ANUGERAH YANG TIDAK DAPAT DITOLAK/IRRESISTIBLE GRACE, SANGGAHANNYA dan JAWABAN
Pdt.Yakub Tri Handoko, Th. M.
ANUGERAH YANG TIDAK DAPAT DITOLAK/IRRESISTIBLE GRACE, SANGGAHANNYA dan JAWABAN. Injil diberitakan kepada banyak orang, tetapi respon yang muncul berbeda: sebagian menerima sedangkan yang lain menolak. Perbedaan ini bahkan terlihat juga pada mereka yang merupakan sahabat karib maupun saudara kandung. Mereka memiliki banyak kesamaan, namun respon mereka terhadap injil berbeda. Dua saudara dari keluarga Kristen yang taat memiliki respon terhadap injil yang berbeda. Dua saudara dari keluarga non-Kristen yang broken-home dan rusak ternyata salah satu di antara mereka menerima Kristus sedangkan yang lain tetap rusak sampai akhir hidupnya. Mengapa hal seperti ini terjadi?
otomotif, business |
Sebagian orang telah melihat dan merasakan mujizat Allah dalam hidup mereka, namun respon mereka terhadap Allah berbeda. Sebagian tetap menolak Allah, misalnya orang-orang Farisi menganggap mujizat Yesus sebagai karya iblis (Matius 12:24), orang-orang Yahudi melihat mujizat tetapi tidak pernah sampai pada keselamatan yang sejati (Yohanes 2:23-24; 6:25-26, 66). Di sisi lain, sebagian orang justru langsung percaya kepada Tuhan walaupun tanpa melihat suatu mujizat pun (Kis ah Para Rasul 16:14). Mengapa bisa terjadi seperti ini?
Dalam kisah hidup kita masing-masing pun terdapat sebuah fenomena menarik. Sangat jarang ada di antara kita yang langsung menerima Kristus ketika pertama kali mendengar injil. Pertobatan kita biasanya terjadi setelah beberapa kali mendengarkan injil. Fenomena seperti ini perlu direnungkan. Bukankah injil yang kita dengarkan pada momen yang berbeda-beda itu adalah injil yang sama? Bukankah kita sendiri adalah orang yang sama? Mengapa pada suatu waktu kita menolak dan pada waktu yang lain akhirnya menerima berita injil yang sama yang sebelumnya sudah kita tolak berkali-kali?
Jawaban terhadap pertanyaan itu adalah anugerah yang tidak dapat ditolak (irresistible grace). Apa yang dimaksud dengan poin ke-4 dari TULIP ini? Apakah ada argumen kuat yang mendukung konsep ini? Bagaimana proses detil dari pemberian anugerah yang tidak dapat ditolak ini? Makalah kali ini akan menyoroti semua aspek yang terkait dengan anugerah yang tidak dapat ditolak.
Istilah dan pengertian
Banyak teolog sudah mengetahui kekurangtepatan istilah “anugerah yang tidak dapat ditolak”. Istilah ini memberikan kesan bahwa orang berdosa telah dipaksa Tuhan sedemikian rupa sampai dia tidak memiliki kehendak bebas atau tindakan sekecil apapun. Istilah ini juga tidak memberi penjelasan yang cukup tentang jenis anugerah (panggilan) yang dimaksud, sehingga sebagian orang mengalami kebingungan dan akhirnya gagal membedakan antara panggilan injil secara eksternal yang sifatnya universal dengan panggilan khusus secara internal dalam diri umat pilihan. Untuk menghindari potensi kesalahpahaman ini telah diusulkan beberapa istilah lain, misalnya anugerah yang efektif (efficacious grace) atau panggilan internal (internal calling). Istilah lain yang sering disamakan dengan anugerah yang tidak dapat ditolak adalah kelahiran kembali (regeneration). Keempat istilah ini memiliki sisi penekanan tertentu yang berbeda. Anugerah yang tidak dapat ditolak dan anugerah yang efektif lebih menekankan hasil yang pasti dari anugerah keselamatan yang diberikan Allah kepada umat pilihan. Panggilan internal dipakai untuk membedakannya dengan panggilan injil yang universal dan seringkali ditolak oleh orang yag mendengarkannya. Kelahiran kembali lebih terfokus pada proses realisasi anugerah ini, yaitu melalui perubahan internal yang signifikan dari orang yang sudah mati dalam dosa.
Secara sederhana doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak dapat dijelaskan sebagai berikut: Allah memampukan orang berdosa yang Dia pilih dan yang ditebus oleh Kristus untuk meresponi panggilan injil, sehingga rencana pilihan tersebut secara pasti akan direalisasikan. Pengakuan Iman dan Katekismus Westminster memberikan pengertian yang lengkap tentang poin ini. WCF X.1-2 “Mereka semua yang Allah predestinasikan untuk hidup kekal – dan hanya mereka saja – Allah berkenan untuk memanggil mereka secara efektif menurut waktu yang Dia tetapkan dan setujui melalui Firman dan Roh-Nya, dari keadaan kematian yang di dalamnya secara natur mereka berada kepada anugerah dan keselamatan oleh Yesus Kristus; menerangi pikiran mereka secara rohani dan bersifat menyelamatkan untuk memahami hal-hal tentang Allah; menghilangkan hati batu (keras) mereka dan memberikan kepada mereka sebuah hati daging (taat); memperbarui kehendak-kehendak mereka dan oleh kekuatan-Nya yang mahakuasa menentukan mereka kepada apa yang baik; dan secara efektif menarik mereka kepada Yesus Kristus, tetapi dengan cara sedemikian sehingga mereka datang dengan sukarela karena telah dibuat mau oleh anugerah-Nya. Panggilan efektif ini adalah hanya dari anugerah Allah yang cuma-cuma dan khusus, sama sekali bukan dari apapun yang dilihat sebelumnya dalam manusia, yang pada saat yang sama bersifat pasif sampai dibangkitkan dan diperbarui oleh Roh Kudus, dengan cara demikian ia dimampukan untuk menjawab panggilan ini dan untuk memeluk anugerah yang ditawarkan dan disampaikan dalam panggilan itu”. Katekismus Westminster 31 “Panggilan efektif adalah pekerjaan Roh Allah untuk meyakinkan kita tentang dosa dan kesengsaraan kita, menerangi pikiran-pikiran kita dalam pengetahuan tentang Kristus dan memperbarui kehendak-kehendak kita, Ia sungguh-sungguh meyakinkan dan memampukan kita untuk memeluk Yesus Kristus yang ditawarkan secara cuma-cuma kepada kita dalam injil”.
Penjelasan
Dari pengertian di atas kita perlu memberi penekanan pada beberapa aspek penting dari anugerah yang tidak dapat ditolak atau panggilan efektif. Pertama, ini merupakan karya Allah semata-mata. Semua ungkapan Alkitab yang dipakai untuk konsep ini – misalnya dilahirkan kembali (Yohanes 3:3), dibangkitkan (Efesus 1:19-20), dihidupkan (Efesus 2:5), diciptakan kembali (2Korintus 5:17; Galatia 6:15; Efesus 2:10), dsb. – menunjukkan bahwa hanya Allah yang sanggup melakukan semua itu. Kelahiran rohani merupakan hasil dari kehendak Allah (Yohanes 1:13). Semua teks di atas menyebutkan Allah sebagai subjek.
Kedua, ini merupakan karya Allah yang mempengaruhi pikiran manusia. Karya Roh Kudus dalam diri orang berdosa membuat mereka mampu memahami hal-hal yang rohani. Pengetahuan ini bersifat eksperimental, bukan hanya bersifat logis atau gramatikal (Shedd, Dogmatic Theology, 764). Pengetahuan ini bukan berasal dari pencapaian intelektual seseorang, baik melalui riset maupun argumentasi. Tanpa intervensi Roh Kudus orang berdosa tidak akan mampu memahami hal-hal rohani, sekalipun mereka mendengar dan melihat hal itu (Yesaya 1:9-10). Mereka tidak mengenal Allah sekalipun mereka memiliki pengetahuan yang banyak tentang Allah (Yohanes 8:19). Pikiran duniawi mereka selalu memusuhi Allah (Roma 8:7). Mereka tidak mampu memahami hal-hal rohani karena mereka manusia duniawi (1Korintus 2:14). Hanya Roh Kudus yang memampukan orang berdosa untuk memahami hal-hal rohani (1Korintus 2:10-13).
Ketiga, dalam kaitan dengan kehendak, anugerah yang tidak dapat ditolak bersifat memperbarui. Katekismus Besar Westminster 67 mengajarkan bahwa salah satu bagian dari panggilan efektif adalah “pembaruan dan penentuan kehendak yang penuh kuasa”. Allah menggantikan hati yang keras dengan yang taat (Yeh 11:19; 36:26-27). Dia mengerjakan kemauan untuk taat (Filipi 2:13). Allah menyadarkan orang berdosa tentang keadaan mereka yang mengenaskan dan hina serta mengarahkan mereka untuk mengasihi kebenaran dan Allah (Yohanes 16:8-9; 2Tesalonika 3:5).
Keempat, dalam realisasi anugerah ini manusia bersikap pasif. Manusia tidak melakukan apapun dalam proses ini. Yesus mengajar Nikodemus bahwa dia harus dilahirkan kembali (bentuk pasif) supaya dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:3, 5). Bentuk pasif ini pasti mengasumsikan Allah sebagai subjeknya. Secara logis, manusia yang mati dalam dosa pasti tidak akan mampu menghidupkan dirinya sendiri. Ciptaan – apalagi yang sudah rusak – tidak mungkin menciptakan kembali dirinya sendiri. Dalam proses kelahiran, seorang bayi ada di dalam dunia karena dilahirkan. Dengan kata lain, anugerah yang tidak dapat ditolak bersifat monergis (karya satu pihak, yaitu Allah), bukan sinergis (karya dua pihak).
Argumen yang mendukung doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak
Doktrin ini diajarkan di dalam Alkitab secara eksplisit maupun implisit. Argumen biblikal yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian: inferensi logis dari doktrin-doktrin lain, teks-teks yang secara eksplisit mengajarkan doktrin ini dan kisah pertobatan yang radikal.
Inferensi logis dari doktrin-doktrin lain
Seperti telah disinggung beberapa kali, semua poin dalam TULIP telah diatur secara logis, sistematis dan progresif. Satu poin berhubungan dan menjadi dasar bagi poin sesudahnya. Demikian pula dengan poin anugerah yang tidak dapat ditolak.
Pertama, poin ini merupakan konsekuensi logis dari konsep kerusakan total. Manusia berdosa tidak mungkin dapat meresponi panggilan injil secara positif dengan usaha mereka sendiri. Mereka memiliki status orang berdosa, natur yang tercemar, dikuasai oleh dosa dan berada di bawah kekuasaan iblis. Orang berdosa telah menjadikan diri mereka sebagai musuh Allah. Dengan situasi seperti ini, mereka tidak mungkin datang kepada Allah, kecuali Allah sendiri yang bekerja di dalam diri mereka.
Di antara orang berdosa mungkin ada yang tampaknya giat untuk Allah, tetapi usaha itu dilakukan tanpa pengertian yang benar (Roma 10:2; Kisah Para Rasul 17:22-23), walaupun mereka telah mendapatkan penyataan Allah yang jelas dan istimewa (Roma 9:4-6). Ada beberapa orang yang dalam taraf tertentu mampu mengenal Allah yang benar, namun mereka menolak untuk menyembah Dia (Roma 1:19-25). Beberapa orang berdosa bahkan sudah berada di lingkungan orang percaya dan mendengarkan firman Tuhan begitu banyak, namun mereka tidak mampu untuk percaya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh (1Yohanes 2:19). Tidak heran Paulus dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mencari Allah (Roma 3:11).
Bagaimana orang berdosa akhirnya dapat memilih Allah? Allah perlu bekerja secara internal dalam diri mereka untuk memampukan mereka. Mereka perlu mengalami kelahiran kembali (Titus 3:5), kebangkitan secara rohani (Efesus 1:19-20), diciptakan kembali dalam Kristus (Efesus 2:10; 2Korintus 5:17), dipanggil dari kegelapan kepada terang (1Petrus 2:9), dipindahkan dari kematian kepada kehidupan (Yohanes 5:24), dilahirkan baru (Yohanes 3:3), dihidupkan (Kolose 2:13), diberi hati yang baru dan taat (Yehezkiel 11:19).
Kedua, konsep anugerah yang tidak dapat ditolak bergantung pada doktrin pemilihan tanpa syarat. Karena pemilihan keselamatan didasarkan pada kedaulatan Allah, maka rencana tersebut tidak akan dapat digagalkan oleh apapun juga. Apa yang direncanakan Allah akan terlaksana sebagaimana yang Dia tentukan (Ay 42:2). Orang-orang yang sudah ditentukan untuk keselamatan bagaimanapun pasti akan sampai pada keselamatan.
Ketiga, konsep anugerah yang tidak dapat ditolak juga berakar dari doktrin penebusan terbatas. Dalam pembahasan sebelumnya telah ditunjukkan bahwa karya Kristus di atas kayu salib bersifat aktual, dalam arti karya tersebut sungguh-sungguh telah mencapai tujuannya untuk menebus umat pilihan, menanggung hukuman umat pilihan, dsb. Untuk mengaplikasikan kepada orang percaya apa yang telah dicapai Kristus di atas kayu salib tersebut, Allah – melalui injil dan Roh Kudus – memampukan umat pilihan untuk menikmati karya itu, sebagaimana diajarkan dalam Katekismus Singkat Westminster 30 “Roh mengaplikasikan kepada kita penebusan yang telah dibayar oleh Kristus dengan mengerjakan iman dalam kita dan dengan demikian menyatukan kita kepada Kristus dalam panggilan efektif kita”. Penerimaan terhadap Kristus tidak dapat diserahkan pada kehendak manusia, karena manusia tidak mungkin menerima Kristus melalui usaha mereka sendiri dan dengan demikian akan menyebabkan karya Kristus menjadi sia-sia.
Teks-teks yang eksplisit
Beberapa teks dalam Alkitab mengajarkan bahwa siapa yang telah dipilih Allah untuk selamat pasti akan bertobat. Teks pertama adalah Kisah Para Rasul 13:48b “dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menjadi percaya”. Mayoritas versi Inggris menerjemahkan “dan sebanyak yang ditentukan untuk selamat mereka percaya” (KJV/ASV/RSV/NASB). Yang menarik dari ayat ini adalah penyebutan tentang doktrin pemilihan yang secara sambil lalu dan tidak disertai penjelasan apapun seakan-akan ini merupakan hal yang biasa ketika injil diberitakan (Grudem, Systematic Theology, 671). Dengan kata lain, Lukas mengasumsikan bahwa semua pembacanya sudah memahami kalau suatu pertobatan pasti diawali dengan pemilihan atau suatu pemilihan pasti berujung pada pertobatan. Di bagian lain Lukas juga memberikan contoh pertobatan Lidia yang terjadi karena Allah membuka hatinya (Kisah Para Rasul 16:14).
Injil Yohanes juga mengajarkan doktrin ini secara tegas. Umat pilihan yang diberikan Bapa kepada Kristus pasti akan datang kepada Kristus (Yohanes 6:37) dan tidak ada seorang pun yang dapat datang kalau ia tidak ditarik (Yohanes 6:44) atau dikaruniakan oleh Bapa (Yohanes 6:65). Kata “menarik” ({elkw) di Yohanes 6:44 merupakan kata yang keras dan menunjukkan kekuatan subjek yang menarik maupun ketidakmampuan objek yang ditarik. Kata ini dipakai untuk pedang yang ditarik dari sarungnya (Yohanes 18:10), jala yang diseret pelayan (Yohanes 21:6, 11), orang yang diseret oleh orang banyak (Kisah Para Rasul 16:19; 21:30). Di antara mereka yang sudah diberikan Bapa kepada Yesus tidak ada seorang pun yang binasa. Hanya dia yang memang sudah ditentukan untuk binasa yang akhirnya tidak sampai pada pertobatan (Yohanes 17:12b). Domba-domba lain yang masih dalam kandang suatu saat pasti akan dituntun dan mendengarkan suara gembala (Yohanes 10:16).
Teks lain yang sering dipakai untuk mendukung anugerah yang tidak dapat ditolak adalah Roma 8:29-30. Ayat ini menyinggung beberapa urutan keselamatan (ordo salutis), walaupun tidak semua tahap keselamatan ada dalam ayat ini. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa orang yang sudah dipilih pasti akan ditentukan untuk selamat; yang ditentukan akan dipanggil; yang dipanggil pasti akan dibenarkan; yang dibenarkan pasti akan dmuliakan. Dari ayat ini terlihat bahwa pola kerja adalah bersifat paket yang lengkap, dimulai dari pilihan-Nya yang berdasarkan kedaulatan dan kasih sampai pada pemuliaan orang percaya di surga.
Kisah pertobatan yang radikal
Yang dimaksud pertobatan yang radikal di sini adalah pertobatan yang terjadi secara tiba-tiba atau orang itu sebelumnya tidak menginginkan hal itu. Dalam sejarah gereja kita mengetahui kisah pertobatan bapa gereja Agustinus yang diceritakannya dalam buku Confessions. Dia sudah lama berusaha mencari kebenaran dan kedamaian hidup melalui berbagai macam jalan, misalnya agama misteri Manicheanisme, ilmu retorika maupun kehidupan bebas. Pada akhirnya pertobatannya terjadi secara tiba-tiba dan melalui cara yang sangat sederhana. Ketika dia ada di sebuah taman, dia mendengar anak-anak kecil bernyanyi “ambil dan bacalah”. Dia memahami ucapan ini sebagai panggilan untuk membaca Alkitab. Dia lalu membuka Alkitab, menemukan Roma 13:13-14 dan akhirnya bertobat.
Contoh pertobatan yang sebelumnya tidak diinginkan orang yang bertobat adalah pertobatan Paulus. Dia dahulu merupakan penganiaya orang Kristen yang sangat gigih. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam dirinya bahwa ia akan percaya kepada Yesus yang dia anggap sebagai mesias palsu dan penyesat. Akhirnya dia percaya kepada Yesus setelah Yesus sendiri menemui dia di perjalanan menuju Damsyik. Perjumpamaan yang dramatis ini disebutnya seperti bayi yang lahir sebelum waktunya (1Korintus 15:8-9).
Sanggahan, Jawaban dan Manfaat Anugerah Yang Tidak Dapat Ditolak
Sama seperti poin lain dalam TULIP, anugerah yang tidak dapat ditolak juga mendapat berbagai serangan, walaupun teks Alkitab yang mendukung konsep ini sudah cukup jelas. Sebagian serangan bermula dari kesalahpahaman tentang konsep ini, sedangkan serangan lain muncul akibat ketidakmampuan melihat harmonisasi konsep ini dengan teks-teks Alkitab lain yang sekilas menentangnya. Paling sedikit ada empat sanggahan utama yang biasa dikemukakan.
Pertama, anugerah yang tidak dapat ditolak bertentangan dengan kehendak bebas manusia. Manusia bebas untuk memilih atau menolak Allah (Yosua 24:15), sedangkan doktrin ini menyiratkan bahwa manusia tidak memiliki kehendak sama sekali. Manusia ibarat robot yang hanya mengikuti kemauan orang yang mengontrolnya.
Terhadap sanggahan ini kita pertama-tama perlu mengetahui lingkup kedaulatan Allah. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu (Mazmur 103:19; Dan 4:34-35; Efesus 1:11), termasuk hati dan keputusan manusia (Amsal 16:1; 19:21; 21:1). Allah berhak mengeraskan hati seseorang (Keluaran 7:3//Roma 9:18; 2Tesalonika 2:9-12, terutama ayat 11) maupun melembutkan hati yang lainnya (Keluaran 12:35-36; Ez 7:27). Jika kehendak manusia berada di luar kontrol Allah, bagaimana Allah dapat berdaulat atas segala sesuatu, padahal kehendak manusia itulah yang memungkinkan terjadinya banyak hal besar maupun kecil dalam dunia?
Kita juga harus memahami bahwa kebebasan manusia memang tidak bersifat 100%. Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati ada banyak hal yang lebih besar daripada kebebasan manusia. Kita tidak dapat memilih etnis maupun orang tua kita. Kita bahkan lahir ke dalam dunia tanpa keinginan dari pihak kita sendiri. Secara logis kita pun tidak mungkin bebas secara mutlak. Untuk menjadi bebas secara mutlak manusia harus memiliki kuasa yang lebih besar daripada segala sesuatu yang ada. Manusia juga harus memiliki ketidakterbatasan dalam dirinya sehingga dia bisa memikirkan setiap kemungkinan yang dia inginkan dan merealisasikan kemungkinan tersebut. Dari penjelasan ini terlihat dengan jelas bahwa manusia tidak mungkin bebas secara mutlak. Jika memang manusia tidak bebas secara mutlak, bukankah sangat masuk akal kalau kita berpikir bahwa kedaulatan Allahlah yang membatasi kebebasan tersebut?
Dalam hal panggilan efektif, Allah tidak melakukan pelanggaran terhadap kehendak bebas manusia. Allah justru membebaskan kehendak “bebas” manusia yang selama ini dikekang oleh dosa. Melalui panggilan efektif manusia justru dimampukan untuk berkehendak lain selain dari menuruti kehendak dosa. Pemberian hidup yang baru, penerangan pikiran dan pembaruan hati memampukan manusia untuk kembali kepada Allah. Manusia dmampukan untuk memahami hal-hal yang baik di mata Allah.
Sanggahan kedua terhadap anugerah yang tidak dapat ditolak – yang mirip sanggahan pertama – berasal dari kesalahpahaman terhadap doktrin ini. Mereka yang menolak doktrin ini menganggap bahwa orang berdosa telah dipaksa untuk percaya. Mereka memilih Allah bukan dengan sukacita dan sukarela. Jika ini yang terjadi, maka iman dan ibadah mereka kepada Allah bukan lahir dari kesungguhan hati dan Allah pasti tidak akan berkenan dengan ibadah yang bersifat paksaan seperti ini.
Untuk menjawab keberatan di atas kita harus menegaskan bahwa orang yang akhirnya percaya sebenarnya tidak pernah merasa dipaksa untuk percaya. Dalam panggilan efektif Allah menghidupkan orang itu dari keadaannya yang mati dalam dosa, sehingga dia mampu meresponi injil dan memilih Allah. Apakah tindakan ini membuat orang berdosa terpaksa memilih Allah? Sama sekali tidak! Dalam panggilan efektif Allah menyingkirkan semua halangan yang selama ini menguasai orang berdosa sehingga dia tidak dapat memilih Allah. Kita harus ingat bahwa manusia pada dasarnya diciptakan dalam keadaan baik (Kejadian 1:31) dan diberi wahyu untuk mengenal Allah. Keadaan yang baik sudah tercemar oleh dosa sehingga wahyu yang diberikan pun menjadi sia-sia karena natur manusia yang berdosa selalu mendorong manusia untuk menindas kebenaran yang dinyatakan melalui wahyu tersebut (Roma 1:18). Ketika pikiran orang berdosa diterangi dan kehendaknya diperbarui, maka mereka dengan sukarela akan memilih Allah.
Proses di atas menunjukkan bahwa pertobatan maupun iman bukanlah sebuah paksaan dan Allah tetap menyukai ibadah seperti ini. Sebenarnya dalam beberapa kasus Allah justru “memaksa” umat-Nya untuk beribadah kepada Dia. Berbagai peringatan dan hukuman yang dilakukan Allah kepada umat-Nya merupakan cara Allah untuk mengkondisikan manusia beribadah kepada-Nya. Walaupun dasar semua ibadah dan ketaatan seharusnya adalah kasih, namun karena ketegaran hati manusia Allah seringkali perlu menggunakan cara-cara tertentu yang keras untuk menolong manusia taat kepada-Nya. Jadi, panggilan efektif tidak menyebabkan manusia terpaksa beribadah kepada Allah; kalaupun mereka memang “dipaksa”, hal itu tidak membuat iman dan ibadah mereka menjadi sesuatu yang dibenci oleh Allah.
Sanggahan selanjutnya yang mirip dengan sanggahan kedua adalah pendapat yang menganggap anugerah yang tidak dapat ditolak meniadakan respon manusia terhadap injil dan dengan demikian meremehkan nilai pekabaran injil. Seandainya panggilan efektif adalah mutlak pekerjaan Allah, maka manusia tidak perlu meresponi injil. Seandainya manusia tidak perlu meresponi injil, maka pekabaran injil tidak diperlukan. Yang diperlukan hanyalah karya Allah secara internal dalam diri orang berdosa.
Sanggahan semacam ini jelas bermula dari kesalahpahaman terhadap doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak. Panggilan efektif tidak meniadakan respon orang berdosa terhadap injil. Orang berdosa tetap harus meresponi injil secara positif, karena keselamatan melibatkan pengakuan (Roma 10:10). Panggilan efektif bersifat memampukan manusia untuk memberikan respon terhadap injil dalam bentuk pertobatan, iman dan ketaatan. Jadi, panggilan efektif memampukan orang berdosa untuk melakukan bagian mereka dalam keselamatan. Bagaimanapun, kemampuan untuk meresponi ini tidak berasal dari manusia, tetapi dari Allah sendiri. Kita tidak boleh berpikir bahwa keselamatan adalah hasil kerja sama Allah dan orang berdosa.
Walaupun sebuah ilustrasi pasti bersifat defektif (tidak sempurna), namun ilustrasi berikut ini dalam taraf tertentu dapat mempermudah pemahaman kita tentang kaitan antara tindakan Allah dan manusia dalam keselamatan. Seorang pemuda sedang diikat tangan dan kakinya dalam sebuah permainan bersama teman-temannya di sebuah pantai. Tiba-tiba dia terseret oleh ombak hingga ia tidak sadarkan diri karena menelan air laut terlalu banyak (dalam Alkitab keadaan orang berdosa sebenarnya “mati”, bukan sekedar “tidak sadarkan diri”). Seorang teman kemudian berenang ke arahnya, memberikan nafas buatan, melepaskan ikatan pada kaki dan tangannya, lalu memberikan sebuah pelampung kepada orang itu. Kini orang itu sudah pasti selamat dan tinggal menggerakkan kaki dan tangannya menuju pantai. Dalam ilustrasi ini si pemuda akhirnya dapat selamat dari kematian bukan karena dia bergerak menuju pantai (gerakan ini tidak akan mampu dia lakukan apabila dia pingsan, kaki dan tangannya terikat serta tidak memiliki pelampung). Dia selamat karena ditolong oleh temannya, tetapi dia tetap perlu bergerak ke arah daratan.
Panggilan efektif juga tidak meremehkan pentingnya pekabaran injil. Kita perlu memahami bahwa panggilan efektif bukanlah perhentian akhir dan tidak terjadi begitu saja. Ketika Allah memanggil seseorang secara efektif, maka Allah menggunakan instrumen, yaitu firman-Nya (WCF X.1). Panggilan efektif bukanlah sekedar pengalaman spiritual yang bersifat mistis semata-mata dan berakhir pada tahap tersebut. Dalam panggilan efektif Allah menerangi pikiran orang berdosa dan membuka hatinya supaya mereka mampu memahami dan menerima hal-hal rohani. Dengan kata lain, panggilan efektif merupakan karya Allah dalam diri orang berdosa sehingga mereka mampu menerima panggilan injil yang eksternal. Jelas, pekabaran injil tetap diperlukan, karena Allah menggunakan itu sebagai instrumen.
Sanggahan paling serius terhadap doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak didasarkan pada teks-teks tertentu yang tampaknya mengajarkan bahwa panggilan dari Allah dapat ditolak. Matius 22:14 “sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih”. Orang-orang Yahudi menyelidiki kitab suci tetapi mereka tetap tidak mau datang kepada Yesus sekalipun kitab suci memberi kesaksian tentang Dia (Yohanes 5:39-40). Seperti induk ayam Yesus berkali-kali ingin mengumpulkan orang-orang Yahudi dalam sayab-Nya tetapi mereka menolak (Matius 23:37//Lukas 13:34). Pekabaran injil kepada orangorang non-Yahudi terjadi karena bangsa Yahudi menolak panggilan injil tersebut (Kisah Para Rasul 13:46).
BACA JUGA: IMAN, ANUGERAH, DAN KESELAMATAN
Semua teks di atas tidak akan memberi kita kesulitan yang signifikan apabila kita memahami bahwa Alkitab memang membedakan dua panggilan injil: panggilan eksternal yang bersifat universal dan panggilan internal/efektif yang bersifat partikular. Panggilan eksternal dapat ditolak oleh orang yang mendengarnya sedangkan panggilan internal selalu efektif. Dua macam panggilan ini tersirat dalam doa Yesus di Matius 11:25-27. Yang dimaksud dengan orang bijak dan pandai di ayat 25 bukanlah mereka yang tidak pernah mendengarkan injil (band. Matius 11:21-23), tetapi mereka yang sudah mendengar dan menolak injil itu. Sebaliknya, yang dimaksud orang kecil di ayat 27 bukanlah anak kecil, tetapi mereka yang dengan rendah hati menerima injil. Dua respon berbeda terhadap injil ini dijelaskan Yesus sebagai akibat dari tindakan Allah menyembunyikan dan menyatakan. Dua sikap ini sama-sama baik di mata Allah (ayat 26).
Selain itu, semua teks yang dipakai untuk menyanggah anugerah yang tidak dapat ditolak merupakan teks-teks yang merujuk pada panggilan eksternal kepada semua orang. Hal ini dapat diketahui dari konteks yang ada. Dalam Yohanes 5:39-40, Matius 23:37//Lukas 13:34 maupun Kisah Para Rasul 13:46, subjek yang menolak injil bukanlah pribadi (individu), tetapi sekumpulan orang dalam kelompok tertentu, yaitu bangsa Yahudi. Secara umum injil telah diberitakan kepada bangsa Yahudi dan secara umum mereka telah menolaknya. Teks-teks tersebut tentu saja tidak menyatakan bahwa semua orang Yahudi menolak injil (120 murid yang menunggu di Yerusalem maupun para petobat pada masa awal gereja mula-mula adalah orang Yahudi). Teks tersebut hanya menunjukkan bahwa panggilan injil secara eksternal telah ditolak oleh mayoritas bangsa Yahudi.
Manfaat doktrin anugerah yang tidak dapat ditolak
1. Kunci semua perubahan dalam diri individu dan masyarakat bukan terletak pada sistem, peraturan maupun edukasi, walaupun tiga hal ini memegang peranan penting. Perubahan sesungguhnya bersifat supranatural oleh karya Roh Kudus melalui firman-Nya dan dimulai dari diri umat pilihan (Erickson, 958).
2. Salah satu aspek paling penting dalam pekabaran injil adalah doa dan kebergantungan kita kepada Roh Kudus, karena hanya Allah yang dapat menyelamatkan orang berdosa.
3. Kemurnian injil merupakan pra-syarat mutlak bagi pekabaran injil yang sejati, karena Allah memanggil orang berdosa secara efektif melalui firman-Nya. Injil yang tidak murni (atau injil lain) tidak akan pernah menghasilkan pertobatan yang sejati.
4. Dalam sebuah keluarga Kristen, anak-anak harus terus diperhadapkan dengan konsep injil atau doktrin yang benar dan bukan sekedar dilatih untuk hidup sesuai gaya hidup Kristiani.
5. Orang Kristen tidak perlu kuatir dengan berbagai upaya pihak lain untuk mempersempit ruang pekabaran injil – baik melalui pembatasan maupun penganiayaan – karena bagaimanapun injil akan tetap diberitakan dan sampai kepada orang-orang yang sudah dipilih Allah sejak kekekalan untuk memperoleh hidup kekal, karena pekabaran injil merupakan elemen esensial yang dipakai Allah untuk merealisasikan keselamatan umat pilihan.
-AMIN-