4 FAKTA BAGAIMANA MANUSIA DICIPTAKAN

Pdt. Esra Alfred Soru,MPdK.
4 FAKTA BAGAIMANA MANUSIA DICIPTAKAN
Pdt. Stephen Tong pernah berkata : “Nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia adalah manusia itu sendiri. Potensi terbesar di dalam sejarah manusia adalah manusia itu sendiri. Bahaya terbesar di dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri. 

Bukankah manusia telah menjadi sasaran kasih yang paling mempesona manusia yang lain? Manusia, siapakah manusia itu? (Peta dan Teladan Allah, hal. vii). Ya! Siapakah manusia itu? Ini adalah salah satu pertanyaan yang paling penting di dalam dunia ini. Pertanyaan ini bukan saja penting tetapi juga klasik sekaligus “up to date”.

Anthony Hoekema – Manusia menjadi salah satu problem paling krusial pada zaman kita. Para filsuf bergumul dengannya, para sosiolog mencoba untuk menjawabnya, para psikolog dan psikiater tengah menghadapinya, pakar etika dan aktivis sosial mencoba untuk memecahkannya. Bahkan para penulis novel dan dramawan juga melibatkan diri dalam pertanyaan ini…Hampir setiap novel atau drama kontemporer bergumul dengan pertanyaan, “Apakah manusia itu?” (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 2-3).

Secara historis, orang mulai berpikir tentang manusia sudah dari zaman yang sangat lama. Protagoaras (480-411 SM), Socrates (469-399 SM), Aristoteles (384-322 SM), Mencius (371-288 SM), filsafat Tiongkok kuno maupun filsafat India kuno telah membicarakan juga tentang manusia. Dan menjawab pertanyaan ini tidak mudah. Mengapa? Dari sisi pertanyaan itu saja, karena subyek dan obyek dari pertanyaan ini adalah satu/sama yakni “MANUSIA”. Siapa yang bertanya? Manusia! Kepada siapa ditanyakan? Manusia! Tanya tentang apa? Manusia! Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan “Siapakah aku ini?” Dalam pertanyaan ini subyek dan obyek satu yakni “AKU”. Siapa yang bertanya? “AKU!” Kepada siapa ditanyakan? “AKU!” Tanya tentang apa? “AKU!” Jadi subyek dan obyeknya sama. Yang bertanya adalah yang ditanya. Yang mencari tahu adalah yang dicaritahu. Yang ingin mengetahui adalah yang ingin diketahui.

Stephen Tong – Bukankah suatu hal yang lucu jika siapakah manusia itu ditanyakan kepada manusia dan dijawab oleh manusia sendiri? (Peta dan Teladan Allah, hal. vii).

Pertanyaannya adalah bagaimana manusia bisa bertanya “Siapakah manusia itu?” Jawabannya adalah karena manusia adalah makluk yang bertanya. Manusia bertanya tentang segala sesuatudi luar/di sekeliling dirinya (Biologi, Fisika, Kimia, dll). Selanjutnya manusia bertanya segala sesuatu di dalam dirinya (Antropologi, Psikologi). Dan akhirnya manusia bertanya tentang segala sesuatu di atas dirinya (Teologi).

Note : Itu berarti bahwa teologia tingkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan semua ilmu yang lain karena semua ilmu yang lain hanya membahas tentang apa yang ada DI SEKELILING DAN DI DALAM manusia tetapi teologia membahas tentang apa yang ada DI ATAS manusia. Benarlah yang dikatakan orang bahwa teologia adalah “The Queen or the King of Science”.(Ratu/Raja dari semua ilmu pengetahuan). Karena itu :

Yang belajar biologi, fisika, kimia jangan sombong dan menganggap remeh orang yang belajar teologia. (Pada sekolah SMA zaman dulu para siswa yang duduk di kelas A1 dan A2 menganggap remeh A3 dan A4. Itu salah!).
Orang yang belajar teologia tidak boleh minder terhadap orang-orang yang belajar disiplin ilmu yang lain.

Kalau saudara sudah pakar di dalam ilmu yang lain, jangan cepat puas. Carilah/belajarlah teologia karena ini adalah “The Queen or the King of Science”.(Belajar teologia tidak berarti harus sekolah teologia. Saudara bisa belajar teologia di gereja lewat khotbah-khotbah dan PA).
Kalau mau mempersembahkan anak untuk Tuhan (sekolah teologia), berilah yang paling pintar karena dia akan menggeluti cabang ilmu yang paling tinggi. Jangan berikan yang pintar-pintar untuk ilmu yang lain dan yang paling bodoh untuk teologia.

Lalu bagaimana kita menjawab pertanyaan “Siapakah manusia itu?” Dapatkah manusia menjawab pertanyaan “Siapakah manusia itu?” atau “Siapakah aku ini?” Di balik pertanyaan“siapakah aku ini?” muncul banyak pertanyaan : Siapakah yang bertanya? (“AKU”). Mengapa “AKU” bertanya? (Karena “AKU” mau mencari tahu). Mengapa “AKU” mencari tahu? (Karena “AKU” tidak tahu). Tetapi “AKU” bertanya pada siapa?” Atau kepada siapa “AKU” mencari tahu? (Kepada “AKU” sendiri). Tapi bukankah “AKU” tidak tahu dan sementara mencari tahu? Bagaimnana “AKU” bisa memberi tahu? Kalau “AKU” sudah tahu seharusnya tak perlu mencari tahu lagi. Tapi kalau “AKU” tidak tahu juga, lalu untuk apa mencari tahu pada yang tidak tahu? Jadi “AKU” yang tidak tahu ternyata telah bertanya kepada “AKU” sendiri yang tidak tahu. Lalu bagaimana bisa tahu? Tidak mungkin! Di sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya manusia dari dirinya sendiri tidak bisa menjawab dengan tuntas siapa dirinya sendiri. Kalau begitu jawaban atas pertanyaan tsb tidak boleh datang dari diri manusia itu sendiri tetapi dari luar/dari atas manusia sendiri yakni dari Tuhan Allah dalam hal ini adalah firman-Nya. Jadi firman Allahlah yang dapat memberikan jawaban tuntas kepada manusia tentang siapa dirinya.

Kalau kita memeriksa Firman Tuhan, maka Firman Tuhan memberitahukan dengan jelas kepada kita bahwa sesungguhnya manusia itu adalah ciptaan Allah. (Man is the Creation of God).

Kejadian 1:1, 27 – (1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi…(27) Maka Allah menciptakan manusia itu…"

Jadi manusia tidak berada dengan sendirinya. Dia dicipta oleh Allah / diadakan oleh Allah. Kalau memang manusia diciptakan oleh Allah maka ada saat di mana manusia tidak ada dan baru memperoleh keberadaannya pada suatu saat. Itu berarti bahwa manusia membutuhkan Allah untuk menjadi ada. Tanpa Allah manusia tidak pernah berada atau tidak pernah jadi ada. Selanjutnya, setelah dicipta, apakah manusia bisa terlepas dari Allah? Tidak!

Kisah Para Rasul 17:25,28 – (25) “…Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. (28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada…”

Ayub 12:9-10 – (9) Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu (10) bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa setelah dicipta manusia terus bergantung pada Allah. Manusia tidak pernah menjadi otonom / independen di dalam keberadaannya.

Anthony Hoekema – “…kita berhutang kepada Allah atas setiap nafas kita, kita bereksistensi hanya di dalam Dia, di dalam setiap gerakan yang kita lakukan, kita bergantung kepada-Nya. Kita tidak akan mampu mengangkat satu jari pun di luar kehendak Allah. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 8).

Inilah natur manusia! Manusia adalah ciptaan yang bergantung mutlak kepada Allah. Maksudnya adalah manusia bergantung kepada Allah supaya berada dan terus bergantung kepada Allah supaya tetap berada. Seorang anak yang lahir, seluruh hidupnya bergantung pada orang tuanya, tetapi ada saat di mana ia menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang tuanya lagi yakni pada saat dia sudah dewasa. Tetapi manusia tidak demikian. Keberadaannya berasal dari Allah dan keberlangsungan keberadaannya juga terus bergantung pada Allah. Tidak saat di mana manusia tidak bergantung pada Allah. 

Paulus berkata dalam Kisah Para Rasul 17:28 : “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada…”. Ini sama dengan ikan di dalam laut yang keberadaannya sangat bergantung pada air laut. Sesaat saja keluar dari air, ia akan mati. Inilah konsekuensi dari status kita sebagai ciptaan. Dan biarlah kita selalu mengingat ini. Sehebat apa pun kita, sepintar apa pun kita, sekaya apa pun kita, kita adalah ciptaan yang sangat bergantung pada Allah. Jangan menjadi sombong dan lupa diri karena kita tidak akan bisa menggerakkan 1 jari pun tanpa Dia. Juga jangan suka protes pada Allah karena kita hanya ciptaan yang bergantung pada Dia seperti yang dilakukan oleh Yunus.

Yunus 4:4,9 – (4) Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" (9) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
Bandingkan :

Rom 9:20 - Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?

Banyak kali kita protes kepada Allah dan menunjukkan ketidakpuasan kita terhadap keberadaan kita seperti (miskin, tidak pintar, tidak ganteng/cantik, warna kulit, dsb), tetap ingatlah bahwa kalau kita bisa ada saja itu sudah anugerah Tuhan yang besar. Tidak usah protes kepada Tuhan!

Kita sudah melihat bahwa manusia adalah ciptaan Allah tetapi bagaimana ia diciptakan? Itulah yang akan kita pelajari dengan lebih mendalam :

1.MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN / MELALUI PERUNDINGAN ILAHI.

Ada satu hal yang menyolok sewaktu manusia diciptakan oleh Allah yakni penggunaan kata bentuk jamak yang menunjuk pada diri Allah yang muncul dalam Kej 1:26.

Kejadian 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupaKita, ….”

Penggunaan kata bentuk jamak ini menarik mengingat bahwa Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Allah itu esa/satu.

Ulangan 6:4 - Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

1 Raja-raja 8:60 - supaya segala bangsa di bumi tahu, bahwa TUHANlah Allah, dan tidak ada yang lain

Nah, jika Allah itu esa/satu, maka pada saat Ia menciptakan manusia, logis untuk mengatakan“Baiklah Aku menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Ku…” tetapi yang nampak dalam Kej 1:26 tidaklah demikian melainkan menggunakan kata bentuk jamak “Kita”. Kalau begitu, apa maksud kata “Kita” dalam ayat 26 ini? Sepanjang sejarah penafsiran Alkitab, muncul beragam penafsiran :Ada yang mengatakan bahwa ini adalah jamak kehormatan (Plural Majestaticus).

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan jamak kehormatan ini, perhatikan penjelasan Stephen Tong berikut ini :

Stephen Tong – Semua agama di Timur mempunyai kebiasaan memanggil dewa mereka dengan istilah jamak, bukan tunggal. Bagi mereka istilah dalam bentuk tunggal tidak cukup lengkap untuk menjelaskan mengenai dewa/ilah karena dewa/ilah lebih besar dari manusia. Ilah itu begitu besar, sehingga manusia tidak boleh menyebutnya dengan memakai kata benda tunggal, harus jamak. Meskipun hanya satu dewa, tetap tidak diijinkan menyebutnya dengan singular form, harus plural form. Ini adalah bentuk bahasa agama yang berlaku pada 1500 tahun sebelum Yesus lahir di Timur Tengah, yang disebut sebagai majestic pluralism. (Peta & Teladan Allah, hal. 8).

Karena itu mereka beranggapan bahwa kata “Kita” dalam Kejadian 1:26 hanyalah sekedar sapaan penghormatan kepada Allah dalam tradisi religius orang Timur Tengah. Tetapi ada 2 keberatan terhadap pandangan ini :

Jika tradisi ini benar sekalipun, itu harus tetap ditolak dalam kaitan dengan Kej 1:26 karena tradisi itu merupakan cara panggilan manusia kepada Allah sedangkan Kej 1:26 mengatakan bahwa Allahlah yang berbicara bukan manusia yang berbicara tentang Allah.

Kejadian 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, ….”

Selain itu kata ganti “Kita” ini juga muncul dalam Kej 3:22 yang dari formula kalimatnya tak mungkin diartikan sebagai jamak kehormatan.

Kejadian 3:22 - Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, ….”

Dengan demikian pandangan tentang jamak kehormatan ini mesti ditolak.

Ada yang mengatakan bahwa ini adalah bentuk pemuliaan diri sendiri.

Pandangan ini mengakui bahwa memang dalam ayat tersebut Allahlah yang berbicara bukan sapaan manusia kepada Allah. Tetapi mereka lalu menafsirkan bahwa penggunaan bentuk jamak oleh Allah sendiri menunjukkan bahwa Allah sementara memuliakan diri-Nya sendiri. Tetapi Louis Berkhof menganggap bahwa ini adalah asumsi yang tidak masuk di akal.

Louis Berkhof – Mengapa harus ada pemuliaan diri sendiri dalam bentuk jamak kecuali jika memang ada pluralitas dalam diri Allah. (Teologi Ssistematika – Doktrin Manusia, hal. 6)

Ada yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada Allah dan dewan surgawi (malaikat-malaikat-Nya).

Dikatakan bahwa Allah sementara mengajak malaikat-malaikat-Nya untuk turut mencipta manusia. Keberatan untuk pandangan ini adalah :

Di seluruh Alkitab tidak pernah dikatakan bahwa malaikat menjadi pencipta manusia.
Kalau ditafsirkan demikian maka berarti manusia juga dicipta dengan gambar dan rupa malaikat. Ini jelas ajaran yang tidak Alkitabiah.

Jikalau malaikat juga mencipta manusia maka kedudukan malaikat akan menjadi setara dengan Allah dan berhak atas penyembahan manusia. Padahal hal itu jelas dilarang dalam Alkitab!
Perhatikan baik-baik :

Kejadian 1:26-27 – (26) Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…" (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Jelas bahwa kata ‘Kita’ dan ‘Nya’ menunjuk kepada Allah sendiri.

Jelas terlihat bahwa semua penafsiran itu tidak masuk akal. Jika demikian siapakah yang dimaksudkan dengan “KITA” dalam Kej 1:26 itu? Saya percaya ini menunjuk pada Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang memang adalah Allah yang esa itu.

Stephen Tong – “…mengapa Allah menyebut "Kita" adalah bahwa Allah adalah Allah yang Tritunggal. Keesaan Allah yang di dalamnya ada Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, menciptakan suatu dialog di antara ketiga Oknum itu sendiri. Allah dalam tiga Oknum ini sedang berdiskusi, merencanakan sesuatu bagi ciptaan teragung sehingga ditulis demikian jelas proses dari penciptaan itu. (Peta dan Teladan Allah, hal. 9).

Fakta ini menarik karena di dalam penciptaan yang lain, hanya dikatakan bahwa Allah berfirman dan semuanya jadi. Tetapi sewaktu menciptakan manusia tidak demikian formulanya melainkan : “Baiklah Kita menjadikan manusia…” (Kej 1:26). Kesan yang ditangkap adalah bahwa untuk menciptakan manusia, terlebih dahulu telah terjadi semacam “perundingan” atau “rapat” ilahi di antara oknum-oknum Tritunggal.

R. Soedarmo - Tuhan Allah waktu menjadikan makhluk-makhluk lain hanya berfirman saja“Jadilah ini” dan “Jadilah itu”. Tetapi ketika Tuhan akan menjadikan manusia, Ia bermusyawarah. (Ikhtisar Dogmatika, hal. 139).

Budi Asali - Allah berunding dulu sebelum menciptakan manusia (Kej 1:26-27). Ini adalah perundingan ilahi, karena dilakukan antar pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal. Ini tidak pernah Ia lakukan sebelumnya, pada waktu Ia menciptakan ciptaan yang lain. (Eksposisi Kitab Kejadian, hal.9).

Stephen Tong – Sebelum Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus mencipta, Mereka berdiskusi dan Allah berkata, 'Mari Kita menciptakan manusia menurut peta dan teladan Kita." (Peta dan Teladan Allah, hal. 9).

Semua ini menunjukkan bahwa manusia sangat berharga dan istimewa di hadapan Allah.

Anthony Hoekema - Ini mengindikasikan bahwa penciptaan manusia memiliki kelas tersendiri, karena ungkapan ini tidak dipakai untuk ciptaan lain yang mana pun…. Juga harus diperhatikan bahwa ada sebuah perencanaan yang mendahului penciptaan manusia:"Marilah Kita menjadikan manusia...." Hal ini sekali lagi menunjukkan keunikan dalam penciptaan manusia. Perencanaan ilahi seperti ini tidak pernah dikaitkan dengan ciptaan lain. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 16-17).

Jika Allah saja begitu menghargai manusia dan menganggapnya begitu istimewa, maka sudah seharusnya manusia sendiri memandang manusia itu sebagai sesuatu yang berharga dan istimewa. Dalam hal ini :

Manusia harus menghargai dirinya sendiri.

Seorang manusia harus belajar untuk menilai dirinya sebagaimana Allah menilainya dan jikalau Allah sangat menghargai dan menganggap seorang manusia begitu istimewa maka seorang manusia harus juga melihat dirinya demikian adanya. Karena itu janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena wajah tidak secantik dan setampan orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena kulit tidak seterang orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena rambut tidak selurus orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena otak tidak sepintar orang lain. 

Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena uang tidak sebanyak orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena nama tidak setenar orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena lidah tidak sefasih orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena kesehatan tidak sebaik orang lain, dll. Rendah diri menunjukkan bahwa kita kurang menghargai diri kita sendiri sebagaimana Allah menghargainya.

Manusia harus menghargai orang lain.

Karena orang lain juga adalah manusia seperti kita maka kita juga harus belajar untuk menghargai orang lain sebagaimana Allah juga menghargai mereka. Kita tidak boleh menganggap remeh orang lain, memperlakukan mereka secara berbeda apalagi menghina mereka hanya karena wajah mereka tidak secantik dan setampan kita, kulit mereka tidak seterang kita, rambut mereka tidak selurus kita dan lain sebagainya. Saya pernah mendengar ada orang berkomentar tentang seseorang. Ia berkata : “Bayangkan sudah hitam, kriting, hidup lagi!”. Jadi menurut orang ini seharusnya orang hitam dan kriting itu tidak boleh hidup. Ini jelas adalah penghinaan. 

Kita tidak boleh menganggap remeh orang lain, memperlakukan mereka secara berbeda apalagi menghina mereka hanya karena otak mereka tidak sepintar kita, uang mereka tidak sebanyak uang kita, nama mereka tidak setenar nama kita, lidah mereka tidak sefasih kita, kesehatan mereka tidak sebaik kita, dan lain sebagainya. Ingat, anda adalah makhluk yang istimewa dan berharga di mata Tuhan, demikian juga sesama manusia anda. Hargailah dirimu dan orang lain juga!

2. MANUSIA DICIPTAKAN SECARA LANGSUNG DAN SEGERA.

Fakta lain tentang penciptaan manusia adalah bahwa ia dicipta secara langsung dan segera.

Kejadian 1:27 - Maka Allah menciptakan manusia itu….”

Maksudnya adalah bahwa pada saat Allah mencipta manusia, Ia telah mencipta manusia sebagai manusia sehingga hasil dari ciptaan itu benar-benar adalah manusia. Allah tidak menciptakan suatu makhluk yang lain yang nantinya akan berubah / berproses menjadi manusia seperti kepompong yang lalu berubah menjadi kupu-kupu. Tidak sama sekali! Ia menciptakannya langsung dan segera menjadi manusia. 

Semua ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan teori evolusi yang dipelopori oleh Charles Darwin lewat bukunya Origin of the Species pada tahun 1859. Memang, teori evolusi bukan berasal dari Darwin, konsepnya dapat ditelusuri kembali hingga ke Yunani purba. Ada juga beberapa pendahulu Darwin pada abad ke-18 yang merintis jalan sehingga The Origin of Species diterima secara luas. Akan tetapi, buku Darwinlah yang menjadi dasar dari pemikiran evolusi modern.

Ada pandangan yang berfariasi seputar teori evolusi ini tetapi secara umum teori ini mengatakan bahwa semua makhluk hidup itu adalah hasil evolusi dari bentuk yang paling sederhana. Dulunya, terjadi secara kebetulan, ‘bahan-bahan’ mati bercampur dan berubah menjadi makhluk bersel satu lalu berubah lagi menjadi makhluk lain yang lebih kompleks.

Yakub Tri Handoko – “... teori evolusi bisa dipahami sebagai pandangan yang menyatakan bahwa manusia berasal dari suatu proses evolusi yang panjang, dimulai dari zat yang paling sederhana sampai terbentuknya makhluk yang sangat kompleks yang disebut “manusia”. Keberadaan zat hidup pertama ini biasanya dipahami sebagai hasil dari sebuah peristiwa alam yang kebetulan dan tiba-tiba. Proses yang diperlukan untuk evolusi ini bisa memakan waktu berjuta-juta tahun. (www.gkri-exodus.org : Penciptaan Manusia dan Teori Evolusi).

Sederhananya begini, mula-mula secara kebetulan ada satu makhluk bersel satu yang setelah berjuta-juta tahun berkembang menjadi sejenis ikan, lalu setelah jutaan tahun lagi ikan ini berkembang menjadi amfibi, lalu jutaan tahun kemudian amfibi ini berkembang menjadi reptilia, lalu jutaan tahun lagi reptilia ini berkembang menjadi mamalia dan burung dan pada akhirnya beberapa mamalia (seperti monyet) berkembang menjadi manusia.

Lalu bagaimana kita menjawab hal ini? Sesungguhnya ada banyak jawaban bisa diberikan terhadap teori ini berkaitan dengan mutasi genetik, hukum kedua termodinamika/entropi maupun penemuan biokimia modern yang berhubungan dengan DNA / RNA tetapi semua penjelasan ini akan menyulitkan kita memahaminya jika kita tidak mempunyai pengetahuan dasar tentang bidang-bidang itu. Jadi saya hanya akan paparkan 2 bantahan saja dan menurut saya itu sudah cukup untuk menunjukan kemustahilan dan ketidaklogisan teori evolusi ini.

Teori ini mengatakan bahwa seluruh kehidupan dimulai dari suatu makhluk bersel satu yang kemudian berevolusi selama jutaan tahun menjadi makhluk hidup yang lain.

Pertanyaan saya adalah darimana makhluk bersel satu ini berasal / ada? Sebagaimana sudah disebutkan di atas, para penganut teori evolusi mengatakan bahwa makhluk bersel satu ini ada secara kebetulan sebagai hasil bercampurnya ‘bahan-bahan’ mati. Pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimana mungkin bahan-bahan mati yang bercampur itu bisa secara otomatis menghasilkan suatu kehidupan dengan sendirinya? 

Itu mustahil! Cobalah anda mencampur sejumlah benda mati, apakah bisa menghasilkan suatu makhluk hidup? Mereka juga mengatakan bahwa petir yang menyambar menghasilkan suatu zat yang namanya asam amino, dan asam amino ini adalah unsur dasar dari sel. Tetapi persoalannya adalah bagaimana bisa suatu zat yang mati seperti asam amino tahu-tahu bisa berubah menjadi suatu sel yang hidup? Secara logis tidak bisa diterima kalau sesuatu benda (mati atau hidup) bisa ada secara kebetulan. 

Seandainya anda pergi ke hutan dan di sana anda menemukan secangkir kopi dalam gelas, apakah anda akan mengambil kesimpulan bahwa gelas dan kopinya itu ada dengan sendirinya atau ada secara kebetulan? Tidak mungkin! Logika kita akan mengharuskan penyebab dari hal itu. Dengan demikian teori bahwa ada satu makhluk bersel satu yang muncul secara kebetulan sebagaimana yang dikatakan para evolusionis adalah omong kosong yang tidak masuk akal. Di sini paham evolusi ini tidak cocok disebut sebagai teori melainkan dongeng.

Perhatikan bahwa teori evolusi ini mengatakan bahwa suatu species tertentu mengalami perkembangan / evolusi menjadi species yang lain dalam kurun waktu jutaan tahun.

Pertanyaan kita adalah apakah selama jutaan tahun itu ada species yang mati atau tidak? Pasti ada bukan? Jikalau begitu tentu harus ada species yang mati selama proses evolusi itu belum maksimal dalam rupa species yang benar-benar baru bukan? Kalau ya, mengapa tidak ada 1 fosil pun yang ditemukan hingga saat ini yang menunjuk pada bentuk antara di antara 2 species berbeda. Sederhananya begini. Dikatakan bahwa ikan berevolusi selama jutaan tahun untuk menjadi seekor buaya.

Pertanyaannya adalah : ada banyak fosil ikan yang ditemukan, demikian juga fosil buaya. Tetapi mengapa tidak pernah ada fosil setengah ikan dan setengah buaya? Bukankah rentang waktu untuk evolusi itu jutaan tahun dan pasti ada species yang mati dalam proses evolusi itu? Mengapa tidak ada fosil-fosil species “setengah jadi” seperti gambar berikut?

Jikalau manusia yang ada sekarang adalah hasil evolusi selama jutaan tahun dari monyet, mengapa tidak ada fosil antara yakni setengah monyet dan setengah manusia? Mengapa ada fosil Pithecantropus Erectus dan fosil Homo Saphiens tetapi tidak ada fosil di antaranya padahal menurut teori evolusi jarak antara Pithecanthropus Erectus dan Homo Saphiensadalah jutaan tahun?

Yakub Tri Handoko – Sejak pandangan evolusi bergulir para ahli semakin giat mencari berbagai fosil dengan harapan menemukan “mata rantai yang hilang” yang bisa menjelaskan transisi dari binatang ke manusia atau dari suatu tahapan evolusi ke tahapan yang lain. Setelah berjalan puluhan dekade, mata rantai yang hilang itu tidak pernah ditemukan. (www.gkri-exodus.org : Penciptaan Manusia dan Teori Evolusi)

Tetapi mungkin saudara berpikir bahwa bukankah gambar-gambar yang beredar maupun film-film yang ada menunjukkan “bentuk antara” antara monyet dan manusia? Dan juga bahwa beberapa fosil yang kita pelajari dalam pelajaran sejarah sewaktu di sekolah menunjukkan ada fosil-fosil yang memang setengah monyet setengah manusia seperti gambar berikut ini?

Tidak! Itu semua omong kosong! Kalau gambar dan film ya bisa saja hasil imaginasi yang menggambarkan / membuatnya. Tentang fosil-fosil, sebenarnya itu hasil manipulasi yang dilebih-lebihkan supaya mendapatkan rekonstruksi kerangka makhluk hidup kuno yang mendukung evolusi. Berikut ini adalah beberapa “penipuan” ilmiah sehubungan dengan keberadaan fosil-fosil yang diduga sebagai mata rantai yang hilang :

Manusia Piltdown: hasil rekayasa rekonstruksi yang menggabungkan sebuah rahang kera dengan tengkorak manusia, kemudian diberi warna yang sama.

Manusia Jawa: para ahli modern menolak istilah ini. Mereka meyakini bahwa yang terjadi sebenarnya hanyalah seorang manusia dan kera ditemukan di tempat yang sama. Fosil-fosil keduanya kemudian direkonstruksi menjadi “manusia Jawa purba” yang dipercaya menjadi mata rantai dari binatang ke manusia.

Manusia Peking : alat-alat dan tulang-tulang manusia ditemukan di dekat kera-kera yang otaknya dimakan manusia (orang di daerah tersebut memang memiliki kebiasaan memakan otak kera).

Ramapithecus : sebuah rahang dan geligi-geligi yang akhirnya dinyatakan bukan berasal dari manusia, melainkan dari orang utan.

Jadi memang tidak ada dan tidak akan pernah ada “fosil antara” itu dan itu akan tetap menjadi rantai yang hilang.

William Lane Craig – “... bukti fosil berdiri begitu teguhnya melawan doktrin nenek moyang yang sama. Ketika Darwin mengajukan teorinya, salah satu kelemahan utamanya adalah tidak adanya bentuk organisme transisi di antara satu organisme dengan organisme lainnya. Darwin menjawab ini dengan mengatakan bahwa binatang transisional ini ada di masa lalu dan suatu saat akan ditemukan. Tetapi ketika para ahli paleontologis menemukan sisa fosil, mereka tidak menemukan bentuk-bentuk transi­sional ini; mereka hanya menemukan lebih banyak lagi binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda. 

Tentu, ada beberapa bentuk transisional yang dicurigai, seperti Arcaeopteryx, seekor burung dengan fitur reptilia. Tetapi jika teori neo-Darwinian itu benar, tidak akan hanya ada beberapa missing link; tetapi, seperti yang ditekankan oleh Michael Denton, akan ada jutaan bentuk transisional dalam catatan fosil. Pikirkan misalnya, semua bentuk antara(intermediate) yang seharusnya ada untuk seekor kelelawar dan seekor paus yang telah ber­evolusi dari nenek moyang yang sama! Masalah itu tidak lagi dapat ditiadakan begitu saja dengan mengatakan bahwa kita belum menggali cukup jauh. Bentuk-bentuk transisional belum ditemukan, karena itu semua memang tidak ada. Maka, bukti yang menyangkut doktrin nenek moyang yang sama begitu kacau. (Who Made God?, hal. 75)

Dua hal ini menurut saya sudah cukup untuk membuktikan bahwa teori evolusi hanyalah omong kosong dan dongeng yang dipercaya oleh banyak ilmuwan. Kesalahan terbesar Darwin dan para evolusionis lainnya adalah terpaku pada kesamaan antara manusia dan monyet tetapi melupakan perbedaan di antara keduanya. Memang kalau kita hanya memperhatikan persamaannya saja maka ada banyak kesamaan antara manusia dan binatang. 

Bahkan ada binatang-binatang yang terbilang cerdas apalagi kalau dilatih secara khusus seperti dalam acara-acara sirkus. Tetapi kalau kita melihat perbedaannya maka ada lebih banyak perbedaan antara keduanya daripada persamaannya. Karena itu secara logis tidak bisa disimpulkan bahwa manusia berasal dari monyet hanya karena ada kemiripan antara monyet dan manusia.

Alkitab bersaksi bahwa manusia diciptakan langsung / segera sehingga sudah dalam rupa manusia tanpa melalui sebuah proses evolusi.

John Wesley Brill : Alkitab menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa manusia diciptakan oleh Allah, manusia diciptakan dalam jangka waktu yang singkat dan langsung sebagai seorang manusia dewasa yang sempurna. (Dasar Yang Teguh, hal. 181).

Karena itu sebagai seorang Kristen, kita seharusnya tidak percaya dan menolak dongeng evolusi ini. Manusia adalah hasil ciptaan Allah secara langsung dan sempurna. Kita juga tidak boleh kompromi dengan pandangan evolusi ini seperti yang dilakukan oleh sejumlah teolog yang mempercayai teori evolusi teistik di mana mereka berusaha menggabungkan teori evolusi dengan Alkitab dengan mengatakan bahwa teori evolusi tidak harus bertentangan dengan Alkitab. Mereka lalu menafsirkan ayat-ayat Alkitab dari sudut pandang teori evolusi dan menganggap bahwa debu tanah dalam Kej 2:7 sebenarnya adalah bahasa simbolik bagi binatang.

Kejadian 2:7 - ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah (binatang) dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Ini pandangan yang tidak masuk akal. Apa gerangan yang membuat penulis kitab Kejadian mengganti sebutan tubuh binatang dengan bahasa simbolik “debu tanah”. Selain itu kalau memang “debu tanah” di sini mau diartikan tubuh binatang, maka mereka harus konsisten untuk menerapkan arti demikian pada ayat-ayat yang lain. Misalnya :

Kejadian 3:19 - dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah (binatang), karena dari situlah (binatang) engkau diambil; sebab engkau debu (binatang) dan engkau akan kembali menjadi debu (binatang)."

Pengkh 3:19-20 – (19) Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka (manusia dan binatang); sebagaimana yang satu (manusia) mati, demikian juga yang lain (binatang). Kedua-duanya (manusia dan binatang) mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. (20) Kedua-duanya (manusia dan binatang) menuju satu tempat;kedua-duanya (manusia dan binatang) terjadi dari debu (binatang) dan kedua-duanya (manusia dan binatang) kembali kepada debu (binatang).

Silahkan pikirkan apakah kalimat ini jadi masuk akal? Kalau saudara bukan binatang, saudara akan tahu bahwa ini tidak masuk di akal. Jadi sekali lagi, jangan percaya pada dongeng evolusi ini dan juga jangan mengkompromikan Alkitab dengan dongeng ini. Kalau Darwin dan pengikutnya mau percaya hal itu, biarkan saja mereka yang jadi keturunan monyet dan bukan kita. Pada akhirnya Darwin memang bertobat tetapi teorinya sudah terlanjur diikuti dan dipercaya oleh para ilmuwan lain sehingga akhirnya terus dipegang hingga saat ini. Ini mengajarkan kita untuk berhati-hati di dalam mengajar satu hal karena kalau apa yang kita ajarkan itu salah, biar pun kita sudah bertobat/menyadari kesalahannya, kesalahan itu bisa tetap menyebar dan dianggap sebagai kebenaran oleh orang lain.

Penerapan lain yang bisa saya berikan adalah karena kita tidak berasal dari binatang (monyet), maka kita tidak boleh memaki orang lain / anak-anak kita dengan kata “binatang” atau menyebut jenis binatang tertentu seperti babi, anjing, monyet, dll. Kecuali makian Alkitabiah terhadap nabi-nabi palsu.

2 Petrus 2:22 - Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjingkembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."

Matius 7:15 - "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Lukas 13:31-32 – (31) Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." (32) Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.

Mat 23:33 - Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?

3. MANUSIA DICIPTAKAN PADA HARI YANG KEENAM.

Jika kita memperhatikan urut-urutan / ordo penciptaan, kita akan mendapati bahwa manusia diciptakan pada hari keenam, hari terakhir dari 6 hari penciptaan oleh Allah.

Kej 1:27,31 – (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (31) Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Jika kita membaca sejak ayat 24 maka terlihat bahwa manusia bukan satu-satunya yang diciptakan pada hari keenam. Pada hari yang sama Allah juga menciptakan segala binatang.

Kejadian 1:24-25 – (24) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. (25) Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Hanya penciptaan manusia baru dilakukan setelah penciptaan binatang-binatang ini. Jadi manusia diciptakan paling akhir di hari terakhir dari rangkaian 6 hari penciptaan. Hal ini seharusnya membuat kita bertanya. Mengapa Allah menciptakan manusia paling akhir dari seluruh rangkaian penciptaan-Nya? Apakah ini kebetulan ataukah ada maksud tertentu dari Tuhan? Ingat bahwa Allah bukanlah manusia yang sering membuat sesuatu tanpa tujuan. Apalagi bahwa di akhir dari penciptaan manusia itu dikatakan bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik”. (Kej 1:31).

Pertama-tama perlu kita ketahui bahwa jikalau Alkitab menyebutkan beberapa hal secara berurutan, kadang-kadang yang ditempatkan paling belakang adalah yang kurang penting / kurang besar / kurang mulia tetapi kadang-kadang justru yang paling penting, paling baik, paling besar itulah yang ditempatkan paling belakang. Contoh di mana hal yang kurang penting diletakkan paling belakang adalah daftar karunia-karunia Roh di mana karunia bahasa roh dan karunia menafsirkan bahasa roh di bagian paling akhir.

1 Korintus 12:29-30 – (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?

Dari sejumlah dasar yang dapat dikemukakan, ini menunjukkan bahwa karunia bahasa roh memang adalah karunia terkecil / terendah.

Karena itu kita jangan mengagung-agungkan karunia bahasa roh lalu mengabaikan karunia-karunia yang lain. Ingat, itu dianggap karunia yang kurang penting. Mengapa? Karena tanpa salah satunya, yang satunya tidak ada guna. Tanpa karunia menafsirkan bahasa roh, bahasa rohnya tidak ada manfaat. Tanpa karunia bahasa roh, lalu untuk apa karunia menafsirkan bahsa roh? Tetapi karunia yang lain bisa berfungsi tanpa terikat karunia yang lain.

Contoh di mana hal yang terpenting diletakkan paling akhir adalah seperti dalam 1 Kor 13:13.

1 Korintus 13:13 - Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Karena itu Paulus berkata :

1 Korintus 13:1-3 – (1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Nah, di dalam memikirkan tentang ordo penciptaan ini di mana manusia diletakkan paling akhir, apakah contoh pertama yang harus kita terapkan yakni manusia menjadi kurang penting dibandingkan dengan ciptaan lain ataukah contoh kedua yang kita terapkan sehingga manusia lalu menjadi yang paling penting dari semua ciptaan? Saya kira yang kedualah yang lebih tepat! Manusia diciptakan pada hari terakhir dan dalam urutan terakhir setelah segala ciptaan yang lain menunjukkan bahwa manusia adalah yang paling penting dari semua ciptaan yang ada. Mengapa ia dianggap penting?

Esra Alfred Soru - Ia menciptakan manusia pada hari terakhir di mana segala sesuatu telah diciptakan karena manusia sangat berharga di mata-Nya lebih daripada ciptaan-ciptaan-Nya yang lain, dan karena semuanya itu diciptakan bagi manusia dan bukan manusia bagi semuanya itu. (Mengapa Allah…?, hal. 58).

Stephen Tong - Apakah artinya Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu, baru kemudian menciptakan manusia? Manusia dicipta terakhir, apakah itu berarti manusia tidak penting? Justru pemikiran yang sedemikian adalah pemikiran yang terbalik. Tuhan Allah justru menciptakan se­gala sesuatu, baru akhirnya mencipta manusia, karena Allah menghargai manusia. Allah mencipta manusia dengan kemuliaan dan hormat yang tertinggi, sehingga Ia mencipta manusia terakhir. Terakhir, karena segala sesuatu yang dicipta sebelumnya, dipersiapkan untuk manusia. Terakhir, untuk manusia dapat menikmati dan menguasai semua itu. 

Pikiran ini bagaikan seorang ibu hamil yang segera mempersiapkan ranjang kecil dan pakaian kecil untuk bayinya. Bukan sebaliknya, ibu itu menunggu sampai anaknya lahir, lalu menggeletakkan' nya untuk pergi membeli ranjang dan pakaian. Seorang ibu yang baik berupaya untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk bayinya yang akan lahir. Ia akan memikirkan untuk mempersiapkan ranjang, mempersiapkan popok, selimut, bantal, guling, bahkan mungkin sampai kelambu dan kereta dorong bayi. Seorang ibu yang akan melahirkan berusaha sebaik mungkin mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya yang akan dilahirkan. Adam dicipta terakhir karena Allah memandang manu­sia sebagai ciptaan yang paling penting. Manusia lebih penting dari segala sesuatu. 

Manusia lebih penting dari bumi, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Manusia lebih penting dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia lebih penting dari semua materi yang ada, karena manusia dicipta terakhir, dicipta seba­gai puncak ciptaan. Manusia adalah ciptaan yang paling hormat dan paling mulia. Itu sebabnya manusia dicipta terakhir, sehingga setelah dicipta, dia bisa menikmati segala sesuatu yang baik, yang telah Allah cipta dan persiapkan sebelumnya. Puji Tuhan. Inilah hikmat dan bijaksana Allah. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia, hal. 2-4).

Dari penjelasan ini jelas bahwa penempatan manusia pada akhir dari ordo penciptaan bukanlah suatu kebetulan. Lewat ordo ini Tuhan mau menjelaskan kepada manusia bahwa ia adalah ciptaan termulia, ciptaan terhormat, ciptaan tertinggi, ciptaan terbaik dan ciptaan terpenting. Karena manusia adalah yang termulia, terhormat, tertinggi, terbaik dan terpenting maka segala sesuatu disiapkan terlebih dahulu untuk menyambut kehadiran manusia itu. Allah tidak akan menghadirkan manusia di bumi ini jika segala sesuatu belum disiapkan untuk kebutuhan manusia itu.

Esra Alfred Soru - Sewaktu manusia membuka mata untuk pertama kalinya, ia sudah dapat melihat segala sesuatu yang serba teratur dan indah. Ia dapat melihat langit, matahari, bulan dan bintang. Ia dapat melihat ikan, bunga, pohon dan binatang serta tumbuhan yang lainnya. Ia dapat melihat lautan luas dan sungai yang mengalir. Segala sesuatu telah selesai barulah manusia itu hadir. Allah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran manusia laksana suatu wilayah disiapkan, diperindah dan dipercantik untuk menyambut kehadiran “Very Important Person” (VIP). Sungguh betapa berharganya dan betapa pentingnya manusia. Segala sesuatu diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk segala sesuatu. (Mengapa Allah Menciptakan manusia?, hal. 32)

Sekarang pikirkan ini :

Esra Alfred Soru - Jika manusia diciptakan terlebih dahulu dari penciptaan terang maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Manusia tentu akan hidup dalam kegelapan yang sangat gelap karena terang belum diciptakan, demikian pula benda-benda penerang lainnya apalagi saat itu gelap gulita menutupi samudera raya (Kejadian 1:2). 

Jika manusia diciptakan terlebih dahulu dari pemisahan laut dan darat maka di mana ia akan tinggal? Bukankah bumi sedang ditutupi oleh samudera raya? Manusia ditetapkan untuk hidup di darat, sedangkan saat itu darat belum ada. Manusia bukanlah ikan yang dapat hidup di air. Jika manusia diciptakan terlebih dahulu dari tumbuh-tumbuhan maka apakah yang akan dimakannya? Mungkinkah manusia akan mempertahankan hidupnya hanya dengan meminum air yang memang saat itu begitu melimpah? Allah menciptakan manusia pada bagian akhir ordo penciptaan justru demi kebaikan dan keamanan manusia itu sendiri. (Mengapa Allah Menciptakan manusia?, hal. 34)

Jadi memang adalah masuk akal untuk mengatakan bahwa Allah menyediakan segala sesuatu untuk kebutuhan manusia, ciptaan-Nya yang termulia itu.

Stephen Tong - Kita mengetahui bahwa segala sesuatu diciptakan untuk manusia. Manusia dicipta untuk bisa menikmati semua yang sudah diciptakan sebelumnya, sehingga dengan de­mikian manusia lebih tinggi daripada semua ciptaan sebelumnya…. Manusia justru memerlukan segala sesuatu. Manusia perlu udara, cahaya, makanan, dll. Maka semua itu dicipta terlebih dahulu oleh Tuhan, dan barulah kemudian Tuhan mencipta manusia. Oleh karena itu, munculnya manusia adalah untuk menikmati apa yang Tuhan telah ciptakan sebelumnya, sehingga manusia berada di tempat yang paling tinggi… (Ujian, Pencobaan dan Kemenangan, hal. 7-8).

Budi Asali - Allah mencipta atau mengatur segala sesuatu untuk manusia, sebelum manusia diciptakan. Tempat sudah diatur dengan baik. Bayangkan andaikata Tuhan menciptakan manusia sebelum Ia memisahkan air dengan daratan. Makanan yaitu tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan (Kejadian 1:29), sudah disediakan lebih dulu”. (Eksposisi Kitab Kejadian, hal. 10).

Semua ini menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan kebutuhan manusia. Bahkan Ia memperhatikan kebutuhan manusia sudah sejak manusia itu muncul pertama kali di bumi ini.

Fakta ini seharusnya membuat kita bersyukur dan tidak perlu mencemaskan berbagai hal di dalam kehidupan kita terutama kebutuhan primer kita (makanan, minuman dan pakaian). Jikalau Tuhan sejak dari awal dunia ini sudah begitu memperhatikan dan menyediakan kebutuhan hidup kita, mengapa Ia tidak akan memenuhi kebutuhan hidup kita selanjutnya?

Budi Asali - Banyak orang hidup dengan penuh ketakutan / kekuatiran, seolah-olah Allah menciptakan manusia pada hari pertama. Tetapi ini tidak benar! Allah menciptakan manusia pada hari ke 6 setelah semuanya siap untuk menerima kehadiran manusia. Ini menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kebutuhan hidup manusia. 

Karena itu, janganlah kuatir akan kebutuhan hidup saudara, baik rumah, pakaian, maupun makanan (bdk. Matius 6:25-34). Memang dalam kasus Adam dan Hawa, Allah tidak memberi mereka pakaian, karena pada saat itu mereka tidak membutuhkannya. Tetapi pada saat mereka membutuhkannya, Allah memberi mereka pakaian (Kejadian 3:21). (Eksposisi Kitab Kejadian, hal.10)

Karena itu memikirkan semua fakta ini seharusnya membuat kita menyingkirkan segala kekuatiran hidup kita. Ingat, kita lebih penting daripada semua ciptaan, termasuk binatang-binatang yang dicipta sebelum manusia. Alkitab berkata bahwa Tuhan juga memberi makan dan minum dan memenuhi kebutuhan hidup dari binatang-binatang :

Matius 6:26 - Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga…”

Mazmur 147:9 - Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-manggil.

TL - Yang memberi makan akan segala binatang, akan anak gagakpun apabila ia berteriak.

Maz 104 : (10) Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, (11) memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;… (14) Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan … (18) gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. … (25) Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. (27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makananpada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.

Sekarang pikirkan, jikalau manusia lebih penting dari segala ciptaan termasuk bintang, dan Tuhan ternyata menyediakan makanan, minuman dan kebutuhan dari binatang-bintang, masakan Ia tidak melakukan itu bagi kita? Mustahil! Karena itu kekuatiran sebenarnya adalah sebuah fitnahan kepada Allah.

Anonim - Kekuatiran sebenarnya adalah sebuah fitnahan terhadap karakter Allah. Kekuatiran menunjukkan bahwa Tuhan lebih tertarik pada hewan peliharaan-Nya daripada anak-anaknya. (www.cc-vw.org)

Di dalam Maz 104 di antara deretan catatan-catatan bahwa Allah memberi makan dan minum kepada berbagai binatang, terselip juga catatan bahwa Ia memberi makan dan minum kepada manusia.

Maz 104:14-15 – (14) Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah (15) dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.

BIS – (14) Engkau menumbuhkan rumput untuk hewan, dan bagi manusia segala macam tanaman. Maka ia dapat bercocok tanam, (15) dan menghasilkan air anggur yang menyenangkan. Jugaminyak zaitun yang membuat mukanya berseri, dan makanan yang memberi dia tenaga.

Karena itu menyadari akan hal ini membuat kita harus berhenti dari semua kekuatiran hidup kita terutama yang berkaitan dengan apa yang kita makan, minum dan pakai. Ingatlah bahwa kita adalah ciptaan terpenting, termulia, tertinggi daripada ciptaan-ciptaan yang lain.

Lukas 12:6-7 – (6) Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, (7) bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Saking berharganya sampai-sampai rambut kita pun dihitung oleh Tuhan. Ini luar biasa, bahkan kita sendiri tidak tahu berapa jumlah rambut kita dan lebih dari itu kita pun tidak peduli berapa rambut kita yang rontok. Jadi seharusnya kita memang tidak perlu kuatir akan segala kebutuhan dasar kita. Ini tentu saja tidak berarti kita tidak bekerja. Perhatikan bahwa Tuhan memang memberi makan dan minum kepada binatang-binatang tetapi Ia tidak memberikan semuanya itu di dalam sarang / “tempat tidur” mereka bukan? Mereka semua harus mencarinya tetapi tanpa rasa kuatir karena Tuhan sudah menyediakannya. Demikian juga manusia.

Mazmur 104:14 - Engkau yang menumbuhkan… tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah

BIS – Engkau menumbuhkan…. bagi manusia segala macam tanaman. Maka ia dapat bercocok tanam.

Jadilah rajinlah bekerja tetapi jangan kuatir karena semua berkat sudah disediakan Tuhan untuk saudara.

4. MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH.

Fakta lain dari penciptaan manusia yang dapat kita lihat adalah bahwa manusia dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Kejadian 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…

“Gambar” di sini dalam bahasa aslinya adalah “TSELEM” dan “rupa” dalam bahasa aslinya adalah “DEMUTH”. Nah, apa artinya gambar dan rupa di sini? Ada banyak pandangan sudah diberikan yang mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan “gambar” dan apa yang dimaksud dengan “rupa” di sini. Tetapi saya tidak setuju dengan semua pandangan itu. Menurut saya “gambar” dan “rupa” di sini pengertiannya sama sehingga ini hanya menunjuk pada 1 hal dan bukan 2 hal. Ini sama seperti kita sering berkata : “maksud dan tujuan saya adalah…” padahal “maksud” dan “tujuan” sama pengertiannya bukan? Lalu apa dasarnya saya mengatakan demikian?

Kata penghubung “dan” di dalam ayat ini sebenarnya tidak ada di dalam bahasa aslinya. Jadi ayat ini di dalam bahasa aslinya hanya berbunyi : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar rupa Kita,…

Kata “dan” ini dimasukkan oleh Septuaginta dan Vulgata yang lalu diikuti oleh banyak terjemahan Alkitab sehingga menimbulkan kesan bahwa ”gambar” dan “rupa” adalah 2 hal yang berbeda.

Kedua kata ini sering dipakai secara sinonim dan “interchangeable” (bergantian).

Dalam Kej 1:26 kedua kata ini muncul secara bersama-sama.

Kejadian 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…

Kejadian 1:27 - Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allahdiciptakan-Nya dia;…

Selanjutnya dalam Kejadian 5:1 hanya digunakan kata “rupa” sedangkan “gambar” tidak disebutkan.

Kej 5:1 - “… Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah”

Tetapi 2 ayat setelah itu yakni Kej 5:3, kedua kata ini muncul bersama-sama lagi walaupun tidak secara langsung dikaitkan dengan Allah.

Kej 5:3 - “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-lakimenurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya”.

Lalu dalam Kej 9:6 hanya kata “gambar” yang muncul sedangkan “rupa” tidak.

Kejadian 9:6 - Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri”.

Di dalam PB kita juga menemukan hal yang sama. 1 Kor 11:7 mencatat kata “gambar” tetapi tanpa kata “rupa”.

1 Korintus 11:7 - Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran…Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.

Demikian juga Kol 3:10 yang hanya menggunakan kata “gambar” tanpa kata “rupa”.

Kolose 3:10 - “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”.

Tetapi Yak 3:9 hanya menggunakan kata “rupa” dan tanpa kata “gambar”.

Yakobus 3:9 - “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah

Kesimpulannya adalah : gambar itu sama artinya dengan rupa. Gambar adalah rupa dan rupa adalah gambar. Jadi ini hanya menunjuk pada 1 hal saja dan bukan 2 hal.

Anthony Hoekema – “menurut gambar Kita” hanyalah suatu cara lain untuk mengatakan“menurut rupa Kita”. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 18).

Nah, kalau dikatakan bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah, berarti ada sesuatu di dalam diri Allah (yang disebut gambar dan rupa itu) yang menjadi patokan / pola di mana manusia dicipta seperti itu. Sesuatu itu apa? Jelas tidak bisa bersifat materi karena Allah adalah Roh (Yoh 4:24) di mana Ia tidak bertubuh. Sesuatu itu pastilah bersifat rohani juga. Lalu apa? Saya percaya ini menunjuk pada sejumlah sifat Allah yang memang bisa diberikan kepada manusia.

Berbicara tentang sifat Allah, maka ada 2 jenis sifat Allah : (1) Incommunicable attributes (sifat-sifat yang tidak bisa diberikan). Ini adalah sifat-sifat Allah yang hanya bisa menjadi milik Allah, dan sama sekali tidak bisa diberikan kepada makhluk ciptaan-Nya, dan karena itu tidak mempunyai analogi / persamaan dalam diri makhluk ciptaan-Nya. (2) Communicable attributes (sifat-sifat yang bisa diberikan). Ini adalah sifat-sifat Allah yang bisa diberikan kepada makhluk yang lain, sekalipun tidak secara sempurna sebagaimana sifat-sifat itu ada dalam diri Allah sendiri. Jadi menurut saya gambar dan rupa Allah itu menunjuk pada communicable attributes (sifat-sifat yang tidak bisa diberikan) yang diberikan kepada manusia pada saat ia diciptakan. Maksudnya adalah pada saat Allah menciptakan manusia, Ia memasukkan sejumlah sifat-Nya ke dalam manusia sehingga manusia itu lalu mewarisi sifat-sifat-Nya dalam batas tertentu dan ini menyebabkan manusia menjadi mirip dengan Allah.

Mazmur 8:5-6 – (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

Budi Asali - Manusia adalah gambar dan rupa Allah. Artinya semua manusia adalah copy dari Allah, dan karenanya manusia mirip dengan Allah. (Antropology, hal.5).

Anthony Hoekema – Kedua kata itu memberi tahu kita bahwa manusia merepresentasikan Allah dan menyerupai Dia dalam hal-hal tertentu. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 18).

Kalau kita memperhatikan seorang anak, anak itu jelas memiliki kemiripan fisik maupun psikis dengan orang tuanya. Bisa mirip ayahnya, atau mirip ibunya, atau perpaduan antara ayah dan ibunya. Kalau 3 keungkinan ini tidak ada, mungkin dia adalah anak tetangga. Nah, kalau seorang anak mirip dengan orang tuanya maka dapatlah dikatakan bahwa anak itu “diciptakan” menurut gambar dan rupa dari orang tuanya. Jadi gambar dan rupa berhubungan dengan kemiripan.

Lalu sifat apa saja yang Allah masukkan dalam diri manusia?

a. Sifat pribadi.

Allah adalah suatu pribadi (memiliki pikiran, perasaan dan kehendak). Maka sewaktu Ia menciptakan manusia, Ia menjadikan manusia itu sebagai makhluk berpribadi seperti diri-Nya.

b. Sifat Roh.

Allah adalah Roh (Yohanes 4:24). Manusia adalah gambar dan rupa / copy dari Allah. Jadi, manusia adalah makhluk rohani. Kejadian 2:7 juga menunjukkan pemberian nafas hidup kepada manusia yang menyebabkan ia menjadi makhluk rohani. Ini menyebabkan manusia bisa berhubungan / bersekutu dengan Allah, berdoa, mendengarkan Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, dsb. Binatang bukan makhluk rohani, sehingga tidak bisa berhubungan dengan Allah, berdoa, dsb. Kalau saudara tidak berusaha untuk berhubungan / bersekutu dengan Allah, saudara menjadikan diri saudara sendiri seperti binatang.

c. Sifat moral.

Allah adalah “makhluk” bermoral di mana Ia mempunyai sifat kesucian. Nah sifat kesucian ini diberikan kepada manusia sehingga manusia lalu menjadi makhluk yang bermoral. Karena manusia adalah makhluk bermoral maka manusia mempunyai kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Atas dasar kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat inilah manusia selalu diperhadapkan dengan pilihan moral antara yang baik dan yang jahat. Ini membedakan manusia dengan binatang. Binatang bukanlah makhluk bermoral dan karena itu untuk binatang tidak ada dosa atau suci, baik atau jahat. Tetapi manusia adalah makhluk bermoral (seperti Allah, malaikat, setan), karena itu ada dosa / suci, baik / jahat. Kalau saudara tidak memperdulikan dosa / suci, baik / jahat, dsb, maka saudara menjadi seperti binatang.

d. Sifat kekal.

Allah adalah kekal. Ketika Ia menciptakan manusia maka Ia memasukkan sifat kekal itu ke dalam manusia sehingga manusia lalu memiliki sifat kekal ini.

Pengkh 3:11 – “…. Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Tentu saja kekekalan antara Allah dan manusia ada bedanya. Allah kekal dari selamanya sampai selamanya sedangkan manusia hanya kekal sampai selamanya tetapi tidak dari selamanya (karena ia diciptakan / memiliki permulaan). Kekekalan ini pada mulanya meliputi juga tubuhnya (sebelum ada dosa) dan meliputi jiwa / rohnya yang tidak ada akhirnya. Tetapi setelah manusia berdosa, tubuhnya tidak menjadi kekal lagi. Tubuhnya menjadi rusak dan kembali kepada debu tetapi jiwa / rohnya tidak bisa berakhir. Kematian tubuh tidak berarti hilangnya jiwa. Di sinilah bedanya manusia dengan binatang. Binatang ada sewaktu ia hidup tetapi ia menjadi tidak ada setelah ia mati. Tetapi jiwa manusia akan tetap ada setelah ia mati, entah di surga atau di neraka.

e. Sifat rasional.

Allah adalah makhluk berakal / rasional. Pada saat ia menciptakan manusia, Ia menjadikan manusia juga sebagai makhluk yang berakal. Binatang tidak mempunyai akal. Mereka hanya mempunyai naluri, bukan akal (Ayub 39:16-20; Mazmur 32:9; Mazmur 49:21; Mazmur 73:22; Yudas 10). Karena itu binatang tidak bisa mengembangkan kemampuannya sendiri. Contoh:

Ikan / katak dalam berenang. Bandingkan dengan manusia yang bisa berenang dalam bermacam-macam gaya yang mereka ciptakan sendiri.

Harimau / singa dalam menangkap mangsa. Bandingkan dengan manusia dalam mencari nafkah.

Burung berkicau. Bandingkan dengan manusia dalam menyanyi yang bisa menggunakan suara 1, 2, 3, dan 4. Tidak ada burung-burung di manapun yang bisa melakukan hal itu

Burung / binatang dalam membuat sarang. Bandingkan dengan manusia dalam membuat rumah yang begitu bervariasi.

Binatang makanannya terus sama. Bandingkan dengan manusia dalam menciptakan bermacam-macam makanan.

Dll.

Jadi, akal adalah sesuatu yang sangat membedakan manusia dari binatang! Ada banyak orang Kharismatik yang mengatakan bahwa kita harus membuang akal, karena kalau tidak maka kita tidak akan terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus, persekutuan terindah dengan Tuhan tidak bisa terjadi, dan juga mujizat-mujizat tidak bisa terjadi. Ini salah dan tidak Alkitabiah! Pembuangan akal seperti ini menjadikan kita seperti binatang! Kita memang tidak boleh bersandar pada akal (Ams 3:5), tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus membuang akal.

f. Sifat mencipta.

Allah adalah pencipta dan sewaktu Ia menciptakan manusia, ia lalu memasukkan sifat ini ke dalam manusia sehingga manusia lalu memiliki apa yang disebut sebagai daya cipta (kreatifitas). Itulah sebabnya manusia bisa menciptakan berbagai hal yang dapat memudahkan hidup manusia itu sendiri. Kalau kita amati dalam hidup kita maka kita sering terkagum-kagum dengan perkembangan teknologi ciptaan manusia. Ada teknologi kedokteran yang melakukan pembedahan, pencangkokan organ tubuh, dll. Ada teknologi komunikasi (televisi, radio streaming, telepon/HP, internet, satelit, google earth, holografic laser, dll). Ada teknologi transportasi (kapal laut, kapal selam, helikopter, pesawat, mobil, dll). Bahkan sekarang ini sudah ada mobil yang akan rem sendiri kalau mobil di depannya berhenti mendadak. Sejak tahun 1950-an Inggris dan Perancis sudah menciptakan pesawat supersonic Concorde yang kecepatan terbangnya 2 kali kecepatan suara yakni 2.200 km / jam. (Bandingkan dengan pesawat komersil biasa yang kecepatannya hanya 600 km / jam). Pesawat ini mampu terbang dari Paris ke New York hanya dalam 2 jam padahal pesawat biasa menempuhnya dalam 7 jam.

Sekarang sudah diuji coba pesawat hypersonic yang kecepatannya adalah 5 kali kecepatan suara. Tetapi pesawat ulang alik yang ada sekarang berkecepatan 25 kali kecepatan suara. Teknologi komputer juga tidak kalah canggihnya. Sekarang sudah dimunculkan computer yang bahkan hanya berbetuk pulpen saja dan pengoperasiannya bergantung pada sistem pencahayaan yang akan membentuk monitor maupun keybordnya seperti nampak dalam gambar berikut ini :

eknologi robotik juga maju secara luar biasa. Profesor Tomomasa Sato dari Jepang menciptakan Robot Humanoid dari Jepang bisa menari, berjalan, menyajikan teh dan mencuci gelas bahkan ia bisa belajar dari kesalahan.

Robot Asendro (Jerman). Pengintai dan penjinak bom, pemadam kebakaran, menangani teroris, bisa merayap dan naik tangga untuk memotong sumbu peledak. Ada kamera dan bisa mengirimkan gambar sampai jarak 2 km.

Robot Spyke (Jepang). Robot untuk mematai-matai musuh, mendeteksi maling dan membunyikan alarm. Ada kamera untuk memotret maling dan mengirimkan gambarnya via email.

Juga ada robot-robot lain yang bisa mengganti saluran TV, mengganti dokter untuk mengoperasi manusia, main sepak bola, push up, menyelamatkan prajurit yang terluka di medan perang, mengidentifikasi korban masih hidup atau sudah mati, robot pelayan, dll.

g. Dan beberapa sifat lainnya.

Dengan semua sifat yang dimiliki itu maka manusia menjadi mirip dengan Allah hingga batas tertentu. Manusia menjadi miniaturnya Allah. Inilah yang dimaksud dengan manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah.

Sekarang perhatikan hal penting ini. Manusia mirip dengan Allah. Kenyataan ini berimpikasi pada 2 hal :

a. Manusia bukan Allah.

Gambar dan rupa Allah membuat manusia menjadi mirip dengan Allah. Tetapi karena manusia mirip Allah maka manusia bisa saja menganggap diri sebagai Allah. Ini tidak mungkin terjadi dalam dunia binatang karena mereka tidak dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Tetapi bukankah kalau manusia mirip Allah berarti manusia bukan Allah? Pdt. Stephen Tong pernah berkata bahwa bila wajahmu mirip presiden, kemana-mana orang memperhatikanmu engkau merasa senang. Tetapi lama kelamaan kalau engkau merasa sebagai presiden, itu gila namanya! Engkau hanya mirip! Mirip berarti bukan! Mirip siapa pun berarti engkau bukan orang itu. Alkitab mengatakan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, berarti manusia seperti Allah, tetapi seperti Allah berarti manusia bukan Allah. Ini harus disadari oleh manusia / kita supaya di dalam hidup ini kita jangan lupa diri sebaliknya tahu diri dan jangan menganggap diri / menjadikan diri sebagai Allah. Kita tidak boleh berperan sebagai Allah atau mengganti dan menganggap diri sebagai Allah. Tetapi mungkin saudara bertanya “kapan dan bagaimana saya menganggap diri sebagai Allah / menggantikan Allah?” 

Jawabannya adalah pada waktu engkau ingin bebas dan tidak mau diatur oleh firman Allah / Allah. Misalnya Allah menyuruh saudara untuk mengasihi dan mengampuni tetapi saudara tidak mau. Saudara maunya membenci dan membalas dendam. Allah menyuruh saudara untuk beribadah tetapi saudara tidak mau, maunya bekerja terus. Allah menetapkan hanya boleh bersuami / beristeri 1 tetapi saudara memberontak dan maunya beristeri / bersuami 7. Allah memanggil saudara menjadi pelayan Tuhan full time tetapi saudara maunya jadi bisnisman atau politikus. Allah memanggil saudara untuk melayani tetapi saudara maunya dilayani, dll. 

Semua itu menunjukkan bahwa suadara tidak ingin diatur dan dikuasai oleh Allah. Saudara ingin mengatur diri sendiri dan hidup dengan aturan sendiri. Pada saat seperti itu saudara sebenarnya menggantikan posisi Allah, saudara mengambil peranan Allah, saudara menjadikan diri saudara sebagai Allah. Ingat bahwa raja Tirus pernah menganggap diri sebagai Allah.

Yeh 28:2 - "Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.

Dan lihatlah bagaimana Tuhan bersikap terhadap dia :

Yeh 28:6-10 – (6) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah (7) maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8) Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan. (9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah. (10) Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Ingat juga bahwa Herodes pernah tidak menolak disebut Allah dan lihatlah bagaimana Allah bertindak terhadap dia.

Kis 12:21-23 – (21) Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. (22) Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!" (23) Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.

Dari sini terlihat bahwa Allah paling tidak suka / benci dengan manusia yang menganggap diri sebagai Allah. Mungkin kita tidak membuat pengakuan eksplisit bahwa kita adalah Allah seperti yang dilakukan raja Tirus, mungkin juga kita tidak secara diam-diam menerima perlakuan terhadap Allah seperti yang dilakukan Herodes, tetapi perilaku kita yang tidak mau diatur oleh Allah / firman Allah mengisyaratkan bahwa kita mau menjadi Allah atas diri kita sendiri. Berhati-hatilah bahwa Tuhan paling tidak suka dengan sikap seperti ini. Ia bisa menghukum / menghajar saudara.

b. Manusia harus hidup seperti Allah.

Kita memang diciptakan mirip Allah dan kita memang mirip Allah. Hanya saja perlu disadari bahwa dosa telah menyebabkan manusia mengalami kebejadan total (Total Depravity) sehingga seringkali hidup manusia bukan mirip Allah lagi tetapi mirip binatang bahkan lebih rusak dari binatang. Apakah ada orang yang sifatnya lebih rusak dari binatang? Jelas ada! Saya pernah membaca di koran cerita tentang seorang anak yang memperkosa ibu kandungnya sendiri juga ada ayah yang memperkosa anak kandung sendiri. Itu perilaku yang mungkin lebih buruk daripada binatang. Bahkan seringkali binatang tertentu bisa masih “lebih baik” daripada manusia.

Andar Ismail dalam salah satu tulisannya “Hewan Sebagai Kawan” bercerita banyak tentang hubungan anjing dan manusia dan di bagian akhir dari tulisannya, ia menyebutkan beberapa sifat anjing yang dapat ditiru oleh manusia sehingga menurut saya jikalau manusia tidak bersikap seperti anjing itu maka manusia sebenarnya lebih buruk dari anjing.

Andar Ismail – Anjing bersifat setia. Ia tidak akan meninggalkan kita. Ia ingin mendekat. Kita duduk di ruang depan, ia ikut duduk di bawah kita. Kita ke kebun, ia akan turut ke kebun, ia selalu ingin dekat. Selanjutnya anjing mudah memaafkan. Ia tidak mendendam. Ketika ia jengkel pada kita, ia akan menjauh. Tetapi satu jam kemudian ia sudah berbaik lagi pada kita. Anjing selalu ingin memberi dan menerima kasih sayang. Setiap kali kita pulang, ia akan menyambut kita dengan gembira. Kalau kita pergi terlalu lama, ia akan menyambut dengan raungan seakan-akan ia memprotes, "Mengapa pergi begitu lama? Aku sudah rindu padamu." Tetapi sifat anjing yang agaknya paling perlu kita pelajari adalah sifat tahu berterima kasih. Ketika ia menerima sepotong tulang, langsung mengibas-ibaskan ekornya dengan luapan rasa terima kasih. Padahal itu cuma sepotong tulang. Sedangkan yang kita terima dari Tuhan dan orang-orang di sekitar kita jauh lebih banyak. Apakah kita mengibas-ibaskan ekor kita? Coba jawab. Pernahkah kita menggoyang-goyangkan ekor kita? (Selamat Berteman, hal. 82).

Jadi apabila kita tidak setia, apabila kita tidak suka memaafkan dan suka mendendam / menyimpan amarah yang lama, tidak mau menerima / memberi kasih sayang, dan tidak tahu berterima kasih, maka sesungguhnya sifat kita lebih buruk dari anjing.

Lebih jauh dari itu bahkan ada orang yang sikap / sifatnya seperti setan. Itulah sebabnya Yesus berkata : “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu….” (Yoh 8:44). Semua itu jelas karena dosa. Gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia menjadi corrupt atau tercemar atau rusak. Ini berlaku untuk semua manusia. Karena itulah maka Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini. Dia adalah gambar Allah yang sesungguhnya.

Kol 1:15 - Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan

Ibr 1:3 - Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah…

Dan untuk orang-orang pilihan-Nya, Allah telah mempredestinasikan mereka untuk satu tujuan yakni pemulihan gambar Allah di dalam diri mereka melalui Kristus.

Rom 8:29 - Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

2 Kor 3:18 - Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Karena itu bagi orang-orang yang percaya, sesungguhnya Kristus sudah memulihkan gambar dan rupa Allah yang telah rusak karena dosa itu. Pemulihan sudah dikerjakan oleh Kristus. Oleh sebab itu orang-orang percaya mempunyai tanggungjawab untuk hidup sedemikian rupa sehingga menjadi mirip dengan Allah sesuai dengan citra diri / fitrahnya sebelum jatuh ke dalam dosa. Memang di dalam dunia ini kita masih berdosa tetapi kita harus tetap berjuang agar semakin hari hidup kita semakin mirip dengan Allah. Misalnya :

· Dengan mengasihi dan mendoakan musuh kita.

Mat 5:44-45 – (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Jadi dengan mengasihi dan mendoakan musuh, maka sebenarnya kita hidup mirip dengan Allah.

· Dengan menjadi pembawa damai.

Mat 5:9 - Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Allah disebut Allah damai sejahtera (1Tes 5:23 Ibr 13:20). Ia juga disebut sebagai sumber damai sejahtera (Ro 15:33 2Kor 13:11). Ia juga mengusahakan damai (Ef 2:14-16 Kol 1:20). Karena itu orang-orang yang membawa / mengusahakan perdamaian menjadi mirip dengan Allah. Itulah sebabnya mereka disebut anak-anak Allah.

· Dengan menolong orang yang susah tanpa mengharapkan imbalan.

Luk 6:35 – “… berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.

· dll.

Intinya adalah karena kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah maka kita menjadi mirip Allah. Dosa memang merusak gambar dan rupa Allah itu di dalam diri kita tetapi Kristus sudah memulihkannya. Tanggung jawab kita adalah berusaha agar hidup mirip seperti Allah.

Stephen Tong – Di dalam dirimu ada peta dan teladan Allah. Di dalam dirimu engkau harus berjuang seperti Allah. Di dalam dirimu diberikan potensi. Di dalam dirimu diberikan tanggung jawab. Di dalam dirimu diberikan suatu kemungkinan untuk hidup seperti Allah karena engkau diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Sudahkah engkau bersedia untuk hidup baik-baik memancarkan kemuliaan Allah? (Peta dan Teladan Allah, hal. 23-24).

Kiranya dengan belajar bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita selalu ingat 2 hal ini yakni kita tidak boleh menganggap diri sebagai Allah, kita tidak boleh menggantikan Allah, kita tidak boleh bersikap seolah-olah kita adalah Allah. Dan kita harus berjuang untuk hidup seperti Allah sebagaimana yang diajarjan Firman Tuhan.
4 FAKTA BAGAIMANA MANUSIA DICIPTAKAN
- AMIN -
Next Post Previous Post