SIGNIFIKANSI KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

Bob Deffinbaugh,Th.M.
SIGNIFIKANSI KEBANGKITAN YESUS KRISTUS
Terjemahan dari buku The Significance of the Resurrection.

Signifikansi kebangkitan Yesus Kristus kerap dilewatkan atau terdistorsi oleh gereja-gereja di Amerika. Kerap kali, perayaan peristiwa Kebangkitan Yesus Kristus lebih sebagai sebuah ritual “keluar dari kubur,” ketimbang sebagai sebuah ibadah dan selebrasi kebangkitan Yesus Kristus. 

Banyak pengkhotbah evangelikal memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan khotbah apologetik, berupaya memperlihatkan kebangkitan Yesus Kristus merupakan sebuah fakta sejarah—dan memang demikian adanya. Saya meyakininya,akan tetapi, dari banyak orang-orang non Kristen yang menghadiri ibadah-ibadah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengakui bahwa kebangkitan Kristus adalah sebuah fakta.  

Hanya saja mereka tidak mengenali dan mengambil langkah berdasarkan signifikansinya atau nilai agung yang terkandung . Untuk alasan inilah saya menyampaikan ulasan ini kepada orang-orang tidak percaya yang religius, yang percaya pada fakta kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, tetapi yang gagal menangkap signifikasinya bagi dirinya sendiri. Saya akan berupaya untuk mendemonstrasikan signifikansi kebangkitan Yesus Kristus dengan memfokuskan pada keunikannya, perlunya, dan pentingnya kebangkitan itu.

Keunikan Kebangkitan Kristus

Signifikansi kebangkitan Yesus Kristus harus dilihat dalam keunikan-keunikan kebangkitan-Nya dari kematian. Ada sejumlah sisi keunikan-keunikan kebangkitan Yesus Kristus yang akan menjadi perhatian kita :

(1)Kebangkitan Yesus Kristus adalah unik karena Keilahiannya. Signifikansi dalam peristiwa kebangkitan saling bertautan dengan signifikansi pribadi yang dibangkitan. Bukan semata manusia yang telah bangkit dari kematian pada pagi di hari kebangkitannya, dia adalah Anak Allah. Pada seluruh kehidupan-Nya, Yesus telah mengklaim dirinya adalah Anak Allah, sebuah klaim yang menjadi dasar bagi para pemimpin agama untuk mengupayakan kematiannya (bandingkan dengan Yohanes 8:31-59). 

Dia hadapan kematian Yesus Kristus, seorang prajurit berdiri didekatnya mendeklarsikan,”sungguh orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:39). Dibalik ini, kebangkitan merupakan bukti positif bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, bahkan sebagaimana yang telah Dia deklarasikan (bandingkan dengan Roma 1:3-4).

Dalam tulisannya tentang kebangkitan Kristus, salah satu argumen Petrus adalah: jika Yesus Kristus sungguh-sungguh Tuhan, tidaklah mungkin bagi Tuhan untuk tetap mati, membusuk didalam sebuah kubur (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:24-32). Siapapun manusia yang bangkit dari kematian pastilah hal itu dinilai bukan hal yang biasa-biasa; demikian juga Anak Allah yang telah bangkit dari kematian. Karena itu orang tidak dapat memandang kebangkitan Yesus Kristus dalam cara yang terlalu serius.

(2)Kebangkitan Yesus unik karena kematian yang mendahului dan Kebangkitannya yang harus terjadi. Kematian Kristus merupakan kematian orang yang tanpa dosa, untuk kepentingan orang-orang berdosa. Selama bertahun-tahun ada orang yang berupaya memperlihatkan bahwa kematian Yesus Kristus tidak semulia yang diyakini. Sejumlah pihak berpendapat bahwa peristiwa kematiannya merupakan kebodohan Yesus yang mengakibatkan kematiannya sendiri. 

Puncaknya, mereka akan berkata, Yesus telah membuat klaim-klaim sinting yang menyatakan Tuhan adalah dirinya sendiri, dan Dia secara gigih menentang para pemimpin agama dengan cara menyerang dan mengecam mereka dihadapan publik. Tidak mengherankan dia mati, beberapa orang akan berkata, karena ‘orang’ ini tidak memilik nalar untuk mengenali kemanusiaannya sendiri atau diplomasi untuk menenangkan kekuatan struktur kala itu.

Hampir semua orang tidak akan nekat melihat Yesus lebih dari itu, tetapi akan lebih melihat kematian Kristus sebagai sebuah tragedi besar. Peristiwa yang dialami oleh Yesus bukanlah kebodohan Yesus sendiri, tetapi merupakan plot jahat dari sejumlah manusia yang merasa terancam, yang berupaya mengakibatkan kematian Yesus secara prematur , sebelum Dia dapat menegakan kerajaannya yang ideal di muka bumi.

Kematian Kristus adalah unik, namun hal itu, dikarenakan kematian Yesus adalah sebuah bagian dari rencana kekal Tuhan bahwa Kristus akan mati sebagai domba korban tak bersalah, sebagai sebuah substitusi pembayaran atas dosa-dosa manusia. Korban-korban didalam sistem Perjanjian Lama telah memprediksikan Dia yang harus datang sebagai “Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia” ( Yohanes 1:29; bandingkan dengan 1 Korintus 5:7). Dari kekekalan masa lampu, Kristus telah dirancangkan sebagai korban yang sempurna, tanpa cela atau cacat, yang kematiannya dapat menebus dosa-dosamanusia ( Yesaya 53; Ibrani 9:11-14; 1 Petrus 1:18-20; 2:21-25).

(3) Kebangkitan Yesus Kristus unik sebagai sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka .Kebangkitan Yesus Kristus merupakan sebuah peristiwa yang tidak sama sekali baru dan telah ada sejumlah peristiwa sejenis, dalam artian, oleh sejumlah pria dan perempuan yang kembali hidup setelah mereka meninggal, tetapi tidak ada satupun kasus “kebangkitan” yang dialami individu-individu itu yang telah menerima tubuh-tubuh yang telah dimuliakan, tubuh yang tidak dapat rusak dan mengalami kematian] Belum pernah terjadi sebelumnya ada orang yang telah bangkit dari kematian dalam sebuah cara dimana dia sepenuhnya telah ditransformasikan dan sehingga tak tersentuh oleh jari-jari kematian yang dingin. 

KebangkitanYesus Kristus merupakan kebangkitan pertama yang “genuine”-asli, baru ini yang pernah terjadidimanapun dan kapanpun dalam sejarah manusia. Kebangkitannya dirujukan sebagai “ buah sulung,” karena akan ada yang akan mengalami apa yang telah Yesus alami ( 1 Korintus 15:23)

Kebangkitan Yesus Kristus Sebuah Keharusan

Kebangkitan Yesus Kristus signifikan karena merupakan hal yang harus terjadi. Ada beberapa alasan mengapa kebangkitan perlu terjadi, dan kita akan mempertimbangkan beberapa diantaranya dibawah ini:

(1)Kebangkitan Kristus diperlukan untuk membuktikan Klaim Yesus Kristus . Yesus Kristus secara nyata telah mengklaim sebagai Anak Allah, yang merupakan dasar mengapa para pemimpin-pemimpin agama berkonspirasi untuk membunuhnya (bandingkan dengan Yohanes 19:7). Kebangkitan merupakan bukti bahwa Yesus Kristus yang telah mengklaim menjadi : Anak Allah :

dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (Roma 1:4)

(2) Kebangkitan Kristus diperlukan untuk membuktikan bahwa Yesus Kristus telah menyelesaikan apa yang telah Dia janjikan. Kematian Yesus saja tidak akan memadai, karenakematian oleh identifikasi diri kita dengan Dia dalam kematian, penguburan, dan kebangkitanlah sehingga kita diselamatkan.

Roma 5:9-10 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Pada 1 Korintus bab 15, merupakan bab yang berisikan kebangkitan agung dalam Perjanjian Baru, Paulus menyatakan bahwa tanpa kebangkitan Kristus, kita tidak akan memiliki pengharapan :

1 Korintus 15:13-14; 16-17: Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.

Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.

Pada pesan yang disampaikan Petrus saat Pentakosta, Petrus telah mengajarkan bahwa kebangkitan Kristus oleh Bapa (melalui Roh Kudus) merupakan peninggian Tuhan terhadap ;Anak-Nya, pesan yang dibawa-Nya, dan karya-Nya :

KIsah Para Rasul 2: 23-24, 32-33,36

Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

(3) Kebangkitan merupakan sebuah hal yang diperlukan agar dapat menggenapi nubuatan biblikal. Pada Kisah Para Rasul bab 2 Petrus menyatakan bahwa kebangkitan merupakan keharusan secara biblikal, mengutip kata-kata Daud dalam Mazmur 16:10:

“sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Kisah Para Rasul 2:27; bandingkan dengan 13:33).

Petrus menyatakan dari Mazmur 16 bahwa Daud tidak merujukan hal itu untuk dirinya sendiri, tetapi sebaliknya Mazmur 16 merujuk kepada Anaknya, Messias, yang akan Tuhan bangkitkan dari kematian. Ayat-ayat Perjanjian Lama dipahami oleh para rasul untuk memprediksikan kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus dengan demikian sebuah keharusan yang biblikal.

(4) Kebangkitan Kristus juga merupakan keharusan yang bersifat logika. Dalam pesannya pada Kisah Para Rasul bab kedua, Petrus juga menyatakan bahwa kebangkitan Kristus, Messias, juga merupakan sebuah keharusan biblikal yang logis.

Kisah Para Rasul 2:24
“Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”

Petrus mengemukakan bahwa tidak mungkin bagi Tuhan untuk tetap tinggal didalam kubur dan membusuk, sebagaimana lazimnya dialami manusia. Karena pada dasarnya adalah Tuhan, Kristus tidak dapat terus ada didalam kubur itu, mati.

(5) Kebangkitan Kristus adalah vital karena merupakan sebuah elemen yang diperlukan pada iman yang menyelamatkan. Baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, iman yang menyelamatkan merupakan iman didalam Tuhan yang dapat dan akan membangkitkan manusia dari kematian. Sebuah studi yang cermat dari bab 11 pada Ibrani akan memperlihatkan bahwa iman orang-orang kudus Perjanjian Lama merupakan iman kebangkitan [Saya sangat mendorong pembaca untuk mempelajari bab ini pada kitab Ibrani dan mencatat betapa pentingnya istilah (atau konsep dari) kematian . 

Penulis berupaya untuk menunjukan dimensi-dimensi iman di masa depan, dan masa depan yang diharapkan oleh orang-orang kudus Perjanjian Lama yang akan menjadi kehidupan mereka setelah kematian]

Perkenankan saya untuk menggunakan seorang tokoh di Perjanjian Lama untuk mendemonstrasikan kebangkitan dalam dimensi iman, iman Abraham. Ketiadaan iman jenis ini pada awalnya, terlihat dari keinginan Abraham untuk mengorbankan kesucian isterinya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ketika Abraham dan Sarai mendekati Mesir, dia berkata kepada isterinya :

Kejadian 12:11-13 Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.

Kejadian semacam ini jauh dari sebuah iman yang percaya pada kebangkitan yang menjadi bagian dari diri Abraham. Dia begitu dibelit ketakutan sehingga dia bersedia untuk mengorbankan kesucian isterinya untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Selagi Tuhan terus bekerja dalam kehidupan Abraham, sebuah iman yang percaya akan kebangkitan berbuah. Ketika Tuhan menjanjikan Abram dan Sarai seorang anak di usianya yang lanjut, Abraham percaya pada Tuhan karena dia telah memiliki sebuah iman yang menyelamatkan dan kebangkitan. Paulus menulis tentang iman Abraham dalam suratnya kepada jemaat di Roma :

Roma 4:19-20 Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah[Perhatikan bahwa pada ayat 23-25 dari bab yang sama ini Paulus menyamakan insiden ini dengan Abraham dan iman kebangkitannya dengan iman orang kudus Perjanjian Baru :

“Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.]

Kebangkitan Abraham dilakukan dengan menempatkannya dalam tes yang teramat krusial, sekali lagi terkait puteranya. Penulis kitab Ibrani mengatakan kepada kita :

Ibrani 11:17-19 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Jadi kita dapat melihat bahwa iman orang-orang kudus Perjanjian Lama adalah sebuah iman kebangkitan. Sehingga demikian juga dengan orang percaya Perjanjian Baru harus merupakan iman akan kebangkitan. Yesus berkata :

Yohanes 11:25-26 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"

Rasul Paulus menuliskan ini:
… jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Roma 10:9)

Iman pribadi pada kebangkitan Kristus oleh karena itu perlu karena iman ini sebuah elemen vital dalam sebuah iman yang membawa kepada keselamatan.

Pentingnya Respon Kita Terhadap Kebangkitan Yesus Kristus

Hingga disini berangkali hanya sedikit saja hal yang baru dari apa yang telah saya katakan kepada anda. Sangat berharap memang benar demikian. Tetapi walaupun faktanya ada banyak orang yang percaya akan hal-hal yang telah saya katakan, sejumlah dari mereka tidak benar-benar dilahirkan kembali. Percaya kepada kebangkitan Yesus Kristus saja tidak berarti menyelamatkan manusia.


Saya diingatkan akan kisah di Matius mengenai kebangkitan Yesus Kristus. Dia mengatakan kepada kita bahwa para prajurit yang menjaga kubur dimana Yesus Kristus telah dikuburkan sangat ketakutan oleh kejadian-kejadian yang menyertai kebangkitan Kristus, dan ketakutan oleh penampakan malaikat, yang menggulingkan batu penutup kubur :

Matius 28:2-4 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.

Walaupun hal semacam ini dialami mereka, tidak ada bukti bahwa orang-orang ini menjadi beriman kepada Kristus. Sebaliknya, mereka telah menerima bayaran, dan telah menjadi bagian sebuah konspirasi untuk menutup-nutupi kebangkitan :

Matius 28:12-13, 15 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu. dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.

Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Kebangkitan Kristus bukan semata sebuah fakta, yang dapat dipandang secara gampangan—kebangkitan adalah sebuah soal kehidupan atau kematian kekal. Kebangkitan bukan semata sebuah fakta untuk dipercayai atau ditolak, kebangkitan adalah sebuah fakta yang mana tanggapan kita akan menentukan destini kekal kita. 

Kebangkitan Yesus Kristus merupakan sebuah titik pemisah krusial dalam Perjanjian Baru. Kebangkitan merupakan sebuah peristiwa dengan sejumlah perubahan penting namun jarang dipertimbangkan. Disini saya hendak mengulas dua perubahan yang merupakan hasil dari kebangkitan Yesus Kristus. Hal –hal ini akan menjadi perhatian utama bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh orang-orang Kristen yang dilahirkan kembali, namun yang secara keliru mendapatkan kebangkitan sebagai sebuah sumber pengharapan

Pada perayaan natal kita cenderung untuk berpikir akan perubahan besar yang berlangsung ketika Yesus telah datang ke dunia dalam wujud manusia, dalam inkarnasi-Nya sebagai bayi didalam palungan Bethleham. Akan tetapi, jarang kita memikirkan perubahan-perubahan [Pada Yakobus 1:17 kita diberitahukan bahwa pada Tuhan tidak ada “. . . tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Poinnya disini bahwa Tihan tidak berubah dalam karakter-Nya. Tidak ada kebimbangan, sebagaimana umumnya pada manusia (bandingkan dengan Yakobus 1:6-8). 

Sementara Tuhan tidak berubah, pada prinsipnya,dalam Dia berurusan dengan manusia (sebagai contoh, Dia selalu berurusan dengan manusia melalui anugerah,dan melalui sarana-sarana iman), Dia memang berubah dalam sejumlah hal utama didalam dia berurusan dengan manusia. 

Kedua hal ini perlu dan sah untuk memberikan perhatian pada perubahan-perubahan itu yang merupakan sebuah akibat dari kebangkitan Yesus Kristus] yang terjadi pada kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus. Kita membuat pembedaan mental antara era Perjanjian Lama dan era Kristus, yang jarang untuk diamati, tetapi memliki dampak signifikansi yang besar. Izinkan saya untuk menarik perhatian anda kepada perubahan-perubahan yan telah terjadi sebagai akibat kebangkitan Yesus Kristus.

Hal pertama, ada perubahan-perubahan dalam riasan jasmaninya, penampilan, dan manifestasi tampak luar pada Yesus Kristus, sebagai akibat kebangkitan dan kenaikan-Nya. Ketika Yesus Kristus datang dalam wujud manusia, Dia telah meniadakan manifestasi-manifestasi kemuliaan dan keanggunan-Nya yang meliputinya, sehingga manusia tidak menjadi tertarik kepadanya oleh tampilan-Nya yang dapat dilihat. Kaplingnya adalah mengalami penderitaan dan penolakan manusia. Secara tampilan luar, tidak seorangpun menyimpulkan bahwa Dia adalah, memang benar, Anak Allah :

Yesaya 53:1-3
Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Perendahan yang sama telah diprediksi Yesaya dalam nubuatnya yang digambarkan oleh Paulus sebagai sejarah, dalam kehidupan Yesus Kristus :

Filipi 2:6-8 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Lukas 24:31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Yohanes 20:26 : Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka

Filipi 2:9-11 : Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Maka kita keliru untuk berpikir bahwa Yesus Kristus kini masih ada dalam kehadiran yang sama persis kala Dia berjalan diatas bumi diantara manusia. Yohanes, orang yang nampaknya memiliki hubungan paling karib dengan Yesus Kristus, menggambarkan Dia dalam Kitab Wahyu kondisi-kondisi yang sangat berbeda dari apa yang dijumpai dalam Injil Yohanes. Demikian juga, tanggapan Yohanes sangat berbeda kepada Yesus dalam tampilan-tampilannya yang surgawi :

Wahyu 1:13-18 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

Orang yang kepadanya dahulu ia bersandar padanya (bandingkan dengan Yohanes 21:20), sekarang adalah Dia yang dihadapan-Nya Yohanes tersungkur bagai orang mati. Pada tampilan luar, Tuhan kita sangat berubah daripada hari-harinya di bumi kala tinggal diantara manusia.

Hal yang kedua, kebangkitan Yesus Kristus telah mengubah respon-Nya kepada orang-orang berdosa [Tuhan selalu benci terhadap dosa, dan tidak pernah berubah terhadap hal ini. Akan tetapi ada sebuah bukti perubahan yang tajam, dalam tanggapannya terhadap orang-orang berdosa setelah kematian dan kebangkitan-Nya. Pada perubahan inilah saya akan memfokuskannya disini]. Semua kita (orang-orang berdosa) mendapatkan kelegaan besar didalam kata-kata Tuhan kita Yesus, diucapkan kepada perempuan yang kedapatan berbuat dosa perzinahan,

Yohanes 8:11 "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Para pendakwa perempuan ini benar dalam pemahaman bahwa Hukum telah menghukum orang-orang yang bersalah dalam perzinahan. Sementara itu setiap orang lainnya memiliki kesalahan dan karenanya tidak dapat mengambil batu untuk melempari wanita ini, Yesus dapat saja menghukumnya, Hukum Taurat akan meminta Yesus melakukannya.

Mengapa kemudian, Yesus tidak menghukum perempuan ini? Jawabannya sungguh sangat sederhana : Yesus tidak menghukum perempuan ini karena Dia sendiri telah datang untuk menanggung penghukuman dari Hukum itu. Tujuan kedatangan pertama Yesus Kristus bukan untuk menghakimi, tetapi kedatangannya untuk dihakimi.

Yohanes 3:16-17 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (bandingkan dengan Yohanes 8:15; Yohanes 12:47)

Beberapa orang telah secara keliru mengupayakan penyesuaian dalam kata-kata Yesus Kristusyang baik budi ini terhadap wanita pezinah ini sebagaimana dicatat dalam injil Yohanes. Mereka percaya bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian, mereka, juga, akan dibangkitkan. 

Dan, dalam derajat yang seperti apapun mereka membayangkan sebuah penghakiman, mereka secara keliru menduga bahwa Yesus yang telah dibangkitkan akan merespon mereka dalam sebuah cara sama dengan tanggapan Yesus kepada wanita yang telah jatuh kedalam dosa. Ini sungguh kesalahan fatal, karena ada hal-hal yang telah berubah kini bahwa Tuhan Yesus telah dibangkitkan dari kematian, dan berbagai hal akan sangat berbeda bagi mereka yang tidak percaya, yang suatu saat kelak akan dibangkitkan dari kubur mereka.

Kebangkitan Yesus Kristus memastikan semua manusia, yang selamat dan tak selamat, dibangkitkan dari kubur, tetapi hal ini tidak menjamin sama sekali bahwa semua manusia mengalami berkat-berkat yang sama :

Daniel 12:2 Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.

Yohanes 5:28-29 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Wahyu 21:6-8 Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." (bandingkan dengan Wahyu 22:13-15; Kisah Para Rasul 5:31)

Sementara itu tujuan kedatangan Yesus Kristus yang pertama bukan untuk menghakimi, tetapi terutama untuk dihakimi, tujuan kedatangan-Nya yang kedua akan menghakimi mereka semua yang telah menolak Dia, dan yang telah berupaya mendekatkan diri mereka dengan Tuhan diatas dasar perbuatan-perbuatan baik mereka, ketimbang diatas dasar kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya. 

Bukan orang berdosa yang bertobat, yang melemparkan dirinya kepada belas kasih Tuhan, yang akan dihukum, tetapi mereka yang dengan bangganya percaya kepada pembenaran religius atas dirinya sendiri yang akan dihukum (bandingkan dengan Yohanes 8:6-9; Matius 23; Lukas 18:9-14).

Kebangkitan Yesus Kristus bermakna bahwa pengorbanan bagi orang-orang berdosa telah dibayar, satu kali untuk selama-lamanya, oleh Yesus Kristus, dan bahwa korban ini telah diterima. Mereka yang masih terus dalam dosa mereka, dan yang tidak meletakan diri mereka pada Kristus untuk keselamatan mereka harus menunggu Dia kembali sebagai seorang Hakim. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian pasti tidak akan membawa kelegaan, tetapi kengerian, pada setiap hati orang-orang yang tidak percaya.

Kesimpulan

Jika respon kita terhadap kebangkitan Kristus sedemikian signifikannya, apa yang mencegah seseorang --yang sepenuh hati percaya kepada kebangkitan-Nya-- dari keselamatan dimana kematian, penguburan, dan kebangkitannya dijanjikan untuk diberikan? Saya percaya ada beberapa alasan mengapa beberapa orang yang percaya kepada kebangkitan tidak selamat.

Pertama, kita gagal memahami kondisi diri kita yang sebenarnya terkait dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Karena Yesus Kristus tidak bersalah, Anak Allah yang tanpa dosa, kematian-Nya adalah untuk kepentingan kita, dan bukan untuk dosa-dosa Yesus . Petrus menyatakannya seperti ini :

1 Petrus 2:22-25 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Jika Kristus tidak mati bagi dosa-dosa-Nya, tetapi untuk dosa-dosa manusia, maka pertama-tama kita harus mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa, dan yang Dia bawa ke atas kayu salib adalah dosa-dosa kita. Dalam sebuah cara yang sangat pribadi, dosa-dosaku yang menempatkan Yesus di kayu salib.

Saya bahkan harus mengatakannya lebih dari ini bahwa keberdosaanku sangat berhasrat untuk terlibat dalam menolak Kristus dan menuntut eksekusi-Nya, seperti halnya yang telah dilakukan oleh orang banyak sebagaimana yang tercatat didalam injil-injil. Keberdosaanku tidak hanya membuat Kristus perlu untuk mati—keberdosaanku berkeinginan untuk turut serta dalam penyaliban Kristus. 

Sangatlah mudah untuk mengutuk kumpulan orang banyak yang plin plan, dimana beberapa hari sebelumnya mengagung-agungkan Yesus sebagai Raja, dan kemudian berteriak kepada Pilatus untuk menyalibkan-Nya, dan meminta untuk membebaskan Barabas, seorang pembunuh, sebagai gantinya. Saya telah turut serta ada di sana, saya telah berteriak untuk penyaliban Kristus.

Problem terbesar yang kita hadapi bukan menerima penyaliban Kristus, dan fakta bahwa “Dia hidup” saat ini. Problem terbesar yang kita hadapi sebagai orang-orang berdosa adalah pengakuan akan fakta bahwa kita saat ini mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, dan telah kehilangan bagian dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya secara kekal. Ini adalah kondisi kita yang telah mati tak berdaya dalam dosa-dosa kita yang membuat kebangkitan Kristus menjadi sebuah kebenaran vital yang dibutuhkan ( bandingkan Efesus 2:1-10).

Kedua, kita gagal untuk secara tepat memahami keagungan,kuasa, dan kekudusan yang mengagumkan dari Yesus yang telah bangkit sebagaimana Dia adanya saat ini,dan sebagaimana Dia akan terhadirkan ketika kita berdiri dihadapan-Nya. Tidak hanya kita cenderung untuk meminimalisasi keseriusan akan kondisi kita; kita juga gagal memahami keagungan, kesucian, dan kuasa dari Kristus dalam kondisi-Nya saat ini. 

Mari saya tantang anda, sahabatku, untuk membaca deskripsi Kristus yang telah bangkit, yang telah disampaikan oleh rasul Yohanes kepada kita dalam Kitab Wahyu. Jika hal ini tidak dapat menginspirasi sebuah kegentaran yang kudus akan murka Allah yang akan datang, maka tidak akan ada yang bisa.

Ketiga, kita gagal menerima peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus secara pribadi. Ada begitu banyak orang-orang religius yang telah menerima kebangkitan Kristus sebagai benar secara akademik, tetapi mereka tidak menerimanya secara pribadi. Izinkan saya untuk menyampaikan dua buah contoh biblikal dari mereka yang menerima peristiwa kebangkitan Kristus bagi dirinya secara pribadi.


Pada Kisah Para Rasul bab dua, kita mendapatkan bahwa gereja telah dibaptis oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta. Manifestasi-menifestasi yang tidak biasa dari Roh menyebabkan adanya sebuah keramaian orang banyak yang besar di Yerusalem. Petrus menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan bahwa ini adalah manifestasi dari kuasa Roh Kudus yang merupakan sebuah bagian penggenapan nubuat Yoel. Nubuat ini berbicara mengenai kedatangan ‘Hari Tuhan’ ketika Tuhan akan menghakimi dosa-dosa umat-Nya. 

Petrus kemudian melanjutkan untuk memperlihatkan bahwa kuasa Roh telah dicurahkan pada orang-orang yang telah dipilih ini karena Dia telah bangkit dari kematian, sebuah fakta dimana kubur kosong dan nas-nas Perjanjian Lama telah memberikan kesaksian. Petrus secara berani telah memproklamasikan bahwa selagi mereka bertanggungjawab atas kematian Kristus, Tuhan bermaksud untuk menyelamatkan mereka oleh kematian-Nya,dan telah membatalkan perbuatan-perbuatan mereka dengan membangkitkan Anak-Nya dari kubur. Hal mendasar dari pesan Petrus adalah ini :

Kisah Para Rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

Disini kita mendapatkan penjelasan dalam sebuah ringkasan. Mereka telah bersalah menolak dan menyalibkan Kristus. Oleh kebangkitan Kristus, Tuhan telah membatalkan tindakan-tindakan mereka, dan telah membuktikan bahwa Anak-Nya adalah Messias (penanggung orang berdosa yang telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama) dan Tuhan, Dia yang akan datang untuk menghakimi, sebagaimana telah dinubuatkan oleh Yoel. Menerima hal ini secara pribadi, banyak dari mereka yang ada dalam keramaian orang banyak (saat Roh turun pada Pentakosta) telah mengakui dosa-dosa mereka dan mengaku iman kepada Kristus sebagai Juru selamat mereka ( bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:37-41).

Saul yang kemudian dikenal sebagai Paulus, juga mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang telah bangkit, sebagaimana dicatat beberapa kali dalam Kisah Para Rasul (bandingkan dengan bab 9, 22, dan 26). Ketika Paulus dicegat oleh Kristus dalam perjalanannya menuju Damaskus, dia telah mengakui Kristus sebagai Tuhan,dan dia telah melihat keburukan dosa-dosanya sendiri, sekalipun mereka religius dan terpuji dalam pandangan manusia (bandingkan dengan Filipi bab 3). Hal itu terjadi kala Saul melihat keberdosaannya sendiri dan keagungan Kristus dan kuasa yang telah mengubahnya.

Kebangkitan Yesus Kristus adalah salah satu peristiwa yang paling signifikan dalam sejarah. Saya berdoa agar anda, seperti halnya mereka yang ada di Yerusalem pada saat Pentakosta (Kisah Para Rasul 2) dan seperti Saul (Kisah Para Rasul 9), akan mengenali keseriusan akan kondisi keberdosaannu, kekudusan dan keajaiban Tuhan, dan akan meletakan percaya kepada DIa sebagai Juru selamatmu dan Tuhan. 

Saya mendorongmu untuk mempercayakan dirimu kepada Dia, dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya, tak hanya dalam sebuah cara yang intelektual dan akademik, tetapi dalam sebuah cara yang sangat personal, sebagai satu-satunya ketentuan dari Tuhan untuk keselamatanmu.
SELESAI
Next Post Previous Post