EMPAT FASE PERJALANAN SPIRITUAL

Dr. David Tong PhD. 

Bacaan : Kejadian.12:1-20

“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kejadian 12:1-3)

Siapa yang tidak kenal Abraham? Sejak masih kecil kita sudah diajarkan mengenai siapa diri Abraham tsb. Dia tidak pernah mengenal Tuhan ketika dia hidup di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan pula. Sebelum menerima panggilan Tuhan, sebelum dia menerima firman Tuhan dalam Kejadian.12:1 ini, dia tinggal di satu kota bernama Ur di daerah Babilonia. Dia adalah seorang yang memuja berhala, tetapi akhirnya Tuhan memanggil dia keluar menjalankan misi dari dari Tuhan. 

Sebenarnya Kejadian.12:1 ini tidak bisa dipisahkan dengan pasal sebelumnya yaitu Kejadian.11, dimana saudara melihat usaha manusia untuk mencari nama untuk diri mereka sendiri, usaha manusia untuk melakukan sesuatu demi diri mereka sendiri, tetapi akhirnya dengan gampang Tuhan hancurkan semua usaha manusia itu.

Betapa banyak orang pada saat ini yang begitu angkuh dan merasa Tuhan hanya sebagai suatu vitamin di dalam hidup mereka. Mereka hanya mencari Tuhan kalau mereka perlu Tuhan. Mereka baru bersandar Tuhan kalau mereka harus bersandar Tuhan di dalam kehidupan sehari-harinya. Ambisi mereka, cita-cita mereka adalah semata-mata bagi diri dan untuk diri mereka, mereka mencari nama untuk diri sendiri. Sadar atau tidak sadar, orang Kristen juga melakukan hal yang sama, mencari nama untuk diri sendiri, melakukan bukan untuk pekerjaan Tuhan dalam hidup mereka, tetapi untuk pekerjaan mereka sendiri. They are building their own kingdom. 

Dengan gampangnya Tuhan hancurkan semua itu. Maka di dalam Kejadian.12:1 sebagai counternya Tuhan memberikan janji kepada Abraham dan dalam dua ayat berikutnya, yaitu ayat 2 -3 saudara akan menemukan ada tujuh janji Tuhan kepada Abraham.

Angka tujuh adalah satu angka sempurna di dalam Alkitab, satu janji Tuhan yang sempurna. 1. “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar.” 2. “Aku akan memberkati engkau.” 3. “Aku akan membuat namamu masyur.” 4. “Engkau akan menjadi berkat.” 5. “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau.” 6. “Aku akan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau.” 7. “Olehmu semua kaum di muka bumi ini akan mendapatkan berkat.” 

 Yang unik adalah janji Tuhan untuk membuat nama Abraham masyur. Itu adalah suatu counter daripada apa yang manusia lakukan dalam Kejadian 11, manusia mencari nama untuk mereka sendiri, tetapi akhirnya Tuhan mengatakan bukan manusia yang bisa mencari nama untuk mereka sendiri, melainkan Tuhan akan memberikan nama yang masyur kepada Abraham. Dan kita melihat penggenapan janji itu, dari keturunan Abraham Tuhan memberikan Yesus Kristus. 

Dia adalah Allah yang berinkarnasi ke dalam dunia, Dia menjadi manusia dan mengosongkan diriNya dan mengambil rupa sebagai seorang manusia, sebagai seorang hamba yang taat sampai mati di kayu salib sebagaimana dikatakan di dalam Fil.2, maka Tuhan Allah memberikan nama di atas segala nama kepada Tuhan Yesus Kristus.

Yesus Kristus yang lahir dari keturunan Abraham diberikan nama di atas segala nama dan nama itu datang karena melalui satu proses suffering unto glory. Kristus adalah Tuhan sendiri, yang inkarnasi ke dalam dunia, mati di atas kayu salib dan dibangkitkan dan kepadaNya diberikan nama di atas segala nama. Suffering unto glory. Suatu nama yang luar biasa di dalam hidup orang Kristen. Dan kita yang ada di dalam Kristus sesungguhnya memperoleh berkat demi berkat; sedangkan manusia yang berada di dalam Adam yang telah jatuh di dalam dosa hanya ada kutuk demi kutuk baginya. Dengan kontras ini saudara bisa melihat keindahan Tuhan.

Ketika kita mempelajari Kejadian 12 ini kita melihat fokusnya bukan the story about Abraham, this is a story about God, kisah mengenai Tuhan yang bekerja di dalam hidup manusia. Ada empat fase hidup dari manusia dan saya percaya semua orang Kristen harus mengalami empat fase ini.

1. Fase yang pertama adalah fase iman, fase dimana orang akhirnya mendengarkan firman Tuhan dan lalu beriman. Paulus mengatakan, “Iman datang karena pendengaran akan firman Tuhan.” Iman bukan datang karena melihat mujizat; iman bukan datang karena melihat begitu banyaknya mujizat dan kemuliaan Tuhan yang dinyatakan di dalam hidup orang, tetapi iman datang karena saudara mendengarkan firman Tuhan.

Inilah yang terjadi di dalam hidup Abraham. Dia adalah orang yang tidak mengenal Tuhan, tidak pernah mendengarkan mengenai Tuhan, dan tidak pernah menyembah Tuhan. Tetapi ketika suatu hari firman Tuhan datang kepada Abraham maka Abraham sekarang menjadi orang yang beriman dan hidupnya langsung diubahkan. Tadinya dia adalah orang yang demikian berdosa tetapi akhirnya dia dipakai Tuhan untuk memberikan berkat. Kalau saudara lihat siapakah Abraham, di sinilah saudara bisa melihat konsep Unconditional Election, yaitu pemilihan tanpa syarat. Siapa orang ini? 

Apa kualifikasi Abraham untuk akhirnya bisa dipanggil Tuhan, menjadi satu berkat bagi bangsa-bangsa, sebagai bapa orang beriman? Tidak ada. Tetapi kasih karunia Allah datang mendahului respons manusia, Tuhan memilih dia terlebih dahulu.

Maka dari itu kita lihat doktrin Unconditional Election ini, tidak ada kondisi, tidak ada syarat dalam diri kita, tidak ada syarat dan kualifikasi apa pun di dalam diri Abraham, Ishak dan Yakub, namun Tuhan memanggilnya. Truly salvation belongs to Him and to Him alone, sehingga Dia yang mengerjakan salvation di tengah-tengah kita. Dari orang yang tidak beriman, dari orang yang tidak memiliki apa-apa, bahkan anak pun tidak punya, Tuhan menjanjikan suatu karya keselamatan, an undeserving person truly Abraham is. 

Maka setelah Abraham mendengar firman Tuhan tsb, ia beriman. Itu adalah fase yang pertama, dan ketahuilah satu hal: iman yang engkau miliki adalah iman yang tidak seharusnya dan tidak selayaknya engkau terima. We are all an undeserving sinners, yet we receive God’s grace.Tetapi tidak berhenti di dalam fase iman.

2. Fase yang kedua, Abraham taat. Imanmu kalau tidak pernah membawa engkau kepada ketaatan kepada Tuhan, maka kita adalah orang-orang Kristen yang masih dangkal. Kalau saudara perhatikan perintah Tuhan makin lama makin sulit sebenarnya, ada perintah pergilah engkau dari negerimu, dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu, makin lama makin sulit, makin lama makin personal. Keluarlah dari negerimu, ini masih mungkin. Keluarlah dari sanak saudaramu, ini makin sulit. Tetapi inti dari perintah ini, keluarlah dari rumah bapamu, ini paling sulit. Orang yang baru beriman ini Tuhan panggil untuk keluar. Yet, Abraham taat.

Saudara perhatikan dalam Ibrani 11:8 ada kaitan yang sangat jelas sekali antara iman dan ketaatan. Di situ dikatakan, ‘karena iman maka Abraham taat…’ Ketaatan kita adalah ketaatan yang bukan berdasarkan kepada rasionalisasi dari perintah Tuhan melainkan dari iman kita. Kalau ditanyakan kepada Abraham mengapa dia mau taat, tidak ada reason yang bisa menjelaskannya. Dia tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan ini kalau Tuhan suruh dia pergi, mengapa saya harus pergi? Where should I go? Pertanyaan ini tidak bisa Abraham jawab karena Tuhan suruh dia pergi dahulu ke tempat yang akan ditunjukkan nanti belakangan. Kalau Tuhan memberikan janji, kepadamu akan Kuberikan satu keturunan yang besar, how is that possible, God? Isteriku mandul. 

Maka itu pun Abraham tidak bisa menjawab. Lalu pertanyaan when, kapan aku bisa melihat janji Tuhan itu dikabulkan? Itu pun Abraham tidak bisa menjawab karena Abraham tidak melihat. Abraham bukan setelah melihat berkat Tuhan baru dia taat kepada Tuhan. Abraham dijanjikan anak, maka selama 25 tahun dia tidak melihat janji itu tergenapi. Orang Kristen sekarang ketika memiliki suatu pergumulan, dia minta dengan cepat sekali agar pergumulan itu diselesaikan oleh Tuhan. 

Mungkin ini karena kita sudah terkondisi oleh dunia yang begitu cepat. Internet kalau sudah lewat dua detik lebih lambat, saudara sudah mangkel. Kita sudah dikondisikan dengan hidup dunia seperti ini, kita ingin semua masalah hidup kita diselesaikan dengan cepat. 

Kalau ada problem langsung konsultasi kepada hamba Tuhan, lalu minta bagaimana caranya menyelesaikan problemku ini secepat mungkin. Saudara datang ke gereja lalu dengar firman Tuhan, khotbahnya tidak langsung menyelesaikan problem saudara, saudara mulai mangkel lalu cari gereja lain yang lebih cepat, khotbahnya bukan ekspositori tetapi lebih praktikal, lebih tematik, yang lebih menjawab praktikal langsung bagi hidup saudara. Kita terkondisikan ingin mencari segala yang dengan secepat mungkin menyelesaikan problem kita. Itu bukan Biblical concept.

Dalam Alkitab Tuhan membiarkan anak-anak Tuhan bergumul bertahun-tahun, dibiarkan ‘menikmati’ pergumulan tsb bersama Tuhan. Abraham menunggu 25 tahun; Musa menunggu 40 tahun; and we have lost a sense of beauty ini, satu keindahan bergumul bersama Tuhan. Abraham tidak bisa menjawab pertanyaan ‘when’’ dia tidak bisa menjawab pertanyaan ‘how’s that possible, why?’ Dia tidak bisa menjawab pertanyaan tsb karena dia melihat ada orang lain yang lebih berkualifikasi daripada dia. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan ‘how, when,’ apalagi janji Tuhan bahwa semua kaum di muka bumi ini akan diberkati melalui Abraham. Di dalam hidupnya Abraham tidak pernah melihat hal itu terjadi, karena itu baru terjadi 2000 tahun kemudian ketika Kristus lahir di muka bumi ini.

Inilah Abraham, dia tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tsb tetapi dia bisa menjawab satu pertanyaan yang penting yaitu he trusts. Ketika pertanyaan ‘where’ tidak bisa kita jawab di dalam hidup kita; ketika pertanyaan ‘when’ tidak bisa kita jawab di dalam hidup kita; ketika pertanyaan ‘why dan how’ tidak bisa kita jawab di dalam hidup kita, satu hal yang penting dan satu hal yang saudara harus pegang, saudara harus tahu who you believe di dalam hidup ini, who do you trust?

3. Fase ketiga adalah fase berkat. Di ayat 6, setelah Abraham keluar dari kota Ur, lalu setelah beribu-ribu kilometer lalu sampai di tanah Kanaan, ketika ia sampai di Sikhem, di bawah pohon terbantin di More, pohon itu adalah satu ‘shrine,’ satu tempat ibadah orang Kanaan, yang mereka mungkin berkumpul lalu berdoa untuk ibadah di sana. Tuhan mengirim Abraham ke satu tempat yang not quite friendly bagi iman dia yang masih baru tsb, dia dikirim ke satu tempat dimana begitu banyak tantangan yang harus dia hadapi, ke satu tempat dimana orang-orang tidak mengenal Tuhan, yet di ayat 7 saudara lihat Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”

Di sinilah Abraham baru tahu, berarti kemana dia pergi dia tidak tahu, tetapi dia tahu sekarang baru dia bisa melihat janji dan berkat Tuhan direalisasikan di dalam hidup dia. Kita sebagai orang Kristen jangan seringkali hanya minta berkat dan terus berkat. Tetapi ada fase iman, ada fase taat, baru bisa sampai kepada fase berkat. Jangan katakan orang-orang di luar, jangan katakan orang-orang Karismatik suka cari berkat, waktu kita kritik mereka mari kita kritik dengan satu hati yang sedih, bukan satu lelucon, but with a grieving heart. Tetapi waktu kita mengamati menyedihkan sekali karena orang Reformed pun suka cari berkat. Tahu darimana?

Perhatikanlah isi doamu. Saya kasih pe-er minggu ini, coba data kata-kata apa yang keluar dari doamu? Seringkali yang keluar dari mulut kita hanya minta berkat saja, Tuhan berkatilah saya, berkatilah keluarga saya, berkatilah pekerjaan saya. Orang Reformed juga hanya minta berkat terus. Tetapi kalau saudara benar-benar mengentahui The Lord’s Prayer, yaitu Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya, is it truly we understand that prayer? Saudara tidak akan merasakan berkat itu sebagai hal yang utama di dalam hidup, no matter how your circumstances, hidupmu susah atau tidak, bergumul ataupun tidak, doa mengutamakan Tuhan. 

Seringkali orang Kristen mintanya fase iman lalu langsung fase berkat, tidak bisa begitu. Harus ada fase ketaatan. Fase ketaatan seringkali sangat sulit dilakukan. Yet when you obey God, when you do to His will, you will see His blessings dalam hidupmu, He will show you His blessings, itu fase yang ketiga. Seringkali orang Kristen lalu berhenti sampai di sini, karena suka fase blessing ini cukup baginya.

4. Fase yang penting berikutnya (ke-empat) adalah fase ujian. Saudara bisa lihat ayat 10 setelah akhirnya Abraham menikmati berkat Tuhan di negeri Kanaan tsb, kemudian situasinya berubah upside down, bala kelaparan timbul di negeri itu. Kalau kita jadi Abraham mungkin kita tanya Tuhan, apa yang salah, apa Tuhan tidak tunggu sampai bala kelaparan ini lewat baru engkau pimpin saya ke sini. Kenapa sudah sampai di sini, saya sudah menikmati semua, yet langsung ada bala kelaparan demikian beratnya, sampai Abraham harus lari pergi ke Mesir. 

Fase ujian adalah satu fase yang penting di dalam setiap diri orang Kristen, bahkan kalau engkau mau melayani Tuhan, engkau makin mau dekat kepada Tuhan, engkau akan semakin mengalami ujian dari Tuhan. Socrates mengatakan, “An unexamined life is not worth living,’ hidup yang tidak pernah diuji itu tidak layak untuk dihidupi. Saya mengatakan kalimat yang lebih agung daripada Socrates, “an unexamined faith is not worth having.” Imanmu kalau tidak pernah diuji oleh Tuhan, imanmu itu adalah iman yang tidak selayaknya engkau miliki, tidak ada nilainya untuk dimiliki, it is not worth having. Mengapa Tuhan harus menguji iman kita?

Yang pertama, adalah untuk menguji kemurnian iman kita. Mengapa kita beriman, itu sangat penting sekali kita diuji iman kita. Mengapa sampai saat ini saudara masih menjadi orang Kristen? Why do you still believe in Him, khususnya dalam jaman modern saat ini dimana orang semakin lama semakin anti terhadap Tuhan, kenapa engkau masih mau percaya kepada Tuhan? Dan saya masih bisa bertanya lagi, kenapa engkau masih pengurus-pengurus dan aktifis, masih mau melayani Tuhan, capek-capek bangung pagi-pagi, dan waktu semua sudah pulang, engkau masih latihan paduan suara, masih melayani, whyd o you still want to do that? Jangan-jangan karena engkau masih menerima berkat Tuhan di dalam hidupmu. Itu premise dari Setan.

Ketika Tuhan bertanya, hai Setan, lihatlah anakKu Ayub, anak yang righteous ini. Ia adalah orang yang benar, orang yang blameless. Tetapi Setan mengatakan, ia adalah orang yang beribadah karena Engkau terlalu memberkati hidupnya. Coba sekarang ambillah semua berkat itu, maka pasti dia akan meninggalkan Engkau. Itu premise dari Setan dan seringkali hal ini benar terjadi. Hari ini kita tidak ada satu problem hidup yang membuat saudara mempertanyakan Tuhan dan kebaikan Tuhan. 

Mengapa engkau masih melayani Tuhan? Mengapa engkau masih beribadah kepada Tuhan? Apa jadinya dalam hidupmu ketika engkau sudah melayaninya demikian berat, Tuhan ambil orang yang paling engkau kasihi di dalam hidupmu, anakmu, isterimu, suamimu, atau orang tuamu? Do you still serve Him? Apa jadinya kalau Tuhan merombak hidupmu sehingga engkau seakan-akan tidak mengerti lagi what’s going on and why ketika aku beribadah kepadaMu, Engkau akhirnya merombak dan membuat hidupku menjadi demikian sulit? Do you still serve Him joyfully? Iman kita adalah iman yang perlu diuji karena kalau tidak diuji, tidak ada seorangpun yang tahu mengapa engkau masih memiliki iman itu. Di sini Abraham diuji lagi, ketaatan dia diuji lagi, sekarang masih maukah engkau mengikuti Aku? Masih maukah engkau taat kepadaKu? Dan Abraham akhirnya gagal dalam hal ini.

Alasan kedua, kenapa iman kita diuji, adalah untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita. Sangat gampang bagi Abraham ketika dia sudah melakukan perjalanan rohani ini, perjalanan dari Babilonia hingga ke Kanaan ini, sangat gampang bagi dia untuk mengatakan aku sudah tuntas menjalani hidupku. Tuhan sering kali mengocok hidup kita sehingga membuat kita akhirnya mengatakan tidak melakukan apa-apa, semua kepandaian kita pun tidak bisa solve problem kita. Dan semua knowledge yang saya miliki do not prepare me for these and cannot even solve my own struggle. Tuhan bisa membuat semua itu agar nanti saudara harus bersandar kepada Tuhan.

Abraham adalah seorang yang gagal diuji pada saat itu. Kita bisa mengerti kenapa Abraham gagal. Kejadian 12:1-9 dibanding dengan ayat 10-20 hidup Abraham begitu berbeda dalam dua perikop itu. Abraham sedang mengalami satu spiritual declined. Di dalam perikop 1-9 Abraham adalah Abraham yang berjanji kepada Tuhan yang berfirman, fokusnya adalah fokus kepada Tuhan. Dia tidak bisa menjelaskan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada, but he knows whom he believes.


Dia percaya dan bersandar kepada Tuhan, dan cara-cara Tuhan eventhough he cannot understand and cannot comprehend it. Namun kemudian di perikop ayat 10-20, Abraham sekarang bergantung dengan cara-cara manusia. Abraham menipu, dari bersandar kepada cara Tuhan sekarang ia memakai cara sendiri. Yang kedua, Abraham yang telah terjepit oleh situasi dan orang-orang di sekitarnya sekarang, Abraham melihat dirinya terancam oleh keadaan di sekitarnya, sekarang mata tidak lagi melihat kepada janji Tuhan tetapi kepada kesulitan hidup.

Bagaimana dengan hidup saudara? Apakah hidupmu didefinisikan terhadap apa yang terjadi di sekitarmu atau matamu berpusat kepada apa yang Tuhan janjikan itu? Ada perbedaan yang ketiga, di perikop yang pertama, dimanapun ia pergi Abraham selalu mendirikan mezbah bagi Tuhan, altar bagi Tuhan. Kemana pun ia pergi ke tempat yang baru, ia mendirikan mezbah bagi Tuhan, memanggil nama Tuhan. Tetapi hal itu sama sekali tidak dinyatakan dalam perikop selama Abraham di Mesir. Tidak ada mezbah bagi nama Tuhan yang dipanggil Abraham. 

Dan perubahan hidup yang terakhir, Abraham dipanggil untuk memberkati orang, tetapi dalam perikop yang kedua, Abraham memberikan kutuk bagi orang. Karena keberadaan dia, Firaun dikutuk oleh Tuhan, mendapatkan murka dari Tuhan. Abraham boleh dikatakan gagal di dalam ujian ini, dan sesungguhnya ini bukanlah kegagalan satu-satunya. Abraham akan terus jatuh bangun melewati ujian demi ujian itu, sampai akhirnya dia diuji untuk menyerahkan anaknya bagi Tuhan, di situ dia sudah belajar bagaimana bergantung kepada Tuhan.

Saya percaya Abraham begitu sedih setelah dia gagal mengikut Tuhan, dia berjalan kembali. Dan ketika dia kembali ke tempat dimana dahulu dia pernah mendirikan mezbah bagi Tuhan, ke tempat dimana dahulu dia pernah memanggil nama Tuhan, saya rasa hatinya terharu melihat mezbah itu tetap ada di sana. The forgiveness of God is still available for you, Tuhan masih mau menerima dia. The will of God will never lead you where the grace of God could not keep you. The will of God and the grace of God come hand in hand. Kalau engkau dipanggil Tuhan kemana pun engkau pergi, apapun usaha yang engkau lakukan, dimana pun Tuhan menempatkan saudara, if that is the will of God, the grace of God will sustain you there.EMPAT FASE PERJALANAN SPIRITUAL.
Amin.
Next Post Previous Post