7 MAKNA PENTING KEBANGKITAN KRISTUS DAN BUKTI-BUKTI YANG MENEGUHKANNYA

Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
7 MAKNA PENTING KEBANGKITAN KRISTUS DAN BUKTI-BUKTI YANG MENEGUHKANNYA
gadget, otomotif, bisnis
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (1 Korintus 15:3-4)

Elmer L. Towns, pendiri Liberty University di Lynchburg, Virginia menjelaskan bahwa ada banyak agama di dunia ini, tetapi tidak satu pun yang membuat pernyataan bahwa pendirinya bangkit dari kematian seperti Kekristenan. Sang Budha, pendiri Budhisme, hidup, mati, dan meninggalkan sebuah agama yang memiliki 300 – 400 juta pengikut di seluruh dunia. Tetapi mayatnya masih ada di dalam kuburan. 

Tidak ada satu bagian pun di dalam literaturnya maupun pengikut-pengikutnya yang mengatakan yang mengatakan bahwa ia sudah bangkit dari kematian. Hal yang sama juga berlaku pada Konfusius, Muhammad, dan semua pendiri seluruh agama. Semuanya mati, dan tetap ada di dalam kubur. Kekristenan merupakan satu-satunya agama di dunia yang menegaskan bahwa pendirinya tidak hanya mati bagi orang lain, tetapi juga bangkit kembali secara jasmani dari kematian.[1] Sementara para pendiri agama lain mati dan tetap berada di dalam kubur, tidak demikian halnya dengan Kristus! Setelah mati dan dikuburkan, Ia hidup kembali dan melangkah keluar dari makamNya pada hari ketiga.[2]

Sesungguhnya, Kristus “mati bagi pelanggaran-pelanggaran kita dan bangkit bagi pembenaran kita” (Roma 4:25). Kematian dan kebangkitan Kristus tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Seperti dua sisi pada satu mata uang yang sama pentingnya, demikian kematian dan kebangkitan Kristus saling melengkapi karyaNya. Injil yang lengkap selalu mencakup pemberitaan kematian dan kebangkitan Kristus. Kita diselamatkan oleh kematianNya lebih dahulu dan juga oleh kebangkitanNya (1 Korintus 15:3-5). Menurut Rasul Paulus, intisari Injil adalah kematian dan kebangkitan Kristus. Ini merupakan dua tiang yang mendukung seluruh kebenaran agama Kristen. 

Bahkan Rasul Paulus tidak hanya membuat kebangkitan Kristus sebagai bagian yang sangat penting dalam pemberitaannya, tetapi juga mengklaim dirinya telah melihat Tuhan Yesus Kristus dalam tubuh kebangkitanNya (1 Korontus 15:8). 

Charles C. Ryrie menyatakan, “Injil didasarkan atas dua kenyataan pokok: Seorang Penebus telah mati dan Ia hidup. Penguburan itu membuktikan kenyataan kematian-Nya... Ia telah mati dan dikuburkan; Ia bangkit dan nampak. Paulus menulis penekanan ganda tersebut dalam Roma 4:25 bahwa Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Tanpa kebangkitan tidak akan ada Injil”.[3]

PENTINGNYA KEBANGKITAN KRISTUS BAGI IMAN KRISTEN

Kebangkitan Kristus dari sejak awal telah di anggap sebagai doktrin utama dalam Kekristenan. Sejak awal berdirinya Kekristenan, gereja telah memberikan kesaksian yang tak terbantahkan ini. Profesor Milligan mengatakan, “Ternyata bahwa dari sejak awal mula sejarah berdirinya Gereja Kristen bukan hanya percaya pada kebangkitan Tuhannya, tetapi bahwa kepercayaannya pada hal ini telah mendarah daging dengan seluruh keberadaannya”.[4] 

Serupa itu, Peter Kreeft dan Roland K. Tacell menuliskan, “Setiap Khotbah yang disampaikan oleh setiap orang Kristen dalam Perjanjian Baru terpusat pada kebangkitan. Injil atau kabar baik pada dasarnya berarti kabar tentang kebangkitan Kristus. Berita yang berkumandang di dunia pada masa lalu yang membangkitkan semangat, mengubah kehidupan dan menggemparkan dunia pada waktu itu bukanlah ‘kasihilah sesamamu manusia’. Setiap orang yang waras secara moral mengetahui; jadi hal itu bukanlah tergolong berita. Berita yang mengemparkan itu adalah bahwa seseorang yang mengklaim diriNya Anak Allah dan Juruselamat dunia telah bangkit dari antara orang mati”.[5] 

Khotbah Petrus pada hari Pentakosta, sepenuhnya dan sutuhnya dibangun di atas dasar kebangkitan Kristus. Kebangkitan bukan hanya merupakan tema utamanya, tetapi kalau ajaran ini dihilangkan maka tidak ada lagi ajaran lain yang tertinggal dalam Kekristenan. 

Karena kebangkitan Kristus, menurut Josh McDowell, diajukan sebagai: 

(1) penjelasan tentang kematian Kristus; 

(2) Nubuat yang dinantikan tentang pengalaman Mesianis; 

(3) Kesaksian apostolis; 

(4) Penyebab tercurahnya Roh Kudus, dan dengan demikian menjelaskan fenomena religius yang tidak mungkin dijelaskan dengan cara lain; dan 

(5) Pengesahan kedudukan Yesus dai Nazareth sebagai Mesias dan Raja.[6] 

Jadi stabilitas seluruh argumentasi dan kesimpulan bergantung sepenuhnya pada kebenagkitan Kristus. Tanpa kebangkitan, kedudukan Yesus sebagai Raja dan Mesias sulit untuk dipertahankan. Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan tetap merupakan misteri yang tidak terpecahkan. Tanpa kebangkitan, kesaksian para rasul akan kehilangan bobot. Tanpa kebangkitan, 

Injil yang diberitakan bukanlah kabar baik, melainkan kabar buruk tentang kematian Kristus.[7] Tanpa kebangkitan Kristus, agama Kristen pasti sudah mati waktu lahir. Kita tidak bisa punya agama yang hidup jika yang kita miliki hanyalah juruselamat yang mati. Tanpa kebangkitan, iman Kristen bisa saja menjadi cara hidup yang patut dianjurkan, tetapi Yesus hanya akan merupakan satu guru besar lagi yang sudah menjalani hidup-Nya dan kembali ke tanah. 

Agama Kristen tidak akan merupakan kebenaran dari Allah jika Yesus tidak bangkit dari antara orang mati.[8] D. James Kennedy mengatakan, “Bahkan salib Kristus tanpa kebangkitan sekedar melambangkan Dia yang di tolak, Dia yang digantung dan di kutuk Allah. Tetapi melalui kebangkitan, Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah dengan kuasa, dan melalui kebangkitan, pengorbanan-Nya yang menebus dinyatakan diterima Allah”. [9]

Signifikansi dari kebangkitan Kristus disebutkan rasul Paulus dengan begitu jelas di dalam berbagai kesempatan. Ketika rasul Paulus menguraikan Injil keselamatan, ia memasukkan bukan hanya fakta bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, tetapi juga bahwa Ia dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci (1 Korintus 15:3-4). 

Ketika berbicara tentang keselamatan dalam Roma 10:9-10, rasul Paulus mengatakan demikian, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. 

Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Disini rasul Paulus menekankan hubungan keselamatan dengan iman terhadap kebangkitan Kristus. Ketika Rasul Paulus berkhotbah di Atena, ia begitu memberikan penekanan terhadap kebangkitan Kristus, sehingga para pendengarnya mendapat kesan bahwa ia sedang memberitakan dua dewa baru: Yesus dan Anastasis. Anastasis adalah dianggap sebagai dewa kebangkitan oleh orang-orang di Atena (Kisah Para Rasul 17:18). 

Bahkan dihadapan Wali Negeri yang bernama Perkius Festus, rasul Paulus bersikukuh mempertahankan pendiriannya bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian-Nya (Kisah Para Rasl 25:19). Karena itulah Charles F. Beker menyimpulkan demikian, “Pernyataan-pernyataan ini dan banyak yang lainnya lagi, menunjukkan pentingnya serta penekanan yang Paulus khususnya berikan pada kebangkitan Kristus sebagai bagian dari karya penebusan-Nya”.[10]

SIGNIFIKANSI KEBANGKITAN TUHAN YESUS KRISTUS

Setelah melihat pentingnya kebangkitan Kristus, berikut kita meninjau alasan perlunya kebangkitan Tuhan Yesus. Henry C. Thiessen menyebutkan empat hasil dari kematian Kristus, yaitu: 

(1) Peristiwa kebangkitan membuktikan keilahian Kristus; 

(2) Peristiwa kebangkitan itu menjamin bahwa pengorbanan Kristus diterima; 

(3) Peristiwa kebangkitan menjadikan Kristus Imam Besar kita; 

(4) Kebangkitan Kristus menyediakan banyak berkat tambahan.[11] 

Charles C. Ryrie menyebutkan hasil dari kebangkitan Kristus sebagai berikut: 

(1) Wujud lama namun tubuh baru; 

(2) bukti pengakuan-pengakuan-Nya; 

(3) Suatu syarat utama bagi semua pelayananNya selanjutnya.[12] 

Tony Evans menyebutkan makna kematian Kristus sebagai berikut: 

(1) Kebangkitan itu menggenapkan nubuat; 

(2) Kebangkitan menegaskan keselamatan kita; 

(3) Kebangkitan mengalahkan maut.[13] 

Charles F, Beker menyebutkan alasan-alasan perlunya kebangkitan Kristus, yaitu : 

(1) Kebangkitan adalah meterai dan bukti bahwa kematiannya sejatinya merupakan penggenapan atas hal yang Ia serta Alkitab katakan akan terjadi; 

(2) Kebangkitan Kristus untuk pembenaran kita; 

(3) KebangkitanNya adalah jaminan bagi kebangkitan kita. 

Paul Enns menyabutkan alasan kebangkitan Kristus sebagai berikut: 

(1) Kebangkitan itu menentukan validitas iman Kristen; 

(2) Hal itu merupakan jaminan penerimaan Bapa dari karya Putra Allah; 

(3) Esensial bagi rencana Allah; (4) 

Hal itu menggenapi nubuat tentang kebangkitanNya.[14] Frenchh L. Arrington menyebutkan makna kebangkitan Kristus sebagai berikut: 

(1) Kebangkitan Kristus menunjukkan bahwa orang percaya adalah anggota komunitas baru; 

(2) Orang-orang percaya sekarang dibangkitkan dengan Kristus kepada corak hidup baru; 

(3) Kebangkitan Kristus adalah janji dan jaminan kebangkitan orang percaya di waktu mendatang.[15] 

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas berikut ini 7 makna penting dari kebangkitan Kristus.

1. Kebangkitan-Nya meneguhkan Keilahian-Nya, bahwa Ia adalah Tuhan (Roma 1:4). 

Sifat Keilahian-Nya sendiri mengharuskan kebangkitan-Nya. Kristus adalah Allah-manusia dalam satu pribadi yang kudus dan tidak berdosa, maut tidak berkuasa atas Dia. Juruselamat haruslah seorang manusia supaya Ia bisa mati untuk membayar dosa-dosa dan harus Allah supaya bisa bangkit (Kisah Para Rasul 2:24). 

Charles F. Beker mengatakan, “Yesus Kristus adalah Allah, dan Allah adalah Allah yang hidup: Karena itu tak akan mungkin Ia dikuasai kematian (Kisah Para Rasul 2:24)”.[16] 

Henry C. Thiesen menyatakan, “Paulus mengajarkan bahwa Kristus menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa (Roma 1:4). Kristus telah menunjuk kepada Kebangkitan-Nya sebagai suatu tanda yang akan diberikan kepada umat Israel (Matius 12:38-40; Yohanes 2:18-22), dan Paulus menyatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan bukti keilahian Kristus”.[17] 

Norman L. Geisler mengatakan, “Untaian bukti ketiga yang mendukung pernyataan bahwa sebagai Allah adalah yang teragung dan terbesar dari semuanya. Tidak ada yang seperti ini yang pernah dinyatakan oleh agama lainnya, dan tidak ada mujizat yang memiliki bukti historis yang lebih banyak untuk meneguhkan hal itu. Yesus Kristus bangkit dari kematian dengan tubuh yang diubahkan pada hari ketiga setelah kematianNya”.[18] 

2. KebangkitanNya adalah meterai yang sah dari kematian dan karya kurban pendamaianNya yang sempurna (Roma 1:4; 4:25). 

Kebangkitan Kristus sungguh-sungguh perlu untuk melengkapi pekerjaan penebusan, karena jika Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka kita semua masih berada dalam dosa (1 Korintus 15:16-20). 

Hanya kematian dan kebangkitanNya yang menyelamatkan manusia (Roma 5:8-10). Bukti bahwa Kristus telah menaklukkan dosa, setan, penyakit dan maut (kematian) adalah dengan kebangkitanNya dari kematian. (Ibrani 2:9-14; Wahyu 1:18). Lebih lagi, bahwa kebangkitan Kristus merupakan bukti bahwa kurban pendamaian-Nya yang sempurna telah diterima oleh Allah. 

Paull Enns mengatakan, “Kebangkitan mengindikasikan bahwa karya salib telah selesai. Kristus berdoa supaya kiranya cawan itu lalu dari padaNya (Matius 26:39); Itu bukan merupakan doa untuk menghindari kematian di atas kayu salib, tetapi untuk kematian yang mengakibatkan kebangkitan (Mazmur 16:10). Bapa mendengarkan doa itu (Ibrani 5:7) dan membangkitkan Sang Putra dari kematian, mengindikasikan penerimaan karya Kristus”.[19] 

Henry C. Thiessen menuliskan, “Rasul Paulus mengatakan bahwa Kristus telah diserahkan karena pelanggaran kita dan bangkit karena pembenaran kita (Roma 4:25). Kita bisa yakin bahwa Allah telah menerima pengorbanan Kristus karena Ia telah bangkit dari antara orang mati”.[20] 

Charles F. Beker mengatakan, “Karya penebusan, penanggungan dosa, pendamaian dunia kepada Allah, pemenuhan terhadap semua tuntutan kebenaran Allah, segalanya terjadi di atas kayu salib. Segalanya telah tuntas sebelum kebangkitan. Tetapi kebangkitan adalah jawaban dan jaminan dari Allah bahwa karya keselamatan telah dituntaskan dalam kematian tersebut”.[21]

3. Kebangkitan-Nya meneguhkan bahwa Ia hidup dan mampu memberi kehidupan yang menyelamatkan semua orang percaya (Yohanes 10:11; 11:25). 

Tuhan kita, Yesus Kristus pernah berkata “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b). Selanjutnya, Ia katakan pula “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). 

Leon Moris yang mengakui bahwa pada dasarnya Yohanes memakai kata “zôên aiônion” dengan maksud untuk menunjukkan “kehidupan yang berlangsung pada masa yang akan datang. Kehidupan yang oleh orang lain dinanti-nantikan untuk zaman yang akan datang, oleh Yohanes dibicarakan sebagai kehidupan yang sudah ada sekarang ini. Sekarang ini juga orang beriman mengalami hidup kekal itu. 

Tidak perlu mereka menanti sampai mereka mati dulu untuk bisa mengenal hidup menurut arti yang paling mendalam. ... Yohanes berbicara tentang mereka yang akan dibangkitkan Yesus pada akhir zaman (Yohanes 6:39-40,44,54). Akan tetapi pemikiran utama Yohanes adalah bahwa hidup kekal itu sudah dimiliki sekarang ini oleh orang-orang yang datang kepada Kristus”.[22] 

4. Kebangkitan-Nya merupakan Jaminan bagi kebangkitan orang percaya di masa yang akan datang (1 Korintus 15:20-23; 51-57). 

Rasul Paulus menegaskan perlunya kebangkitan Kristus sebagai jaminan kebangkitan kita di masa yang akan datang. Inilah yang menjadi dasar pengharapan kita. sebab jika Kristus tidak bangkit dari kematian maka sia-sialah kepercayaan kita kepadaNya. 

Henry C. Thiessen mengatakan, “Kebangkitan Kristus merupakan jaminan bahwa suatu hari kelak tubuh kita pun akan dibangkitkan dari antara orang mati (Yohanes 5:28-29; 6:40; Kisah Para Rasul 4:2; Roma 8:11; 1 Korintus 15:20-23; 2 Korintus 4:14; 1 Tesalonika 4:14).[23] 

Serupa itu Charles F. Beker mengatakan, “Kebangkitan-Nya adalah jaminan bagi kebangkitan kita. Karena Ia bangkit kita juga akan bangkit. KebangkitanNya merupakan yang sulung bagi kebangkitan semua orang percaya (1 Korintus 15:20-23)”.[24] 

Charles C. Ryrie mengatakan, “KebangkitanNya juga sebagai suatu prototip dari kebangkitan orang-orang percaya. Dua kali Yesus dinyatakan sebagai yang sulung dari antara orang-orang mati (Kolose 1:18; Wahyu 1:5). Hal ini berarti bahwa Ia adalah yang pertama memiliki suatu tubuh yang dibangkitkan. Tubuh-tubuh kebangkitan kita, seperti tubuhNya, akan berbeda dari tubuh duniawi kita”.[25]

5. Kristus harus bangkit untuk menjadi Kepala Gereja (Efesus 1:19-23) yang membaptis orang percaya dengan Roh Kudus (Yohanes 1:33; Kisah Rasul 2:32-33). 

Gereja secara sah berdiri pada pada hari Pentakosta pada peristiwa pencurahan Roh Kudus, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2. Kristus sendiri yang mendirikan Gereja. Dia berkata “.. I will build my church, and death itself will not have any power over it” (Matius 16:18 terjemahan TEV). Pada saat Yesus mengucapkan perkataan tersebut, Gereja belum berdiri tapi akan berdiri di masa yang akan datang. 

Jadi Kristus harus bangkit untuk mendirikan GerejaNya dan menjadi kepala Gereja yang adalah tubuhNya. Charles C. Ryrie mengatakan, “Gereja baru dapat memiliki Kepala yang berfungsi setelah kebangkitan Kristus. Karena itu gereja tidak mungkin ada sebelum Ia bangkit dari antara orang mati (Efesus 1:20)”.[26]

6. Kebangkitan-Nya diperlukan untuk memenuhi tugas lainnnya. 

Charles C. Ryrie mengatakan, “Andaikata Kristus tidak bangkit, maka hidup dan pelayananNya berakhir di kayu salib, dan mulai saat itu Ia tidak melakukan apa-apa lagi. Melalui kebangkitan dan kenaikanNya ke surga, Tuhan masuk ke dalam pelayananNya di masa sekarang dan yang akan datang”.[27] Tugas yang akan dipenuhi oleh Tuhan kita, Yesus Kristus di masa yang akan datang antara lain: Kristus harus bangkit untuk menjadi Imam besar, pengantara dan pembela bagi kita di surga (1 Timotius 2:5-6; Ibrani 7:26-28; 8:1-4). 

Di masa yang akan datang Ia adalah Raja dia atas segala Raja (Wahyu 19:16), dan Hakim yang akan menghakimi dengan adil ( 2 Korintus 5:10; Wahyu 20:11-15).

 Charles F. Beker mengatakan, “Tanpa kebangkitanNya, saat ini tidak akan ada kehadiranNya di sebelah kanan Allah; Tidak akan ada juga kedatangan kembali Kristus yang kelihatan saat semua mata akan memandangNya dan juga akan melihat ketika Ia memerintah sebagai Raja di atas segala raja”.[28] 

7. KebangkitanNya untuk meneguhkan bahwa yang diucapkanNya sungguh benar dan tidak ada dusta (Matius 16:21; 20:19) dan ayat pararel). 

Perlu bagi Kristus untuk bangkit dari kematian untuk meneguhkan kebenaran pernyataan-pernyataanNya sendiri mengenai kebangkitanNya (Matius 12:39-40; 16:21; 17:22-23; 27:62-64; Markus 8:31; 10:45; Yohanes 2:18-22). 

Tony Evans mengatakan, “Jika Yesus salah mengenai kebangkitanNya, maka kita tidak akan percaya lagi kepada apapun yang dikatakanNya”.[29] 

Charles C. Ryrie menyatakan, “Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka tentu saja Ia seorang pendusta, karena Ia meramalkan bahwa Ia akan bangkit (Matius 16:21; 20:19)... KebangkitanNya memberikan tanda keabsahan Tuhan selaku seorang Nabi Sejati. Tanpa kebangkitanNya, maka semua yang Dia katakan dapat menjadi hal yang diragukan”.[30] 

BERBAGAI TEORI YANG MENYANGKAL KEBANGKITAN KRISTUS DAN TANGGAPAN ATAS TEORI-TEORI TERSEBUT

Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa yang unik dalam sejarah peradaban manusia yang sangat berbeda dari banyak pemimpin agama besar di dunia yang tak dipermasalahkan lagi setelah kematian mereka. Kebangkitan Yesus dari kematian merupakan hal penting dalam pengajaran iman Kristen, 

sebagiamana yang dikatakan D. James Kennedy, “Kebangkitan Kristus merupakan inti dari iman Kristen. Bersama inti ini segala sesuatu berdiri atau jatuh. Karena itu semua kaum skeptis selama sembilan belas abad mengarahkan senjata api terbesar mereka kepada kebangkitan Kristus”.[31] 

Orang-orang yang memusuhi Kekristenan hampir selalu memusatkan serangan mereka pada kebangkitan Kristus karena jika mereka dapat menjadikan kebangkitan Yesus tidak berlaku, maka semua pernyataan lainnya dari Kekristenan akan tumbang. Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada Kekristenan.[32] 

Banyak orang yang tidak mempercayai kebangkitan Kristus dengan alasan bahwa mereka tidak melihat langsung peristiwa itu. Selain itu, pengalaman dan cara berpikir rasional membawa manusia untuk mengganggap mustahil mempercayai kebangkitan tubuh yang telah mati. 

Sebenarnya, berpikir kritis dan rasional adalah sikap yang bijak dan memang sangat diperlukan; tetapi justru akan menjadi masalah bila rasionalitas mengaburkan dan membutakan seseorang serta membawa pada sikap menolak pernyataan Kitab Suci. Itulah sebabnya selama bertahun-tahun telah banyak muncul berbagai teori yang keliru dan menolak fakta kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. 

Berikut ini beberapa teori keliru yang berusaha menyangkal realitas kebangkitan Kristus yang dihimpun dari bebeberapa sumber, yaitu: Teori Pingsan, Teori Pengganti, Teori Pencurian, Teori Halusinani, Teori Penampakan, Teori Dusta, Teori Salah Keburan, dan Teori Mitos.[33] Semua teori tersebut secara lansung menyangkal kebangkitan Kristus, kecuali teori pingsan dan teori pengganti yang menyangkal kematian Kristus, tetapi pada akhirnya juga sama tujuannya berusaha menggiring orang pada kesimpulan bahwa tidak ada kebangkitan karena Kristus tidak benar-benar mati.

Namun, tidak satu pun dari teori-teori yang menyangkal kebangkitan Kristus di atas mampu menjelaskan dengan cara yang memuaskan fakta kebangkitan Kristus tersebut. Karena itu tidak heran banyak juga di antara orang-orang skeptis itu telah menjadi percaya ketika mereka mereka berusaha untuk menyangkali kebangkitan. 

Yesus bukan hanya sungguh-sungguh mati, melainkan Ia juga sungguh-sungguh bangkit dengan tubuh jasmani yang sama ketika Ia telah mati. Jika kita melihat pada teori-teori keliru yang menyangkal kebangkitan Kristus tersebut, justru kita akan memiliki kesempatan juga melihat bukti-bukti yang secara tegas menunjukkan bahwa hanya kebangkitan Kristus yang bisa menjelaskan semua fakta tersebut.[34]

1. Teori Pencurian. Penganut teori ini mengatakan bahwa para murid datang ke kubur dan mencuri mayat Yesus kemudian menceritakan kisah kebangkitan. Sebab itu ketika pada hari ketiga para wanita yang datang ke kubur hendak merempahi mayat Yesus mendapati kubur itu kosong, batu sudah terguling, dan tidak ada mayat Yesus. 

Tanggapan: Dua pertanyaan perlu diajukan untuk menyanggah Teori Pencurian ini. (1) Bagaimana para murid bisa berada di dalam kubur dan mencuri mayat Yesus sedangkan kubur itu dijaga oleh satu regu pengawal? (2) Apa alasan para murid menginginkan dan mencuri tubuh Yesus, sedangkan pada saat yang bersamaan mereka sedang dilanda ketakukan karena kehilangan Yesus? (Matius 28:11-15). 

Jawaban dari kedua pertanyaan ini jelas, bahwa mustahil para murid mencuri mayat Yesus. Kesedihan dan ketakutan para murid merupakan suatu alasan jitu bahwa mereka tidak mungkin tiba-tiba berubah menjadi sedemikian berani dan nekat untuk menerobos sepasukan prajurit yang sedang menjaga kubur Yesus.[35] 

Justru kebenaran terungkap ketika Matius melaporkan dalam tulisannya demikian, “Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 

Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini” (Matius 28:11-15). 

2. Teori Halusinasi. Penganut teori ini dengan yakin menyatakan bahwa para murid yang sangat mengharapkan kebangkitan Yesus membanyangkan (berkhayal) dalam pikiran dan benak mereka bahwa telah melihat Yesus dan percaya terjadinya kebangkitan. 

Tanggapan: Pertanyaan yang muncul untuk menyanggah Teori Halusinasi ini adalah: Apakah ada bukti-bukti yang menujukkan bahwa murid-murid Yesus yang berjumlah 11 orang itu semua berhalusinasi? Dan bagaimana dengan 500 orang saksi kebangkitan lainnya, apakah mereka juga berhalusinasi? (1 Korintus 15:1-8). 

Teori halusinasi ini dibantah dengan argumentasi psikologis berikut ini : 

(1) Halusinasi biasanya hanya berlangsung beberapa detik atau beberapa menit dan jarang berlangsung berjam-jam. Namun peristiwa penampakkan diri Yesus setelah kebangkitanNya berlangsung selama 40 hari (Kisah Para Rasul 1:3); 

(2) Halusinansi biasanya terjadi satu kali, kecuali pada orang-orang yang tidak waras. Sedangkan penampakan diri Yesus setelah kebangkitan-Nya terjadi berulang kali kepada orang-orang biasa dan waras (Yohanes 20:19-21:14; Kisah Para Rasul 1:3); 

(3) Halusinasi biasanya datang dari dalam, yaitu dari hal-hal yang telah diketahui atau dikenal, minimal secara tidak sadar. Sedangkan peristiwa penampakan Yesus merupakan hal yang terjadi secara tiba-tiba dan mengejutkan, nyata dan bukan mimpi (kisah Para Rasul 1:4,9); 

(4) Halusinani biasanya bersifat pribadi dan cenderung subjektif. Sedangkan Yesus telah menampakkan diri kepada banyak orang yang berbeda, tidak hanya pada satu orang (1 Korintus 15:3-8).[36] Karena itu mustahil pada waktu bersamaan semua murid itu berhalusinasi tentang kebangkitan Kristus. 

3. Teori Penampakan. Penganut teori ini menyatakan bahwa Kristus tidak benar-benar bangkit secara fisik dari kematian, tetapi RohNya menampakkan diri kepada para muridNya. Teori ini disebut juga Teori Hantu.

Tanggapan: Pertanyaan perlu diajukan untuk menyanggah Teori Hantu ini adalah: Jika Yesus hanya menampakkan diri dalam roh-Nya, bagaimanakah Ia bisa makan dan minum dengan para muridNya? Hal ini tidak bisa dilakukan oleh roh-roh (Lukas 24:36-43; Yohanes 21:1-14). 

Penting untuk diketahui bahwa peristiwa kebangkitan Kristus ini merupakan hal yang pada awalnya tidak dipercayai bahkan oleh murid-murid Kristus sendiri, sampai mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Yesus benar-benar telah bangkit. Bahkan mereka telah menyangka bahwa Ia adalah hantu. Karena itu Yesus harus makan sesuatu untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah hantu (Lukas 24:36-43). Hantu tidak bisa makan, sedangkan Kristus yang telah bangkit itu bisa makan bersama-sama dengan mereka.[37] 

4. Teori Dusta. Penganut teori ini berpendapat bahwa kisah tentang kebangkitan Kristus adalah hasil dari murid-murid yang putus asa dan bahwa ini merupakan hasil dari kepura-puraan yang disengaja. Dengan kata lain para murid berdusta tentang kebangkitan Yesus.

Tanggapan: Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menyanggah Teori Dusta ini adalah “Apakah para murid akan bersedia untuk hidup dan mati hanya untuk mempertahankan cerita dusta dengan konsekuensi kehilangan nyawa mereka (Kisah Rasul 5:41; 7:56; 2 Korintus 11:23-27)? Dibalik cerita dusta biasanya ada motif keuntungan pribadi. Tetapi keuntungan apakah yang di dapat para murid untuk sebuah cerita dusta yang mereka buat? 

Sebaliknya, sebagai akibat dari pemberitaan mereka tentang kebangkitan Kristus tersebut mereka dibenci, diejek, dianiaya, dikucilkan, dipenjara, disiksa, disalibkan, dan direbus hidup-hidup, dipanggang, dipancung kepalanya, dicincang untuk dilemparkan kepada singa-singa yang buas. Mustahil para murid ini mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk sebuah cerita dusta. 

Dan lagi, bila kebangkitan Kristus merupakan berita dusta dari para murid, maka seharusnya orang-orang Yahudi pasti bisa mendapatkan mayat Yesus dan cerita itu akan langsung terhenti tersebar. Mereka dapat saja langsung pergi ke kubur dan mengambil mayat Yesus untuk membuktikan bahwa Ia tidak pernah bangkit dari kematian-Nya. 

Jadi, apabila memang ada kebohongan dari para murid, maka seharusnya hal itu dapat diungkapkan dengan mudahnya baik oleh orang Yahudi maupun oleh pemerintah sipil pada saat itu.[38] Namun Justru sebaliknya, kita mendapati bahwa para imam telah bersengkongkol dengan para prajurit penjaga makam Yesus untuk sebuah cerita dusta tentang pencurian mayat Yesus oleh para murid-Nya (Matius 28:11-15). 

5. Teori Salah Kuburan. Para penganut teori ini menjelaskan bahwa para murid dan pengikut Yesus datang ke kubur yang salah. Hal ini dikarenakan pada saat itu merupakan minggu yang mengerikan sehingga mereka sangat ketakutan, tidak dapat tenang dan berkonsentrasi sehingga pergi ke kubur yang salah, yaitu kubur yang kosong karena belum digunakan.

Tanggapan: Teori ini dapat disanggah dengan pertanyaan: Kain kafan siapakah yang ditemukan dalam kubur itu? Apakah yang perlu ditunggu malaikat di sebuah kubur kosong? Apakah semua murid yang ada pada saat itu telah hilang ingatan sehingga tidak hafal jalan ke kubur Yesus? Jika hari itu gelap, mengapa Maria berpikir bahwa Yesus adalah penjaga kebun (Yohanes 20:15)? 

Mengapa Petrus dan Yohanes membuat kesalahan yang sama dalam terang pagi yang cerah (Yohanes 20:6)? Dan terutam, mengapa para penguasa tidak pergi ke kuburan yang benar dan menunjukkan mayat Yesus masih ada dikubur itu? Ini dengan mudah menyangkal semua klaim tentang kebangkitan Kristus.[39] 

6. Teori Mitos. Para penganut teori ini menyatakan bahwa kisah kebangkitan di mulai seperti mitos-mitos lainnya sampai akhirnya diterima sebagai sebuah fakta. Mereka beranggapan bahwa kebangkitan Kristus adalah sebuah legenda yang secara berangsur-ansur menjadi besar.

Tanggapan: Teori ini dapat dibantah dengan kenyataan ini: 

(1) Gaya penulisan dari Injil-Injil kanonik yang mengisahkan kebangkitan Kristus sangat berbeda sekali dengan gaya penulisan seluruh cerita mitos. Setiap pakar sastra yang mengenal dan menghargai tulisan-tulisan yang bersifat mitos pasti mengetahui perbedaan ini. Tidak ada peristiwa-peristiwa yang terlalu dibesar-besarkan. Segala sesuatu yang ditulis dalam Injil tepat dan sesuai, serta merupakan kisah yang bermakna; 

(2) Kisah kebangkitan Kristus tidaklah mungkin merupakan mitos sebab Perjanjian Baru jelas menolak mitos. Rasul Paulus memerintahkan Timotius demikian, “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah” (1 Timotius 4:7). Rasul Petrus mengingatkan, “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya” (2 Petrus 1:16).[40] 

Gery Harbemas mengatakan, “Jika kebangkitan adalah suatu legenda belaka, kubur itu akan terisi. Bagaimanapun juga, kubur itu kosong pada pagi Paskah”.[41] Dengan demikian, kisah kebangkitan tidak mungkin merupakan mitos.

7. Teori Pingsan. Penganut teori ini berpendapat bahwa Kristus pingsan di atas salib dan tidak benar-benar mati. Kemudian setelah berada dalam kubur yang sejuk, dingin dan lembab Dia mendapatkan kembali kesadaran-Nya , kemudian pergi menyelinap keluar dan menampakkan diri kepada para murid. Teori ini berpandangan bahwa para murid Yesus percaya bahwa Dia mati, padahal sebenarnya belum mati (hanya pingsan). 

Tanggapan: Kita perlu mempertanyakan Teori Pingsan ini. Apakah mungkin seorang Yusuf dari Arimatea bersedia mengafani orang yang tidak benar-benar mati? Atau apakah para murid terlalu bodoh sehingga tidak dapat membedakan orang yang sudah mati atau hanya pingsan? Lagi pula, bagaimana mungkin Yesus akan dapat bertahan hidup setelah kondisi penyiksaan dan penyaliban yang sangat mengerikan itu?[42] 

Justru fakta yang tidak terbantahkan bahwa Yesus benar-benar mati saat di salib dan dikuburkan adalah: 

(1) Bahwa prosedur pemeriksaan yang digunakan oleh prajurit Romawi sangat teliti dan ketat sehingga mustahil Yesus hanya pingsan saja. Undang-undang Romawi mengancam hukuman mati, termasuk hukuman penyaliban terhadap prajurit yang lalai atau ceroboh, yang membiarkan narapidana utama melaikan diri;[43] 

(2) Bahwa prajurit Romawi yang menjaga Yesus ketika di salib, tidak mematahkan kaki Yesus seperti yang dilakukan terhadap dua penjahat lainnya yang disalibkan bersama Yesus pada hari yang sama, menunjukkan bahwa prajurit Romawi itu benar-benar yakin bahwa Yesus telah mati (Yohanes 19:31-33); dan 

(3) Rasul Yohanes sebagai saksi mata, melaporkan bahwa ia melihat air dan darah keluar dari lambung Yesus saat Ia ditikam oleh salah seorang prajurit (Yohanes 19:34-35). 


Tombak yang ditusuk itu menembus paru-paru kanan dan ke jantung. Saat tombak itu ditarik keluar, sejumlah cairan (pericardial effusion dan pleural effusion) keluar. Ini terlihat sebagai cairan jernih seperti air diikuti dengan banyak darah. Hal ini menujukkan bahwa paru-paru Yesus tidak berfungsi lagi dan Ia mati karena asfiksiasi. 

Orang yang digantung dikayu salib dalam posisi vertikal akan mengalami suatu kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi yaitu sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah, ini terjadi karena tekanan-tekanan pada otot dan diafragma membuat dada berada pada posisi menarik nafas.[44] Dengan demikian kesimpulannya jelas, mustahil Yesus hanya pingsan, Ia benar-benar mati.

8. Teori Pengganti. Para penganut teori ini berpendapat bahwa tidak mungkin seorang utusan Allah yang benar itu mati dengan cara sedemikian hina. Menurut teori ini, Allah meraibkan Yesus dan menggantikan dengan membuat orang yang serupa. 

Tanggapan: Sanggahan untuk teori ini adalah: Jika memang itu bukan Yesus, bagaimana mungkin orang yang menggantikan (mirip) Yesus ini bisa mengenal dan menyebut nama para murid Yesus? Dan bagaimana mungkin orang ini berani menjamin keselamatan penjahat yang disalibkan disebelah kananNya? Hal ini benar-benar mustahil. 

BUKTI-BUKTI YANG MENEGUHKAN KEBANGKITAN KRISTUS

Setelah meninjau teori yang keliru mengenai kebangkitan Kristus dan memberikan tanggapan terhadap keberatan-keberatan yang diajukan dalam teori tersebut, maka perlu bagi kita untuk memberikan pembuktian rasional tentang kebangkitan Kristus. 

Hal ini wajar sesuai tuntutan rasionalitas dan ilmiah yang disertai data dan catatan sejarah yang dapat dipercaya. Kriteria untuk catatan sejarah adalah: Peristiwa yang dicatat harus didukung oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya dan bukti yang menyertai haruslah asli. Dengan kriteria tersebut, berikut ini bukti-bukti kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang terdokumentasi dalam Kitab Suci. 

Jikalau Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka Injil yang kita kabarkan bukanlah kabar baik, melainkan kabar buruk tentang kematian yang menyedihkan. Namun kebenarannnya tidaklah demikian, karena Kristus benar-benar bangkit dari kematianNya. Kitab Suci mendokumentasi dengan baik kejadian kebangkitan Kristus dalam Perjanjian Baru dengan saksi-saksi yang jujur dan dapat dipercaya. 

Publik terakhir kali melihat Yesus di kayu salib, yaitu pada saat kematianNya. Namun saksi-saksi pilihan telah melihat Dia hidup, yaitu dalam hidup kebangkitanNya. Sesungguhnya banyak bukti yang tidak bisa salah dan tidak terbantahkan mengenai Tuhan kita Yesus Kristus yang bangkit dari kematianNya (Kisah Para Rasul 1:3; 10:39-41; 1 Korintus 15:1-4; Wahyu 1:17-18). 

1. Kematian Kristus. Para rasul dan murid-murid Kristus lainnya meyakinkan bahwa Kristus benar-benar mati di atas kayu salib sebelum Ia di turunkan dari salib dan dikuburkan. Kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menyalibkan Yesus dan menjaganya selama di salib mengakui bahwa Kristus sudah mati, bahkan Pilatus sendiri juga mengakui kematian Kristus (Markus 15:44,54; Yohanes 19:33). 

Sesudah Pilatus mengetahui bahwa Kristus sudah mati maka Pilatus mengizinkan mayat Yesus diberikan kepada Yusuf dari Arimatea untuk dikuburkan (Matius 27:57,58). Beberapa wanita telah datang ke kubur Yesus dengan maksud untuk meminyaki mayatNya karena mereka memang mengetahui dengan pasti bahwa Yesus benar-benar telah mati (Markus 16:1). Selain itu, Tuhan Yesus sendiri juga menyaksikan bahwa Ia benar-benar mati, ketika Ia megatakan, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, selama-lamanya” Wahyu 1:18). 

Kematian Kristus bukan hanya mendahului kebangkitanNya, melainkan harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kebangkitanNya. Kebangkitan menujukkan upah dan bukti dari apa yang Kristus telah capai melalui kematianNya. Artinya, apa yang Ia kejakan begitu lengkap dan sempurna. Kebangkitannya dari kematian menjadi dasar bagi pengharapan kita akan kebangkitan di masa yang akan datang (1 Korintus 15:17-20). 

Para skeptis yang menolak kebangkitan Kristus, menggunakan teori pingsan dan teori pengganti untuk menyatakan bahwa Kristus tidak benar-benar mati. Sebab jika Kristus tidak mati maka tidak berita kebangkitan Kristus tidak valid. Tetapi karena Kristus benar-benar mati, maka validitas berita kebangkitan Kristus tidak diragukan lagi.

2. Para Saksi Yang Bertemu Dengan Tuhan Yesus. Begitu banyak saksi-saksi dari kebangkitan Tuhan Yesus. 

Selama empat puluh hari mulai dari kebangkitan hingga kenaikkanNya ke surga, Yesus berulangkali menampakkan diri dan berbicara kepada para rasul dan murid-murid lainnya. 

(1) Saksi-saksi sesudah kebangkitan Kristus: Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Salome (Markus 16:9; Yohanes 20:11-18); Petrus (Matius 28:9; Markus 16:7; Lukas 24:1); Yakobus (1 Korintus 15:7); Para murid tanpa kehadiran Tomas (Yohanes 20:19-23); Para murid dan Tomas (Yohanes 20:24-29); Dua orang ke Emaus (Markus 16:12-13; Lukas 24:13-35); Lima ratus orang murid (1 Korintus 15:6). 

(2) Saksi-saksi sesudah kenaikkan Kristus ke sorga: Stefanus (Kisah Para Rasul 7:54); Paulus (Kisah Para Rasul 9:1-7; 22:9; 26:16-18; 1 Korintus 15:8; Galatia 1:11-18); Yohanes Murid Yesus (Wahyu 1:7,10-16).[45] Kesaksian para murid tentang Kristus yang dibangkitkan adalah lengkap. Sangat mustahil untuk mengatakan ratusan saksi ini pendusta yang membuat cerita kebangkitan dengan risiko ancaman hidup mereka sendiri. Demi kesaksian dan bukti-bukti kebangkitan Kristus, mereka semua rela mati dan tetap teguh pada pendirian mereka. 

3. Kubur Kosong dan Tubuh Yesus Yang Hilang. Tubuh Yesus sebenarnya ditempatkan dalam kubur Yusuf dari Arimatea, dalam suatu taman setelah dibalut dengan rempah-rempah. Ketika murid-murid datang ke kubur pada hari pertama minggu itu, kubur tersebut kosong. Para murid terkejut seperti semua orang lainnya. 

Keterkejutan semacam itu tak akan terjadi jika salah satu dari mereka mencuri tubuh tersebut, seperti para prajurit yang disuap untuk mengatakan dusta. Kubur yang telah kosong membuktikan kebangkitanNya (Matius 27:57-60; Markus 15:42-25; Lukas 23:50-53; Yohanes 19:38-41).[46] 

Jika memperhatikan tubuh Yesus yang hilang, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan. 

(1) Para murid adalah orang-orang Yahudi dan sangat terikat pada hukum-hukum Allah, moral, sipil, dan upacara. 

Salah satu hukum upacara adalah mengenai menyentuh tubuh atau tulang orang mati. Siapapun yang melakukan hal ini tercemari atau najis (Bilangan 19:11-12). Para murid harus memenuhi hukum upacara pentahiran bila memegang mayat Yesus. 

(2) Tetapi jauh lebih hebat dari semua ini adalah lenyapnya tubuh Yesus. Para murid takut karena semua peristiwa yang berhubungan dengan penyaliban. Bagaimana mereka bisa mengumpulkan cukup keberanian untuk merusak kubur yang di meterai, mempecundangi penjaga Bait Suci, dan kemudian mencuri tubuh Kristus yang rusak? Apa yang mereka lakukan dengan tubuh tersebut jika mereka memang mencurinya kecuali menguburnya di tempat lain? Para murid sendiri heran atas lenyapnya tubuh Yesus. Mereka sendiri tidak mengerti dan tidak percaya kebangkitan yang dinubuatkan-Nya. Jawaban dari misteri hilangnya tubuh Yesus adalah kebangkitanNya (Kisah Para Rasul 2:24-32).[47]

4. Meterai Romawi. Kubur tersebut dimeterai dengan meterai resmi Roma, sehingga membuat tubuh Yesus menjadi milik Romawi. Bagi siapapun yang menyentuh atau berupaya merusak meterai Romawi dan mencuri tubuh Yesus pasti akan berada di bawah hukuman mati. Tidak seorang pun berani merusak meterai Romawi. Meterai tersebut merupakan tanda kepemilikkan yang sangat penting dalam segala bangsa di zaman kuno. 

Malaikat Tuhanlah yang merusakkan meterai pada kubur itu dan menggelindingkan batu tersebut, bukannya beberapa murid yang ketakutan (Matius 27:66).[48] Cara memeteraikan kuburan Yesus mungkin dilakukan dengan cara merentangkan seutas tali dan di segel kedua ujungnya (bandingkan Daniel 6:18). 

Josh McDowell mengatakan, “Melihat cara pengamanan kubur Yesus yang seperti itu, meterai Romawi yang dipasang di sana dimaksudkan untuk mencegah segala macam usaha untuk merusakkan makam itu. Siapa pun yang berusaha memindahkan batu itu dari depan intu kubur pasti akan merusakkan meterai itu dan itu berarti membangkitkan murka huku Romawi”.[49] 

5. Batu Terguling. Kubur tersebut di tutup dengan sebuah pintu batu. Bahkan para wanita, dalam kesederhanaan mereka, ketika mereka pergi untuk membalut tubuh tersebut dengan lebih banyak rempah, bertanya-tanya siapa yang akan menggelindingkan batu tersebut bagi mereka. Namun, ketika mereka berada di taman kubur, mereka melihat batu tersebut telah digelindingkan. Batu tersebut digelindingkan, bukan untuk membiarkan Tuhan yang bangkit keluar, tetapi untuk membiarkan para murid masuk. Batu yang digelindingkan tersebut adalah bukti lain dari kebangkitan (Lukas 24:2).

6. Para Penjaga. Penjaga ditunjuk untuk mengawasi kubur Yesus yang di meterai selama 3 hari. Ini disebabkan ketakutan bahwa para murid akan mencuri tubuh Yesus dan menyebarkan kisah kebangkitan palsu. Penjaga tersebut dikejutkan oleh gempa bumi dan kehadiran malaikat Tuhan yang menggelindingkan batu tersebut dan duduk di atasnya. Maka kisah yang dikarang oleh para pemimpin agama agar dikatakan oleh para penjaga adalah palsu dan ironi. 

Karena jika, sebagaimana mereka diajar untuk mengatakan, para murid datang dan mencuri tubuh Yesus sementara mereka tertidur, penjaga itu sendiri pasti dikutuk. Tidur saat tugas bisa di hukum mati. Selain itu, jika mereka tertidur, bagaimana mereka tahu dengan pasti bahwa para murid mencuri tubuh tersebut? Dan mengapa membayar penjaga-penjaga dengan sejumlah besar uang jika kisah kebanngkitan adalah suatu dusta? Para penjaga tahu bahwa sesuatu yang tidak alamiah terjadi, dan tidak ada uang atau kebohongan yang bisa mengubah fakta tersebut, Kristus bangkita dari kematian (Matius 27:65; 28:4). 


7. Kain Kafan. Salah satu bukti kebangkitan yang paling menakjubkan dan meyakinkan adalah kain kafan Yesus. Tubuh Yesus telah dibungkus dan dirempah-rempah dalam kain kafan. Petrus dan Yohanes masuk kedalam kubur dan melihat kain kafan masih di situ, tetapi tubuh-Nya tidak ada. Kain kafan yang membungkusnya terletak di tempat-Nya, tampak dalam bentuk asli, masih tidak terbuka. Siapa yang bisa mengambil tubuh keluar dari kain tersebut? Dan mengapa meninggalkan kainnya? Mukjizat kebangkitan adalah jawaban atas kain kafan yang kosong. Ini adalah “bukti lain yang bisa dipercayai” (Yohanes 20:6). 

8. Kain Peluh Yang Rapi Tergulung. Hal yang ganjil adalah bahwa kain peluh yang dipakai membungkus kepala Tuhan Yesus, terlipat di suatu tempat dengan sendirinya. Ada seseorang yang telah merapikannya. Mustahil penjaga, dan para murid yang melakukannya. Ini membuktikan kebangkitanNya (Yohanes 20:7). 

PENUTUP:  

Setelah Yesus disalibkan dan mati, para murid dan pengikut Tuhan dinaungi oleh awan ketakutan, kesedihan dan kecemasan. Mereka tidak tahu apa yang hendak mereka lakukan. Kemudian tersebar berita di seluruh Yerusalem, bahwa jenazah Yesus tidak ditemukan dalam kuburan-Nya. Hal ini sangat membingungkan para murid Tuhan. Karena takut serangan dari orang Yahudi mereka berhimpun di suatu tempat dan mengunci pintu-pintu. Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak yakin kalau Yesus yang mati dan dikubur itu telah bangkit kembali.

Namun setelah Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan meyakinkan mereka bahwa Ia telah bangkit dari kematian, maka percayalah murid-murid itu. Dengan penuh kuasa dan semangat, mereka memberitakan kabar kesukaan ini dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. “Yesus yang diserahkan karena pelanggaran kita dan bangkit karena pembenaran kita” (Roma 4:25). Inilah berita yang disampaikan oleh rasul Paulus dan sampai pada hari ini, tetap diberitakan oleh gereja-gereja di seluruh permukaan bumi. https://teologiareformed.blogspot.com/

REFERENSI: 7 MAKNA PENTING KEBANGKITAN KRISTUS DAN BUKTI-BUKTI YANG MENEGUHKANNYA 
Akers, John N, John H. Armstrong & John D. Woodbrige., 2002. Tihis We Believe. Terjemahan, Gospel Press: Batam.

Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit Gloria Graffa : Yogyakarta.

Arrington, French L., 2015. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.

Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.

Berkhof, Louis., 2011. Teologi Sistematika: Doktrin Kristus. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Boice, James M., 2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And Readable Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

Browning, W.R.F, 2007. A Dictionary of The Bible. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.

Calvin, John.,2000. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.

Chamblin, J. Knox., 2006. Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribad. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Chapman, Adina., 2014. Pengantar Perjanjian Baru. Penerbit Kalam Hidup: Bandung

Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.


Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Apologetika. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.

Daun, Paulus., 1994. Bidat Kristen dari masa Ke Masa. Penerbit Yayasan Daun Family : Manado. 

Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. 

Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1 & 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.

Evan, Craig. A., 2008. Merekayasa Yesus. Terjemahan, Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Evans, Tony., 2005. Who Is This King Of Glory. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.

Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Fances, Eddy., 2005. Murid Kristus. Penerbit Yayasan Sinar Nusantara : Jakarta.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.

Grudem, Wayne., 2009. Kebenaran Yang Memerdekakan. Terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta.

Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.

Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 1. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.

Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.

Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., 1994. Pedoman Apologetika Kristen. Jilid 1 Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung.

Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Letham, Robert.,2011. Allah Trinitas: Dalam Alkitab, Sejarah, Teologi, dan Penyembahan. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.

Lingenfelter, Sherwood & Marvin K. Mayers., 2008. Menggeluti Misi LintaS Budaya. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta. 

Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit YAI Press: Jakarta. 

Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.

Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.

McDowell, Josh., 2007. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Jilid 1, terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.

Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. 

Scharf, Greg., 2013. Khotbah Yang Transformatif. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

Situmorang, Jonar, 2013., Bibliologi: Menyngkapkan Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa Ke Masa. Penerbit Andi : Yogyakarta. 

Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang. 

Stafford, Tim., 2010. Surprised by Jesus. Terjemahan, Penerbit PT. BPK Gunung Mulia : Jakarta. 

Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 

Stott, John., 2010. Kristus Yang Tiada Tara. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. 

Strobel, Lee., 2005. Pembuktian Atas Kebenaran Yesus. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.

Tenney, Merril C., 1985. Survei Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Towns, Elmer L., 2011. Inti Kekristenan: Apa Sebenarnya Kekristenan itu. Terjemahan, Penerbit Nafiri Gabriel : Jakarta.

Yancey, Philip, 1997. Bukan Yesus Yang Saya Kenal. Terjemahan, Penerbit Profesional Books : Jakarta.

Wahono, S. Wismoady., 2011. Disini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.

Walker, Peter., 2015. Jesus and His World. Terjemahan, Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. 

[1] Towns, Elmer L., 2011. Inti Kekristenan: Apa Sebenarnya Kekristenan Itu. Terjemahan, Penerbit Nafiri Gabriel: Jakarta, hal. 45. 

[2] Evans, Tony., 2005. Who Is This King Of Glory. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam, hal. 89.

[3] Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta, hal. 363-364.

[4] McDowell, Josh., 2007. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Jilid 1, terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 282.

[5] Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., 1994. Pedoman Apologetika Kristen. Jilid 1 Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung, hal. 233.

[6] McDowell, Josh., Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, hal 280.

[7] Ibid, hal. 280-281.

[8] Evans, Tony., Who Is This King Of Glory, hal. 89.

[9] Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam, hal. 151-152.

[10] Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta, hal. 482-483.

[11] Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 376-377.

[12] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 1, hal. 365-367.

[13] Evans, Tony., Who Is This King Of Glory, hal. 97-99.

[14] Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1, terjemahan Penerbit Literatur SAAT: Malang, hal. 287.

[15] Arrington, French L., 2015. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta, hal. 218-219.

[16] Beker, Charles. F., A Dispensasional Theology. hal. 490.

[17] Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, hal. 376.

[18] Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta, hal. 136.

[19] Enns, Paul., The Moody Handbook of Theology. Jilid 1, hal. 287.

[20] Thiessen, Henry C., hal. 376.

[21] Beker, Charles. F., hal. 490.

[22] Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 370-371.

[23] Thiessen, Henry C., hal. 376.

[24] Beker, Charles. F., hal. 490.

[25] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 1, hal. 366.

[26] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 2, hal. 192.

[27] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 1, hal. 367.

[28] Beker, Charles. F., hal. 490.

[29] Evans, Tony., Who Is This King Of Glory, hal. 98.

[30] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 1, hal. 363.

[31] Kennedy, D. James., Why I Believe, hal. 152.

[32] Towns, Elmer L., Inti Kekristenan: Apa Sebenarnya Kekristenan Itu. hal. 46. 

[33] Akers, John N, John H. Armstrong & John D. Woodbrige., 2002. Tihis We Believe. Terjemahan, Gospel Press: Batam, hal. 170-178; Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 503-505; Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta, hal. 142-144; Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam, hal. 158-164; Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., 1994. Pedoman Apologetika Kristen. Jilid 1 Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung, hal. 235-240; McDowell, Josh., 2007. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Jilid 1, terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 358-401.

[34] Geisler, Norman & Ron Brooks., Ketika Alkitab Dipertanyakan, hal. 142-143.

[35] McDowell, Josh., Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, hal. 374.

[36] Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., hal. 248-249. 

[37] Ibid., hal. 250. 

[38] Ibid., hal. 250. 

[39] Geisler, Norman & Ron Brooks., Ketika Alkitab Dipertanyakan, hal. 145.

[40] Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., hal. 251-261.

[41] Strobel, Lee., Pembuktian Atas Kebenaran Yesus, hal. 309.

[42] Lihat penjelasan di pasal sebelumnya yang membahas tentang Penderitaan Kristus Hingga KematianNya di kayu Salib.

[43] Kreeft, Peter & Ronald K. Tacell., Pedoman Apologetika Kristen. Jilid 1, hal. 243. 

[44] Strobel, Lee., 2005. Pembuktian Atas Kebenaran Yesus. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam, hal. 256-258.

[45] Thiessen, Henry C., hal. 373-374.

[46] Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 507-508.

[47] Ibid, 510.

[48] Ibid, 508.

[49] McDowell, Josh., Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab, hal. 323-324.
Next Post Previous Post