DOA YESUS DI TAMAN GETSEMANI (MATIUS 26:36-46)

Pendahuluan:

Doa Yesus di Taman Getsemani (Matius 26:36-46).

Peristiwa di Taman Getsemani merupakan salah satu momen paling penting dan mendalam dalam perjalanan hidup Yesus. Pada malam sebelum penyaliban-Nya, Yesus mengasingkan diri bersama murid-murid-Nya untuk berdoa di taman ini. Ini adalah waktu di mana Yesus merasakan beban penderitaan-Nya yang semakin mendekat dan merupakan gambaran tentang ketaatan serta pergumulan-Nya di hadapan Bapa.
DOA YESUS DI TAMAN GETSEMANI (MATIUS 26:36-46)
1. Latar Belakang Peristiwa

Taman Getsemani adalah sebuah tempat di kaki Bukit Zaitun, di luar kota Yerusalem. Taman ini kerap kali menjadi tempat Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk berdoa (Lukas 22:39). Namun, pada malam ini, suasananya sangat berbeda. Yesus tahu bahwa penyaliban-Nya sudah dekat, dan ini adalah saat terakhir-Nya untuk berdoa kepada Bapa sebelum Dia ditangkap.

Pada saat yang sama, ini juga adalah saat di mana Yesus paling merasakan kelemahan manusiawi-Nya. Meskipun Yesus sepenuhnya Tuhan, Dia juga sepenuhnya manusia. Dalam kemanusiaan-Nya, Dia merasakan penderitaan fisik, emosi, dan spiritual yang akan datang, yang membuat-Nya berduka dan bersusah hati.

2. Yesus Memilih untuk Berdoa (Matius 26:36-38)

Dalam ayat 36-38, Yesus bersama dengan murid-murid-Nya tiba di Getsemani. Dia berkata kepada mereka untuk duduk sementara Dia pergi ke sana untuk berdoa. Di sini, kita melihat bahwa Yesus merasakan beban berat yang luar biasa, sehingga Dia hanya membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus, dua anak Zebedeus, untuk mendekat dengan-Nya. Dia mulai merasakan kesedihan yang mendalam, bahkan menggambarkannya dengan kata-kata, "Hati-Ku sangat berduka, bahkan seperti mau mati rasanya."

Kesedihan yang dialami Yesus bukan hanya karena penderitaan fisik yang akan datang, tetapi juga karena Dia tahu bahwa Dia akan menanggung dosa seluruh dunia. Penderitaan spiritual yang akan Dia hadapi lebih besar daripada apa pun yang bisa dipahami oleh manusia.

3. Pergumulan Yesus dalam Doa (Matius 26:39)

Dalam ayat 39, Yesus sedikit menjauh dari ketiga murid-Nya dan mulai berdoa. Di sini, kita melihat pergumulan yang sangat manusiawi dalam diri Yesus. Dia berdoa dengan sujud, wajah-Nya menyentuh tanah, yang menunjukkan betapa dalamnya rasa penyerahan-Nya kepada kehendak Bapa.

Yesus memohon, "Bapa-Ku, kalau mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari-Ku. Akan tetapi, jangan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu." Cawan di sini melambangkan penderitaan yang akan Dia tanggung, termasuk kematian di kayu salib dan menanggung murka Allah atas dosa manusia.

Doa ini menunjukkan ketundukan Yesus yang sempurna kepada kehendak Bapa. Meskipun Dia sebagai manusia merasa takut akan penderitaan yang akan datang, Dia tetap menyerahkan diri-Nya sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Ini adalah pelajaran besar bagi setiap orang percaya tentang bagaimana kita harus merespons pergumulan hidup.

4. Panggilan untuk Berjaga-jaga dan Berdoa (Matius 26:40-41)

Setelah berdoa, Yesus kembali kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur (ayat 40). Ini adalah momen yang mengecewakan bagi Yesus karena Dia berharap mereka akan berjaga-jaga bersama-Nya. Dia berkata kepada Petrus, "Jadi, kamu tidak sanggup berjaga-jaga bersama Aku selama 1 jam?" Kata-kata ini menunjukkan kekecewaan Yesus atas ketidakmampuan mereka untuk mendukung-Nya dalam saat-saat yang sangat sulit.

Yesus kemudian menasihati mereka, "Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut tetapi daging lemah." Nasihat ini tidak hanya ditujukan kepada murid-murid pada saat itu, tetapi juga relevan bagi semua orang percaya di sepanjang zaman. Kita harus selalu waspada dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan, karena meskipun roh kita ingin taat kepada Allah, tubuh kita sering kali lemah.

5. Doa Kedua Yesus (Matius 26:42-43)

Yesus pergi lagi untuk berdoa kedua kalinya. Kali ini, Dia berdoa, "Bapa-Ku, jika ini tidak dapat berlalu kecuali Aku meminumnya, kehendak-Mulah yang akan terjadi." Dalam doa kedua ini, kita melihat bahwa Yesus semakin menyerahkan diri kepada kehendak Bapa. Dia menerima bahwa tidak ada cara lain selain melalui penderitaan dan kematian di kayu salib.

Ketika Yesus kembali lagi kepada murid-murid-Nya, Dia mendapati mereka masih tertidur. Mata mereka terasa berat, menunjukkan betapa lelahnya mereka secara fisik. Ini adalah gambaran tentang ketidakmampuan manusia untuk mendukung Yesus dalam saat-saat paling kritis, tetapi juga menunjukkan betapa Yesus sangat memahami kelemahan manusia.

6. Doa Ketiga dan Penyerahan Diri Yesus (Matius 26:44-46)

Yesus kembali untuk ketiga kalinya dan mengulangi doa-Nya. Setelah doa ketiga ini, Yesus kembali kepada murid-murid-Nya dan berkata, "Tidurlah sekarang dan beristirahatlah. Lihat, waktunya makin dekat dan Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa."

Ini adalah momen di mana Yesus sepenuhnya menyerahkan diri kepada kehendak Bapa. Dia tahu bahwa penangkapan dan penderitaan-Nya sudah di ambang pintu. Namun, Dia tidak melarikan diri atau mencoba menghindar. Sebaliknya, Dia dengan tenang menerima apa yang akan datang. Penyerahan total Yesus kepada kehendak Bapa adalah contoh luar biasa tentang iman dan ketaatan yang mutlak kepada Allah.

7. Makna Teologis Doa di Getsemani

Doa Yesus di Getsemani mengajarkan kita beberapa pelajaran penting tentang ketaatan, penyerahan, dan keberanian di tengah penderitaan:

  • Ketaatan Yesus kepada Bapa: Meskipun Yesus dalam kemanusiaan-Nya merasa takut dan gelisah, Dia tetap taat kepada kehendak Bapa. Ini menunjukkan teladan yang sempurna tentang ketaatan, bahkan ketika hal tersebut berarti harus melalui penderitaan yang berat.

  • Penyerahan Diri yang Sempurna: Doa Yesus mengungkapkan penyerahan-Nya yang total kepada kehendak Bapa. Ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap pergumulan hidup, kita harus bersedia menyerahkan keinginan kita kepada kehendak Allah yang lebih besar.

  • Pentingnya Berjaga-jaga dan Berdoa: Yesus menasihati murid-murid-Nya (dan kita) untuk selalu berjaga-jaga dan berdoa. Ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya untuk selalu mengandalkan Allah, terutama dalam menghadapi pencobaan.

  • Keberanian dalam Penderitaan: Yesus tahu apa yang akan Dia hadapi, tetapi Dia tidak mundur. Ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi penderitaan, terutama ketika kita tahu bahwa Allah bersama kita.

8. Kesimpulan

Doa Yesus di Taman Getsemani  (Matius 26:36-46) adalah salah satu momen paling mendalam dalam kehidupan-Nya di bumi. Di sini, kita melihat pergumulan batin yang sangat manusiawi sekaligus ketaatan yang ilahi. Yesus, dalam kemanusiaan-Nya, merasakan penderitaan dan ketakutan yang akan datang, namun tetap memilih untuk taat kepada kehendak Bapa.

Peristiwa ini menjadi contoh bagi kita semua tentang bagaimana menghadapi pergumulan hidup. Ketika kita berhadapan dengan tantangan, kita dapat meneladani Yesus dengan berdoa, berjaga-jaga, dan menyerahkan segala sesuatu kepada kehendak Allah. Seperti Yesus, kita dipanggil untuk taat, bahkan ketika jalan di depan terlihat sulit.

-------------
Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK.
PENDAHULUAN:
Saat ini kita masih berada di minggu-minggu sengsara (minggu sengsara 5) berdasarkan kalender gerejawi dan bagian Firman Tuhan dari kisah sengsara Yesus yang dianggap pas dalam minggu sengsara 5 ini adalah kisah di taman Getsemani. Karenanya hari ini kita akan membahas peristiwa Yesus di taman Getsemani :
YESUS DI GETSEMANI (MATIUS 26:36-46)
gadget, bisnis, otomotif
Matius 26:36-46 - (Matius 26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.’ (Matius 26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (Matius 26:38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’ (Matius 26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ (Matius 26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (Matius 26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’ (Matius 26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (Matius 26:43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (Matius 26:44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. (Matius 26:45) Sesudah itu Ia datang kepada murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. (Matius 26:46) Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat”.

Di sini dikatakan dengan jelas bahwa Yesus pergi ke suatu tempat bernama Getsemani (Lukas 22: 36). Informasi yang sama diberikan dalam Injil Markus.

Markus 14:32 - Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa."

Tetapi Injil Lukas tidak mengatakan Getsemani melainkan di bukit Zaitun. Lukas 22:39 - Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia.

Tetapi ini tidak jadi soal. Ini bukanlah kontradiksi, karena Getsemani memang terletak di Bukit Zaitun.

Markus 14:26,32 – (26) Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun. (32) Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa."

Dalam catatan Matius dan Markus hanya disebutkan nama tempatnya yaitu “Getsemani” dan bukan “taman Getsemani”. Tetapi informasi dari Injil Yohanes mengatakan bahwa tempat itu adalah sebuah taman.

Yohones 18:1 - Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.

Keterangan : Ini adalah taman Getsemani saat ini.

Pada tahun 379 pihak Byzantin membangun sebuah Basilika di taman Getsemani ini tapi sayang dihancurkan oleh orang Sassanids pada tahun 614. Tapi pada abad ke-12 dibangun kembali oleh Ksatria Perang Salib. Tahun 1919-1924 dibangun permanen dan megah oleh 16 negara dan diberi nama “The Church of Agony” (Gereja Segala Bangsa).

Bagian dalam dibuat sangat remang sebagai tanda dukacita dan altarnya dipercaya sebagai batu di mana Kristus berdoa.

Di samping gereja ini terdapat 8 pohon zaitun yang oleh para ahli botami dikatakan bahwa 3 pohon ini sudah berumur sekitar 2000 tahun (sejak zaman Yesus).

Tahun 70 Titus menyuruh menebang semua pohon di Yerusalem. Jika benar kesimpulan di atas maka sepertinya pohon-pohon ini lolos dari jenderal Titus.

Mengapa Yesus pergi ke taman Getsemani? Apakah Ia mau melarikan diri/bersembunyi dari musuh-musuh-Nya? Tidak! Dalam Injil Lukas ditambahkan kata-kata ‘sebagaimana biasa’ (Lukas 22:39) untuk menunjukkan bahwa Yesus pergi ke sana bukan untuk bersembunyi / melarikan diri. Ia pergi ke tempat yang sudah biasa Ia datangi bersama murid-murid-Nya, dan karena itu Yudas pun tahu akan tempat itu (Yohanes 18:1-2).

Menarik bahwa Yesus pergi ke Getsemani yang adalah sebuah taman dan dari sanalah Ia ditangkap dan pada akhirnya dihukum mati demi penebusan dosa kita. Ada yang melihat fakta ini lalu dikaitkan dengan kejatuhan manusia pertama di taman Eden.

The Dictionary of Biblical Imagery – “…taman ini mempunyai suatu kesamaan yang penting dengan Firdaus asali : taman ini adalah suatu tempat suci yang di dalamnya satu keputusan yang radikal harus diambil, yang kemudian mengubah jalannya sejarah dunia. (hal. 1066)

Kelihatannya kamus ini menganggap Firdaus sama dengan Eden. Tapi saya tidak setuju dengan ini. Firdaus menunjuk pada surga sedangkan Eden adalah tempat di dunia ini, di negara Irak sekarang. Meskipun demikian apa yang dikatakannya menarik bahwa dari 2 taman inilah keputusan penting pernah dibuat yang mempengaruhi sejarah dunia. Bapak (Alm) Abia Fanggidae pernah membuat sebuah khotbah dengan judul “DARI TAMAN KE TAMAN” yang juga menghubungkan kedua taman ini (Eden dan Getsemani).

Kita akan mempelajari teks kita ini dalam beberapa bagian besar :

I. KETAKUTAN YESUS.

Teks kita menceritakan bahwa setelah sampai di Getsemani, Yesus meninggalkan murid-murid-Nya yang lain dan hanya membawa 3 orang murid (Petrus, Yakobus dan Yohanes). Ia lalu mengalami suatu kesedihan / ketakutan yang hebat.

Matius 26:37-38 – (37) “….Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’

Kata-kata “sedih dan gentar” dalam ayat 37 itu sebenarnya tidak tepat terjemahannya.

Bandingkan dengan :

NIV - ‘to be sorrowful and troubled’ (sedih dan susah).

NASB -‘to be grieved and distressed’ (sedih dan susah).

Jadi dari ayat ini hanya terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat paralelnya :

Lukas 22:44 - Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa….”

Ini juga tidak tepat terjemahannya.

NIV: ‘being in anguish’ (ada dalam kesedihan).

NASB: ‘being in agony’ (ada dalam penderitaan).

Jadi dari ayat ini pun tak terlihat bahwa Yesus takut.

Markus 14:33 – Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar

NIV / NASB : ‘deeply / very distressed and troubled’ (sangat sedih dan susah).

Tapi di sini terjemahan NIV / NASB juga salah, karena kata yang diterjemahkan ‘distressed’ (sedih) itu dalam bahasa Yunaninya adalah “EKTHAMBEISTHAI” yang berasal dari kata “EKTHAMBEOMAI”, yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’ (sangat takut). Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya sedih tetapi juga takut.

Selain itu ada hal-hal lain yang menunjukkan bahwa saat itu Yesus memang mengalami ketakutan.

Doa-Nya dalam ayat 39 secara implisit menunjukkan bahwa Ia takut terhadap ‘cawan’, itu.

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’

Lukas 22:44 mengatakan bahwa ia mencucurkan peluh seperti darah.

Lukas 22:44 - Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.

Jangan menganggap bahwa ini hanyalah bahasa yang melebih-lebihkan atau bahwa Lukas hanya berimajinasi. Tidak! Gejala ini memang bisa terjadi yang di dalam dunia medis dikenal dengan istilah hematidrosis / hematohidrosis. Kasus seperti ini bisa terjadi pada orang dengan tingkat kegelisahan / ketakutan yang luar biasa.

Alexander Metherell : Apa yang terjadi adalah kegelisahan yang hebat yang mengakibatkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi sedikit pendarahan dalam kelenjar ini dan keringat yang keluar disertai dengan darah. (The Case for Christ, hal. 252)

Karena itu kalau Yesus memang mengalami hal ini, boleh dipastikan bahwa Dia berada dalam tingkat kegelisahan/ketakutan yang hebat.

Ibrani 5:7 (KJV) - ‘... he had offered up prayers and supplications with strong crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in that he feared‘

(Ia menaikkan doa dan permohonan dengan tangisan keras dan air mata kepada Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan didengarkan dalam hal yang Ia takuti).

Dari semuanya ini jelas bahwa Yesus di taman Getsemani bukan hanya merasa sedih tetapi juga merasa sangat ketakutan.

Tetapi bagaimana Kristus yang suci bisa sedih dan takut? Dan apakah ini dosa? Tidak! Calvin berkata bahwa sekalipun Kristus sedih dan takut, tetapi kemanusiaan- Nya berbeda dengan kita karena kemanusian-Nya suci. Karena itu jangan menyamakan Dia dengan kita. Kalau kita sedih / takut, kita selalu berdosa. Tetapi Kristus tidak demikian. Ia bisa sedih / takut tetapi tidak berdosa. Bahwa saat itu Yesus sedih, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, Ia tahu bahwa Ia akan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, Ia tahu bahwa Ia akan disangkal oleh Petrus, dan juga Ia akan ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Tetapi bagaimana dengan rasa takut pada diri Yesus pada saat itu? Ia takut pada apa? Jelas Kristus bukan takut terhadap kematian atau penderitaan. Ia sendiri berkata :

Yohanes 10:17-18 – (17) “….Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali..."

Kalau begitu Ia takut pada apa? Ia takut pada murka Allah yang akan menimpa- Nya pada saat Ia menanggung hukuman umat manusia. Dari mana kita mengetahui hal ini? Dari kata-kata-Nya sendiri ketika dalam doa-Nya Ia meminta agar “cawan” itu lalu.

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’
Kata “cawan” ini biasanya berhubungan dengan murka Allah.

Wahyu 14:10 - maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.

Wahyu 16:1,19 – (1) Dan aku mendengar suara yang nyaring dari dalam Bait Suci berkata kepada ketujuh malaikat itu: "Pergilah dan tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah itu ke atas bumi." (19) … Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya.

Ayub 21:20 - sebaiknya matanya sendiri melihat kebinasaannya, dan ia sendiri minum dari murka Yang Mahakuasa!

Yeremia 49:12 - Sebab beginilah firman TUHAN: "Sedangkan orang-orang yang tidak selayaknya meminum isi piala itu telah terpaksa meminumnya, masakan engkau ini akan bebas dari hukuman? Engkau tidak akan bebas dari hukuman, tetapi mesti meminumnya!

Jadi dapat disimpulkan bahwa Yesus sangat takut bukan pada kematian, bukan pada penderitaan fisik yang akan Dia alami tetapi pada murka Allah yang begitu hebat atas dosa.

Dalam Perjanjian Lama murka Allah dinyatakan dalam berbagai bentuk dan Alkitab memberikan gambaran yang menakutkan/mengerikan tentang murka Allah itu.

Ayub 9:5 - Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya

Yesaya 63:6 - Aku memijak-mijak bangsa-bangsa dalam murka-Ku, menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah."

Mazmur 18:8-16 – (8) Lalu goyang dan goncanglah bumi, dan dasar-dasar gunung gemetar dan goyang, oleh karena menyala-nyala murka-Nya. (9) Asap membubung dari hidung-Nya, api menjilat keluar dari mulut-Nya, bara menyala keluar dari pada-Nya. (10) Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki-Nya. (11) Ia mengendarai kerub, lalu terbang dan melayang di atas sayap angin. (12) Ia membuat kegelapan di sekeliling-Nya menjadi persembunyian-Nya, ya, menjadi pondok-Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal. (13) Karena sinar di hadapan-Nya hilanglah awanawan- Nya bersama hujan es dan bara api. (14) Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya. (15) Dilepaskan-Nya panah-panah-Nya, sehingga diserakkan-Nya mereka, kilat bertubi-tubi, sehingga dikacaukan-Nya mereka. (16) Lalu kelihatanlah dasar-dasar lautan, dan tersingkaplah alas-alas dunia karena hardik-Mu, ya TUHAN, karena hembusan nafas dari hidung-Mu.

Hab 3:6,8-12 – (6) Ia berdiri, maka bumi dibuat-Nya bergoyang; Ia melihat berkeliling, maka bangsa-bangsa dibuat-Nya melompat terkejut, hancur gunung-gunung yang ada sejak purba, merendah bukit-bukit yang berabad-abad; itulah perjalanan-Nya berabad-abad. (7) Aku melihat kemah-kemah orang Kusyan tertekan, kain-kain tenda tanah Midian menggetar. (8) Terhadap sungai-sungaikah, ya TUHAN, terhadap sungai-sungaikah murka-Mu bangkit? Atau terhadap lautkah amarah-Mu sehingga Engkau mengendarai kuda dan kereta kemenangan-Mu? (9) Busur-Mu telah Kaubuka, telah Kauisi dengan anak panah. Sela Engkau membelah bumi menjadi sungai-sungai; (10) melihat Engkau, gunung-gunung gemetar, air bah menderu lalu, samudera raya memperdengarkan suaranya dan mengangkat tangannya. (11) Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panah-Mu yang melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat. (12) Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa.

Nah 1:2-6 – (2) TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya. (3) TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam putting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. (4) Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu. (5) Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya. (6) Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.

Itulah kira-kira gambaran murka Allah. Dengan gambaran seperti ini, siapakah yang tidak takut? Siapakah yang tidak gentar? Bandingkan :

Mazmur 88:8 - Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku.

Ayub 16:9 - Murka-Nya menerkam dan memusuhi aku, Ia menggertakkan giginya terhadap aku…”

Dan satu aspek yang terkait di dalam murka Allah ini adalah orang yang dimurkai itu ditinggalkan oleh Allah.

Ulangan 31:17 - Pada waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada di tengah-tengah kita?

Yesaya 54:8 - Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau …”
Jadi ketika Yesus harus berhadapan dengan murka Allah, Dia bukan hanya berhadapan dengan panas api murka / kedahsyatan dan keganasan murka itu tetapi juga dengan kepastian bahwa Ia akan ditinggalkan Bapa-Nya. Dan ini benar terjadi ketika Ia disalib, Bapa meninggalkan Dia dan karenanya Ia berseru : “Eli-Eli Lama Sabakhtani”. Ini kelihatannya adalah bagian yang paling berat dari murka itu karena ketika penderitaan yang hebat Dia alami, Alkitab tidak mengatakan bahwa Ia berteriak dengan suara yang nyaring, tetapi ketika terpisah dari Bapa-Nya, Ia berseru dengan nyaring : “Eli-Eli Lama Sabakhtani”. Ini berat karena di dunia ini tidak ada 2 pribadi yang begitu sempurna di dalam kasih seperti Bapa dan Anak (Yesus). Ingat bahwa semakin dekat 2 orang, maka semakin terasa sakit jika terjadi perpisahan. Kalau saudara pernah putus cinta, saudara bisa rasa bagaimana sakitnya perpisahan itu. Padahal sedekat apa pun hubungan saudara dengan kekasih saudara, tidak ada arti apa-apanya dibandingkan hubungan Bapa dan Anak. Di Getsemani, Yesus sadar bahwa beberapa jam lagi Dia akan minum cawan murka Allah itu. Itulah sebabnya Ia sedih dan penuh ketakutan. Apalagi yang Ia tanggung bukanlah murka Allah pada 1 orang atau 1 bangsa tetapi murka Allah atas dosa seluruh dunia. Sudah pasti Ia akan menerima murka itu berkali-kali lipat daripada yang digambarkan Alkitab.

William Hendriksen - Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang (tsunami) murka Allah karena dosa kita?

Jadi Yesus takut pada murka Allah ini! Ini adalah sesuatu yang perlu saudara renungkan. Bahwa Yesus bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa hebatnya dan betapa mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu. Karena itu jangan main-main dengan murka Allah. Jangan juga jadikan murka Allah sebagai bahan lelucon seperti ada orang yang berkata dengan guyonan bahwa kita tidak perlu takut masuk neraka lagi karena sekarang di neraka sudah ada AC, dan di sana kita bisa ketemu dengan artis. Ini omong kosong yang tidak ada artinya.

Hendaklah kita jangan menganggap remeh murka Allah itu. Sebaliknya :

Untuk saudara yang belum betul-betul percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa saudara akan ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Kalau Yesus saja sampai ketakutan, apalagi saudara? Kalau saudara tidak mau terkena murka seperti itu, cepatlah datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juru selamat / Penebus saudara. Jangan tunda-tunda!

Pada suatu kali Dr. Sun Yat Sen duduk di balkon mengikuti sebuah kebaktian besar di kota Syanghai. Di sebelahnya duduk menteri perhubungan. Pada akhir kebaktian, Dr. Sun Yat Sen berkata kepadanya, "Maukah Saudara menerima Tuhan Yesus? Datanglah ke muka menerima Tuhan Yesus hari ini." Menteri perhubungan itu menjawab, "Saya seorang menteri. Seorang yang mempunyai kuasa dan kedudukan yang begitu besar. Saya disuruh maju ke depan menerima Kristus? Terlalu memalukan bagi saya. Saya tidak mau!" Dr. Sun Yat Sen menjelaskan, "Di hadapan Tuhan kita semua kecil dan hina. Saya sudah menerima Tuhan, Saudara belum. Silakan Saudara maju sekarang." Ia menjawab lagi, "Beri saya waktu 24 jam. Besok malam saya akan menerima Kristus." Besok paginya ia mendapat tugas, dan hari itu ia meninggal dunia karena ledakan bom. Dia pasti sudah mengalami murka Allah yang dahsyat itu. Kalau saudara mau percaya pada Yesus, saudara pasti akan diselamatkan dari murka Allah itu.

Roma 5:9 - Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.

Untuk saudara yang mempunyai suami / istri / orang tua / anak / saudara /teman yang belum percaya kepada Yesus, sadarilah bahwa orang-orang yang saudara kasihi itu akan ditimpa oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu doakanlah mereka dengan tekun dan sungguh-sungguh, dan beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka bisa bertobat dan terhindar dari murka Allah itu!

Yohanes 3:36 - Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barang siapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."


Untuk saudara yang sering kali bermain-main dengan dosa, meremehkan dosa dsb, maka sadarilah bahwa murka Allah terhadap dosa adalah sesuatu yang luar biasa! Karena itu, berhentilah berbuat dosa!

II. DOA YESUS DI TAMAN GETSEMANI

Di Getsemani Yesus bukan hanya sedih dan ketakutan tetapi Ia juga berdoa. Bagaimana doa-Nya?

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’

Tadi sudah saya jelaskan bahwa “cawan” di sini berbicara tentang murka Allah. Jadi dalam doa-Nya Yesus memohon kepada Bapa agar sekiranya mungkin Ia tidak menanggung murka Allah itu kalau hal itu sejalan dengan keadilan Allah dalam penebusan umat manusia.

Budi Asali - Jikalau sekiranya mungkin bahwa dunia bisa ditebus, jikalau hal itu konsisten dengan keadilan, bahwa manusia diselamatkan tanpa kesedihan yang luar biasa ini, biarlah hal itu terjadi. Tidak diragukan bahwa seandainya hal itu memungkinkan, itulah yang akan terjadi.

Fakta bahwa penderitaan-penderitaan itu tidak disingkirkan, dan sang Juru selamat harus tetap memikulnya tanpa pengurangan sedikit pun, menunjukkan bahwa penyelamatan manusia tanpa penderitaan-penderitaan yang mengerikan dari penebusan itu, tidak konsisten dengan keadilan Allah.

Itulah kira-kira inti doa Yesus. Ada 2 kata / frase yang menarik dari doa Yesus ini :

a. “Jikalau sekiranya mungkin / jikalau Engkau mau”.

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’

Bandingkan :

Lukas 22:42 - "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Penting untuk dicatat di sini bahwa doa Yesus ini menggunakan kata “jikalau”. Mengapa Ia menggunakan kata “jikalau” dalam doa-Nya? Karena tidak pernah ada janji/jaminan dari Bapa-Nya bahwa “cawan” itu bisa lalu dari Dia, atau bahwa penebusan dosa bisa terjadi tanpa harus Ia meminum “cawan” itu.

Prinsip ini harus kita perhatikan dan terapkan. Kita tidak perlu berdoa menggunakan kata ‘jikalau’ jikalau ada janji Allah yang bersifat mutlak.

Misalnya:

Kita tidak perlu berdoa : ‘Tuhan, jikalau Engkau mau, buatlah supaya kasih karunia-Mu cukup bagiku’. Mengapa? Karena dalam persoalan ini sudah ada janji Tuhan.

2 Korintus 12:9 - “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna….”.

Kita tidak perlu berdoa : “Tuhan, jikalau Engkau mau jangan biarkan pencobaan ini melampaui kekuatanku” Mengapa? Karena sudah ada janji Tuhan untuk itu.

1 Korintus 10:13 - Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Kita tidak perlu berdoa : “Tuhan, jikalau Engkau mau, sertailah aku dalam memberitakan Injil” karena sudah ada janji Tuhan untuk itu.

Matius 28:19-20 – (19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Tetapi kalau Tuhan tidak pernah memberikan janji yang mutlak untuk sesuatu hal, atau apabila kita tidak mempunyai keyakinan akan pikiran Allah, maka kita harus menundukkan permintaan / doa kita kepada kehendak-Nya dengan menggunakan “jikalau”. Misalnya :

Tidak pernah ada janji mutlak bahwa Tuhan mau menyembuhkan sakit kita dan karena itu jikalau kita berdoa untuk kesembuhan maka ada baiknya kita menggunakan “jikalau” dengan berkata : “Tuhan, jikalau Engkau mau, sembuhkanlah aku”.


Matius 8:2 - Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.

Ketika Anda naksir seseorang, Anda tidak tahu apakah Tuhan mau memberikan orang itu kepada anda atau tidak, karena itu ada baiknya Anda menggunakan “jikalau” dengan berkata : “Tuhan, jikalau Engkau mau biarlah rasa ini juga menjadi rasanya”.

Ketika Anda mau melakukan suatu usaha, Anda tidak tahu apakah Tuhan menghendakinya atau tidak, karena itu ada baiknya Anda menggunakan “jikalau” dengan berkata : “Tuhan, jikalau Engkau mau aku bisnis babi, biarlah aku terjun dalam dunia perbabian”.

Yakobus 4:13,15 – (13) “….kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung"…(15) Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

Yang sering kali menjadi masalah adalah banyak orang mengklaim suatu permintaan dengan mutlak padahal Tuhan tidak pernah memberikan janji yang mutlak. Misalnya ada orang yang menumpangkan tangan atas mobil mewah lalu berkata “Dalam Nama Yesus mobil ini jadi milik saya”. Atau seperti yang pernah saya ketahui, ada orang yang tidak mau mengubur anaknya yang meninggal karena yakin bahwa Tuhan akan membangkitkannya.

Jadi di sini kita perlu belajar dari doa Yesus. Jangan pernah memaksa Tuhan / menuntut Tuhan atas sesuatu yang tidak pernah Ia janjikan.

b. “Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”.

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’

Bandingkan :

Lukas 22:42 - "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Ini kata-kata yang agung dalam doa Yesus. Sekalipun ‘cawan’ itu tidak enak, sangat menakutkan bagi-Nya, tetapi Ia tetap menundukkan diri-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Di sini Yesus berdoa seperti yang Ia ajarkan dalam doa Bapa Kami (Matius 6:10 - ‘jadilah kehendakMu’ / ‘Thy will be done’). Setiap kita mempunyai ‘Getsemani’ kita sendiri-sendiri, di mana kehendak Tuhan bertentangan dengan kehendak kita. Pada saat seperti itu, kita harus belajar untuk bisa mempunyai sikap seperti sikap Yesus dan berdoa seperti Yesus di sini.

Tetapi kenyataannya, dalam keadaan seperti itu, orang Kristen sering mengubah kata-kata ‘Thy will be done’ (Jadilah kehendakMu) menjadi ‘My will be done’ (Jadilah kehendakku). Dengan kata lain, ia memaksakan kehendaknya kepada Tuhan!

Pulpit Commentary - Akar dari dosa adalah dalam pemilihan kehendak kita di atas kehendak Allah. Pada waktu manusia tidak mau untuk menjadi seperti yang Allah kehendaki dengan menciptakan mereka, atau tidak mau melakukan apa yang Ia ingin mereka lakukan, atau pada waktu mereka mengejar hal-hal yang dilarang oleh-Nya, atau pada waktu mereka menemukan kesenangan mereka dalam hal-hal yang tidak Ia ijin kan, maka mereka menyimpang dari jalan yang benar dan memulai perjalanan yang berakhir dalam penghukuman dan dalam kematian. Kita sering melupakan bahwa kita adalah milik-Nya. Kita menganggap diri kita adalah milik kita sendiri, dan kita berkata : ‘Jadilah kehendakku, bukan kehendak-Mu’. Dari sumber kesalahan ini, mengalir kesalahan dan kejahatan.

Pulpit Commentary - Kapan kita mencapai titik yang tertinggi? Bukan pada saat kita telah melakukan pertempuran yang terhebat, atau telah melakukan pelayanan kita yang paling berbuah, atau pada saat kita telah mendapat pengertian yang terjelas tentang kebenaran ilahi, tetapi pada saat kita telah mencapai suatu titik di mana kita bisa berkata dengan sukacita, seperti yang dikatakan oleh Tuhan kita : ‘Bukan kehendakku, tetapi kehendak-Mulah yang jadi’.

Sering kali kehendak Allah itu tidak bisa kita mengerti, karena kelihatannya kehendak kita lebih baik. Apakah dalam keadaan seperti ini, saudara tetap mau tunduk pada kehendak Allah?

William Barclay - Tugas tersukar dalam kehidupan adalah menerima apa yang tidak bisa kita mengerti; tetapi kita bisa melakukan hal itu jika kita cukup yakin akan kasih Allah.

Mari kita belajar berserah kepada kehendak Allah, seperti yang diteladankan Yesus dalam doa Getsemani ini.

Di Getsemani ini Yesus berdoa sampai 3 kali. Dan menariknya ada sedikit perubahan dalam kata-kata doa Yesus pada doa yang pertama dan doa yang kedua – ketiga. Doa yang pertama demikian :

Matius 26:39 - Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Selanjutnya doa yang kedua dan ketiga demikian :

Matius 26:42 - Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Matius 26:44 – “Ia…lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Jadi doa yang ketiga ini bunyinya sama dengan doa yang kedua. Perhatikan perbedaannya :
YESUS DI GETSEMANI (MATIUS 26:36-46)
Nampaknya dalam doa kedua dan ketiga Yesus lebih berserah kepada kehendak Bapa-Nya dibandingkan dengan doa yang pertama. Kita pun dapat belajar dari ini.

Semakin banyak kita berdoa, kepasrahan kita pada kehendak Allah harus semakin meningkat.

Pada akhirnya, menurut keterangan Lukas, Allah lalu mengirimkan seorang malaikat untuk menguatkan Yesus.

Lukas 22:43 - Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.

Jangan merasa aneh melihat Yesus yang adalah Allah dikuatkan oleh seorang malaikat. Ingat bahwa Yesus adalah Allah dan manusia. Jadi di sini Ia dikuatkan sebagai seorang manusia. Ini menunjukkan pula bahwa pergumulan Yesus saat itu betul-betul luar biasa, sehingga Allah merasa perlu untuk menguatkan-Nya dengan kehadiran seorang malaikat. Semua ini mengajarkan pada kita bahwa asal kita mau berdoa dengan tekun, Tuhan pasti akan memberi kekuatan kepada kita dalam pergumulan sehebat apa pun.

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


- AMIN -
Next Post Previous Post