BANGKIT KEMBALI DARI KEGAGALAN (MAZMUR 37:23-24)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
BANGKIT KEMBALI DARI KEGAGALAN . “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya” (Mazmur 37:23-24)
Pengantar:
Pernahkah anda gagal, atau membuat kesalahan? Kenyataan bahwa anda pernah gagal adalah bukti bahwa anda belum selesai. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Setiap orang pernah gagal! Bahkan semua orang yang berhasil sekarang ini, pernah gagal pada suatu waktu di masa lalu. Justru kegagalan dan kesalahan dapat menjadi jembatan bukan penghalang bagi kehidupan yang lebih baik jika kita dapat mengambil pelajaran darinya. Jika anda pernah gagal atau tidak mencoba melakukan apapun karena takut gagal, perhatikanlah hal-hal berikut ini.
KETAHUILAH BAHWA SETIAP ORANG PERNAH GAGAL
Kitab Suci mencatat kegagalan dalam goresan tinta emas yang terdapat dalam kisah hidup mereka. Orang-orang seperti Abraham, Yakub, Musa, Daud, Petrus, adalah orang-orang yang pernah gagal.Sukses tanpa kegagalan hanyalah sekedar mitos. Orang-orang yang pernah gagal di masa lalu tetapi kini berhasil adalah mereka tidak pernah berhenti mencoba, tidak pernah takut untuk gagal, dan ketika jatuh mereka segera bangkit kembali. Pemahaman bahwa tiap orang pernah gagal akan mencegah kita dari berputus asa, frustrasi, dan melakukan tindakan yang fatal.
Pemahaman bahwa sukses tanpa kegagalan hanyalah sekedar mitos belaka akan membuat kita bisa melihat perspektif positif dari kegagalan kita. Kegagalan adalah peluang untuk memulai kembali dengan lebih cerdik. Ingatlah, bahwa setiap peristiwa memiliki hikmah yang membuat kita kaya dengan pelajaran dan pengalaman hidup. Faktanya adalah 99 % dari sukses di bangun di atas kegagalan sebelumnya. Karena itu, kita perlu belajar dari orang-orang yang telah berhasil, berbicara dengan orang-orang yang lebih cerdas dan berwawasan luas, serta ajukan pertanyaan-pertanyaan penting pada mereka.
Abraham Lincoln adalah seorang pribadi yang tekun. Sifatnya yang pantang menyerah telah membuatnya mampu bertahan melalui berbagai rintangan dan menjadi orang yang berhasil. Abraham Lincoln mampu membuat kegagalan menjadi “jembatan” untuk maju dari satu keberhasilan kepada keberhasilan yang lebih tinggi.
Lihatlah catatan sejarah hidupnya dibawah ini: Tahun 1816 keluarganya diusir dari rumahnya, sehingga ia harus bekerja; tahun 1818 ibunya meninggal dunia; tahun 1831 gagal dalam berbisnis; tahun 1832 gagal menjadi anggota legislatif. ia kehilangan pekerjaan dan ingin sekolah difakultas hukum tetapi tidak diterima; tahun 1833 meminjam uang untuk memulai lagi bisnisnya dan bangkrut pada tahun itu juga dan ia harus melunasi hutangnya selama 17 tahun; tahun 1834 terpilih sebagai anggota legislatif; tahun 1835 bertunangan, kemudian tunangannya mati dan ia patah hati; tahun 1836 mengalami “nervous breakdown” dan harus berbaring selama 6 bulan; tahun 1838 ingin menjadi pembicara badan legislatif, tetapi gagal; tahun 1840 ingin menjadi “elector”, tetapi gagal; tahun 1843 ingin menjadi anggota kongres, tetapi gagal; tahun 1846 berhasil menjadi anggota kongres; tahun 1848 tidak terpilih untuk yang kedua kalinya sebagai anggota kongres; tahun 1849 melamar sebagai walikota, tetapi ditolak; tahun 1854 ingin menjadi anggota senat Amerika, tetapi gagal; tahun 1856 mencalonkan diri sebagai wakil presiden Amerika, tetapi gagal karena ia hanya mendapat suara kurang dari 100; tahun 1858 Ingin menjadi anggota Senat Amerika lagi,tetapi kalah; tahun 1860 terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
KETIKA GAGAL SEGERALAH BANGKIT KEMBALI
Sebuah survey yang yang dilakukan di Malaysia menyatakan bahwa dibutuhkan rata-rata 240 kali proses jatuh bangun dari seorang bayi, sebelum ia mampu berjalan. Saat mulai belajar berjalan, dan ia jatuh, ia akan menyalahkan orang tuanya karena kurang membimbingnya, atau menyalahkan lantai karena licin. Mereka belum bisa berpikir sejauh itu.
Namun mereka menikmati sekali proses jatuh bangun itu. Mereka tanpa berpikir lama akan bangkit lagi dengan tersenyum dan semangat. Mereka bangkit dan berusaha mencoba sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi, sampai mereka bisa berjalan. Karena itu, hal yang terbaik dan wajar yang kita dapat lakukan ketika kita gagal adalah segera bangkit kembali dan jangan takut untuk mencoba lagi. Karena yang menentukan bukanlah sejauh mana anda jatuh, melainkan seberapa tinggi anda melambung kembali.
Michael Yordan, dalam suatu suatu interviews acara televisi ESPN, mengisahkan tentang perjalanan kariernya. Ia mengatakan “Lebih dari 3000 kali saya diberi kepercayaan untuk menyarangkan bola ke jaring lawan namun saya gagal melakukannya. Saya diberi 26 kali kepercayaan oleh tim saya untuk melakukan tembakan terakhir pada saat pertandingan final dan saya pun gagal. Lebih dari 300 kali saya berkontribusi dalam kekalahan tim saya Chicago Bulls dan kini saya masih dijuluki sebagai pemain terhebat sepanjang masa”.
Jadi ingatlah selalu bahwa keberhasilan adalah bangkit satu kali lebih banyak daripada kejatuhan anda. Jadi bangkitlah dan maju terus.
SINGKIRKAN RINTANGAN DAN HAMBATAN YANG MENGHALANGI
Kita perlu bersikap antusias, pantang menyerah, terus maju, dan selalu berpikir positif. Kita tidak perlu membiarkan cara berpikir yang salah dan negatif merintangi Kita. Bahkan kita tidak perlu mendengarkan pendapat dari orang-orang yang ingin melemahkan dan mematahkan semangat kita untuk bangkit dari kegagalan dan maju. Karena itu, kita perlu menyingkirkan setiap rintangan dan hambatan yang menghalangi kita untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Rintangan yang akan menghambat kita untuk maju datang dalam dua bentuk yaitu: pikiran negatif dan pengalaman traumatis masa lalu.
(1) kita perlu mulailah belajar mengendalikan emosi kita dengan berpikiran positif. Ketahuilah, bahwa ada hubungan yang signifikan antara pikiran dengan emosi dan tindakan-tindakan kita (Amsal 18:21; Bilangan 13 dan 14). Ide-ide positif atau negatif dari pikiran kita akan terealisasi melalui tindakan-tindakan kita. Kita perlu mengalahkan pikiran-pikiran negatif dan mengijinkan pikiran-pikiran positif mengendalikan hidup kita. Isi terus menerus pikiran-pikiran kita dengan hal-hal positif, dan membiarkan pikiran-pikiran positif ini yang mengendalikan emosi dan tindakan-tindakan kita (Filipi 4:7-8).
(2) Kita perlu membereskan pengalaman traumatis masa lalu dengan menerima pengalaman itu sebagai bagian dari hidup kita. Jika kita terlalu banyak menoleh kebelakang, kita akan segera kehilangan arah. Kita hanya memerlukan kaca spion, tanpa harus menoleh kebelakang. Artinya, kita perlu mengambil pelajaran utama dari pengalaman dan kepahitan masa lalu dan membuang semua rinciannya, termasuk kepahitan, kemarahan, dan kekecewaan.
Ingatlah ini, “tidak ada masa depan pada masa lalu, satu-satunya hal yang dapat kita ambil pada masa lalu adalah pelajarannya”. Karena itu, kita perlu mengidentifikasi pengalaman traumatis kita dan mengakuinya. Banyak orang tidak diajar untuk mengenali dan mengkomunikasikan perasaan mereka. Sehingga mereka mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan lain-lain hingga menumpuk menjadi timbunan sampah yang menghasilkan penyakit dan akibat-akibat tragis yang menghancurkan dan mematikan kehidupan.
Kita juga perlu sesegera mungkin memaafkan orang-orang yang telah menyakiti kita di masa lalu. Memaafkan memang tidak mudah tetapi harus karena hal itu sangat membantu mempercepat proses penyembuhan hati dan emosi kita. Ingatlah selalu kepada Tuhan yang Mahapemurah dan pengampun yang telah berkemurahan dan mengampuni kita. Terimalah pengampunan dari Tuhan karena hal itu akan menjadikan kita sebagai orang yang juga pemurah dan bersedia memaafkan orang lain. Ada kekuatan yang menyembuhkan di dalam pengampunan
TETAPLAH PERCAYA PADA TUHAN
Ketika kita tidak memiliki apapun, selain Tuhan, itu cukup bagi kita, karena memang hanya Dia yang kita perlukan untuk berhasil! Siapa yang kita miliki dan menyertai kita itu lebih penting dari apapun bagi keberhasilan kita.
Keberhasilan Yusuf lebih ditentukan oleh penyertaan Tuhan dan posisinya dihadapan Tuhan. Karena posisi hidupnya berada dalam penyertaan Tuhan, di mana pun ia berada ia selalu berhasil. Dikatakan tentang Yusuf dalam Kejadian 39:2b “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya”. Di sini terlihat bahwa keberhasilan bukanlah apa yang Yusuf miliki, melainkan siapa yang ia miliki.
Yusuf tidak memiliki apa-apa secara materi, tetapi pada saat yang sama ia memiliki segalanya karena Tuhan menyertainya. Jadi, satu-satunya hal yang paling kita butuhkan untuk bangkit dari kegagalan menuju keberhasilan adalah penyertaan Tuhan.
Perhatikanlah keadaan Yusuf! Ia memulai kisah suksesnya dari tempat dan posisi yang buruk. Dimusuhi oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, tidak ada harta dan uang, tidak memiliki kualifikasi pendidikan, tidak ada relasi dengan pejabat atau orang-orang berpengaruh, dan di penjara dengan tuduhan palsu.
Ia benar-benar tidak memiliki apa-apa. Tetapi ia memiliki Tuhan yang berdaulat dan berkuasa, yang ia percayai, yang membawanya ke posisi Perdana Menteri di Mesir. Yusuf mengakui semua keberhasilannya adalah karena Tuhan, keberhasilannya karena maksud dan tujuan Tuhan.
Dikatakan tentang Yusuf demikian, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” (Kejadian 45:5-8).
BACA JUGA: FILSAFAT PELAYANAN
Penutup:
Definisi dunia tentang penentu keberhasilan adalah relasi dengan orang-orang penting atau orang-orang berpengaruh dan lokasi atau tempat yang tepat. Namun bagi orang percaya penentu keberhasilan adalah Tuhan (Amsal 19:21).
Raja Daud mengatakan, “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Mazmur 37:23-26).
Seperti Yusuf, kesulitan seringkali diijinkan Tuhan untuk suatu maksud yang baik bagi kita, tetapi Tuhan yang berdaulat dan berkuasa, tidak tinggal diam, Ia ada dibalik layar, akan membawa kita melewati masa-masa atau keadaan yang sulit menuju ke tempat yang lebih baik. Karena itu tetaplah percayalah kepada Tuhan yang akan membawa kita ke tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat.