Perlengkapan Rohani : Efesus 6:14-18
Perlengkapan Rohani: Efesus 6:14-18. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan. (Efesus. 6:14)
Salah satu hal yang paling menakutkan dalam medan perang adalah jikalau musuh kita tidak terlihat sedang berada di mana, sedangkan mereka dapat melihat kita dengan jelas. Benteng yang tidak mengetahui dirinya sedang dikepung dalam kegelapan malam adalah benteng yang sedang berada dalam bahaya. Namun, hal inilah pula yang sering terjadi pada kehidupan orang Kristen.
gadget, otomotif, bisnis |
Sering kali, orang Kristen lengah dan lupa bahwa mereka sedang berada di dalam peperangan dengan si jahat. Musuh sedang mengatur barisan dengan sigap tak bersuara dalam jarak dekat dan siap untuk menyerang, namun orang Kristen tidak mengetahui hal ini.
Dalam terang firman Tuhan, semua barisan tentara si jahat yang rapi itu telah dinyatakan kepada kita. Mereka persis ada di hadapan kita dengan formasi siap menyerang. Berdirilah tegap adalah instruksi dari Paulus supaya kita memasang barisan. Ini seperti teriakan seorang komandan perang yang mengisyaratkan sebuah formasi perang. Berdirilah tegap supaya formasi kita tidak hancur ketika tabrakan barisan depan dengan formasi musuh terjadi.
Ikat pinggang yang tempatnya di tengah-tengah tubuh atas dan bawah, berguna untuk mengencangkan pakaian atas dan bawah pada tubuh kita supaya gerakan kita menjadi leluasa. Berikatpinggangkan kebenaran (truth) artinya adalah gerakan dan manuver-manuver kita dalam medan perang harus sesuai dengan gerakan yang diperbolehkan kebenaran tersebut. Ikat pinggang juga dapat berarti pembatasan gerakan kita. Ini berarti serdadu Kristen terikat pada kebenaran dan tidak boleh menggunakan cara berdosa untuk mengalahkan kuasa dosa.
Baju zirah dipakai sebagai pelindung dada. Dada merupakan bagian yang paling vital selain kepala. Serangan ke dada biasanya adalah serangan yang langsung mematikan. Harus dilindungi dengan apakah dada serdadu Kristen? Tidak lain yaitu keadilan (righteousness). Terjemahan LAI “keadilan” dapat mengelirukan pembaca dengan justice.
Mungkin righteousness lebih sepadan dengan kebenaran hidup, dengan mengingat makna benar di sini dalam arti right, bukan true (yang adalah kata sifat dari truth). Sering kali serdadu Kristen hanya ingat berperang dengan truth, tetapi tidak dengan righteousness. Padahal, righteousness mempunyai peranan yang vital bagi kemenangan. Ia adalah baju zirah yang selain melindungi, juga membuat serdadu kelihatan gagah. Orang yang tidak mementingkan hidup benar kehilangan keanggunan seorang serdadu Kristus, dan sedikit serangan musuh akan langsung membuatnya terkapar. Hidup benar membuat kita menjadi serdadu yang kuat dan ditakuti.
Apakah kita sebagai serdadu Kristen sudah berdiri tegap dan mengenakan semua perlengkapan ini? Janganlah terlena lagi. Musuh diam-diam membentuk formasi untuk menggempur kita. Mari, berdirilah tegap, atur barisan, pakai ikat pinggang kebenaran, dan baju zirah hidup benar!
Bot Pasukan Injil
Karakter prajurit di dalam permainan catur mencerminkan karakter jenis prajurit di medan perang yang sebenarnya. Dalam peperangan, pasukan infantri mempunyai gerakan dan tugas berbeda dari pasukan pemanah dan pasukan berkuda. Sama halnya, masing-masing prajurit dalam permainan catur mempunyai ketentuan langkahnya sendiri. Kuda melangkah dengan huruf L dan boleh melompati prajurit lain. Benteng bergerak lurus.
Gajah menyerang dengan gerakan diagonal. Pion hanya boleh melangkah satu langkah ke depan, tetapi menyerang dengan jarak dekat secara diagonal ke depan. Yang paling ditakuti tentu adalah menteri, yang mempunyai semua kemampuan prajurit lain, kecuali kuda. Menteri adalah prajurit serba bisa dan paling membahayakan jika berada di benteng lawan. Sering kali, peperangan sebenarnya sama dengan permainan catur: cara langkah prajurit mendefinisikan seluruh kemampuan dan kekuatan prajurit tersebut.
Bagaimana dengan peperangan rohani? Orang Kristen perlu mengetahui prinsip dalam medan peperangan bahwa manuver gerakan barisan tentara sangat penting untuk memenangkan peperangan. Pola gerakan seperti apa yang mematikan dan ditakuti oleh lawan? Paulus menjelaskan dalam Efesus 6:15, “[Hendaklah] kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera.” Sama seperti gerakan menteri adalah gerakan yang paling ditakuti dalam permainan catur, manuver gerakan kaki orang Kristen yang rela memberitakan Injil adalah manuver yang paling ditakuti oleh si Jahat.
Semakin banyak orang Kristen menginjili, pasukan Iblis semakin terkepung dan formasi mereka semakin kacau balau. Gerakan mereka menjadi terhambat dan barisan mereka semakin terdesak. Langkah untuk mengabarkan Injil adalah langkah prajurit Kristen yang paling ditakuti oleh Iblis.
Apakah dalam medan peperangan rohani ini, kita sudah bersepatukan kerelaan untuk memberitakan Injil? Sering kali, kaki kita berat sekali untuk pergi mengabarkan Injil. Ini sangat merugikan kubu kita dan sekaligus menguntungkan pihak lawan. Paulus sudah memberikan rahasia untuk memenangkan peperangan ini. Dengan gerakan formasi yang tepat, niscaya kemenangan ada di tangan kita. Pakailah bot kerelaan untuk memberitakan Injil. Dengan derap langkah bot perang itu, mari kita bersama-sama menggempur pertahanan dan perlawanan musuh.
Seni Perang Paulus (III):
Perisai Iman
Ketika menyaksikan sebuah adegan perang di zaman kuno, ketika senapan dan meriam belum ditemukan, saya sering kagum melihat keberanian pasukan yang berlari menerjang ke barisan musuh. Ketika pasukan lawan seperti semut berlari menyerang, pihak yang lain memajukan para pemanah mereka. Ribuan panah dilepaskan dengan sudut diagonal yang tepat dengan mengukur kecepatan angin dan kecepatan lari pasukan musuh, dan hujan panah pun turun tepat pada posisi barisan depan musuh. Yang mengagumkan saya lebih daripada keakuratan para pemanah adalah: Mengapa para penyerang itu nekat maju padahal mereka tahu hujan panah menunggu mereka?
Salah satu jawaban yang paling penting tentu adalah iman dan harapan untuk menang. Minggu lalu, kita sudah merenungkan pola serangan pasukan Kristus terhadap musuh Kristus, yaitu dengan gerakan pemberitaan Injil. Namun, kita harus menyadari bahwa ketika kita melakukan gerakan serangan ini, setan-setan mengarahkan panah api mereka, dan kita tidak perlu meragukan keahlian dan akurasi para pemanah mereka. Jika tidak berhati-hati maka banyak orang Kristen dapat jatuh dalam hujan panah api itu.
Serangan seperti apakah panah api si jahat itu? Panah api membuat kita putus asa dalam kehidupan Kristen kita. Ia begitu menakutkan dan menciutkan kita. Dalam jerih lelah kita, sering kali, kita putus pengharapan terhadap pimpinan Tuhan. Kita takut melangkah karena seolah-olah Tuhan tidak lagi menyertai kita. Pandangan kita kepada Tuhan terhalang oleh rapatnya panah api di angkasa yang sedang mengarah kepada kita.
Pernahkah Anda kehilangan keberanian ketika sebuah pelayanan membutuhkan langkah iman? Ikutilah nasihat Paulus: “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat” (Efesus. 6:16).
Helm Keselamatan dan Pedang Roh
Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah. (Efesus. 6:17)
Apakah dapat Anda bayangkan berangkat perang tanpa helm? Prajurit yang paling tangguh sekali pun tidak akan meremehkan bagian tubuh yang paling penting itu. Bersama dada, kepala adalah bagian tubuh yang vital. Serangan di kepala dapat membuat seorang petarung pusing, sempoyongan, tidak konsentrasi, pingsan, sampai tewas. Karena itu, perlengkapan yang menutup dan melindungi kepala prajurit Kristen tidak boleh sembarangan. Paulus menyuruh jemaat Efesus untuk menerima ketopong (helm) keselamatan. Apa maksud dari kepala terlindungi helm keselamatan?
Saya teringat pernah suatu kali bermain game dengan cara curang. Dengan cara tertentu, saya membuat jagoan saya kebal dan tidak dapat mati diserang oleh musuh sehebat apa pun. Perbedaannya dengan main tanpa kekebalan tak terbatas adalah adanya rasa aman dan tenang ketika bermain. Tidak ada kekhawatiran jagoan mati di tengah jalan karena musuh terlalu tangguh. Dengan langkah pasti dan kokoh, jagoan saya maju melibas satu per satu musuh hingga menamatkan permainan dengan kemenangan.
Sama halnya, ketika kita maju berperang di medan peperangan rohani, kita perlu jaminan keselamatan. Tanpa jaminan keselamatan dari Tuhan, kita tidak akan sanggup menang. Bukankah kemenangan besar si jahat adalah jika dia berhasil membawa orang ke dalam kebinasaan? Selain itu, keyakinan akan janji keselamatan membuat kita dapat maju dengan tidak ragu dan dengan hati yang damai sejahtera. Ini membuat kita menjadi prajurit yang tak tergoyahkan.
Pedang Roh adalah satu-satunya senjata ofensif dari semua perlengkapan yang disebutkan oleh Paulus. Semua perlengkapan yang lain menjaga kita dari serangan Iblis, tetapi pedang Roh adalah senjata yang secara langsung dapat mematikan lawan. Pertarungan tidak dimenangkan hanya dengan pertahanan yang baik, tetapi dengan serangan yang baik juga.
Seberapa piawai kita memakai pedang itu tergantung dari pengenalan kita akan firman Tuhan. Pengenalan firman Tuhan tidak hanya didapatkan dari pemahaman yang dalam dan mengakar, tetapi juga dari melakukan firman Tuhan. Orang yang rajin melakukan firman Tuhan bagaikan orang yang tidak puas hanya dengan menghafal teori permainan pedang, tetapi langsung mempraktikkan pedang itu di lapangan.
Apakah Anda sudah menggunakan helm keselamatan, yang menjamin Anda bertempur dengan damai dan rasa aman, dan sudahkah Anda piawai mengayunkan pedang Roh, yang memberikan kemenangan itu?
Senjata Terakhir
Selama beberapa minggu kita telah merenungkan perlengkapan-perlengkapan perang yang paling ditakuti oleh Iblis, yaitu ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan memberitakan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh. Dari perlengkapan dan senjata yang dinasihatkan oleh Paulus, kita mengenal ketangguhan musuh kita. Mereka sama sekali tidak dapat diremehkan karena hanya dapat dikalahkan dengan senjata paling baik dari sorga. Dan kini, sampailah Paulus pada puncaknya ketika dia mengeluarkan senjata pamungkas terakhir.
“… Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus” (Efesus. 6:18).
Doa adalah senjata terakhir dan pamungkas yang harus dibawa oleh orang Kristen ke dalam medan peperangan rohani itu. Tidak ada satu pun perlengkapan atau senjata yang disebutkan sebelumnya yang dapat digunakan dengan efektif jika tidak disertai dengan senjata terakhir ini. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Berdoalah setiap waktu.”
BACA JUGA: SIAPAKAH HAMBA TUHAN YANG SEJATI?
Berdoa menunjukkan siapa sesungguhnya yang memenangkan peperangan. Kita harus berdoa setiap saat karena tanpa doa kita tidak akan dapat menggunakan senjata pemberian Allah. Tanpa doa, kita juga akan mempunyai persepsi yang salah terhadap kekuatan diri kita. Kita akan mengira bahwa kita memenangkan peperangan karena kepiawaian diri kita dalam menggunakan semua perlengkapan perang itu dan kemudian kita menjadi sombong.
Tidak hanya berdoa bagi diri sendiri, kita juga harus berdoa bagi rekan seperjuangan kita. Bukankah barisan yang tercerai-berai adalah tanda bahwa kekalahan sebuah pihak sudah dekat? Saling mendoakan membuat barisan kita terjalin dengan erat dan kehendak Tuhan dinyatakan dan digenapkan melalui kita sebagai sebuah umat yang kolektif. Dan tidak ada yang lebih mengerikan bagi lawan kita daripada semua umat Tuhan di dunia serentak taat terhadap komando Tuhan.
Erwan.