TUHANLAH YANG MEMBUATNYA BERHASIL: Nehemia 2:19-20
Pdt. Ir. Andi Halim, M.Th.
TUHANLAH YANG MEMBUATNYA BERHASIL: Nehemia 2:19-20. Nehemia 2:19 Ketika Sanbalat, orang Horon, dan Tobia, orang Amon, pelayan itu, dan Gesyem, orang Arab, mendengar itu, mereka mengolok-olokkan dan menghina kami. Kata mereka: "Apa yang kamu lakukan itu? Apa kamu mau berontak terhadap raja?"2:20 Aku menjawab mereka, kataku: "Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!" (Nehemia 2:19-20)
Nehemia 2: 20 ini menunjukkan satu penghayatan iman dari Nehemia kepada Allah. Nehemia mengenal Allah. Nehemia percaya dan berserah kepada Allah yang hidup. Pimpinan Tuhan atas Nehemia begitu jelas. Ketika Nehemia mengumpulkan orang-orang untuk memulai membangun pintu gerbang dan tembok Yerusalem yang sudah terbakar, ada hambatan yang harus terjadi. Mengapa Tuhan tidak membuat lancar saja apa yang dilakukan Nehemia dari awal sampai akhir?
Seringkali kita juga ingin hidup kita tanpa hambatan dan kesulitan tetapi Tuhan mengijinkan kesulitan terjadi. Semua terjadi dalam kedaulatan dan rencana-Nya. Tuhan menetapkan Nehemia mengalami kesulitan, bukan kebetulan. Tuhan pun menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Prinsip ini diteguhkan dalam Mazmur.127:1,2, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah sia-sialah orang yang membangunnya” dan Mazmur.124.
Mengapa Tuhan mengijinkan Nehemia dan orang-orang pilihannya mengalami banyak kesulitan? Juga Daud, Musa, dan semua anak-anak Tuhan harus mengalami kesulitan? Janji-janji palsu yang diucapkan orang-orang yang bernubuat bahwa orang percaya tidak mungkin alami kesulitan, tidak ada dalam Alkitab. Memang ada kalimat-kalimat yang berbunyi, “Tuhan akan membuat kamu berhasil jika kamu setia memegang perintah-Nya”, tetapi kalimat ini tidak berarti orang percaya tidak mungkin mengalami hambatan dan kesulitan.
Satu hal yang pasti Tuhan mengijinkan kesulitan hidup adalah karena Tuhan mau melatih iman dan kualitas rohani saudara dan saya. Tanpa kesulitan, rohani kita tidak akan teruji sama sekali. Sampai kitab Yakobus pun menulis, berbahagialah orang yang mengalami berbagai-bagai pencobaan karena mereka sedang diuji.
Iman Nehemia pun sedang diuji oleh Tuhan, apakah ia mengandalkan Tuhan. Tentunya ujian yang diberikan sesuai dengan kemampuan Nehemia. Pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita (1Korintus 10:13). Dalam melewati ujian-ujian hidup, kita tetap dituntun oleh Tuhan agar memiliki iman yang makin berkualitas. Nehemia dilatih untuk beriman dan percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Ketika Nehemia ditempat pembuangan, ia dipercaya menjadi juru minuman raja. Ini kedudukan yang sangat berharga dan bukan dilakukan dengan tipuan-tipuan.
Sebagai orang buangan seharusnya Nehemia dijadikan budak atau bahkan dibunuh tetapi justru Nehemia mendapat kedudukan yang luar biasa. Di situlah Nehemia mengalami tangan pimpinan Tuhan yang membimbingnya selangkah demi selangkah. Waktu menjadi juru minuman raja bukan berarti ia bebas masalah. Nehemia terus diuji, mirip seperti kisah Yusuf. Lalu mengapa kita tidak seperti Nehemia? Kedudukan kita mungkin tidak tinggi dan terus mengalami kegagalan? Manusia condong merasa tidak puas dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Ini hal yang tidak benar.
Sebagai seorang yang beriman kepada Tuhan maka seharusnya kita percaya bahwa tidak ada masa di mana kita tidak diberkati oleh Tuhan karena bagi orang beriman setiap detik kita diberkati Allah. Apapun yang terjadi adalah berkat Allah. Sekalipun kita mengalami musibah itu pun bagian dari berkat Tuhan yang sedang memproses kita. Tuhan pun sedang memproses Nehemia. Nehemia tidak merasa Tuhan meninggalkannya. Nehemia tidak merasa bahwa penyertaan Tuhan sudah habis.
Jadi, Tuhan juga mau melatih kualitas iman kita untuk percaya pada Tuhan dalam segala kondisi yang kita alami dengan tetap menjalani tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Kesulitan apapun yang kita alami tetap harus ada tanggungjawab terhadap apa yang Tuhan percayakan. Jika Tuhan mengijinkan kegagalan itu adalah bagian dari pendidikan Tuhan demi kebaikan kita. Hajaran Tuhan itu bukan untuk menghabisi anak-anak-Nya tetapi demi kasih-Nya pada kita.
Beberapa poin yang dapat kita pelajari tentang Nehemia yang beriman kepada Tuhan:
Pertama, saat Nehemia mengalami masa yang sulit ia berkata: Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Pengertian Allah semesta langit dan bumi adalah Allah yang menjadi Penguasa langit dan bumi yang menyertai dan menjamin hidup Nehemia. Bukan Allah yang tidak mampu, tidak berdaya seperti patung yang disembah orang yang tidak percaya. Allah yang Nehemia percaya adalah Allah Penguasa langit dan bumi dan Allah yang menyertai ini juga adalah Allah yang berencana terhadap segala kejadian yang terjadi.
Doktrin Reformed sangat menegaskan bahwa Allah kita adalah Allah yang mencipta sekaligus berencana. Ini yang dipercaya Nehemia (Nehemia 2: 20). Rencana Tuhan adalah rencana yang sempurna, tidak ada yang salah.
Kedua, Allah yang berencana juga Allah yang memilih dan memelihara orang-orang yang ditentukan untuk dipakai-Nya. Artinya, Allah berencana disertai dengan tindakan yang jelas. Rencana Allah disertai dengan pemilihan dan penetapan dan pemeliharaan. Orang-orang yang dipilih Allah tidak pernah dibiarkan melainkan dipelihara-Nya. Maka sebagai orang percaya kita harus yakin akan hal ini.
Prinsip ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam buku Katekismus Singkat Westminster, Lima Pokok Ajaran Calvinisme (Edwin Palmer), Kedaulatan Allah (A.W. Pink), buku-buku dari John Murray, John Piper, John Calvin. Buku-buku ini menegaskan bahwa kedaulatan Allah mencakup segala perkara tanpa kecuali, baik itu perkara kecil atau besar, positif atau negatif.
Tidak ada satupun kejadian yang bisa terjadi diluar dari ketetapan Allah. Jika ada hal-hal yang Tuhan sudah rencanakan tetapi kemudian ‘kebobolan’ maka berarti Allah tidak Mahakuasa atas rencana-Nya. Doktrin Reformed Classic sangat tegas mengajarkan prinsip bahwa segala sesuatu berjalan dalam kontrol dan rencana Allah. Pemikiran ini bukan membuat orang menjadi fatalisme, gampang berbuat dosa dan terima nasib. Respon ini adalah kesalahan dalam memahami prinsip Allah berdaulat dalam segala sesuatu.
Prinsip ini sama sekali tidak menghilangkan tanggung jawab manusia dalam segala hal yang ia lakukan di hadapan Tuhan. Meskipun segala sesuatu ditetapkan Allah namun manusia bukan robot. Manusia tetap bertanggung jawab dalam ‘keputusan’ yang ia ambil dalam tanggung jawabnya kepada Allah. Allah mengendalikan segala sesuatu dan manusia tetap bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan.
Lalu apa keuntungannya kita mengerti prinsip ini? Jika kita percaya segala sesuatu berada dalam ketetapan Allah berarti tidak ada yang keliru di dalam segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Tidak ada yang keliru sekalipun itu malapetaka dan musibah. Allah sudah mempersiapkan segala sesuatu yang “terbaik”. Terbaik menurut Allah dan terbaik menurut kita bisa berbeda. Baik menurut kita adalah kita hidup tanpa masalah tetapi baik menurut Allah adalah saat kita mengalami kesulitan hidup karena itu melatih dan menggembleng kualitas iman kita. Inilah yang terjadi dalam hidup Nehemia.
Tuhan juga memikirkan tujuan dari ciptaan-Nya. Tuhan tidak menciptakan kita tanpa tujuan. Kita tidak dicipta untuk melakukan sekehendak dan sebebas isi hati kita (ini ajaran postmodern). Alkitab mengajarkan dengan tegas bahwa Allah adalah Allah yang mengatur sejarah, yang mengendalikan bumi ini (Mazmur 124). Daud mengerti hal ini tetapi ia tidak bersikap pasif. Daud tetap berespon kepada Tuhan. Daud berperang dan berjuang dalam meresponi kehendak Tuhan dan ia sadar bahwa jika bukan Tuhan yang menjaganya maka ia sudah habis dan hancur. Kita aman di tangan Tuhan!
Jika Allah tidak punya rencana apa-apa maka kita pun tidak akan tahu apa yang harus kita lakukan. Kita tidak perlu takut akan masa depan karena Allah menjamin pemeliharaan atas hidup kita.
Tuhan melahirbarukan, mempertobatkan, dan mempersiapkan Nehemia untuk melakukan rencana-Nya. Tuhan pun sudah mempersiapkan sejarah bagi saudara dan saya. Tidak ada yang kebetulan. Tuhan yang memberi visi dan membukakan kehendak-Nya bagi kita. Bukan kebetulan kita lahir dan berada di tempat ini. Bukan kebetulan juga ada masalah dan problema hidup yang terjadi dalam hidup kita. Mari kita sama-sama merenungkan rencana Tuhan bagi kita.
Pdt. Stephen Tong memberikan definisi visi adalah bagaimana Tuhan punya rencana dan menyatakan rencana-Nya itu pada orang yang Ia pilih supaya mengerjakan pekerjaan-Nya bagi zamannya. Ini definisi yang sangat dalam dan mutlak.
Baca Juga: Kesukaan Penuh di Hari Keselamatan
Selama ini saya mengerti definisi visi pada umumnya yaitu sebagai kemampuan untuk melihat kebutuhan yang harus dikerjakan bagi zaman kita. Memang mirip sepertinya tetapi visi harus dimulai bukan dengan kepekaan kita melainkan dimulai oleh Tuhan yang menyatakannya pada kita dan zamannya. Hidup harus punya visi. Hidup tanpa visi akan membuat kita terombang-ambing. Jangan takut, Tuhan tengah mempersiapkan kita. Jangan takut, Tuhan punya rencana bagi kita. Jalani apa yang sekarang perlu kita jalani dengan bertanggungjawab: bagaimana belajar firman dengan bertanggungjawab, berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mencari kehendak-Nya, Tuhan akan menuntun kita perlahan demi perlahan.
Tuhan memang bisa memanggil kita secara umum (external calling) tetapi juga bisa secara khusus (internal calling). Tuhan memanggil kita untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat tetapi ada juga panggilan khusus untuk memenuhi visi yang dinyatakan Tuhan – pergilah ke seluruh dunia, jadikanlah segala bangsa murid-Ku. Bagi orang percaya visi sudah diberikan. Tuhan memanggil kita untuk memenuhi amanat agung-Nya.
Dalam kesibukan, kerutinan, kenyamanan hidup maupun ketegangan hidup, kita bisa lupa tujuan hidup kita diciptakan Allah dalam dunia yang sementara ini. Apa arti hidup dalam segala keterbatasan, kelemahan dan kesementaraan kita? Tanpa visi manusia hanya akan hidup untuk memuaskan dirinya sendiri dan melupakan Sang Khalik langit dan bumi. Nehemia teguh dalam menjalani pergumulan hidup, ia tahu apa yang menjadi rencana Allah dan ia mengerjakannya. Ia sadar Tuhan Pencipta langit dan bumi itulah yang membuatnya berhasil.
Bagaimana dengan kita? Apa yang kita kerjakan sekarang? Apa yang kita pikirkan dalam menjalani hidup yang kita anggap berhasil? Ingat, keberhasilan bukan menurut ukuran kita tetapi menurut ukuran Tuhan. Nehemia melakukan segala sesuatu bukan untuk kenikmatan diri tetapi untuk pekerjaan Allah dan berhasil menurut ukuran Allah. Mari kita renungkan kebenaran-kebenaran ini. Allah kita adalah Allah yang memilih, mempunyai rencana, menyediakan yang terbaik untuk memenuhi panggilan dan rencana-Nya sampai tugas kita selesai.
Amin.