Kisah Para Rasul 8:26-40 (Filipus dan Sida-sida)

PDT. BUDI ASALI. M. DIV.
Kisah Para Rasul 8:26-40 (Filipus dan Sida-sida)Kisah Para Rasul 8:26-40 (Filipus dan Sida-sida). Kisah Para Rasul 8:26-40 - “(26) Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi. (27) Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. (28) Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. (29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. (34) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’ (35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. (36) Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’ (37) [Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’] (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. (40) Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.”.

I) Sida-sida dari Ethiopia.

Catatan: sida-sida adalah pejabat istana yang dikebiri.

1) Ia beribadah di Yerusalem (Kisah Para Rasul 8:27b).

Kisah Para Rasul 8:27: “Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.”.

Jadi mungkin ia adalah pengikut agama Yahudi dan ia tidak malu menunjukkan dirinya sebagai penganut agama itu.

2) Ia membaca Kitab Suci (Kisah Para Rasul 8:28).

Kisah Para Rasul 8:28: “Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya.”.

Banyak orang kristen tidak membawa Kitab Sucinya kalau bepergian, apalagi membacanya dalam perjalanan. Tetapi orang ini membaca Kitab Suci dalam perjalanan. Kerinduan / cintanya akan Kitab Suci adalah sesuatu yang harus kita tiru.

Penerapan:

Rajinlah bersaat teduh, baik pada saat saudara ada di rumah maupun pada waktu saudara bepergian.

3) Ia tidak mengerti apa yang ia baca (Kisah Para Rasul 8:31), tetapi ia toh membaca terus.

Kisah Para Rasul 8:31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.”.

Ini menunjukkan bahwa ia mempunyai ketekunan. Ada banyak orang yang berhenti membaca Kitab Suci dengan alasan bahwa mereka sudah membaca dan mereka tidak mengerti. Memang dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar dimengerti, tetapi ada juga bagian-bagian yang mudah dimengerti. Kita harus terus membaca sekalipun ada bagian-bagian yang tidak kita mengerti, karena pada saat kita membaca bagian-bagian yang mudah, kita bisa mengerti dan itu bisa berguna bagi kita.

4) Ia mempunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci (Kisah Para Rasul 8: 31).

Kisah Para Rasul 8:31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.”.

Banyak orang tidak ingin mengerti Kitab Suci. Mereka hanya ingin mendengar kata-kata Pendeta / pengkhotbah, tetapi Kitab Sucinya sendiri tidak mereka pedulikan. Atau mereka hanya ingin tahu tentang topik-topik tertentu saja, tetapi mereka tidak ingin mengerti arti dari ayat-ayat Kitab Suci. Lebih-lebih mereka tidak ingin tahu bagaimana ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan bisa diharmoniskan. Ini sikap yang salah! Orang kristen harus mermpunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci!

5) Sekalipun ia adalah seorang pejabat, tetapi ia mempunyai kerendahan hati, yang ditunjukkannya dengan:

a) Mau mengakui bahwa ia tidak mengerti (Kisah Para Rasul 8:31).

Kisah Para Rasul 8: 31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.”.

Merasa tidak mengerti, atau merasa butuh tambahan pengertian, adalah sesuatu yang sangat penting kalau saudara memang mau tumbuh dalam iman. Perasaan ini biasanya ada dalam diri orang kristen yang masih baru, tetapi seringkali hilang setelah orang itu mulai banyak mengerti Kitab Suci. Tetapi, begitu seseorang merasa sudah mengerti, atau sudah cukup mengerti sehingga tidak membutuhkan tambahan pengertian, maka pasti orang itu tidak akan bertambah maju dalam pengertian. Hal ini sebetulnya berlaku bukan hanya terhadap Kitab Suci secara keseluruhan, tetapi juga terhadap topik-topik tertentu. Kalau saya mempelajari topik tertentu misalnya Predestinasi, maka saya mempunyai perhatian khusus tentang bagian yang tidak saya mengerti, misalnya adanya serangan yang tidak bisa saya jawab. Tetapi kalau semua itu sudah beres, saya tetap mempelajarinya melalui buku-buku yang ada karena saya berpikir mungkin masih ada hal-hal tentang Predestinasi yang sama sekali belum saya ketahui.

b) Tidak malu diajar orang lain, yang bahkan tidak ia kenal (Kisah Para Rasul 8:31,34).

Kisah Para Rasul 8:31,34: “(31) Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. ... (34) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’”.

Kitab Suci memang perlu diberi penjelasan (Neh 8:9) dan Tuhan mempunyai anak-anak yang Ia beri karunia pengajaran (Roma 12:7b Efesus 4:11-12). Karena itu, kitapun harus mau menerima pengajaran Kitab Suci dari hamba-hamba Tuhan yang memang dipakai oleh Tuhan untuk mengajarkan Kitab Suci.

Neh 8:9 - “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.”.

Roma 12:7 - “Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;”.

Efesus 4:11-12 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,”.

II) Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida.

1) Filipus mendapat pimpinan Tuhan (Kisah Para Rasul 8:26).

Kisah Para Rasul 8:26: “Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi.”.

‘Jalan itu jalan yang sunyi’ (Kisah Para Rasul 8: 26) seharusnya adalah ‘yang adalah padang pasir’.

KJV: ‘which is desert’ [= yang adalah padang pasir].

Jadi, Filipus disuruh meninggalkan orang-orang Samaria yang sudah bertobat karena penginjilan yang ia lakukan (8:4-25), lalu pergi ke padang pasir, dimana pasti tidak banyak manusianya. Ini menunjukkan bahwa pimpinan Tuhan sering tidak cocok dengan logika / pemikiran kita (Yesaya 55:8-9). Tetapi Filipus taat (Kisah Para Rasul 8: 26).

2) Tuhan memberi pimpinan lagi (Kisah Para Rasul 8: 29).

Kisah Para Rasul 8: 29: “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’”.

Ketaatan Filipus dalam Kisah Para Rasul 8: 26 menyebabkan Tuhan memberikan pimpinan lagi. Memang kalau kita mau taat, Tuhan akan mempimpin terus / lagi. Sebaliknya kalau kita mendapat pimpinan Tuhan dan kita tidak mau taat, maka lambat atau cepat Tuhan akan berhenti memimpin kita.

Dan sekarang dalam Kisah Para Rasul 8:29 terlihat bahwa pimpinan Tuhan dalam Kisah Para Rasul 8: 26 tadi tidak ngawur, dan ketaatan Filipus tidaklah sia-sia. Memang ketaatan kepada Tuhan tidak pernah sia-sia.

3) Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida (Kisah Para Rasul 8: 32-35).

Kisah Para Rasul 8:32-35: “(32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. (34) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’ (35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.”.

Kisah Para Rasul 8:32-33 adalah kutipan dari Yes 53:7b-8a versi Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani). Perhatikan bahwa ada perbedaan menyolok antara versi Ibrani dan versi Yunani.

Kisah Para Rasul 8:32b-33 - “(32b) Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceritakan asal usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi.”.

Yesaya 53:7b-8a - “(7b) seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8a) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup,”.

Sida-sida itu bertanya kepada Filipus: “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” (Kisah Para Rasul 8:34). Sebetulnya pada waktu menjawab pertanyaan itu, Filipus bisa saja:

a) Hanya menjelaskan pertanyaan itu dan tidak memberitakan Injil.

Misalnya dengan berkata: ‘O nabi itu berkata demikian tentang dirinya sendiri’. Atau ‘O nabi itu berkata demikian tentang Yesus / Mesias’.

b) Menjelaskan bahwa LXX / Septuaginta itu salah terjemahan.

Tetapi bukan itu yang dilakukan oleh Filipus. Ia tahu bahwa sida-sida itu belum percaya, dan yang terpenting baginya adalah Injil. Jadi, ia memakai pertanyaan sida-sida dan Yesaya 53:7-8 itu hanya sebagai batu loncatan untuk memberitakan Injil kepadanya (Kisah Para Rasul 8:35).

Kisah Para Rasul 8:35: “Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.”.

Penerapan:

Pada waktu saudara ditanyai oleh orang yang belum percaya, baik dia itu kristen KTP atau kafir total, jangan asal menjawab. Berusahalah untuk memberitakan Injil.

Misalnya:

1. Kalau saudara berbicara dengan orang yang belum percaya tentang buku ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang Neraka’, saudara tidak perlu memperdebatkan apakah buku itu wahyu palsu atau asli. Saudara bisa memakai pembicaraan tentang neraka dalam buku itu sebagai batu loncatan untuk memberitakan Injil.

2. Kalau ada orang yang belum percaya bertanya tentang Allah Tritunggal, maka saudara bisa menjawab sebagai berikut: “Allah Tritunggal itu begini: Bapa itu Allah; Anak itu juga adalah Allah, tetapi Ia lalu menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus. Dan Ia mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dengan demikian kalau kita mau percaya kepada Yesus, kita akan diampuni.”.

Dengan demikian saudara memang tidak menjawab pertanyaannya sepenuhnya, karena saudara mengabaikan Roh Kudus sebagai pribadi ke 3 dari Allah Tritunggal, tetapi saudara memberitakan Injil kepada dia. Pikirkan: apa gunanya doktrin Allah Tritunggal bagi orang yang belum percaya? Yang ia butuhkan adalah Injil, bukan doktrin Allah Tritunggal!

III) Baptisan terhadap sida-sida.

1) Sida-sida itu minta dibaptis (Kisah Para Rasul 8:36).

Kisah Para Rasul 8: 36: “Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’”.

a) Perhatikan bahwa bukan Filipus yang mendesak dia untuk dibaptis.

Ada banyak orang yang senang mendesak orang lain untuk dibaptis. Sikap ini menunjukkan kurangnya pengertian tentang baptisan, iman dan keselamatan. Kalau baptisan memang bisa menyelamatkan, maka tentu kita harus mendorong seadanya orang untuk dibaptis. Tetapi karena yang menyebabkan seseorang selamat itu adalah imannya kepada Kristus, maka kita hanya perlu memberitakan Injil. Kalau ia menerima penginjilan itu, baru kita menjelaskan mengapa ia harus dibaptis. Tetapi kita tidak perlu mendesaknya untuk dibaptis. Kalau ia betul-betul percaya, ia pasti akan mau sendiri sekalipun tidak didesak!

b) Sida-sida itu sendiri yang minta dibaptis (Kisah Para Rasul 8:36).

Ini merupakan sesuatu yang baik karena:

1. Ini menunjukkan bahwa sida-sida itu ingin mentaati Tuhan. Ini bukti iman (Yakobus 2:17,26). Tentu bukti iman bukan hanya mau dibaptis. Kalau saudara mau dibaptis, tetapi dalam banyak hal lain tetap sengaja memelihara dosa, maka itu tentu membuktikan bahwa saudara belum beriman.

2. Ini menunjukkan bahwa sida-sida itu tidak malu menjadi orang kristen / menunjukkan imannya kepada orang lain. Dan jangan berpikir bahwa pada saat itu tidak ada orang lain kecuali Filipus dan sida-sida. Perhatikan Kisah Para Rasul 8: 38 dimana sida-sida menyuruh menghentikan kereta. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu sedikitnya ada satu orang lain. Memang mengingat bahwa sida-sida itu adalah seorang pejabat, tidak mungkin ia bepergian sendirian.

Kisah Para Rasul 8: 38: “Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.”.

2) Filipus membaptis sida-sida (Kisah Para Rasul 8:37-38).

Kisah Para Rasul 8:37-38: “(37) [Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’] (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.”.

Penjelasan tentang ay Kisah Para Rasul 8:37:

a) Perhatikan bahwa dalam Kitab Suci Indonesia Kisah Para Rasul 8:37 itu ada dalam tanda kurung. Demikian juga dalam NASB. Dalam NIV dan RSV bagian ini bahkan dihapus dari text dan hanya diletakkan di footnote / catatan kaki. Hanya KJV yang menuliskan bagian itu seperti biasa.

b) Bagian itu tidak ada dalam manuscript-manuscript kuno.

c) Bagian ini ada dalam manuscript-manuscript yang lebih baru, tetapi bervariasi (berbeda antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain).

Karena itu saya berpendapat bahwa Kisah Para Rasul 8:37 itu tidak ada dalam manuscript asli / autograph.

Jadi, tidak ada jawaban dari Filipus yang ditulis di sini. Tetapi yang jelas Filipus tidak berkeberatan apa-apa untuk membaptis ( Kisah Para Rasul 8:38). Andaikata Filipus adalah orang jaman sekarang, mungkin ia akan keberatan membaptis, dengan alasan:

1. Saya bukan pendeta tetapi hanya diaken / Pemberita Injil.

2. Tidak ada gereja yang menaungi.

3. Tidak ada majelis yang menyaksikan.

4. Kita tidak berada dalam gedung gereja.

5. Kamu belum ikut katekisasi, dsb.

Tetapi Filipus tidak menyatakan keberatan seperti itu. Tanpa banyak bicara, Filipus membaptis sida-sida itu.

3) Apakah baptisan di sini adalah baptisan selam?

Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus kita pelajari.

a) Kata-kata ‘ada air’ (Kisah Para Rasul 8:36).

Kisah Para Rasul 8:36: “Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’”.

Kata-kata ‘ada air’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah TI HUDOR. HUDOR artinya ‘air’; sedangkan TI bisa berarti ‘a certain’ [= tertentu] seperti dalam KJV, atau ‘some’ [= sedikit]. Kalau bagian ini diartikan ‘some water’ [= sedikit air], jelas menunjuk pada air yang cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge:

“He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.


b) Sekarang kita perhatikan Kisah Para Rasul 8:38-39.

Kisah Para Rasul 8:38-39: “(38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.”.

Kisah Para Rasul 8:38: ‘turun ke dalam air’ (NIV: ‘went into the water’).

Kisah Para Rasul 8:39: ‘keluar dari air’ (NIV: ‘came up out of the water’).

Dilihat sepintas, rasanya hal ini mendukung baptisan selam. Tetapi mari kita pelajari secara lebih seksama.

Ada 2 kemungkinan menafsirkan istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ ini. Pertama, sida-sida itu betul-betul direndam seluruhnya dalam air, lalu keluar dari air. Kedua, ia masuk ke dalam air, tetapi hanya sampai sebatas kaki / paha, lalu keluar dari air.

Orang yang pro baptisan selam tentu senang dengan kemungkinan yang pertama, tetapi kemungkinan pertama ini justru tidak mungkin, karena Kisah Para Rasul 8:38 berkata ‘keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu’ dan  Kisah Para Rasul 8:39 berkata ‘mereka keluar dari air’. Jadi kalau Kisah Para Rasul 8: 38-39 diartikan bahwa sida-sida itu diselam / direndam total, maka itu juga harus berlaku untuk Filipus sebagai orang yang membaptis, dan ini jelas tidak mungkin (bisakah saudara bayangkan bahwa baik yang dibaptis maupun yang membaptis sama-sama ‘menyelam’ di dalam air?).

Karena itu, yang benar pasti adalah kemungkinan yang kedua, yaitu mereka berdua masuk ke dalam air, tetapi air hanya merendam mereka sebatas betis atau paha, dan Filipus lalu melakukan baptisan tuang atau percik, dan lalu mereka berdua keluar dari air.

Penutup:

Filipus tidak membaptis sida-sida itu dengan baptisan selam! Mungkin dari seluruh Kitab Suci, bagian ini adalah bagian yang paling menyolok dan kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan penyelaman! Karena itu jangan percaya omongan banyak orang yang berkata bahwa baptisan selam adalah satu-satunya baptisan yang sah!

4) Setelah Baptisan.

a) Filipus dilarikan oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:39) dan terus memberitakan Injil mulai dari Asdod sampai Kaisarea (Kisah Para Rasul 8:40).

Kisah Para Rasul 8:39-40: “(39) Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. (40) Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.”.

Tidak heran dalam Kisah Para Rasul 21:8 Filipus disebut ‘Pemberita Injil’. Maukah saudara memberitakan Injil seperti Filipus?

b) Sida-sida meneruskan perjalanan dengan sukacita ( Kisah Para Rasul 8:39).

Orang yang mau percaya kepada Kristus memang akan mendapatkan sukacita (bdk. Kisah Para Rasul 16:34 Galatia 5:22). Dan selanjutnya, makin seseorang taat, makin ia akan dipenuhi sukacita dari Tuhan. Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mau percaya kepada Kristus, dan terus berbuat dosa, tidak akan pernah mendapat sukacita maupun damai. Karena itu jangan terus ada di luar Kristus. Datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, dan sama seperti sida-sida itu saudara akan bersukacita.

-AMIN-
Next Post Previous Post