ARTI MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB: KAJIAN EKSEGETIS DAN TEOLOGIS TERHADAP PERKATAAN KRISTUS DALAM LUKAS 9:23

Pdt.Samuel T. Gunawan, SE., M.Th.
ARTI MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB:  KAJIAN EKSEGETIS DAN TEOLOGIS TERHADAP PERKATAAN KRISTUS DALAM LUKAS 9:23
ARTI MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB: KAJIAN EKSEGETIS DAN TEOLOGIS TERHADAP PERKATAAN KRISTUS DALAM LUKAS 9:23. Sesungguhnya, karena kematian dan korban Kristus di kayu salib maka jalan untuk selamat itu telah menjadi begitu sederhana, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cara ini disebut sebagai “the greatest simplicity (kesederhanaan terbesar)”. 

Rasul Paulus dan Silas menyatakan kesederhanaan ini kepada kepala penjara Filipi saat mengatakan, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kisah Para Rasul 16:31). Walaupun jalan keselamatan itu sederhana, tetapi harga keselamatan itu mahal (1 Petrus 1:18-19; Ibrani 9:11-28) dan menjalaninya tidaklah mudah! Sesungguhnya kehidupan Kristen tidak hanya sulit untuk dijalani bahkan mustahil dijalani dengan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa hidup bagi Allah (Galatia 2:19), apabila kita terlebih dahulu mengijinkan Kristus hidup melalui kita.

Karena itu, rahasia kekuatan kehidupan Kristen adalah, “Kristus yang hidup melalui kita!” Bukan kita yang hidup bagi Yesus, tetapi Yesus hidup melalui kita. Rasul Paulus mengatakan, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20; 2 Korintus 4:10-11).

Ketika Kristus mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23), maka Ia sedang menyatakan keseriusan dari kehidupan Kristen (Bandingkan Matius 16:24; Markus 8:34).

Artinya, setelah diselamatkan, setiap orang Kristen wajib menjalani kehidupan “menyangkal dirinya” dan “memikul salibnya”. Kedua hal ini terus menerus dilakukan “setiap hari”. Pertanyaan logisnya adalah, “apakah yang dimaksud dengan menyangkal diri dan memikul salib? Bukankah Kristus telah mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita dan telah menggenapi karya penebusanNya bagi kita semua? Jika Yesus telah mati dan penebusanNya itu sempurna, mengapa setiap orang perlu memikul salib?”

Frase “menyangkal dirinya” adalah terjemahan Yunani “aparnêsasthô heauton”. Kata “aparnêsasthô” merupakan bentuk imperatif yang berasal dari kata “aparneomai”, yang berarti “membantah atau menyatakan tidak”. Jadi dalam konteks ini menyangkal diri berarti dengan tegas mengatakan “tidak”kepada kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sesungguhnya, jika kitabelum dapat mengatakan “tidak” dan belum terus-menerus mengatakan “tidak” terhadap diri sendiri, kita belum dapat menjadi pengikut Kristus. Kita tidak mungkin dapat menyenangkan diri sendiri dan pada waktu yang bersamaan menyenangkan Kristus.

Penyangkalan diri adalah bagian penting dari kehidupan Kristen. Kita melakukan ini dengan pertama-tama mengakui bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita dengan usaha kita sendiri, melainkan hanya dengan mempercayai Allah untuk keselamatan, bukan mempercayai diri kita (Efesus 2:7-9).

Selanjutnya, setiap hari, kita harus menyangkal hikmat kita sendiri dan mencari hikmat dan arahan Allah untuk hidup kita. Penyangkalan diri kita sesuai dengan kehendak Tuhan apabila kita menyangkal diri kita dengan satu tujuan, yaitu meninggikan Yesus dan melakukan kehendak-Nya. Beberapa orang telah berusaha menyangkal diri dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Mereka membuat sekte atau agama dari penyangkalan diri dan menemukan kesenangan dalam penyangkalan mereka, bukan dalam kasih karunia dan ketaatan kepada Kristus.

Ini membawa kepada legalisme yang dikatakan Paulus sebagai “ibadah buatan sendiri” (Kolose 2:23). Ingat, saat kita berfokus terhadap apa yang kita perbuat, kita menempatkan diri kita di bawah legalisme. Tetapi, ketika berfokus pada apa yang Kristus telah lakukan, kita berjalan dalam kekuatan kasih karunia (1 Korintus 15:10).

Frase “memikul salibnya setiap hari” merupakan terjemahan frase Yunani “aratô ton stauron autou kath hêmeran”. Kata “aratô” adalah bentuk imperatif yang berasal dari kata “airô”, yang berarti “mengangkat, meletakkan beban di pundak sendiri, memikul beban yang sudah ada dan membawanya”. Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1 Petrus 2:21; 4:13), kehinaan (Ibrani 12:2), ejekan (Matius 27:39), penolakan (1 Petrus 2:4), penyangkalan diri (Matius 16:24) dan kematian (Kisah Para Rasul 10:39).

Salib adalah tempat dimana Yesus mati di atasnya. Demikian juga dengan salib kita adalah sesuatu yang memungkinkan kita mati di atasnya. Itulah tempat kita menyerahkan nyawa kita. Kita mati bagi diri sendiri. Sebagaimana Kristus mengorbankan hidupnya bagi kita, kini Ia menuntut agar kita mati bagi diri sendiri untuk mengalami kehidupan baru yang telah Ia sediakan(Lukas 9:24).

Perlu diketahui, salib kita bukanlah pertengkaran dengan suami atau isteri kita, bukan juga pertengkaran orang tua dan anak. Salib juga bukanlah sakit-penyakit yang menimpa kita dan yang sampai sekarang tidak sembuh-sembuh juga. Yang dimaksudkan sebagai salib kita adalah saat kita mengambil keputusan untuk berhenti menyenangkan diri sendiri.

Salib kita terdiri dari keadaan-keadaan dan kesulitan-kesulitan hidup yang memberi kita kesempatan untuk kita mati bagi diri kitasendiri setiap hari. Ini bukanlah hal-hal seperti penyakit dan kemiskinan, yang darinya Yesus telah menebus kita, melainkan hal-hal seperti: penganiayaan dan peperangan terus-menerus antara daging kita dan roh kita yang sudah lahir baru.


Donald C. Stamps menyatakan bahwa sebagai orang percaya, kita menyangkal diri dan memikul salib kita dan mengikut Kristus melalui empat macam pergumulan dan penderitaan, yaitu:

(1) Kita menderita dalam pejuangan seumur hidup melawan dosa (Roma 6:1 Petrus 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa (Roma 6; 8:13; Galatia 2:20; Titus 2:12; 1 Petrus 2:11,22-24);

(2) Kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan saat kita memajukan Kerajaan Allah (2 Korintus 10:4-5; 6:7; Efesus 6:12; 1 Timotius 6:12). Kita mengalami perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya (2 Korintus 6:3-7; 11:23-19; 1 Petrus 5:8-10) dan penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para pengajar palsu yang memutarbalikan Injil yang benar (Matius 23:1-36; Galatia 1:9; Filipi 1:15-17);

(3) Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia (Yohanes 15:18-25; Ibrani 11:25-26) ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatannya itu jahat (Yohanes 7:7), dengan memisahkan dori kita dari dunia secara moral dan rohani, dan dengan menolak semua norma dan filsafatnya ( 1 Korintus 1:21-27);

(4) Seperti Yesus, mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayan dari dunia agamawi (Markus 8:31).

PENUTUP:

Ringkasnya, setelah diselamatkan, setiap orang Kristen wajib menjalani kehidupan menyangkal dirinya dan memikul salibnya. Menyangkal diri artinya berkata “tidak” pada kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 

Sedangkan memikul salib artinya rela menderita karena melakukan kehendak Tuhan. Kedua hal ini harus terus menerus dilakukan “setiap hari”. Keduanya adalah syarat utama bagi kita dalam mengikut Kristus setiap hari. Salib yang kita pikul hari ini adalah melakukan firman Allah, yang adalah kehendak-Nya, dan meninggikannya di atas kehendak kita sendiri dalam setiap keadaan yang kita hadapi setiap hari.https://teologiareformed.blogspot.com/

ARTI MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB: KAJIAN EKSEGETIS DAN TEOLOGIS TERHADAP PERKATAAN KRISTUS DALAM LUKAS 9:23 .
Next Post Previous Post