17. The terrible splendour of such majesty was more than the apostle could bear, and he fell down deprived of his senses, but was soon enabled to behold the vision by a communication of strength from our Lord’s right hand” (= ).

Barnes’ Notes (tentang Wah 1:17): “‘And when I saw him, I fell at his feet as dead.’ As if I were dead; deprived of sense and consciousness. He was overwhelmed with the suddenness of the vision; he saw that this was a divine being; but he did not as yet know that it was the Saviour. It is not probable that in this vision he would immediately recognize any of the familiar features of the Lord Jesus as he had been accustomed to see him some sixty years before; and if he did, the effect would have been quite as overpowering as is here described. But the subsequent revelations of this divine personage would rather seem to imply that John did not at once recognize him as the Lord Jesus. The effect here described is one that often occurred to those who had a vision of God. See Dan 8:18, ‘Now as he was speaking with me, I was in a deep sleep on my face toward the ground; but he touched me, and set me upright’; 8:27, ‘And I Daniel fainted, and was sick certain days; afterward I rose up, and did the king’s business.’ Compare Ex 33:20; Isa 6:5; Ezek 1:28; 43:3; Dan 10:7-9,17” (= ).

4. Sekalipun jatuh, Yohanes tidak pingsan karena dalam ay 17b-dst Tuhan mengajak dia bicara!

d) Yoh 18:1-6 - “(1) Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-muridNya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-muridNya. (2) Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-muridNya. (3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah”.

Orang-orang ini memang jatuh karena kuasa Tuhan. Tetapi, ini jelas bukan penerimaan Roh Kudus, karena mereka bukan orang percaya. Juga tidak dikatakan bahwa mereka pingsan!

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat Kitab Suci lain yang serupa:

a. Yeh 1:28 2:1-2 3:23-24.

Yeh 1:28-2:2 - “(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman. (2:1) FirmanNya kepadaku: ‘Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau.’ (2:2) Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku”.

Yeh 3:23-24 - “(23) Aku bangun dan pergi ke lembah; sesungguhnya di sana kelihatan kemuliaan TUHAN seperti kemuliaan yang telah kulihat di tepi sungai Kebar, dan aku sujud. (24) Tetapi masuklah Roh ke dalam aku dan ditegakkannya aku, lalu Ia berbicara dengan aku, kataNya: ‘Pergilah pulang, kurunglah dirimu di dalam rumahmu”.

Yeh 2:2 seharusnya berbunyi (NIV) “as he spoke, the Spirit came into me dan raised me to my feet” [= sementara Ia berbicara, Roh (Kudus) datang kepadaku dan membangunkan aku].

Yes 3:24 seharusnya berbunyi (NIV) “Then the Spirit came into me and raised me into my feet” [= Lalu Roh (Kudus) datang kepadaku dan membangunkan aku].

Jadi, dalam bagian ini bisa kita lihat bahwa Yehezkiel jatuh, karena melihat penglihatan, tetapi ia justru diperintahkan untuk berdiri (Yeh 2:1) dan waktu Roh Kudus datang kepadanya, Roh Kudus itu justru membangunkan dia! Jadi, Roh Kudus tidak menjatuhkan dia, malah membangunkan dia! Ini tidak cocok dengan doktrin Kharismatik tentang ‘tumbang dalam Roh’!

Sekarang mari kita perhatikan komentar-komentar dari para penafsir tentang text dari Yehezkiel ini.

Calvin (tentang Yeh 1:28): “After the Prophet has recited the Vision, the object of which was to confirm his mission, he now adds, ‘I fell upon my face,’ by which words he expresses his persuasion that God’s glory was manifested to him. For the knowledge of God does truly humble us, while the Prophet also teaches that men cannot be brought to order unless they are laid prostrate: for he does not say that he was only prepared to receive the commands of God, nor does he commend his own teachableness, but rather signifies that he was violently thrown down. For he had not all at once put off the affections of the flesh; but we know that confidence is born with us. Therefore, because the Prophet was not naturally disposed to obey God, he ought to be cast down with fear, that at length he might be really humbled” (= ).

Catatan: sama seperti dalam penafsirannya tentang Daniel di atas, Calvin kelihatannya menganggap Allahlah yang menjatuhkan / membanting Yehezkiel, untuk merendahkan dirinya supaya ia siap menerima pengajaran dari Allah. Saya tak setuju dengan Calvin, tetapi kalaupun Calvin mau diterima, ini tetap berbeda dengan nggeblaknya orang-orang Kharismatik, yang tidak mendapatkan penglihatan apa-apa, dan juga tidak untuk menerima firman Allah secara supranatural.

Calvin (tentang Yeh 2:1): “Here the Prophet narrates that he was chosen by the command of God. For God never prostrates his people so as to leave them lying upon the earth, but continually raises them afterwards. As to the reprobate, they are so frightened at the sight of God, that they utterly fall and never rise again. But it is different with the faithful, because the pride of the flesh is corrected in them; then God stretches forth his hand to them, and restores them, as it were, from death to life. And this difference we must mark diligently, because we see the impious often dread the voice of God. But if they disdainfully despise him when speaking, they are frightened by his hand when some signs of his wrath and vengeance appear: but yet they remain lifeless. In like manner the faithful dread the voice of God, but the result is altogether different, as we see here: because after God has humbled them, he commands them to be of good courage, and shows that he intended nothing else but to establish them by his power” (= ).

Calvin (tentang Yeh 2:1): “At the same time the Prophet teaches that nothing was accomplished by this voice till the Spirit was added. God indeed works efficiently by his own words, but we must hold that this efficacy is not contained in the words themselves, but proceeds from the secret instinct of the Spirit. The Prophet therefore shows us both truths. On one side he says, ‘I heard the voice of God, so that I stood on my feet:’ God thus wished to animate his confidence: but he adds that he was not raised up by the voice, until ‘the Spirit placed him on his feet.’ This work of the Spirit, then, is joined with the word of God. But a distinction is made, that we may know that the external word is of no avail by itself, unless animated by the power of the Spirit” (= ).

Matthew Henry (tentang Yeh 1:28): “What impressions it made upon him: When I saw it, I fell upon my face. (1.) He was overpowered by it; the dazzling lustre of it conquered him and threw him upon his face; for who is able to stand before this holy Lord God? Or, rather, (2.) He prostrated himself in a humble sense of his own unworthiness of the honour now done him, and of the infinite distance which he now, more than ever, perceived to be between him and God; he fell upon his face in token of that holy awe and reverence of God with which his mind was possessed and filled” (= ).

Matthew Henry (tentang Yeh 2:1): “Son of man, stand upon thy feet. His lying prostrate was a posture of greater reverence, but his standing up would be a posture of greater readiness and fitness for business. Our adorings of God must not hinder, but rather quicken and excite, our actings for God. He fell on his face in a holy fear and awe of God, but he was quickly raised up again; for those that humble themselves shall be exalted. God delights no in the dejections of his servants, but the same that brings them low will raise them up; the same that is a Spirit of bondage will be a Spirit of adoption. Stand, and I will speak to thee. Note, We may expect that God will speak to us when we stand ready to do what he commands us” (= ).

Matthew Henry (tentang Yeh 2:2): “a divine power going along with that command, v. 2. God bade him stand up; but, because he had not strength of his own to recover his feet nor courage to face the vision, the Spirit entered into him and set him upon his feet. Note, God is graciously pleased to work that in us which he requires of us and raises those whom he bids rise. ... He observed that the Spirit entered into him when Christ spoke to him; for Christ conveys his Spirit by his word as the ordinary means and makes the word effectual by the Spirit. The Spirit set the prophet upon his feet, to raise him up from his dejections, for he is the Comforter. Thus, in a similar case, Daniel was strengthened by a divine touch (Dan 10:18) and John was raised by the right hand of Christ laid upon him, Rev 1:17” (= ).

Adam Clarke (tentang Yeh 2:1): “‘And he said unto me.’ In the last verse of the preceding chapter we find that the prophet was so penetrated with awe at the sight of the glory of God in the mystical chariot, that ‘he fell upon his face;’ and, while he was in this posture of adoration, he heard the voice mentioned here” (= ).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yeh 1:28): “Ezekiel fell humbly on his face at the glorious sight. This was His fitting inauguration into his high functions as a prophet. Let us learn that reverence and deep humility are the best preparation for hearing the voice of God to good purpose. Then only can we enter upon active service for God in the right spirit, and may confidently look for the divine blessing on our work” (= ).

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yeh 2:2): “Set me upon my feet. He had been ‘upon his face’ (Ezek 1:28). Humiliation on our part is followed by exaltation on God’s (Ezek 3:23-24; Job 22:29; James 4:6; 1 Peter 5:5). ‘On the feet’ was the fitting attitude, when he was called on to walk and work for God (Eph 5:8, ‘Walk as children of light;’ Eph 6:15)” (= ).

Pulpit Commentary (tentang Yeh 1:28): “I fell upon my face. As in Ezek 3:23; Dan 8:17; Rev 1:17, the prostrate attitude of lowliest adoration, the dread and awe of one who has seen the King, the Lord of hosts, and yet survives, was a preparation for the more direct revelation to his consciousness of the Word and will of Jehovah” (= ).

Pulpit Commentary (tentang Yeh 2:1): “The attitude of adoration is changed, by the Divine command, into that of expectant service, that of awe and dread for the courage of a soldier of the Lord of hosts (compare the parallels of Ezek 3:24; 43:3,5; Dan 8:18)” (= ).

b. Kis 9:4-9 - “(4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’ (7) Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. (8) Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. (9) Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

· Paulus memang rebah, tetapi tidak pingsan!

· Ini bukan saat Paulus terima Roh Kudus, karena saat itu ia belum bertobat!

· Ia jatuh karena penglihatan (cahaya) itu, bukan karena Roh Kudus!
c. 1Sam 19:23-24 - “(23) Lalu pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. (24) Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?’”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

· Raja Saul (dan juga orang-orang suruhannya) jelas bukanlah anak-anak Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: ‘Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel’ (Roma 9:9).

Bukti bahwa Raja Saul bukan termasuk anak Tuhan:

* Tuhan bukan hanya menolak dia (1Sam 15:23,26), tetapi juga meninggalkan dia (1Sam 16:14). Bahkan Tuhan lalu membiarkan Saul diganggu dan dirasuk oleh roh jahat yang dikatakan ‘dari pada Tuhan’ (1Sam 16:14,23 18:10 19:9).

* Saul meminta petunjuk arwah (1Sam 28:1-25).

* Saul mati bunuh diri (1Sam 31:4), dan dalam 1Taw 10:14 bahkan dikatakan bahwa ‘TUHAN membunuh dia’.

· Bagian ini salah terjemahan!

NIV: ”So Saul went to Naioth at Ramah. But the Spirit of God came upon him, and he walked along prophesying until he came to Naioth. He stripped off his robes and also proph­esied in Samuel’s presence. He...” (= Lalu Saul pergi ke Nayot di Rama. Tetapi Roh Allah datang kepadanya, dan ia berjalan sambil bernubuat sampai ia tiba di Nayot. Ia membuka jubahnya dan juga bernubuat di hadapan Samuel. Ia ...).

Catatan:

* KJV/ RSV/NASB/NKJV menterjemahkan seperti NIV.

* Kesalahan serupa juga terjadi pada 1Sam 19:20b,20c,21b,21c. Semua kata ‘kepenuhan’ dan ‘kepenuhan seperti nabi’ seharusnya adalah ‘bernubuat’.

Jadi jelas bahwa pada saat itu Saul (dan juga orang-orang suruhannya dalam ay 20-21) bukannya ‘kepenuhan Roh’, tetapi ‘bernubuat’! Roh Kudus memang datang kepada mereka, tetapi bukan untuk memenuhi mereka, memimpin mereka atau memberkati mereka, tetapi hanya untuk membuat mereka bernubuat. Untuk apa Roh Kudus datang kepada mereka dan menyebabkan mereka bernubuat, bisa saudara lihat dalam penjelasan di bawah ini.

· Untuk mengerti bagian ini, kita perlu memperhatikan seluruh kontex!

* Dalam 1Samuel 17 kita melihat bahwa Daud mengalahkan Goliat.

* Dalam 1Sam 18:6-7 kita melihat bahwa rakyat menyanjung Daud lebih dari Saul.

* Dalam 1Sam 18:8-11 kita melihat bahwa Saul menjadi iri hati kepada Daud. Lalu ada roh jahat yang berkuasa atasnya dan ia berusaha membunuh Daud.

* Dalam 1Sam 19:9-10 kita melihat bahwa Saul kembali dikuasai roh jahat dan ia berusaha membunuh Daud lagi.

* Lalu dalam 1Sam 19:18-24 kita melihat bahwa 3 x Saul mengirim orang-orangnya untuk membunuh Daud, tetapi 3 x juga Roh Kudus datang pada orang-orang itu, sehingga mereka bukannya membunuh Daud, tetapi bernubuat. Akhirnya Saul sendiri datang untuk membunuh Daud dan untuk ke 4 x nya Roh Kudus datang (sekali ini kepada Saul) dan menyebab­kan Saul tidak bisa membunuh Daud, tetapi juga bernubuat

Jadi, kesimpulannya: Dalam bagian ini, Roh Kudus datang bukan demi kebaikan orang kepada siapa Ia datang. Ia datang kepada orang-orang Saul dan kepada Saul sendiri (yang jelas bukan anak-anak Tuhan) untuk melakukan intervensi guna mencegah mereka membunuh Daud!

Jadi jelas bahwa bagian inipun tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk membenarkan ajaran / praktek ‘tumbang dalam Roh’.

Dari semua penjelasan ini jelas bahwa dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada orang jatuh / rebah / pingsan karena menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus! Doktrin Kharismatik tentang ‘rebah / tumbang dalam Roh’ bukanlah ajaran Alkitab!

2) Ada lagi beberapa text Kitab Suci yang memungkinkan digunakan sebagai dasar dari nggeblak / tumbang dalam Roh, dan karena itu akan saya bahas di sini.

Kis 10:10 - “Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi”.

Dalam terjemahan KJV, RSV, NASB, NIV terjemahannya adalah: ‘he fell into a trance’ (= ia jatuh ke dalam keadaan trance).

Bdk. Kis 11:4-5 - “(4) Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya: (5) ‘Aku sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depanku”.

KJV: ‘in a trance I saw a vision’ (= dalam suatu trance aku melihat suatu penglihatan).

Catatan: ini pengalaman yang sama dengan yang ada dalam Kis 10 di atas. Petrus menceritakan pengalamannya kepada orang-orang Kristen yang lain.

Kis 22:17 - “Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi”.

KJV: ‘I was in a trance’ (= aku ada dalam suatu trance).

Catatan: yang ini dialami oleh Paulus.

Jadi, baik Petrus maupun Paulus pernah mengalami ‘trance’. Kalau begitu, apakah kalau dalam kebaktian / persekutuan Kharismatik terjadi tumbang dalam Roh, itu bisa dianggap sebagai suatu ‘trance’?

Tanggapan saya:

Kita perlu mengetahui apa arti dari kata ‘trance’ ini.

Kata ‘trance’ itu kalau dilihat dalam kamus Inggris - Indone­sia oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, diartikan sebagai ‘keadaan tak sadarkan diri’, ‘lupa daratan’, atau ‘kerasukan’.

Sedangkan Webster’s New World Dictionary menambahkan arti “a state resembling sleep, in which consciousness may remain although voluntary movement is lost, as in catalepsy or hypno­sis” (= suatu keadaan menyerupai tidur, dimana kesadaran bisa tetap ada tetapi tidak ada gerakan yang disadari / disengaja, seperti dalam hal orang yang terkena ayan atau hipnotis).

Selanjutnya kata bahasa Inggris ‘trance’ dalam ayat-ayat itu diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EKSTASIS. Dari kata Yunani ini diturunkan kata bahasa Inggris ecstasy, yang arti­nya adalah ‘kegembiraan yang meluap-luap’.

Tetapi bacalah seluruh text dari Kis 10,11 dan Kis 22 itu, maka saudara akan melihat bahwa baik Petrus maupun Paulus tidak berada dalam keadaan tidak sadar, ataupun kegembiraan yang meluap-luap. Keduanya mengalami hal itu pada saat mereka sedang berdoa. Dan pada saat mereka mengalami hal itupun mereka tidak lalu rebah, pingsan, bergerak-gerak tak terkenda­li seperti orang sakit ayan, bergulung-gulung di lantai, dsb. Sebaliknya mereka tetap bisa berkomunikasi secara sadar dan wajar dengan Tuhan!

Semua ini menyebabkan saya lebih menerima arti dari ‘trance’ ataupun EKSTASIS seperti yang diberikan di bawah ini:

W. E. Vine dalam ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’ mengartikan: “a condition in which ordinary conscious­ness and the perception of natural circumstances were with­held, and the soul was susceptible only to the vision imparted by God” (= suatu kondisi / keadaan dimana kesadaran dan penglihatan / daya memahami yang normal terhadap keadaan alamiah ditahan / disembunyikan, dan jiwa orang itu hanya terbuka / bisa menerima penglihatan yang diberikan oleh Allah).

Dengan kata lain, maka trance / EKSTASIS hanya merupakan suatu keadaan dimana Allah menutup kesadaran seseorang terhadap hal-hal lain, supaya orang itu bisa berkonsentrasi secara khusus hanya terhadap diri Allah dan apa yang akan Allah berikan kepadanya (firman, penglihatan, dsb).

Ini tentu tidak sama dengan apa yang terjadi dalam kebaktian / persekutuan Kharismatik, dimana orang-orang mengalami trance tanpa ada tujuan apa-apa dari Allah, dan bahkan menyebabkan mereka itu justru mengabaikan khotbah / firman Tuhan secara total!

Ada 3 hal yang sangat penting yang ingin saya tambahkan ten­tang trance.

a) Baik Petrus maupun Paulus, hanya pernah 1 x mengalami trance itu. Ini berbeda dengan orang-orang yang mengalami trance secara rutin / dalam setiap kebaktian / persekutuan!

b) Satu hal lain yang penting adalah bahwa baik Petrus maupun Paulus mengalami hal ini bukan pada saat kebaktian, tetapi pada saat melakukan doa pribadi! Memang dalam Kis 22:17 dikatakan bahwa saat itu Paulus sedang berdoa di Bait Allah, tetapi ini tetap doa pribadi (Bahwa dalam Bait Allah sering ada doa pribadi terlihat dari ayat-ayat seperti 1Sam 1:9-11 Luk 18:9-14).

1Sam 1:9-11 - “(9) Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, (10) dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. (11) Kemudian bernazarlah ia, katanya: ‘TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hambaMu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hambaMu ini, tetapi memberikan kepada hambaMu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.’”.

Lukas 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Karena itulah maka Tuhan bisa saja melakukan intervensi dan memberikan trance kepada mereka (Petrus dan Paulus), supaya mereka bisa mendengar dengan penuh konsentrasi apa yang akan Ia sampaikan kepada mereka.

Ini tentu tidak bisa disamakan dengan trance yang dialami oleh banyak orang sekaligus di dalam suatu kebaktian / persekutuan Kharismatik, apalagi pada saat firman Tuhan diber­itakan, sehingga mengacaukan seluruh kebaktian dan pemberitaan firman Tuhan! Keadaan kacau seperti ini jelas berten­tangan dengan 1Kor 14:33,40 yang mengatakan bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera / keter­aturan dalam kebaktian!

1Kor 14:33,40 - “(33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ... (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”.

KJV: ‘(33) For God is not (the author) of confusion, but of peace, as in all churches of the saints. ... (40) Let all things be done decently and in order’ [= (33) Karena Allah bukanlah (pencipta) dari kekacauan, tetapi dari damai, seperti dalam semua gereja-gereja dari orang-orang kudus. ... (40) Hendaklah segala sesuatu dilakukan dengan sopan dan teratur].

3) Doktrin ‘tumbang dalam Roh’ bukan saja tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi juga tidak ada dalam sejarah gereja (baik ajarannya maupun prakteknya!).

Ajaran maupun praktek dari doktrin ‘tumbang dalam Roh’ baru muncul mulai sekitar tahun 1960. Kalau ajaran ini memang berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu lebih dari 19 abad untuk menemukannya?

4) Ada beberapa petunjuk yang menurut saya sangat kuat untuk mengatakan bahwa tumbang dalam Roh merupakan pekerjaan kuasa kegelapan / setan.

a) Salah satu dari hal-hal yang merupakan buah dari Roh Kudus adalah ‘penguasaan diri’ (Gal 5:22-23). Karena itu, kalau seseorang menerima Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus, seharusnya ia makin bisa menguasai diri! Tetapi orang-orang yang nggeblak itu justru kehilangan kesadarannya, bahkan ada yang lalu mulutnya berbuih / berbusa, kaki, dan tangannya ke­jang-kejang seperti orang sakit ayan / epilepsi. Mereka justru kehilangan penguasaan dirinya dan lebih mirip orang mabuk / gila / kerasukan setan daripada orang Kristen. Bagaimana mungkin Roh Kudus masuk dalam diri seseorang dan memenuhinya tetapi justru menghancurkan penguasaan diri, yang merupakan buah Roh Kudus?

b) Hal lain yang membuat kita harus menganggap tumbang dalam Roh sebagai sesuatu yang salah, adalah karena dalam hal itu pikiran manusia dibuang / di-by-pass.

Memang ada orang yang pura-pura saja / ikut-ikutan nggeblak, tetapi ada juga yang betul-betul pingsan / kehi­langan kesadarannya. Ini jelas membuang pikiran / akal.

1. Adanya pikiran adalah salah satu ciri manusia sebagai peta dan teladan Allah. Tanpa pikiran, manusia tidak berbeda dengan binatang.

a. Ayub 39:16-20 - “(16) Dengan riang sayap burung unta berkepak-kepak, tetapi apakah kepak dan bulu itu menaruh kasih sayang? (17) Sebab telurnya ditinggalkannya di tanah, dan dibiarkannya menjadi panas di dalam pasir, (18) tetapi lupa, bahwa telur itu dapat terpijak kaki, dan diinjak-injak oleh binatang-binatang liar. (19) Ia memperlakukan anak-anaknya dengan keras seolah-olah bukan anaknya sendiri; ia tidak peduli, kalau jerih payahnya sia-sia, (20) karena Allah tidak memberikannya hikmat, dan tidak membagikan pengertian kepadanya”.

b. Mazmur 32:9 - “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau”.

c. Mazmur 49:21 - “Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan”.

d. Mazmur 73:22 - “aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekatMu”.

e. Yudas 10 - “Akan tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui dan justru apa yang mereka ketahui dengan nalurinya seperti binatang yang tidak berakal, itulah yang mengakibatkan kebinasaan mereka”.

Jadi, orang yang berusaha membuang pikirannya, sebetulnya sedang berusa­ha untuk menjadi binatang!

2. Dengan pikiran saja, manusia memang tidak akan bisa mengenal Allah. Harus ada Kitab Suci / Firman Tuhan dan Roh Kudus yang bekerja di dalam diri manusia. Tetapi, hanya dengan Kitab Suci dan Roh Kudus, tanpa otak, kita juga tidak akan bisa mengenal Allah!

Dasar Kitab Suci:

a. Matius 22:29 - “Yesus menjawab mereka: ‘Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!”.

Kata ‘mengerti’ jelas menunjukkan penggunaan otak!

b. Dalam Matius 13:23 Mat 13:51 Mat 15:16 Mat 16:9,11 - Yesus jelas menekankan pengertian. Dan ini tidak mungkin bisa ada pengertian tanpa penggunaan otak.

Matius 13:51 - “Mengertikah kamu semuanya itu?’ Mereka menjawab: ‘Ya, kami mengerti.’”.

Matius 15:16 - “Jawab Yesus: ‘Kamupun masih belum dapat memahaminya?”.

Matius 16:9,11 - “(9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? ... (11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’”.

c. Efesus 4:17-18 menunjukkan otak orang non kristen; Ef 4:20,21,23 menunjukkan otak orang kristen. Ef 4:23 itu menunjukkan bahwa menjadi orang kristen tidak berarti bahwa pikirannya dibuang, tetapi diperbaharui.

Efesus 4:17-23 - “(17) Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (18) dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. (19) Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. (20) Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. (21) Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, (22) yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, (23) supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu”.

d. Lukas 24:45 berbunyi: “Lalu Ia membukakan pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci”. Ini menunjukkan pentingnya penggunaan otak, Kitab Suci dan pekerjaan Tuhan.

3. Kitab Suci juga menunjukkan pentingnya penggunaan otak dalam berbagai hal, seperti:

a. Dalam pertobatan.

Lukas 15:17 - “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan”.

b. Dalam menerima Firman Tuhan.

Mat 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.

c. Dalam pertumbuhan pengenalan akan Tuhan.

2Petrus 1:5-6 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan”.

d. Dalam mengasihi Tuhan.

Matius 22:37 - “Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.

e. Dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan.

Kis 6:9-10 - “(9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”.

Kis 9:22 - “Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias”.

f. Dalam berdoa dan menyanyi.

1Korintus 14:15 - “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”.

g. Dalam memecahkan perbedaan pendapat Theologia.

Kis 15:7 - “Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya”.

h. Dalam berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan.

1Timotius 1:13 - “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.

Roma 10:2 - “Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar”.

Dalam kedua ayat ini terlihat bahwa karena tidak adanya pengertian yang benar, Paulus (sebelum ia bertobat) dan orang-orang Yahudi mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang salah.

i. Kitab Amsal menekankan hikmat. Hikmat menyangkut pengertian / pengetahuan.

Amsal 1:7 - “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”.

Amsal 2:1-6 - “(1) Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, (2) sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, (3) ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, (4) jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, (5) maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. (6) Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”.

Amsal 9:10 - “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”.

Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.

Amsal 18:2 - “Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya”.

Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.

Jadi, kalau kita membuang pikiran, itu berarti kita juga membuang hikmat yang justru ditekankan pentingnya oleh Kitab Amsal!

4. Kitab Suci mengharuskan kita mempunyai akal sehat.

Dalam 1Tim 3:2, salah satu syarat untuk penilik jemaat adalah ‘bijaksana’.

1Tim 3:2 - “Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang”.

Kata ini diterjemahkan berbeda-beda.

NASB: ‘prudent’ (= bijaksana, hati-hati).

NIV: ‘self-controlled’ (= menguasai diri). 

RSV: ‘sensible’ (= berpikiran sehat / bijaksana). 

KJV: ‘sober’ (= waras / bijaksana).

Kata bahasa Yunaninya adalah: SOPHRON (= soundminded / berpikiran sehat) yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu SOZO [= I save (= aku menyelamatkan)] dan PHREN [= mind (= pikiran)].

Kata Yunani yang sama terdapat dalam Titus 1:8 Tit 2:2,5,12 (diterjemahkan ‘bijaksana’), dalam Titus 2:6 (diterjemahkan ‘menguasai diri’), dan dalam 1Petrus 4:7 (diterjemahkan ‘kuasailah dirimu’).

Titus 1:8 - “melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri”.

Titus 2:2,5,12 - “(2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. ... (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. ... (12) Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.

Titus 2:6 - “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal”.

1Petrus 4:7 - “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”.

Semua ayat ini jelas menunjukkan bahwa berpikiran sehat merupakan keharusan bagi setiap orang kristen!

5. Kita harus menggunakan otak / pikiran, tetapi kita tidak boleh bersandar pada pikiran!

Amsal 3:5 - “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”.

Kalau Kharismatik mengambil sikap extrim kiri yaitu membuang / tidak menggunakan pikiran, maka liberalisme dan banyak orang Protestan mengambil sikap extrim kanan yaitu bersandar pada pikiran. Kedua extrim ini harus dijauhi!

Otak harus digunakan di bawah pimpinan Tuhan untuk mengerti Kitab Suci, bukan untuk menghakimi Kitab Suci!

6. Ada beberapa hal yang bisa membuang pikiran sehat:

a. Minuman keras.

b. Narkotik.

c. Penyakit, misalnya gila.

d. Usia tua, dimana orang menjadi pikun.

e. Occultisme, yaitu praktek-praktek yang berhubungan dengan kuasa gelap, seperti semedi, trance, hipnotis, dsb.

Empat hal yang pertama adalah persoalan jasmani, dan hanya occul­tisme yang merupakan persoalan rohani. Kalau Kharismatik membuang pikiran, maka Kharismatik sudah termasuk dalam occultisme! Dr. Kurt Koch, seorang ahli occultisme, dalam bukunya yang berjudul ‘Occult ABC’ (hal 29-34) memang memasukkan ‘Charismatic Movements’ (= Gerakan Kharismatik) ke dalam daftar hal-hal yang termasuk occultisme!

c) Dalam Kitab Suci Tuhan / Roh Kudus tidak pernah membanting-banting anak-anakNya. Kalau ada satu oknum yang suka / sering membanting-banting orang dan membuat mulut orang menjadi berbusa, maka oknum itu adalah setan! Perhatikan ayat-ayat ini:

Matius 17:15 - “katanya: ‘Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air”. 

Markus 9:25-27 - “(25) Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ (26) Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ (27) Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri”.

Lukas 9:38-42 - “(38) Seorang dari orang banyak itu berseru, katanya: ‘Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku. (39) Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya. (40) Dan aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.’ (41) Maka kata Yesus: ‘Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!’ (42) Dan ketika anak itu mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya. Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu mengembalikannya kepada ayahnya”.

Karena itu, saya lebih percaya bahwa orang-orang yang nggeblak / pingsan itu, apalagi yang mulutnya berbusa, sedang kerasukan setan dan bukannya sedang menerima / dipenuhi Roh Kudus!

Perlu saudara ingat bahwa dengan menggunakan hipnotisme, yang jelas termasuk occultisme / penggunaan kuasa gelap, seseorang bisa membuat orang lain pingsan / rebah! Ada kemungkinan besar bahwa banyak orang menggunakan hal ini di dalam gereja, supaya dianggap sebagai ‘sakti’, atau ‘mempunyai kuasa Tuhan’, padahal sebetulnya mereka menggunakan kuasa setan!

Memang kalau ada orang yang kerasukan setan, dan lalu setannya diusir sehingga meninggalkan orang itu, orangnya bisa rebah.

Bdk. Markus 9:25-27 - “(25) Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kataNya: ‘Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!’ (26) Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ‘Ia sudah mati.’ (27) Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri”.

Mungkin ini terjadi karena tubuh yang tadinya dipakai oleh setan untuk mengamuk, lalu menjadi kehabisan tenaga pada waktu setan meninggalkannya.

Tetapi dalam kebaktian / persekutuan Kharismatik, yang rebah bisa sampai puluhan atau bahkan ratusan orang, dan jelas tidak mungkin semuanya kerasukan setan. Juga di sana tak ada penengkingan setan; pengkhotbah / pendetanya hanya mengangkat tangan / menumpangi tangan, dan orang-orang ‘nggeblak’. Jadi, fenomena ‘nggeblak’ dalam kalangan Kharismatik pasti sangat berbeda dengan apa yang terjadi dalam Markus 9:25-27 di atas.


d) Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: dalam Majalah Intisari bulan September 1992, Dr. Luh Ketut Suryani, kepala bidang Laboratorium Psikiatri Universitas Udayana Bali mengatakan:

· “Ada beberapa cara yang memungkinkan seseorang mencapai trance. Antara lain lewat meditasi, hipnotisme, obat-obatan, pemusatan pikiran pada sepenggal pengalaman, yang bisa pula berbarengan dengan situasi yang monoton, rang­sangan berirama, keletihan fisik, ketegangan atau pengha­rapan emosional. ... trance terjadi karena adanya kekuatan hipnotis (oleh diri sendiri atau orang lain), dan dipicu oleh iringan tetabuhan yang monoton” (hal 106).

· “Pertunjukan debus yang dipimpin seorang syeh juga diser­tai alunan alat musik sederhana untuk mengiringi para pezikir yang selalu menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan. Demikian pula pada kuda lumping yang diiringi seperangkat tetabuhan dan disertai seorang ‘dukun’ sebagai penanggung jawab atas keselamatan pemain. Irama musik pengiring kedua bentuk kesenian ini sama-sama monoton. Jadi apapun yang monoton yang diarahkan terhadap seseorang pada dasarnya mampu menjadikan kesurupan” (hal 138).

Catatan:

¨ ‘trance’ yang dimaksudkan di sini jelas adalah dalam arti ‘kesurupan / kerasukan’.

¨ kata-kata Dr. Luh Ketut Suryani ini bisa menjelaskan menga­pa dalam persekutuan dan kebaktian gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik, sering terjadi trance, tumbang dalam roh dsb. Itu semua terjadi karena musik / lagu yang monoton (ingat bahwa lagu yang sama yang diulang-ulang terus mener­us sampai puluhan kali, jelas merupakan sesuatu yang mono­ton).

¨ ini juga menjelaskan mengapa orang yang ‘belajar bahasa Roh’ dengan mengucapkan kata yang sama terus menerus, akhirnya mengalami trance dan betul-betul berbahasa roh (tentu bukan bahasa Roh dari Tuhan!). Persoalannya adalah bahwa pengucapan kata yang sama secara terus menerus juga merupakan sesuatu yang monoton.

Selanjutnya, Dr. Luh Ketut Suryani juga menambahkan lagi:

“Tapi kalau penari Bali puasnya tak terlukiskan. Bahkan, dalam tarian keagamaan di pura, kepuasan itu berwujud kete­nangan batin yang masih berlangsung sampai tiga hari” (hal 138).

Ketenangan batin semacam ini juga disaksikan oleh seorang kristen bernama Yan Solihin, yang bertobat dari praktek Yoga dan penyembuhan menggunakan Yoga. Dalam bukunya yang berjudul ‘Lepas dari belenggu Yoga’, hal 39-40, ia berkata:

“Setelah itu, penyembuh akan menyalurkan prana ke pasien-pasiennya. Metode yang umum digunakan adalah dengan menumpangkan tangan di dahi pasien. ... Pada waktu itu pasien akan merasakan tubuhnya seolah-olah dialiri arus listrik yang halus atau rasa hangat yang menjalari tubuhnya, yang merupakan ciri dari prana. Sesudah pasien dipenuhi prana, biasanya ia akan mengalami ekstase, yaitu perasaan bahagia yang sangat mendalam di dalam hatinya. Perasaan itu bisa berupa rasa haru yang sangat dalam, ataupun perasaan-perasaan lain”.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘prana’ adalah tenaga / energi dalam Yoga.

Jadi, baik tarian Bali, maupun Yoga (dan mungkin banyak praktek-praktek occultisme yang lain), bisa memberikan ketenangan batin / damai. Ini bisa menjelaskan mengapa orang-orang yang mengalami ‘tumbang dalam Roh’, Toronto Blessing dsb, berkata bahwa hal itu enak, atau berkata bahwa mereka merasa sukacita / damai sejahtera, dsb (Catatan: saya berpendapat ini hanya damai yang semu, bukan damai dan sukacita sejati yang dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan damai dengan membuat anakNya rebah!).

Kesimpulan:

Orang kristen yang sejati bisa rebah / pingsan, kalau ia mendapat penglihatan tentang malaikat / Allah sendiri. Penglihatan itu membuatnya begitu takut sehingga ia kehilangan kekuatan (paralized) dan jatuh / pingsan. Ini bukan karena Allah yang merebahkan dia. 
Seseorang yang bukan anak Tuhan bisa direbahkan oleh Tuhan sebagai hajaran / hukuman. 
Orang yang kerasukan setan, setelah setan diusir, bisa (tetapi tidak harus) jatuh / pingsan. 
Orang yang menerima Roh Kudus tidak mungkin jatuh / rebah / pingsan! 
‘Nggeblak’ yang terjadi pada seseorang yang tidak kerasukan setan (terjadi bukan pada peristiwa pengusiran setan), adalah pekerjaan setan! Mungkin ini adalah semacam hipno­tisme, atau praktek occultisme yang lain! 

Karena itu, kalau saudara pergi ke kalangan kharismatik, dan fenomena ‘nggeblak’ itu terjadi, maka:

1) Berdoalah supaya Tuhan melindungi saudara, maupun orang-orang lain dari pekerjaan setan.

2) Hati-hati terhadap ‘hamba Tuhan’ yang bisa membuat orang pingsan. Saya hampir bisa memastikan bahwa mereka adalah nabi palsu (serigala berbulu domba) yang menggunakan ilmu hitam / kuasa gelap, supaya dianggap ‘sakti’, sehingga diper­caya / diikuti banyak orang.

3) Hati-hati juga terhadap orang yang nggeblak itu. Kalau orang itu betul-betul orang Kristen, tidak mungkin setan bisa menjatuhkan dia. Bahwa dia bisa dijatuhkan oleh kuasa gelap, hampir pasti hal itu menunjuk­kan bahwa ia bukan orang Kristen sejati.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
TUMBANG DALAM ROH
-o0o-
Next Post Previous Post