KASIH KARUNIA YANG TIDAK BISA DITOLAK 2

PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
KASIH KARUNIA YANG TIDAK BISA DITOLAK 2
10)Yohanes 6:44-45 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. (45) Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu.”.

Adam Clarke (tentang Yohanes 6:45): “‘They shall be all taught of God.’ This explains the preceding verse. God teaches a man to know himself, that, finding his need of salvation, he may flee to lay hold on the hope which his heavenly Father has set before him in the Gospel. God draws men by his love, and by showing them what his love has done for them.” (= ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah’. Ini menjelaskan ayat yang mendahuluinya. Allah mengajar orang untuk mengenal diriNya sendiri, sehingga, mendapati kebutuhannya akan keselamatan, ia bisa lari untuk berpegang pada pengharapan yang Bapa surgawinya telah letakkan di hadapannya dalam Injil. Allah menarik manusia oleh kasihNya, dan dengan menunjukkan kepada mereka apa yang kasihNya telah lakukan bagi mereka.).

Dengan penafsiran seperti ini tak terlihat apapun bahwa Allah memberikan iman kepada orang-orang pilihan / orang-orang percaya. Apa masalahnya dengan penafsiran Adam Clarke ini? Ia tidak mempedulikan kata-kata ‘mereka semua’ dan ‘setiap orang’ dalam Yoh 6:45!

Yoh 6:45 - “‘Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu.”.

Lenski (tentang Yoh 6:45): “Jesus first uses διδόναι, ‘to give,’ in v. 37 and 39, he adds ἑλκύειν, ‘to draw,’ in v. 44. He now takes the next step and makes fully clear how this giving and drawing to Jesus is effected by the Father. ‘It has been written in the prophets, And they shall all be people taught of God. Everyone that did hear from the Father and did learn comes to me.’ ... All that they hold and believe is God’s own teaching, none of it comes from themselves or merely from men. Thus we see what it means to be drawn by the Sender of Jesus, namely to be ‘people taught of God.’” (= Yesus pertama-tama / mula-mula menggunakan DIDONAI, ‘memberikan’, dalam ay 37 dan 39, Ia menambahkan HELKUEIN, ‘menarik’, dalam ay 44. Sekarang Ia mengambil langkah berikutnya dan membuat sepenuhnya jelas bagaimana pemberian dan penarikan kepada Yesus ini diadakan / dijalankan oleh Bapa. ‘Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu.’ ... Semua yang mereka pegang dan percayai adalah ajaran Allah sendiri, tak ada darinya yang datang dari diri mereka sendiri atau semata-mata dari manusia. Maka kita melihat apa artinya ditarik oleh Pengutus dari Yesus, yaitu menjadi ‘orang-orang yang diajar dari / oleh Allah’).

Catatan: sama seperti Adam Clarke, Lenski juga tidak mempedulikan kata-kata ‘mereka semua’ dan ‘setiap orang’ dalam Yoh 6:45!

William Hendriksen (tentang Yoh 6:45): “It is not true that 6:45 cancels or at least weakens 6:44. The expression, ‘It is written in the prophets, And they shall all be taught of God,’ does not in any sense whatever place in the hands of men the power to accept Jesus as Lord. Here is more - much more! - than mere intellectual advancement. Here, too, is more than that plus moral suasion. Here is the transformation of the entire personality!” (= Tidaklah benar bahwa 6:45 membatalkan atau setidaknya melemahkan 6:44. Ungkapan, ‘Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah’, tidak dalam arti apapun meletakkan dalam tangan manusia kuasa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan. Di sini ada lebih - jauh lebih banyak! - dari pada semata-mata kemajuan intelektual. Di sini juga, adalah lebih dari itu ditambah bujukan / desakan. Ini adalah perubahan dari seluruh kepribadian!).

William Hendriksen (tentang Yoh 6:45): “Here again the divine and the human activities in the work of salvation are juxtaposed, for immediately after ‘And they shall all be taught of God’ there follows, ‘Everyone who listens to the Father and learns of him will come to me.’ In this connection, however, it should be emphasized that in showing how sinners are saved Scripture never merely places side by side the divine and the human factors, predestination and responsibility, God’s teaching and man’s listening. On the contrary, it is always definitely indicated that it is God who takes the initiative and who is in control from start to finish. It is God who draws before man comes; it is he that teaches before man can listen and learn. Unless the Father draws, no one can come. That is the negative side. The positive is: everyone who listens to the Father and learns of him will come. Grace always conquers; it does what it sets out to do. In that sense it is irresistible. The absolute character of the cooperation between Father and Son, which, in turn, is based upon unity of essence, is stressed once more as in so many other passages in this Gospel: he who listens to the Father (not merely in the outward sense but so that he actually learns of him) comes to the Son, ‘will come to me.’ Such a person will embrace Christ by a true and living faith.” [= Di sini lagi-lagi aktivitas ilahi dan manusiawi dalam pekerjaan keselamatan diletakkan berdampingan, karena segera setelah ‘Dan mereka semua akan diajar dari / oleh Bapa’ mengikuti kalimat ‘Dan setiap orang, yang mendengar kepada Bapa dan belajar dari Dia, akan datang kepadaKu.’ Tetapi dalam hubungan ini harus ditekankan bahwa dalam menunjukkan bagaimana orang-orang berdosa diselamatkan, Kitab Suci tidak pernah semata-mata menempatkan berdampingan faktor-faktor ilahi dan manusiawi, predestinasi dan tanggung jawab, pengajaran Allah dan pendengaran manusia. Sebaliknya, selalu secara pasti ditunjukkan bahwa Allahlah yang mengambil inisiatif dan yang mengendalikan dari awal sampai akhir. Allahlah yang menarik sebelum manusia bisa datang; Ialah yang mengajar sebelum manusia bisa mendengar dan belajar. Kecuali Bapa menarik, tak seorangpun bisa datang. Itu adalah sisi negatifnya. Sisi positifnya adalah: setiap orang yang mendengar kepada Bapa dan belajar dari Dia akan datang. Kasih karunia selalu menang; kasih karunia melakukan apa yang kasih karunia maksudkan untuk lakukan. Dalam arti itu kasih karunia tidak dapat ditolak. Karakter mutlak dari kerja sama antara Bapa dan Anak, yang didasarkan pada kesatuan hakekat, ditekankan satu kali lagi seperti dalam begitu banyak text-text dalam Injil ini: ia yang mendengar kepada Bapa (bukan semata-mata dalam arti lahiriah tetapi sedemikian rupa sehingga ia betul-betul belajar dari Dia) datang kepada Anak, ‘akan datang kepadaKu’. Orang seperti itu akan memeluk / percaya kepada Kristus dengan iman yang sejati / benar dan hidup.].

Catatan: perhatikan perbedaan penafsiran antara William Hendriksen di satu pihak dan Adam Clarke dan Lenski di pihak lain. William Hendriksen menafsirkan kata-kata ‘setiap orang’, tetapi Adam Clarke dan Lenski tidak. Penghindaran seperti ini dilakukan untuk membuat ayat itu artinya sesuai dengan theologia mereka.

Calvin (tentang Yoh 6:45): “the Church cannot be restored in any other way than by God undertaking the office of a Teacher, and bringing believers to himself. The way of teaching, of which the prophet speaks, does not consist merely in the external voice, but likewise in the secret operation of the Holy Spirit. In short, this teaching of God is the inward illumination of the heart. ‘And they shall be all taught by God.’ As to the word ‘all,’ it must be limited to the elect, who alone are the true children of the Church. ... Christ, therefore, justly concludes that men have not eyes to behold the light of life, until God has opened them. But at the same time, he fastens on the general phrase, ‘all;’because he argues from it, that ‘all’ who are ‘taught by God’ are effectually drawn, so as to come; and to this relates what he immediately adds, Whosoever therefore hath heard my Father. The amount of what is said is, that all who do not believe are reprobate and doomed to destruction; because all the sons of the Church and heirs of life are made by God to be his obedient disciples. Hence it follows, that there is not one of all the elect of God who shall not be a partaker of faith in Christ. Again, as Christ formerly affirmed that men are not fitted for believing, until they have been drawn, so he now declares that the grace of Christ, by which they are drawn, is efficacious, so that they necessarily believe. These two clauses utterly overturn the whole power of free will, of which the Papists dream. For if it be only when the Father has drawn us that we begin to ‘come to Christ,’ there is not in us any commencement of faith, or any preparation for it. On the other hand, if all come whom the Father hath taught, HE GIVES TO THEM NOT ONLY THE CHOICE OF BELIEVING, BUT FAITH ITSELF. ... ‘Cometh to me.’ He shows the inseparable connection that exists between him and the Father. For the meaning is, that it is impossible that any who are God’s disciples shall not obey Christ, and that they who reject Christ refuse to be ‘taught by God;’ because the only wisdom that all the elect learn in the school of God is, to come to Christ; for the Father, who sent him, cannot deny himself.” (= Gereja tidak bisa dipulihkan dengan cara lain apapun dari pada dengan Allah mengerjakan jabatan dari seorang Guru / Pengajar, dan membawa orang-orang percaya kepada diriNya sendiri. Cara pengajaran, tentang mana sang nabi berbicara, tidak terdiri semata-mata dalam suara lahiriah, tetapi juga dalam pekerjaan / operasi rahasia dari Roh Kudus. Singkatnya, pengajaran Allah ini adalah pencerahan di dalam dari hati. ‘Dan mereka semua akan diajar oleh Allah’. Berkenaan dengan kata ‘semua’, itu harus dibatasi pada orang-orang pilihan, karena hanya mereka yang merupakan anak-anak yang sejati dari Gereja. ... Karena itu, Kristus secara benar menyimpulkan bahwa manusia tidak mempunyai mata untuk melihat terang kehidupan, sampai Allah telah membuka mata mereka. Tetapi pada saat yang sama, Ia melekatkan pada ungkapan umum, ‘semua’; karena Ia berargumentasi darinya, bahwa ‘semua’ yang ‘diajar oleh Allah’ ditarik secara efektif, sehingga mereka datang; dan dengan hal ini berhubungan apa yang Ia segera tambahkan, Karena itu, ‘barang siapa / setiap orang telah mendengar BapaKu.’ Total dari semua yang Ia katakan adalah, bahwa semua yang tidak percaya adalah reprobate / orang-orang non pilihan dan ditentukan pada kebinasaan / kehancuran; karena semua anak-anak dari Gereja dan ahli-ahli waris dari kehidupan dibuat oleh Allah untuk menjadi murid-muridNya yang taat. Maka akibatnya adalah bahwa di sana tidak ada seorangpun dari semua orang-orang pilihan dari Allah yang tidak akan menjadi seorang pengambil bagian dari iman kepada Kristus. Selanjutnya, sebagaimana Kristus sebelumnya menegaskan bahwa orang-orang tidak cocok untuk percaya, sampai mereka telah ditarik, maka sekarang Ia menyatakan bahwa kasih karunia dari Kristus, dengan mana mereka ditarik, adalah mujarab / pasti berhasil, sehingga mereka pasti percaya. Dua anak kalimat ini sama sekali membalikkan seluruh kekuatan dari kehendak bebas, tentang mana para pengikut Paus bermimpi. Karena jika hanya pada waktu Bapa telah menarik kita maka kita mulai ‘datang kepada Kristus’, di sana tidak ada di dalam kita pemulaian apapun dari iman, atau persiapan apapun untuk iman. Di sisi yang lain, jika semua yang telah diajar Bapa datang, IA MEMBERIKAN KEPADA MEREKA BUKAN HANYA PEMILIHAN UNTUK PERCAYA, TETAPI IMAN ITU SENDIRI. ... ‘Datang kepadaKu’. Ia menunjukkan hubungan yang tak terpisahkan yang ada antara Dia dengan Bapa. Karena artinya adalah, bahwa adalah tidak mungkin bahwa siapapun yang adalah murid-murid Allah tidak akan mentaati Kristus, dan bahwa mereka yang menolak Kristus menolak untuk ‘diajar oleh Allah’; karena satu-satunya hikmat yang dipelajari oleh semua orang-orang pilihan dalam sekolah Allah adalah, datang kepada Kristus; karena Bapa, yang mengutusNya, tidak bisa menyangkal diriNya sendiri.).

Lagi-lagi kita melihat bahwa Calvin, sama seperti William Hendriksen, memperhatikan kata-kata ‘semua’ dan ‘setiap orang / barangsiapa’, yang memang merupakan kata-kata kunci yang sangat penting dalam ayat ini, tetapi diabaikan / dihindari oleh Adam Clarke dan Lenski.

Ini beberapa hal penting yang ditekankan oleh Calvin dalam kutipan di atas:

a) Ay 45 merupakan kutipan dari Yes 54:13 - “Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah kesejahteraan mereka”.

b) Kata ‘semua’ menunjuk kepada elects (= orang-orang pilihan).

c) Ini menjelaskan bahwa Allah ‘menarik’ dengan ‘mengajar’. Tetapi jelas bahwa ‘mengajar’ ini bukanlah satu-satunya hal yang Allah lakukan untuk menarik seseorang. Ia juga melahirbarukan (atau ‘membuka mata mereka’), memberikan terang sehingga orang itu mengerti ajaran yang Ia berikan, dan bahkan Ia juga memberikan iman. Saya ingin ulangi bagian terpenting dari kata-kata Calvin di atas.

Calvin (tentang Yoh 6:45): “He gives to them not only the choice of believing, but faith itself.” (= Ia memberikan kepada mereka bukan hanya pemilihan, tetapi iman itu sendiri.).

d) Orang yang telah mendengar dan menerima ajaran dari Bapa akan datang kepada Yesus (beriman kepada Yesus).

11)Yoh 6:65 - “Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Adam Clarke (tentang Yoh 6:65): “‘Except it were given unto him.’ None can come at first, unless he be drawn by the Father; and none can continue, unless he continue under those sacred influences which God gives only to those who do not receive his first graces in vain. St. Augustin himself grants that it was the sole fault of these disciples that they did not believe, and were saved. ... If I be asked why these could not believe, I immediately answer, because they WOULD NOT. Aug. Tract. 53, in Joan.” (= ‘Kecuali itu dikaruniakan kepadanya’. Mula-mula tak seorangpun bisa datang, kecuali ia ditarik oleh Bapa; dan tak seorangpun bisa melanjutkan, kecuali ia terus ada di bawah pengaruh-pengaruh kudus itu, yang Allah berikan hanya kepada mereka yang tidak menerima kasih karuniaNya yang pertama dengan sia-sia. Santo Agustinus sendiri mengakui bahwa adalah semata-mata kesalahan dari murid-murid ini bahwa / sehingga mereka tidak percaya dan diselamatkan. ... Jika saya ditanya mengapa orang-orang ini tidak dapat percaya, saya segera menjawab, karena mereka TIDAK MAU. Aug. Tract 53, in Joan.).

Catatan:

a) Kata-kata Clarke pada bagian awal (yang saya garis-bawahi) lagi-lagi menghindari pembahasan kata-kata dari Yoh 6:65 itu. Kata-katanya boleh dikatakan tidak ada hubungannya dengan ayat itu. Dari mana ia tahu-tahu bicara ada kasih karunia yang pertama, yang kelihatannya ia katakan sebagai ‘tarikan pertama dari Bapa’, yang tidak diterima dengan sia-sia oleh orang itu, dan lalu orang itu harus terus ada di bawah pengaruh kudus dari kasih karunia itu?

b) Lalu pada bagian bawah, ia mengutip dari Agustinus, yang mengatakan bahwa kalau seseorang tidak percaya itu semata-mata adalah kesalahan orang itu, dan juga bahwa orang tidak percaya itu karena ia tidak mau. Saya tak punya traktat Agustinus ini, sehingga tak bisa melihat dalam kontext apa Agustinus berbicara seperti ini. Yang jelas Calvinisme / Augustinianisme memang mempercayai bahwa kalau seseorang tidak percaya, itu memang kesalahannya sendiri. Dan seseorang tidak percaya karena ia tidak mau. Ini juga benar. Tetapi semua ini dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Tuhan, orang itu tidak mau karena Bapa tidak mengaruniakan kepadanya. Ini yang tidak dibahas oleh Clarke. Sekarang kita bandingkan dengan kata-kata Agustinus yang lain, yang dikutip oleh Calvin.

John Calvin: “Augustine, the faithful interpreter of them, exclaims: “Our Savior, to teach us that belief comes as a gift and not from merit, says: ‘No one comes to me, unless my Father…draw him’ (John 6:44 p.), and ‘…it be granted him by my Father’ (John 6:65 p.). It is strange that two hear: one despises, the other rises up! Let him who despises impute it to himself; let him who rises up not arrogate it to himself.”” [= Agustinus, penafsir yang setia tentang mereka, berseru: “Juruselamat kita, pada waktu mengajar kita bahwa kepercayaan datang sebagai suatu karunia / pemberian dan bukan dari jasa, berkata: ‘Tak seorangpun datang kepadaKu, kecuali BapaKu ... menariknya’ (Yoh 6:44), dan ‘... itu dikaruniakan kepadanya oleh BapaKu’ (Yoh 6:65). Adalah aneh bahwa dua orang mendengar: yang satu memandang rendah, yang lain bangkit! Hendaklah dia yang memandang rendah memperhitungkannya kepada dirinya sendiri; hendaklah dia yang bangkit tidak mengclaim dengan sombong hak itu kepada dirinya sendiri.”] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter 2, no 35.

Apakah Clarke hanya melihat sebagian tulisan Agustinus dan mengutipnya? Karena yang saya beri garis bawah ganda itu cocok dengan kata-kata Clarke. Tetapi Calvin mengutip semuanya sehingga lebih obyektif!

Lenski (tentang Yoh 6:65): “In v. 44 Jesus had said, ‘No man can come unto me except the Father which sent me draw him’; and in v. 37, ‘All that the Father gives to me shall get to me.’ To these two statements Jesus again refers, only changing the active form into the passive, ‘have been given to him.’ To come to Jesus is to believe in Jesus; and the ability to come is never without the coming. In our abstract thinking we must never separate the two and imagine that the Father grants the ability and that we then may decide whether we will use this ability or leave it unused.” (= Dalam ay 44 Yesus telah berkata, ‘Tak seorangpun bisa datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutus Aku menariknya’; dan dalam ay 37, ‘Semua yang Bapa berikan kepadaKu akan datang kepadaKu’. Yesus menunjuk pada 2 pernyataan ini lagi, hanya mengubah bentuk aktif menjadi bentuk pasif, ‘telah diberikan / dikaruniakan kepadanya’. Datang kepada Yesus adalah percaya kepada Yesus; dan kemampuan untuk datang tidak pernah tanpa kedatangan itu. Dalam pemikiran abstrak kita, kita tidak pernah boleh memisahkan dua hal itu, dan membayangkan bahwa Bapa memberikan kemampuan dan bahwa lalu kita bisa memutuskan apakah kita akan / mau menggunakan kemampuan ini atau membiarkannya tidak dipakai.).

atatan: lagi-lagi aneh, bahwa orang Arminian ini bisa mengeluarkan komentar ‘Reformed’ seperti ini! Tetapi ada satu bagian yang tidak saya mengerti, yaitu kata-kata yang saya beri garis bawah ganda ‘dalam pemikiran abstrak kita’. Apa maksud Lenski dengan kata-kata ‘misterius’ ini?

Sekarang mari kita perhatikan apa yang Lenski katakan selanjutnya di bawah ini.

Lenski (tentang Yoh 6:65): “The best commentary on this giving and this drawing is furnished in Concordia Triglotta 1087, etc.: ‘The Father will not do this without means, but has ordained for this purpose his Word and Sacraments as ordinary means and instruments; and it is the will neither of the Father nor of the Son that a man should not hear or should despise the preaching of his Word and wait for the drawing of the Father without the Word and Sacraments. For the Father draws, indeed, by the power of his Holy Ghost, according to his usual order, by the hearing of his holy, divine Word, as with a net, by which the elect are plucked from the jaws of the devil. Every poor sinner should therefore repair thereto, hear it attentively, and not doubt the drawing of the Father. For the Holy Ghost will be with his Word in his power and work by it; and that is the drawing of the Father. - But the reason why not all who hear it believe, and some are therefore condemned the more deeply, is not because God had begrudged them their salvation; but it is their own fault, as they have heard the Word in such a manner as not to learn (v. 45) but only to despise, blaspheme, and disgrace it, and have resisted the Holy Ghost, who through the Word wished to work in them.’ Where the ability to come and the coming are not given, this is not due to the will or the effort of the Giver but to the contrary, hostile will and obdurate, resisting effort of him who should be the recipient, Matt. 23:37, ‘ye would not.’ ‘On this account,’ διὰ τοῦτο, refers back to the statement, ‘But there are some of you that do not believe.’ Faith and coming to Jesus is not theirs and is not given to them because in their persistent preference of unbelief they are determined not to receive it. Their lack of faith is not excused by any inactivity on the Father’s part, for this does not exist; their non-faith is blamed onto them because they nullify the Father’s activity of giving and drawing.” [= Tafsiran yang terbaik tentang tindakan memberi dan menarik ini diberikan dalam Concordia Triglotta 1087, dst.: ‘Bapa tidak akan melakukan ini tanpa cara-cara, tetapi telah menentukan untuk tujuan ini Firman dan Sakramen-sakramenNya sebagai cara-cara dan alat-alat yang umum / biasa; dan bukanlah merupakan kehendak Bapa ataupun Anak bahwa seseorang harus mendengar dan memandang rendah pemberitaan Firman dan menunggu tarikan Bapa tanpa Firman dan Sakramen-sakramen. Karena Bapa memang menarik oleh kuasa dari Roh KudusNya sesuai dengan urut-urutanNya yang biasa, dengan mendengar FirmanNya yang kudus dan ilahi, seperti dengan suatu jala, dengan mana orang-orang pilihan diambil dari rahang setan / Iblis. Karena itu, setiap orang berdosa yang malang harus memperbaiki kearah sana, mendengarnya dengan penuh perhatian, dan tidak meragukan tarikan dari Bapa. Karena Roh Kudus akan ada bersama dengan FirmanNya dalam kuasaNya dan bekerja dengannya; dan itu adalah tarikan dari Bapa. - Tetapi alasan mengapa tidak semua yang mendengarnya percaya, dan karena itu sebagian dihukum dengan lebih dalam, bukanlah karena Allah telah memberi mereka dengan segan keselamatan mereka; tetapi itu adalah kesalahan mereka sendiri, karena mereka telah mendengar Firman dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka tidak belajar (ay 45) tetapi hanya memandang rendah, menghujat, dan mencemarkannya, dan telah menolak Roh Kudus, yang melalui Firman ingin bekerja dalam diri mereka.’ Dimana kemampuan untuk datang dan tindakan datang itu tidak diberikan, ini bukan disebabkan karena kehendak atau usaha dari sang Pemberi, tetapi sebaliknya, kehendak yang bermusuhan dan keras kepala, menolak usaha dari Dia yang seharusnya menjadi penerima, Mat 23:37, ‘kamu tidak mau’. ‘Sebab itu’, DIA TOUTO, menunjuk ke belakang pada pernyataan, ‘Tetapi ada di antara kamu yang tidak percaya’. Iman dan tindakan datang kepada Yesus bukanlah milik mereka, dan tidak diberikan kepada mereka, karena dalam pemilihan terus menerus untuk tidak percaya dari mereka mereka ditentukan untuk tidak menerimanya. Ketiadaan iman mereka tidak dimaafkan oleh ketidak-aktifan apapun di pihak Bapa, karena ketidak-aktifan ini tidak ada; ketiadaan iman mereka disalahkan kepada mereka karena mereka meniadakan aktivitas memberi dan menarik dari Bapa.].

Catatan:

a) Bagaimana kata-kata Lenski yang di atas dan di bawah bisa harmonis, saya tidak mengerti. Kedua bagian itu betul-betul bertentangan frontal!

b) Bagian yang saya beri garis bawah ganda jelas menunjukkan kepercayaan Lenski pada ‘conditional election’ (= pemilihan bersyarat).

William Hendriksen (tentang Yoh 6:65): “faith is a gift of God, and it is not given to all men: ‘And he was saying, Therefore said I to you that no one can come to me unless it is given to him by the Father.’” (= iman adalah suatu pemberian / karunia dari Allah, dan itu tidak diberikan kepada semua orang: ‘Dan Ia berkata, Karena itu Aku berkata kepadamu bahwa tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali itu dikaruniakan kepadaNya oleh Bapa’.).

Calvin (tentang Yoh 6:65): “He again states that faith is an uncommon and remarkable gift of the Spirit of God, that we may not be astonished that the Gospel is not received in every place and by all. ... Christ therefore assigns a reason why there are so few believers, namely, because no man, whatever may be his acuteness, can arrive at faith by his own sagacity; for all are blind, until they are illuminated by the Spirit of God, and therefore they only partake of so great a blessing whom the Father deigns to make partakers of it. If this grace were bestowed on all without exception, it would have been unseasonable and inappropriate to have mentioned it in this passage; for we must understand that it was Christ’s design to show that not many believe the Gospel, because faith proceeds only from the secret revelation of the Spirit. ‘Unless it be given him by my Father.’ He now uses the word ‘give’ instead of the word which he formerly used, ‘draw;’ by which he means that there is no other reason why God draws, than because out of free grace he loves us; for what we obtain by the gift and grace of God, no man procures for himself by his own industry.” (= Ia menyatakan lagi bahwa iman adalah suatu karunia yang tidak biasa / tidak umum dan hebat / luar biasa dari Roh Allah, supaya kita tidak heran bahwa Injil tidak diterima di setiap tempat dan oleh semua orang. ... Karena itu Kristus memberikan suatu alasan mengapa hanya ada sedikit orang-orang percaya, yaitu, karena tak seorangpun, bagaimanapun ketajaman / ketelitiannya, bisa sampai pada iman oleh kecerdasan / kebijaksanaannya sendiri; karena semua orang adalah buta, sampai mereka diterangi oleh Roh Allah, dan karena itu mereka hanya mengambil bagian dari berkat yang begitu besar yang Allah berkenan untuk membuatnya menjadi pengambil bagian darinya. Jika kasih karunia ini diberikan kepada semua orang tanpa kecuali, maka akan tidak sesuai dan tidak cocok untuk menyebutkannya dalam text ini; karena kita harus mengerti bahwa adalah rancangan Kristus untuk menunjukkan bahwa tidak banyak orang percaya Injil, karena iman keluar hanya dari wahyu / penyataan rahasia dari Roh. ‘Kecuali itu dikaruniakan kepadanya oleh BapaKu’. Sekarang Ia menggunakan kata ‘beri’ dan bukannya kata yang sebelumnya Ia gunakan, ‘tarik’; dengan mana Ia memaksudkan bahwa di sana tidak ada alasan lain mengapa Allah menarik, dari pada karena dari kasih karunia yang cuma-cuma Ia mengasihi kita; karena apa yang kita dapatkan oleh karunia dan kasih karunia Allah, tak seorangpun mendapatkannya bagi dirinya sendiri oleh kerajinannya sendiri.).

Catatan: perlu dicamkan bahwa Yoh 6:65 ini muncul dalam kontext yang menceritakan tentang Yesus memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan (Yoh 6:1-14). Jadi mula-mula ada banyak orang, tetapi lalu hampir semua meninggalkan Dia karena kata-kata kerasNya (Yoh 6:60,66).

12)1Kor 12:2-3 - “(2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. (3) Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.”.

Adam Clarke tak beri apa-apa yang berarti dalam tafsirannya.

Lenski (tentang 1Kor 12:3): “Whoever confesses Jesus as ‘Lord’ has the Holy Spirit in his heart” (= Siapapun mengakui Yesus sebagai ‘Tuhan’ mempunyai Roh Kudus dalam hatinya).

Tafsiran ini sama sekali tak sesuai dengan kata-kata ayatnya, dan jelas membengkokkan arah dari ayat itu. Ayatnya berbicara tentang bagaimana seseorang bisa mengakui Yesus sebagai Tuhan, tetapi Lenski mempersoalkan apa akibatnya kalau seseorang mengakui Yesus sebagai Tuhan.

Charles Hodge (tentang 1Kor 12:3): “The word ku>riov (KURIOS), LORD, is that by which the word Jehovah is commonly rendered in the Greek version of the Old Testament. To say Jesus is the Lord, therefore, in the sense of the apostle, is to acknowledge him to be truly God. ... What the apostle says, is that no man can make this acknowledgment but by the Holy Ghost. This of course does not mean that no one can utter these words unless under special divine influence; but it means that no one can truly believe and openly confess that Jesus is God manifest in the flesh unless he is enlightened by the Spirit of God.” [= Kata KURIOS, TUHAN, adalah kata dengan mana kata Yehovah biasanya diterjemahkan dalam versi Yunani dari Perjanjian Lama. Karena itu, mengatakan Yesus adalah Tuhan, dalam arti dari sang rasul, adalah mengakui Dia sebagai sungguh-sungguh Allah. ... Apa yang sang rasul katakan, adalah bahwa tak seorangpun bisa membuat pengakuan ini kecuali oleh Roh Kudus. Ini tentu tidak berarti bahwa tak seorangpun bisa MENGUCAPKAN kata-kata ini kecuali di bawah pengaruh ilahi yang khusus; tetapi itu berarti bahwa tak seorangpun bisa PERCAYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH dan mengaku secara terbuka bahwa Yesus adalah Allah yang menyatakan diri dalam daging kecuali ia diterangi oleh Roh Kudus.].

Memang kalau cuma ‘mengucapkan’ (tanpa hatinya betul-betul percaya), tentu saja seadanya orang munafik bisa melakukannya.

Bdk. Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

Tetapi mengaku Yesus sebagai Tuhan / Allah dengan hati yang sungguh-sungguh percaya (bdk. Ro 10:9), tidak mungkin bisa terjadi kalau bukan karena Roh Kudus.

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.

Calvin (tentang 1Kor 12:3): “Having admonished them from their own experience, he sets before them a general doctrine, which he deduces from it; for what the Corinthians had experienced in themselves is common to all mankind - to wander on in error, previously to their being brought back, through the kindness of God, into the way of truth. Hence it is necessary that we should be directed by the Spirit of God, or we shall wander on for ever. From this, too, it follows, that all things that pertain to the true knowledge of God, are the gifts of the Holy Spirit. ... ‘no one can speak well of Christ, but by the Spirit of Christ.’ ... To ‘say that Jesus is the Lord,’ is to speak of him in honorable terms and with reverence, and to extol his majesty. Here it is asked - ‘As the wicked sometimes speak of Christ in honorable and magnificent terms, is this an indication that they have the Spirit of God?’ I answer - ‘They undoubtedly have, so far as that effect is concerned; but the gift of regeneration is one thing, and the gift of bare intelligence, with which Judas himself was endowed, when he preached the gospel, is quite another.’ Hence, too, we perceive how great our weakness is, as we cannot so much as move our tongue for the celebration of God’s praise, unless it be governed by his Spirit.” (= Setelah menasehati mereka dari pengalaman mereka sendiri, ia meletakkan di depan mereka suatu doktrin / ajaran yang bersifat umum, yang ia simpulkan darinya; karena apa yang orang-orang Korintus telah alami dalam diri mereka sendiri adalah umum bagi semua umat manusia - mengembara dalam kesalahan, sebelum mereka dibawa kembali, melalui kebaikan Allah, ke dalam jalan kebenaran. Jadi, adalah perlu bahwa kita diarahkan oleh Roh Allah, atau kita akan mengembara selama-lamanya. Dari hal ini, juga mengikuti bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan pengetahuan yang benar tentang Allah, adalah karunia-karunia dari Roh Kudus. ... ‘Tak seorangpun bisa berbicara baik tentang Kristus, kecuali oleh Roh Kristus’. ... ‘Mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan’, berarti berbicara tentang Dia dalam istilah-istilah yang menghormat dan dengan rasa hormat / takut, dan meninggikan keagunganNya. Di sini ditanyakan - ‘Karena orang-orang jahat kadang-kadang berbicara tentang Kristus dalam istilah-istilah yang menghormat dan bagus sekali, apakah ini merupakan suatu petunjuk bahwa mereka mempunyai Roh Allah?’ Saya menjawab - ‘Tak diragukan bahwa mereka telah mengatakan hal seperti itu, sejauh hasilnya itu yang diperhatikan; tetapi karunia tentang kelahiran baru sangat berbeda dengan karunia tentang semata-mata kepandaian, dengan mana Yudas sendiri dikaruniai, pada waktu ia memberitakan Injil’. Karena itu, kami juga mengerti betapa besar kelemahan kita, karena kita tidak dapat menggerakkan lidah kita untuk memuji Allah, kecuali lidah itu dikuasai / diperintah oleh RohNya.).

Jadi kesimpulannya adalah: Allah bukan hanya memberikan hal-hal sehingga manusia BISA beriman, tetapi Ia betul-betul memberikan iman itu sendiri.

Jadi jelas bahwa Allah bukan hanya memberikan kasih karunia setengah-setengah sampai pada titik dimana manusia bisa memilih sendiri. Tidak! Ia memberikan kasih karunia sampai mereka percaya dan diselamatkan!

Calvin sendiri mempunyai pandangan bahwa iman tidak tergantung pada kehendak manusia!

Calvin (tentang Yoh 6:37): “In the first place, he says, that all whom the Father giveth him come to him; by which words he means, that FAITH IS NOT A THING WHICH DEPENDS ON THE WILL OF MEN, so that this man and that man indiscriminately and at random believe, but that God elects those whom he hands over, as it were, to his Son; for when he says, that whatever is given cometh, we infer from it, that all do not come. Again, we infer, that God works in his elect by such an efficacy of the Holy Spirit, that not one of them falls away; for the word ‘give’ has the same meaning as if Christ had said, ‘Those whom the Father hath chosen he regenerates, and gives to me, that they may obey the Gospel.’” (= Pertama-tama, Ia katakan, bahwa semua orang yang Bapa berikan kepadaNya datang kepadaNya; dengan kata-kata mana Ia memaksudkan, bahwa IMAN BUKANLAH SESUATU YANG TERGANTUNG PADA KEHENDAK MANUSIA, sehingga orang ini atau orang itu secara tak pandang bulu dan secara acak, percaya, tetapi bahwa Allah memilih mereka yang boleh dikatakan Ia berikan kepada AnakNya; karena pada waktu ia mengatakan, bahwa ‘siapapun yang diberikan datang,’ kami menyimpulkan darinya, bahwa tidak semua datang. Lagi, kami menyimpulkan bahwa Allah bekerja dalam orang-orang pilihanNya dengan kemujaraban sedemikian rupa dari Roh Kudus, sehingga tak seorangpun dari mereka meninggalkan; karena kata ‘memberikan’ mempunyai arti yang sama seakan-akan Kristus telah berkata, ‘mereka yang telah Bapa pilih, Ia lahir-barukan, dan berikan kepadaKu, sehingga mereka bisa mentaati Injil’.).

Illustrasi:

Dalam hidup sehari-hari, kalau saya katakan sekarang saya membawa uang 1 juta dalam dompet saya, saudara tidak bisa memutuskan MAUpercaya atau TIDAK MAU percaya. Tinggal saudara percaya atau tidak percaya. Tidak ada urusan dengan KEMAUAN / KEHENDAK! Jadi, iman bukanlah hasil dari keputusan manusia.

Kesaksian:

Kalau saya merenungkan pertobatan saya, tidak pernah ada saat dalam hidup saya dimana setelah mendengar Injil, saya menimbang-nimbang untung ruginya kalau saya beriman kepada Kristus, atau kalau saya menolak Kristus. Dan lalu, setelah sekian lama menimbang-nimbang maka akhirnya saya mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus! Tidak pernah ada saat seperti itu dalam kehidupan saya! Bagi saya ini omong kosong!

Yang terjadi dalam hidup saya adalah: setelah mendengar Injil secara bertahap, TAHU-TAHU SAYA MENDAPATI BAHWA DIRI SAYA SUDAH PERCAYA KEPADA KRISTUS. Saya tidak ingat kapan persisnya saya percaya, tetapi saya tahu-tahu menyadari bahwa saya sudah percaya. Jadi jelas itu bukan keputusan dari kehendak bebas saya, sebagaimana yang dipercaya oleh orang-orang Arminian!

Bagaimana kalau orang mengatakan bahwa itu kan hanya didasarkan atas pengalamanmu? Pengalaman bukan dasar dari ajaran, karena tiap orang bisa punya pengalaman yang berbeda!

Saya menjawab:

a) Ini sesuai dengan apa yang saya jelaskan dalam bagian ini, yaitu bahwa iman adalah anugerah Allah kepada orang-orang pilihanNya! Jadi, ayat-ayatnya jelas sangat banyak!

b) Dalam Alkitab tidak pernah ada pertanyaan ‘Maukah engkau percaya?’. Yang ada adalah pertanyaan ‘Percayakah engkau / kamu ....?’. Mari kita lihat sederetan ayat di bawah ini:

1. Ayub 39:14 - “Percayakah engkau kepadanya, karena kekuatannya sangat besar? Atau kauserahkankah kepadanya pekerjaanmu yang berat?”.

2. Mat 9:28 - “Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepadaNya dan Yesus berkata kepada mereka: ‘Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?’ Mereka menjawab: ‘Ya Tuhan, kami percaya.’”.

3. Yoh 9:35 - “Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: ‘Percayakah engkau kepada Anak Manusia?’”.

4. Yoh 11:26 - “dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.

5. Yoh 14:10 - “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya.”.

6. Yoh 16:31 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang?”.

7. Kis 26:27 - “Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.’”.

c) Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang mengandung kata-kata ‘mau / tidak mau percaya’ dan dalam bahasa Inggris ‘will / will not believe’?

1. Bil 14:11 - “TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka TIDAK MAU PERCAYA kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!”.

Kalau kita membandingkan dengan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris maka kita akan melihat bahwa dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris memang ada kata ‘will’, tetapi menurut saya kata ‘will’ itu bisa diterjemahkan ‘akan’ dan bukannya ‘mau’.

KJV: ‘and how long will it be ere they believe me’ (= dan akan jadi berapa lama lagi sebelum mereka percaya kepadaKu?).

RSV: ‘And how long will they not believe in me’ (= Dan berapa lama lagi / sampai kapan mereka akan tidak percaya kepadaKu).

NIV: ‘How long will they refuse to believe in me’ (= Berapa lama mereka akan menolak untuk percaya kepadaKu).

NASB: ‘And how long will they not believe in Me’ (= Dan berapa lama mereka akan tidak percaya kepadaKu).

2. Yoh 10:38 - “tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu TIDAK MAU PERCAYA kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’”.

Dalam terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris kata ‘mau’ ini tidak ada.

KJV: ‘though ye believe not me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

RSV: ‘even though you do not believe me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

NIV: ‘even though you do not believe me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

NASB: ‘though you do not believe Me’ (= sekalipun kamu tidak percaya kepadaKu).

3. Mat 27:42 (KJV): ‘He saved others; himself he cannot save. If he be the King of Israel, let him now come down from the cross, and we will believe him.’ (= Ia menyelamatkan orang-orang lain; diriNya sendiri Ia tidak bisa menyelamatkan. Jika Ia adalah Raja Israel, biarlah Ia sekarang turun dari salib, dan kami mau / akan percaya kepadaNya).

Ini bisa diterjemahkan ‘kami akan percaya’ (= LAI).

Mat 27:42 - “ "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya.”.

4. Yoh 11:48 (KJV): ‘If we let him thus alone, all men will believe on him: and the Romans shall come and take away both our place and nation.’ (= Jika kita membiarkanNya, semua orang akan percaya kepadaNya: dan orang-orang Romawi akan datang dan mengambil baik tempat dan bangsa kita).

Ini harus diterjemahkan ‘semua orang akan percaya’ (= LAI).

Yoh 11:48 - “Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.’”.

5. Kel 4:1 (KJV): ‘And Moses answered and said, But, behold, they will not believe me, nor hearken unto my voice: for they will say, The LORD hath not appeared unto thee.’ (= Dan Musa menjawab dan berkata, Tetapi, lihatlah, mereka tidak mau / akan percaya kepadaku, ataupun mendengarkan suaraku: karena mereka akan berkata, TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu).

Ini bisa diterjemahkan ‘mereka tidak akan percaya’.

LAI: ‘mereka tidak percaya’.

Kel 4:1 - “Lalu sahut Musa: ‘Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?’”.

6. Kel 4:8 (KJV): ‘And it shall come to pass, if they will not believe thee, neither hearken to the voice of the first sign, that they will believe the voice of the latter sign.’ (= Dan akan terjadi, jika mereka tidak mau / akan percaya kepadamu, ataupun mendengarkan suara dari tanda yang pertama, mereka mau / akan percaya suara dari tanda yang belakangan).

Ini bisa diterjemahkan ‘jika mereka akan tidak percaya’ ... ‘mereka akan percaya’.

Kel 4:8 (LAI): “‘Jika mereka tidak percaya kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan percaya kepada tanda mujizat yang kedua.”.

7. Kel 4:9 (KJV): ‘And it shall come to pass, if they will not believe also these two signs, neither hearken unto thy voice, that thou shalt take of the water of the river, and pour it upon the dry land: and the water which thou takest out of the river shall become blood upon the dry land.’(= Dan akan terjadi, jika mereka juga tidak mau percaya kedua tanda ini, ataupun mendengarkan suaramu, engkau akan mengambil air dari sungai, dan mencurahkannya pada tanah yang kering: dan air yang engkau ambil dari sungai akan menjadi darah di tanah yang kering).

Ini bisa diterjemahkan ‘jika mereka tidak percaya’ (= LAI).

Kel 4:9 - “Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu.’”.

8. Yes 7:9 (KJV): ‘And the head of Ephraim is Samaria, and the head of Samaria is Remaliah’s son. If ye will not believe, surely ye shall not be established.’ (= Dan kepala dari Efraim adalah Samaria, dan kepala dari Samaria adalah anak Remalya. Jika kamu tidak mau percaya, pasti kamu tidak akan diteguhkan / ditegakkan.).

Ini bisa diterjemahkan ‘Jika kamu tidak percaya’ (= LAI).

Yes 7:9 - “Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.’”.

9. Hab 1:5 (KJV): ‘Behold ye among the heathen, and regard, and wonder marvellously: for I will work a work in your days, which ye will not believe, though it be told you.’ (= Lihatlah di antara orang-orang kafir, dan perhatikanlah, dan terheran-heranlah: karena Aku akan mengerjakan suatu pekerjaan pada jamanmu, yang tidak akan kamu percayai, sekalipun itu diceritakan kepadamu.).

Ini harus diterjemahkan ‘tidak akan kamu percayai’ (= LAI).

Hab 1:5 - “Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.”.

10.Luk 22:67 (KJV): ‘Art thou the Christ? tell us. And he said unto them, If I tell you, ye will not believe:’ (= Apakah Engkau adalah Kristus? Beritahukanlah kami. Dan Ia berkata kepada mereka, Jika Aku memberitahumu, kamu tidak akan percaya).

Ini harus diterjemahkan ‘kamu tidak akan percaya’ (= LAI).

Luk 22:67 - “katanya: ‘Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.’ Jawab Yesus: ‘Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya;”.

11.Yoh 4:48 (KJV): ‘Then said Jesus unto him, Except ye see signs and wonders, ye will not believe.’ (= Maka Yesus berkata kepadanya, Kecuali kamu melihat tanda-tanda dan mujijat-mujijat, kamu tidak mau / akan percaya.).

Ini bisa diterjemahkan ‘kamu tidak akan percaya’.

Yoh 4:48 - “Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.’”.

12.Yoh 20:25 (KJV): ‘The other disciples therefore said unto him, We have seen the Lord. But he said unto them, Except I shall see in his hands the print of the nails, and put my finger into the print of the nails, and thrust my hand into his side, I will not believe.’ (= Karena itu, murid-murid yang lain berkata kepadanya, Kami telah melihat Tuhan. Tetapi ia berkata kepada mereka, Kecuali aku melihat pada tanganNya tanda / jejak paku-paku, dan memasukkan jariku ke dalam tanda / jejak paku-paku, dan memasukkan tanganku ke dalam sisiNya, Aku tidak mau / akan percaya.).

Ini bisa diterjemahkan ‘Aku tidak akan percaya’ (= LAI).

Yoh 20:25 - “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.

Memang dalam menterjemahkan kata ‘will’ ada beberapa kemungkinan, yaitu diterjemahkan ‘mau’, atau ‘akan’ atau tak diterjemahkan (dihapuskan).

KEBERATAN DARI PIHAK ARMINIAN.

Orang Arminian menganggap sebagai tak masuk akal kalau Allah menyuruh kita beriman, tetapi ternyata Allahlah yang memberikan iman itu.

John Owen: “The Arminians have but one argument, that ever I could meet with, whereby they strive to rob Christ of this glory of meriting and procuring for us faith and repentance; and that is, because they are such acts of ours as in duty and obedience to the precepts of the gospel we are bound to perform; and this they everywhere press at large, ‘usque et usque.’ In plain terms, they will not suffer their idol to be accounted defective in any thing that is necessary to bring us unto heaven.” [= Orang-orang Arminian hanya mempunyai satu argumentasi, yang pernah saya temui, dengan mana mereka berjuang / berusaha keras untuk merampok Kristus dari kemuliaan tentang keberjasaan dan bagaimana mendapatkan iman dan pertobatan; dan itu adalah, karena mereka (iman dan pertobatan) adalah tindakan-tindakan kita seperti dalam kewajiban dan ketaatan kepada ajaran-ajaran / perintah-perintah dari injil yang harus kita lakukan; dan ini mereka tekankan dimana-mana pada umumnya, ‘selalu dan terus menerus’. Dalam istilah-istilah yang jelas, mereka tidak akan membiarkan berhala mereka untuk dianggap cacat dalam hal apapun yang perlu untuk membawa kita ke surga] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 116 (AGES).

Catatan:

· kata bahasa Latin ‘usque’ berarti ‘selalu’, ‘setiap saat’, ‘terus menerus’; dan kata bahasa Latin ‘et’ berarti ‘dan’ - Collins Latin Dictionary (Libronix).

· Saya kira yang Owen maksudkan dengan ‘their idol’ (= berhala mereka) adalah ‘free will’ (= kehendak bebas).

ohn Owen: “Let us hear them pleading their cause: - ‘It is most certain that that ought not to be commanded which is wrought in us; and that cannot be wrought in us which is commanded. He foolishly commandeth that to be done of others who will work in them what he commandeth,’ saith their Apology.” (= Marilah kita mendengar mereka membela perkara mereka: - ‘Adalah paling pasti bahwa apa yang dibuat di dalam kita itu tidak boleh diperintahkan; dan itu tidak bisa dibuat di dalam kita yang diperintahkan. Ia secara tolol memerintahkan itu untuk dilakukan orang-orang lain yang akan mengerjakan dalam mereka apa yang ia perintahkan’, kata Apology mereka.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 117-118 (AGES).

John Owen: “‘Faith and conversion cannot be our obedience, if they are wrought in us by God,’ say they at the Hague; and Episcopius, ‘That it is a most absurd thing to affirm that God either effects by his power, or procureth by his wisdom, that the elect should do those things that he requireth of them.’ So that where the Scripture calls faith the gift and work of God, they say it is an improper locution, inasmuch as he commands it; properly, it is an act or work of our own. ... The sum at which they aim is, that to affirm that God bestoweth any graces upon us, or effectually worketh them in us, contradicteth his word requiring them as our duty and obedience.” (= ‘Iman dan pertobatan tidak bisa merupakan ketaatan kita, jika mereka dikerjakan dalam kita oleh Allah’, kata mereka di Hague; dan Episcopius, ‘Bahwa itu adalah suatu hal yang paling menggelikan untuk menegaskan bahwa Allah, atau menghasilkan oleh kuasaNya, atau menyebabkan oleh hikmatNya, bahwa / sehingga orang-orang pilihan melakukan hal-hal itu yang Ia tuntut dari mereka’. Sehingga dimana Kitab Suci menyebut iman sebagai karunia dan pekerjaan dari Allah, mereka katakan itu sebagai suatu cara yang tidak benar untuk mengungkapkan pikiran, karena Ia memerintahkannya; secara tepat / benar, itu adalah suatu tindakan atau pekerjaan dari diri kita sendiri. ... Semua yang mereka tuju adalah, bahwa menegaskan bahwa Allah memberikan kasih karunia apapun kepada kita, atau secara efektif mengerjakan mereka di dalam kita, bertentangan dengan firmanNya yang menuntut mereka sebagai kewajiban dan ketaatan kita.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 119 (AGES).

Di bawah ini adalah beberapa jawaban dari John Owen terhadap argumentasi Arminian yang telah ia berikan di atas:

1. Dalam Ul 10:16 Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menyunat hati mereka dan untuk tidak lagi bersikap tegar tengkuk. Tetapi dalam Ul 30:6 dikatakan bahwa Tuhanlah yang menyunat hati mereka supaya mereka mengasihi Tuhan.

Ul 10:16 - “Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.”.

Ul 30:6 - “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.”.

Jadi, apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri lakukan di dalam mereka.

John Owen: “First, Deuteronomy 10:16, The Lord commandeth the Israelites to ‘circumcise the foreskin of their hearts, and to be no more stiff-necked;’ so that the circumcising of their hearts was a part of their obedience, - it was their duty so to do, in obedience to God’s command. And yet, in the 30th chapter, verse 6, he affirmeth that ‘he will circumcise their hearts, that they might love the LORD their God with all their hearts.’ So that, it seems, the same thing, in diverse respects, may be God’s act in us and our duty towards him.” - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 119-120 (AGES).

Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.

2. Dalam Yeh 18:31 Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk memperbaharui hati / roh mereka, tetapi dalam Yeh 36:26,27 Tuhan mengatakan bahwa Ialah yang melakukan hal itu di dalam mereka.

Yeh 18:31 - “Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.

Yeh 36:26,27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.

Jadi, apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri lakukan di dalam mereka.

John Owen: “Secondly, Ezekiel 18:31, ‘Make you a new heart and a new spirit: for why will ye die, O house of Israel?’ The making of a new heart and a new spirit is here required under a promise of a reward of life, and a great threatening of eternal death; so that so to do must needs be a part of their duty and obedience. And yet, Ezekiel 36:26,27, he affirmeth that he will do this very thing that here he requireth of them: ‘A new heart will I give you, and a new spirit will I put within you: and I will take away the stony heart out of your flesh, and I will give you an heart of flesh; and I will cause you to walk in my statutes,’ etc.” - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 120 (AGES).

Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.

3. Dalam banyak ayat bangsa Israel diperintahkan untuk takut kepada Tuhan. Tetapi dalam Yer 32:40 Tuhan berkata bahwa Ialah yang akan membuat mereka takut akan Dia.

Yos 24:14 - “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.”.

Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu.”.

Jadi, lagi-lagi apa yang Tuhan perintahkan, Ia sendiri yang melakukannya di dalam mereka.

John Owen: “In how many places, also, are we commanded to ‘fear the Lord!’ which, when we do, I hope none will deny it to be a performance of our duty; and yet, Jeremiah 32:40, God promiseth that ‘he will put his fear in our hearts, that we shall not depart from him.’” (= ) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 120 (AGES).

Catatan: Ini tidak saya terjemahkan, karena garis besarnya sudah saya berikan di atas.

John Owen: “‘It is certain that when we do any thing, we do it,’ saith St. Augustine; ‘but it is God that causeth us so to do.’” (= ‘Adalah pasti bahwa pada waktu kita melakukan apapun, kita yang melakukannya’, kata Santo Agustinus; ‘tetapi adalah Allah yang menyebabkan kita melakukan seperti itu’.) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 121 (AGES).

g) Sola Fide (hanya iman) dan Sola Gratia (hanya kasih karunia).

R. C. Sproul: “Evangelicals are so called because of their commitment to the biblical and historical doctrine of justification by faith alone. Because the Reformers saw SOLA FIDE as central and essential to the biblical gospel, the term evangelical was applied to them. Modern evangelicals in great numbers embrace the SOLA FIDE of the Reformation, but have jettisoned the SOLA GRATIA that undergirded it. Packer and Johnston assert: ‘Justification by faith only’ is a truth that needs interpretation. The principle of SOLA FIDE is not rightly understood till it is seen as anchored in the broader principle of SOLA GRATIA. What is the source and status of faith? Is it the God-given means whereby the God-given justification is received, or is it a condition of justification which is left to man to fulfill? Is it a part of God’s gift of salvation, or is it man’s own contribution to salvation? Is our salvation wholly of God, or does it ultimately depend on something that we do for ourselves? Those who say the latter (as the Arminians later did) thereby deny man’s utter helplessness in sin, and affirm that a form of semi-Pelagianism is true after all. It is no wonder, then, that later Reformed theology condemned Arminianism as being in principle a return to Rome (because in effect it turned faith into a meritorious work) and a betrayal of the Reformation (because it denied the sovereignty of God in saving sinners, which was the deepest religious and theological principle of the Reformers’ thought). Arminianism was, indeed, in Reformed eyes a renunciation of New Testament Christianity in favour of New Testament Judaism; for to rely on oneself for faith is no different in principle from relying on oneself for works, and the one is as un-Christian and anti-Christian as the other. In the light of what Luther says to Erasmus, there is no doubt that he would have endorsed this judgment. I must confess that the first time I read this paragraph, I blinked. On the surface it seems to be a severe indictment of Arminianism. Indeed it could hardly be more severe than to speak of it as ‘un-Christian’ or ‘anti-Christian.’ Does this mean that Packer and Johnston believe Arminians are not Christians? Not necessarily. Every Christian has errors of some sort in his thinking. Our theological views are fallible. Any distortion in our thought, any deviation from pure, biblical categories may be loosely deemed ‘un-Christian’ or ‘anti-Christian.’ The fact that our thought contains un-Christian elements does not demand the inference that we are therefore not Christians at all. I agree with Packer and Johnston that Arminianism contains un-Christian elements in it and that their view of the relationship between faith and regeneration is fundamentally un-Christian. Is this error so egregious that it is fatal to salvation? People often ask if I believe Arminians are Christians? I usually answer, ‘Yes, barely.’ They are Christians by what we call A FELICITOUS INCONSISTENCY. What is this inconsistency? Arminians affirm the doctrine of justification by faith alone. They agree that we have no meritorious work that counts toward our justification, that our justification rests solely on the righteousness and merit of Christ, that sola fidemeans justification is by Christ alone, and that we must trust not in our own works, but in Christ’s work for our salvation. In all this they differ from Rome on crucial points. Packer and Johnston note that later Reformed theology, however, condemned Arminianism as a betrayal of the Reformation and in principle as a return to Rome. They point out that Arminianism ‘in effect turned faith into a meritorious work.’ We notice that this charge is qualified by the words ‘in effect.’ Usually Arminians deny that their faith is a meritorious work. If they were to insist that faith is a meritorious work, they would be explicitly denying justification by faith alone. The Arminian acknowledges that faith is something a person does. It is a work, though not a meritorious one. Is it a good work? Certainly it is not a bad work. It is good for a person to trust in Christ and in Christ alone for his or her salvation. Since God commands us to trust in Christ, when we do so we are obeying this command. But all Christians agree that faith is something we do. God does not do the believing for us. We also agree that our justification is by faith insofar as faith is the instrumental cause of our justification. All the Arminian wants and intends to assert is that man has the ability to exercise the instrumental cause of faith without first being regenerated. This position clearly negates SOLA GRATIA, but not necessarily SOLA FIDE. Then why say that Arminianism ‘in effect’ makes faith a meritorious work? Because the good response people make to the gospel becomes the ultimate determining factor in salvation. I often ask my Arminian friends why they are Christians and other people are not. They say it is because they believe in Christ while others do not. Then I inquire why they believe and others do not? ‘Is it because you are more righteous than the person who abides in unbelief?’ They are quick to say no. ‘Is it because you are more intelligent?’ Again the reply is negative. They say that God is gracious enough to offer salvation to all who believe and that one cannot be saved without that grace. But this grace is cooperative grace. Man in his fallen state must reach out and grasp this grace by an act of the will, which is free to accept or reject this grace. Some exercise the will rightly (or righteously), while others do not. When pressed on this point, the Arminian finds it difficult to escape the conclusion that ultimately his salvation rests on some righteous act of the will he has performed. He has ‘in effect’ merited the merit of Christ, which differs only slightly from the view of Rome.” [= Orang-orang ‘injili’ disebut demikian karena komitmen mereka pada doktrin Alkitabiah dan bersifat sejarah, dari ‘pembenaran oleh iman saja’. Karena para tokoh Reformasi melihat SOLA FIDE sebagai bersifat pokok dan penting / bersifat hakiki pada injil yang Alkitabiah, maka istilah ‘injili’ diterapkan kepada mereka. Orang-orang Injili modern dalam jumlah yang besar memeluk / mempercayai SOLA FIDE dari Reformasi, tetapi telah membuang SOLA GRATIA yang menopang di bawahnya. Packer dan Johnston menegaskan: ‘Pembenaran oleh iman saja’ adalah suatu kebenaran yang membutuhkan penafsiran. Prinsip dari SOLA FIDE tidak dimengerti secara benar sampai itu terlihat dijangkarkan pada prinsip yang lebih luas tentang SOLA GRATIA. Apa yang merupakan sumber dan keadaan / posisi dari iman? Apakah iman adalah cara yang Allah berikan dengan mana pembenaran yang Allah berikan diterima, atau apakah iman adalah suatu syarat pembenaran yang ditinggalkan kepada manusia untuk digenapi / dilakukan oleh manusia? Apakah iman merupakan sebagian dari pemberian keselamatan dari Allah, atau apakah iman merupakan sumbangsih manusia sendiri pada keselamatan? Apakah keselamatan kita sepenuhnya dari Allah, atau apakah iman pada akhirnya tergantung pada sesuatu yang kita lakukan bagi diri kita sendiri? Mereka yang mengatakan yang belakangan (seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arminian yang belakangan) dengan itu menyangkal ketidak-berdayaan sama sekali dari manusia dalam dosa, dan menegaskan bahwa bagaimanapun suatu bentuk dari semi-Pelagianisme adalah benar. Maka tidaklah mengherankan bahwa theologia Reformed yang belakangan mengecam Arminianisme sebagai dalam prinsip suatu tindakan kembali pada Roma (karena sebetulnya / dalam faktanya Arminianisme mengubah iman menjadi suatu pekerjaan yang mempunyai jasa) dan suatu pengkhianatan dari Reformasi (karena Arminianisme menyangkal kedaulatan Allah dalam penyelamatan orang-orang berdosa, yang merupakan prinsip agamawi dan theologis yang terdalam dari pemikiran tokoh-tokoh Reformasi). Di mata orang-orang Reformed, Arminianisme memang adalah suatu penolakan / penyangkalan dari kekristenan Perjanjian Baru dan suatu dukungan kepada Yudaisme Perjanjian Baru; karena bersandar pada diri sendiri UNTUK IMAN secara prinsip tak berbeda dari bersandar kepada diri sendiri UNTUK PERBUATAN BAIK, dan yang satu sama tidak Kristen dan anti Kristennya seperti yang lain. Dalam terang dari apa yang Luther katakan kepada Erasmus, disana tidak ada keraguan bahwa ia akan sudah mengesahkan / menyokong penghakiman / penilaian ini. Saya harus mengakui bahwa pertama kali saya membaca paragraf ini, saya mengedipkan mata. Di permukaan ini kelihatannya merupakan suatu tuduhan serius terhadap Arminianisme. Memang hampir tak bisa lebih keras dari pada berbicara tentang Arminianisme sebagai ‘tidak Kristen’ atau ‘Anti Kristen’. Apakah ini berarti bahwa Packer dan Johnston mempercayai bahwa orang-orang Arminian bukanlah orang-orang Kristen? Tidak harus demikian. Setiap orang Kristen mempunyai kesalahan-kesalahan dari jenis tertentu dalam pemikirannya. Pandangan-pandangan theologis kita bisa salah. Distorsi apapun dalam pemikiran kita, penyimpangan apapun dari kategori-kategori yang murni dan Alkitabiah bisa secara longgar dianggap sebagai ‘tidak Kristen’ atau ‘anti Kristen’. Fakta bahwa pemikiran theologis kita mengandung elemen-elemen yang tidak Kristen tidaklah menuntut kesimpulan bahwa karena itu kita bukanlah orang-orang Kristen sama sekali. Saya setuju dengan Packer dan Johnston bahwa Arminianisme mengandung elemen-elemen yang tidak Kristen di dalamnya dan bahwa pandangan mereka tentang hubungan antara iman dan kelahiran baru secara dasari tidak Kristen. Apakah kesalahan ini begitu menyolok sehingga itu merupakan sesuatu yang fatal terhadap keselamatan? Orang-orang sering bertanya apakah saya percaya bahwa orang-orang Arminian adalah orang-orang Kristen? Saya biasanya menjawab, ‘Ya, hampir tidak’. Mereka adalah orang-orang Kristen oleh apa yang kami sebut SUATU KETIDAK-KONSISTENAN YANG MENGUNTUNGKAN. Ketidak-konsistenan apa ini? Arminianisme menegaskan doktrin pembenaran oleh iman saja. Mereka setuju bahwa kita tidak mempunyai perbuatan / pekerjaan yang berjasa yang diperhitungkan pada pembenaran kita, bahwa pembenaran kita bersandar semata-mata pada kebenaran dan jasa dari Kristus, bahwa SOLA FIDE (iman saja) berarti pembenaran adalah oleh Kristus saja, dan bahwa kita harus percaya bukan kepada pekerjaan / perbuatan baik kita sendiri, tetapi kepada pekerjaan Kristus untuk keselamatan kita. Dalam semua ini mereka berbeda dari Roma pada pokok-pokok yang penting. Tetapi Packer dan Johnston memperhatikan bahwa theologia Reformed yang belakangan mengecam Arminianisme sebagai suatu pengkhianatan terhadap Reformasi dan secara prinsip sebagai suatu tindakan kembali kepada Roma. Mereka menunjukkan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam faktanya mengubah iman menjadi suatu pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa’. Kami memperhatikan bahwa tuduhan ini disyaratkan oleh kata-kata ‘sebetulnya / dalam faktanya’. Biasanya orang-orang Arminian menyangkal bahwa iman mereka adalah suatu pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa. Seandainya mereka berkeras bahwa iman adalah suatu pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa, mereka secara explicit menyangkal pembenaran oleh iman saja. Orang-orang Arminian mengakui bahwa iman adalah sesuatu yang seseorang lakukan. Itu adalah suatu pekerjaan / perbuatan, sekalipun bukan suatu pekerjaan / perbuatan yang mempunyai jasa. Apakah itu suatu pekerjaan baik? Pasti itu bukanlah suatu pekerjaan yang buruk / jahat. Adalah baik bagi seseorang untuk percaya kepada Kristus dan kepada Kristus saja untuk keselamatannya. Karena Allah memerintahkan kita untuk percaya kepada Kristus, pada waktu kita melakukannya kita sedang mentaati perintah ini. Tetapi semua orang Kristen setuju bahwa iman adalah sesuatu yang kita lakukan. Allah tidak melakukan tindakan percaya itu untuk kita. Kita juga setuju bahwa pembenaran kita adalah oleh iman sejauh iman adalah penyebab yang bersifat alat dari pembenaran kita. Semua yang orang-orang Arminian inginkan dan maksudkan untuk tegaskan adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melaksanakan penyebab yang bersifat alat dari iman tanpa harus dilahir-barukan lebih dulu.Posisi ini secara jelas meniadakan SOLA GRATIA, tetapi tidak harus meniadakan SOLA FIDE. Lalu mengapa mengatakan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam faktanya’ membuat iman suatu pekerjaan yang mempunyai jasa? Karena tanggapan yang baik yang dibuat oleh orang-orang kepada injil menjadi faktor penentu akhir dalam keselamatan. Saya sering bertanya kepada teman-teman Arminian saya mengapa mereka adalah orang-orang Kristen dan orang-orang lain tidak. Mereka mengatakan bahwa itu disebabkan karena mereka percaya kepada Kristus sedangkan orang-orang lain tidak. Lalu saya bertanya mengapa mereka percaya dan orang-orang lain tidak? ‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih benar dari pada orang yang tinggal dalam ketidak-percayaan?’ Mereka dengan cepat menjawab ‘tidak’. ‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih pandai?’ Lagi-lagi jawabannya adalah ‘tidak’. Mereka mengatakan bahwa Allah itu cukup murah hati untuk menawarkan keselamatan kepada semua orang yang percaya dan bahwa seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa kasih karunia itu. Tetapi kasih karunia ini adalah kasih karunia yang bersifat kerja sama. Manusia dalam keadaannya yang sudah jatuh harus menjangkau dan memegang kasih karunia ini oleh suatu tindakan dari kehendak, yang bebas untuk menerima atau menolak kasih karunia ini. Sebagian menggunakan kehendak dengan benar, sedangkan yang lain tidak. Pada waktu ditekan pada titik ini, orang-orang Arminian mendapati bahwa sukar untuk lolos dari kesimpulan bahwa pada akhirnya keselamatannya berdasar / bersandar pada suatu tindakan benar dari kehendak yang telah ia lakukan. Ia ‘sebetulnya / dalam faktanya’ mengambil jasa Kristus yang hanya sedikit berbeda dengan pandangan dari Roma.] - ‘Willing to Believe’, hal 24-26.

Catatan: kalau dalam kutipan ini dikatakan ‘Roma’ maksudnya adalah ‘Gereja Roma Katolik’.

Jadi, R. C. Sproul telah menunjukkan bahwa pandangan Arminian tentang kasih karunia pada hakekatnya mengandung unsur perbuatan / usaha dari manusia. Dan kalau demikian, maka sebetulnya itu bukan lagi SOLA GRATIA (only grace / hanya kasih karunia), karena Alkitab memang mengajarkan bahwa kasih karunia tidak bisa dicampur dengan perbuatan baik, karena kalau demikian maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.

Bdk. Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

Memang iman dan kasih karunia ada di satu pihak, sedangkan perbuatan baik / ketaatan (works) ada di pihak lain, dan kedua pihak ini sangat dikontraskan dalam Alkitab.

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

Orang-orang yang mempercayai SOLA FIDE dengan benar, dan melandaskannya pada SOLA GRATIA, membuang semua perbuatan dari iman / keselamatan, dan karena itu tidak bisa tidak harus menerima doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

2) Doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini timbul dari ayat-ayat Alkitab seperti:

a) Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.

Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: ‘For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure’ (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).

RSV: ‘for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure’ (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

NIV: ‘for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose’ (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

NASB: ‘for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure’ (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

Sekarang mari kita melihat penafsiran Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, tentang Fil 2:13 ini.

Adam Clarke (tentang Fil 2:13): “‘For it is God which worketh in you.’ Every holy purpose, pious resolution, good word, and good work, must come from him; ye must be workers together with him, that ye receive not his grace in vain; because he worketh in you, therefore work with him, and work out your own salvation. ‘To will and to do.’ ‎TO ‎‎THELEIN ‎‎KAI ‎‎TO ‎‎ENERGEIN‎. The power to will and the power to act must necessarily come from God, who is the author both of the soul and body, and of all their powers and energies, but the act of volition and the act of working come from the man. God gives power to will, man wills through that power; God gives power to act, and man acts through that power. Without the power to will, man can will nothing; without the power to work, man can do nothing. God neither wills for man, nor works in man’s stead, but he furnishes him with power to do both; he is therefore accountable to God for these powers. Because God works in them the power to will and the power to do, therefore the apostle exhorts them to work out their own salvation; most manifestly showing that the use of the powers of volition and action belongs to themselves. They cannot do God’s work, they cannot produce in themselves a power to will and to do; and God will not do their work, he will not work out their salvation with fear and trembling. Though men have grievously puzzled themselves with questions relative to the will and power of the human being; yet no case can be plainer than that which the apostle lays down here: the power to will and do comes from GOD; the use of that power belongs to man. He that has not got this power can neither will nor work; he that has this power can do both. But it does not necessarily follow that he who has these powers will use them; the possessson of the powers does not necessarily imply the use of those powers, because a man might have them, and not use or abuse them; therefore the apostle exhorts: Work out your own salvation. This is a general exhortation, it may be applied to all men, for to all it is applicable, there not being a rational being on the face of the earth, who has not from God both power to will and act in the things which concern his salvation. Hence, the accountableness of man. ‘Of his good pleasure.’ Every good is freely given of God; no man deserves anything from him; and as it pleaseth him, so he deals out to men those measures of mental and corporeal energy which he sees to be necessary; giving to some more, to others less, but to all what is sufficient for their salvation.” (= ‘Karena adalah Allah yang bekerja di dalam kamu’. Setiap tujuan / rencana yang kudus, keputusan yang saleh, kata yang baik, dan pekerjaan yang baik, harus datang dari Dia; kamu harus menjadi pekerja-pekerja bersama-sama dengan Dia, supaya kamu tidak menerima kasih karuniaNya dengan sia-sia; karena Ia bekerja di dalam kamu, karena itu bekerjalah bersama / dengan Dia, dan kerjakanlah keselamatanmu sendiri. ‘Untuk menghendaki dan untuk melakukan’. ‎TO ‎‎THELEIN ‎‎KAI ‎‎TO ‎‎ENERGEIN‎. Kuasa untuk menghendaki dan kuasa untuk bertindak harus datang dari Allah, yang adalah pencipta dari baik jiwa maupun tubuh, dan dari semua kuasa dan tenaga mereka, tetapi tindakan dari kehendak dan tindakan dari pengerjaan datang dari manusia. Allah memberi kuasa untuk menghendaki, manusia menghendaki melalui kuasa itu; Allah memberi kuasa untuk bertindak, dan manusia bertindak melalui kuasa itu. Tanpa kuasa untuk menghendaki, manusia tidak bisa menghendaki apapun; tanpa kuasa untuk mengerjakan, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Allah tidak menghendaki untuk manusia, ataupun bekerja / melakukan di tempat manusia, tetapi Ia memperlengkapinya dengan kuasa untuk melakukan keduanya; karena itu ia bertanggung-jawab kepada Allah untuk kuasa-kuasa ini. Karena Allah mengerjakan di dalam mereka kuasa untuk menghendaki dan kuasa untuk melakukan, karena itu sang rasul mendesak mereka untuk mengerjakan / menyelesaikan keselamatan mereka sendiri; secara paling jelas menunjukkan bahwa penggunaan dari kuasa-kuasa dari kehendak dan tindakan termasuk pada / merupakan kepunyaan mereka sendiri. Mereka tidak bisa melakukan pekerjaan Allah, mereka tidak bisa menghasilkan dalam diri mereka sendiri suatu kuasa untuk menghendaki dan melakukan; dan Allah tidak akan / mau melakukan pekerjaan mereka, Ia tidak akan / mau mengerjakan / menyelesaikan keselamatan mereka dengan takut dan gentar. Sekalipun manusia secara menyedihkan telah membingungkan diri mereka sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan kehendak dan kuasa dari manusia; tetapi tak ada kasus yang lebih jelas dari pada itu yang sang rasul letakkan di sini: kuasa untuk menghendaki dan melakukan datang dari ALLAH; penggunaan dari kuasa itu termasuk pada / merupakan kepunyaan manusia. Ia yang belum menerima kuasa ini tidak bisa menghendaki ataupun melakukan; ia yang mempunyai kuasa ini bisa melakukan keduanya. Tetapi tidak harus / pasti mengikuti bahwa ia yang mempunyai kuasa-kuasa ini akan menggunakan kuasa-kuasa ini; kepemilikan dari kuasa-kuasa tidak harus menunjukkan penggunaan dari kuasa-kuasa itu, karena seorang manusia bisa mempunyai kuasa-kuasa ini, dan tidak menggunakan, atau menyalah-gunakan, kuasa-kuasa ini; karena itu sang rasul mendesak: ‘Kerjakanlah / selesaikanlah keselamatanmu sendiri’. Ini merupakan desakan umum, itu bisa diterapkan kepada semua manusia, karena bagi semua orang ini dapat diterapkan, disana tidak ada suatu makhluk rasionil di muka bumi, yang tidak mempunyai dari Allah baik kuasa untuk menghendaki dan bertindak dalam hal-hal yang menyangkut / berkenaan dengan keselamatannya. ‘Dari perkenanNya / kesenanganNya yang baik’. Setiap apa yang baik diberikan dengan cuma-cuma dari Allah; tak seorangpun layak mendapat apapun dari Dia; dan karena itu menyenangkan Dia, begitulah Ia memberikan kepada orang-orang, takaran tenaga mental dan badani itu, yang Ia anggap perlu; memberi lebih kepada sebagian, kepada orang-orang lain memberi kurang, tetapi kepada semua apa yang cukup untuk keselamatan mereka.).

Catatan: menurut saya, apa yang salah dari tafsiran Clarke ini adalah kata ‘kuasa’ yang ia gunakan berulang-ulang di sini. Mengapa ini salah? Karena ayatnya tak berbicara apapun tentang ‘kuasa’. Ayatnya mengatakan (KJV): ‘Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan’.

Apa yang juga saya rasakan sebagai suatu keanehan adalah kalimat terakhir, dimana Clarke mengatakan bahwa ada yang diberi lebih banyak dan ada yang diberi lebih sedikit, tetapi semua diberi cukup untuk keselamatan mereka. Yang saya pertanyakan, apakah itu memang merupakan pandangan Arminian? Karena setahu saya mereka percaya semua orang telah diangkat ke level yang sama.

Saya tak menggunakan tafsiran Lenski tentang ayat ini karena tafsirannya ruwet sekali.

Sekarang kita bandingkan dengan tafsiran Calvin tentang Fil 2:13 ini.

Calvin (tentang Fil 2:13): “It is God that worketh. This is the true engine for bringing down all haughtiness - this the sword for putting an end to all pride, when we are taught that we are utterly nothing, and can do nothing, except through the grace of God alone. I mean supernatural grace, which comes forth from the spirit of regeneration. For, considered as men, we already are, and live and move in God. (Acts 17:28.) But Paul reasons here as to a kind of movement different from that universal one. Let us now observe how much he ascribes to God, and how much he leaves to us. There are, in any action, two principal departments - the inclination, and the power to carry it into effect. Both of these he ascribes wholly to God; what more remains to us as a ground of glorying? Nor is there any reason to doubt that this division has the same force as if Paul had expressed the whole in a single word; for the inclination is the groundwork; the accomplishment of it is the summit of the building brought to a completion. He has also expressed much more than if he had said that God is the Author of the beginning and of the end. For in that case sophists would have alleged, by way of cavil, that something between the two was left to men. But as it is, what will they find that is in any degree peculiar to us? They toil hard in their schools to reconcile with the grace of God free-will - of such a nature, I mean, as they conceive of - which might be capable of turning itself by its own movement, and might have a peculiar and separate power, by which it might co-operate with the grace of God. I do not dispute as to the name, but as to the thing itself. In order, therefore, that free-will may harmonize with grace, they divide in such a manner, that God restores in us a free choice, that we may have it in our power to will aright. Thus they acknowledge to have received from God the power of willing aright, but assign to man a good inclination. Paul, however, declares this to be a work of God, without any reservation. For he does not say that our hearts are simply turned or stirred up, or that the infirmity of a good will is helped, but that a good inclination is wholly the work of God. Now, in the calumny brought forward by them against us - that we make men to be like stones, when we teach that they have nothing good, except from pure grace, they act a shameless part. For we acknowledge that we have from nature an inclination, but as it is depraved through the corruption of sin, it begins to be good only when it has been renewed by God. Nor do we say that a man does anything good without willing it, but that it is only when his inclination is regulated by the Spirit of God. Hence, in so far as concerns this department, we see that the entire praise is ascribed to God, and that what sophists teach us is frivolous - that grace is offered to us, and placed, as it were, in the midst of us, that we may embrace it if we choose; for if God did not work in us efficaciously, he could not be said to produce in us a good inclination. As to the second department, we must entertain the same view. ‘God,’ says he, ‘is o` evnergw/n to. evnergei/n he that worketh in us to do.’ He brings, therefore, to perfection those pious dispositions which he has implanted in us, that they may not be unproductive, as he promises by Ezekiel, - ‘I will cause them to walk in my commandments.’ (Ezekiel 11:20.) From this we infer that perseverance, also, is his free gift. ‘According to his good pleasure.’ Some explain this to mean - the good intention of the mind. I, on the other hand, take it rather as referring to God, and understand by it his benevolent disposition, which they commonly call BENEPLACITUM, (good pleasure.) For the Greek word eujdoki>a is very frequently employed in this sense; and the context requires it. For Paul has it in view to ascribe everything to God, and to take everything from us. Accordingly, not satisfied with having assigned to God the production both of willing and of doing aright, he ascribes both to his unmerited mercy. By this means he shuts out the contrivance of the sophists as to subsequent grace, which they imagine to be the reward of merit. Hence he teaches, that the whole course of our life, if we live aright, is regulated by God, and that, too, from his unmerited goodness.” [= Adalah Allah yang bekerja. Ini adalah alat yang benar untuk menurunkan semua kesombongan - ini (adalah) pedang untuk mengakhiri semua kesombongan, pada waktu kita diajar bahwa kita sama sekali nihil, dan tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali melalui kasih karunia Allah saja. Saya memaksudkan kasih karunia yang bersifat supranatural, yang datang dari Roh kelahiran baru. Karena, dipertimbangkan sebagai manusia, kita sudah ada, dan hidup dan bergerak di dalam Allah (Kis 17:28). Tetapi Paulus berargumentasi di sini berkenaan dengan sejenis gerakan yang berbeda dari gerakan yang bersifat universal itu. Hendaklah sekarang kita memperhatikan berapa banyak ia anggap berasal dari Allah, dan berapa banyak ia tinggalkan bagi kita. Di sana ada, dalam tindakan apapun, 2 bagian utama - kecondongan, dan kuasa untuk melaksanakannya. Keduanya ini dia anggap sepenuhnya berasal dari Allah; apa lagi yang tertinggal bagi kita sebagai suatu dasar untuk bermegah? Juga disana tidak ada alasan apapun untuk meragukan bahwa pembagian ini mempunyai kekuatan yang sama seakan-akan Paulus telah menyatakan seluruhnya dalam satu kata; karena kecondongan adalah dasarnya; pencapaian darinya adalah puncak dari bangunan yang diselesaikan. Ia juga telah menyatakan lebih banyak dari pada seandainya ia berkata bahwa Allah adalah Pencipta / Sumber dari permulaan / awal sampai akhir. Karena dalam kasus itu sophist (ahli-ahli argumentasi dalam kepausan) akan menyatakan tanpa bukti, dengan cara mempertengkarkan hal-hal yang remeh, bahwa sesuatu di antara kedua hal itu tertinggal bagi manusia. Tetapi sebagaimana adanya ayat itu, apa yang akan mereka dapatkan yang dalam tingkat apapun adalah sesuatu yang khusus bagi kita? Mereka berjerih payah dengan keras dalam sekolah-sekolah mereka untuk memperdamaikan dengan kasih karunia Allah kehendak bebas - dari sifat dasar sedemikian rupa, saya maksudkan, seperti yang mereka pikirkan tentangnya - yang bisa mampu membalikkan diri sendiri oleh gerakannya sendiri, dan bisa mempunyai suatu kuasa yang khusus dan terpisah, dengan mana itu bisa bekerja sama dengan kasih karunia Allah. Saya tidak mempertengkarkan nama / sebutan, tetapi berkenaan dengan hal itu sendiri. Karena supaya kehendak bebas bisa harmonis dengan kasih karunia, mereka membagi dengan cara sedemikian rupa sehingga Allah memulihkan dalam diri kita suatu pilihan bebas, sehingga kita bisa mempunyainya dalam kuasa kita untuk menghendaki secara benar. Jadi mereka mengakui telah menerima dari Allah kuasa untuk menghendaki secara benar, tetapi menganggap berasal dari manusia kecondongan yang baik. Tetapi Paulus menyatakan ini sebagai suatu pekerjaan Allah, tanpa syarat / pembatasan. Karena ia tidak mengatakan bahwa hati kita sekedar dibelokkan atau diaduk / digerakkan, atau bahwa kelemahan dari suatu kehendak yang baik ditolong, tetapi bahwa suatu kecondongan yang baik sepenuhnya merupakan pekerjaan Allah. Sekarang, dalam fitnahan yang mereka ajukan terhadap kami - bahwa kami membuat manusia menjadi seperti batu, pada waktu kami mengajar bahwa mereka tidak mempunyai apapun yang baik, kecuali kasih karunia yang murni, mereka melakukan suatu bagian yang memalukan. Karena kami mengakui bahwa kita mempunyai dari alam suatu kecondongan, tetapi karena itu adalah bejat melalui perusakan dosa, itu hanya mulai menjadi baik pada waktu itu telah diperbaharui oleh Allah. Juga kita tidak mengatakan bahwa seseorang melakukan apapun yang baik tanpa menghendakinya, tetapi itu hanya pada waktu kecondongannya diatur oleh Roh Allah. Maka, sejauh berkenaan dengan bagian pertama, kami melihat bahwa seluruh pujian dianggap milik Allah, dan bahwa apa yang para sophist ajarkan kepada kami adalah sembrono / tidak karuan - bahwa kasih karunia ditawarkan kepada kita, dan ditempatkan, seakan-akan, di tengah-tengah kita, sehingga kita bisa memeluknya jika kita memilih demikian; karena jika Allah tidak bekerja di dalam kita secara efektif, Ia tidak bisa dikatakan menghasilkan di dalam kita kecondongan yang baik. Berkenaan dengan bagian yang kedua, kita harus mempunyai pandangan yang sama. ‘Allah’, katanya, adalah HO ENERGON TO ENERGEIN, ‘Ia yang mengerjakan di dalam kita untuk melakukan’. Karena itu, Ia membawa kepada kesempurnaan kecondongan-kecondongan yang telah Ia tanamkan di dalam kita, supaya mereka tidak bisa tidak berhasil, seperti yang Ia janjikan oleh Yehezkiel, - ‘Aku akan menyebabkan mereka berjalan / hidup dalam perintah-perintahKu’. (Yeh 11:20). Dari sini kami menyimpulkan bahwa ketekunan, juga merupakan karunia cuma-cumaNya. ‘Sesuai dengan kesenanganNya yang baik’. Sebagian orang menjelaskan bahwa ini berarti ‘maksud yang baik dari pikiran’. Saya, di sisi lain, mengartikannya sebagai menunjuk kepada Allah, dan mengerti olehnya kecondonganNya yang penuh kebaikan, yang biasanya mereka sebut BENEPLACITUM, (perkenan yang baik). Karena kata Yunani EUDOKIA sangat sering digunakan dalam arti ini; dan kontextnya menuntut hal itu. Karena Paulus mempunyai dalam pandangannya untuk menganggap segala sesuatu berasal dari Allah, dan untuk mengambil segala sesuatu dari kita. Sesuai dengan itu, tidak puas dengan telah memberikan kepada Allah tindakan menghasilkan baik tentang menghendaki dan tentang melakukan yang benar, ia menganggap keduanya berasal dari belas kasihanNya yang tak layak kita terima. Dengan cara ini ia menutup penemuan dari para sophist berkenaan dengan kasih karunia yang berikut, yang mereka khayalkan sebagai upah / pahala dari jasa. Maka ia mengajar bahwa seluruh jalan kehidupan kita, jika kita hidup benar, diatur oleh Allah, dan itu juga, dari kebaikanNya yang tak layak kita terima.].

Kis 17:28 - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”.

Yeh 11:19-20 - “(19) Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, (20) supaya mereka hidup menurut segala ketetapanKu dan peraturan-peraturanKu dengan setia; maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allah mereka.”.

Calvin (tentang Fil 2:12): “‘Work out your own salvation.’ As Pelagians of old, so Papists at this day make a proud boast of this passage, with the view of extolling man’s excellence. Nay more, when the preceding statement is mentioned to them by way of objection, It is God that worketh in us, etc., they immediately by this shield ward it off (so to speak) - ‘Work out your own salvation.’ Inasmuch, then, as the work is ascribed to God and man in common, they assign the half to each. In short, from the word work they derive free-will; from the term salvation they derive the merit of eternal life. I answer, that salvation is taken to mean the entire course of our calling, and that this term includes all things, by which God accomplishes that perfection, to which he has predestinated us by his gracious choice. This no one will deny, that is not obstinate and impudent. We are said to perfect it, when, under the regulation of the Spirit, we aspire after a life of blessedness. It is God that calls us, and offers to us salvation; it is our part to embrace by faith what he gives, and by obedience act suitably to his calling; but we have neither from ourselves. Hence we act only when he has prepared us for acting. The word which he employs properly signifies - to continue until the end; but we must keep in mind what I have said, that Paul does not reason here as to how far our ability extends, but simply teaches that God acts in us in such a manner, that he, at the same time, does not allow us to be inactive, but exercises us diligently, after having stirred us up by a secret influence.” [= ‘Kerjakanlah keselamatanmu sendiri’. Seperti Pelagian dari masa lalu, demikian juga para pengikut Paus pada jaman ini membuat suatu kebanggaan yang sombong tentang text ini, dengan pandangan tentang pemujian keunggulan manusia. Tidak, lebih lagi, pada waktu pernyataan yang mendahului (bukan ‘setelahnya’?) disebutkan kepada mereka sebagai suatu keberatan, ‘Adalah Allah yang mengerjakan di dalam kita dst’, mereka segera menangkisnya (boleh dikatakan) dengan perisai ini - ‘Kerjakanlah keselamatanmu sendiri’. Maka, karena pekerjaan itu dianggap berasal dari Allah dan manusia bersama-sama, mereka memberikan masing-masing setengah bagian. Singkatnya, dari kata ‘kerjakanlah’ mereka mendapatkan kehendak bebas; dari istilah ‘keselamatan’ mereka mendapatkan ‘jasa tentang hidup yang kekal’. Saya menjawab, bahwa ‘keselamatan’ diartikan sebagai ‘seluruh jalan dari panggilan kita’, dan bahwa istilah ini mencakup segala sesuatu, dengan mana Allah mencapai kesempurnaan itu, pada mana Ia telah mempredestinasikan kita oleh pilihanNya yang murah hati / bersifat kasih karunia. Ini tak seorangpun, yang tidak keras kepala dan kurang ajar, akan menyangkal. Kita dikatakan untuk menyempurnakannya, pada waktu, di bawah peraturan dari Roh, kita menginginkan suatu kehidupan yang diberkati. Adalah Allah yang memanggil kita, dan menawarkan kepada kita keselamatan; adalah bagian kita untuk memeluk dengan iman apa yang Ia berikan, dan dengan ketaatan bertindak sesuai dengan panggilanNya; tetapi kita tidak mempunyai yang manapun dari diri kita sendiri. Maka kita bertindak hanya pada waktu Ia telah mempersiapkan kita untuk bertindak. Kata yang ia gunakan secara tepat berarti - ‘meneruskan sampai akhir’; tetapi kita harus mencamkan dalam pikiran kita apa yang telah saya katakan, bahwa Paulus tidak berargumentasi di sini berkenaan dengan seberapa jauh kemampuan kita diperluas, tetapi sekedar mengajar bahwa Allah bertindak di dalam kita dengan cara sedemikian rupa, sehingga Ia, pada saat yang sama, tidak mengijinkan kita untuk menjadi tidak aktif, tetapi melatih diri kita dengan rajin, setelah digerakkan oleh suatu pengaruh rahasia.].

Catatan:

1. Dalam buku tafsirannya kutipan di atas ini ada dalam Fil 2:13.

2. Kata ‘kerjakanlah’ (Fil 2:12) memang bisa diartikan ‘accomplish’ (= sempurnakanlah / selesaikanlah) - Bible Works 7. Karena itu, adalah konyol dan bodoh untuk mengartikan bahwa kata ‘kerjakanlah’ menunjukkan bahwa kita harus mengusahakan keselamatan kita sendiri (sebagian), dan dengan demikian keselamatan kita merupakan hasil usaha bersama antara Allah dengan kita. Tafsiran seperti ini jelas-jelas bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat dalam Alkitab, yang menunjukkan bahwa keselamatan merupakan anugerah Allah yang kita terima dengan iman. Bdk. Ef 2:8-9 Gal 2:16,21 Ro 3:24,27-28 Kis 15 Luk 23:39-43 (Cerita penjahat yang bertobat di kayu salib), dan sebagainya.

Calvin (tentang Fil 2:12): “‘With fear and trembling.’ In this way he would have the Philippians testify and approve their obedience - by being submissive and humble. Now the source of humility is this - acknowledging how miserable we are, and devoid of all good. To this he calls them in this statement. For whence comes pride, but from the assurance which blind confidence produces, when we please ourselves, and are more puffed up with confidence in our own virtue, than prepared to rest upon the grace of God. In contrast with this vice is that fear to which he exhorts.” (= ‘Dengan takut dan gentar’. Dengan cara ini, ia menghendaki orang-orang Filipi menyaksikan dan menegaskan / menyetujui ketaatan mereka - dengan menjadi tunduk dan rendah hati. Sekarang sumber dari kerendahan hati adalah ini - pengakuan betapa buruk kita adanya, dan tidak mempunyai semua yang baik. Pada hal ini ia memanggil mereka dalam pernyataan ini. Karena dari mana datang kesombongan, kecuali dari keyakinan yang dihasilkan oleh keyakinan buta, pada waktu kita menyenangkan diri kita sendiri, dan lebih membengkak / sombong dengan keyakinan dalam kebaikan kita sendiri, dari pada siap untuk bersandar pada kasih karunia Allah. Kontras dengan kejahatan ini adalah rasa takut itu pada mana ia mendesak.).

Loraine Boettner: “The merits of Christ’s obedience and suffering are sufficient for, adapted to, and freely offered to all men. The question then arises, Why is one saved, and another lost? What causes some men to repent and believe, while others, with the same external privileges, reject the Gospel and continue in impenitence and unbelief? The Calvinist says that it is God who makes this difference, that he efficaciously persuades some to come to Him; but the Arminian ascribes it to the men themselves. As Calvinists we hold that the condition of men since the fall is such that if left to themselves they would continue in their state of rebellion and refuse all offers of salvation. Christ would then have died in vain. But since it was promised that He should see of the travail of His soul and be satisfied, the effects of that sacrifice have not been left suspended upon the whim of man’s changeable and sinful will. Rather, the work of God in redemption has been rendered effective through the mission of the Holy Spirit who so operates on the chosen people that they are brought to repentance and faith, and thus made heirs of eternal life. ... If man is dead in sin, then nothing short of this supernatural life-giving power of the Holy Spirit will ever cause him to do that which is spiritually good. ... As Dr. Warfield says, ‘Sinful man stands in need, not of inducements or assistance to save himself, but precisely of saving; and Jesus Christ has come not to advise, or urge, or woo, or help him to save himself, but to save him.’” (= Jasa dari ketaatan dan penderitaan Kristus adalah cukup untuk, disesuaikan dengan, dan ditawarkan dengan cuma-cuma / gratis kepada, semua orang. Maka lalu muncul pertanyaan, Mengapa satu orang diselamatkan, dan yang lain terhilang? Apa yang menyebabkan sebagian orang bertobat dan percaya, sementara orang-orang lain, dengan hak-hak luar / lahiriah yang sama, menolak Injil dan terus ada dalam keadaan tidak bertobat dan tidak percaya? Calvinist berkata bahwa adalah Allah yang membuat perbedaan ini, bahwa Ia secara mujarab membujuk sebagian orang untuk datang kepadaNya; tetapi Arminian menganggapnya berasal dari manusia itu sendiri. Sebagai Calvinist kami percaya bahwa kondisi dari manusia sejak kejatuhan adalah sedemikian rupa sehingga jika dibiarkan / ditinggalkan pada diri mereka sendiri mereka akan terus ada dalam keadaan pemberontakan mereka dan menolak semua tawaran keselamatan. Jika demikian maka Kristus mati dengan sia-sia. Tetapi karena telah dijanjikan bahwa Ia akan melihat kerja keras / penderitaan jiwaNya dan dipuaskan, hasil-hasil dari korban itu tidaklah dibiarkan tergantung pada tingkah dari kehendak yang bisa berubah dan berdosa dari manusia. Sebaliknya, pekerjaan Allah dalam penebusan TELAH DIBUAT MENJADI EFEKTIF melalui misi dari Roh Kudus yang bekerja sedemikian rupa pada orang-orang pilihan sehingga mereka dibawa kepada pertobatan dan iman, dan lalu dibuat menjadi ahli-ahli waris dari hidup yang kekal. ... Jika manusia mati dalam dosa, maka tidak kurang dari kuasa pemberi-hidup dari Roh Kudus ini yang akan menyebabkan ia melakukan apa yang baik secara rohani. ... Seperti dikatakan Dr. Warfield, ‘Manusia berdosa berada dalam kebutuhan, BUKAN AKAN BUJUKAN ATAU BANTUAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI, TETAPI SECARA TEPAT / PERSIS AKAN PENYELAMATAN; dan Yesus Kristus telah datang BUKAN UNTUK MENASEHATI, ATAU MENDESAK, ATAU MEMBUJUK, ATAU MENOLONG DIA UNTUK MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI, TETAPI UNTUK MENYELAMATKANNYA’.) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 163,164.

Catatan: kata-kata yang saya beri garis bawah ganda dikutip dari Yes 53:11 - “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.”.

Kata-kata yang saya garis-bawahi diterjemahkan secara berbeda-beda.

KJV: ‘He shall see the travail of his soul, and shall be satisfied’ (= Ia akan melihat kerja keras / penderitaan jiwanya, dan akan puas).

RSV: ‘he shall see the fruit of the travail of his soul and be satisfied’ (= ia akan melihat buah dari kerja keras / penderitaan jiwanya dan menjadi puas).

NIV: ‘After the suffering of his soul, he will see the light of life and be satisfied’ (= Setelah penderitaan jiwanya, ia akan melihat terang kehidupan dan menjadi puas).

NASB: ‘As a result of the anguish of His soul, He will see it and be satisfied’ (= Sebagai akibat dari kesedihan / penderitaan jiwaNya, Ia akan melihatnya dan menjadi puas).

Sekalipun ada terjemahan-terjemahan yang berbeda-beda tetapi inti dari bagian ini jelas adalah bahwa pengorbanan yang Kristus lakukan tidak sia-sia dan pasti akan menghasilkan orang-orang yang percaya / bertobat / diselamatkan.

Loraine Boettner menggunakan ayat ini dan berargumentasi bahwa kalau ternyata pertobatan dari manusia tergantung manusia itu sendiri, maka bisa-bisa janji ini tidak terlaksana. Karena itu, pertobatan manusia harus tergantung sepenuhnya kepada Allah sendiri! Ini, tidak bisa tidak, mengharuskan kita mempercayai doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Catatan: memang sebetulnya Loraine Boettner tidak sedang membahas 1Kor 4:7 yang sedang kita bahas pada point ini, tetapi ia tetap membahas tentang perbedaan antara orang yang percaya dan orang yang tidak percaya, dan karena itu saya masukkan kutipan ini pada point tentang 1Kor 4:7 ini.

c) Kata ‘ditarik’ atau ‘menarik’ dalam Yoh 6:44 Yoh 12:32.

Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”.

Yoh 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.

Sekarang mari kita soroti Yoh 6:44.

Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.

Perhatikan kata-kata ‘jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa’.

Ada beberapa penafsiran yang salah tentang bagian ini:

1. ‘ditarik’ diartikan ‘dipikat’.

Jadi, Bapa hanya ‘memikat’ orang itu, tetapi orang itu datang kepada Yesus dengan kemauan dan kekuatannya sendiri.

Adam Clarke (tentang Yoh 6:44): “‘Except the Father which hath sent me draw him.’ But how is a man drawn? Augustin answers from the poet, Trahit sua quemque voluptas; a man is attracted by that which he delights in. Show green herbage to a sheep, he is drawn by it: show nuts to a child, and he is drawn by them. They run wherever the person runs who shows these things: they run after him, but they are not forced to follow: they run, through the desire they feel to get the things they delight in. So God draws man: he shows him his wants - he shows the Saviour whom he has provided for him: the man feels himself a lost sinner; and, through the desire which he finds to escape hell, and get to heaven, he comes unto Christ, that he may be justified by his blood. Unless God thus draw, no man will ever come to Christ; because none could, without this drawing, ever feel the need of a Saviour. See August. Tract. 26, in Joan. and Calmet. Drawing, or alluring, not dragging, is here to be understood. ... The best Greek writers use the verb in the same sense of alluring, inciting, etc.” (= ‘Kecuali Bapa yang telah mengutus Aku menariknya’. Tetapi bagaimana seseorang ditarik? Agustinus menjawab dari syair, TRAHIT SUA QUEMQUE VOLUPTAS; seseorang tertarik oleh apa yang ia senangi. Tunjukkan rumput hijau kepada seekor domba dan ia ditarik olehnya: tunjukkan kacang kepada seorang anak, dan ia ditarik olehnya. Mereka berlari kemanapun orang yang menunjukkan hal-hal ini lari: mereka mengejarnya, tetapi mereka tidak dipaksa untuk mengikut: mereka lari, melalui keinginan yang mereka rasakan untuk mendapatkan hal-hal yang mereka senangi. Demikianlah Allah menarik manusia: Ia menunjukkan kepadanya kebutuhannya - Ia menunjukkan sang Juruselamat yang telah Ia sediakan baginya: orang itu merasakan dirinya sendiri sebagai orang berdosa yang terhilang; dan, melalui keinginan yang ia temukan untuk lolos dari neraka, dan mendapat / memasuki surga, ia datang kepada Kristus, supaya ia bisa dibenarkan oleh darahNya. Kecuali Bapa menarik seperti itu, tak seorangpun akan pernah datang kepada Kristus; karena tak seorangpun bisa, tanpa tarikan ini, pernah merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat. Lihat August. Tract. 26, in Joan. and Calmet. ‘Tarikan’, atau ‘pikatan’, bukan ‘seretan’, yang harus dipahami / dimaksudkan di sini. ... Penulis-penulis Yunani yang terbaik menggunakan kata kerja ini dengan arti yang sama dari pikatan, dorongan / desakan, dsb.).

Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai tanggapan terhadap kata-kata Adam Clarke ini:

a. Bagi saya rasanya mustahil Agustinus punya pandangan seperti itu. Lalu saya cek tulisan Clarke di PC Study Bible versi 5, dan ternyata kata-kata ‘Tract. 26, in Joan’ berwarna merah dan digaris-bawahi. Waktu diklik maka tampil tulisan Agustinus yang dimaksud.

Dalam tulisan itu, yang dikutip oleh Clarke ada pada point ke 5, sedangkan pada point no 2 Agustinus berkata sebagai berikut: “... no man can come unto me, except the Father that sent me draw him.’ Noble excellence of grace! No man comes unless drawn. There is whom He draws, and there is whom He draws not; why He draws one and draws not another, do not desire to judge, if thou desirest not to err.” (= ... tak seorangpun bisa datang kepadaKu, kecuali Bapa yang mengutus Aku menariknya’. Keunggulan yang mulia dari kasih karunia! Tak seorangpun datang kecuali ditarik. Di sana ada yang ditarik, dan di sana ada yang tidak Ia tarik; mengapa Ia menarik yang satu dan tidak menarik yang lain, jangan ingin untuk menilai / menghakimi, jika engkau tidak ingin bersalah.).

Lalu dalam tulisan itu, pada point no 4 bagian atas, Agustinus berkata: “Do not think that thou art drawn against thy will. ... ‘How can I believe with the will if I am drawn?’ I say it is not enough to be drawn by the will; thou art drawn even by delight.” (= Jangan berpikir bahwa engkau ditarik bertentangan dengan kehendakmu. ... ‘Bagaimana aku bisa percaya dengan kehendak jika aku ditarik?’ Aku katakan bahwa tidak cukup untuk ditarik oleh / dengan kehendak; engkau ditarik bahkan oleh kesenangan.).

Jadi, saya menyimpulan bahwa Clarke mengutip kata-kata Agustinus out of context (di luar kontextnya). Karena kata-kata Agustinus yang saya berikan jelas menunjukkan bahwa ia percaya:

(1)Adanya orang-orang yang ditarik dan ada yang tidak.

(2)Orang tidak ditarik bertentangan dengan kehendaknya. Orang bahkan ditarik oleh kesenangannya. Mengapa bisa demikian? Sekalipun Agustinus tak menjelaskan secara explicit, tetapi secara implicit jelas ia memaksudkan bahwa itu bisa terjadi karena orangnya sudah diubahkan oleh kelahiran baru.

Calvinisme memang tidak menganggap tarikan ini sebagai suatu pemaksaan, tetapi tarikan itu pasti efektif. Ini yang paling penting untuk ditekankan.

b. Tanpa adanya kelahiran baru, manusia berdosa tidak akan tertarik pada Injil yang diberitakan kepadanya, juga tidak kepada Juruselamat. Mereka tak akan peduli pada surga, tak ingin lolos dari neraka dan sebagainya.

1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”.

Jadi, sekedar dengan memberikan Injil kepadanya, tak akan menariknya sama sekali. Itu berbeda sama sekali dengan kalau domba diberi rumput hijau, anak diberi kacang dan sebagainya. Dalam diri orang berdosa jelas dibutuhkan hal-hal lain sehingga ia menjadi tertarik pada keselamatan dalam / melalui Yesus.

c. Kalau Allah hanya memikat / mendorong tetapi tak memberi kemauan / kemampuan, orangnya tidak akan mau dan tidak akan bisa datang kepada Kristus. Ini sudah dibahas di atas dalam pembahasan Fil 2:13.

d. Adam Clarke mengatakan bahwa penulis-penulis Yunani menggunakan kata Yunani itu dalam arti ‘pikatan’. Kalau memang demikian, maka penulis-penulis Perjanjian Baru menggunakannya dengan cara yang berbeda. Nanti kita akan melihat hal itu.

2. Bapa hanya menarik orang yang mau ditarik.

Ini juga bertentangan dengan Fil 2:13 yang telah saya bahas di atas, karena kemauan maupun kemampuan untuk berbuat apapun yang baik, termasuk datang kepada Yesus, merupakan pekerjaan Bapa! Jadi, kalau orangnya bisa mau ditarik, maka Allah sudah mengerjakan kemauan dalam diri orang itu, dan itu berarti Allah sudah menarik orang itu!

3. Orang yang ditarik bisa menolak tarikan Bapa itu.

William Barclay: “The interesting thing about the word is that it almost always implies some kind of resistance ... God can draw men, but men’s resistance can defeat God’s pull” (= Hal yang menarik ten­tang kata ini adalah bahwa kata ini hampir selalu menunjukkan secara tak langsung akan adanya tahanan / penolakan ... Allah bisa menarik manusia, tetapi tahanan / penolakan manusia bisa mengalahkan tarikan Allah) - hal 220.

Saya tidak mengerti dari mana Barclay mendapatkan bagian yang saya garis-bawahi itu, khususnya yang terakhir.

Lenski (tentang Yoh 6:44): “‘No one can come to me unless the Father who did send me shall draw him; and I will resurrect him at the last day.’ Luther has put these words into classical form: ‘I believe that I cannot by my own reason or strength believe in Jesus Christ, my Lord, or come to him; but the Holy Ghost has called me by the gospel, … and will at the last day raise up me and all the dead, and give unto me and all believers in Christ eternal life. This is most certainly true.’ Here Jesus explains the Father’s ‘giving’ mentioned in v. 37 and 39: he gives men to Jesus by drawing them to him. This drawing (ἑλκύειν) is accomplished by a specific power, one especially designed for the purpose, one that takes hold of the sinner’s soul and moves it away from darkness, sin, and death, to Jesus, light, and life. No man can possibly thus draw himself to Jesus. The Father, God himself, must come with his divine power and must do this drawing; else it will never be effected.” [= ‘Tak seorangpun bisa datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutusKu menariknya; dan Aku akan membangkitkannya pada hari terakhir’. Luther telah mengatakan kata-kata ini ke dalam bentuk klasik: ‘Aku percaya bahwa aku tidak bisa, oleh akal atau kekuatanku sendiri, percaya kepada Yesus Kristus, Tuhanku, atau datang kepadaNya; tetapi Roh Kudus telah memanggil aku oleh injil, ... dan pada hari terakhir akan membangkitkan aku dan semua orang-orang mati, dan memberi aku dan semua orang-orang percaya dalam / kepada Kristus hidup yang kekal. Ini pasti benar’. Di sini Yesus menjelaskan ‘tindakan memberi’ dari Bapa yang disebutkan dalam ay 37 dan 39: Ia memberikan orang-orang kepada Yesus dengan menarik mereka kepadaNya. Tarikan ini (ἑλκύειν / HELKUEIN) dicapai oleh suatu kuasa yang spesifik, suatu kuasa yang dirancang secara khusus untuk tujuan itu, suatu kuasa yang menguasai jiwa dari orang berdosa dan menggerakkannya menjauhi kegelapan, dosa, dan kematian, kepada Yesus, terang dan kehidupan. Tak seorangpun bisa menarik dirinya sendiri seperti itu kepada Yesus. Bapa, Allah sendiri, harus datang dengan kuasa ilahiNya dan harus melakukan tarikan ini; atau kalau tidak, itu tidak akan pernah berhasil.].

Lenski (tentang Yoh 6:44): “The power by which these Jews are at this very moment being drawn is the power of divine grace, operative in and through the Word these Jews now hear from the lips of Jesus. While it is power (Rom. 1:16), efficacious to save, it is never irresistible (Matt. 23:37, ‘and ye would not’). Nor is this power extended only to a select few, for in 12:32 Jesus says, ‘I will draw all men.’ The power of the gospel is for the world, and no sinner has fallen so low but what this power is able to reach him effectually.” [= Kuasa dengan mana orang-orang Yahudi ini sedang ditarik pada saat ini adalah kuasa dari kasih karunia ilahi, bekerja di dalam dan melalui Firman yang sekarang didengar oleh orang-orang Yahudi ini dari bibir Yesus. Sekalipun itu adalah kuasa (Ro 1:16), mujarab untuk menyelamatkan,itu tidak pernah tidak bisa ditolak (Mat 23:37, ‘dan kamu tidak mau’). Juga kuasa ini tidak diberikan hanya kepada sedikit orang-orang pilihan, karena dalam 12:32 Yesus berkata ‘Aku akan menarik semua orang’. Kuasa dari injil adalah untuk dunia, dan tak ada orang berdosa yang telah jatuh begitu dalam kecuali apa yang kuasa ini bisa menjangkaunya secara efektif.].

Ro 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”.

Bagian yang saya beri garis bawah ganda salah terjemahan.

KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ:’ (= Karena aku tidak malu tentang injil Kristus).

Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.

Yoh 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.

Ini pendapat saya tentang kata-kata Lenski ini:

a. Kata-katanya saling bertentangan.

Di satu sisi ia berkata kuasa yang menarik itu mujarab untuk menyelamatkan, tetapi di sisi lain ia berkata itu bisa ditolak. Kalau bisa ditolak, itu tidak mujarab! Kemujarabannya terletak pada kuasa yang menarik itu, atau tergantung kepada orang yang ditarik?

b. Mat 23:37 menyoroti peristiwa itu dari sudut pandang manusia.

c. Dalam Yoh 12:32, kata-kata ‘semua orang’ jelas menunjuk pada ‘semua orang pilihan’.

Calvin (tentang Yoh 12:32): “‘I will draw all men to myself.’ The word ‘all,’ which he employs, must be understood to refer to the children of God, who belong to his flock. Yet I agree with Chrysostom, who says that Christ used the universal term, ‘all,’ because the Church was to be gathered equally from among Gentiles and Jews” (= ‘Aku akan menarik semua orang kepada diriKu sendiri’. Kata ‘semua / semua orang’, yang Ia gunakan, harus dimengerti sebagai menunjuk kepada anak-anak Allah, yang termasuk dalam kawanan dombaNya. Tetapi saya setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus menggunakan istilah universal ‘semua / semua orang’, karena Gereja harus dikumpulkan secara setara / sama dari antara orang-orang non Yahudi dan orang-orang Yahudi).

John Owen: “‘All unregenerate men,’ saith Arminius, ‘have by virtue of their free-will, a power of resisting the Holy Spirit, of rejecting the offered grace of God, of contemning the counsel of God concerning themselves, of refusing the gospel of grace, of not opening the heart to him that knocketh’” (= ‘Semua orang yang belum dilahirbarukan’, kata Arminius, ‘berdasarkan kehendak bebas mereka, mempunyai kuasa untuk menahan / menolak Roh Kudus, untuk menolak kasih karunia Allah yang ditawarkan, untuk meremehkan / menghina rencana Allah tentang diri mereka sendiri, untuk menolak Injil kasih karunia, untuk tidak membuka hati bagi Dia yang mengetuk’) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 117.

Catatan: Dalam kutipan ini John Owen hanya mengutip kata-kata Arminius, tetapi ia sendiri tentu saja tidak mempercayai kata-kata itu.

Kesalahan dari pandangan-pandangan di atas terlihat dari penggu­naan kata ‘ditarik’ (Yunani: HELKO / HELKUO) itu dalam Alkitab. Kata Yunani HELKO / HELKUO ini hanya digunakan 8 x dalam Alkitab / Perjanjian Baru, yaitu dalam:

a. Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.

b. Yoh 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.

c. Yoh 18:10 - “Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus”.

d. Yoh 21:6 - “Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.

e. Yoh 21:11 - “Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.

f. Kis 16:19 - “Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa”.
g. Kis 21:30 - “Maka gemparlah seluruh kota, dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Paulus dan menyeretnya keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Allah itu ditutup”.

h. Yak 2:6 - “Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?”.

Yoh 6:44 dan Yoh 12:32 menunjukkan bahwa tindakan ‘menarik’ itu merupakan aktivitas Bapa dan Yesus. Sedangkan dari ke 6 ayat yang lain bisa ditarik kesimpulan bahwa:

1. Ini bukan sekedar ‘memikat’ tetapi betul-betul ‘menarik’.

Pada waktu Petrus menghunus / menarik pedangnya (Yoh 18:10), atau pada waktu murid-murid menarik jala yang penuh ikan (Yoh 21:6), atau pada waktu orang banyak menyeret Paulus (Kis 16:19 Kis 21:30), atau pada waktu orang kaya menyeret orang miskin ke pengadilan (Yak 2:6), maka itu tentu sama sekali bukan dengan cara ‘memikat’, tetapi betul-betul ‘menarik’.

2. Ini bukan menarik orang yang mau ditarik.

Waktu Paulus ditarik / diseret, atau waktu ikan dalam jala ditarik, atau waktu orang miskin diseret oleh orang kaya ke pengadilan, mereka tentunya tidak mau ditarik!

Memang ini tidak berarti bahwa Allah menggunakan kekuatan luar untuk menarik / memaksa orang yang terus menerus tak mau ditarik.

Calvin: “True, indeed, as to the kind of drawing, it is not violent, so as to compel men by external force; but still it is a powerful impulse of the Holy Spirit, which makes men willing who formerly were unwilling and reluctant” (= Memang, tentang jenis tarikan, itu bukan sesuatu tarikan yang keras / kasar, seakan-akan memaksa manusia dengan kekuatan luar; tetapi itu tetap merupakan dorongan yang kuat dari Roh Kudus, yang membuat manusia yang tadinya tidak mau dan segan menjadi mau) - hal 257.

3. Orang yang ditarik tidak bisa menolak tarikan itu.

Dalam ke 6 ayat tersebut di atas, tidak pernah ada perlawanan yang bisa mengalahkan tarikan, dan tarikannya selalu berhasil!

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ay 44 ini mendukung doktrin Reformed tentang Irresistible Grace (= kasih karunia yang tak bisa ditolak / ditahan), yang merupakan point ke 4 dari 5 points Calvinisme.

Menanggapi komentar William Barclay di atas, yang mengatakan bahwa manusia bisa mengalahkan tarikan Allah, Leon Morris (NICNT) mengatakan:

“Barclay gives a number of examples of the use of the verb HELKUO in the New Testament to show that ‘Always there is this idea of resistance.’ This is surely true, and indicates that God brings men to Himself although by nature they prefer sin. But curiously Barclay adds, ‘God can and does draw men, but men’s resistance can defeat the pull of God.’ Not one of his examples of the verb shows the resistance as successful. Indeed we can go further. There is not one example in the New Testament of the use of this verb where the resistance is successful” (= Barclay memberi sejumlah contoh penggunaan kata kerja HELKUO dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan bahwa ‘di sana selalu ada gagasan tentang penolakan’. Ini memang benar, dan menunjukkan bahwa Allah membawa manusia kepada diriNya sendiri sekalipun pada dasarnya / secara alamiah mereka lebih memilih dosa. Tetapi secara aneh / mengherankan Barclay menambahkan, ‘Allah bisa dan Allah memang menarik manusia, tetapi penolakan manusia bisa mengalahkan tarikan dari Allah’. Tidak ada satu con­tohpun dari Perjanjian Baru tentang penggunaan kata kerja ini dimana tahanan / penolakan itu berhasil) - hal 371, footnote.

Berbicara tentang ayat-ayat yang menggunakan kata HELKO / HELKUO di atas, Hendriksen berkata sebagai berikut:

William Hendriksen (tentang Yoh 6:44): “‘No one can come to me unless the Father who sent me draw him, and I will raise him up at the last day.’ Here the emphasis is on the divine decree of predestination carried out in history. When Jesus refers to the divine ‘drawing’ activity, he employs a term which clearly indicates that more than moral influence is indicated. The Father does not merely beckon or advise, he ‘draws’! The same verb (ἕλκω, ἑλκύω) occurs also in 12:32, where the drawing activity is ascribed to the Son; and further, in 18:10; 21:6, 11; Acts 16:19; 21:30; and Jas. 2:6. The ‘drawing’ of which these passages speak indicates a very powerful - we may even say, an ‘irresistible’ - activity. To be sure, man resists, but his resistance is ineffective. It is in that sense that we speak of God’s grace as being irresistible. The net full of big fishes is ‘actually drawn’ or ‘dragged’ ashore (21:6, 11). Paul and Silas ‘are dragged’ into the forum (Acts 16:19). Paul ‘is dragged’ out of the temple (Acts 21:30). The rich ‘drag’ the poor before the judgment-seats (Jas. 2:6). Returning now to the Fourth Gospel, Jesus ‘will draw’ all men to himself (12:32) and Simon ‘drew’ his sword, striking the high priest’s servant, cutting off his right ear (18:10). To be sure, there is a difference between the drawing of a net or a sword, on the one hand, and of a sinner, on the other. With the latter God deals as with a responsible being. He powerfully influences the mind, will, heart, the entire personality. These, too, begin to function in their own right, so that Christ is accepted by a living faith. But both at the beginning and throughout the entire process of being saved, the power is ever from above; it is very real, strong, and effective; and it is wielded by God himself!” [= Tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutus Aku menarik dia, dan Aku akan membangkitkan dia pada hari terakhir’. Di sini penekanannya adalah pada ketetapan ilahi tentang predestinasi yang dilaksanakan dalam sejarah. Pada waktu Yesus menunjuk pada akitivitas ‘menarik’ yang ilahi, Ia menggunakan suatu istilah yang dengan jelas menunjukkan bahwa lebih dari sekedar pengaruh moral ditunjukkan. Bapa tak semata-mata memanggil dengan isyarat atau menasehati, Ia ‘menarik’! Kata kerja yang sama (HELKO, HELKUO) juga muncul dalam 12:32, dimana akitivitas menarik itu dianggap berasal dari sang Anak; dan selanjutnya, dalam 18:10; 21:6,11; Kis 16:19; 21:30; dan Yak 2:6. ‘Tarikan’ tentang mana text-text itu berbicara menunjukkan suatu aktivitas yang sangat kuat, dan bahkan bisa dikatakan ‘tak bisa ditahan / ditolak’. Memang manusia menahan / menolak, tetapi tahanan / penolakannya tidak efektif. Dalam arti seperti itulah kami berbicara tentang kasih karunia Allah yang tidak bisa dito­lak. Jala yang penuh dengan ikan-ikan besar ‘betul-betul ditarik’ atau ‘diseret’ ke pantai (21:6,11). Paulus dan Silas ‘diseret’ ke dalam sidang (Kis 16:19). Paulus ‘diseret’ keluar dari Bait Suci (Kis 21:30). Orang-orang kaya ‘menyeret’ orang-orang miskin ke hadapan kursi penghakiman (Yak 2:6). Sekarang kembali pada Injil yang keempat, Yesus ‘akan menarik’ semua orang kepada diriNya sendiri (12:32) dan Simon ‘menarik / menghunus’ pedangnya, menyambar pelayan imam besar, memotong telinga kanannya (18:10). Sudah tentu, di sana ada perbedaan antara penarikan suatu jala atau pedang, di satu sisi, dan penarikan orang berdosa, di sisi lain. Dengan yang terakhir Allah menangani seperti dengan seorang makhluk yang bertanggung-jawab. Ia secara kuat mempengaruhi pikiran, kehendak, hati, seluruh kepribadian. Hal-hal ini, juga, mulai berfungsi dalam kebenaran / hak (?) mereka sendiri, sehingga Kristus diterima dengan suatu iman yang hidup. Tetapi baik pada awal dan dalam sepanjang seluruh proses penyelamatan, kuasa itu selalu dari atas; itu sungguh-sungguh nyata, kuat, dan efektif; dan itu digunakan oleh Allah sendiri!].

R. C. Sproul: “One of the most important teachings of Jesus on this matter is found in the Gospel of John. ‘Therefore I have said to you that no one can come to Me unless it has been granted to him by My Father’ (John 6:65). Let us look closely at this verse. The first element of this teaching is a universal negative. The words ‘No one’ are all-inclusive. They allow for no exception apart from the exceptions Jesus adds. The next word is crucial. It is the word ‘can’. This has to do with ability, not permission. Who has not been corrected by a schoolteacher for confusing the words ‘can’ and ‘may’? I used to have a teacher who never missed an opportunity to drill this point home. If I raised my hand and said, ‘Can I sharpen my pencil?’ the response was always the same. She would smile and say, ‘I am sure that you can. You also may sharpen your pencil.’ The word ‘can’ refers to ability; the word ‘may’ refers to permission. In this passage Jesus is not saying, ‘No one is allowed to come to me… .’ He is saying, ‘No one is able to come to me… .’ The next word in the passage is also vital. ‘Unless’ refers to what we call a ‘necessary condition’. A necessary condition refers to something that must happen before something else can happen. The meaning of Jesus’ words is clear. No human being can possibly come to Christ unless something happens that makes it possible for him to come. That necessary condition Jesus declares is that ‘it has been granted to him by the Father.’ Jesus is saying here that the ability to come to him is a gift from God. Man does not have the ability in and of himself to come to Christ. God must do something first. The passage teaches at least this much: It is not within fallen man’s natural ability to come to Christ on his own, without some kind of divine assistance. To this extent at least, Edwards and Augustine are in solid agreement with the teaching of our Lord. The question that remains is this: Does God give the ability to come to Jesus to all men? The Reformed view of predestination says no. Some other views of predestination say yes. But one thing is certain; man cannot do it on his own steam without some kind of help from God. What kind of help is required? How far must God go to overcome our natural inability to come to Christ? A clue is found elsewhere in this same chapter. In fact, there are two other statements by Jesus that have direct bearing on this question. Earlier in chapter 6 of John’s Gospel Jesus makes a similar statement. He says, ‘No one can come to Me unless the Father who sent Me draws him’ (John 6:44). The key word here is ‘draw’. What does it mean for the Father to draw people to Christ? I have often heard this text explained to mean that the Father must woo or entice men to Christ. Unless this wooing takes place, no man will come to Christ. However, man has the ability to resist this wooing and to refuse the enticement. The wooing, though it is necessary, is not compelling. In philosophical language that would mean that the drawing of God is a necessary condition but not a sufficient condition to bring men to Christ. In simpler language it means that we cannot come to Christ without the wooing, but the wooing does not guarantee that we will, in fact, come to Christ. I am persuaded that the above explanation, which is so widespread, is incorrect. It does violence to the text of Scripture, particularly to the biblical meaning of the word ‘draw’. The Greek word used here is HELKO. Kittel’s Theological Dictionary of the New Testament defines it to mean to compel by irresistible superiority. Linguistically and lexicographically, the word means ‘to compel.’ To compel is a much more forceful concept than to woo. To see this more clearly, let us look for a moment at two other passages in the New Testament where the same Greek word is used. In James 2:6 we read: ‘But you have dishonored the poor man. Do not the rich oppress you and drag you into the courts?’ Guess which word in this passage is the same Greek word that elsewhere is translated by the English word ‘draw’. It is the word ‘drag’. Let us now substitute the word ‘woo’ in the text. It would then read: ‘Do not the rich oppress you and ‘woo’ you into the courts?’ The same word occurs in Acts 16:19. ‘But when her masters saw that their hope of profit was gone, they seized Paul and Silas and dragged them into the marketplace to the authorities.’ Again, try substituting the word ‘woo’ for the word ‘drag’. Paul and Silas were not seized and then wooed into the marketplace. I once was asked to debate the doctrine of predestination in a public forum at an Arminian seminary. My opponent was the head of the New Testament department of the seminary. At a crucial point in the debate we fixed our attention on the passage about the Father’s drawing people. My opponent was the one who brought up the passage as a proof text to support his claim that God never forces anyone or compels them to come to Christ. He insisted that the divine influence on fallen man was restricted to drawing, which he interpreted to mean wooing. At that point in the debate I quickly referred him to Kittel and to the other passages in the New Testament that translate the word ‘drag’. I was sure I had him. I was sure that he had walked into an insoluble difficulty for his own position. But he surprised me. He caught me completely off guard. I will never forget that agonizing moment when he cited a reference from an obscure Greek poet in which the same Greek word was used to describe the action of drawing water from a well. He looked at me and said, ‘Well, Professor Sproul, does one drag water from a well?’ Instantly the audience burst into laughter at this startling revelation of the alternate meaning of the Greek word. I stood there looking rather silly. When the laughter died down I replied, ‘No sir. I have to admit that we do not drag water from a well. But, how do we get water from a well? Do we woo it? Do we stand at the top of the well and cry, ‘Here, water, water, water’?’ It is as necessary for God to come into our hearts to turn us to Christ as it is for us to put the bucket in the water and pull it out if we want anything to drink. The water simply will not come on its own, responding to a mere external invitation.” [= Salah satu dari ajaran-ajaran yang terpenting dari Yesus tentang persoalan ini ditemukan dalam Injil Yohanes. ‘Karena itu Aku telah mengatakan kepadamu bahwa tak seorangpun bisa datang kepadaKu, kecuali itu telah dikaruniakan kepadanya oleh BapaKu’ (Yoh 6:65). Mari kita melihat ayat ini dengan lebih teliti. Elemen pertama dari ajaran ini adalah suatu ‘tidak’ yang bersifat universal. Kata-kata ‘tak seorangpun’ merupakan kata-kata yang mencakup semua. Kata-kata itu tidak mengijinkan suatu perkecualian terpisah dari perkecualian-perkecualian yang Yesus tambahkan. Kata selanjutnya sangat penting. Itu adalah kata ‘dapat’. Ini berurusan dengan kemampuan, bukan ijin. Siapa yang tidak pernah dibetulkan oleh guru sekolah untuk pengacauan kata-kata ‘can’ / ‘dapat’ dan ‘may’ / ‘boleh’? Saya pernah mempunyai seorang guru yang tidak pernah melalaikan suatu kesempatan untuk menggiring hal ini ke tempat yang seharusnya. Jika saya mengangkat tangan saya dan berkata, ‘Dapatkah saya meruncingkan pensil saya?’ tanggapannya selalu sama. Ia tersenyum dan berkata, ‘Aku yakin bahwa kamu dapat. Kamu juga boleh meruncingkan pensilmu’. Kata ‘dapat’ menunjuk pada kemampuan; kata ‘boleh’ menunjuk pada ijin. Dalam text ini Yesus tidak berkata, ‘Tak seorangpun diijinkan untuk datang kepadaKu’ ...’. Ia berkata, ‘Tak seorangpun dapat / bisa datang kepadaKu ...’ Kata selanjutnya dalam text itu juga sangat penting. ‘Kecuali’ menunjuk pada apa yang kita sebut ‘syarat yang perlu’. Suatu syarat yang perlu menunjuk pada sesuatu yang harus terjadi sebelum sesuatu yang lain bisa / dapat terjadi. Arti / maksud dari kata-kata Yesus adalah jelas. Tak seorang manusiapun dapat datang kepada Kristus kecuali sesuatu terjadi yang membuatnya mungkin baginya untuk datang. Syarat perlu yang Yesus nyatakan itu adalah bahwa ‘itu dikaruniakan kepadanya oleh Bapa’. Yesus berkata di sini bahwa kemampuan untuk datang kepadaNya merupakan suatu pemberian / anugerah dari Allah. Manusia tidak mempunyai kemampuan dalam dan dari dirinya sendiri untuk datang kepada Kristus. Allah harus melakukan sesuatu lebih dulu. Text ini mengajarkan sedikitnya hal ini: Itu bukanlah dalam kemampuan manusia yang terjatuh untuk datang kepada Kristus dari dirinya sendiri, tanpa sejenis pertolongan ilahi. Sampai pada tingkat ini setidaknya, Edwards dan Agustinus ada dalam persetujuan yang kokoh dengan ajaran dari Tuhan kita. Pertanyaan yang tertinggal adalah ini: Apakah Allah memberikan kemampuan untuk datang kepada Yesus itu kepada semua orang? Pandangan Reformed tentang predestinasi berkata ‘tidak’. Pandangan-pandangan lain tentang predestinasi berkata ‘ya’. Tetapi satu hal adalah pasti; manusia tidak dapat melakukannya dengan tenaganya sendiri tanpa sejenis pertolongan dari Allah. Jenis pertolongan apa yang dibutuhkan? Berapa jauh Allah harus pergi / berjalan untuk mengalahkan ketidak-mampuan alamiah kita untuk datang kepada Kristus? Suatu petunjuk ditemukan di tempat lain dalam pasal yang sama ini. Sebetulnya, di sana ada dua pernyataan lain oleh Yesus yang mempunyai hubungan langsung dengan pertanyaan ini. Di bagian yang lebih awal dalam pasal 6 dari Injil Yohanes, Yesus membuat suatu pernyataan yang mirip. Ia berkata, ‘Tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutus Aku menariknya’ (Yoh 6:44). Kata kunci di sini adalah ‘menarik’. Apa artinya bagi Bapa untuk menarik orang-orang kepada Kristus? Saya telah sering mendengar text ini dijelaskan untuk berarti bahwa Bapa harus membujuk atau memikat orang-orang kepada Kristus. Tetapi, manusia mempunyai kemampuan untuk menolak bujukan ini dan menolak pikatan ini. Bujukan itu, sekalipun perlu, tidaklah memaksa. Dalam bahasa filsafat itu berarti bahwa tarikan Allah adalah syarat yang perlu, tetapi bukan syarat yang cukup, untuk membawa manusia kepada Kristus. Dalam bahasa yang lebih sederhana, itu berarti bahwa kita tidak dapat datang kepada Kristus tanpa bujukan ini, tetapi bujukan ini tidak menjamin bahwa dalam faktanya kita akan datang kepada Kristus. Saya yakin, bahwa penjelasan di atas, yang begitu tersebar luas, adalah tidak benar. Itu melakukan kekerasan terhadap text dari Kitab Suci, khususnya terhadap arti Alkitabiah dari kata ‘menarik’. Kata Yunani yang digunakan di sini adalah HELKO. Kittel’s Theological Dictionary of the New Testament mendefinisikannya sebagai berarti ‘memaksa dengan kesuperioran yang tak bisa ditolak’. Secara ilmu bahasa dan secara ilmu perkamusan, kata itu berarti ‘memaksa’. ‘Memaksa’ adalah suatu konsep yang jauh lebih kuat dari ‘membujuk’. Untuk melihat ini dengan lebih jelas, hendaklah kita melihat sebentar pada 2 text lain dalam Perjanjian Baru dimana kata Yunani yang sama digunakan. Dalam Yak 2:6 kita membaca: ‘Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?’ Tebaklah kata yang mana dalam text ini yang adalah kata Yunani yang sama yang di tempat lain diterjemahkan oleh kata bahasa Inggris ‘draw’ / ‘menarik’. Itu adalah kata ‘menyeret’. Sekarang mari kita menggantikannya dengan kata ‘membujuk’ dalam text. Maka bunyinya menjadi: ‘Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang membujuk kamu ke pengadilan?’ Kata yang sama muncul dalam Kis 16:19. ‘Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.’ Lagi-lagi, cobalah menggantikan kata ‘membujuk’ untuk kata ‘menyeret’. Paulus dan Silas tidak ditangkap lalu dibujuk ke pasar. Pernah sekali saya diminta untuk memperdebatkan doktrin tentang predestinasi di forum umum di suatu seminari Arminian. Lawan saya adalah kepala / pimpinan dari departemen Perjanjian Baru dari seminari itu. Pada titik yang penting dalam debat itu, kami menancapkan perhatian kami pada text tentang Bapa menarik orang-orang. Lawan saya yang mengemukakan text ini sebagai suatu text bukti untuk mendukung claimnya bahwa Allah tidak pernah memaksa siapapun atau memaksa mereka untuk datang kepada Kristus. Ia berkeras bahwa pengaruh ilahi pada manusia yang telah jatuh, dibatasi pada tindakan menarik, yang ia tafsirkan sebagai berarti ‘membujuk’. Pada titik itu dalam debat itu saya dengan cepat mengarahkan dia kepada Kittel dan pada text-text lain dalam Perjanjian Baru yang menterjemahkan kata ‘menyeret’. Saya yakin bahwa saya telah menempatkan dia di posisi yang tidak menguntungkan. Saya yakin bahwa ia telah berjalan ke dalam suatu kesukaran yang tak terpecahkan untuk posisinya sendiri. Tetapi ia mengejutkan saya. Ia menyergap saya sepenuhnya dengan tak disangka-sangka. Saya tak akan pernah melupakan saat yang sangat menderita pada waktu ia mengutip suatu referensi dari suatu syair Yunani yang tak dikenal dalam mana kata Yunani yang sama digunakan untuk menggambarkan tindakan mengambil air dari sebuah sumur. Ia memandang saya dan berkata, ‘Nah, Profesor Sproul, apakah seseorang menyeret air dari sebuah sumur?’ Dengan segera para penonton meledak tertawa pada penyataan yang mengejutkan ini tentang arti alternatif dari kata Yunani itu. Saya berdiri di sana dan terlihat agak tolol. Pada waktu tertawanya sudah mereda saya menjawab, ‘Tidak pak. Saya harus mengakui bahwa kita tidak menyeret air dari sebuah sumur. Tetapi bagaimana kita mendapat air dari sebuah sumur? Apakah kita membujuknya? Apakah kita berdiri di atas sumur dan berteriak, Kesini, air, air, air?’ Adalah sama perlunya bagi Allah untuk datang ke dalam hati kita untuk membalikkan kita kepada Kristus seperti kita perlu untuk meletakkan ember / timba dalam air dan menariknya keluar jika kita menginginkan apapun untuk minum. Air tak akan datang dari dirinya sendiri, menanggapi semata-mata suatu undangan luar / lahiriah.] - ‘Chosen by God’, hal 67-71.

Arthur W. Pink: “In order for any sinner to be saved three things were indispensable: God the Father had to purpose his salvation, God the Son had to purchase it, God the Spirit has to apply it. God does more than ‘propose’ to us: were He only to ‘invite’, every last one of us would be lost. This is strikingly illustrated in the Old Testament. In Ezra 1:1-3 we read, ‘Now in the first year of Cyrus king of Persia, that the word of the Lord by the mouth of Jeremiah might be fulfilled, the Lord stirred up the spirit of Cyrus king of Persia, that he made a proclamation throughout all his kingdom, and put it also in writing saying, Thus saith Cyrus king of Persia, the Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth, and He hath charged me to build Him an house at Jerusalem, which is in Judah. Who is there among you of all His people? his God be with him, and let him go up to Jerusalem which is in Judah, and build the house of the Lord God of Israel.’ Here was an ‘offer’ made, made to a people in captivity, affording them opportunity to leave and return to Jerusalem - God’s dwelling-place. Did all Israel eagerly respond to this offer? No indeed. The vast majority were content to remain in the enemy’s land. Only an insignificant ‘remnant’ availed themselves of this overture of mercy! And why did they? Hear the answer of Scripture: ‘Then rose up the chief of the fathers of Judah and Benjamin, and the priests, and the Levites, with all whose spirit God had stirred up, to go up to build the house of the Lord which is in Jerusalem’ (Ezra 1:5)! In like manner, God ‘stirs up’ the spirits of His elect when the effectual call comes to them, and not till then do they have any willingness to respond to the Divine proclamation.” [= Supaya orang berdosa manapun diselamatkan tiga hal sangat diperlukan: Allah Bapa harus merencanakan keselamatannya, Allah Anak harus membelinya, Allah Roh Kudus harus menerapkannya. Allah melakukan lebih dari ‘mengusulkan’ kepada kita: seandainya Ia hanya ‘mengundang’, setiap orang dari kita akan terhilang. Ini diilustrasikan secara menyolok dalam Perjanjian Lama. Dalam Ezra 1:1-3 kita membaca, ‘Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: ‘Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagiNya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umatNya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN Allah Israel.’ Di sini suatu ‘tawaran’ dibuat, dibuat bagi suatu bangsa dalam pembuangan, memberikan mereka kesempatan untuk meninggalkan dan kembali ke Yerusalem - tempat tinggal Allah. Apakah seluruh Israel dengan keinginan yang besar menanggapi tawaran ini? Tidak. Mayoritas dari mereka puas untuk tinggal di negara / tanah musuh. Hanya suatu ‘sisa’ yang kecil / tak berarti yang memakai kesempatan tawaran belas kasihan ini. Dan mengapa mereka melakukannya? Dengarkan jawaban dari Kitab Suci: ‘Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem’ (Ezra 1:5)! Dengan cara yang sama, Allah menggerakkan roh-roh dari orang-orang pilihanNya pada waktu panggilan efektif datang kepada mereka, dan tidak sampai saat itu mereka mempunyai kemauan apapun untuk menanggapi proklamasi / pemberitaan Ilahi.] - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 129-130.

Calvin (tentang Yoh 6:44): “‘No man can come to me, unless the Father, who hath sent me, draw him.’ He does not merely accuse them of wickedness, but likewise reminds them, that it is a peculiar gift of God to embrace the doctrine which is exhibited by him; which he does, that their unbelief may not disturb weak minds. ... Christ declares that the doctrine of the Gospel, though it is preached to all without exception, cannot be embraced by all, but that a new understanding and a new perception are requisite; and, therefore, that faith does not depend on the will of men, but that it is God who gives it. ‘Unless the Father draw him.’ ‘To come to Christ’ being here used metaphorically for ‘believing’, the Evangelist, in order to carry out the metaphor in the apposite clause, says that those persons are ‘drawn’ whose understandings God enlightens, and whose hearts he bends and forms to the obedience of Christ. The statement amounts to this, that we ought not to wonder if many refuse to embrace the Gospel; because no man will ever of himself be able to come to Christ, but God must first approach him by his Spirit; and hence it follows that all are not ‘drawn,’ but that God bestows this grace on those whom he has elected. True, indeed, as to the kind of ‘drawing,’ it is not violent, so as to compel men by external force; but still it is a powerful impulse of the Holy Spirit, which makes men willing who formerly were unwilling and reluctant. It is a false and profane assertion, therefore, that none are ‘drawn’ but those who are willing to be ‘drawn,’ as if man made himself obedient to God by his own efforts; for the willingness with which men follow God is what they already have from himself, who has formed their hearts to obey him.” (= ‘Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, kecuali Bapa, yang telah mengutus Aku, menariknya’. Ia tidak semata-mata menuduh mereka tentang kejahatan, tetapi juga mengingatkan mereka, bahwa itu merupakan suatu pemberian / karunia khusus dari Allah untuk memeluk / mempercayai doktrin yang ditunjukkan olehNya; yang Ia lakukan, supaya ketidak-percayaan mereka tidak mengganggu pikiran yang lemah. ... Kristus menyatakan bahwa doktrin dari Injil, sekalipun itu dikhotbahkan / diberitakan tanpa perkecualian, tidak bisa dipercayai oleh semua orang, tetapi bahwa suatu pengertian yang baru dan suatu persepsi yang baru dibutuhkan; dan karena itu, iman itu tidak tergantung pada kehendak manusia, tetapi bahwa adalah Allah yang memberikannya. ‘Kecuali Bapa menariknya’. ‘Datang kepada Kristus’ digunakan di sini sebagai kiasan untuk ‘percaya’, sang Penginjil, untuk membawa kiasan dalam anak kalimat yang tepat, mengatakan bahwa orang-orang itu ‘ditarik’, yang pengertiannya Allah terangi, dan yang hatinya Ia bengkokkan dan bentuk pada ketaatan Kristus. Pernyataan itu sama dengan ini, bahwa kita tidak boleh heran jika banyak orang menolak untuk percaya pada Injil; karena tak seorangpun akan pernah, dari dirinya sendiri, dapat datang kepada Kristus, tetapi Allah harus pertama-tama mendekatinya oleh RohNya; dan lalu mengikuti bahwa tidak semua orang ‘ditarik’, tetapi bahwa Allah memberikan kasih karunia ini kepada mereka yang telah Ia pilih. Memang, tentang jenis ‘tarikan’, itu bukan sesuatu tarikan yang keras / kasar, seakan-akan memaksa manusia dengan kekuatan luar; tetapi itu tetap merupakan dorongan yang kuat dari Roh Kudus, yang membuat manusia yang tadinya tidak mau dan segan menjadi mau. Karena itu, merupakan suatu penegasan yang salah bahwa tak seorangpun ‘ditarik’ kecuali mereka yang mau untuk ‘ditarik’, seakan-akan manusia membuat dirinya sendiri taat kepada Allah oleh usaha-usahanya sendiri; karena kemauan dengan mana manusia mengikuti Allah adalah apa yang mereka sudah punyai dari Dia sendiri, yang telah membentuk hati mereka untuk mentaati Dia.).

e) Ro 3:11 dan Ro 10:20.

Ro 3:11 - “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.

Mari kita membahas pertanyaan “Siapa yang mencari dan siapa yang dicari?” dalam seluruh Alkitab.

Ro 3:11 ini perlu dicamkan khususnya pada waktu kita melihat ayat-ayat yang menyuruh manusia mencari Allah, seperti:

1. 1Taw 16:11 - “Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!”.

2. Maz 27:8 - “Hatiku mengikuti firmanMu: ‘Carilah wajahKu’; maka wajahMu kucari, ya TUHAN”.

3. Maz 105:3-4 - “(3) Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! (4) Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu!”.

4. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.

5. Yer 29:13-14a - “(13) Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, (14a) Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN”.

6. Amos 5:4-6 - “(4) Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup! (5) Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap.’ (6) Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel”.

Saya kira orang Arminian tidak akan menemukan kesulitan dengan sederetan ayat-ayat di atas ini (tetapi anehnya, Adam Clarke tidak memberikan apa-apa dari ayat-ayat ini yang berhubungan dengan doktrin Arminianisme).

Tetapi, bagaimana mereka menafsirkan Ro 3:11b yang berbunyi: “tidak ada seorangpun yang mencari Allah”?

Adam Clarke tak beri komentar apapun tentang ayat ini, dan Lenski hanya mengatakan bahwa kalau dalam Mazmur ayatnya ada dalam bentuk tidak langsung, maka di sini Paulus menuliskannya dalam bentuk langsung.

Maz 14:2 - “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.”.

Selain itu Lenski tidak memberi komentar apapun tentang Ro 3:11 ini.

Dan tentang Maz 14:2 Clarke hanya mengatakan bahwa ayat itu menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia, dan Ia digambarkan melihat ke bawah / ke dunia ini untuk mengetahui apakah ada orang yang mengerti akan adanya Allah, dan karena itu mencariNya. Ia tak menghubungkan Maz 14:2 dengan Ro 3:11, dan lebih-lebih ia tidak menjelaskan bagaimana kedua ayat itu bisa sesuai dengan theologia dari Arminianisme.

Kalau Maz 14:2 dan Ro 3:11 sudah sangat menyulitkan orang-orang Arminian, lebih-lebih, bagaimana mereka menafsirkan ayat-ayat ini?

Yes 65:1 - “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang tidak memanggil namaKu.”.

Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.

Orang Arminian, yang mengatakan bahwa semua manusia telah diberi kemampuan dari Roh Kudus, sehingga sekarang semua tergantung pada kemauan mereka, pasti akan kebingungan menafsirkan Yes 65:1 / Ro 10:20 ini!

Adam Clarke (tentang Ro 10:20): “‘But Esaias is very bold’ ... He speaks out in the fullest manner and plainest language, Isa 65:1, notwithstanding the danger to which such a declaration exposed him, among a crooked, perverse, and dangerous people: ‘I was found of them that sought me not; I put my salvation in the way of those (the Gentiles) who were not seeking for it, and knew nothing of it: thus, the Gentiles which followed not after righteousness have attained to the law of righteousness,’ Rom 9:30, and they have found that redemption which the Jews have rejected.” [= ‘Tetapi Yesaya sangat berani’. ... Ia berbicara dengan tegas dalam cara yang paling penuh / lengkap dan bahasa yang paling sederhana / jelas, Yes 65:1, meskipun ada bahaya pada mana pernyataan seperti itu membuka dia, di antara bangsa yang bengkok, jahat, dan berbahaya: ‘Aku ditemukan mereka yang tidak mencari Aku; Aku meletakkan keselamatanKu di jalan mereka (orang-orang non Yahudi) yang tidak mencarinya, tak tahu apa-apa tentangnya: maka, orang-orang non Yahudi yang tidak mengikuti kebenaran telah mencapai hukum kebenaran’, Ro 9:30, dan mereka telah menemukan penebusan itu yang telah ditolak oleh orang-orang Yahudi.].

Ro 9:30 - “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.”.

Jadi, Adam Clarke hanya mengatakan bahwa orang-orang yang tidak mencari keselamatan tetapi memperolehnya, adalah orang-orang non Yahudi. Tetapi lagi-lagi, ia sama sekali tak menghubungkan dengan doktrin Arminianisme yang ia anut, lebih-lebih ia tak menjelaskan bagaimana ayat ini bisa cocok dengan theologianya.

Sekarang mari kita perhatikan tafsiran dari Calvin dan orang-orang Reformed berkenaan dengan ayat-ayat ini.

1. Tentang Ro 3:11 - “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.”.

Calvinisme / Reformed menganggap ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa keselamatan seseorang tidak tergantung pada kehendak orang itu sendiri, tetapi tergantung kepada Allah.

Ro 3:11 - “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Ini menunjukkan bahwa manusia berdosa itu sendiri, terlepas dari pekerjaan Allah / Roh Kudus dalam dirinya, tidak bisa dan tidak akan mau mencari Allah.

Tetapi mengapa dalam faktanya ada orang-orang yang mencari Allah? Karena dalam diri orang yang adalah ‘orang pilihan’, sekalipun ia mula-mula tidak mencari Allah (sesuai dengan Ro 3:11 ini), Allah bekerja, melahir-barukannya, sehingga ia lalu mencari Allah dan menemukan Allah (melalui Yesus Kristus).

Catatan: perlu diingat bahwa dalam ajaran Calvinist / Reformed, kelahiran baru terjadi sebelum iman!

Calvin (tentang Ro 3:11): “The first effect is, that there is none that understands: and then this ignorance is immediately proved, for they seek not God; for empty is the man in whom there is not the knowledge of God, whatever other learning he may possess; yea, the sciences and the arts, which in themselves are good, are empty things, when they are without this groundwork.” (= Akibat pertama adalah, bahwa di sana tidak ada yang mengerti: lalu ketidak-tahuan ini segera terbukti, karena mereka tidak mencari Allah; karena kosonglah orang dalam siapa disana tidak ada pengetahuan / pengenalan tentang Allah, apapun pengetahuan lain yang ia miliki; ya, ilmu-ilmu pengetahuan dan seni-seni, yang dalam diri mereka sendiri adalah baik, adalah hal-hal yang kosong, pada waktu mereka ada tanpa dasar ini).

Matthew Henry (tentang Ro 3:11): “‘None that seeketh after God,’ that is, none that has any regard to God, any desire after him. Those may justly be reckoned to have no understanding that do not seek after God. The carnal mind is so far from seeking after God that really it is enmity against him.” (= ‘Tak seorangpun yang mencari Allah’, artinya, tak seorangpun yang mempunyai kepedulian apapun tentang Allah, keinginan apapun untuk mencariNya. Mereka bisa dengan benar dianggap tidak mempunyai pengertian, kalau mereka tidak mencari Allah. Pikiran daging begitu jauh dari mencari Allah, yang sesungguhnya itu adalah suatu permusuhan terhadap Dia.).

John Murray (tentang Ro 3:11): “Verse 10 had been a statement in general terms; this verse is more specific and particularizes respects in which universal sinfulness appears. In the noetic sphere there is no understanding; in the conative there is no movement towards God. With reference to God all men are noetically blind and in respect of Godward aspiration they are dead.” (= Ayat 10 merupakan suatu pernyataan dalam istilah-istilah yang umum; ayat ini adalah lebih spesifik dan mengkhususkan hubungan-hubungan dalam mana keberdosaan universal muncul. Dalam hal intelek disana tidak ada pengertian; dalam hal usaha disana tidak ada gerakan menuju Allah. Berkenaan dengan Allah semua manusia adalah buta secara intelektual, dan berkenaan dengan keinginan ke arah Allah mereka mati.) - NICNT.

Charles Hodge (tentang Ro 3:11): “‘There is none who understands, there is none who seeks after God.’ In the Psalms it is said: ‘God looked down from heaven upon the sons of men, to see if there was one wise, seeking after God.’ Here again the apostle gives the thought, and not the precise words. Instead of ‘if there was one wise,’ he gives the idea in a negative form, ‘There is none who understands,’ ... This right apprehension or spiritual discernment of divine things is always attended with right affections and right conduct - he that understands seeks after God - which latter expression includes all those exercises of desire, worship, and obedience, which are consequent on this spiritual discernment.” (= ‘Tidak ada yang mengerti, di sana tidak ada yang mencari Allah’. Dalam Mazmur dikatakan: ‘Allah melihat ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah di sana ada orang yang bijaksana / berhikmat, yang mencari Allah’. Di sini lagi-lagi sang rasul memberikan pemikiran, dan bukan kata-kata yang persis. Sebagai ganti dari ‘apakah disana ada orang yang berhikmat / bijaksana’, ia memberikan gagasan dalam bentuk negatif, ‘Disana tidak ada yang mengerti’. ... Pengertian yang benar atau ketajaman rohani tentang hal-hal ilahi ini selalu disertai dengan perasaan yang benar dan tingkah laku yang benar - ia yang mengerti, mencari Allah - dan ungkapan terakhir ini mencakup semua aktivitas dari keinginan, penyembahan, dan ketaatan, yang merupakan akibat dari pengertian rohani ini.).

Catatan: Ro 3:11 dikutip dari Maz 14:2 - “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.”.

William Hendriksen (tentang Ro 3:11): “The picture he draws is dismal: no one is righteous; in fact, no one understands his deplorable condition. And no one is even trying to understand, is even searching for God, the Source of all wisdom and knowledge. But are there no exceptions? Paul answers, ‘There is no one … no one … no one … no one … not even one.’” (= Gambaran yang ia gambarkan adalah suram: tak ada orang yang benar; dalam faktanya, tak ada orang yang mengerti keadaannya yang menyedihkan. Dan tak ada orang yang bahkan mencoba untuk mengerti, mencari Allah, Sumber dari segala hikmat dan pengetahuan. Tetapi apakah di sana ada perkecualian-perkecualian? Paulus menjawab, ‘Disana tidak seorangpun ... tidak seorangpun ... tidak seorangpun ... tidak seorangpun ... bahkan tidak seorangpun’.).

Ro 3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.

2. Tentang Yes 65:1-2 - “(1) Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang tidak memanggil namaKu. (2) Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.

Tentang Yes 65:1 Adam Clarke hanya meributkan tentang terjemahan yang benar, dan setelah memilih terjemahan yang benar, ia boleh dikatakan tak memberi komentar apapun bagaimana ayat ini bisa cocok dengan theologia Arminiannya. Dan tentang Yes 65:2 ia sama sekali tidak memberi komentar apapun.

E. J. Young (tentang Yes 65:1): “God here speaks of the Gentiles, who, in contrast to the Jews, have received His grace even though they had not asked for it. ... In other words, God’s free grace reached those who did not know Him and who made no effort to find Him. They in fact were found of Him. Isaiah’s forceful language simply asserts the reality of sovereign and free grace given to sinners who deserve it not, and who have had no concern for it.” (= Allah di sini berbicara tentang orang-orang non Yahudi, yang, dalam kontras dengan orang-orang Yahudi, telah menerima kasih karuniaNya sekalipun mereka tidak mencarinya. ... Dengan kata lain, kasih karunia yang cuma-cuma dari Allah mencapai mereka yang tidak mengenalNya dan tidak melakukan usaha untuk mencariNya. Mereka sesungguhnya ditemukan olehNya. Bahasa / kata-kata yang kuat dari Yesaya hanya menegaskan kenyataan dari kasih karunia yang berdaulat dan cuma-cuma yang diberikan kepada orang-orang berdosa yang tak layak mendapatkannya, dan yang tak mempedulikannya.).

Calvin (tentang Yes 65:2): “By ‘the stretching out of the hands’ he means the daily invitation. There are various ways in which the Lord ‘stretches out his hands to us;’ for he draws us to him, either effectually or by the word. In this passage it must relate chiefly to the word. The Lord never speaks to us without at the same time ‘stretching out his hand’ to join us to himself, or without causing us to feel, on the other hand, that he is near to us. He even embraces us, and shews the anxiety of a father, so that, if we do not comply with his invitation, it must be owing entirely to our own fault.” (= Dengan ‘mengulurkan tangan’ ia memaksudkan undangan harian. Di sana ada bermacam-macam cara dalam mana Tuhan ‘mengulurkan tanganNya kepada kita’; karena Ia menarik kita kepadaNya, atau secara efektif, atau oleh firman. Dalam text ini, itu harus berhubungan terutama dengan firman. Tuhan tidak pernah berbicara kepada kita tanpa pada saat yang sama ‘mengulurkan tanganNya’ untuk menggabungkan kita dengan diriNya sendiri, atau tanpa menyebabkan kita untuk merasa, di sisi lain, bahwa Ia dekat dengan kita. Ia bahkan memeluk kita, dan menunjukkan kekuatiran seorang bapa, sehingga jika kita tidak memenuhi / mengikuti undangannya, itu harus dianggap sepenuhnya sebagai kesalahan kita sendiri.).

3. Tentang Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.

Charles Hodge (tentang Ro 10:20): “Paul follows the Septuagint version of the passage, merely transposing the clauses. The sense is accurately expressed. ‘I am sought of them that asked not for me, I am found of them that sought me not,’ is the literal version of the Hebrew, as given in our translation. The apostle quotes and applies the passage in the sense in which it is to be interpreted in the ancient prophet. In the first verse of that chapter Isaiah says, that God will manifest himself to those ‘who were not called by his name;’ and in the second, he gives the immediate reason of this turning unto the Gentiles, ‘I have stretched out my hand all the day to a rebellious people.’ This quotation, therefore, confirms both the great doctrines taught in this chapter; the Jews were no longer the exclusive or peculiar people of God, and the blessings of the Messiah’s kingdom were thrown wide open to all mankind. With regard to Israel, the language of God is peculiarly strong and tender. ‘All day long I have stretched forth my hands.’ The stretching forth the hands is the gesture of invitation, and even supplication. God has extended wide his arms, and urged men frequently and long to return to his love; and it is only those who refuse, that he finally rejects.” (= Paulus mengikuti versi Septuaginta dari text ini, semata-mata mengubah urutan anak-anak kalimatnya. Artinya dinyatakan secara akurat. ‘Aku dicari mereka yang tidak menanyakan Aku, Aku ditemukan mereka yang tidak mencari Aku’, adalah terjemahan hurufiah dari bahasa Ibraninya, seperti yang diberikan dalam terjemahan kami. Sang rasul mengutip dan menerapkan text ini dalam arti dalam mana itu diterjemahkan dalam nabi kuno. Dalam ayat yang pertama dari pasal itu Yesaya berkata, bahwa Allah akan menyatakan diriNya kepada mereka ‘yang tidak disebut oleh namaNya’; dan dalam ayat yang kedua, Ia memberi alasan langsung dari pembelokan kepada orang-orang non Yahudi ini, ‘Aku telah mengulurkan tanganKu sepanjang hari kepada suatu bangsa yang suka memberontak’. Karena itu, kutipan ini meneguhkan kedua doktrin-doktrin besar yang diajarkan dalam pasal ini; orang-orang Yahudi tidak lagi merupakan bangsa / umat Allah yang esklusif atau khusus, dan berkat-berkat dari kerajaan Mesias dilemparkan secara lebar kepada seluruh umat manusia. Berkenaan dengan Israel, bahasa / kata-kata Allah kuat dan lembut secara khusus. ‘Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu’. Penguluran tangan ini adalah suatu gerakan isyarat dari undangan, dan bahkan permohonan. Allah telah mengulurkan tanganNya dengan lebar, dan mendesak manusia secara sering dan lama untuk kembali kepada kasihNya; dan hanyalah mereka yang menolak, yang akhirnya Ia tolak.).

Catatan: Hodge tak mengarah pada pandangan Calvinist, tetapi bahkan berbau ajaran Arminian (bagian yang saya garis-bawahi), atau dalam bagian itu ia hanya meninjaunya dari sudut pandang manusia.

Calvin (tentang Ro 10:20): “Without doubt, then, the Prophet declares it as what would take place, that those who were before aliens would be received by a new adoption unto the family of God. It is then the calling of the Gentiles; and in which appears a general representation of the calling of all the faithful; for there is no one who anticipates the Lord; but we are all, without exception, delivered by his free mercy from the deepest abyss of death, when there is no knowledge of him, no desire of serving him, in a word, no conviction of his truth.” (= Maka, tanpa keraguan, sang nabi menyatakan apa yang akan terjadi, bahwa mereka yang sebelumnya adalah orang-orang asing akan diterima oleh suatu pengadopsian yang baru kepada keluarga Allah. Maka itu merupakan panggilan orang-orang non Yahudi; dan dalam mana terlihat suatu gambaran umum dari panggilan semua orang percaya; karena di sana tidak seorangpun yang mengantisipasi / mendahului Tuhan; tetapi kita semua, tanpa perkecualian, dibebaskan oleh belas kasihanNya yang cuma-cuma dari jurang kematian yang terdalam, pada waktu di sana tidak ada pengetahuan tentang Dia, tak ada keinginan melayani Dia, singkatnya, tak ada keyakinan tentang kebenaranNya.).

William Hendriksen (tentang Roma 10:20): “By reminding the hearers that God was found by those who did not seek him, and was revealed to those who did not ask for him, it emphasizes God’s sovereign right to bestow salvation on whomsoever he wills.” (= Dengan mengingatkan para pendengar bahwa Allah telah ditemukan oleh mereka yang tidak mencariNya, dan dinyatakan kepada mereka yang tidak menanyakan Dia, itu menekankan hak berdaulat Allah untuk memberikan keselamatan kepada siapapun yang Ia kehendaki.).

f) Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. DAN MEREKA YANG DIPANGGILNYA, MEREKA ITU JUGA DIBENARKANNYA. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.”.

Catatan: kata-kata yang saya coret sebetulnya tidak ada.

Yang saya tekankan adalah bagian yang saya garis-bawahi saja, yaitu kata-kata “Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya.” (ay 30).

Anak kalimat ini menunjukkan bahwa kelompok yang sama, yang dipanggil itu, juga dibenarkan. Panggilan di sini kontras sekali dengan panggilan dalam ayat di bawah ini.

Mat 22:14 - “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.
Panggilan dalam Mat 22:14 ini jelas merupakan panggilan luar (panggilan dengan pemberitaan firman / injil), yang memang tidak harus mempertobatkan orang yang dipanggil, kecuali orang itu adalah orang pilihan.

Tetapi panggilan di dalam Ro 8:30 ini tidak mungkin menunjuk pada panggilan luar / lahiriah, yang diterima orang yang mendengar Injil, karena bagian ini mengatakan bahwa ‘mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya’.

Jadi, panggilan dalam Ro 8:30 ini pasti menunjuk pada panggilan dalam / internal call, dan ini jelas merupakan suatu panggilan yang efektif / tidak mungkin tidak berhasil.

Adam Clarke (tentang Ro 8:30): “The whole of the preceding discourse will show that everything here is conditional, as far as it relates to the ultimate salvation of any person professing the Gospel of Christ; for the promises are made to character, and not to persons, as some have most injudiciously affirmed. The apostle insists upon a character all along from the beginning of the chapter. Rom 8:1 says: ‘There is no condemnation to them that are in Christ Jesus, who walk not after the flesh, but after the Spirit.’ Rom 8:13 says: ‘If ye live after the flesh, ye shall die.’ The absolute necessity of holiness to salvation is the very subject of his discourse; this necessity he positively affirms, and establishes by the most solid arguments. At the very entrance of his argument here, he takes care to settle the connection between our calling and our love and obedience to God, on purpose to prevent that mistake into which so many have fallen, through their great inattention to the scope of his reasoning. Rom 8:28: ‘All things work together for good’ - To whom? ‘To THEM that LOVE GOD: to them that are the called according to his purpose.’ To them that love God, because they are called according to His purpose; for those only who love God can reap any benefit by this predestination, vocation, or any other instance of God’s favour.” [= Seluruh tulisan / percakapan yang mendahului menunjukkan bahwa segala sesuatu di sini ADALAH BERSYARAT, sejauh itu berhubungan dengan keselamatan akhir dari orang manapun yang mengaku Injil Kristus; karena janji-janji itu dibuat bagi karakter (orang tertentu) dan bukan bagi pribadi-pribadi, seperti sebagian telah tegaskan dengan cara yang paling tidak bijaksana. Sang rasul berkeras pada seorang karakter (orang tertentu) dari permulaan pasal ini. Ro 8:1 berbunyi: ‘tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang berjalan bukan menurut daging, tetapi menurut Roh.’. Ro 8:13 berbunyi: ‘jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati.’. Kebutuhan mutlak tentang kekudusan bagi keselamatan adalah pokok dari pembicaraan / tulisan ini; kebutuhan ini ia tegaskan secara positif, dan teguhkan dengan argumentasi-argumentasi yang paling kuat. Pada pintu masuk / bagian awal dari argumentasinya di sini, ia berhati-hati untuk menentukan hubungan antara panggilan kita dan kasih dan ketaatan kita kepada Allah, dengan tujuan untuk mencegah kesalahan itu, ke dalam mana begitu banyak telah jatuh, melalui kekurang-perhatian mereka yang besar pada jangkauan dari pemikirannya. Ro 8:28: ‘Segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan’ - Bagi siapa? ‘Bagi MEREKA yang MENGASIHI ALLAH: bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencanaNya’. Bagi mereka yang mengasihi Allah, karena mereka dipanggil sesuai dengan rencanaNya; karena hanya mereka yang mengasihi Allah yang bisa memperoleh manfaat apapun oleh predestinasi, panggilan, atau contoh lain apapun tentang kebaikan Allah ini.].

Catatan:

1. Saya kira kata ‘character’ (= karakter) yang ia gunakan harus diartikan ‘orang-orang tertentu’ (lihat Merriam Webster).

2. Kutipan Ro 8:1 diambil KJV. Dalam versi-versi lain kata-kata bagian akhir itu tidak ada.

Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.

KJV: ‘There is therefore now no condemnation to them which are in Christ Jesus, who walk not after the flesh, but after the Spirit.’ (= Karena itu sekarang di sana tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang berjalan bukan menurut daging, tetapi menurut Roh.).

RSV: ‘There is therefore now no condemnation for those who are in Christ Jesus.’ (= Karena itu sekarang di sana tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus).

NIV: ‘Therefore, there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus,’ (= Karena itu, sekarang di sana tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus).

NASB: ‘Therefore there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus.’ (= Karena itu sekarang di sana tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus).

3. Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda jelas berbau keras ‘keselamatan karena perbuatan baik’, yang adalah doktrin yang sesat!

4. Tafsiran Clarke ini jelas-jelas merupakan suatu pembelokan. Ia tidak membahas kata dalam Ro 8:30 itu sendiri, tetapi lari kepada ayat-ayat lain, untuk bisa menyesuaikan semua ini dengan theologia Arminiannya!

5. Kalimat terakhir dari kutipan di atas luar biasa konyolnya, karena predestinasi dan panggilan pasti / harus terjadi lebih dulu, baru orang itu bisa mengasihi Allah. Lalu bagaimana kasih kepada Allah bisa menjadi syarat supaya predestinasi dan panggilan itu bisa bermanfaat bagi orang itu?? Kata-kata Clarke bagian akhir ini jelas bertentangan dengan:

a. Ro 8:29 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”.

b. Ef 1:4,5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.

c. Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.”.

Ketiga ayat di atas ini justru menunjukkan bahwa predestinasi merupakan sumber dari iman dan kekudusan dalam diri orang-orang pilihan.

Ro 8:29-30 (KJV): ‘(29) For whom he did foreknow, he also did predestinate [to be] conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brethren. (30) Moreover whom he did predestinate, them he also called: and whom he called, them he also justified: and whom he justified, them he also glorified.’ (= Karena siapa yang Ia ketahui lebih dulu, Ia juga predestinasikan untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia bisa menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Selanjutnya siapa yang Ia predestinasikan, Mereka juga Ia panggil: dan siapa yang Ia panggil, mereka juga Ia benarkan: dan siapa Ia benarkan, mereka juga Ia muliakan.).

Lenski (tentang Ro 8:30): “So greatly is God concerned with ‘these’ that he does the great acts here recorded. If it be asked why God did not foreknow, foreordain, call, justify the rest, the Biblical answer is found in Matt. 23:37 and similar passages: God did not exclude them, but despite all that God could do they excluded themselves. ‘These he called’ includes the acceptance of the call; and it in no way excludes the extension of the same call with the same power of grace to the rest. See Matt. 22:14 and the entire parable regarding the treatment which the call receives. ‘These he declared righteous’; δικαιοῦν is sufficiently explained in 3:24, where the passive occurs. ‘Justification is that act of God by which he, of pure grace, for the sake of the merits of Christ, pronounces a poor sinner, who truly believes in Christ, free from guilt and declares him just.’ This is an excellent definition. The act is forensic, takes place in heaven the instant when the call kindles faith.” (= Begitu besar kepedulian Allah dengan ‘ini / orang-orang ini’ sehingga Ia melakukan tindakan-tindakan besar yang dicatat di sini. Jika ditanya mengapa Allah tidak mengetahui lebih dulu, menentukan lebih dulu, memanggil, membenarkan sisanya, jawaban yang Alkitabiah ditemukan dalam Mat 23:37 dan text-text yang serupa: Allah tidak mengeluarkan mereka, tetapi sekalipun Allah melakukan semua yang bisa Ia lakukan, mereka mengeluarkan diri mereka sendiri. ‘Ini / orang-orang ini Ia panggil’ mencakup penerimaan panggilan itu; dan itu sama sekali tidak membuang perluasan dari panggilan yang sama dengan kuasa yang sama dari kasih karunia kepada sisanya. Lihat Mat 22:14 dan seluruh perumpamaan berkenaan dengan perlakuan yang diterima oleh panggilan itu. ‘Ini / orang-orang ini Ia nyatakan sebagai benar’; δικαιοῦν / DIKAIOUN secara cukup dijelaskan dalam 3:24, dimana muncul bentuk pasifnya. ‘Pembenaran adalah tindakan Allah itu, dengan mana Ia, dari kasih karunia yang murni, demi jasa dalam Kristus, mengumumkan seorang berdosa yang malang, yang dengan sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, bebas dari kesalahan dan menyatakannya benar’. Ini adalah definisi yang sangat bagus. Tindakan itu berhubungan dengan pengadilan, terjadi di surga pada saat dimana panggilan itu membangkitkan iman.).

Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.

Mat 22:14 - “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.

Ro 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.

Catatan:

1. Lenski jelas mempercayai ‘Conditional Election’ (= Pemilihan yang bersyarat). Kesalahan pandangan ini sudah kita bahas pada waktu membahas point ke 2 dari TULIP yaitu ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat).

2. Lenski menyamakan semua panggilan, baik dalam Ro 8:30 ini, maupun dalam Mat 23:37, dan dalam Mat 22:14. Padahal jelas tidak mungkin semua panggilan itu sama.

3. Kata-kata Lenski tentang ‘perluasan panggilan kepada semua orang tanpa kecuali’, bertentangan dengan Ro 8:29-30 yang sedang kita bahas ini, yang jelas-jelas membatasi panggilan itu kepada orang-orang tertentu / orang-orang pilihan Allah saja.

Setelah melihat dan membahas tafsiran dari orang-orang Arminian tentang Ro 8:29-30, mari kita melihat tafsiran Reformed dan Calvin sendiri tentang text ini.

Matthew Henry (tentang Ro 8:30): “II. Whom he did predestinate those he also called, not only with the external call (so many are called that were not chosen, Matt 20:16; 22:14), but with the internal and effectual call. The former comes to the ear only, but this to the heart. All that God did from eternity predestinate to grace and glory he does, in the fulness of time, effectually call. The call is then effectual when we come at the call; and we then come at the call when the Spirit draws us, convinces the conscience of guilt and wrath, enlightens the understanding, bows the will, persuades and enables us to embrace Christ in the promises, makes us willing in the day of his power” [= II. Mereka yang Ia predestinasikan, mereka juga Ia panggil, bukan hanya dengan panggilan luar (demikian juga banyak yang dipanggil yang tidak dipilih, Mat 20:16; 22:14), tetapi dengan panggilan dalam dan efektif. Panggilan yang pertama datang hanya pada telinga, tetapi panggilan yang ini datang kepada hati. Semua yang Allah memang predestinasikan dari kekekalan kepada kasih karunia dan kemuliaan, dalam kegenapan waktu, Ia panggil secara efektif. Panggilan ini efektif pada waktu kita datang atas panggilan itu; dan kita datang atas panggilan itu pada waktu Roh menarik kita, meyakinkan hati nurani tentang kesalahan dan murka, menerangi pengertian, menundukkan kehendak, membujuk / mendesak dan memampukan kita untuk memeluk / percaya kepada Kristus dalam janji-janji, membuat kita mau pada hari dari kuasaNya].

Mat 20:16 - “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”. Ayat ini tidak cocok!

Mat 22:14 - “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.

Maz 110:3 - “Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.”.

KJV: ‘Thy people shall be willing in the day of thy power, in the beauties of holiness from the womb of the morning: thou hast the dew of thy youth.’ (= Umat / bangsamu akan mau pada hari kuasamu, dalam keindahan dari kekudusan dari kandungan pagi: Engkau mempunyai embun keremajaanmu).

Matthew Henry (tentang Ro 8:30): “Blessed is the man whose iniquity is thus forgiven. None are thus justified but those that are effectually called. Those that stand it out against the gospel call abide under guilt and wrath” (= Diberkatilah orang yang kesalahannya diampuni seperti itu. Tak ada yang dibenarkan seperti itu kecuali mereka yang dipanggil secara efektif. Mereka yang berdiri menentang panggilan injil tetap berada di bawah kesalahan dan murka).

Catatan: ‘panggilan injil’ harus dibedakan dari ‘panggilan efektif’!

Barnes’ Notes (tentang Roma 8:30): “‘Them he also called.’ Called by his Spirit to become Christians. He called, not merely by an external invitation, but in such a way as that they in fact were justified. This cannot refer simply to an external call of the gospel, since those who are here said to be called are said also to be justified and glorified. The meaning is, that there is a certain connection between the predestination and the call, which will be manifested in due time. The connection is so certain that the one infallibly secures the other. ‘He justified.’ ... Not that he justified them from eternity, for this was not true; and if it were, it would also follow that he glorified them from eternity, which would be an absurdity. It means that there is a regular sequence of events - the predestination precedes and secures the calling; and the calling precedes and secures the justification. The one is connected in the purpose of God with the other; and the one, in fact, does not take place without the other. The purpose was in eternity. The calling and justifying in time.” (= ‘Mereka juga Ia panggil’. Dipanggil oleh RohNya untuk menjadi orang-orang Kristen. Ia memanggil, bukan semata-mata oleh suatu undangan luar / lahiriah, tetapi dengan suatu cara sehingga mereka dalam faktanya dibenarkan. Ini tidak bisa sekedar menunjuk pada suatu panggilan luar / lahiriah dari injil, karena mereka yang di sini dikatakan ‘dipanggil’ juga dikatakan ‘dibenarkan’ dan ‘dimuliakan’. Artinya adalah, bahwa di sana ada hubungan yang pasti antara predestinasi dan panggilan, yang akan dinyatakan pada waktunya. Hubungannya adalah begitu pasti sehingga yang satu secara tak bisa salah memastikan yang lain. ‘Ia benarkan’ (catatan: ini ada dalam bentuk lampau / past tense). ... Bukan bahwa Ia membenarkan mereka dari kekekalan, karena ini tidak benar; dan seandainya demikian, konsekwensinya adalah bahwa Ia memuliakan mereka dari kekekalan, yang akan merupakan suatu kekonyolan. Itu berarti bahwa di sana ada suatu rangkaian / urutan dari peristiwa-peristiwa - predestinasi mendahului dan memastikan panggilan; dan panggilan mendahului dan memastikan pembenaran. Yang satu berhubungan dalam rencana Allah dengan yang lain; dan dalam faktanya / sebenarnya yang satu tidak terjadi tanpa yang lain. Rencana itu ada dalam kekekalan. Panggilan dan pembenaran dalam waktu.).

Calvin (tentang Ro 8:30): “But this testimony is not only found in the outward preaching of the gospel, but it has also the power of the Spirit connected with it; for the elect are there spoken of, whom God not only addresses by the outward word, but whom he also inwardly draws.” (= Tetapi kesaksian ini bukan hanya didapatkan dalam pemberitaan luar / lahiriah dari injil, tetapi itu juga mempunyai kuasa Roh berhubungan dengannya; karena orang-orang pilihan adalah mereka yang dibicarakan di sana, yang Allah bukan hanya panggil dengan firman luar / lahiriah, tetapi yang Ia juga tarik secara batin / dari dalam.).

William Hendriksen (tentang Ro 8:30): “The Salvation Chain. When Paul states that to those who love God and are called according to his purpose all things work together for good, he is not thinking only of those things that can be seen round about us now, or those events that are taking place now; no, he includes even time and eternity. The chain of salvation he is discussing reaches back to that which, considered from a human standpoint, could be called the dim past, ‘the quiet recess of eternity,’ and forward into the boundless future. One very important fact must be mentioned: every link in this chain of salvation represents a divine action. To be sure, human responsibility and action is not thereby ruled out, but here (Rom. 8:29, 30) it is never specifically mentioned. There are five links in this chain. Note that the predicate of the first clause becomes the subject of the next one, a construction called sorities. ... Calling. ‘… and whom he foreordained, these he also called.’ ... Paul now, by a very logical transition, enters into the realm of time. The apostle refers, of course, to the effective call. ... By means of Spirit-wrought conversion and faith man responds to this call.” [= Rantai Keselamatan. Pada waktu Paulus menyatakan bahwa bagi mereka yang mengasihi Allah dan dipanggil sesuai dengan rencanaNya segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan (Ro 8:28), ia tidak sedang berpikir hanya tentang hal-hal yang bisa dilihat di sekitar kita sekarang, atau peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi sekarang; tidak, ia mencakup bahkan waktu dan kekekalan. Rantai keselamatan yang sedang ia bicarakan menjangkau ke belakang pada apa yang, dipertimbangkan dari sudut pandang manusia, bisa disebut masa lampau yang kabur, ‘tempat terpencil yang tenang dari kekekalan’, dan maju ke depan ke dalam masa yang akan datang yang tak terbatas. Satu fakta yang sangat penting harus disebutkan: setiap mata rantai dalam rantai keselamatan ini menggambarkan suatu tindakan ilahi. Pastilah, dengan demikian tanggung jawab dan tindakan manusia bukannya dikesampingkan / disingkirkan, tetapi di sini (Ro 8:29,30) itu tidak pernah disebutkan secara spesifik. Ada lima mata rantai dalam rantai ini. Perhatikan bahwa predikat dari anak kalimat pertama, menjadi subyek dari kelimat berikutnya, suatu konstruksi yang disebut sorities (saya kira seharusnya sorites). ... Panggilan. ‘... dan siapa yang Ia tentukan lebih dulu, orang-orang ini juga Ia panggil’. ... Sekarang Paulus, dengan suatu transisi yang sangat logis, masuk ke dalam alam waktu. Sang rasul menunjuk, tentu saja, pada panggilan efektif. ... Dengan cara pertobatan dan iman yang dikerjakan Roh, manusia menanggapi panggilan ini.].

Louis Berkhof: “The distinction between external and internal calling is already found in Augustine, was borrowed from him by Calvin, and thus made prominent in Reformed theology. According to Calvin the gospel call is not in itself effective, but is made efficacious by the operation of the Holy Spirit, when He savingly applies the Word to the heart of man; and it is so applied only in the hearts and lives of the elect. Thus the salvation of man remains the work of God from the very beginning. God by His saving grace, not only enables, but causes man to heed the gospel call unto salvation. The Arminians were not satisfied with this position, but virtually turned back to the Semi-Pelagianism of the Roman Catholic Church. According to them the universal proclamation of the gospel is accompanied by a universal sufficient grace, - ‘gracious assistance actually and universally bestowed, sufficient to enable all men, if they choose, to attain to the full possession of spiritual blessings, and ultimately to salvation.’ The work of salvation is once more made dependent on man.” (= Pembedaan antara panggilan luar dan dalam sudah ditemukan dalam Agustinus, dipinjam dari dia oleh Calvin, dan lalu dibuat menonjol dalam theologia Reformed. Menurut Calvin, panggilan injil, dalam dirinya sendiri, tidaklah efektif, tetapi dibuat efektif / mujarab oleh operasi / pekerjaan Roh Kudus, pada waktu Ia secara menyelamatkan, menerapkan Firman kepada hati manusia; dan itu diterapkan hanya dalam hati dan kehidupan dari orang-orang pilihan. Maka keselamatan manusia tetap merupakan pekerjaan Allah dari permulaan / awal. Allah, oleh kasih karuniaNya yang menyelamatkan, bukan hanya memampukan, tetapi menyebabkan manusia untuk memperhatikan panggilan injil kepada keselamatan. Orang-orang Arminian tidak puas dengan posisi ini, tetapi sebenarnya kembali kepada Semi-Pelagianisme dari Gereja Roma Katolik. Menurut mereka, proklamasi universal dari injil disertai oleh suatu kasih karunia yang cukup yang bersifat universal, - ‘pertolongan yang murah hati / bersifat kasih karunia, yang sungguh-sungguh dan secara universal diberikan, cukup untuk memampukan semua orang, jika mereka memilihnya, untuk mencapai kepemilikan penuh dari berkat-berkat rohani, dan akhirnya keselamatan’. Pekerjaan keselamatan sekali lagi dibuat tergantung kepada manusia.) - ‘Systematic Theology’, hal 459.

Sampai sini rasanya sudah jelas bahwa, berbeda dengan orang-orang Reformed, yang membedakan panggilan luar (panggilan injil) yang bisa ditolak, dengan panggilan dalam / efektif, yang pasti mempertobatkan, maka orang-orang Arminian memukul rata semua panggilan.

Charles Hodge (tentang Ro 8:28): “The word ‘called,’ … is never, in the epistles of the New Testament, applied to those who are the recipients of the mere external invitation of the gospel. It always means ‘effectually called,’ i.e., it is always applied to those who are really brought to accept of the blessings to which they are invited.” (= Kata ‘dipanggil’, ... tidak pernah, DALAM SURAT-SURAT DARI PERJANJIAN BARU, diterapkan kepada mereka yang adalah penerima-penerima dari semata-mata undangan luar / lahiriah dari injil. Itu selalu berarti ‘dipanggil secara efektif’, yaitu, itu selalu diterapkan kepada mereka yang secara sungguh-sungguh dibawa untuk menerima berkat-berkat kepada mana mereka dipanggil.).

Catatan: perhatikan bahwa Hodge mengatakan ‘surat-surat Perjanjian Baru’, bukan seluruh Perjanjian Baru. Jadi, yang ia maksudkan hanya Roma - Wahyu.

Charles Hodge lalu memberi contoh-contoh di bawah ini:

1Kor 1:1-2 - “(1) Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, (2) kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”.

1Kor 1:24 - “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”.

Ro 1:1 - “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.”.

Ro 1:6 - “Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.”.

Yudas 1 - “Dari Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus, kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.”.

Saya mengecek kata-kata Hodge ini, dengan melihat dalam konkordansi, semua ayat-ayat yang menggunakan kata ‘dipanggil’, ‘memangggil’, dan ‘panggilan’, dalam surat-surat Perjanjian Baru, dan memang semuanya menunjuk kepada panggilan efektif.

Satu-satunya yang agak meragukan adalah ayat ini.

Gal 1:6 - “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,”.

KJV: ‘I marvel that ye are so soon removed from him that called you into the grace of Christ unto another gospel:’ (= Aku heran bahwa kamubegitu cepat disingkirkan dari Dia yang telah memanggil kamu ke dalam kasih karunia Kristus kepada injil yang lain:).

Tetapi dalam tafsirannya tentang Gal 1:6 ini, Calvin menekankan bahwa jemaat Galatia belum betul-betul murtad.

Calvin (tentang Gal 1:6): “By using the present tense, (‘ye are removed,’) he appears to say that they were only in the act of falling. As if he had said, ‘I do not yet say that ye have been removed; for then it would be more difficult to return to the right path. But now, at the critical moment, do not advance a single step, but instantly retreat.’” [= Dengan menggunakan present tense, (‘kamu disingkirkan’), ia kelihatannya mengatakan bahwa mereka hanya ada dalam tindakan jatuh. Seakan-akan ia telah mengatakan, ‘Aku belum mengatakan bahwa kamu telah disingkirkan; karena kalau demikian akan lebih sukar untuk kembali kepada jalan yang benar. Tetapi sekarang, pada titik yang kritis, jangan maju satu langkahpun, tetapi segeralah mundur.’.]

g) Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”.

Catatan: ada kesalahan penterjemahan pada awal dari ayat ini.

Kitab Suci Indonesia: “Ada lagi padaKu domba-domba lain”.

KJV: ‘And other sheep I have’ (= Dan Aku mempunyai domba-domba lain). Perhatikan penggunaan bentuk present tense di sini!

1. ‘domba-domba yang lain, yang bukan dari kandang ini’.

Kata-kata ‘bukan dari kandang ini’ menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang non Yahudi yang pada saat itu belum percaya. Tetapi mereka sudah disebut sebagai ‘domba’!

Bdk. Kis 18:10 dimana orang yang belum percaya sudah disebut ‘umatKu’.

Kis 18:10 - “Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.’”.

KJV: ‘I have much people in this city’ (= Aku mempunyai banyak orang / umat di kota ini).

RSV/NIV/NASB: ‘I have many people in this city’ (= Aku mempunyai banyak orang / umat di kota ini).

Lagi-lagi, di sini, sama seperti dalam Yoh 10:16, digunakan bentuk present tense!

Ini jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan!

Bdk. Yoh 11:49-52 - “(49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.”.

Calvin (tentang Yoh 10:8): “Thus, according to the secret election of God, we are already sheep in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by which he gathers us into his fold” (= Jadi, menurut pemilihan yang rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan, tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita dalam kandangNya).

Calvin (tentang Yoh 10:16): “Augustine’s observation on this passage is undoubtedly true, that, as there are many wolves within the Church, so there are many sheep without. ... I acknowledge that Augustine’s statement applies in this respect, that Christ gives the name of sheep to unbelievers, who in themselves were the farthest possible from being entitled to be called sheep. And not only does he point out, by this term, what they will be, but rather refers this to the secret election of God, because we are already God’s sheep, before we are aware that He is our shepherd.” (= Pengamatan Agustinus tentang text ini tak diragukan adalah benar, bahwa, sebagaimana disana ada banyak serigala di dalam Gereja, demikian juga disana ada banyak domba di luar Gereja. ... Saya mengakui bahwa pernyataan Agustinus berlaku dalam hal ini, bahwa Kristus memberi sebutan ‘domba’ kepada orang-orang yang tidak percaya, yang dalam diri mereka ada dalam jarak terjauh yang memungkinkan untuk berhak disebut domba. Dan dengan istilah ini, Ia bukan hanya menunjukkan, mereka akan menjadi apa, tetapi lebih menunjuk pada pemilihan rahasia dari Allah, karena kita sudah adalah domba-domba Allah, sebelum kita sadar bahwa Ia adalah Gembala kita.).

2. Perhatikan kata-kata Yesus selanjutnya tentang ‘domba-domba yang lain’ dalam ay 16 ini:

a. ‘harus Kutuntun juga’.

b. ‘mereka akan mendengarkan suaraKu’.

c. ‘mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’.

Semua ini menunjukkan bahwa orang pilihan pasti akan bertobat / percaya kepada Yesus. Ini menjadi dasar bagi kita untuk mengatakan 2 hal:

· Predestinasi / Rencana Allah tidak mungkin gagal.

· Kasih karunia Allah tidak bisa ditolak (Irresistible grace)!

Adam Clarke tidak memberikan komentar yang berarti berhubungan dengan Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Lenski (tentang Yoh 10:16): “He speaks of these ‘other sheep’ as already being πρόβατα or ‘sheep’ and even says that ‘I have’ them. It has rightly been urged that this is not a mere prolepsis; ‘other sheep’ might possibly be, but certainly not the verb ‘I have.’ Compare similar statements in 11:52 and Acts 18:10. ‘I have’ denotes divine foreknowledge and, we may add, predestination; but the latter not in the sense of an absolute decree, or a decree according to some mysterious principle which simply selects some and passes by others. Just as Jesus foresaw the existence of these other sheep as men, born into human life, so he foresaw the success of his saving grace in their hearts, the birth of their spiritual life as children of God. As far as predestination is concerned, this embraces all in whom the grace and gospel of Jesus succeed to the end. These God chose for himself as his own elect even before the world began.” [= Ia berbicara tentang ‘domba-domba lain’ ini sebagai sudah adalah PROBATA atau ‘domba-domba’ dan bahkan berkata bahwa ‘Aku mempunyai / memiliki’ (present tense) mereka. Secara benar telah didesak bahwa ini bukanlah semata-mata suatu prolepsis; kata-kata ‘domba-domba lain’ mungkin bisa, tetapi kata kerja ‘Aku mempunyai’ pasti tidak. Bandingkan pernyataan-pernyataan yang serupa dalam 11:52 dan Kis 18:10. ‘Aku mempunyai’ menunjuk pada pra pengetahuan ilahi dan, kami bisa menambahkan, predestinasi; tetapi yang belakangan ini bukan dalam arti dari suatu ketetapan mutlak, atau suatu ketetapan menurut suatu prinsip yang misterius yang sekedar menyeleksi sebagian dan melewati yang lain. Sama seperti Yesus melihat lebih dulu keberadaan dari domba-domba lain ini sebagai orang-orang, yang dilahirkan ke dalam kehidupan manusia, demikian juga Ia melihat lebih dulu keberhasilan dari kasih karuniaNya yang menyelamatkan dalam hati mereka, kelahiran dari kehidupan rohani mereka sebagai anak-anak Allah. Sejauh predestinasi yang dipersoalkan, ini mencakup semua orang dalam siapa kasih karunia dan injil dari Yesus berhasil sampai akhir jaman. Orang-orang ini Allah pilih bagi diriNya sendiri sebagai orang-orang pilihanNya bahkan sebelum dunia mulai.].

Catatan:

a. ‘prolepsis’ adalah perlakuan terhadap suatu peristiwa di masa yang akan datang seakan-akan peristiwa itu sudah terjadi.

b. Kata-kata Lenski ini jelas menunjuk pada ‘Conditional Election’ (= Pemilihan yang bersyarat). Kekonyolan dari doktrin ‘Conditional Election’(= Pemilihan yang bersyarat) ini sudah kita bahas pada waktu membahas tentang point ke 2, yaitu ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat).

Lenski (tentang Yoh 10:16): “With the hosts of future Gentile believers before his prophetic eyes, Jesus says not only, ‘them also I must lead,’ but adds the counterpart, ‘and they will hear my voice.’ As their Shepherd Jesus will lead them, and as his sheep they will hear his voice. The verbs ‘must lead’ and ‘will hear’ correspond so closely to shepherd leading and sheep hearing and following their shepherd, that ἀγαγεῖνcannot mean ‘bring’ or ‘feed.’ ... Jesus portrays these Gentiles as his sheep, following him as their Shepherd, just as his Jewish believers now follow him. The conversion is taken for granted where faith and trust bind to Jesus. The force of ἀκούσουσιν is not merely futuristic: ‘shall hear,’ but volitive: ‘will hear.’ It is not that Jesus and his voice bring about the hearing, but that these sheep, always listening for his voice, are willing to hear so that they may follow. Jesus says, ‘them I must lead’ (δεῖ). Why ‘must’ he? Because this is his office as the Good Shepherd.”[= Tentang rombongan besar dari orang-orang percaya non Yahudi yang akan datang di hadapan mata nubuatanNya, Yesus bukan hanya berkata ‘mereka juga harus Aku tuntun’, tetapi menambahkan hal yang cocok dengannya, ‘dan mereka akan mendengar suaraKu’. Sebagai Gembala mereka, Yesus akan membimbing mereka, dan sebagai domba-dombaNya, mereka akan mendengar suaraNya. Kata-kata kerja ‘harus menuntun’ dan ‘akan mendengar’ sesuai dengan begitu dekat dengan tuntunan gembala dan tindakan mendengar dan mengikut dari domba-domba, sehingga AGAGEIN (= menuntun) tidak bisa berarti ‘membawa’ atau ‘memberi makan’. ... Yesus menggambarkan orang-orang non Yahudi ini sebagai domba-dombaNya, mengikuti Dia sebagai Gembala mereka, sama seperti orang-orang percaya YahudiNya sekarang mengikuti Dia. Pertobatan dianggap pasti dimana iman dan tindakan mempercayakan mengikat kepada Yesus. Kekuatan dari AKOUSOUSIN tidaklah semata-mata bersifat yang akan datang: ‘AKAN mendengar’, tetapi muncul dari kehendak / kemauan: ‘MAU mendengar’. Bukan bahwa Yesus dan suaraNya membuat terjadinya tindakan mendengar itu, tetapi bahwa domba-domba ini, yang selalu mendengar pada suaraNya, mau untuk mendengar sehingga mereka bisa mengikuti. Yesus berkata, ‘mereka HARUS Aku tuntun’ {DEI (= must / harus)}. Mengapa Ia ‘harus’? Karena ini adalah tugasNya sebagai Gembala yang baik.].

Catatan:

a. Terlihat bahwa Lenski berusaha mati-matian untuk menafsirkan sedemikian rupa untuk bisa menghindarkan ayat ini dari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Tetapi menurut saya ia gagal total dalam usahanya! Ia mengatakan bahwa kata Yunani AKOUSOUSIN tidak berarti ‘AKAN mendengar’, tetapi ‘MAU mendengar’. Mungkin ia mau menekankan kehendak bebas dari domba-domba itu sehingga ia memaksakan kata ‘mau’ itu. Tetapi apakah diterjemahkan ‘akan’ atau ‘mau’, kalimat ini tidak bisa tidak menubuatkan / meramalkan terjadinya hal itu, dan itu tidak mungkin tidak tergenapi. Jadi, bisakah pada waktu Yesus mau menuntun orang-orang non Yahudi itu, lalu mereka ternyata menggunakan kehendak bebas mereka untuk menolak tuntunan Yesus itu? Kalau bisa, maka nubuat Yesus salah! Jadi, tidak mungkin mereka bisa menolak. Dan kalau demikian, itu tetap mendukung doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini!

Sekedar sebagai suatu tambahan, A. T. Robertson (ahli bahasa Yunani top abad 20) mengatakan bahwa AKOUSOUSIN adalah bentuk FUTURE! Dan Ia sama sekali tidak berbicara apa-apa tentang apa yang disebut ‘volitive’ (= muncul dari kehendak / kemauan) oleh Lenski.

b. Kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah ganda, sangat konyol, karena orang-orang non Yahudi itu, pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, belum percaya! Bagaimana mereka dikatakan ‘selalu mendengar pada suaraNya’??? Kalau bukan karena pekerjaan Tuhan yang memberikan Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) kepada mereka, mereka pasti tak akan mempedulikan suara Yesus!

c. Juga kata ‘harus’ (DEI) diartikan hanya bahwa itu merupakan tugas dari gembala. Tugas atau bukan tugas, itu bukan yang dipersoalkan di sini. Tetapi ini lagi-lagi jelas merupakan suatu nubuat / ramalan yang tidak bisa tidak terjadi. Yesus harus menuntun, dan mereka pasti akan mendengar. Semua ini tak bisa tidak mengarahkan kita pada doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

d. Lenski tidak membahas anak kalimat terakhir dari Yoh 10:16 yang berbunyi: “dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”. Ini merupakan jaminan bahwa tuntunan Gembala itu pasti akan berhasil. Domba-domba lain itu pasti akan mendengar suara Gembala, dan menjadi satu kawanan dengan satu Gembala! Bagaimana menafsirkan anak kalimat ini sehingga TIDAK menjadi sesuai dengan doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak)? Saya kira itu mustahil!

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 10:16): “‘Them also I must bring.’ He means the perishing Gentiles, of whom He speaks as already His sheep - in the love of His heart and the purpose of His grace - to ‘bring them’ in due time. ‘And they shall hear my voice.’ This is not the language of mere fore-sight that they would believe, but the expression of a purpose to draw them to Himself by an inward and efficacious call, which would infallibly issue in their spontaneous accession to Him.” (= ‘Mereka juga harus Aku bawa / tuntun’. Ia memaksudkan orang-orang non Yahudi yang sedang menuju pada kebinasaan, tentang siapa Ia berbicara sebagai ‘sudah adalah domba-dombaNya’ - dalam kasih dari hatiNya dan rencana dari kasih karuniaNya - untuk ‘membawa / menuntun mereka’ pada waktunya. ‘Dan mereka akan mendengar suaraKu’. Ini bukanlah bahasa dari semata-mata penglihatan lebih dulu bahwa mereka akan percaya, tetapi pernyataan dari suatu rencana untuk menarik mereka kepada diriNya sendiri oleh SUATU PANGGILAN DALAM DAN EFEKTIF, yang secara tak bisa salah akan menghasilkan kedatangan mereka kepadaNya.).

Catatan: penafsir ini bukan orang Reformed, tetapi tafsirannya di sini betul-betul Reformed.

Barnes’ Notes (tentang Yoh 10:16):  [= ‘Aku mempunyai (present tense)’. Ini tidak menunjukkan bahwa mereka pada saat itu adalah sahabat-sahabatNya, tetapi bahwa mereka akan menjadi sahabat-sahabatNya. Di sana ada domba-domba lain yang Ia rencanakan dan maksudkan untuk panggil kepada berkat-berkat dari injil dan keselamatan. Rencana ini adalah begitu pasti, dan fakta bahwa mereka akan percaya kepadaNya begitu pasti, sehingga Ia bisa menggunakan present tense seakan-akan mereka sudah adalah milikNya. ... Suatu contoh tentang ungkapan yang paralel muncul dalam Kis 18:10, Aku mempunyai banyak umat dalam kota ini’ (Korintus). Artinya, merupakan rencana Allah untuk memberkati pemberitaan / khotbah Paulus, dan memberinya banyak jiwa sebagai meterai dari pelayanannya. Adalah begitu pasti bahwa mereka akan percaya kepada sang Juruselamat, sehingga itu bisa dibicarakan seakan-akan itu sudah terjadi. Kepastian ini bisa ada hanya dalam konsekwensi dari maksud Allah bahwa itu haruslah demikian. Itu tidak terdiri dari kecenderungan apapun untuk mempercayai injil yang dilihat lebih dulu, karena mereka adalah orang-orang yang paling jahat dan tak bermoral dari jaman kuno, dan itu haruslah karena Allah memaksudkan bahwa itu harus demikian. Pernyataan-pernyataan seperti ini adalah bukti yang penuh / mendalam bahwa Allah mempunyai suatu rencana berkenaan dengan keselamatan manusia, dan bahwa jumlah itu diketahui dan ditentukan olehNya.].

William Hendriksen (tentang Yoh 10:16): “The good shepherd MUST lead them. This is the MUST of predestination, of prophecy, and of inner compulsion, rolled into one. The shepherd leads or guides them (going on ahead of them, so that they follow him; see on 10:4), and they heedhis voice (see on 10:3), as it comes to them in the Word applied to the heart by the Spirit.” [= Gembala yang baik HARUS menuntun mereka. Ini adalah ‘HARUS’ dari predestinasi, dari nubuat, dan dari paksaan / tekanan di dalam, bergulung-gulung menjadi satu. Sang gembala menuntun atau membimbing mereka (berjalan di depan mereka, sehingga mereka mengikutinya; lihat tentang 10:4), dan mereka memperhatikan suaranya (lihat tentang 10:3), karena itu datang kepada mereka dalam Firman yang diterapkan pada hati oleh Roh.].

Calvin (tentang Yoh 10:8):” (= Tetapi di sini suatu pertanyaan muncul, Kapan seseorang mulai termasuk pada kawanan domba dari Anak Allah? Karena kami melihat banyak orang yang tersesat dan mengembara melalui padang pasir selama bagian terbesar dalam hidup mereka, dan akhirnya dibawa ke dalam kandang Kristus. Saya menjawab, kata ‘domba’ di sini digunakan dalam dua cara. Pada waktu Kristus berkata belakangan, bahwa Ia mempunyai domba-domba lain selain domba-domba itu, Ia mencakup semua orang-orang pilihan Allah, yang pada saat itu tidak mempunyai kemiripan dengan domba. ... Secara alamiah, kita ada pada jarak yang terjauh yang memungkinkan dari menjadi domba; tetapi, sebaliknya, dilahirkan sebagai singa-singa, harimau-harimau, serigala-serigala, dan beruang-beruang, sampai ROH KRISTUS MENJINAKKAN KITA, dan dari binatang-binatang liar dan buas MEMBENTUK KITAmenjadi domba-domba yang lembut. Jadi, menurut pemilihan rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan; tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita sendiri OLEH PANGGILAN, dengan mana Ia mengumpulkan kita ke dalam kandangNya.).

Calvin (tentang Yoh 10:16): “‘Them also I must bring.’ He means that the election of God will be secure, so that nothing of all that he wishes to be saved shall perish. For the secret purpose of God, by which men were ordained to life, is at length manifested in his own time by the calling, - the effectual calling, when he regenerates by his Spirit, to be his sons, those who formerly were begotten of flesh and blood.” (= ‘Mereka juga harus Kutuntun / Kubawa’. Ia memaksudkan bahwa pemilihan Allah akan pasti, sehingga tak ada dari semua yang Ia inginkan untuk diselamatkan akan binasa. Karena rencana rahasia Allah, dengan mana orang-orang ditentukan untuk hidup, akhirnya dinyatakan pada waktuNya sendiri OLEH PANGGILAN, - PANGGILAN EFEKTIF, pada waktu Ia melahirbarukan oleh RohNya, untuk menjadi anak-anakNya, mereka yang sebelumnya dilahirkan dari daging dan darah.).

Calvin (tentang Yoh 10:16): “‘And they shall hear my voice.’ We must observe the way in which the flock of God is gathered. It is, when all have one shepherd, and when his voice alone is heard. These words mean that, when the Church submits to Christ alone, and obeys his commands, and hears his voice and his doctrine, then only is it in a state of good order. If Papists can show us that there is any thing of this sort among them, let them enjoy the title of The Church, of which they vaunt so much. But if Christ is silent there, if his majesty is trodden under foot, if his sacred ordinances are held up to scorn, what else is their unity but a diabolical conspiracy, which is worse and far more to be abhorred than any dispersion?” [= ‘Dan mereka akan mendengar suaraKu’. Kita harus memperhatikan cara dalam mana kawanan domba Allah dikumpulkan. Itu adalah, pada waktu semua mempunyai satu Gembala, dan pada waktu hanya suaraNya saja yang didengarkan. Kata ini berarti bahwa, pada waktu Gereja tunduk kepada Kristus saja, dan mentaati perintah-perintahNya, dan mendengar suaraNya dan doktrin / ajaranNya, maka hanya pada saat itu Gereja itu ada dalam keadaan dari keadaan / keteraturan yang baik. Jika para pengikut Paus (orang Katolik) bisa menunjukkan kepada kita bahwa di sana ada apapun dari jenis ini di antara mereka, biarlah mereka menikmati gelar / sebutan Gereja (The Church), tentang mana mereka banggakan dengan begitu banyak. Tetapi jika Kristus diam (silent) di sana, jika keagunganNya diinjak-injak di bawah kaki, jika peraturan-peraturan kudusNya dipandang rendah / hina, apakah kesatuan mereka selain suatu persekongkolan jahat / dari setan, yang lebih buruk dan jauh lebih harus dibenci dari pada penyebaran apapun?].

Jadi, hasil dari panggilan Kristus menjadi gereja, dan gereja itu hanya betul-betul gereja pada saat firman Tuhan betul-betul didengarkan di sana. Banyak yang hanya pura-pura mendengar, hormat dan tunduk pada firman Tuhan, padahal sebetulnya tidak. Yang seperti ini bukan gereja, dan bukan kawanan domba Kristus!

h) Maz 110:3 - “Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.”.

KJV: ‘Thy people shall be willing in the day of thy power, in the beauties of holiness from the womb of the morning: thou hast the dew of thy youth.’ (= Umat / bangsamu akan mau pada hari kuasamu, dalam keindahan dari kekudusan dari kandungan pagi: Engkau mempunyai embun keremajaanmu).

Adam Clarke (tentang Maz 110:3): “Verse 3. ‘Thy people shall be willing in the day of thy power.’ This verse has been wofully perverted. It has been supposed to point out the irresistible operation of the grace of God on the souls of the elect, thereby making them willing to receive Christ as their Saviour. Now, whether this doctrine be true or false, it is not in this text, nor can it receive the smallest countenance from it. ” (= Ayat 3. ‘UmatMu / BangsaMu akan mau pada hari dari kuasaMu’. Ayat ini telah disimpangkan secara menyedihkan. Ayat ini telah dianggap menunjuk operasi / pekerjaan yang tidak bisa ditolak dari kasih karunia Allah kepada jiwa-jiwa dari orang-orang pilihan, dengan demikian membuat mereka mau untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka. Apakah doktrin ini benar atau salah, itu tidak ada dalam text ini, juga doktrin itu tidak bisa menerima persetujuan yang terkecil darinya.).

Adam Clarke (tentang Maz 110:3): “There has been much spoken against the doctrine of what is called ‘free will’ by persons who seem not to have understood the term. ‘Will’ is a free principle. ‘Free will’ is as absurd as ‘bound will,’ it is not ‘will’ if it be ‘not free;’ and if it be ‘bound’it is no ‘will.’ ‘Volition’ is essential to the being of the soul, and to all rational and intellectual beings. This is the most essential discrimination between ‘matter’ and ‘spirit.’ Matter can have no choice; spirit has. Ratiocination is essential to intellect; and from these ‘volition’ is inseparable. God uniformly treats man as a free agent; and on this principle the whole of Divine revelation is constructed, as is also the doctrine of future rewards and punishments. If man be forced to believe, he believes not at all; it is the forcing power that believes, not the machine forced. If he be forced to obey, it is the forcing power that obeys; and he, as a machine, shows only the effect of this irresistible force. If man be incapable of willing good, and nilling evil, he is incapable of being saved as a rational being; and if he acts only under an overwhelming compulsion, he is as incapable of being damned.” (= Banyak pembicaraan menentang doktrin yang disebut ‘kehendak bebas’, oleh orang-orang yang kelihatannya belum mengerti istilah itu. ‘Kehendak’ adalah suatu kecenderungan yang bebas. ‘Kehendak bebas’ adalah sama menggelikannya seperti ‘kehendak yang terbelenggu’, itu bukan ‘kehendak’ jika itu ‘tidak bebas’; dan jika itu ‘terbelenggu’ itu bukan ‘kehendak’. ‘Kemauan’ adalah sesuatu yang hakiki bagi keberadaan dari jiwa, dan bagi semua makhluk-makhluk rasionil dan intelektuil. Ini adalah pembedaan yang paling hakiki antara ‘barang’ dan ‘roh’. BARANG tidak bisa mempunyai pilihan; ROH punya. Pertimbangan adalah sesuatu yang hakiki bagi intelek; dan dari ini ‘kemauan’ tidak terpisahkan. Allah secara selalu sama memperlakukan manusia sebagai seorang agen bebas; dan pada prinsip ini seluruh wahyu Ilahi didirikan, seperti juga doktrin dari pahala dan hukuman yang akan datang. Jika manusia dipaksa untuk percaya, ia tidak percaya sama sekali; adalah kuasa yang memaksa itu yang percaya, bukan mesin yang dipaksa. Jika ia dipaksa untuk mentaati, adalah kuasa yang memaksa yang mentaati; dan ia, sebagai suatu mesin, hanya menunjukkan hasil / akibat dari kekuatan yang tak dapat ditolak. Jika manusia tidak mampu untuk menghendaki yang baik, dan menolak yang jahat, ia tidak bisa diselamatkan sebagai makhluk rasionil; dan jika ia bertindak hanya di bawah suatu paksaan yang sangat besar, ia sama tidak bisanya untuk dihukum.).

Catatan:

1. Bagian yang saya garis-bawahi itu apa nggak salah? Adam Clarke mengatakan: “‘Free will’ is as absurd as ‘bound will,’” (= ‘Kehendak bebas’ adalah sama menggelikannya seperti ‘kehendak yang terbelenggu’,).

Bagaimana ia bisa menganggap kehendak bebas sama menggelikannya dengan kehendak yang terbelenggu? Saya tidak mengerti bagaimana Clarke bisa mengucapkan kalimat itu.

2. Perhatikan bahwa di sini, sebelum Adam Clarke memberikan exegesis dari ayat ini, atau menguraikan arti ayat ini, ia sudah lebih dulu memberikan doktrinnya tentang kehendak bebas. Sukar dibayangkan bahwa ia akan bisa menafsir secara fair, kalau pemikirannya sudah ditetapkan lebih dulu.

3. Dalam doktrinnya tentang ‘free will’ / kehendak bebas, ia mengatakan bahwa kalau orang tidak mempunyai kehendak bebas, atau kalau kehendak bebasnya terbelenggu, maka orang itu menjadi barang / mesin dan sebagainya.

4. Dua kali Adam Clarke menggunakan kata-kata ‘be forced’ (= dipaksa). Jelas ia menganggap bahwa kalau Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) benar, maka itu berarti kehendak bebas hilang, dan orangnya dipaksa untuk percaya. Padahal Calvinisme tidak mengajarkan seperti itu.

Adam Clarke (tentang Maz 110:3): “None of the ancient Versions, nor of our modern translations, give any sense to the words that countenances the doctrine above referred to; it merely expresses the character of the people who shall constitute the kingdom of Christ. נדבNADAB signifies to be free, liberal, willing, noble; and especially liberality in bringing offerings to the Lord, Ex 25:2; 35:21,29. And נדיבNADIB signifies a nobleman, a prince, Job 21:8; and also liberality. נדבה NEDABAH signifies a free-will offering - an offering made by superabundant gratitude; one not commanded: see Ex 36:3; Le 7:16, and elsewhere. Now the עם נדבות AM NEDABOTH is the people of liberality - the princely, noble, and generous people; Christ’s real subjects; his own children, who form his Church, and are the salt of the world; the bountiful people, who live only to get good from God that they may do good to man. Is there, has there ever been, any religion under heaven that has produced the liberality, the kindness, the charity, that characterize Christianity? Well may the followers of Christ be termed the AM NEDABOTH - the cheerfully beneficent people. They hear his call, come freely, stay willingly, act nobly, live purely, and obey cheerfully.”(= Tidak ada dari versi-versi kuno, ataupun terjemahan-terjemahan modern kita, memberikan arti apapun pada kata-kata yang menyetujui / mendukung doktrin yang ditunjuk di atas; itu semata-mata menyatakan karakter dari orang-orang / bangsa yang akan membentuk kerajaan Kristus. נדב NADAB berarti bebas, royal, mau / rela, mulia; dan khususnya keroyalan dalam membawa persembahan kepada Tuhan, Kel 25:2; 35:21,29. Dan נדיב NADIB berarti seorang bangsawan, seorang pangeran, Ayub 21:8; dan juga keroyalan. נדבה NEDABAH berarti suatu persembahan sukarela - suatu persembahan yang dibuat oleh rasa terima kasih yang sangat berlimpah-limpah; suatu persembahan yang tidak diperintahkan: lihat Kel 36:3; Im 7:16, dan di tempat lain. Lalu עם נדבות AM NEDABOTH adalah orang-orang dari keroyalan - orang-orang seperti bangsawan, mulia, dan murah hati; orang-orang yang benar-benar tunduk kepada Kristus; anak-anakNya sendiri, yang membentuk Gereja, dan adalah garam dunia; orang-orang yang murah hati, yang hidup hanya untuk mendapat yang baik dari Allah supaya mereka bisa berbuat baik kepada manusia. Apakah pernah ada, agama apapun di bawah langit yang telah menghasilkan kemurahan hati, kebaikan, kasih, yang menjadi ciri dari kekristenan? Para pengikut Kristus bisa dengan baik / benar disebut AM NEDABOTH - orang-orang yang bersifat dermawan dengan sukacita. Mereka mendengar panggilanNya, datang dengan bebas, tetap tinggal dengan sukarela, bertindak secara mulia, hidup secara murni, dan mentaati dengan sukacita.).

Catatan: sampai titik ini saya berpendapat Adam Clarke tidak memberi argumentasi apapun untuk menentang Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Calvinist yang mempercayai Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), memang juga percaya bahwa orang-orang itu akan mau / secara sukarela menerima Kristus. Persoalannya adalah: orang-orang itu mau dari dirinya sendiri, atau karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri mereka?

Adam Clarke (tentang Maz 110:3): “The day of Christ’s power is the time of the Gospel, the reign of the Holy Spirit in the souls of his people. Whenever and wherever the Gospel is preached in sincerity and purity, then and there is the day or time of Christ’s power. It is the time of his exaltation. The days of his flesh were the days of his weakness; the time of his exaltation is the day of his power.” (= Hari dari kuasa Kristus adalah saat dari Injil, pemerintahan dari Roh Kudus dalam jiwa-jiwa dari umat / bangsaNya. Kapanpun dan dimanapun Injil diberitakan dengan ketulusan dan kemurnian, pada saat itu dan disana adalah hari atau waktu dari kuasa Kristus. Itu adalah waktu / saat dari pemuliaanNya. Hari-hari dari dagingNya adalah hari-hari dari kelemahanNya; waktu dari pemuliaanNya adalah hari dari kuasaNya.).

Catatan: ini justru adalah bagian vital dari ayat ini. Dan Clarke hanya mengatakan bahwa ini adalah hari dari Injil / saat dimana Injil diberitakan. Lalu mengapa ada orang yang percaya dan ada orang yang tidak percaya? Apakah bukan kuasa Kristus di sini yang membuat orang-orang tertentu menjadi percaya dan menjadi mau / sukarela (untuk berperang)?

Matthew Henry (tentang Maz 110:3): “There is a general power which goes along with the gospel to all, proper to make them willing to be Christ’s people, arising from the supreme authority of its great author and the intrinsic excellency of the things themselves contained in it, besides the undeniable miracles that were wrought for the confirmation of it. And there is also a particular power, the power of the Spirit, going along with the power of the word, to the people of Christ, which is effectual to make them willing. The former leaves sinners without matter of excuse; this leaves saints without matter of boasting. Whoever are willing to be Christ’s people, it is the free and mighty grace of God that makes them so.” (= Ada suatu kuasa umum yang berjalan / pergi bersama-sama dengan injil kepada semua orang, cocok untuk membuat mereka mau untuk menjadi umat Kristus, muncul dari otoritas tertinggi dari penciptanya yang agung dan keunggulan hakiki dari hal-hal itu sendiri ada di dalamnya, disamping mujijat-mujijat yang tak bisa disangkal yang dikerjakan untuk peneguhannya. Dan disana juga ada suatu kuasa khusus, kuasa dari Roh, pergi / berjalan dengan kuasa dari firman, kepada umat Kristus, yang efektif untuk membuat mereka mau. Yang pertama menyebabkan orang-orang berdosa tak punya dalih; yang ini menyebabkan orang-orang kudus tak punya alasan untuk bermegah. Siapapun yang mau untuk menjadi umat Kristus, adalah kasih karunia Allah yang cuma-cuma / gratis dan kuat yang membuat mereka demikian.).

Spurgeon (tentang Maz 110:3): “In consequence of the sending forth of the rod of strength, namely, the power of the Gospel, out of Zion, converts will come forward in great numbers to enlist under the banner of the Priest-King. Given to him of old, they are his people, and when his power is revealed, these hasten with cheerfulness to own his sway, appearing at the Gospel call as it were spontaneously, just as the dew comes forth in the morning.” (= Sebagai konsekwensi dari pengiriman tongkat kekuatan, yaitu, kuasa dari Injil, dari Sion, petobat-petobat akan maju dalam jumlah besar untuk mendaftar di bawah panji dari Raja-Imam. Karena diberikan kepadaNya dari dulu, mereka adalah umatNya, dan pada waktu kuasaNya dinyatakan, orang-orang ini dengan sukacita cepat-cepat / terburu-buru untuk memiliki kekuasaan / pengaruhNya, muncul pada panggilan Injil seakan-akan secara spontan, sama seperti embun muncul di pagi hari.).

Maz 110:2-3 - “(2) Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! (3) Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.”.

Tak ada yang istimewa dari kata-kata Spurgeon ini, dan saya memberikan di sini hanya untuk menunjukkan bahwa ia juga menggunakan ayat ini untuk mendukung Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Calvin (tentang Maz 110:3): “Thy people shall come. In this verse the Psalmist sets forth the honors of Christ’s kingdom in relation to the number of his subjects, and their prompt and cheerful obedience to his commands. The Hebrew term, which he employs, frequently denotes voluntary oblations; but, in the present case, it refers to the chosen people, those who are truly Christ’s flock; declaring that they shall be a willing people, spontaneously and cheerfully consecrating themselves to his service. At the time of the assembling of thine army, that is to say, as often as there shall be a convening of solemn and lawful assemblies, or the king shall desire an account of his people; which may be expressed in French, au jour des montres, - in the day of the review. Others render it, in the day of thy power; but the former is preferable, for when Christ shall wish to assemble his people, immediately they will yield a prompt obedience, without being forcibly constrained to it.” (= ‘Orang-orangMu / umatMu akan datang’. Dalam ayat ini sang pemazmur menyatakan kehormatan dari kerajaan Kristus dalam hubungan dengan jumlah dari orang-orang yang ada di bawah otoritasNya, dan dengan ketaatan mereka yang segera dan sukacita pada perintah-perintahNya. Istilah Ibraninya, yang ia gunakan, seringkali menunjukkan persembahan / korban sukarela; tetapi dalam kasus saat ini, itu menunjuk kepada orang-orang pilihan, mereka yang sungguh-sungguh adalah kawanan domba Kristus; menyatakan bahwa mereka akan menjadi orang-orang yang mau, dengan spontan dan sukacita membaktikan diri mereka sendiri pada pelayanan untukNya. Pada saat pengumpulan tentaraMu, artinya, sesering di sana ada suatu panggilan untuk perkumpulan yang khidmat dan sah, atau sang raja menginginkan suatu laporan dari umat / orang-orangNya; yang bisa dinyatakan dalam bahasa Perancis, au jour des montres, - pada hari dari peninjauan / pemeriksaan. Orang-orang lain menterjemahkannya, ‘pada hari dari kuasaMu’; tetapi yang terdahulu lebih dipilih, karena pada saat Kristus ingin mengumpulkan umatNya, dengan segera mereka akan menyerahkan suatu ketaatan langsung, tanpa dipaksa dengan kekerasan padanya.).

Catatan: kelihatannya Calvin tidak mengarahkan ini pada Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), karena ia membicarakan orang-orang yang sudah percaya, yang akan mau mentaati pada saat ada panggilan.

Barnes’ Notes (tentang Maz 110:3): “Every clause of the verse is obscure, though the general idea is not difficult to perceive; - that, in the day of Messiah’s power, his people would willingly offer themselves to him, in holy robes or adorning, like the glittering dew of the morning; - or, in numbers that might be compared with the drops of the morning dew. The essential ideas are (1) that he would have a ‘people;’ (2) that their subjection to him would be a ‘willing’ subjection; (3) that this would be accomplished by his ‘power;’ ....” [= Setiap anak kalimat dari ayat ini kabur artinya, sekalipun gagasan umum tidak sukar untuk dimengerti; - bahwa pada hari dari kuasa Mesias, umatNya akan dengan sukarela mempersembahkan diri mereka sendiri kepadaNya, dalam jubah-jubah kudus atau indah, seperti embun yang gemerlapan dari pagi hari; - atau, dalam jumlah yang bisa dibandingkan dengan titik-titik dari embun pagi. Gagasan-gagasan hakikinya adalah (1) bahwa Ia akan mempunyai suatu ‘umat’; (2) bahwa ketundukan mereka kepadaNya akan merupakan ketundukan yang ‘sukarela’; (3) bahwa ini akan dicapai oleh ‘kuasa’Nya; ...].

Barnes’ Notes: “‘Shall be willing.’ ... The idea is that of freeness; of voluntariness; of doing it from choice, doing it of their own will. They did it in the exercise of freedom. There was no compulsion; no constraint. Whatever ‘power’ there was in the case, was to make them ‘willing,’ not to compel them to do a thing against their will. That which was done, or that which is here intended to be described as having been done, is evidently the act of devoting themselves to him who is here designated as their Ruler - the Messiah. The allusion may be either (a) to their devoting themselves to him in conversion, or becoming his; (b) to their devoting themselves to his service - as soldiers do in war; or (c) to their devoting their time, wealth, talents, to him in lives consecrated to him. Whatever there is as the result of his dominion over them is ‘voluntary’on their part. There is no compulsion in his religion. Men are not constrained to do what they are unwilling to do. All the power that is exerted is on the will, disposing men to do what is right, and what is for their own interest. No man is forced to go to heaven against his will; no man is saved from hell against his will; no man makes a sacrifice in religion against his will; no man is compelled to serve the Redeemer in any way against his will. The acts of religion are among the most free that men ever perform; and of all the hosts of the redeemed no one will ever say that the act of his becoming a follower of the Redeemer was not perfectly voluntary. He chose - he professed - to be a friend of God, and he never saw the time when he regretted the choice. ‘In the day of thy power.’ The power given to the Messiah to accomplish the work of his mission; the power to convert men, and to save the world. Matt. 28:18; 11:27; John 17:2. This implies (a) that power would be employed in bringing men to submit to him; and (b) that there would be a fixed time when that power would be put forth. Still, it is power which is not inconsistent with freedom. It is power exerted in making men ‘willing,’ not in ‘compelling’ or ‘forcing’ them to submit to him. There is a power which may be exerted over the will consistent with liberty, and that is the power which the Messiah employs in bringing men to himself.” [= ‘Akan mau’. ... Gagasannya adalah gagasan tentang kebebasan; atau kesukarelaan; tentang melakukan itu dari pilihan, melakukan itu dari kehendak mereka sendiri. Mereka melakukan itu dalam penggunaan kebebasan. Disana tidak ada keharusan / tekanan atau pemaksaan. ‘Kuasa’ apapun yang ada disana dalam kasus itu, akan membuat mereka ‘mau’, tidak / bukan memaksa mereka untuk melakukan sesuatu bertentangan dengan kehendak mereka. Hal yang telah dilakukan, atau hal yang di sini dimaksudkan untuk digambarkan sebagai telah dilakukan, jelas adalah tindakan membaktikan diri mereka sendiri kepada Dia yang di sini ditunjuk / digambarkan sebagai Penguasa / Pemerintah mereka - sang Mesias. Kiasan ini bisa adalah, atau (a) menunjuk pada pembaktian diri mereka sendiri kepada Dia dalam pertobatan, atau menjadi milikNya; (b) menunjuk pada pembaktian diri mereka sendiri pada pelayanan untukNya - seperti yang tentara-tentara lakukan dalam perang; atau (c) menunjuk pada pembaktian mereka akan waktu, kekayaan, talenta mereka, kepadaNya dalam kehidupan-kehidupan yang dipersembahkan kepadaNya. Apapun yang ada disana sebagai akibat / hasil dari kekuasaanNya atas mereka adalah ‘sukarela’ di pihak mereka. Tidak ada pemaksaan dalam agamaNya. Orang-orang tidak dipaksa untuk melakukan apa yang mereka tidak ingin lakukan. Semua kuasa yang digunakan adalah pada kehendak, mencondongkan orang-orang untuk melakukan apa yang benar, dan apa yang adalah untuk kepentingan mereka sendiri. Tak ada orang yang dipaksa untuk pergi ke surga bertentangan dengan kehendaknya; tak ada orang yang diselamatkan dari neraka bertentangan dengan kehendaknya; tak ada orang yang dipaksa untuk melayani sang Penebus dengan cara apapun bertentangan dengan kehendaknya. Tindakan-tindakan dari agama adalah di antara yang paling bebas yang orang-orang pernah lakukan; dan dari semua tentara dari orang-orang yang telah ditebus, tak seorangpun akan pernah mengatakan bahwa tindakannya menjadi seorang pengikut dari sang Penebus tidak sukarela secara sempurna. Ia memilih - ia mengaku - sebagai / menjadi seorang sahabat Allah, dan ia tidak pernah melihat saat dimana ia menyesalkan pemilihan itu. ‘Pada hari dari kuasaNya’. Kuasa diberikan kepada sang Mesias untuk menyelesaikan pekerjaan dari missiNya; kuasa untuk mempertobatkan orang-orang, dan untuk menyelamatkan dunia. Mat 28:18; 11:27; Yoh 17:2. Ini secara implicit menunjukkan (a) bahwa kuasa akan digunakan dalam membawa orang-orang untuk tunduk kepadaNya; dan (b) bahwa disana akan ada suatu saat yang pasti pada waktu kuasa itu akan dikeluarkan. Tetap, itu adalah kuasa yang bukannya tidak konsisten dengan kebebasan. Itu adalah kuasa yang digunakan untuk membuat orang-orang ‘mau’, bukan untuk memaksa mereka untuk tunduk kepadaNya. Disana ada suatu kuasa yang bisa digunakan atas kehendak yang konsisten dengan kebebasan, dan itu adalah kuasa yang sang Mesias gunakan dalam membawa orang-orang kepada diriNya sendiri.].

Catatan: kalau orang dibawa ke surga, atau dilepaskan dari neraka, atau dibawa untuk percaya kepada Yesus, maka itu memang pasti secara sukarela. Tetapi kalau untuk pelayanan, tidak selalu demikian. Misalnya Musa dan Yeremia mula-mula keberatan, tetapi mereka didesak, sehingga akhirnya tunduk. Tetapi yang paling menyolok adalah Yunus, yang memang dipaksa untuk melakukan pelayanan, yang tidak ia inginkan, ke Niniwe.

Catatan: setelah membahas penafsiran-penafsiran tentang Maz 110:3 ini, karena adanya bermacam-macam terjemahan, dan bermacam-macam penafsiran, maka saya menganggap bahwa sekalipun ayat ini tidak menentang, tetapi ayat ini juga tidak terlalu pasti mendukung doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Dan karena itu, dalam perdebatan, saya tidak menganjurkan saudara untuk menggunakan ayat ini sebagai dasar dari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Banyak ayat lain yang sudah kita pelajari, yang mendukung doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) secara lebih pasti dan lebih kuat.

Catatan: saya ingin memberikan penjelasan tentang buku tafsiran yang disebut Barnes’ Notes yang sering sekali saya gunakan. Baru beberapa hari yang lalu (Nopember 2013), saya mengetahui bahwa buku tafsiran ini tidak semuanya ditulis oleh Albert Barnes sendiri. Kalau tafsiran tentang kitab-kitab Perjanjian Baru memang Barnes sendiri yang menulisnya, tetapi dari kitab-kitab Perjanjian Lama, hanya Ayub, Mazmur, Yesaya dan Daniel yang ditulis oleh Barnes sendiri, sedangkan tafsiran kitab-kitab lain dari Perjanjian Lama, diberikan oleh bermacam-macam orang. Itu sebabnya dalam tafsiran kitab Kejadian, bukunya berbeda total dengan yang ada dalam PC Study Bible 5. Jadi, pasti digantikan. Karena bukunya sudah keluar lama sebelum jaman komputer, maka pasti yang di PC Study Bible 5 itu yang lebih baru.

Penjelasan ini perlu diperhatikan dalam semua tulisan saya pada waktu saya memberikan kutipan-kutipan dari Barnes’ Notes, khususnya dari Perjanjian Lama.

Tetapi karena di sini kita mempersoalkan ayat dalam Mazmur, maka ini adalah penafsiran Albert Barnes sendiri.

i) Luk 14:23 - “Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan PAKSALAH orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.”.

Lenski (tentang Luk 14:23): “The new order is: ‘Compel them to come in!’ and we need not soften the verb to mean ‘constrain’ (R. V.) Yes, this is the text for the persecutor and the inquisitor who would compel with brute force and claim that he is doing this by order of Jesus. We answer at once that Jesus has in mind the compulsion of grace, its spiritual drawing power, and may point to any and all of the strong gospel commands even as Paul said: God ‘now commandeth all men everywhere to repent.’ But this order to compel appears only here in the parable and has its appropriate place only here; for those outside of the city, who are roaming around far from it, need especial assurance and urging so that they may believe that this invitation really and truly includes also them. Something like that was needed, we may say, already for the poor, etc., in the city although, being in the city, they could know about this feast that was to be prepared in the fulness of time. The Gentiles could not know, it was all new to them. Thus ‘compel’ does not mean to overcome hostile resistance but to remove the fear that so gracious and wonderful a feast could not be intended for them.” [= Perintah yang baru adalah: ‘Paksalah (compel) mereka masuk!’ dan kita tidak perlu melunakkan kata kerja itu sehingga berarti ‘paksa’ (constrain) (R. V.). Ya, text ini adalah text untuk penganiaya dan orang yang mencari dan menghukum orang yang dianggap sesat, yang memaksa dengan kekuatan kasar dan mengclaim bahwa ia sudah melakukan ini oleh perintah Yesus. Kami segera menjawab bahwa Yesus memikirkan pemaksaan dari kasih karunia, kuasaNya yang menarik secara rohani, dan bisa menunjuk pada semua / yang manapun dari perintah-perintah injil yang kuat, bahkan pada saat Paulus berkata: ‘Sekarang Allah memerintahkan semua orang dimana-mana untuk bertobat’ (Kis 17:30). Tetapi perintah untuk memaksa ini muncul hanya di sini dalam perumpamaan dan mempunyai tempat yang cocok hanya di sini; karena mereka di luar kota, yang mengembara jauh darinya, membutuhkan keyakinan dan desakan khusus sehingga mereka bisa percaya bahwa undangan ini sungguh-sungguh juga mencakup mereka. Kita bisa mengatakan bahwa sesuatu seperti itu sudah dibutuhkan, untuk orang-orang miskin, sekalipun yang ada di dalam kota, karena mereka ada di dalam kota, mereka bisa tahu tentang pesta ini yang dipersiapkan pada kegenapan waktunya. Orang-orang non Yahudi tidak bisa tahu, itu semua baru bagi mereka. Jadi, ‘memaksa’ tidak berarti mengalahkan perlawanan / penahanan yang bersifat bermusuhan, tetapi untuk menyingkirkan rasa takut bahwa pesta yang begitu murah hati dan luar biasa tidak bisa dimaksudkan untuk mereka.].

Catatan:

1. Kelihatannya ada perbedaan antara kata bahasa Inggris ‘compel’ dan ‘constrain’. Dalam bahasa Indonesia keduanya berarti ‘memaksa’, tetapi dalam bahasa Inggris ‘constrain’ lebih lunak dari ‘compel’.

2. Kata ‘inquisitor’ berarti orang yang melakukan ‘inquisition’. Dan ‘inquisition’ berarti ‘pencarian dan penghukuman orang-orang yang tidak percaya atau dianggap sebagai bidat’ (biasanya dalam Gereja Roma Katolik, mencari orang-orang Protestan) - Webster’s New World Dictionary.

3. Lenski menyamakan ‘pemaksaan’ dalam Luk 14:23 ini dengan perintah yang kuat dari Injil seperti dalam Kis 17:30, tetapi saya tidak bisa menerima pandangannya ini. Perintah tetap berbeda dengan pemaksaan.

4. Lenski menafsirkan bahwa ‘pemaksaan’ ini bukan berarti penyingkiran perlawanan / penahanan terhadap Injil, tetapi penyingkiran rasa takut dalam diri orang-orang non Yahudi bahwa pesta / undangan pesta itu bukan untuk mereka. Jadi, bukan untuk memaksa mereka untuk mau datang, tetapi untuk meyakinkan mereka bahwa pesta itu memang juga untuk mereka. Menurut saya, ini tidak sesuai dengan kata-kata dari ayat itu, karena kata-kata dari ayat itu jelas berurusan dengan mau datangnya mereka, dan bukan dengan keyakinan mereka bahwa pesta itu memang untuk mereka.


Luk 14:21-23 - “(21) Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. (22) Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. (23) Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.”.

Perhatikan ayat-ayat di atas ini, apakah pemaksaan itu berurusan dengan keyakinan mereka bahwa pesta itu memang untuk mereka? Sama sekali tidak. Itu berurusan dengan mau tidaknya mereka datang ke pesta itu!

Dan kalau kita melihat text sebelumnya (tentang orang-orang yang menolak), maka mereka juga menolak karena mereka tidak mau datang ke pesta itu.

Luk 14:17-20 - “(17) Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. (18) Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. (19) Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. (20) Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.”.

Ini yang membuat tuan itu menyuruh untuk memaksa orang-orang dari kelompok kedua itu untuk datang! Semuanya tidak menunjukkan indikasi apapun bahwa paksaan itu berurusan dengan keyakinan apakah mereka diundang atau tidak.

Adam Clarke (tentang Luk 14:23): “‘Compel them to come in.’ αναγκασον / ANAGKASON, Prevail on them by the most earnest entreaties. The word is used by Matthew, Mt 14:22, and by Mark, Mr 6:45; in both which places, when Christ is said, αναγκαζειν / ANAGKAZEIN, to constrain his disciples to get into the vessel, nothing but his commanding or persuading them to do it can be reasonably understood. The Latins use COGO, and COMPELLO, in exactly the same sense, i.e. to prevail on by prayers, counsels, entreaties, etc.” (= ‘Paksalah mereka untuk masuk’. ANAGKASON. Bujuklah mereka dengan permohonan-permohonan yang mendesak yang paling sungguh-sungguh. Kata itu digunakan dalam Matius, Mat 14:22, dan oleh Markus, Mark 6:45, memaksa murid-muridNya untuk masuk ke dalam kapal, tak ada apapun bisa dimengerti secara masuk akal, kecuali Ia memerintahkan atau membujuk / mendesak mereka untuk melakukan hal itu. Bahasa Latin menggunakan COGO, dan COMPELLO, dalam arti yang persis sama, yaitu ‘membujuk’ oleh doa-doa, nasehat-nasehat, permohonan-permohonan, dsb.).

Mat 14:22 - “Sesudah itu Yesus segera memerintahkan (ANAGKASEN) murid-muridNya naik ke perahu dan mendahuluiNya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.”.

KJV/ASV: ‘constrained’ (= memaksa); RSV/NIV/NASB: ‘made’ (= membuat / memaksa).

Mark 6:45 - “Sesudah itu Yesus segera memerintahkan (ANAGKASEN) murid-muridNya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.”.

KJV: ‘constrained’ (= memaksa).

Dalam Bible Works 7 kata Yunani avnagka,zw (ANAGKAZO) diartikan: ‘force’ (= memaksa), ‘compel’ (= memaksa) Ac 26:11; Gal 2:3, 14; ‘invite’ (= mengundang), ‘urge strongly’ (= mendesak dengan kuat) Mt 14:22.

Kis 26:11 - “Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya (ANAGKAZON) untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.

Dalam Kis 26:11 ini artinya pasti adalah ‘memaksa’.

Gal 2:3,14 - “(3) Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa(ENAGKASTHE) untuk menyunatkan dirinya. ... (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa (ANAGKAZEIS) saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.

Dalam Gal 2 ini, ay 3nya bisa diartikan ‘mendesak’ atau ‘memaksa’, sedangkan ay 14nya rasanya tidak mungkin diartikan ‘memaksa’. Mungkin lebih cocok diartikan ‘mengundang’. Semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘compel’ (= memaksa) untuk ay 3, dan ‘force’ atau ‘compel’(= memaksa) untuk ay 14.

Dari semua pembahasan dari bahasa aslinya ini, saya menyimpulkan bahwa kata itu, sekalipun tidak mutlak / harus, tetapi memang sangat memungkinkan diterjemahkan ‘memaksa’.

Adam Clarke melanjutkan (tentang Luk 14:23): “No other kind of constraint is ever recommended in the Gospel of Christ; every other kind of compulsion is antichristian, can only be submitted to by cowards and knaves, and can produce nothing but hypocrites.” (= Tak ada jenis pemaksaan lain pernah dianjurkan dalam Injil Kristus; setiap jenis pemaksaan lain adalah anti Kristen, hanya bisa diajukan / disampaikan oleh pengecut-pengecut dan bajingan-bajingan, dan tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali orang-orang munafik.).

Kata-kata Adam Clarke ini, muncul karena kelihatannya ada orang-orang yang menggunakan ayat ini untuk membenarkan tindakan mereka dalam betul-betul memaksa orang-orang secara fisik untuk mengikuti agama / kepercayaan mereka. Ini jelas merupakan arti yang salah, dan ini jelas juga bukan arti yang diambil oleh orang-orang Reformed, berkenaan dengan doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

William Hendriksen (tentang Luk 14:23): “These highway and these hedgerow people must now be ‘compelled’ to come to the banquet; ‘compelled’ not physically but by the force of powerful and loving persuasion.” (= Orang-orang di jalan-jalan raya dan pagar / lintasan ini sekarang harus ‘dipaksa’ untuk datang ke pesta; ‘dipaksa’ bukan secara fisik tetapi oleh kekuatan dari desakan yang kuat dan penuh kasih.).

Pulpit Commentary (tentang Luk 14:23): “‘And compel them to come in.’ A greater pressure is put on this class of outsiders than was tried upon the favoured first invited. The indifferent ones were left to themselves. They knew, or professed to know and to appreciate, the nature of that feast in heaven, the invitation to which they treated apparently with so much honour, and really with such contempt. But these outsiders the Divine Host would treat differently. To them the notion of a pitying, loving God was quite a strange thought; these must be compelled - must be brought to him with the gentle force which the angels used when they laid hold of the hand of lingering Lot, and brought him out of the doomed city of the plain. Thus faithful men, intensely convinced of the truth of their message, ‘compel’ others, by the bright earnestness of their words and life, to join the company of those who are going up to the feast above. Anselm thinks that God may be also said to ‘compel’ men to come in when he drives them by calamities to seek and find refuge with him and in his Church.” (= ‘Dan paksalah mereka untuk masuk’. Suatu tekanan yang lebih besar diberikan kepada golongan orang-orang luar ini dari pada yang telah dicoba untuk digunakan kepada orang-orang kesayangan yang pertama diundang. Orang-orang yang acuh tak acuh itu dibiarkan pada diri mereka sendiri. Mereka tahu, atau kelihatannya tahu dan menghargai, hakekat dari pesta di surga itu, undangan mana kelihatannya mereka perlakukan dengan begitu hormat, tetapi sesungguhnya mereka perlakukan dengan begitu memandang rendah. Tetapi orang-orang luar ini diperlakukan oleh Tuan Rumah Ilahi ini secara berbeda. Bagi mereka, gagasan / pemikiran tentang seorang Allah yang berbelas kasihan dan mengasihi merupakan suatu pemikiran yang cukup aneh; orang-orang ini harus dipaksa - harus dibawa kepada Dia dengan kekuatan yang lembut yang malaikat-malaikat gunakan pada waktu mereka memegang tangan Lot yang berlambat-lambat, dan membawa dia keluar dari kota-kota di dataran yang dihukum dengan malapetaka itu. Demikianlah orang-orang setia / percaya, meyakinkan dengan kuat tentang kebenaran dari berita mereka, ‘memaksa’ orang-orang lain, oleh kesungguhan yang terang dari kata-kata dan kehidupan mereka, untuk bergabung dengan rombongan dari mereka yang sedang pergi ke pesta di atas. Anselm berpikir bahwa Allah bisa juga dikatakan ‘memaksa’ orang-orang untuk datang / masuk pada waktu Ia mendorong / memaksa mereka oleh bencana-bencana untuk mencari dan mendapatkan perlindungan pada Dia dan dalam GerejaNya.).

Catatan:

1. Kalau ditanya, mengapa orang-orang dari kelompok pertama tidak dipaksa? Apakah mereka dibiarkan, karena Tuhan ‘menghargai’ free will / kehendak bebas mereka? Saya menjawab: bukan karena Tuhan menghargai free will / kehendak bebas mereka, tetapi karena Tuhan tidak memilih mereka, maka Ia tidak ‘memaksa’ mereka untuk datang.

2. Penafsir ini berkata bahwa orang-orang luar itu diperlakukan secara berbeda, dan terhadap mereka digunakan kekuatan yang lebih besar dari pada terhadap golongan pertama. Ia memberi 2 contoh:

a. Tentang Lot yang ‘dipaksa’ untuk keluar dari Sodom.

b. Pandangan Anselm yang mengatakan bahwa Tuhan ‘memaksa’ orang untuk percaya dengan menggunakan bencana-bencana.

3. Kata-katanya tentang orang-orang yang memberitakan Injil dengan desakan dan kesungguhan dsb, tak terlalu cocok dengan doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), karena dalam doktrin itu desakannya datang dari Allah, dan sekalipun Allah bisa saja mendesak orang melalui si pemberita Injil, tetapi bukan itu yang ditekankan dari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini. Desakan si penginjil, bagaimanapun tetap bisa ditolak, dan itu berbeda dengan desakan dari Tuhan sendiri, yang tidak mungkin bisa ditolak.

Calvin (tentang Luk 14:23): “‘Compel them to come in.’ This expression means, that the master of the house would give orders to make use, as it were, of violence for compelling the attendance of the poor, and to leave out none of the lowest dregs of the people. ... The allusion appears to be to the manner in which the Gospel invites us; for the grace of God is not merely offered to us, but doctrine is accompanied by exhortations fitted to arouse our minds. This is a display of the astonishing goodness of God, who, after freely inviting us, and perceiving that we give ourselves up to sleep, addresses our slothfulness by earnest entreaties, and not only arouses us by exhortations, but even ‘compels’ us by threatenings to draw near to him.” (= ‘Paksalah mereka untuk masuk’. Pernyataan / ungkapan ini berarti, bahwa tuan rumah itu memberi perintah-perintah, seakan-akan untuk menggunakan kekerasan untuk memaksa kehadiran dari orang-orang miskin, dan tidak membiarkan / mengabaikan seorangpun dari sampah yang terendah dari orang-orang itu. ... Kiasan ini kelihatannya adalah cara dengan mana Injil mengundang kita; karena kasih karunia Allah tidak semata-mata ditawarkan kepada kita, tetapi doktrin disertai dengan desakan-desakan yang cocok untuk membangkitkan pikiran kita. Ini adalah suatu pertunjukan dari kebaikan yang mengherankan dari Allah, yang setelah mengundang kita dengan cuma-cuma, dan merasa / mengerti bahwa kita membiarkan / menyerahkan diri kita sendiri untuk tidur, menegur kemalasan kita oleh permohonan-permohonan yang mendesak yang sungguh-sungguh, dan bukan hanya membangkitkan kita oleh desakan-desakan, tetapi bahkan ‘memaksa’ kita oleh ancaman-ancaman untuk mendekat kepada Dia.).

Jadi, Calvinpun kelihatannya mengartikan ‘paksaan’ itu sebagai desakan pada waktu memberitakan Injil.

Dan ada satu lagi keberatan terkuat yaitu: dalam bagian paralelnya dalam Injil Matius, ada tambahan yang tidak ada dalam Injil Lukas, yaitu tentang orang yang sudah masuk tetapi dibuang keluar karena ia tidak berpakaian pesta.

Mat 22:11-14 - “(11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. (14) SEBAB BANYAK YANG DIPANGGIL, TETAPI SEDIKIT YANG DIPILIH.’”.

Orang yang tidak berpakaian pesta itu pasti menunjuk kepada orang kristen KTP. Lalu bagaimana mungkin orang itu, yang sudah ‘dipaksa’ menjadi orang percaya oleh Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), tetapi lalu dikeluarkan dari pesta karena ia adalah orang kristen KTP?

Tetapi persoalannya adalah: apakah Mat 22:1-14 paralel dengan Luk 14:15-24? Ada 2 pandangan tentang hal ini:

a) Calvin: Ya! Hanya, Matius menceritakannya secara lebih mendetail / terperinci.

b) Mayoritas penafsir: Tidak!

Alasannya: Ada sangat banyak perbedaan antara kedua bagian ini:

1. Tempat kejadian berbeda. Luk 14:15-24 terjadi di rumah orang yang mengundang Yesus.

Luk 14:12 - “Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: ‘Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.”.

2. Dalam Matius yang mengadakan perjamuan adalah ‘seorang raja’; dalam Lukas hanya dikatakan ‘seorang’.

3. Dalam Matius disebutkan ‘perjamuan kawin untuk anak’; dalam Lukas hanya dikatakan ‘perjamuan besar’.

4. Dalam Matius ada banyak hamba; dalam Lukas hanya ada 1 hamba.

5. Dalam Matius hamba-hamba disuruh mengundang tamu 2 x; dalam Lukas hanya 1 x.

6. Dalam Matius penolakannya kasar dan disertai penyiksaan dan pembunuhan, dalam Lukas penolakannya sopan.

7. Dalam Matius, raja menyuruh untuk membunuh orang yang tidak mau datang; dalam Lukas, tuan itu tidak menyuruh untuk membunuh.

8. Dalam Matius ada tamu yang tidak berpakaian pesta: dalam Lukas tidak ada.

Dari 8 perbedaan ini, yang 7 bisa terjadi hanya karena yang satu menceritakan, yang lain tidak menceritakan. Tetapi perbedaan no 6 betul-betul sangat bertentangan.

Karena itu, saya condong untuk berkata bahwa 2 bagian ini bukan para­lel!

Kalau tidak paralel, maka dalam Lukas tak ada orang yang tak berpakaian pesta itu, sehingga ayat yang menunjukkan pemaksaan itu memungkinkan untuk dijadikan dasar dari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). Tetapi kita juga sudah melihat bahwa kebanyakan penafsir menafsirkan pemaksaan itu hanya sebagai desakan pada waktu memberitakan Injil.

Kalau paralel, maka cerita / perumpamaan ini mirip dari cerita tentang Lot dan keluarga, yang dipaksa keluar dari Sodom, tetapi istri Lot lalu menoleh ke belakang, sehingga dibinasakan. Ini akan kita pelajari dalam point di bawah ini.

j) Kej 19:16 - “Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.”.

Bukankah ini suatu ‘pemaksaan’ terhadap Lot dan keluarganya? Dimana ‘free will’ (= kehendak bebas) mereka? Memang ini berurusan dengan keselamatan jasmani, tetapi kalau Tuhan bisa memaksa pada waktu Ia mau menyelamatkan orang secara jasmani, mengapa Ia tidak bisa memaksa pada waktu Ia mau menyelamatkan orang secara rohani?

Adam Clarke (tentang Kej 19:16): “‘While he lingered’ Probably in affectionate though useless entreaties to prevail on the remaining parts of his family to escape from the destruction that was now descending; laid hold upon his hand - pulled them away by mere force, the Lord being merciful; else they had been left to perish in their lingering, as the others were in their gainsaying.” (= ‘Pada waktu ia berlambat-lambat’. Mungkin dalam permohonan-permohonan yang penuh kasih sayang sekalipun tak berguna, untuk membujuk bagian yang tersisa dari keluarganya untuk lolos dari penghancuran yang sekarang sedang turun; memegang tangannya - menarik mereka dengan kekuatan semata-mata, karena Tuhan penuh dengan belas kasihan; kalau tidak mereka tertinggal untuk binasa dalam tindakan berlambat-lambat mereka, seperti orang-orang lain dalam oposisi / penolakan mereka.).

Barnes’ Notes (tentang Kej 19:16): “The visitors now take steps for the deliverance of Lot and his kindred before the destruction of the cities. ... His early choice and his growing habits have attached him to the place, notwithstanding its temptations. ... But though these thoughts make him linger, the mercy of the Lord prevails. The angels use a little violence to hasten their escape.” (= Sekarang tamu-tamu itu mengambil langkah untuk pembebasan Lot dan keluarganya sebelum penghancuran dari kota-kota itu. ... Pilihan awalnya dan kebiasaan-kebiasaannya yang bertumbuh telah melekatkan dia pada tempat itu, sekalipun tempat itu mempunyai pencobaan-pencobaannya. ... Tetapi sekalipun pikiran-pikiran ini membuatnya berlambat-lambat, belas kasihan Tuhan menang. Malaikat-malaikat itu menggunakan sedikit kekerasan untuk mempercepat lolosnya mereka.) - PC Study Bible 5.

Catatan: penulis dari tafsiran Barnes’ Notes dalam PC Study Bible 5 tentang Kitab Kejadian bukanlah Albert Barnes, tetapi James G. Murphy.

Calvin (tentang Kej 19:16): “The angels first urged him by words; now seizing him by the hand, and indeed with apparent violence, they compel him to depart. His tardiness is truly wonderful, since, though he was certainly persuaded that the angels did not threaten in vain, he could yet be moved, by no force of words, until he is dragged by their hands out of the city. ... For what Moses says is worthy of attention, that the Lord was merciful to his servant, when, having laid hold of his hand by the angels, He hurried him out of the city. For so it is often necessary for us to be forcibly drawn away from scenes which we do not willingly leave. If riches, or honors, or any other things of that kind, prove an obstacle to any one, to render him less free and disengaged for the service of God, when it happens that he is abridged of his fortune, or reduced to a lower rank, let him know that the Lord has laid hold of his hand; because words and exhortations had not sufficiently profited him. We ought not, therefore, to deem it hard, that those diseases, which instruction did not suffice effectually to correct, should be healed by more violent remedies. Moses even seems to point to something greater; namely, that the mercy of God strove with the sluggishness of Lot; for, if left to himself, he would, by lingering, have brought down upon his own head the destruction which was already near. Yet the Lord not only pardons him, but, being resolved to save him, seizes him by the hand, and draws him away, although making resistance.” (= Malaikat-malaikat mula-mula mendesak dia dengan kata-kata; sekarang memegang dia pada tangannya, dan memang dengan kekerasan yang jelas, mereka memaksanya untuk pergi. Kelambatannya betul-betul adalah luar biasa, karena sekalipun ia pasti diyakinkan bahwa malaikat-malaikat itu tidak mengancam dengan sia-sia, ia tidak bisa digerakkan oleh kekuatan kata-kata, sampai ia ditarik oleh tangan mereka keluar dari kota itu. ... Karena apa yang Musa katakan layak diperhatikan, bahwa Tuhan berbelas kasihan kepada hambaNya, pada waktu, setelah memegang tangannya oleh malaikat-malaikat, Ia mempercepat mereka keluar dari kota itu. Karena demikianlah seringkali diperlukan bagi kita untuk ditarik dengan kekerasan dari tempat yang tidak mau kita tinggalkan dengan sukarela. Jika kekayaan, atau kehormatan, atau hal-hal lain apapun dari jenis itu, terbukti menjadi penghalang bagi siapapun, membuat dia kurang bebas dan untuk pelayanan Allah, pada waktu terjadi bahwa ia dikurangi / dicabut kekayaannya, atau diturunkan ke tingkat yang lebih rendah, hendaklah ia mengetahui bahwa Tuhan telah memegang tangannya; karena kata-kata dan desakan-desakan / nasehat-nasehat tidak secara cukup menguntungkan dia. Karena itu, kita tidak boleh, menganggapnya keras, bahwa penyakit-penyakit itu, yang tidak cukup diperbaiki secara efektif oleh instruksi, harus disembuhkan oleh obat / pengobatan yang lebih keras. Bahkan Musa kelihatannya menunjuk pada sesuatu yang lebih besar; yaitu, bahwa belas kasihan Allah berjuang dengan kelambanan Lot; karena seandainya dibiarkan pada dirinya sendiri, dengan berlambat-lambat ia akan sudah menurunkan pada kepalanya sendiri penghancuran yang sudah dekat. Tetapi Tuhan bukan hanya mengampuni dia, tetapi karena sudah memutuskan untuk menyelamatkan dia, memegangnya pada tangannya, dan menarik dia menjauh, sekalipun ia melakukan penahanan / penolakan.).

Matthew Henry (tentang Kej 19:16): “With what a gracious violence Lot was brought out of Sodom, v. 16. It seems, though he did not make a jest of the warning given, as his sons-in-law did, yet he lingered, he trifled, he did not make so much haste as the case required. Thus many that are under some convictions about the misery of their spiritual state, and the necessity of a change, yet defer that needful work, and foolishly linger. Lot did so, and it might have been fatal to him if the angels had not ‘laid hold of his hand, and brought him forth,’ ... Herein it is said, ‘The Lord was merciful to him;’ otherwise he might justly have left him to perish, since he was so loth to depart. Note, (1.) The salvation of the most righteous men must be attributed to God’s mercy, not to their own merit. We are saved by grace. (2.) God’s power also must be acknowledged in the bringing of souls out of a sinful state. If God had not brought us forth, we had never come forth. (3.) If God had not been merciful to us, our lingering had been our ruin.” [= Dengan kekerasan yang murah hati / penuh kasih karunia yang bagaimana Lot dikeluarkan dari Sodom, ay 16. Kelihatannya, sekalipun ia tidak membuat peringatan yang diberikan sebagai suatu lelucon, seperti yang dilakukan oleh menantu-menantunya, tetapi ia berlambat-lambat, ia membuang-buang waktu, ia tidak begitu tergesa-gesa seperti yang dibutuhkan oleh kasus itu. Demikianlah ada banyak orang yang ada dibawah suatu keyakinan tentang keburukan dari keadaan rohani mereka, dan kebutuhan akan suatu perubahan, tetapi menunda pekerjaan yang dibutuhkan itu, dan secara bodoh berlambat-lambat. Lot berbuat demikian, dan akan fatal baginya seandainya malaikat-malaikat itu tidak ‘memegang tangannya, dan membawanya,’ ...

Di dalam ini dikatakan, ‘Tuhan bermurah hati kepadanya’; kalau tidak Ia bisa dengan benar telah meninggalkannya untuk binasa, karena ia begitu segan untuk pergi. Perhatikan, (1) Keselamatan dari orang-orang yang paling benar harus dihubungkan dengan belas kasihan Allah, bukan dengan jasa / kebaikan mereka sendiri. Kita diselamatkan oleh kasih karunia. (2) Kuasa Allah juga harus diakui dalam membawa jiwa-jiwa keluar dari suatu keadaan berdosa. Seandainya Allah tidak mengeluarkan kita, kita tidak akan pernah keluar. (3) Seandainya Allah tidak bermurah hati kepada kita, sikap berlambat-lambat kita telah menjadi kehancuran kita.].

Tetapi bagaimana dengan istri Lot?

Kej 19:26 - “Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.”.

Apakah Tuhan memaksa untuk menyelamatkannya, tetapi lalu Tuhan membiarkannya binasa?

Menurut saya jawabannya mudah, istri Lot tidak percaya, dan memang bukan maksud Allah untuk memberi kasih karunia kepadanya. Sama seperti seluruh Israel dikeluarkan dari Mesir tetapi mayoritas dari mereka dibunuh di padang gurun.

1Kor 10:1-5 - “(1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. (2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. (3) Mereka semua makan makanan rohani yang sama (4) dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (5) Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.”.

Tetapi bukankah tadi dalam ay 16 Tuhan mau bermurah hati kepada mereka, termasuk istri Lot? Tidak, coba perhatikan lagi ay 16 itu.

Kej 19:16 - “Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.”.

NIV: ‘them’ (= mereka). Ini salah!

KJV/RSV/NASB/ASV/NKJV: ‘him’ [= dia (laki-laki)]

Kata Ibrani yang dipakai adalah wyl'_[' (ALAYW) yang berarti ‘unto him’ (= kepada dia).

Barnes’ Notes (tentang Kej 19:26): “Lot’s wife lingering behind her husband, and looking back, contrary to the express command of the Lord, is caught in the sweeping tempest, and becomes a pillar of salt: so narrow was the escape of Lot. The dashing spray of the salt sulphurous rain seems to have suffocated her, and then encrusted her whole body. She may have burned to a cinder in the furious conflagration. She is a memorable example of the indignation and wrath that overtakes the halting and the backsliding.” (= Istri Lot berlambat-lambat di belakang suaminya, dan melihat ke belakang, bertentangan dengan perintah yang jelas dari Tuhan, ditangkap / dikejar dalam badai yang menyapu, dan menjadi suatu tiang garam: begitu tipis kelolosan Lot. Semburan yang menghancurkan dari hujan belerang dan garam kelihatannya telah mencekiknya, dan lalu menutupi seluruh tubuhnya. Ia mungkin telah terbakar menjadi bara dalam lautan api yang hebat. Ia adalah contoh yang mengesankan tentang kemarahan dan murka yang menyusul orang-orang yang berhenti dan merosot ke belakang.).

Kej 19:17 - “Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: ‘Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.’”.

Matthew Henry (tentang Kej 19:26): “‘But his wife looked back from behind him, and she became a pillar of salt.’ This also is written for our admonition. Our Saviour refers to it (Luke 17:32), ‘Remember Lot’s wife.’ As by the example of Sodom the wicked are warned to turn from their wickedness, so by the example of Lot’s wife the righteous are warned not to turn from their righteousness. See Ezek 3:18,20. We have here, I. The sin of Lot’s wife: ‘She looked back from behind him.’ This seemed a small thing, but we are sure, by the punishment of it, that it was a great sin, and exceedingly sinful. ... Unbelief was at the bottom of it; she questioned whether Sodom would be destroyed, and thought she might still have been safe in it. ... Probably she hankered after her house and goods in Sodom, and was loth to leave them. Christ intimates this to be her sin (Luke 17:31,32); she too much regarded her stuff. ... Her looking back evinced an inclination to go back; and therefore our Saviour uses it as a warning against apostasy from our Christian profession. We have all renounced the world and the flesh, and have set our faces heaven-ward; we are in the plain, upon our probation; and it is at our peril if we return into the interests we profess to have abandoned. Drawing back is to perdition, and looking back is towards it. ‘Let us therefore fear,’ Heb 4:1. ... Come, behold the goodness and severity of God (Rom 11:22), towards Lot, who went forward, goodness; towards his wife, who looked back, severity. Though she was nearly related to a righteous man, though better than her neighbours, and though a monument of distinguishing mercy in her deliverance out of Sodom, yet God did not connive at her disobedience; for great privileges will not secure us from the wrath of God if we do not carefully and faithfully improve them. ... Since it is such a dangerous thing to look back, let us always press forward, Phil 3:13,14.” [= ‘Tetapi istrinya melihat ke belakang dari belakangnya, dan ia menjadi suatu tiang garam’. Ini juga ditulis untuk peringatan bagi kita. Juruselamat kita menunjuk kepadanya (Luk 17:32), ‘Ingatlah istri Lot’. Seperti dengan contoh Sodom orang-orang jahat diperingati untuk berbalik dari kejahatan mereka, demikian juga dengan contoh istri Lot orang-orang benar diperingati untuk tidak berbalik dari kebenaran mereka. Lihat Yeh 3:18,20. Kita mempunyai di sini, I. Dosa dari istri Lot: ‘Ia melihat ke belakang dari belakangnya’. Ini kelihatannya merupakan hal kecil, tetapi kami yakin, oleh penghukumannya, bahwa itu adalah dosa yang besar, dan sangat berdosa. ... Ketidak-percayaan ada di dasarnya; ia mempertanyakan apakah Sodom akan dihancurkan, dan berpikir bahwa ia bisa tetap aman di dalamnya. ... Mungkin ia sangat menginginkan rumah dan harta benda / barang-barangnya di Sodom, dan segan meninggalkannya. Kristus menyatakan ini sebagai dosanya (Luk 17:31,32); ia terlalu banyak memperhatikan / mengasihi barang-barangnya. ... Tindakannya melihat ke belakang menunjukkan dengan jelas suatu kecondongan untuk kembali; dan karena itu Juruselamat kita menggunakan itu sebagai suatu peringatan terhadap kemurtadan dari pengakuan Kristen kita. Kita semua telah meninggalkan dunia dan daging, dan telah mengarahkan wajah kita ke arah surga; kita ada di tanah yang datar, pada masa percobaan kita; dan merupakan resiko kita jika kita kembali ke dalam perhatian / minat yang kita akui telah kita tinggalkan. Mengundurkan diri adalah kepada kehancuran / neraka, dan melihat ke belakang adalah menuju kepadanya. ‘Karena itu hendaklah kita takut’, Ibr 4:1. ... ‘Mari, perhatikanlah kebaikan dan kekerasan Allah’ (Ro 11:22), terhadap Lot, yang maju terus, kebaikan; terhadap istrinya, yang melihat ke belakang, kekerasan. Sekalipun ia mempunyai hubungan secara sangat dekat dengan seorang yang benar, sekalipun ia lebih baik dari tetangga / sesamanya, dan sekalipun ia adalah suatu monumen dari belas kasihan yang membedakan dalam pembebasannya dari Sodom, tetapi Allah tidak pura-pura tidak melihat ketidak-taatannya; karena hak-hak yang besar tidak membuat kita aman dari murka Allah jika kita tidak dengan hati-hati dan dengan setia meningkatkan hal-hal itu. ... Karena merupakan suatu hal yang berbahaya untuk melihat ke belakang, hendaklah kita selalu maju, Fil 3:13,14.].

Luk 17:31-32 - “(31) Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. (32) Ingatlah akan isteri Lot!”.

Yeh 3:18,20 - “(18) Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. ... (20) Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”.

Ibr 4:1 - “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku.”.

Kata ‘waspada’ diterjemahkan ‘careful’ (= hati-hati) oleh NIV, tetapi KJV/RSV/NASB menterjemahkan ‘fear’ (= takut), dan memang terjemahan ini yang benar.

Fil 3:13-14 - “(13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.

The Biblical Illustrator (New Testament): “The cause and danger of backsliding: - I. THE CAUSE OF BACKSLIDING. Unbelief, leading to (1) disobedience, (2) indecision. She was perplexed between God and the world.” [= Penyebab dan bahaya dari kemerosotan / kemunduran: - I. PENYEBAB DARI KEMEROSOTAN / KEMUNDURAN. Ketidak percayaan, membimbing pada (1) ketidaktaatan, (2) keragu-raguan. Ia bingung / ragu-ragu antara Allah dan dunia.].

Wiersbe’s Expository Outlines (Old Testament) tentang Kej 19: “He must have married a worldly woman, for her heart was in Sodom and she could not bear to leave the city behind.” [= Ia (Lot) pasti telah menikahi seorang perempuan duniawi, karena hatinya ada di Sodom dan ia tidak bisa tahan meninggalkan kota itu di belakang.].

Jelas bahwa istri Lot tak pernah percaya!

Pulpit Commentary: “Graciously assisted. Even the urgency displayed by the angels would not have sufficed to rescue Lot, had they not extended to him and his worldly-minded partner a helping hand. Hankering after Sodom, perhaps thinking of the wealth they had to leave, the good man and his wife still lingered, and were at last only dragged forth by main force beyond the precincts of the doomed city. It reminds us that few, probably none, would ever escape from the city of destruction if Divine grace were not practically to lay hold of them and drag them forth; and even this Divine grace would not do unless the Lord were specially merciful to them, as he was to Lot.” (= Ditolong secara murah hati / dengan penuh kasih karunia. Bahkan kedaruratan yang ditunjukkan oleh malaikat-malaikat tidak akan cukup untuk menyelamatkan Lot, seandainya mereka tidak mengulurkan tangan yang menolong kepada dia dan partnernya yang berpikiran duniawi. Karena sangat menginginkan Sodom, mungkin berpikir tentang kekayaan yang harus mereka tinggalkan, orang baik dan istrinya ini tetap berlambat-lambat, dan akhirnya ditarik oleh kekuatan yang besar melewati daerah dari kota yang dihukum. Itu mengingatkan kita bahwa sedikit, mungkin tidak ada, yang pernah, yang pernah lolos dari kota kehancuran, seandainya kasih karunia Ilahi tidak secara praktis memegang mereka dan menarik mereka; dan bahkan kasih karunia Ilahi ini tidak cukup, kecuali Tuhan secara khusus berbelas kasihan kepada mereka, seperti Ia kepada Lot.) - hal 258

k) Yes 53:1 - “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?”.

KJV: ‘Who hath believed our report? and to whom is the arm of the LORD revealed?’ (= Siapa yang telah mempercayai pemberitaan kami? dan kepada siapa lengan TUHAN dinyatakan?).

Sebetulnya dilihat sepintas lalu sudah kelihatan dengan jelas arti dari ayat ini. Yang percaya pada pemberitaan (Injil) oleh Yesaya adalah orang kepada siapa tangan / lengan (= kekuasaan) Tuhan dinyatakan.

Yes 53:1 itu dikutip dalam 2 ayat Perjanjian Baru.

Ro 10:16-17 - “(16) Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?’ (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.

Yoh 12:37-38 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’”.

Sekarang kita memperhatikan penafsir-penafsir Arminian tentang ayat-ayat ini.

Tentang Yes 53:1b, Adam Clarke sama sekali tidak memberi komentar apapun. dan tentang Yoh 12:38b, Adam Clarke hanya memberi komentar: “‘The arm of the Lord.’ The power, strength, and miracles of Christ.” (= ‘Lengan Tuhan’. Kuasa, kekuatan, dan mujijat-mujijat Kristus.).

Tetapi tentang Ro 10:17, Adam Clarke memberikan komentar.

Adam Clarke (tentang Ro 10:17): “‘So then faith cometh by hearing.’ Preaching the Gospel is the ordinary means of salvation; faith in Christ is the result of hearing the word, the doctrine of God preached. Preaching, God sends; if heard attentively, faith will be produced; and if they believe the report, the arm of the Lord will be revealed in their salvation.” (= ‘Jadi iman datang oleh pendengaran’. Pemberitaan Injil adalah cara / jalan yang biasa dari keselamatan; iman kepada Kristus adalah hasil dari mendengar firman, doktrin / ajaran Allah yang diberitakan. Pemberitaan, Allah mengirimkan; jika didengarkan dengan penuh perhatian, iman akan dihasilkan; dan jika mereka percaya pemberitaannya, lengan Tuhan akan dinyatakan dalam keselamatan mereka.).

Tanggapan saya: Adam Clarke jelas memutar-balikkan dalam menafsir. Lengan Tuhan yang seharusnya adalah penyebab orang menjadi percaya, oleh dia dianggap sebagai hasil dari orang yang mau percaya Injil.

Tentang Ro 10:16-17 Lenski juga tak membicarakan apapun yang berhubungan dengan doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

Tetapi tentang Yoh 12:38, Lenski memberikan komentar.

Lenski (tentang Yoh 12:38): “Parallel with ‘our report,’ or the prophetic message from the Lord, is ‘the arm of the Lord,’ his almighty power, evidenced most completely in the signs (v. 37) wrought by Jesus. The Jews saw these signs but with their unbelieving eyes refused to see that Jehovah’s arm was revealed in them, that they were divine works and nothing less. Neither the divine testimony of the prophets including Jesus himself, nor the divine testimony of the signs wrought faith in the hearts of the Jews.” [= Paralel dengan ‘pemberitaan kami’, atau berita nubuatan dari Tuhan, adalah ‘lengan Tuhan’, kuasaNya yang maha kuasa, dibuktikan secara paling lengkap dalam tanda-tanda (ay 37) yang dilakukan oleh Yesus. Orang-orang Yahudi melihat tanda-tanda ini tetapi dengan mata mereka yang tidak percaya menolak untuk melihat bahwa lengan Yehovah dinyatakan dalam tanda-tanda itu, bahwa tanda-tanda itu adalah pekerjaan-pekerjaan ilahi dan tidak kurang dari itu. Baik kesaksian ilahi dari nabi-nabi mencakup Yesus sendiri, maupun kesaksian ilahi dari tanda-tanda tidak mengerjakan iman dalam hati dari orang-orang Yahudi.].

Jadi Lenski tidak menghubungkan ayat ini dengan Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak). ‘Lengan Tuhan’ yang seharusnya menunjukkan kuasa Tuhan yang menyebabkan orang-orang itu percaya, oleh Lenski ditafsirkan menunjuk pada tanda-tanda / mujijat-mujijat yang Yesus lakukan. Perlu diingat bahwa dalam Yoh 12:38 ini memang bisa saja ditafsirkan demikian (sekalipun ini tetap merupakan penafsiran yang dipaksakan), tetapi bagaimana dengan Yes 53:1 dari mana Yoh 12:38 itu dikutip? Dalam kontext Yesaya itu tidak ada mujijat apapun! Lalu bagaimana lengan Tuhan itu bisa menunjuk kepada tanda-tanda / mujijat-mujijat? Ini jelas merupakan suatu penafsiran yang sangat tidak masuk akal.

Sekarang mari kita perhatikan tafsiran dari Calvin dan orang-orang Reformed tentang ayat-ayat di atas.

Ro 10:16-17 - “(16) Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?’ (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.

Calvin (tentang Ro 10:16): “He however does afterwards point out the reason, by saying, ‘To whom has the arm of the Lord been revealed?’ by which he intimates that there is no benefit from the word, except when God shines in us by the light of his Spirit; and thus the inward calling, which alone is efficacious and peculiar to the elect, is distinguished from the outward voice of men. It is hence evident, how foolishly some maintain, that all are indiscriminately the elect, because the doctrine of salvation is universal, and because God invites all indiscriminately to himself. But the generality of the promises does not alone and by itself make salvation common to all: on the contrary, the peculiar revelation, mentioned by the Prophet, confines it to the elect.” (= Tetapi belakangan ia menunjukkan alasannya, dengan mengatakan, ‘Kepada siapa lengan Tuhan telah dinyatakan?’ dengan mana ia mengisyaratkan bahwa di sana tidak ada manfaat dari firman, kecuali pada waktu Allah bersinar di dalam kita dengan terang dari RohNya; dan demikianlah panggilan dalam, yang hanya mujarab / efektif dan khusus bagi orang-orang pilihan, dibedakan dari suara luar / lahiriah dari manusia. Maka jelaslah, betapa dengan bodoh sebagian orang mempertahankan / berpendapat bahwa semua orang tanpa pembedaan adalah orang-orang pilihan, karena doktrin keselamatan bersifat universal, dan karena Allah mengundang semua orang tanpa pembedaan kepada diriNya sendiri. Tetapi sifat umum dari janji itu sendiri dalam dirinya sendiri tidak membuat keselamatan umum bagi semua orang: sebaliknya, wahyu khusus / khas, yang disebutkan oleh sang nabi, membatasinya pada orang-orang pilihan.).

Calvin (tentang Ro 10:17): “And this is a remarkable passage with regard to the efficacy of preaching; for he testifies, that by it faith is produced. He had indeed before declared, that of itself it is of no avail; but that when it pleases the Lord to work, it becomes the instrument of his power. And indeed the voice of man can by no means penetrate into the soul; and mortal man would be too much exalted, were he said to have the power to regenerate us; the light also of faith is something sublimer than what can be conveyed by man: but all these things are no hindrances, that God should not work effectually through the voice of man, so as to create faith in us through his ministry.” (= Dan ini merupakan suatu text yang luar biasa berkenaan dengan kemujaraban / keefektifan dari pemberitaan / khotbah; dan ia menyaksikan, bahwa olehnya iman dihasilkan. Sebelumnya ia memang telah menyatakan, bahwa dari dirinya sendiri itu tak ada gunanya; tetapi bahwa pada waktu itu memperkenan Tuhan untuk bekerja, itu menjadi alat dari kuasaNya. Dan memang suara manusia sama sekali tidak bisa menembus ke dalam jiwa; dan manusia yang fana akan terlalu ditinggikan, seandainya ia dikatakan mempunyai kuasa untuk melahirbarukan kita; terang dari iman juga adalah sesuatu yang lebih agung dari pada apa yang bisa diberikan oleh manusia: tetapi semua hal-hal ini bukanlah halangan-halangan, sehingga Allah tidak bisa bekerja secara efektif melalui suara manusia, sehingga menciptakan iman dalam diri kita melalui pelayanannya.).

Yoh 12:37-38 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’”.

Leon Morris (tentang Yoh 12:38): “Unbelief is now seen to be foreshadowed in prophecy. John has already made it clear that it is only as God draws us that we can believe. Now we have the further thought that what is written in prophecy must be fulfilled. The prophecy cited (Isa. 53:1) speaks both of failure to believe and of a revelation of ‘the arm of the Lord.’ In other words, faith and the divine activity are connected. And even unbelief has some place in the purpose of God.” [= Sekarang ketidak-percayaan dilihat sebagai dibayangkan lebih dulu dalam nubuat. Yohanes telah membuatnya jelas bahwa hanyalah pada waktu Allah menarik kita maka kita bisa percaya. Sekarang kita mempunyai pemikiran lebih jauh bahwa apa yang ditulis dalam nubuat harus digenapi. Nubuat yang dikutip (Yes 53:1) berbicara tentang kegagalan untuk percaya dan tentang suatu pernyataan dari ‘lengan Tuhan’. Dengan kata lain, iman dan aktivitas ilahi berhubungan. Dan bahkan ketidakpercayaan mempunyai suatu tempat dalam rencana Allah.] - Libronix.

Calvin (tentang Yoh 12:38): “‘To whom hath the arm of the Lord been revealed?’ In this second clause he assigns the reason why they are few; and that reason is, that men do not attain it by their own strength, and God does not illuminate all without distinction, but bestows the grace of his Holy Spirit on very few. And if among the Jews the obstinate unbelief of many ought not to have been an obstacle to believers, though they were few in number, the same argument ought to persuade us, at the present day, not to be ashamed of the Gospel, though it has few disciples. But we ought first to observe the reason which is added, that what makes men believers is not their own sagacity, but the revelation of God. The word ‘arm,’ it is well known, denotes ‘power.’ The prophet declares that the arm of God, which is contained in the doctrine of the Gospel, lies hid until it is revealed, and at the same time testifies that all are not indiscriminately partakers of this revelation. Hence it follows, that many are left in their blindness destitute of inward light, because hearing they do not hear, (Matthew 13:13.)” [= ‘Bagi siapa lengan Tuhan telah dinyatakan?’ Dalam anak kalimat yang kedua ini ia memberikan alasan mengapa mereka sedikit; dan alasannya adalah, bahwa manusia tidak mencapainya oleh kekuatan mereka sendiri, dan Allah tidak menerangi semua orang tanpa pembedaan, tetapi memberikan kasih karunia dari Roh KudusNya pada sangat sedikit orang. Dan jika di antara orang-orang Yahudi ketidakpercayaan yang keras kepala dari banyak orang tidak boleh menjadi halangan bagi orang-orang percaya, sekalipun mereka sedikit jumlahnya, argumentasi yang sama harus meyakinkan kita, pada jaman sekarang, untuk tidak malu tentang Injil, sekalipun itu mempunyai sedikit murid-murid. Tetapi pertama-tama kita harus memperhatikan alasan yang ditambahkan, bahwa apa yang membuat manusia menjadi orang-orang percaya bukanlah kecerdasan mereka sendiri, tetapi wahyu dari Allah. Kata ‘lengan’, diketahui dengan baik, menunjukkan ‘kuasa’. Sang nabi menyatakan bahwa lengan Allah, yang terkandung dalam doktrin dari Injil, tetap tersembunyi sampai itu dinyatakan, dan pada saat yang sama menyaksikan bahwa tidak semua secara tanpa pembedaan adalah pengambil-pengambil bagian dari wahyu ini. Maka akibatnya, banyak orang ditinggalkan dalam kebutaan mereka tanpa mempunyai terang di dalam / batin, karena sekalipun mendengar mereka tidak mendengar, (Mat 13:13).].

Yes 53:1 - “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?”.

Tentang Yes 53:1a, Calvin mengatakan bahwa Yesaya menyatakan keluhannya / kesedihannya karena hanya sedikit orang-orang yang percaya oleh pemberitaan injil. Dan tentang Yes 53:1b, Calvin menafsirkan sebagai berikut:

Calvin (tentang Yes 53:1b): “‘To whom (literally, on whom) is the arm of Jehovah revealed?’ In this second clause he points out the reason why the number of believers will be so small. It is, because no man can come to God but by an extraordinary revelation of the Spirit. ... It assigns the cause why there are so few that believe; and that is, that they cannot attain it by the sagacity of their own understanding. ... Isaiah does not include merely the men of his own time, but all posterity to the end of the world; for, so long as the reign of Christ shall endure, this must be fulfilled; and therefore believers ought to be fortified by this passage against such a scandal. These words refute the ignorance of those who think that faith is in the power of every person, because preaching is common to all. Though it is sufficiently evident that all are called to salvation, yet the Prophet expressly states that the external voice is of no avail, if it be not accompanied by a special gift of the Spirit. And whence proceeds the difference, but from the secret election of God, the cause of which is hidden in himself?” [= ‘Bagi siapa (secara hurufiah, ‘pada siapa’) lengan Yehovah dinyatakan?’ Dalam anak kalimat yang kedua ini, ia menunjukkan alasan mengapa jumlah dari orang-orang percaya akan begitu sedikit. Itu adalah, karena tak seorangpun dapat datang kepada Allah kecuali oleh suatu pernyataan yang luar biasa dari Roh. ... Itu memberikan penyebab mengapa disana hanya ada begitu sedikit yang percaya; dan itu adalah bahwa mereka tidak dapat mencapainya oleh kecerdasan dari pengertian mereka sendiri. ... Yesaya tidak mencakup semata-mata orang-orang dari jamannya, tetapi semua keturunan sampai akhir jaman; karena selama pemerintahan Kristus bertahan, ini harus digenapi; dan karena itu orang-orang percaya harus dibentengi oleh text ini terhadap skandal seperti itu. Kata-kata ini membantah ketidaktahuan / kebodohan dari mereka yang berpikir bahwa iman ada dalam kuasa dari setiap orang, karena pemberitaan itu bersifat umum bagi semua orang. Sekalipun adalah cukup jelas bahwa semua orang dipanggil pada keselamatan, tetapi sang Nabi menyatakan secara explicit bahwa suara luar itu tak ada gunanya, jika itu tidak disertai oleh suatu karunia khusus dari Roh. Dan dari mana muncul perbedaan itu, kecuali dari pemilihan rahasia dari Allah, penyebab mana tersembunyi dalam diriNya sendiri?].

E. J. Young (tentang Yes 53:1): “The ‘arm of the Lord’ is used by metonymy for the Lord’s strength. The revelation of the Lord’s strength and believing what we have proclaimed are two aspects of the same thing. The revelation of God’s arm upon a person is one of power (cf. Jer. 17:5), and hence to believe the report proclaimed is evidence that the Lord’s power has been manifested. It is the arm of the Lord that brought the nation out of Egypt (cf. 51:9–10; 63:12), and this arm of power enables a man to believe. The passage clearly teaches that faith is a gift of God and not a work of man’s unaided power. It also teaches that unless God manifests His power, men will not be converted. We must ever depend upon God to work that His kingdom may be extended.” [= ‘Lengan Tuhan’ digunakan sebagai kata yang lain untuk ‘kekuatan Tuhan’. ‘Wahyu dari kekuatan Tuhan’ dan ‘percaya pada apa yang telah kami beritakan’ adalah dua aspek dari hal yang sama. Wahyu dari lengan Allah pada seseorang adalah wahyu dari kuasa (bdk. Yer 17:5), dan karena itu mempercayai berita yang diberitakan adalah bukti bahwa kuasa Tuhan telah dinyatakan. Adalah lengan Tuhan yang membawa bangsa itu keluar dari Mesir (bdk. 51:9-10; 63:12), dan lengan dari kuasa ini memampukan seseorang untuk percaya. Text ini secara jelas mengajar bahwa iman adalah suatu karunia / pemberian dari Allah dan bukan suatu pekerjaan dari kuasa manusia tanpa pertolongan. Itu juga mengajar bahwa kecuali Allah menyatakan kuasaNya, manusia tidak akan dipertobatkan. Kita harus selalu bergantung kepada Allah untuk bekerja sehingga KerajaanNya bisa diperluas.].

Yer 17:5 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”.

KJV: ‘Thus saith the LORD; Cursed be the man that trusteth in man, and maketh flesh his arm, and whose heart departeth from the LORD.’ (= Demikianlah firman TUHAN; Terkutuklah orang yang percaya kepada manusia, dan membuat daging sebagai lengannya / kekuatannya, dan yang hatinya meninggalkan TUHAN).

Yes 51:9-10 - “(9) Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN! Terjagalah seperti pada zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan Rahab, yang menikam naga sampai mati? (10) Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang?”.

Yes 63:12 - “yang dengan tanganNya yang agung menyertai Musa di sebelah kanan; yang membelah air di depan mereka untuk membuat nama abadi bagiNya;”.

3) Hal-hal lain yang mendasari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini:

a) Kalau kasih karunia Allah itu bisa ditolak, tak ada gunanya kita berdoa kepada Allah supaya Ia mempertobatkan orang-orang yang belum percaya.

Loraine Boettner: “If God does not effectually call, we may imagine Him saying, ‘I will that all men should be saved; nevertheless, it must finally be, not as I will but as they will.’ He is then put into the same extremity with Darius who would gladly have saved Daniel, but could not (Dan. 6:14). ... Furthermore, if God actually stood powerless before the majesty of man’s lordly will, there would be but little use to pray for Him to convert any one. It would then be more reasonable for us to direct our petitions to the man himself” [= Jika Allah tidak memanggil secara efektif, kita bisa membayangkan Dia berkata: ‘Aku mau supaya semua manusia diselamatkan; tetapi, akhirnya adalah bukan seperti yang Kukehendaki, tetapi seperti yang mereka kehendaki’. Maka Ia dimasukkan ke dalam keadaan kebutuhan yang sangat yang sama seperti Darius, yang dengan senang hati ingin menyelamatkan Daniel tetapi tidak bisa (Dan 6:15). ... Lebih jauh lagi, jika Allah sungguh-sungguh berdiri tanpa daya di depan keagungan dari kehendak manusia yang mulia, di sana tidak ada gunanya untuk berdoa supaya Ia mempertobatkan siapapun. Akan lebih masuk akal bagi kita untuk mengarahkan permohonan kita kepada manusia itu sendiri]- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 171.

Dan 6:15 - “Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya.”.

b) Doktrin Arminianisme merupakan penyelamatan oleh diri sendiri!

Loraine Boettner: “The universalistic note is always prominent in the Arminian system. A typical example of this is seen in the assertion of Prof. Henry C. Sheldon, who for a number of years was connected with Boston University. Says he: - ‘Our contention is for the universality of the opportunity of salvation, as against an exclusive and unconditional choice of individuals to eternal life.’ Here we notice not only (1) the characteristic Arminian stress on universalism, but also (2) the recognition that, in the final analysis, all that God does for the salvation of men does not actually save anybody, but that it only opens up a way of salvation so that men can save themselves, ... Perhaps the strongest assertion of the Arminian construction is to be found in the creed of the Evangelical Union body, or so-called Morisonians, the very purpose of which was to protest against unconditional election. A summary of its ‘Three Universalities’ is found in the creed thus: ‘The love of God the Father, in the gift and sacrifice of Jesus to all men everywhere without distinction, exception, or respect of persons; the love of God the Son, in the gift and sacrifice of Himself as a true propitiation for the sins of the whole world; the love of God the Holy Spirit, in His personal and continuous work of applying to the souls of all men the provisions of divine grace.’ Certainly, if God loves all men alike, and if Christ died for all men alike, and the Holy Spirit applies the benefits of that redemption to all men alike, one of two conclusions follows. (1) All men alike are saved (which is contradicted by Scripture), or, (2) all that God does for man does not save him, but leaves him to save himself! What then becomes of our evangelicalism, which means that it is God alone who saves sinners? If we assert that after God has done all His work it is still left for man to ‘accept’ or ‘not resist,’ we give man veto power over the work of Almighty God and salvation rests ultimately in the hand of man. In this system no matter how great a proportion of the work of salvation God may do, man is ultimately the deciding factor. And the man who does come to salvation has some personal merit of his own; he has some grounds to boast over those who are lost. He can point the finger of scorn and say, ‘You had as good chance as I had. I accepted and you rejected the offer. Therefore you deserve to suffer.’ How different is this from Paul’s declaration that it is ‘not of works, that no man should glory,’ and ‘He that glorieth, let him glory in the Lord,’ Eph. 2:9; 1 Cor. 1:31. The tendency in all these universalistic systems in which man proudly seizes the helm and proclaims himself the master of his destiny is to reduce Christianity to a religion of works. ... ‘The issue,’ says Dr. Warfield, ‘is indeed a fundamental one and it is clearly drawn. Is it God the Lord who saves us, or is it we ourselves? And does God the Lord save us, or does He merely open up the way of salvation, and leave it, according to our choice, to walk in it or not? The parting of the ways is the old parting of the ways between Christianity and autosoterism. Certainly only he can claim to be evangelical who with full consciousness rests entirely and directly on God and on God alone for his salvation.’” [= Nada universal selalu menonjol dalam sistim Arminian. Suatu contoh yang khas tentang ini terlihat dalam penegasan dari Prof. Henry C. Sheldon, yang untuk bertahun-tahun berhubungan dengan Universitas Boston. Katanya: - ‘Pendirian kami adalah untuk keuniversalan dari kesempatan keselamatan, bertentangan dengan suatu pemilihan yang eksklusif dan tak bersyarat dari individu-individu kepada hidup yang kekal’. Di sini kami memperhatikan bukan hanya (1) ciri yang ditekankan Arminian pada keuniversalan, tetapi juga (2) pengenalan / pengakuan bahwa dalam analisa terakhir, semua yang Allah lakukan untuk keselamatan manusia tidak sungguh-sungguh menyelamatkan siapapun, tetapi bahwa itu hanya membuka suatu jalan keselamatan sehingga manusia bisa menyelamatkan diri mereka sendiri, ... Mungkin penegasan yang terkuat dari konstruksi Arminian didapatkan dalam credo dari tubuh Persatuan Injili, atau yang disebut Morisonians, yang tujuannya adalah memprotes terhadap pemilihan yang tak bersyarat. Suatu ringkasan dari ‘Tiga Keuniversalan’nya didapati dalam credo itu sebagai berikut: ‘Kasih Allah Bapa, dalam karunia dan korban Yesus bagi semua manusia dimana-mana tanpa pembedaan, perkecualian, atau sikap memandang muka; kasih dari Allah Anak, dalam karunia dan korban dari diriNya sendiri sebagai pendamaian yang sejati / benar untuk dosa-dosa dari seluruh dunia; kasih dari Allah Roh Kudus, dalam pekerjaan pribadi dan terus menerus dariNya dalam menerapkan persediaan dari kasih karunia ilahi kepada jiwa-jiwa dari semua manusia’. Pasti, jika Allah mengasihi semua manusia secara sama, dan jika Kristus mati untuk semua manusia secara sama, dan Roh Kudus menerapkan manfaat dari penebusan itu kepada semua manusia secara sama, satu dari dua kesimpulan ini mengikuti. (1) Semua manusia diselamatkan secara sama (yang ditentang oleh Kitab Suci), atau, (2) semua yang Allah lakukan untuk manusia tidak menyelamatkan dia, tetapi meninggalkan / membiarkan dia untuk menyelamatkan dirinya sendiri! Lalu apa jadinya dengan doktrin gereja kita yang injili, yang berarti bahwa adalah Allah saja yang menyelamatkan orang-orang berdosa? Jika kami / kita menegaskan bahwa setelah Allah telah melakukan semua pekerjaanNya, maka tetap tertinggal bagi manusia untuk ‘menerima’ atau ‘tidak menolak’, kami / kita memberi manusia kuasa memveto atas pekerjaan dari Allah Yang Mahakuasa dan keselamatan pada akhirnya terletak dalam tangan manusia. Dalam sistim ini tak peduli betapa besar bagian dari pekerjaan keselamatan yang Allah bisa lakukan, manusia pada akhirnya adalah faktor penentu. Dan manusia yang memang datang pada keselamatan mempunyai jasa pribadi tertentu dari dirinya sendiri; ia mempunyai dasar tertentu untuk bermegah / bangga atas mereka yang terhilang. Ia bisa menunjuk dengan jari pencemooh dan berkata, ‘Kamu mempunyai kesempatan yang baik sama seperti yang aku punyai. Aku menerima dan kamu menolak tawaran itu. Karena itu kamu layak untuk menderita’. Alangkah berbedanya ini dari pernyataan Paulus bahwa itu ‘bukanlah dari pekerjaan / perbuatan baik, supaya tak seorangpun bermegah’, dan ‘ia yang bermegah, hendaklah ia bermegah dalam Tuhan’, Ef 2:9; 1Kor 1:31. Kecenderungan dalam semua sistim-sistim universal ini dalam mana manusia dengan bangga memegang kemudi dan memproklamirkan dirinya sendiri sebagai tuan dari nasibnya berarti menurunkan kekristenan pada suatu agama dari perbuatan baik. ... ‘Persoalannya’, Kata Dr. Warfield, ‘memang merupakan suatu persoalan dasari dan itu digambarkan dengan jelas. Apakah Allah, sang Tuhan, yang menyelamatkan kita, atau apakah kita yang menyelamatkan diri kita sendiri? Dan apakah Allah, sang Tuhan, menyelamatkan kita, atau apakah Ia semata-mata membuka jalan keselamatan, dan meninggalkannya / membiarkannya, menurut pemilihan kita, untuk berjalan di dalamnya atau tidak? Perpisahan dari jalan-jalan ini adalah perpisahan yang kuno tentang jalan-jalan antara kekristenan dan penyelamatan diri sendiri. Pastilah hanya ia yang bisa mengclaim sebagai injili, yang dengan penuh kesadaran bersandar dengan sepenuhnya dan secara langsung kepada Allah dan hanya kepada Allah untuk keselamatannya’.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 174-176.

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

1Kor 1:31 - “Karena itu seperti ada tertulis: ‘Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.’”.

Contoh lain tentang ajaran Arminian yang dibicarakan oleh Loraine Boettner diatas adalah ajaran dari Adam Clarke.

Adam Clarke (tentang Kis 10:35): “Why was Cornelius accepted with God while thousands of his countrymen were passed by? Because he did not receive the grace of God in vain; he watched, fasted, prayed, and gave alms, which they did not. Had he not done so, would he have been accepted? Certainly not; because it would then appear that he had received the grace of God in vain, and had not been a worker together with him.” (= Mengapa Kornelius diterima oleh Allah sementara ribuan orang sebangsanya dilewati? Karena ia tidak menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia; ia berjaga-jaga, berpuasa, berdoa, dan memberi sedekah, yang mereka tidak lakukan. Seandainya ia tidak melakukan demikian, apakah ia akan diterima? Pasti tidak; karena kalau demikian maka akan kelihatan bahwa ia telah menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia, dan tidak menjadi seorang yang bekerja sama dengan Dia.).

Catatan: bagi saya, kata-kata Clarke ini sangat berbau keselamatan karena perbuatan baik!
III) Serangan terhadap doktrin Irresistible Grace dan jawabannya.

A) Doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini dianggap bertentangan dengan ‘Free Will’ (= Kehendak Bebas).

Steven Liauw: “Bisa-bisa saja bahwa Kalvinis tidak memakai istilah ‘memaksakan.’ Tetapi saya sudah beri dalam tanda kurung penjelasan lebih lanjut: ‘Memberi tanpa dapat ditolak.’ Asali mengakui dipakainya istilah irresistible grace. Bagi saya, irresistible dan ‘tidak dapat ditolak’ sudah sama dengan memaksa. Kalvinis mengatakan bahwa manusia menerima Kristus dengan senang hati karena dilahirbarukandulu oleh Tuhan. Tetapi kelahiran kembali itu kan juga kasih karunia. Jadi sebelum manusia itu lahir baru, dia berdosa, mati dalam dosa. Dalam kondisinya yang mati dalam dosa itu, apakah dia mau lahir baru? Kalvinis akan menjawab bahwa manusia yang mati dalam dosa, tidak mau lahir baru. Jadi, dalam Kalvinisme, manusia (yang selamat) dilahirbarukan tanpa pilihan, tanpa dapat menolak, dan bertentangan dengan keinginan dia (dia tidak mau lahir baru sebelum dilahirbarukan). Pembaca-lah yang dapat menilai, apakah ini tidak mirip dengan pemaksaan? Percuma untuk mengatakan bahwa setelah lahir baru dia akan menerima Kristus dengan rela hati, karena: 1. Dia tidak punya pilihan untuk mau lahir baru atau tidak (jadi kelahiran baru dipaksakan padanya). 2. kerelaan hatinya adalah sesuatu yang telah Tuhan tetapkan dan toh tidak mungkin dia lawan. Permasalahannya bukanlah apakah Kalvinis mau mengakui ini ‘memaksa’ atau tidak. Kalvinis boleh jadi tidak mau mengakui, tetapi saya menyimpulkan. Silakan publik yang menilai”. (graphe - Liauw4.doc).

Suhento Liauw: “Sama seperti Limited Atonement, Irresistible Grace adalah poin nalar lanjutan dari serangkaian nalar Calvin. Karena nalar mereka menyimpulkan bahwa Kristus hanya memilih sebagian orang sehingga Ia tidak mungkin menebus semua orang, maka penebusan Kristus sewajarnya bersifat terbatas dari situ terciptalah konsep Limited Atonement. Nalar lanjutannya, jika Kristus hanya memilihi sebagian kecil orang untuk masuk Sorga, dan hanya menebus mereka saja, maka orang yang terpilih serta yang tertebus tidak mungkin dapat menolak anugerah itu. Inilah dasar dari konsep Irresistible Grace. Bisakah disimpulkan bahwa sesungguhnya ada orang yang pada dasarnya tidak ada keinginan masuk Sorga namun apa boleh buat karena telah terpilih maka tidak dapat menolak sehingga terpaksa masuk Sorga? Sebaliknya ada orang yang sangat ingin masuk Sorga namun saying (sayang) sekali ia tidak terpilih dan akhirnya masuk neraka?Sebagian Calvinis mengiyakan dan sebagian membantah.”. (Graphe - Liauw - I.doc).

Catatan: kata-kata Steven Liauw dan Suhento Liauw di atas ini sudah saya kutip dan bahas di bagian awal tulisan ini, dan karena itu tak perlu saya ulang pembahasannya di sini.

JAWABAN DARI CALVINISME:

1) Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) tidak bertentangan dengan ‘Free Will’ (= Kehendak Bebas), karena menurut Calvinisme / Reformed orang itu tidak dipaksa.

Dalam Westminster Confession of Faith, pasal 10, no 1, bagian akhir, dikatakan: “they come most freely, being made will­ing by His grace” (= mereka datang dengan paling bebas, setelah dibuat menjadi mau oleh kasih karuniaNya).

R. C. Sproul: “Much confusion exists on this point. I remember the first lecture I ever heard from John Gerstner. It was on the subject of predestination. Shortly into his lecture Dr. Gerstner was interrupted by a student who was waving his hand in the air. Gerstner stopped and acknowledged the student. The student asked, ‘Dr. Gerstner, is it safe to assume that you are a Calvinist?’ Gerstner answered, ‘Yes,’ and resumed his lecture. A few moments later a gleam of recognition appeared in Gerstner’s eyes and he stopped speaking in mid-sentence and asked the student, ‘What is your definition of a Calvinist?’ The student replied, ‘A Calvinist is someone who believes that God forces some people to choose Christ and prevents other people from choosing Christ.’ Gerstner was horrified. He said, ‘If that is what a Calvinist is, then you can be sure that I am not a Calvinist.’ The student’s misconception of irresistible grace is widespread. I once heard the president of a Presbyterian seminary declare, ‘I am not a Calvinist because I do not believe that God brings some people, kicking and screaming against their wills, into the kingdom, while he excludes others from his kingdom who desperately want to be there.’ I was astonished when I heard these words. I did not think it possible that the president of a Presbyterian seminary could have such a gross misconception of his own church’s theology. He was reciting a caricature which was as far away from Calvinism as one could get. Calvinism does not teach and never has taught that God brings people kicking and screaming into the kingdom or has ever excluded anyone who wanted to be there. Remember that the cardinal point of the Reformed doctrine of predestination rests on the biblical teaching of man’s spiritual death. Natural man does not want Christ. He will only want Christ if God plants a desire for Christ in his heart. Once that desire is planted, those who come to Christ do not come kicking and screaming against their wills. They come because they want to come. They now desire Jesus. They rush to the Savior. The whole point of irresistible grace is that rebirth quickens someone to spiritual life in such a way that Jesus is now seen in his irresistible sweetness. Jesus is irresistible to those who have been made alive to the things of God. Every soul whose heart beats with the life of God within it longs for the living Christ. All whom the Father gives to Christ come to Christ (John 6:37).” [= Ada banyak kebingungan tentang pokok ini. Saya teringat pelajaran pertama yang pernah saya dengar dari John Gerstner. Itu adalah tentang pokok predestinasi. Begitu masuk ke dalam pelajarannya, Dr. Gerstner diinterupsi oleh seorang mahasiswa yang melambaikan tangannya di udara. Gerstner berhenti dan mengenali / menjawab mahasiswa itu. Mahasiswa itu bertanya, ‘Dr. Gerstner, apakah tepat untuk menganggap bahwa engkau adalah seorang Calvinist?’ Gerstner menjawab, ‘Ya’, dan melanjutkan pelajarannya. Beberapa saat kemudian sekilas perhatian tampak / muncul di mata Gerstner dan ia berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat dan bertanya kepada mahasiswa itu, ‘Apa definisimu tentang seorang Calvinist?’ Mahasiswa itu menjawab, ‘Seorang Calvinist adalah seseorang yang percaya bahwa Allah memaksa sebagian orang untuk memilih Kristus dan mencegah orang-orang lain dari memilih Kristus’. Gerstner terkejut. Ia berkata, ‘Jika itu adalah seorang Calvinist, maka engkau bisa yakin / pasti bahwa saya bukanlah seorang Calvinist’. Kesalah-mengertian mahasiswa itu tentang ‘kasih karunia yang tidak bisa ditolak’ tersebar luas. Saya pernah mendengar seorang presiden dari suatu seminari Presbyterian menyatakan, ‘Saya bukanlah seorang Calvinist karena saya tidak percaya bahwa Allah membawa sebagian orang, sambil menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka, ke dalam kerajaan, sementara / sedangkan Ia mengeluarkan orang-orang lain dari kerajaanNya, yang benar-benar ingin untuk berada di sana’. Saya heran pada waktu saya mendengar kata-kata ini. Saya menganggap mustahil bahwa presiden dari suatu seminari Presbyterian bisa mempunyai suatu kesalah-mengertian yang begitu besar tentang theologia gerejanya sendiri. Ia sedang mengutip suatu karikatur / penggambaran yang sengaja disalahkan, yang adalah sejauh mungkin dari Calvinisme yang bisa didapatkan seseorang. Calvinisme tidak mengajar dan tidak pernah mengajar bahwa Allah membawa orang-orang, yang sambil menendang-nendang dan menjerit-jerit, ke dalam kerajaan, atau pernah mengeluarkan siapapun yang ingin berada di sana. Ingat bahwa pokok utama dari doktrin Reformed tentang predestinasi bersandar / terletak pada ajaran Alkitabiah tentang kematian rohani manusia. Manusia alamiah tidak menghendaki Kristus. Ia hanya akan menghendaki Kristus jika Allah menanamkan suatu keinginan untuk Kristus dalam hatinya. Satu kali keinginan itu ditanamkan, mereka yang datang kepada Kristus tidak datang dengan menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka. Mereka datang karena mereka ingin / mau datang. Sekarang mereka menginginkan Yesus. Mereka lari dengan tergesa-gesa kepada sang Juruselamat. Seluruh pokok tentang kasih karunia yang tidak bisa ditolak adalah bahwa kelahiran kembali menghidupkan seseorang pada kehidupan rohani dengan cara sedemikian rupa sehingga sekarang Yesus terlihat dalam kemanisanNya yang tidak bisa ditolak. Yesus tidak bisa ditolak bagi mereka yang telah dibuat hidup bagi hal-hal dari Allah. Setiap jiwa yang hatinya berdenyut dengan kehidupan dari Allah di dalamnya, rindu akan Kristus yang hidup. Semua yang Bapa berikan kepada Kristus datang kepada Kristus (Yoh 6:37).] - ‘Chosen By God’, hal 121-123.

Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.”.

R. C. Sproul: “The position of Augustine, Martin Luther, John Calvin, and others is so often caricatured to mean that in God’s gracious election he brings people kicking and screaming against their wills into his kingdom. The Augustinian view is that God changes the recalcitrant and enslaved sinner’s will by the Spirit’s changing his internal bent, disposition, or inclination. Augustinians have spelled out this view so often and so clearly, it is amazing that the caricature is so often repeated.” [= Posisi dari Agustinus, Martin Luther, John Calvin, dan yang lain-lain, begitu sering dengan sengaja digambarkan secara salah sehingga berarti bahwa dalam pemilihan yang bersifat kasih karunia dari Allah, Ia membawa orang-orang yang menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka ke dalam kerajaanNya. Pandangan Augustinian adalah bahwa Allah mengubah kehendak yang keras kepala dan diperbudak dari orang berdosa oleh Roh yang mengubah kecenderungan atau kecondongan batinnya. Orang-orang Augustinian telah menunjukkan pandangan ini begitu sering dan dengan begitu jelas, dan adalah mengherankan bahwa karikatur / gambaran yang sengaja disalahkan ini begitu sering diulang.] - ‘Willing to Believe’, hal 94 (Libronix).

Loraine Boettner: “It is a common thing for opponents to represent this doctrine as implying that men are forced to believe and turn to God against their wills, or, that it reduces men to the level of machines in the matter of salvation. This is a misrepresentation. Calvinists hold no such opinion, and in fact the full statement of the doctrine excludes or contradicts it. The Westminster Confession, after stating that this efficacious grace which results in conversion is an exercise of omnipotence and cannot be defeated, adds, ‘Yet so as they come most freely, being made willing by His grace.’” (= Merupakan suatu hal yang umum bagi penentang-penentang untuk menggambarkan doktrin ini sebagai menunjukkan bahwa orang-orang dipaksa untuk percaya dan berbalik kepada Allah bertentangan dengan kehendak / kemauan mereka, atau, doktrin ini merendahkan manusia ke tingkat dari mesin dalam persoalan keselamatan. Ini adalah suatu penggambaran yang salah. Para Calvinist tidak mempercayai pandangan seperti itu, dan dalam faktanya pernyataan penuh dari doktrin itu membuang atau menentang pandangan itu. Pengakuan Westminster, setelah menyatakan bahwa kasih karunia yang mujarab / efektif ini yang menghasilkan pertobatan adalah suatu penggunaan dari kemahakuasaan dan tidak bisa dikalahkan, menambahkan, ‘Tetapi sedemikian rupa sehingga mereka datang dengan paling bebas, setelah dibuat menjadi mau oleh kasih karuniaNya’.) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 176.

Loraine Boettner: “The special grace which we refer to as efficacious is sometimes called irresistible grace. This latter term, however, is somewhat misleading since it does suggest that a certain overwhelming power is exerted upon the person, in consequence of which he is compelled to act contrary to his desires, whereas the meaning intended, as we have stated before, is that the elect are so influenced by divine power that their coming is an act of voluntary choice.” [= Kasih karunia khusus yang kami tunjukkan sebagai efektif / pasti berhasil, kadang-kadang disebut sebagai kasih karunia yang tidak bisa ditolak. Tetapi istilah yang terakhir ini agak menyesatkan, karena istilah itu menunjukkan secara tak langsung bahwa suatu kuasa tertentu yang sangat besar digunakan terhadap orang itu, dan sebagai akibatnya ia dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan keinginannya, sedangkan arti yang dimaksudkan, seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, adalah bahwa orang-orang pilihan begitu dipengaruhi oleh kuasa ilahi sehingga datangnya mereka (kepada Kristus)merupakan tindakan dari pilihan yang sukarela.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 178.

2) Harus diingat bahwa arti dari istilah ‘Free will’ (= Kehendak Bebas) dalam theologia Reformed berbeda dengan ‘Free will’ (= Kehendak Bebas) dalam kalangan Arminian.

a) Banyak orang Reformed yang tidak setuju dengan istilah free will ( = kehendak bebas). Mereka lebih memilih istilah ‘free agent’ (= agen bebas), karena yang bebas bukan kehendaknya, tetapi seluruh manusianya.

Perlu dicamkan bahwa istilah free will / kehendak bebas yang begitu populer itu, sebetulnya tidak pernah ada dalam Alkitab. Memang, kalau istilahnya tidak ada, tetapi ajarannya ada (seperti ‘Tritunggal’), maka tentu saja tak ada masalah. Tetapi apakah ajarannya ada? Kalau kita menanyai orang Arminian dimana ada ajaran tentang free will / kehendak bebas, maka biasanya ia menunjukkan ayat-ayat dimana ada orang-orang yang memilih, atau ada perintah dari Tuhan untuk memilih, atau ayat-ayat yang mengatakan ‘barangsiapa percaya’ dan seterusnya.

Misalnya:

Yos 24:14-15 - “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!’”.

Memang mereka disuruh memilih, tetapi dari mana terlihat kalau mereka bisa memilih yang baik dari diri mereka sendiri? Atau, dari mana bisa terlihat bahwa mereka punya free will / kehendak bebas untuk memilih yang baik dari diri mereka sendiri?

Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.

Memang ayat ini mengatakan ‘setiap orang’ (bahasa Inggris; ‘whosoever’ / barangsiapa), tetapi apakah setiap orang memang bisa memilih untuk percaya kepada Yesus dengan kekuatan dan kemauannya sendiri? Ayat ini tidak membicarakan hal itu. Ayat-ayat yang secara explicit membahas hal itu adalah ayat-ayat di bawah ini.

Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapatdatang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Jadi, sebetulnya, bukan hanya istilah free will / kehendak bebas itu tidak ada dalam Alkitab, tetapi bahkan ajarannya juga tidak ada.

Karena itu, jangan merasa aneh kalau Calvin dan para Calvinist tak senang dengan istilah itu.

Charles Haddon Spurgeon: “Any man who should deny that man is a free agent might well be thought unreasonable, but free-will is a different thing from free-agency. Luther denounces free-will when he said that ‘free-will is the name for nothing’; and President Edwards demolished the idea in his mastery treatise” (= Orang yang menyangkal bahwa manusia adalah agen bebas akan dianggap tidak masuk akal / tidak rasionil, tetapi kebebasan kehendak berbeda dengan tindakan bebas. Luther mencela kehendak bebas ketika ia berkata bahwa ‘kehendak bebas adalah nama untuk sesuatu yang tidak ada’; dan Presiden Edwards menghancurkan gagasan / idee ini dalam bukunya yang luar biasa) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.

Robert L. Dabney: “... I have not used the phrase ‘freedom of the will’. I exclude it, because persuaded that it is inaccurate, and that it has occasioned much confusion and error. Freedom is properly predicated of a person, not of a faculty. ... I have preferred therefore to use the phrase, at once popular and exact: ‘free agency’ and ‘free agent’” (= Saya tidak memakai ungkapan ‘kebebasan kehendak’. Saya meniadakannya karena diyakinkan bahwa itu adalah tidak tepat, dan bahwa itu menimbulkan banyak kebingungan dan kesalahan. Kebebasan secara tepat ditujukan kepada seseorang, bukan pada bagian dari jiwa / pikiran. ... Karena itu saya lebih menyukai untuk menggunakan ungkapan yang sekaligus populer dan tepat: ‘tindakan bebas’ dan ‘agen bebas’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 129.

Catatan:

1. Istilah ‘agent’ berarti ‘a person that performs actions or is able to do so’ (= seseorang yang melakukan tindakan-tindakan atau yang mampu melakukannya).

2. Istilah ‘agency’ berarti ‘action’ (= tindakan) atau ‘the business of a person’ (= kegiatan / kesibukan seseorang).

Ini diambil dari Webster’s New World Dictionary.

Tetapi karena istilah ‘free will’ sudah begitu populer, dan lebih-lebih dalam kalangan orang awam di Indonesia istilah kehendak bebas sangat populer sedangkan istilah ‘agen bebas’ dan ‘tindakan bebas’ tidak pernah terdengar, maka saya tetap menggunakan istilah free will / kehendak bebas. Tetapi tentu saja kita harus berhati-hati terhadap penyalah-gunaan atau arti yang salah dari istilah free will / kehendak bebas ini.

b) Arti yang salah dan benar dari free will ( = kehendak bebas).

1. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti bahwa manusia itu bebas secara mutlak.

Kalau kita meninjau doktrin Allah (theology), maka kita bisa melihat bahwa satu-satunya makhluk yang bebas mutlak adalah Allah, dan Allah menciptakan segala sesuatu dan membuat segala sesuatu tergantung kepada diriNya (Neh 9:6 Maz 94:17-19 Maz 104:27-30 Kis 17:28 1Tim 6:13 Ibr 1:3). Jadi jelas bahwa manusia tidak bebas secara mutlak, tetapi sebaliknya tergantung kepada Allah.

2. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti bahwa manusia selalu bisa / mampu melakukan apa yang ia kehendaki.

Ini berlaku dalam hal:

a. Biasa / jasmani. Misalnya manusia boleh saja ingin terbang, tetapi ia tidak bisa terbang.

b. Rohani. Orang berdosa di luar Kristus tidak bisa berbuat baik atau datang kepada Kristus dengan kekuatannya sendiri. Bahkan orang kristenpun sering menginginkan hal yang baik tetapi tidak mampu melakukannya.

Ro 7:18-23 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.”.

Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.

Jadi free will / kehendak bebas tidak berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan apa yang ia kehendaki.

3. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti pada saat manapun dalam kehidupannya, manusia itu betul-betul bisa memilih beberapa tindakan sesuai dengan kehendaknya sendiri.

Orang Reformed mempercayai bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Allah, dan pasti akan terjadi sesuai kehendak Allah. Karena itu adalah omong kosong kalau kita dalam hal ini beranggapan bahwa manusia betul-betul bisa memilih tindakan sesuai dengan kemauannya. Sebaliknya, ia pasti akan melakukan tindakan yang telah ditentukan oleh Allah.

Catatan: kalau mau mengetahui tentang penentuan mutlak dari Allah atas segala sesuatu, bacalah buku saya yang berjudul ‘Providence of God’.

4. Free will / kehendak bebas berarti: semua yang manusia lakukan, ia lakukan sesuai dengan ketetapan Tuhan, tetapi pada saat yang sama, ia tetap melakukan itu karena itu memang adalah kehendaknya / keputusannya. Ia tidak dipaksa oleh Allah untuk melakukan kehendak / ketetapan Allah tersebut. Ia akan secara sukarela melakukan ketetapan Allah tersebut.

R. L. Dabney: “We fully admit that where an agent is not free he is not morally responsible. A just God will never punish him for actions in which he is merely an instrument, impelled by the compulsion of external force or fate. But what is free-agency? ... Let every man’s consciousness and common sense tell him: I know that I am free whenever what I choose to do is the result of my own preference. I choose and act so as to please myself, then I am free. That is to say, our responsible volitions are the expression and the result of our own rational preference. When I am free and responsible it is because I choose and do the thing which I do, not compelled by some other agents, but in accordance with my own inward preference.” (= Kami sepenuhnya mengakui bahwa dimana seseorang yang melakukan suatu tindakan tidak bebas, ia tidak bertanggung jawab secara moral. Seorang Allah yang adil tidak akan pernah menghukumnya untuk tindakan-tindakan dalam mana ia semata-mata hanyalah alat, dipaksa oleh paksaan dari kekuatan luar atau takdir. Tetapi apakah tindakan bebas itu? ... Hendaklah hati nurani dan akal sehat dari setiap orang memberitahunya: Saya tahu bahwa saya bebas kapanpun apa yang saya pilih untuk lakukan adalah hasil dari pilihanku sendiri. Saya memilih dan bertindak sedemikian rupa sehingga menyenangkan diri saya sendiri, maka saya bebas. Artinya, kemauan-kemauan yang bertanggung jawab dari kita adalah ungkapan dan hasil dari pilihan rasionil kita sendiri. Pada waktu saya bebas dan bertanggung jawab itu adalah karena saya memilih dan melakukan hal yang saya lakukan, tidak dipaksa oleh agen-agen yang lain, tetapi sesuai dengan pilihan hatiku sendiri.)- ‘The Five Points of Calvinism’, hal 13-14 (Libronix).

Bahkan pada saat manusia itu ‘dipaksa’ untuk melakukan sesuatu, ia tetap melakukan sesuai keputusan / kehendaknya sendiri. Misalnya: seseorang ditodong dan dipaksa untuk menyerahkan uangnya. Ia bisa saja memutuskan untuk melawan, apapun resikonya. Tetapi setelah ia mempertimbangkan resiko kehilangan nyawa / terluka, maka ia mengambil keputusan untuk menyerahkan uangnya. Ini tetap adalah keputusan / kehendak bebasnya. Karena itu sebetulnya ungkapan bahasa Inggris ‘I did it against my will’ (= aku melakukan itu bertentangan kehendakku) adalah sesuatu yang salah.

Yang bisa terjadi adalah: sesuatu DILAKUKAN terhadap kita bertentangan dengan kehendak kita. Misalnya kita diikat lalu dibawa ke tempat yang tidak kita ingini. Tetapi ini bukan kita yang melakukan, dan tentu saja dalam hal seperti ini kita tidak bisa dianggap bertanggung jawab.

Jadi, kalau kita MELAKUKAN sesuatu, itu karena kita mau / menghendaki untuk melakukan hal itu.

John Owen: “... we do not absolutely oppose free-will, ... but only in that sense the Pelagians and Arminians do assert it” (= ... kami tidak secara mutlak menentang kehendak bebas, ... tetapi hanya dalam arti yang dinyatakan oleh orang-orang Pelagian dan Arminian) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 116.

c) Predestinasi tidak menghancurkan kebebasan manusia.

Sekalipun Calvinisme mempercayai kedaulatan Allah yang menentukan keselamatan seseorang dan bahkan juga menentukan segala sesuatu yang lain, tetapi Calvinisme tetap mempercayai kebebasan manusia. Mengapa? Karena dalam Kitab Suci kita melihat bahwa sekalipun segala sesuatu terjadi sesuai kehendak / rencana Allah, tetapi pada waktu manusianya melakukan hal itu, ia tidak dipaksa, tetapi melakukannya dengan sukarela.

Misalnya:

1. Pada waktu mengutus Musa kepada Firaun, Tuhan berkata bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun.

Kel 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Kel 7:3 - “Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.”.

Ini menunjukkan bahwa Tuhan sudah menentukan bahwa Firaun tidak akan melepaskan Israel. Tetapi pada waktu Musa sampai kepada Firaun, dikatakan bahwa ‘Firaunlah yang mengeraskan hatinya sendiri’.

Kel 7:22 - “Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkerasdan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.”.

Kel 8:15,19,32 - “(15) Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati, dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya - seperti yang telah difirmankan TUHAN. ... (19) Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: ‘Inilah tangan Allah.’ Tetapi hati Firaun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka - seperti yang telah difirmankan TUHAN. ... (32) Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Kel 9:34-35 - “(34) Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa hujan, hujan es dan guruh telah berhenti, maka teruslah ia berbuat dosa; ia tetap berkeras hati, baik ia maupun para pegawainya. (35) Berkeraslah hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi - seperti yang telah difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.”.

2. Hal yang sama terjadi pada waktu Firaun akhirnya memutuskan untuk mengejar Israel.

Kel 14:3-4 - “(3) Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. (4) Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaanKu, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.’ Lalu mereka berbuat demikian.”.

Kel 14:5 - “Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: ‘Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?’”.

3. Yudas mengkhianati / menyerahkan Yesus sesuai dengan ketetapan Allah.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

Tetapi pada waktu Yudas melakukan hal itu, ia betul-betul melakukannya dengan kehendaknya sendiri. Kita tidak melihat bahwa Allah memaksa dia untuk mengkhianati Yesus.

4. Orang-orang yang membunuh Yesus melakukan hal itu sesuai dengan apa yang sudah Allah tentukan dari semula.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

Tetapi pada waktu mereka melakukannya, mereka betul-betul bebas, dan melakukannya atas kehendak mereka sendiri.

3) Tambahan berkenaan dengan free will / kehendak bebas versi Arminian.

Point ini sebetulnya agak menyimpang, tetapi saya memang mau membahas free will secara lebih lengkap, untuk menunjukkan betapa konyolnya kepercayaan terhadap ‘dewa orang Arminian’ yang bernama free will ini!

a) Pada waktu Allah mencipta kita, apakah dia tanya / minta ijin kepada kita dalam hal:

1. Apakah kita mau dicipta?

2. Apakah kita mau dicipta sebagai manusia?

3. Apakah kita mau dicipta sebagai manusia seperti apa adanya kita sekarang ini, baik dalam bentuk badan, kebangsaan, jenis kelamin, kepandaian / IQ, bakat / karunia dan sebagainya?

Dia tak pernah menanyakan apapun tentang hal-hal itu, atau minta ijin tentang hal-hal itu! Dia mau mencipta kita jadi apa, itu haknya Dia! Ini berlaku juga untuk binatang-binatang dan para malaikat. Apakah ini melindas free will kita / semua makhluk ciptaan???

Calvin: “Let them answer why they are men rather than oxen or asses. Although it was in God’s power to make them dogs, he formed them to his own image” [= Biarlah mereka (orang-orang yang menolak Predestinasi) menjawab mengapa mereka adalah manusia dan bukannya sapi atau keledai. Sekalipun Allah berkuasa membuat mereka menjadi anjing, Ia membentuk mereka sesuai gambarNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 1.

Bdk. Ro 9:20-21 - “(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

Bdk. Yes 45:9-17 - “(9) Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah yang kaubuat?’ atau yang telah dibuatnya: ‘Engkau tidak punya tangan!’ (10) Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: ‘Apakah yang kauperanakkan?’ dan kepada ibunya: ‘Apakah yang kaulahirkan?’ (11) Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel: ‘Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu, atau memberi perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? (12) Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tanganKulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya. (13) Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kotaKu dan yang akan melepaskan orang-orangKu yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap,’ firman TUHAN semesta alam. (14) Beginilah firman TUHAN: ‘Hasil tanah dari Mesir dan segala laba dari Etiopia dan orang-orang Syeba, orang-orang yang tinggi perawakannya, akan pindah kepadamu dan menjadi kepunyaanmu, mereka akan berjalan di belakangmu dengan dirantai; mereka akan sujud kepadamu dan akan membujuk engkau, katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada Allah, dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak ada Allah! (15) Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat. (16) Tetapi tukang-tukang berhala harus mundur dengan penuh noda, semuanya akan mendapat malu dan kena noda juga. (17) Sedangkan Israel diselamatkan oleh TUHAN dengan keselamatan yang selama-lamanya; kamu tidak akan mendapat malu dan tidak akan kena noda sampai selamanya dan seterusnya.’”.

Tetapi bagaimana dengan text di bawah ini, yang kelihatannya bertentangan dengan 2 text di atas?

Yer 18:1-11 - “(1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) ‘Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataanKu kepadamu.’ (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (5) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) ‘Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel! (7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (9) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. (10) Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. (11) Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!”.

Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan:

1. Jelas bahwa yang cocok dengan Ro 9:20-21 adalah Yes 45:9-dst itu, bukan Yer 18:1-dst.

Calvin (tentang Ro 9:20): “But he represses this arrogance of contending with God by a most apt similitude, in which he seems to have alluded to Isaiah 45:9, rather than to Jeremiah 18:6; for nothing else is taught us by Jeremiah, than that Israel was in the hand of the Lord, so that he could for his sins wholly break him in pieces, as a potter the earthen vessel. But Isaiah ascends higher, ‘Woe to him,’ he says, ‘who speaks against his maker;’ that is, the pot that contends with the former of the clay; ‘shall the clay say to its former, what doest thou?’ etc. And surely there is no reason for a mortal man to think himself better than earthen vessel, when he compares himself with God.” (= Tetapi ia menekan kesombongan yang menentang / melawan Allah ini oleh suatu gambaran / perumpamaan yang paling cocok, dalam mana ia kelihatannya telah menyinggung Yes 45:9, dan bukannya Yer 18:6; dan tak ada yang lain yang diajarkan kepada kita oleh Yeremia, dari pada bahwa Israel ada dalam tangan Tuhan, sehingga karena dosa-dosanya Ia bisa menghancurkan mereka sepenuhnya, seperti seorang penjunan menghancurkan periuk tanah liat. Tetapi Yesaya naik lebih tinggi, ‘Celakalah ia’, katanya, ‘yang berbicara menentang / melawan Penciptanya’; yaitu, periuk yang menentang / melawan pembentuk tanah liat; ‘akankah tanah liat berkata kepada pembentuknya, apa yang engkau lakukan?’ dst. Dan pasti disana tidak ada alasan bagi manusia yang fana untuk memikirkan bahwa dirinya lebih tinggi dari periuk tanah liat, pada waktu ia membandingkan dirinya sendiri dengan Allah.).

2. Baik Ro 9:20-21 maupun Yes 45:9-dst memang bicara dari sudut pandang Allah, tentang kedaulatan Allah, yang berhak menjadikan manusia manapun menjadi bagaimanapun. Tetapi Yer 18:1-dst jelas berbicara dari sudut pandang manusia, sehingga seolah-olah Allah mengubah rencanaNya tentang seseorang / suatu bangsa sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang / bangsa itu. Perhatikan secara khusus kata-kata ‘maka menyesallah Aku’ dalam Yer 18:8,10! Ini jelas merupakan penyorotan dari sudut pandang manusia, karena dari sudut pandang Allah sendiri tidak mungkin Ia menyesal (1Sam 15:29).

Calvin (tentang Yer 18:7-10): “I have said that this part of the doctrine is more popular or comprehensive, for he refers to repentance. When Paul adduced this similitude, - that we are in the power of God as the clay is in the hand of the potter, he spoke not in so popular a manner: for he did not speak of repentance, but ascended higher and said, that before the world was created, it was in God’s power to determine what he pleased respecting every individual, and that we are now formed according to his will, so that he chooses one and rejects the other. Paul then did not refer to faithfulness nor to repentance, but spoke of the hidden purpose of God, by which he has predestinated some to salvation and some to destruction. (Romans 9:21.) Isaiah also seems to have had the same thing in view; for he says only, ‘Woe to them who rise up against their Maker.’ (Isaiah 45:9.) Cannot I determine, saith God, with regard to men, as the potter, who forms the clay as he pleases? We must then maintain this principle, - that men are thus formed according to God’s will, so that all must become mute; for uselessly do the reprobate make a clamor, object and say, ‘Why hast thou formed us thus?’ Has not the potter, says Paul, power, etc.? This is what must be said of God’s hidden predestination. But Jeremiah here accommodates his doctrine to the people, that he might shew, that God had by a gratuitous covenant chosen and adopted the seed of Abraham in such a way, that he could still repudiate the unworthy, even all those who despised so great a favor. We now see the various applications of this doctrine; God determined, before the creation of the world, what he pleased respecting each individual; but his counsel is hid, and to us incomprehensible. There is here a more familiar application made, - that, God at one time takes away his blessings, and that at another he raises men as it were from death, that he might set them on high, according as he pities those who truly and from the heart turn to him, or is offended with the ingratitude of such as reject his offered favors.” [= Aku telah berkata bahwa bagian doktrin ini lebih populer atau luas, karena ia menunjuk pada pertobatan. Pada waktu Paulus mengemukakan gambaran / perumpamaan ini, - bahwa kita ada dalam kuasa Allah seperti tanah liat ada dalam tangan dari penjunan, ia tidak berbicara dengan cara yang begitu populer: karena ia tidak berbicara tentang pertobatan, tetapi naik lebih tinggi dan berkata, bahwa sebelum dunia / alam semesta diciptakan, itu ada dalam tangan Allah untuk menentukan apa yang memperkenanNya berkenaan dengan setiap individu, dan bahwa kita sekarang dibentuk sesuai dengan kehendakNya, sehingga Ia memilih yang seorang dan menolak yang lain. Jadi, Paulus tidak menunjuk pada kesetiaan ataupun pada pertobatan, tetapi berbicara tentang rencana Allah yang tersembunyi, dengan mana Ia telah mempredestinasikan sebagian pada keselamatan dan sebagian pada kehancuran (Ro 9:21). Yesaya kelihatannya juga mempunyai hal yang sama dalam pandangannya; karena ia hanya berkata, ‘Celakalah mereka yang berbantah / menentang Pencipta mereka’ (Yes 45:9). Tidak bisakah Aku menentukan, kata Allah, berkenaan dengan manusia, seperti si penjunan, yang membentuk tanah liat seperti yang ia senangi? Jadi kita harus mempertahankan prinsip ini, - bahwa manusia dibentuk sedemikian rupa sesuai kehendak Allah, sehingga semua harus berdiam diri; karena secara sia-sia para reprobate / orang-orang yang ditentukan binasa membuat keributan, keberatan, dan berkata, ‘Mengapa Engkau telah membentuk aku seperti ini?’ Tidakkah sang penjunan, kata Paulus, mempunyai kuasa, dst.? Inilah yang harus dikatakan tentang predestinasi yang tersembunyi dari Allah. Tetapi Yeremia di sini menyesuaikan ajarannya dengan bangsa itu, supaya ia bisa menunjukkan, bahwa Allah, oleh perjanjianNya yang murah hati / bersifat kasih karunia, telah memilih dan mengadopsi benih Abraham dengan cara sedemikian rupa, sehingga Ia bisa tetap menolak untuk mengakui orang-orang yang tidak layak, yaitu mereka yang meremehkan kebaikan yang begitu besar. Sekarang kita melihat penerapan-penerapan yang bermacam-macam dari doktrin ini; Allah menentukan, sebelum penciptaan dunia, apa yang Ia perkenan berkenaan dengan setiap individu; tetapi rencanaNya tersembunyi, dan bagi kita tidak bisa dimengerti. Lalu di sini dibuat suatu penerapan yang lebih akrab, - bahwa, Allah pada satu waktu mengambil berkat-berkatNya, dan bahwa pada saat yang lain Ia membangkitkan orang-orang seakan-akan dari kematian, supaya Ia bisa meninggikan mereka, sesuai dengan bagaimana Ia mengasihani mereka yang sungguh-sungguh dan dari hati berbalik kepadaNya, atau bagaimana Ia tersinggung / marah dengan rasa tidak tahu terima kasih dari orang-orang yang menolak kebaikanNya yang Ia tawarkan.].

b) Arminian menganggap bahwa kalau orang berdosa tidak bisa berbuat baik ataupun percaya kepada Yesus, maka mereka juga tidak punya free will, dan kalau orang Kristen dijaga oleh Allah sehingga tidak bisa murtad, maka mereka juga tak punya free will / kehendak bebas.

Saya menjawab:

1. Setan tidak bisa berbuat baik, dan jelas juga tidak bisa beriman kepada Kristus. Apakah mereka juga tidak punya free will?

2. Malaikat-malaikat yang baik tidak bisa berbuat dosa ataupun murtad; apakah mereka juga tidak punya free will?

3. Yesus (sebagai manusia) juga tidak bisa berbuat dosa. Apakah Ia juga tidak punya free will?

4. Kalau orang-orang Kristen masuk surga maka kita tidak lagi bisa berbuat dosa, meninggalkan iman dan sebagainya. Apakah kita kehilangan free will?

5. Pada saat orang-orang yang tidak percaya masuk neraka apakah masih ada kesempatan untuk percaya kepada Yesus? Sudah jelas tidak. Kalau demikian, apakah mereka kehilangan free will?

6. Allah sendiri tidak bisa berbuat dosa. Apakah Ia tidak punya free will?

Ibr 6:18 - “supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita”.

2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.

R. L. Dabney: “Arminians urge always an objection drawn from their false philosophy. They say that if God’s grace in regeneration were efficient, certainly determining the convert’s will away from sin to gospel duty, it would destroy his free-agency. Then there would be no moral nor deserving quality in his subsequent evangelical obedience to please God, any more than in the natural color of his hair, which he could not help. My answer is, that their philosophy is false. The presence and operation of a right principle in a man, certainly determining him to right feelings and actions, does not infringe his free-agency but rather is essential to all right free-agency. My proofs are, that if this spurious philosophy were true, the saints and elect angels in heaven could not have any free-agency or praise-worthy character or conduct. For they are certainly and forever determined to holiness. The man Jesus could not have had any free-agency or merit, for his human will was absolutely determined to holiness. God himself could not have had any freedom or praiseworthy holiness. He least of all! for his will is eternally, unchangeably, and necessarily determined to absolute holiness. If there is anything approaching blasphemy in this, take notice, it is not mine. I put this kind of philosophy from me with abhorrence.” (= Orang-orang Arminian selalu mendesakkan suatu keberatan yang ditarik dari filsafat mereka yang salah. Mereka berkata bahwa jika kasih karunia Allah dalam kelahiran baru adalah efisien / pasti berhasil, dengan pasti menentukan kehendak si petobat menjauhi dosa kepada kewajiban injil, itu akan menghancurkan tindakan bebasnya. Maka disana tidak ada kwalitas moral atau bernilai dalam ketaatan injili setelahnya untuk menyenangkan Allah, sama seperti dalam warna alamiah dari rambutnya, yang tidak bisa ia apa-apakan. Jawaban saya adalah, filsafat mereka salah. Kehadiran dan operasi / pekerjaan dari suatu penyebab yang benar dalam seorang manusia, secara pasti menentukan dia kepada perasaan-perasaan dan tindakan-tindakan yang benar, tidak melanggar tindakan bebasnya tetapi merupakan sesuatu yang hakiki bagi semua tindakan bebas yang benar. Bukti-bukti saya adalah, bahwa seandainya filsafat yang palsu ini benar, maka orang-orang kudus dan malaikat-malaikat pilihan di surga tidak bisa mempunyai tindakan bebas atau karakter atau tingkah laku yang layak dipuji. Karena mereka secara pasti dan untuk selama-lamanya ditentukan pada kekudusan. Manusia Yesus tidak bisa mempunyai tindakan bebas atau jasa, karena kehendak manusiaNya ditentukan secara mutlak kepada kebenaran. Allah sendiri tidak bisa mempunyai kebebasan apapun atau kekudusan yang layak dipuji. Ia yang paling tidak bisa dari semua! karena kehendakNya secara kekal, secara tak bisa berubah, dan secara hakiki ditentukan kepada kekudusan yang mutlak. Jika disana ada apapun yang mendekati suatu penghujatan dalam hal ini, perhatikan, itu bukanlah pandangan saya. Saya mendorong / melemparkan jenis filsafat ini dari saya dengan kejijikan.) - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 76-77 (Libronix).

c) Arminianisme mengatakan bahwa doktrin Reformed tentang kelahiran baru / regeneration menunjukkan bahwa Allah melindas kehendak bebas kita, karena Ia tidak meminta ijin / persetujuan kita, apakah kita mau dilahir-barukan atau tidak.

Ada 2 jawaban yang bisa saya berikan tentang hal ini:

1. Arminianisme mempercayai ‘Prevenient Grace’ (= Kasih karunia yang mendahului), yang mereka percayai telah Allah berikan kepada semua orang tanpa kecuali sejak lahir. Ini menyebabkan semua orang yang sebetulnya ada dalam keadaan Total Depravity (= Kebejatan Total) menjadi bisa percaya kepada Yesus, asal mereka menggunakan kehendak bebas mereka dengan baik.

Kalau doktrin ini benar, apakah Allah meminta persetujuan dari semua orang itu apakah mau diberi Prevenient Grace atau tidak? Sudah jelas tidak! Kalau demikian, apa bedanya dengan Allah melahirbarukan tanpa minta persetujuan kita? Bukankah sama-sama ‘melindas free will’?

2. Apakah seorang dokter kalau menolong orang yang pingsan / koma, minta ijin dulu kepada orang itu, apakah ia mau ditolong atau tidak?

d) Apakah Lot yang dipaksa untuk keluar dari Sodom (Kej 19:16), Yunus yang dipaksa ke Niniwe (Yunus 1-3), dan Bileam yang dipaksa untuk memberkati Israel, punya free will?

Bil 22:35,38 - “(35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu. (38) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’”.

Bil 23:5,8,12,16,20,26 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ ... (8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? ... (12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’ ... (16) Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke dalam mulutnya, dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ ... (20) Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. ... (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”.

Bil 24:2,3,12,13 - “(2) Ketika Bileam memandang ke depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka, maka Roh Allah menghinggapi dia. (3) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; ... (12) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Bukankah telah kukatakan juga kepada utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: (13) Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, AKU TIDAK AKAN SANGGUP melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat ATAS KEMAUANKU SENDIRI; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”.

Ul 23:4-5 - “(4) karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau. (5) Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau.”.

Yos 24:9-10 - “(9) Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. (10) Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga iapun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya.”.

Neh 13:2 - “Karena mereka tidak menyongsong orang Israel dengan roti dan air, malah mengupah Bileam melawan orang Israel supaya dikutukinya. Tetapi Allah kami mengubah kutuk itu menjadi berkat.”.

Dari sederetan ayat-ayat tentang Bileam yang dipaksa memberkati oleh Tuhan ini, saya akan soroti satu ayat yang paling menyolok.

Bil 24:13 - “Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku TIDAK AKAN SANGGUP melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat ATAS KEMAUANKU SENDIRI; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”.

Kata ‘kemauan’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani LEB yang bisa diartikan ‘mind’ (= pikiran) atau ‘will’ (= kehendak) - Bible Works 7.

Perhatikan juga kata-kata ‘tidak akan sanggup’! Bileam menyatakan bahwa ia tidak akan sanggup berbuat baik dan jahat atas kemauannya sendiri. Ia hanya bisa mentaati Tuhan (dengan terpaksa!).

Pulpit Commentary (tentang Bil 23:20): “‘I have received commandment to bless.’ The word ‘commandment’ is not wanted here. Balaam had received, not instructions, but an inward revelation of the Divine will which he could not contravene.” [= ‘Aku telah menerima perintah untuk memberkati’. Kata ‘perintah’ tidak dibutuhkan di sini (kata itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya). Bileam telah menerima, bukan instruksi / perintah, tetapi suatu wahyu di dalam dari kehendak Ilahi yang tidak bisa ia tentang.].

Matthew Henry (tentang Bil 23:8): “he owns the design defeated, and his own inability to accomplish it. He could not so much as give them an ill word or an ill wish: How shall I curse those whom God has not cursed? v. 8. Not that therefore he would not do it, but therefore he could not do it.” (= ia mengakui rancangannya dikalahkan, dan ketidak-mampuannya sendiri untuk mencapainya. Ia tidak bisa memberi mereka (Israel) suatu kata yang buruk atau suatu keinginan / harapan yang buruk: ‘Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah?’ ay 8. Bukan bahwa karena itu ia TIDAK MAU melakukannya, tetapi karena itu ia TIDAK BISAmelakukannya.).

Matthew Henry (tentang Bil 23:8): “It is a confession of the sovereignty and dominion of the divine power. He owns that he could do no more than God would suffer him to do, for God could overrule all his purposes, and turn his counsels headlong” (= Itu merupakan suatu pengakuan tentang kedaulatan dan penguasaan dari kuasa ilahi. Ia mengakui bahwa ia TIDAK BISA melakukan lebih dari yang Allah ijinkan ia lakukan, karena Allah bisa mengesampingkan semua tujuannya, dan membalikkan rencananya dengan cepat).

Barnes’ Notes (tentang Bil 23:20): “‘I have received commandment to bless.’ literally, ‘I have received to bless.’ The reason of his blessing lay in the augury which he acknowledged, and in the divine overruling impulse which he could not resist, not in any ‘commandment’ in words” (= ‘Aku mendapat perintah untuk memberkati’. Secara hurufiah, ‘Aku mendapat untuk memberkati’. Alasan dari berkatnya terletak dalam nubuat yang ia akui, dan dalam dorongan pengesampingan ilahi yang tidak bisa ia tolak, bukan dalam ‘perintah’ dengan kata-kata).

Pulpit Commentary (tentang Bil 23): “God, who opened the mouth of an ass and made it utter human speech, now opens the mouth of one whose heart was ready to deceive and curse, and makes that mouth to utter truth and blessing” (= Allah, yang membuka mulut dari seekor keledai dan membuatnya mengucapkan ucapan manusia, sekarang membuka mulut dari orang yang hatinya siap untuk menipu dan mengutuk, dan membuat mulut itu mengucapkan kebenaran dan berkat) - hal 326.

Dimana kehendak bebas Bileam? Bukankah ia tidak lebih bebas dari keledainya? Silahkan orang-orang yang menyembah ‘dewa’ yang bernama ‘free will’ (= kehendak bebas) ini menjawab pertanyaan ini!

e) Arminianisme tidak percaya manusia diperbudak oleh dosa / setan, karena hal itu dianggap bertentangan dengan free will. Lalu bagaimana dengan ayat-ayat ini?

Yak 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”.

Yak 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.”.

Yoh 8:31-36 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ (33) Jawab mereka: ‘Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalahhamba dosa. (35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”.

Gal 5:1 - “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”.

Ro 6:18 - “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.”.

Ro 6:22 - “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”.

Ro 8:2 - “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.”.

Kalau manusia berdosa memang tidak diperbudak oleh dosa / setan, lalu dimerdekakan dari apa?

B) Doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini dianggap bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bisa menolak kasih karunia Allah itu.

a) Luk 7:30 - “Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak maudibaptis oleh Yohanes.”.

Adam Clarke: “‘Rejected the counsel of God.’ Or, frustrated the will of God. ... The will of God was that all the inhabitants of Judea should repent at the preaching of John, be baptized, and believe in Christ Jesus. Now as they did not repent, &c., at John’s preaching, so they did not believe his testimony concerning Christ: thus the will, gracious counsel, or design of God, relative to their salvation, was annulled or frustrated” (= ‘Menolak maksud / rencana Allah’. Atau, ‘menggagalkan kehendak Allah’. ... Kehendak Allah adalah bahwa semua penduduk Yudea bertobat oleh pemberitaan / khotbah Yohanes, dibaptiskan, dan percaya kepada Kristus Yesus. Sekarang, karena mereka tidak bertobat dsb, oleh khotbah Yohanes, demikian juga mereka tidak percaya pada kesaksiannya mengenai Kristus: maka kehendak, maksud / rencana yang penuh kasih karunia, atau rancangan dari Allah, berhubungan dengan keselamatan mereka, dibatalkan atau digagalkan) - hal 413.

Lenski: “Their leaders, ... refused John’s baptism and thus from the start ‘nullified’ (ἀθετέω), made void the counsel of God for themselves. This counsel (βουλή) is what the will of God fixed and planned; it was exhibited in John and in his work.” [= Pemimpin-pemimpin mereka, ... menolak baptisan Yohanes dan dengan demikian dari permulaan ‘menghapuskan’ (ATHETEO), membatalkan rencana Allah bagi diri mereka sendiri. Rencana ini (BOULE) adalah apa yang kehendak Allah tentukan dan rencanakan; itu ditunjukkan dalam Yohanes dan dalam pekerjaannya.].

Catatan: saya tak tahu kata ‘nya’ (his) yang terakhir itu menunjuk kepada Allah atau kepada Yohanes Pembaptis.

Jadi, jelaslah bahwa kedua penafsir Arminian ini menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa kehendak / rencana Allah digagalkan oleh orang-orang itu.

Luk 7:30 - ‘menolak maksud Allah terhadap diri mereka’.

KJV: ‘rejected the counsel of God against themselves’ (= menolak rencana Allah terhadap / menentang mereka sendiri).

NIV: ‘rejected God’s purpose for themselves’ (= menolak rencana Allah untuk / bagi mereka sendiri).

Mari kita menyoroti kata ‘maksud’ [Inggris: ‘counsel’ (= rencana); Yunani: BOULE].

Ada yang mengatakan bahwa kata Yunani BOULE menunjuk pada rencana kekal dari Allah, sedangkan kata Yunani THELEMA menunjuk pada perintah Allah. Dengan demikian Luk 7:30, yang menggunakan kata Yunani BOULE, menunjukkan bahwa rencana kekal dari Allah itu bisa digagalkan oleh kehendak bebas dari manusia.

Ada 2 hal yang saya berikan sebagai tanggapan:

1. Mengatakan bahwa manusia bisa menggagalkan rencana Allah bertentangan dengan banyak ajaran Alkitab, yang menyatakan rencana Allah tidak bisa gagal.

· Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.”.

· Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.

· Yes 14:24,26-27 - “(14) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

· Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab DENGAN KESETIAAN YANG TEGUH Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.

· Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu.”.

· Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?”.

· Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.”.

· Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.

Memang, baik dari sudut logika, maupun dari sudut Alkitab, jelas bahwa adanya kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah menyebabkan rencana Allah tidak mungkin bisa gagal / digagalkan oleh siapapun / apapun juga.

2. Setelah saya memeriksa penggunaan kata BOULE dan THELEMA dalam seluruh Kitab Suci, saya yakin bahwa pembedaan seperti ini tidak bisa dipertanggung-jawabkan, karena:

a. Kata Yunani THELEMA memang sering digunakan untuk menunjuk pada perintah Allah, seperti misalnya dalam Mat 7:21 dan Luk 12:47.

Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.”.

Luk 12:47 - “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.”.

Tetapi kata ini juga sangat sering digunakan untuk menunjuk pada rencana kekal dari Allah, yaitu dalam:

Mat 6:10 - “datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.”.

Mat 26:42 - “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’”.

Kis 21:14 - “Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan!’”.

Ro 1:10 - “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.”.

Ro 15:32 - “agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu.”.

1Kor 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita,”.

2Kor 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya.”.

Gal 1:4 - “yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.”.

Ef 1:1,5 - “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. ... (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”.

Kol 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita,”.

2Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,”.

1Pet 3:17 - “Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.”.

1Pet 4:19 - “Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.”.

1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.

Kata ‘kehendak’ dalam ayat-ayat di atas ini menggunakan kata THELEMA, padahal ini pasti menunjuk pada rencana kekal dari Allah.

b. Kata Yunani BOULE dalam ayat-ayat tertentu memang menunjuk pada rencana kekal dari Allah, seperti misalnya dalam Kis 2:23 dan Kis 4:28.

Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.

Kis 4:28 - “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

Tetapi kata itu juga pernah digunakan untuk menunjuk pada perintah Allah, yaitu dalam Kis 13:36 dan Kis 20:27.

Kis 13:36 - “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan.”.

Jelas bahwa kata ‘kehendak’ di sini tidak mungkin menunjuk pada rencana Allah, karena Daud tidak tahu rencana Allah itu. Ini pasti menunjuk pada perintah-perintah Allah, dan menunjukkan Daud sebagai orang yang taat kepada Tuhan.

Kis 20:27 - “Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.”.

Kata ‘maksud’ di sini menggunakan kata BOULE, dan tidak mungkin kata ini menunjuk pada rencana kekal dari Allah, karena Paulus tidak mungkin bisa memberitakan seluruh rencana kekal dari Allah, yang tidak dia ketahui. Yang dimaksud pasti adalah perintah / ajaran dari Allah.

c. Sesuatu yang menarik terjadi dalam Ef 1:11 - “Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya -”.

KJV: ‘who worketh all things after the counsel of his own will’ (= yang mengerjakan segala sesuatu menurut rencana dari kehendakNya sendiri).

Untuk kata ‘counsel’ digunakan kata BOULE, sedangkan untuk kata ‘will’ digunakan kata THELEMA.

3. Komentar-komentar dari beberapa penafsir.

Norval Geldenhuys / NICNT (tentang Luk 7:30): “Here boulh (BOULE) does not refer to the eternal decree of God (Eph. 1:1), which cannot be broken or put aside by the creature, but to God’s dispensing of salvation as it is revealed in John’s mission and work’.” [= Di sini BOULE tidak menunjuk pada ketetapan kekal dari Allah (Ef 1:1), yang tidak bisa dihancurkan atau disingkirkan oleh makhluk ciptaan, tetapi pada penyaluran / pembagian keselamatan sebagaimana dinyatakan dalam misi dan pekerjaan Yohanes’.] - hal 230.

Robert L. Dabney: “When it is said that the Pharisees rejected the counsel of God concerning themselves, the word ‘counsel’ means but ‘precept.’” (= Ketika dikatakan bahwa orang-orang Farisi menolak maksud / rencana Allah mengenai diri mereka sendiri, kata ‘maksud / rencana’ hanya berarti ‘perintah / ajaran’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 222.

Barnes’ Notes ( tentang Luk 7:30): “‘The counsel of God.’ The counsel of God toward them was the solemn admonition by John to ‘repent’ and be baptized, and be prepared to receive the Messiah. This was the command or revealed will of God in relation to them. When it is said that they ‘rejected’ the counsel of God, it does not mean that they could frustrate his purposes, but merely that they violated his commands. Men cannot frustrate the ‘real’ purposes of God, but they can contemn his messages, they can violate his commands, and thus they can reject the counsel which he gives them, and treat with contempt the desire which he manifests for their welfare” (= ‘Rencana Allah’. Rencana Allah terhadap mereka adalah nasehat khidmat oleh Yohanes untuk bertobat dan dibaptis, dan dipersiapkan untuk menerima sang Mesias. Ini adalah perintah dan kehendak yang dinyatakan dari Allah berkenaan dengan mereka. Pada waktu dikatakan bahwa mereka ‘menolak’ rencana Allah, itu tidak berarti bahwa mereka bisa menggagalkan rencanaNya, tetapi semata-mata bahwa mereka melanggar perintah-perintahNya. Manusia tidak bisa menggagalkan rencana yang sungguh-sungguh dari Allah, tetapi mereka bisa meremehkan berita-beritaNya, mereka bisa melanggar perintah-perintahNya, dan dengan demikian mereka bisa menolak rencana yang Ia berikan kepada mereka, dan memperlakukan dengan jijik keinginan yang Ia nyatakan bagi kesejahteraan mereka).

William Hendriksen: “Probable meaning in the light of the context: Jesus has shown that John was great indeed (verse 28). As God’s voice to the people he had pressed upon them these divine requirements: they must turn from their evil ways and bear good fruit.” [= Arti yang memungkinkan dalam terang dari kontext: Yesus telah menunjukkan bahwa Yohanes memang orang besar (ay 28). Sebagai suara Allah kepada bangsa itu ia telah menekankan kepada mereka tuntutan-tuntutan ilahi ini: mereka harus berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat dan menghasilkan buah yang baik.].

b) Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.

Ayat ini sangat banyak digunakan oleh orang-orang Arminian / non Reformed untuk menekankan free will, dan juga untuk menentang doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini.

Adam Clarke (tentang Mat 23:37): “1. It is evident that our blessed Lord seriously and earnestly wished the salvation of the Jews. 2. That he did everything that could be done, consistently with his own perfections, and the liberty of his creatures, to effect this. 3. That his tears over the city, Luke 19:41, sufficiently evince his sincerity. 4. That these persons nevertheless perished. And 5. That the reason was, they would not be gathered together under his protection: therefore wrath, i.e. punishment, came upon them to the uttermost. From this it is evident that there have been persons whom Christ wished to save, and bled to save, who notwithstanding perished, because they would not come unto him, John 5:40” (= 1. Adalah jelas bahwa Tuhan kita yang terpuji secara serius dan sungguh-sungguh menginginkan keselamatan dari orang-orang Yahudi. 2. Bahwa Ia melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan, dengan / secara konsisten dengan kesempurnaanNya sendiri, dan kebebasan dari makhluk-makhlukNya, untuk menghasilkan hal ini. 3. Bahwa air mataNya atas / karena kota itu, Luk 19:41, secara cukup menunjukkan dengan jelas ketulusan / kesungguhanNya. 4. Bahwa meskipun demikian orang-orang ini binasa. Dan 5. Bahwa alasannya adalah, mereka tidak mau dikumpulkan bersama-sama di bawah perlindunganNya: karena itu murka, yaitu hukuman, datang kepada mereka sampai sepenuhnya. Dari ini adalah jelas bahwa disana ada orang-orang yang Kristus ingin untuk selamatkan, dan berkorban / mencurahkan darah untuk menyelamatkan, tetapi yang bagaimanapun juga binasa, karena mereka tidak mau datang kepadaNya, Yoh 5:40).

Luk 19:41 - “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,”.

Yoh 5:39-40 - “(39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.”.

Kata ‘olehNya’ merupakan terjemahan yang salah.

KJV/RSV/NASB: ‘in them’ (= dalam mereka).

NIV: ‘by them’ (= oleh mereka).

Catatan: kepercayaan Arminian bahwa Tuhan sungguh-sungguh ingin menyelamatkan semua orang, dan melakukan apa yang bisa Ia lakukan untuk mencapai hal itu, tetapi toh akhirnya orang-orang itu binasa, menurut saya berbau penghujatan, karena menunjukkan ‘ketidak-mampuan’ Allah! Juga pandangan ini tak bisa menjawab pertanyaan ini: ‘Kalau memang pandangan itu benar, mengapa ada banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil?’.

Lenski: “the very ones whom Jesus willed to gather refused to be gathered: rulers and people alike. ... John describes Jesus’ ministry in the capital at length, but all of Jesus’ ministry to the Jews is here included: ‘thy children,’ the nation. One of the inexplicable features of divine love is the fact that, in spite of the infallible foreknowledge that all will be in vain, its call and its effort to save never cease until the very end. Judas is another example. Such knowledge would either stop us at once or make our efforts a mere pretense. So far is God above us in this respect that our minds cannot follow his ways.” (= orang-orang yang Yesus mau kumpulkan menolak untuk dikumpulkan: pemimpin-pemimpin dan orang-orang sama saja. ... Yohanes akhirnya menggambarkan pelayanan Yesus di ibu kota, tetapi semua pelayanan Yesus kepada orang-orang Yahudi dicakup di sini: ‘anak-anakmu’, bangsa itu. Salah satu dari hal menonjol yang tidak bisa dijelaskan tentang kasih ilahi adalah fakta bahwa, sekalipun ada pra-pengetahuan yang tidak bisa salah bahwa semua akan sia-sia, panggilan dan usaha dari kasih ilahi untuk menyelamatkan tak pernah berhenti sampai akhir. Yudas adalah contoh yang lain. Pengetahuan seperti itu atau akan menghentikan kita dengan segera atau membuat usaha-usaha kita semata-mata suatu kepura-puraan. Begitu jauh Allah itu ada di atas kita dalam hal ini sehingga pikiran kita tidak bisa mengikuti jalan-jalanNya.).

Komentar saya:

1. Lagi-lagi, bagaimana kata-kata Lenski ini bisa sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang yang sampai mati tidak mendengar Injil?

2. Sekalipun saya percaya bahwa ada hal-hal berkenaan dengan Allah dan rencanaNya yang tidak bisa dijelaskan, tetapi tentang hal yang sedang dibicarakan ini, saya tidak percaya bahwa itu termasuk dalam golongan yang tidak bisa dijelaskan. Lalu mengapa Lenski mengatakan ‘tidak bisa dijelaskan’? Karena dia mengikuti pandangan yang salah! Pandangan salah itu menyebabkan munculnya suatu kontradiksi, yang ia usahakan untuk tutup-tutupi dengan kata-kata ‘tidak bisa dijelaskan’.

Lenski: “The verb ἠθέλησα denotes the gracious, saving will of Jesus. It is the so-called antecedent will which takes into account only our lost condition from which it works to deliver us and not our reaction to this will. The will which deals with this reaction is always the subsequent will, and for the obdurate this will is judgment. Determinism and other confusions result when this distinction is ignored. The gracious antecedent will and its call to grace is equal for all. To make it serious and real only in the case of one class of men and only a pretense in the case of another class, is to attribute duplicity to God, against which all Scripture cries out, Rom. 11:32. ... Who dares to say that Jesus willed to save even the Sanhedrists less than he willed to save the Twelve; or Judas less than Peter?” [= Kata kerja ἠθέλησα / ETHELESA (= ingin / rindu) menunjuk pada kehendak Yesus yang murah hati / bersifat kasih karunia dan menyelamatkan. Adalah apa yang disebut ‘kehendak yang mendahului’ yang mengingat hanya akan kondisi terhilang kita dari mana itu bekerja untuk membebaskan kita dan tidak mengingat akan reaksi kita terhadap kehendak ini. Kehendak yang menangani reaksi ini selalu adalah kehendak yang berikut / sesudahnya, dan bagi orang-orang yang keras kepala kehendak ini adalah penghakiman. Determinisme dan kebingungan-kebingungan yang lain dihasilkan pada waktu pembedaan ini diabaikan. Kehendak yang mendahului yang murah hati dan panggilannya kepada kasih karunia adalah sama / setara bagi semua orang. Membuatnya serius dan sungguh-sungguh hanya dalam kasus dari satu golongan manusia, dan hanya merupakan suatu kepura-puraan dalam kasus dari golongan yang lain, sama dengan menghubungkan sikap bermuka dua kepada Allah, terhadap / menentang hal mana seluruh Kitab Suci berteriak, Ro 11:32. ... Siapa berani mengatakan bahwa Yesus ingin menyelamatkan bahkan para Sanhedrin kurang dari Ia ingin menyelamatkan 12 Rasul; atau Yudas kurang dari Petrus?].

Ro 11:32 - “Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya ATAS MEREKA SEMUA.”.

Catatan: Determinisme secara kasar bisa disamakan dengan doktrin Predestinasi.

Tanggapan saya:

1. Lenski menganggap ada dua kehendak, ‘kehendak yang mendahului’ yang ingin menyelamatkan, dan ‘kehendak yang berikutnya / sesudahnya’yang merupakan penghakiman terhadap orang-orang yang keras kepala. Ini menunjukkan adanya perubahan rencana dalam diri Allah, dan ini bertentangan dengan banyak ayat di bawah ini:

2Raja 19:25 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari, dan telah merancangnya pada zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu.”.

Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’.”.

Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.

Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab DENGAN KESETIAAN YANG TEGUH Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.”.

Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.

Yes 46:10 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan SEGALA kehendakKu akan Kulaksanakan,”.

Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.

2. Tentang kata-kata Lenski bahwa panggilan Allah setara bagi semua orang, lagi-lagi saya tekankan, bagaimana mungkin ini sesuai dengan fakta bahwa ada banyak orang mati tanpa pernah mendengar Injil?

3. Lenski menggunakan Ro 11:32 tanpa memperhatikan kontext dari ayat itu, yang menunjukkan bahwa Allah sengaja mengeraskan hati orang-orang Yahudi, sehingga mereka menolak Kristus, dan lalu Allah bisa mengalihkan Injil kepada orang-orang non Yahudi.

Ro 11:7-8,11,15,25,30 - “(7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, (8) seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’ ... (11) Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. ... (15) Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? ... (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. ... (30) Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,”.

Jadi, apa arti dari Ro 11:32?

Ro 11:32 - “Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahanNya ATAS MEREKA SEMUA.”.

Kata-kata ‘mereka semua’, dilihat dari kontextnya, tidak mungkin menunjuk kepada semua orang tanpa kecuali, tetapi menunjuk kepada ‘semua orang-orang pilihan’!

4. Tentang kalimat terakhir, saya tanggapi dengan mengatakan bahwa saya bukan hanya berani mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A lebih dari si B, tetapi saya bahkan berani mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan si A dan sama sekali tidak ingin menyelamatkan si B.

Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya (Dia yang memanggil) - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.

Bagaimana text seperti ini bisa diartikan bahwa Allah ingin menyelamatkan Esau sama seperti Ia ingin menyelamatkan Yakub? Yang benar adalah: Ia merencanakan untuk menyelamatkan Yakub, tetapi tidak Esau!

Bandingkan dengan Yoh 17:9,20 yang menunjukkan bahwa Yesus hanya berdoa untuk orang-orang yang sudah percaya dan orang-orang yang akan percaya. Jadi Ia berdoa untuk orang-orang pilihan, BUKAN UNTUK DUNIA!

Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.

Lenski: “So this nation belonged to Jesus, and as his very own he willed to gather it together. ... Nothing is more tragic than the outcome of this gracious will of Jesus: ‘and you did not will.’ As so often, the adversative idea is added with a telling copulative καί. ... The sentence ought to close: ‘and you willed’; but now it closed: ‘and you willed NOT!’ Only this, nothing more, is said. No qualification, no modifiers, no explanations, no additions. The one fatal thing is: ‘you did not will.’ Despite its brevity this expression includes many facts. Grace is not irresistible; every case of resistance proves this, notably this glaring case of the Jews. Damnation results from man’s own will which becomes permanent, obdurate, unaccountable resistance against God’s will of grace. The more God draws the will with the power of grace, the more this will rejects God UNTIL GRACE CAN DO NO MORE.” (= Maka bangsa ini adalah milik Yesus, dan sebagai milikNya, Ia ingin mengumpulkannya bersama-sama. ... Tak ada yang lebih tragis dari pada hasil dari kehendak yang murah hati dari Yesus: ‘Dan kamu tidak mau’. Seperti begitu sering, gagasan yang berlawanan ditambahkan dengan kata penghubung yang berpengaruh, KAI. ... Kalimat itu seharusnya ditutup dengan ‘dan kamu mau’; tetapi sekarang itu ditutup dengan ‘dan kamu TIDAK mau!’ Hanya ini, tak ada lain, yang dikatakan. Tak ada kwalifikasi / syarat / pembatasan, tak ada pemodifikasi, tak ada penjelasan, tak ada tambahan. Satu hal yang fatal adalah: ‘kamu tidak mau’. Sekalipun singkat, ungkapan ini mencakup banyak fakta. Kasih karunia bukannya tidak bisa ditolak; setiap kasus dari penolakan membuktikan ini, khususnya kasus yang menyolok dari orang-orang Yahudi ini. Penghukuman muncul dari kehendak manusia sendiri yang menjadi penolakan yang permanen, keras kepala, tak bisa dipertanggung-jawabkan terhadap / menentang kehendak dari kasih karunia Allah. Makin Allah menarik kehendak itu dengan kuasa dari kasih karunia, makin kehendak ini menolak Allah SAMPAI KASIH KARUNIA TIDAK BISA MELAKUKAN APA-APA LAGI.).

Tanggapan saya:

1. Lenski terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa ayat ini membicarakan kehendak / rencana Allah. Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa Yesus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusiawi. Ini bisa saja hanya menunjuk pada kehendak manusiawiNya. Kedua, penggunaan kata ‘kehendak’ untuk Allah, bisa mempunyai 3 arti, yaitu:

a. Rencana Allah. Ini tak bisa gagal.

b. Keinginan / kesenangan Allah. Ini bisa gagal.

c. Perintah / larangan Allah. Ini bisa gagal / dilanggar oleh manusia.

2. Kata-kata bagian akhir dari kutipan dari Lenski di atas, betul-betul konyol, karena menunjukkan bahwa Allahnya frustrasi, karena Ia mau memberikan kasih karunia, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi menghadapi kekuatan dari free will manusia yang menolaknya.

Lenski: “Why do some wills resist thus? This asks for a reasonable explanation for an unreasonable act - no such explanation exists. To say that this is due to inborn sin is not an explanation, for men who have the same inborn sin are won, and their wills assent under grace. Moreover, this obdurate resistance is produced only when grace operates with its power. The spring is poisonous and throws out a poisonous stream. The GRATIA SUFFICIENS is applied to spring and stream with power SUFFICIENS to unpoison both. Behold, now the spring and the stream are a hundred times more poisonous than before. Explain that! All we know is that the mystery of this resistance lies in the will itself and in no way in God. How could Satan fall? How could Adam sin? How can man resist grace and salvation? How can a believer whose will is changed turn to unbelief and be damned? It is all one and the same question.” (= Mengapa beberapa kehendak menolak seperti itu? Ini menanyakan / meminta untuk suatu penjelasan yang masuk akal untuk suatu tindakan yang masuk akal - penjelasan seperti itu tidak ada. Mengatakan bahwa ini disebabkan oleh dosa bawaan (sejak lahir) bukanlah suatu penjelasan, karena orang-orang yang mempunyai dosa bawaan (sejak lahir) yang sama dimenangkan, dan kehendak mereka menyetujui di bawah kasih karunia. Selanjutnya, penolakan yang keras kepala ini dihasilkan hanya pada waktu kasih karunia bekerja dengan kuasanya. Sumbernya beracun dan mengeluarkan suatu aliran yang beracun. Kasih karunia yang cukup diterapkan kepada sumber dan aliran dengan kuasa yang cukup untuk membuang racun keduanya. Lihatlah, sekarang sumber dan alirannya adalah 100 x lebih beracun dari pada sebelumnya. Jelaskan itu! Semua yang kami ketahui adalah bahwa misteri dari penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan sama sekali bukan di dalam Allah. Bagaimana Iblis bisa jatuh? Bagaimana Adam bisa berdosa? Bagaimana manusia bisa menolak kasih karunia dan keselamatan? Bagaimana seorang percaya yang kehendaknya diubah bisa berbalik pada ketidakpercayaan dan binasa? Ini semua merupakan pertanyaan yang satu dan yang sama.).

Tanggapan saya:

Semua pertanyaan yang oleh Lenski dianggap tak bisa dijawab ini bisa dijawab seandainya ia memeluk Calvinisme. Mari kita membahas pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sebagai misteri oleh Lenski ini dari sudut Calvinisme.

1. Mengapa sebagian orang menolak? Calvinisme menjawab: karena mereka tak diberi kasih karunia. Mengapa mereka tidak diberi kasih karunia? Karena mereka bukan orang-orang pilihan Allah.

2. Sekarang kita perhatikan kata-kata Lenski yang ini ‘Semua yang kami ketahui adalah bahwa MISTERI dari penolakan ini terletak dalam kehendak itu sendiri dan sama sekali bukan di dalam Allah.’.

Arminianisme mempercayai bahwa semua manusia sejak lahir telah diberi kasih karunia yang mendahului (prevenient grace), sehingga semua ada pada level yang sama, bisa berbuat baik dan bisa percaya kepada Kristus. Kalau penolakan mereka bukan karena sesuatu yang ada di dalam diri Allah (predestinasi), maka itu pasti karena kehendak mereka sendiri, dimana ada yang mau dan ada yang tidak mau. Lalu mengapa ada yang percaya dan ada yang tidak? Pasti karena yang satu lebih baik dari yang lain. Tetapi Lenski jelas tak mau menerima ini, sehingga ia menganggap ini sebagai suatu misteri, padahal ini sebetulnya bukan misteri.

Calvinisme mengajarkan bahwa penolakan mereka ini memang karena sesuatu dalam diri Allah (predestinasi)!

3. Bagaimana Iblis dan Adam bisa jatuh? Calvinisme menjawab: karena itu adalah rencana Allah, sehingga pada waktuNya, Ia menarik kasih karuniaNya dari mereka, dan secara tak terhindarkan, merekapun jatuh.

4. Bagaimana manusia bisa menolak kasih karunia dan keselamatan? Calvinisme menganggap ini sebagai suatu omong kosong. Kalau Allah memang memberi kasih karunia dan bermaksud untuk menyelamatkan, maka orang itu tidak akan menolaknya.

5. Bagaimana orang percaya bisa berbalik / murtad dan akhirnya binasa? Calvinisme lagi-lagi menganggap ini sebagai omong kosong, karena orang percaya yang sejati tidak mungkin murtad (1Yoh 2:19).

Word Biblical Commentary (tentang Mat 23:37): “In the message of the dawning of the kingdom, this salvation had been offered repeatedly to the Jews. ... Despite the invitation to receive what Jesus was bringing, the Jews refused it: καὶ οὐκ ἠθελήσατε, ‘and you would not have it’ (cf. 22:3; Luke 19:14; John 1:11; 5:40).” [= Dalam pesan tentang menyingsingnya kerajaan, keselamatan ini telah ditawarkan secara berulang-ulang kepada orang-orang Yahudi. ... Sekalipun ada undangan untuk menerima apa yang Yesus sedang bawa, orang-orang Yahudi menolaknya: KAI OUK ETHELESATE, ‘dan kamu tidak menghendakinya’ (bdk. 22:3; Luk 19:14; Yoh 1:11; 5:40).] - Libronix.

Mat 22:3 - “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.”.

Luk 19:14 - “Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.”.

Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.

Yoh 5:40 - “namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.”.

Jadi, Yesus ingin mengumpulkan orang-orang Yahudi itu, diartikan bukan sebagai rencana Allah, yang lalu gagal / ditolak oleh orang-orang Yahudi itu, tetapi hanya dianggap sebagai undangan untuk percaya, atau penawaran keselamatan, kepada orang-orang Yahudi itu.

Matthew Henry (tentang Mat 23:37): “‘How often!’ Christ often came up to Jerusalem, preached, and wrought miracles there; and the meaning of all this, was, he would have gathered them. He keeps account how often his calls have been repeated. As often as we have heard the sound of the gospel, as often as we have felt the strivings of the Spirit, so often Christ would have gathered us.” (= ‘Betapa sering!’ Kristus sering datang / naik ke Yerusalem, berkhotbah, dan melakukan mujijat-mujijat di sana; dan arti dari semua ini adalah, ‘Ia mau mengumpulkan mereka’. Ia mencatat berapa sering panggilanNya telah diulang. Sesering kita telah mendengar suara dari injil, sesering kita telah merasakan usaha / perjuangan dari Roh, begitu seringnya Kristus mau mengumpulkan kita.).

Calvin (tentang Mat 23:37): “Again, when the sophists seize on this passage, to prove free will, and to set aside the secret predestination of God, the answer is easy. ‘God wills to gather all men,’ say they; ‘and therefore all are at liberty to come, and their will does not depend on the election of God.’ I reply: The will of God, which is here mentioned, must be judged from the result. For since by his word he calls all men indiscriminately to salvation, and since the end of preaching is, that all should betake themselves to his guardianship and protection, it may justly be said that he wills to gather all to himself. It is not, therefore, the secret purpose of God, but his will, which is manifested by the nature of the word, that is here described; for, undoubtedly, whomsoever he efficaciously wills to gather, he inwardly draws by his Spirit, and does not merely invite by the outward voice of man. If it be objected, that it is absurd to suppose the existence of two wills in God, I reply, we fully believe that his will is simple and one; but as our minds do not fathom the deep abyss of secret election, in accommodation to the capacity of our weakness, the will of God is exhibited to us in two ways. And I am astonished at the obstinacy of some people, who, when in many passages of Scripture they meet with that figure of speech (a]nqrwpopa>qeia) which attributes to God human feelings, take no offense, but in this case alone refuse to admit it. But as I have elsewhere treated this subject fully, that I may not be unnecessarily tedious, I only state briefly that, whenever the doctrine, which is the standard of union, is brought forward, God wills to gather all, that all who do not come may be inexcusable.” [= Lagi-lagi, pada waktu para Sophists menggunakan text ini untuk membuktikan kehendak bebas, dan untuk menyingkirkan predestinasi rahasia dari Allah, jawabannya mudah. ‘Allah menghendaki untuk mengumpulkan semua manusia’, kata mereka; ‘dan karena itu semua bebas untuk datang, dan kehendak mereka tidak tergantung pada pemilihan dari Allah’. Saya menjawab: Kehendak Allah, yang disebutkan di sini, harus dinilai dari hasilnya. Karena oleh firmanNya Ia memanggil semua orang tanpa pembedaan kepada keselamatan, dan karena tujuan dari pemberitaan adalah, supaya semua orang membawa diri mereka sendiri pada penjagaan dan perlindunganNya, maka secara benar dikatakan bahwa Ia menghendaki untuk mengumpulkan semua orang kepada diriNya sendiri. Karena itu, bukanlah rencana rahasia dari Allah, tetapi kehendakNya, yang dinyatakan oleh sifat dasar dari firman yang digambarkan di sini; karena, dengan tak diragukan, siapapun yang Ia kehendaki secara efektif untuk kumpulkan, Ia tarik dari dalam oleh RohNya, dan tidak semata-mata undang oleh suara lahiriah dari manusia. Jika ada yang keberatan, bahwa adalah menggelikan untuk menganggap keberadaan dari dua kehendak di dalam Allah, saya menjawab, kami sepenuhnya percaya bahwa kehendakNya sederhana dan satu; tetapi karena pikiran kita tidak mengerti jurang yang dalam dari pemilihan rahasia, dalam penyesuaian dengan kapasitas dari kelemahan kita, kehendak Allah dinyatakan kepada kita dengan dua jalan / cara. Dan saya heran pada kekeras-kepalaan dari sebagian orang, yang pada waktu dalam banyak text dari Kitab Suci mereka bertemu dengan gaya bahasa itu (ANTHROPOPATHEIA) yang menghubungkan dengan Allah perasaan-perasaan manusia, tidak marah / tersandung, tetapi dalam kasus ini saja menolak untuk mengakuinya. Tetapi seperti saya telah membahas di tempat lain pokok / hal ini dengan sepenuhnya, supaya saya tidak membosankan secara tidak perlu, saya hanya menyatakan secara singkat bahwa, kapanpun doktrin ini, yang adalah standard dari persatuan, dikemukakan, Allah menghendaki untuk mengumpulkan semua orang, sehingga semua orang yang tidak datang tidak bisa dimaafkan.].

Catatan: ‘sophist’ = ahli argumentasi dalam kepausan / Katolik.

Jadi, sama seperti dua penafsir di atas, Calvin menafsirkan bahwa Yesus ingin mengumpulkan semua orang itu melalui pemberitaan Injil / firman.

Tetapi Calvin menambahkan bahwa ini (kerinduan Yesus, tangisan Yesus) merupakan bahasa Anthropopathy, yaitu gaya bahasa yang menggambarkan Allah dengan perasaan-perasaan manusia.

Dan Calvin menambahkan lagi bahwa orang-orang Arminian itu, yang dalam banyak bagian Alkitab yang lain bertemu dengan gaya bahasa ini, sama sekali tidak mempersoalkannya, tetapi di sini, dan hanya di sini, mempersoalkannya, dan tidak mau mengakui ini sebagai Anthropopathy.

c) Yes 65:2 - “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.

Sebelum kita membahas ayatnya, mari kita memperhatikan kontext dari ayat itu.

Yes 65:1-2 - “(1) Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang tidak memanggil namaKu. (2) Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.

E. J. Young (tentang Yes 65:1): “God here speaks of the Gentiles, who, in contrast to the Jews, have received His grace even though they had not asked for it. ... In other words, God’s free grace reached those who did not know Him and who made no effort to find Him. They in fact were found of Him. Isaiah’s forceful language simply asserts the reality of sovereign and free grace given to sinners who deserve it not, and who have had no concern for it.” (= Allah di sini berbicara tentang orang-orang non Yahudi, yang, dalam kontras dengan orang-orang Yahudi, telah menerima kasih karuniaNya sekalipun mereka tidak mencarinya. ... Dengan kata lain, kasih karunia yang cuma-cuma dari Allah mencapai mereka yang tidak mengenalNya dan tidak melakukan usaha untuk mencariNya. Mereka sesungguhnya ditemukan olehNya. Bahasa / kata-kata yang kuat dari Yesaya hanya menegaskan kenyataan dari kasih karunia yang berdaulat dan cuma-cuma yang diberikan kepada orang-orang berdosa yang tak layak mendapatkannya, dan yang tak mempedulikannya.).

Jadi, ayat sebelumnya, yaitu Yes 65:1 ini justru merupakan bukti dari doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), karena bangsa yang tidak mencari Tuhan, justru diselamatkan oleh Tuhan. Sekarang, bagaimana dengan Yes 65:2-nya?

E. J. Young (tentang Yes 65:2): “Verses 1 and 2 are a general answer to the question raised in the preceding chapter, namely, ‘Will there ever be an end to the divine wrath? Must God’s own people forever suffer the hiding of His face?’ By way of answer, God declares that He will indeed come in grace, but to a people who had not sought Him, i.e. the Gentiles. To the chosen people, however, which throughout their entire history had been rebellious (cf. 63:10), there was no hope. It is the truth that Christ later declared: ‘The kingdom of God shall be taken from you, and shall be given to a nation which shall bring forth fruit’ (Matt. 21:43; cf. also Deut. 32:5,6,21).” [= Ayat 1 dan 2 merupakan suatu jawaban umum terhadap pertanyaan yang diberikan dalam pasal sebelumnya, yaitu, ‘Apakah akan ada suatu akhir dari murka ilahi? Haruskah bangsa / umat Allah sendiri selama-lamanya mengalami penyembunyian wajahNya?’ Sebagai jawaban, Allah menyatakan bahwa Ia memang akan datang dengan kasih karunia, tetapi kepada suatu bangsa yang tidak mencariNya, yaitu orang-orang non Yahudi. Tetapi kepada bangsa pilihan, yang selama seluruh sejarah mereka telah menjadi bangsa pemberontak (bdk. 63:10), disana tidak ada harapan. Ini merupakan kebenaran yang belakangan Kristus nyatakan: ‘Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan mengeluarkan / menghasilkan buah’ (Mat 21:43; bdk. juga Ul 32:5,6,21).].

Catatan: pertanyaan dalam pasal sebelumnya yang dipersoalkan oleh E. J. Young saya berikan di bawah ini.

Yes 64:8-12 - “(8) Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu. (9) Ya TUHAN, janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami sekalian adalah umatMu. (10) Kota-kotaMu yang kudus sudah menjadi padang gurun, Sion sudah menjadi padang gurun, Yerusalem sunyi sepi. (11) Bait kami yang kudus dan agung, tempat nenek moyang kami memuji-muji Engkau, sudah menjadi umpan api, maka milik kami yang paling indah sudah menjadi reruntuhan. (12) Melihat semuanya ini, ya TUHAN, masakan Engkau menahan diri, masakan Engkau tinggal diam dan menindas kami amat sangat?”.

Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.”.

Mat 21:43 - “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”.

Ul 32:5,6,21 - “(5) Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. (6) Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau? ... (21) Mereka membangkitkan cemburuKu dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hatiKu dengan berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal.”.

Tetapi, kalau Yes 65:1 merupakan bukti dari Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), tidakkah Yes 65:2 merupakan kebalikannya? Allah kelihatannya membatalkan pemilihanNya dan pemberian kasih karuniaNya kepada Israel karena mereka terus memberontak. Mengapa kasih karunia Allah itu tidak bisa mempertobatkan mereka?

Yes 65:2 - “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tanganKu kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri;”.

E. J. Young (tentang Yes 65:2): “Spreading out the hand is an action denoting God’s love and willingness to receive His people. God performed this action not merely once, but all the day,” (= Mengulurkan tangan adalah suatu tindakan yang menunjukkan kasih dan kerelaan Allah untuk menerima bangsaNya. Allah melakukan tindakan ini bukan hanya satu kali tetapi sepanjang hari,).

Calvin (tentang Yes 65:2): “He accuses the Jews, and complains of their ingratitude and rebellion; and in this manner he proves that there is no reason why they should say that the Lord does them wrong if he bestow his grace on others. The Jews conducted themselves proudly and insolently toward God, as if they had been elected through their own merit. On account of their ingratitude and insolence the Lord rejects them as unworthy, and complains that to no purpose did he ‘stretch out his hands’ to draw and bring them back to him. By ‘the stretching out of the hands’ he means the daily invitation. There are various ways in which the Lord ‘stretches out his hands to us;’ for he draws us to him, either effectually or by the word. In this passage it must relate chiefly to the word. The Lord never speaks to us without at the same time ‘stretching out his hand’ to join us to himself, or without causing us to feel, on the other hand, that he is near to us. He even embraces us, and shews the anxiety of a father, so that, if we do not comply with his invitation, it must be owing entirely to our own fault.” (= Ia menuduh orang-orang Yahudi, dan mengeluh tentang rasa tidak tahu terima kasih dan pemberontakan mereka; dan dengan cara ini ia membuktikan bahwa disana tidak ada alasan mengapa mereka harus berkata bahwa Tuhan melakukan kesalahan kepada mereka jika Ia memberikan kasih karuniaNya kepada orang-orang lain. Orang-orang Yahudi bertingkah laku secara sombong dan kurang ajar terhadap Allah, seakan-akan mereka telah dipilih melalui jasa mereka sendiri. Karena rasa tidak tahu terima kasih dan kekurang-ajaran mereka, Tuhan menolak mereka sebagai tidak layak, dan mengeluh bahwa tidak ada gunanya Ia ‘mengulurkan tanganNya’ untuk menarik dan membawa mereka kembali kepadaNya. Dengan ‘mengulurkan tangan’ ia memaksudkan undangan harian. Di sana ada bermacam-macam cara dalam mana Tuhan ‘mengulurkan tanganNya kepada kita’; karena Ia menarik kita kepadaNya, atau SECARA EFEKTIF, atau OLEH FIRMAN. Dalam text ini, itu harus berhubungan terutama DENGAN FIRMAN. Tuhan tidak pernah berbicara kepada kita tanpa pada saat yang sama ‘mengulurkan tanganNya’ untuk menggabungkan kita dengan diriNya sendiri, atau tanpa menyebabkan kita untuk merasa, di sisi lain, bahwa Ia dekat dengan kita. Ia bahkan memeluk kita, dan menunjukkan kekuatiran seorang bapa, sehingga jika kita tidak memenuhi / mengikuti undanganNya, itu harus dianggap sepenuhnya sebagai kesalahan kita sendiri.).

Jadi jelas bahwa menurut Calvin, Yes 65:2 tidak menunjukkan pemberian Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) kepada Israel, yang ternyata akhirnya bisa mereka tolak. Kata-kata ‘mengulurkan tangan’ diartikan oleh Calvin hanya sebagai pemberitaan firman kepada mereka, atau merupakan panggilan luar / lahiriah kepada mereka.

d) Luk 9:23 - “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”.

Betul-betul tolol bahwa dari kata ‘mau’ di sini Lenski menganggap bahwa Yesus tidak mengajarkan Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak)!

Lenski: “‘Christ does not pull his sheep by a rope; in his army are none but volunteers.’ E. Frommel. Jesus knows of no irresistible grace but only of the grace which draws the will and wins it for himself. And this grace excludes no one - TIS is like a blank space into which you are invited to write your name, no matter who you may be” [= ‘Kristus tidak menarik dombaNya dengan sebuah tali; dalam pasukannya tidak ada orang kecuali sukarelawan’. E. Frommel. Yesus tidak mengenal kasih karunia yang tidak bisa ditolak tetapi hanya kasih karunia yang menarik kemauan / kehendak dan memenangkannya untuk diriNya sendiri. Dan kasih karunia ini tidak mengeluarkan siapapun - kata Yunani TIS (= anyone / siapapun / setiap orang) adalah seperti suatu spasi / tempat kosong ke dalam mana engkau diundang untuk menuliskan namamu, tak peduli siapapun engkau adanya] - hal 517.

Tanggapan saya:

1. Bagaimana kata-kata Lenski ini bisa diharmoniskan dengan fakta bahwa ada banyak orang yang sampai mati tidak pernah diberi kesempatan untuk mendengar Injil?

2. Bagaimana kata-kata Lenski pada bagian awal dari kutipan di atas bisa sesuai dengan ayat-ayat ini yang menunjukkan bahwa Allah MEMANG MENARIK orang-orang sehingga menjadi orang-orang yang percaya?

Bdk. Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Kesimpulan: semua ayat yang menunjukkan penolakan manusia tidak menunjuk pada penolakan terhadap kasih karunia Allah, tetapi hanya menunjukkan penolakan manusia terhadap Injil / undangan lahiriah dari Tuhan!

C) Doktrin Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab yang menawarkan keselamatan kepada setiap orang.

Misalnya: Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya SETIAP ORANG (Inggris: whoever / whosoever / barangsiapa) yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.

Ini berlaku juga untuk ayat-ayat lain yang menunjukkan adanya undangan kepada setiap orang untuk datang kepada Tuhan dan diselamatkan. Ayat-ayat seperti ini dianggap menunjukkan bahwa manusia mampu percaya kepada Kristus asal ia mau, dan karena itu tidak dibutuhkan Irresistible Grace(= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

R. C. Sproul: “non-Reformed views find one of their main proof texts to argue that fallen man retains a small island of ability to choose Christ. It is John 3:16: ‘For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life.’ What does this famous verse teach about fallen man’s ability to choose Christ? The answer, simply, is nothing. The argument used by non-Reformed people is that the text teaches that everybody in the world has it in their power to accept or reject Christ. A careful look at the text reveals, however, that it teaches nothing of the kind. What the text teaches is that everyone who believes in Christ will be saved. Whoever does A (believes) will receive B (everlasting life). The text says nothing, absolutely nothing, about who will ever believe. It says nothing about fallen man’s natural moral ability. Reformed people and non-Reformed people both heartily agree that all who believe will be saved. They heartily disagree about who has the ability to believe. Some may reply, ‘All right. The text does not explicitly teach that fallen men have the ability to choose Christ without being reborn first, but it certainly implies that.’ I am not willing to grant that the text even implies such a thing. However, even if it did it would make no difference in the debate. Why not? Our rule of interpreting Scripture is that implications drawn from the Scripture must always be subordinate to the explicit teaching of Scripture. We must never, never, never reverse this to subordinate the explicit teaching of Scripture to possible implications drawn from Scripture. This rule is shared by both Reformed and non-Reformed thinkers. If John 3:16 implied a universal natural human ability of fallen men to choose Christ, then that implication would be wiped out by Jesus’ explicit teaching to the contrary. We have already shown that Jesus explicitly and unambiguously taught that no man has the ability to come to him without God doing something to give him that ability, namely drawing him.” [= pandangan-pandangan non-Reformed menemukan satu dari text-text bukti utama mereka untuk berargumentasi bahwa manusia yang telah jatuh mempertahankan suatu pulau kecil dari kemampuan untuk memilih Kristus. Itu adalah Yoh 3:16: ‘Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Apa yang diajarkan oleh ayat yang terkenal ini tentang kemampuan dari manusia yang telah jatuh untuk memilih Kristus? Jawabannya, sederhana, tidak ada. Argumentasi yang digunakan oleh orang-orang non-Reformed adalah bahwa text ini mengajar bahwa setiap orang dalam dunia mempunyai dalam kuasa mereka untuk menerima atau menolak Kristus. Tetapi suatu pandangan yang teliti pada text itu menyatakan bahwa text itu tidak mengajar apapun tentang hal itu. Apa yang diajarkan oleh text itu adalah, bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan. Siapapun yang melakukan A (percaya) akan menerima B (hidup yang kekal). Text itu tidak berkata apa-apa tentang siapa yang akan percaya. Text itu tidak berkata apa-apa tentang kemampuan moral alamiah dari manusia yang telah jatuh. Orang Reformed dan orang non-Reformed sama-sama setuju dengan sungguh-sungguh bahwa semua orang yang percaya akan diselamatkan. Mereka sungguh-sungguh tidak setuju tentang siapa yang mempunyai kemampuan untuk percaya. Sebagian mungkin menjawab, ‘OK, textnya tidak secara explicit mengajar bahwa manusia yang telah jatuh mempunyai kemampuan untuk memilih Kristus tanpa dilahir-barukan lebih dulu, tetapi text itu pasti secara implicit mengajarkan hal itu’. Saya tidak mau mengakui bahwa text itu bahkan secara implicit mengajarkan hal seperti itu. Tetapi, bahkan seandainya text itu mengajarkan hal itu secara implicit, itu tidak akan membuat perbedaan dalam debat ini. Mengapa tidak? Peraturan kita tentang menafsirkan Kitab Suci adalah bahwa kesimpulan yang ditarik dari Kitab Suci harus selalu tunduk pada ajaran explicit dari Kitab Suci. Kita tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah boleh membalik ini, untuk menundukkan ajaran explicit Kitab Suci pada kesimpulan yang memungkinkan yang ditarik dari Kitab Suci. Peraturan ini dipakai bersama-sama oleh baik pemikir-pemikir Reformed maupun non-Reformed. Seandainya Yoh 3:16 secara implicit mengajarkan suatu kemampuan manusia alamiah yang bersifat universal dari manusia yang telah jatuh untuk memilih Kristus, maka kesimpulan itu akan dihapuskan oleh ajaran explicit yang sebaliknya dari Yesus. Kami telah menunjukkan bahwa Yesus secara explicit dan secara tak meragukan mengajarkan bahwa tak ada orang yang mempunyai kemampuan untuk datang kepadaNya tanpa Allah melakukan sesuatu yang memberinya kemampuan itu, yaitu menariknya (Yoh 6:44).] - ‘Chosen by God’, hal 73-74.

R. C. Sproul: “Fallen man is flesh. In the flesh he can do nothing to please God. Paul declares, ‘The fleshly mind is enmity against God; for it is not subject to the law of God, nor indeed can be. So then, those who are in the flesh cannot please God’ (Rom. 8:7, 8). We ask, then, ‘Who are those who are ‘in the flesh’?’ Paul goes on to declare: ‘But you are not in the flesh but in the Spirit, if indeed the Spirit of God dwells in you’ (Rom. 8:9). The crucial word here is ‘if’. What distinguishes those who are in the flesh from those who are not is the indwelling of the Holy Spirit. No one who is not reborn is indwelt by God the Holy Spirit. People who are in the flesh have not been reborn. Unless they are first reborn, born of the Holy Spirit, they cannot be subject to the law of God. They cannot please God. God commands us to believe in Christ. He is pleased by those who choose Christ. If unregenerate people could choose Christ, then they could be subject to at least one of God’s commands and they could at least do something that is pleasing to God. If that is so, then the apostle has erred here in insisting that those who are in the flesh can neither be subject to God nor please him.” [= Manusia yang telah jatuh adalah daging. Dalam daging ia tidak bisa melakukan apapun untuk memperkenan Allah. Paulus menyatakan, ‘Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.’ (Ro 8:7,8). Maka kita bertanya, ‘Siapakah mereka yang ada di dalam daging?’ Paulus melanjutkan untuk menyatakan: ‘Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.’ (Ro 8:9). Kata yang sangat penting di sini adalah kata ‘jika’. Apa yang membedakan mereka yang ada dalam daging dengan mereka yang tidak, adalah penghunian oleh Roh Kudus. Tak seorangpun yang tidak dilahirkan kembali dihuni oleh Allah Roh Kudus. Orang-orang yang ada di dalam daging, belum dilahirkan kembali. Kecuali mereka pertama-tama dilahirkan kembali, dilahirkan dari / oleh Roh Kudus, mereka tidak bisa tunduk pada hukum Allah. Mereka tidak bisa memperkenan Allah. Allah memerintahkan kita untuk percaya kepada Kristus. Ia diperkenan oleh mereka yang memilih Kristus. Jika orang-orang yang belum dilahirbarukan bisa memilih Kristus, maka mereka bisa tunduk pada sedikitnya satu dari perintah-perintah Allah, dan mereka setidaknya bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan / memperkenan Allah. Jika demikian, maka sang rasul telah bersalah di sini dalam berkeras bahwa mereka yang ada dalam daging tidak bisa tunduk kepada Allah ataupun memperkenan Dia.] - ‘Chosen by God’, hal 74-75.

Loraine Boettner: “But some may ask, Do not the many passages in the Bible such as, ‘If thou shalt obey,’ ‘If thou turn unto Jehovah,’ ‘If thou do that which is evil,’ and so forth, at least imply that man has free will and ability? It does not follow, however, that merely because God commands man is able to obey. ... In these passages man is taught not what he can do, but what he ought to do;” (= Tetapi beberapa orang bisa bertanya, Bukankah banyak text dalam Alkitab seperti ‘Jika engkau taat’, ‘Jika engkau berbalik kepada Yehovah’, ‘Jika engkau melakukan apa yang jahat’, dsb, setidaknya menunjukkan secara implicit bahwa manusia mempunyai kehendak bebas dan kemampuan? Tetapi bukanlah merupakan konsekwensinya, bahwa semata-mata karena Allah memerintahkan, maka manusia mampu untuk mentaati. ... Dalam text-text ini manusia diajar bukan apa yang BISA ia lakukan, tetapi apa yang HARUS ia lakukan;) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 178.

KASIH KARUNIA YANG TIDAK BISA DITOLAK 2.
Next Post Previous Post