KELUARAN 17:1-16 (PROBLEM: AIR DAN AMALEK)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KELUARAN 17:1-16 (PROBLEM: AIR DAN AMALEK)
gadget, bisnis
KELUARAN 17:1-16 (PROBLEM: AIR DAN AMALEK) . Keluaran 17:1-16 - “(1) Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu. (2) Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: ‘Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum.’ Tetapi Musa berkata kepada mereka: ‘Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?’ (3) Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: ‘Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?’ (4) Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: ‘Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!’ (5) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah. (6) Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.’ Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel. (7) Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’ (8) Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. (9) Musa berkata kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.’ (10) Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. (11) Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. (12) Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. (13) Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. (14) Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.’ (15) Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: ‘TUHANlah panji-panjiku!’ (16) Ia berkata: ‘Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun.’”.

I) Problem air 

1) Bangsa Israel bersungut-sungut karena tidak ada air (Keluaran 17: 1-3).

Keluaran 17: 1-3: “(1) Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu. (2) Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: ‘Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum.’ Tetapi Musa berkata kepada mereka: ‘Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?’ (3) Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: ‘Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?’”.

a) Baru saja selesai dengan problem makanan (16:2-3), sekarang mereka bersungut-sungut karena tidak ada air (Keluaran 17:1-3). Seharusnya dari pengalaman yang baru terjadi, mereka tahu bahwa mereka hanya tinggal berdoa / meminta kepada Tuhan dan Ia akan memberikan. Tetapi ternyata mereka bersungut-sungut.

b) Mungkin mereka sampai di suatu tempat dimana diharapkan ada air, sehingga tidak adanya air membuat mereka sangat kecewa.

c) Pulpit Commentary (hal 61) mengatakan bahwa begitu beratnya hidup di padang pasir sehingga orang yang tidak terbiasa akan merasa bahwa pada setiap langkah mereka akan binasa.

d) Calvin: “the root of the whole evil was their unbelief” (= akar dari seluruh kejahatan itu adalah ketidak-percayaan mereka) - hal 287.

e) Hal yang sangat jahat dari sungut-sungut mereka adalah bahwa mereka menganggap keadaan di Mesir lebih baik dari sekarang.

f) Apa yang dilakukan bangsa Israel ini adalah mencobai Allah (Keluaran 17: 2b,7).

Keluaran 17: 2b,7: “(2b) Tetapi Musa berkata kepada mereka: ‘Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?’ ... (7) Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.

1. Pulpit Commentary: “To ‘tempt the Lord’ is to try his patience by want of faith, to arouse his anger, to provoke him to punish us” (= ‘Mencobai Tuhan’ adalah mencobai kesabaranNya dengan cara tidak mempercayaiNya, membangkitkan murkaNya, memancingNya untuk menghukum kita) - hal 60.

2. Calvin mengatakan bahwa Keluaran 17: 7 tidak berarti bahwa bangsa Israel betul-betul mengucapkan kata-kata itu, tetapi itulah makna dari teriakan yang mereka tujukan kepada Musa.

3. Dalam cerita-cerita selanjutnya terlihat bahwa dengan tindakan seperti ini (bersungut-sungut, mencobai Allah, lebih memilih kembali ke Mesir, dan sebagainya), bangsa Israel telah mengundang kemurkaan dan hukuman Tuhan (Bil 11:1-3 Bil 11:4-35 Bil 14:1-38 Bil 20:1-13 Bil 21:4-9).

2) Musa berdoa kepada Allah (Keluaran 17: 4), dan Tuhan menyuruh Musa memukul gunung batu, sehingga mengeluarkan air (Keluaran 17:5-6).

Keluaran 17: 4-6: “(4) Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: ‘Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!’ (5) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah. (6) Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.’ Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel”.

a) Adam Clarke: “This supply of water, on Moses only striking the rock, where no water had been before nor has been since, was a most wonderful display of the Divine power. The water must have been in great abundance to supply two millions of persons, which excluded all possibility of artifice or imposture in the case. This miracle must also have been of some continuance, no doubt so long as they continued in that neighbourhood, which was more than a year. There are sufficient traces of this extraordinary miracle remaining at this day. This rock has been visited, drawn, and described by Dr. Shaw, Dr. Pocock, and others; and holes and channels appear in the stone, which could only have been formed by the bursting out and running of the water. No art of man could have done it” (= Suplai air ini, dengan Musa hanya memukul batu karang, dimana sebelumnya maupun setelahnya tidak ada air, merupakan suatu pertunjukan kuasa ilahi yang luar biasa. Air itu haruslah sangat banyak untuk menyuplai 2 juta orang, yang membuang semua kemungkinan kelicikan atau penipuan dalam kasus ini. Mujijat ini juga harus terus terjadi selama mereka ada di daerah tersebut, dan itu selama lebih dari satu tahun. Ada jejak-jejak yang cukup dari mujijat yang luar biasa ini yang masih ada sampai saat ini. Batu karang ini dikunjungi, diambil, dan digambarkan oleh Dr. Shaw, Dr. Pocock, dan lain-lainnya; dan lubang-lubang dan saluran-saluran kelihatan dalam batu itu, yang hanya bisa terbentuk oleh menyemburnya dan mengalirnya air. Tidak ada seni manusia yang bisa melakukan hal itu) - hal 389.

b) Dari sini terlihat bahwa berdoa / berseru kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh Musa jauh lebih benar dan bermanfaat dari pada bersungut-sungut / mencobai Tuhan seperti yang dilakukan oleh Israel.

Penerapan:

1. Dari pada saudara bersungut-sungut tentang problem saudara, baik itu dalam hal pekerjaan, kesehatan, bisnis, keluarga, study, dsb, lebih baik saudara berseru-seru kepada Tuhan.

2. Kalau saudara melihat hal yang tidak beres dalam gereja, dari pada saudara bersungut-sungut tentang hal itu, lebih baik saudara mendoakannya.

3. Kalau saudara melihat ada seorang kristen yang melakukan kesalahan, dari pada saudara bersungut-sungut atau membuatnya sebagai gosip, lebih baik saudara mendoakan orang itu.

4. Kalau saudara menganggap bahwa Pendeta atau Majelis telah melakukan kesalahan, dari pada saudara bersungut-sungut atau menggosipkannya, lebih baik saudara mendoakannya. 

II) Problem Amalek.

1) Bangsa Amalek merupakan keturunan dari Amalek, cucu dari Esau (Kej 36:12,15-16).

Kej 36:2,14-16 - “(2) Esau mengambil perempuan-perempuan Kanaan menjadi isterinya, yakni Ada, anak Elon orang Het, dan Oholibama, anak Ana anak Zibeon orang Hewi, ... (14) Inilah anak-anak Oholibama, isteri Esau itu, anak Ana anak Zibeon; ia melahirkan bagi Esau: Yeush, Yaelam dan Korah. (15) Inilah kepala-kepala kaum bani Esau: keturunan Elifas anak sulung Esau, ialah kepala kaum Teman, kepala kaum Omar, kepala kaum Zefo, kepala kaum Kenas, (16) kepala kaum Korah, kepala kaum Gaetam dan kepala kaum Amalek; itulah kepala-kepala kaum Elifas di tanah Edom; itulah keturunan Ada”.

2) Amalek menyerang Israel sehingga terjadi perang (Keluaran 17: 8).

Keluaran 17: 8: “Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim”.

Hidup kita sebagai orang kristen juga merupakan peperangan melawan setan (Ef 6:12).

Ef 6:12 - “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”.

D. Martin Lloyd-Jones: “Nothing is more fatal than to start in the Christian life with the notion that now we are christian we have finished with all our difficulties and problems. ... The New Testament rather gives the impression that because we are christians we must expect attacks upon us in a way that we have never known or realized before” (= Tidak ada yang lebih fatal dari pada memulai kehidupan kristen dengan suatu dugaan / pikiran bahwa karena sekarang kita sudah menjadi orang kristen, maka kita sudah selesai dengan semua kesu­karan dan problem. ... Perjanjian Baru sebaliknya memberikan kesan bahwa justru karena kita adalah orang kristen maka kita harus mengharapkan serangan terhadap kita dalam suatu cara yang tidak pernah kita kenal / sadari sebelumnya) - ‘The Christian Soldier’, hal 337.

3) Dosa Amalek.

a) Berperang melawan bangsa Israel.

Bdk. Maz 105:15 - “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!”. Bdk. 1Taw 16:22.

b) Mereka menyerang dengan cara yang licik.

Bandingkan perang yang diceritakan di sini dengan penceritaannya dalam Ul 25:17-19 - “(17) Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; (18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah. (20) Maka apabila TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!”.

4) Mengapa muncul Amalek?

a) Ada yang menganggap bahwa munculnya Amalek merupakan penghukuman / hajaran Tuhan terhadap dosa Israel pada waktu bersungut-sungut tadi.

C. H. Spurgeon: “Child of God, do you wish to receive chastisement? You have only to go into sin, and you may rest assured that you will not escape the rod. If you are a bastard, you may, perhaps, sin and prosper; but if you are a true-born child of God, you cannot sin without smarting for it” [= Anak Allah, apakah engkau ingin menerima hajaran? Engkau hanya perlu berbuat dosa dan engkau boleh memastikan bahwa engkau tidak akan lolos dari tongkat penghajar. Jika engkau adalah seorang anak haram (bukan anak Allah), engkau mungkin bisa berdosa dan berhasil / menjadi makmur; tetapi jika engkau betul-betul adalah anak Allah, engkau tidak bisa berbuat dosa tanpa menyebabkan rasa sakit untuk hal itu] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 183.

b) Kemungkinan lain adalah: munculnya Amalek merupakan cara Tuhan mencegah kemalasan bangsa Israel. Memang keadaan yang enak terus, tanpa problem, menyebabkan orang jadi malas.

5) Cara Musa menghadapi Amalek: berperang / berusaha dan berdoa!

a) Berperang.

Keluaran 17: 9: “Musa berkata kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek’.”.

Jadi, pertama-tama Musa memilih Yosua sebagai pemimpin perang, dan lalu menyuruh Yosua untuk memilih orang-orang yang bisa berperang untuk berperang melawan orang Amalek.

Pulpit Commentary: “Moses was a man who appreciated the principle that God helps those who help themselves. When the people were entangled in the land by the Red Sea they could do nothing; when they came into the wilderness with its scarcity of food and drink, they could do nothing; they had simply to wait on God’s provisions. But here where fighting men appear against them, and there is space and time for resistance, Moses rightly takes means to bring the strength of his people into operation” (= Musa adalah seseorang yang menghargai prinsip bahwa Allah akan menolong mereka yang menolong diri mereka sendiri. Pada waktu bangsa itu dihadang oleh Laut Merah mereka tidak bisa berbuat apa-apa; pada waktu mereka sampai di padang gurun tanpa makanan dan minuman, mereka tidak bisa berbuat apa-apa; mereka hanya menunggu penyediaan dari Allah. Tetapi di sini dimana orang-orang berperang melawan mereka, dan di sana ada kesempatan untuk bertahan, Musa secara benar mengambil jalan untuk menggunakan kekuatan dari bangsanya) - hal 80.

Pulpit Commentary: “(1) To pray without using means is to mock God. (2) To use means without prayer is to despise God” [= (1) Berdoa tanpa menggunakan cara / jalan adalah mengolok-olok Allah. (2) Menggunakan cara / jalan tanpa doa adalah meremehkan Allah] - hal 81.

C. H. Spurgeon: “In the case before us, we see that the means are not neglected. Moses did not call all the people to pray when it was time for fighting. He prayed, but at the same time he set the battle in array. This is true wisdom, ... We cannot expect to have our children saved if we only pray for them night and morning, and never speak to them about eternal matters, and do not instruct them in the things of God. The means must not be neglected” (= Dalam kasus di hadapan kita kita melihat bahwa jalan / cara tidak diabaikan. Musa tidak memanggil semua orang untuk berdoa pada waktu itu adalah saat untuk berperang. Ia berdoa, tetapi pada saat yang sama ia mengatur / menyiapkan pertempuran. Ini adalah hikmat yang benar, ... Kita tidak bisa mengharapkan anak-anak kita selamat jika kita hanya berdoa untuk mereka malam dan pagi, tetapi tidak pernah berbicara kepada mereka tentang hal-hal rohani, dan tidak mengajar mereka dalam hal-hal dari Allah. Jalan / cara tidak boleh diabaikan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 186.

C. H. Spurgeon: “Observe how Moses prepared to fight the Amalekites. He said to Joshua, ‘Choose us out men.’ He did not lose sight of the necessity of having the fittest warriors, because his trust was in God. ... This is a rule without an exception, when you go to work for Christ, bring forth the best of everything that you have, your best thought, your best knowledge, your best ability. Let the church always see to it that she tries to get the best men she can to fight the battles of the Lord. It is a mistake to suppose that anybody will do for Christian work. Christ may use whom he wills, even the weakest things, and the things that are despised; but as for us, we must always look to that which is most adapted to the work, most suitable for it, ever hearkening to the words of Moses to Joshua, ‘Choose us out men.’” (= Perhatikan bagaimana Musa mempersiapkan peperangan melawan orang Amalek. Ia berkata kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita’. Ia tidak mengabaikan perlunya mempunyai pejuang-pejuang yang baik, hanya karena ia beriman kepada Allah. ... Ini adalah suatu peraturan / hukum tanpa perkecualian, pada waktu engkau bekerja bagi Kristus, bawalah semua hal terbaik yang engkau miliki, pemikiran terbaikmu, pengetahuan terbaikmu, kemampuan terbaikmu. Hendaklah gereja selalu mengusahakan untuk mendapatkan orang-orang terbaik untuk bertempur dalam pertempuran Tuhan. Adalah salah untuk menganggap bahwa seadanya orang cocok untuk pekerjaan Kristen. Kristus bisa menggunakan siapapun yang Ia kehendaki, bahkan hal-hal yang terlemah, dan hal-hal yang diremehkan; tetapi bagi kita, kita harus selalu mencari orang yang paling sesuai untuk pekerjaan itu, dan selalu mendengarkan kata-kata Musa kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita’) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 186.

Penerapan: saudara-saudara yang adalah pengkhotbah, guru Sekolah Minggu, chairman, apakah pelayanan saudara sesuai dengan gambaran Spurgeon di atas?

C. H. Spurgeon: “Means are not to be neglected, nor may God’s work be done in a slovenly style” (= Jalan / cara tidak boleh diabaikan, juga pekerjaan Allah tidak boleh dilakukan dengan cara yang ceroboh / teledor) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 187.

C. H. Spurgeon: “Note, again, that the battle was most real. Moses did not say, ‘Choose you our men, and go and drive Amalek like a flock of sheep.’ No; but ‘Go out, fight with Amalek.’ Believe me brethren, we make a great mistake if we think that this world is to be conquered for Christ without mighty efforts. ... If nations are to be subdued to Christ, his church must exert all her power. All her power without him is nothing; but if he chooses to use her power, he will have the whole of it brought into use before he gives the blessing. ... When the battle began, it was not child’s play; it was a hand-to-hand conflict, a struggle for life and death; and the end of it was that ‘Joshua discomfited Amalek and his people with the edge of the sword;’ not merely by praying, but ‘with the edge of the swords.’ Moses on the hill-top is doing his part by holding up the rod; but you must have Joshua down below with the sharp edge of the sword, or else Amalek will laugh at the prayers of Moses. I should like to have this rule written on every man’s mind, that, if he is to serve God, and get a blessing from God, he must have both the prayers of Moses and the sword of Joshua” (= Perhatikan lagi, bahwa pertempuran ini sangat nyata. Musa tidak berkata: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita, dan pergilah dan giringlah orang-orang Amalek seperti sekawanan domba’. Tidak; tetapi ‘keluarlah berperang melawan orang Amalek’. Percayalah saudara-saudaraku, kita membuat kesalahan besar jika kita mengira bahwa dunia ini bisa ditaklukkan untuk Kristus tanpa usaha-usaha yang hebat. ... Jika bangsa-bangsa akan ditundukkan kepada Kristus, gerejaNya harus mengerahkan semua tenaganya. Semua tenaganya tanpa Dia tidak ada apa-apanya; tetapi jika Ia memilih untuk menggunakan tenaga gereja, Ia menginginkan supaya seluruh tenaga gereja itu digunakan sebelum Ia memberikan berkatNya. ... Pada waktu pertempuran mulai, itu bukanlah permainan anak-anak; itu merupakan konflik satu lawan satu, suatu pergumulan antara hidup dan mati; dan akhirnya adalah bahwa ‘Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang’; bukan semata-mata dengan berdoa, tetapi ‘dengan mata pedang’. Di puncak bukit Musa melakukan bagiannya dengan mengangkat tongkat; tetapi harus ada Yosua di bawah dengan pedang yang tajam, kalau tidak maka Amalek akan mentertawakan doa-doa Musa. Saya ingin supaya hukum ini ditulis pada pikiran setiap orang, yaitu bahwa jika ia mau melayani Allah dan mendapatkan berkat dari Allah, ia harus mempunyai baik doa Musa maupun pedang Yosua) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 187.

C. H. Spurgeon: “Unfortunately, in our work for God, we generally fall into one of two blunders. Either we get a lot of machinery, and think that we shall accomplish everything by that; or else we are like some whom I have known, who have confided so much in prayer that they have done nothing but pray. Prayer is a downright mockery if it does not lead us into the practical use of means likely to promote the ends for which we pray. I have known friends take medicine when they have been ill, and never pray about their sickness. There are some others who pray about their sickness, but never take the proper medicine. They are both wrong” [= Sayang sekali bahwa dalam pekerjaan kita untuk Allah, biasanya kita jatuh ke dalam salah satu dari dua kesalahan besar. Atau kita menjadi seperti mesin (?), dan berpikir bahwa kita akan mencapai segala sesuatu dengannya; atau kita menjadi seperti beberapa orang yang saya kenal, yang begitu mempercayai doa sehingga mereka tidak melakukan apa-apa selain berdoa. Doa betul-betul merupakan olok-olok jika itu tidak memimpin kita kepada penggunaan praktis dari cara / jalan yang memungkinkan untuk mencapai tujuan yang kita doakan. Saya mengenal teman-teman yang meminum obat jika mereka sakit, dan tidak pernah berdoa tentang penyakit mereka. Dan ada orang-orang lain yang berdoa tentang penyakit mereka, tetapi tidak pernah meminum obat yang benar. Keduanya salah] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 11, hal 188.

Dari mana Israel mempunyai senjata? Adam Clarke (hal 391) mengatakan bahwa mungkin pada waktu tentara Mesir dihancurkan oleh Tuhan (14:30), bangsa Israel mengambil senjata mereka.

Adam Clarke: “we may then safely presume that they got their arms from the Egyptians, whose bodies were thrown on the shore after having been overwhelmed in the Red Sea. Thus, what was a judgment in the one case, was a most gracious providence in the other. Judgment on God’s foes is mercy to his friends” (= kita bisa dengan aman menduga bahwa mereka mendapatkan senjata mereka dari orang-orang Mesir, yang mayatnya dilemparkan ke pantai setelah ditenggelamkan di Laut Merah. Demikianlah, apa yang merupakan suatu penghakiman pada satu sisi, merupakan suatu providensia yang murah hati pada sisi yang lain. Penghakiman terhadap musuh-musuh Allah merupakan belas kasihan bagi teman-temanNya) - hal 391.

b) Musa sendiri berdoa di atas bukit (Keluaran 17: 9b,10b,11-12).

Keluaran 17: 9-12: “(9) Musa berkata kepada Yosua: ‘Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.’ (10) Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. (11) Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. (12) Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam”.

1. Musa bukannya menghindari perang bagi dirinya sendiri. Ia naik ke puncak bukit untuk berdoa, karena itulah kehendak Tuhan bagi dia. Dan perlu diingat bahwa bergumul dalam doa bukanlah sesuatu yang lebih ringan dibandingkan dengan berperang!

2. Mengapa Musa perlu naik ke puncak bukit? Untuk bisa melihat peperangan. Dengan demikian ia bisa menyesuaikan doanya dengan perang tersebut. Misalnya yang di sisi barat sedang terdesak, maka ia berdoa untuk mereka.

Penerapan: saudara tidak bisa berdoa untuk gereja kalau saudara adalah orang yang non aktif. Mengapa? Karena saudara tidak tahu apa-apa tentang gereja sehingga tidak tahu apa yang harus didoakan. Karena itu aktiflah dalam acara-acara gereja, dan berdoalah untuk gereja.

3. Keluaran 17: 9b: ‘dengan memegang tongkat Allah di tanganku’.

Dengan kata-kata ini Musa menunjukkan bahwa ia berharap bukan pada manusia tetapi kepada Allah.

4. Keluaran 17: 11: “Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek”.

Kalau tangan Musa turun, rupanya ia juga berhenti berdoa karena kelelahan fisik juga menyebabkan kelelahan rohani. Ini langsung berakibat negatif terhadap Yosua dan tentaranya.

Pulpit Commentary: “The letting down of Moses’ hands may have been accompanied by a corresponding flagging in the earnestness of his supplications; or it may have been that the outward act, as indicative of the need of sustained and persevering entreaty of God, was itself made essential to the victory. In either case, we have a testimony to the power of prayer. Would that the Church were more alive to this secret of gaining victories by earnest supplication! The influence of prayer cannot be overrated. It decides battles” (= Turunnya tangan Musa mungkin disertai dengan pengendoran yang bersesuaian dalam kesungguhan permohonannya; atau mungkin juga bahwa tindakan lahiriah itu, sebagai petunjuk akan perlunya permohonan yang terus menerus dan tekun kepada Allah, merupakan sesuatu yang penting untuk kemenangan. Yang manapun yang benar, kita mempunyai kesaksian tentang kuasa doa. Seandainya Gereja lebih menyadari rahasia untuk mendapatkan kemenangan oleh permohonan yang sungguh-sungguh! Pengaruh dari doa tidak bisa dinilai terlalu tinggi. Itu menentukan pertempuran) - hal 78.

5. Keluaran 17: 12: Harun dan Hur lalu menopang tangan Musa. Jadi, terlihat bahwa ada pembagian tugas. Musa berdoa, Harun dan Hur menopang tangan Musa, Yosua dan orang-orangnya berperang melawan Amalek.

Catatan: Tradisi Yahudi ada mengatakan bahwa Hur adalah anak laki-laki dari Miryam, dan ada yang mengatakan ia suami dari Miryam. Kitab Suci mengatakan ia anak dari Kaleb (1Taw 2:18-20).

Pulpit Commentary: “Moses had able coadjutors. Aaron and Hur stayed up his hands when they grew heavy through fatigue (ver. 12). It is a happy circumstance when those who bear the principal burden of responsibility in spiritual work can rely on being aided by the sympathy and co-operation of others, ‘like-minded’ (Phil. 2:20), with themselves in their desire to see God’s kingdom making progress. God’s people hold up the hands of ministers by praying for them (1Thess. 5:25)” [= Musa mempunyai penolong-penolong yang mampu. Harun dan Hur menopang tangannya pada waktu tangannya menjadi berat karena kelelahan (ay 12). Merupakan keadaan yang menyenangkan pada waktu mereka yang memikul beban utama dari tanggung jawab dalam pekerjaan rohani bisa bersandar pada pertolongan oleh simpati dan kerja sama dari orang-orang yang lain, yang sehati sepikir (Fil 2:20) dengan diri mereka sendiri dalam keinginan mereka untuk melihat Kerajaan Allah mengalami kemajuan. Umat Allah menopang tangan dari pendeta-pendeta dengan berdoa untuk mereka (1Tes 5:25)] - hal 78.

1Tes 5:25 - “Saudara-saudara, doakanlah kami”.

6. Calvin: “Moses here concludes that the Israelites overcame their enemies, because he had continually persevered in prayer. There is, too, an implied antithesis between the firmness of his hands and the weakness of the enemy, that we may know that they were discomfited or conquered, not so much by the sword as by the uplifting of the rod, and by the intercession of the holy man” (= Musa menyimpulkan bahwa bangsa Israel mengalahkan musuh mereka, karena ia telah bertekun terus menerus dalam doa. Di sana juga ada suatu kontras antara keteguhan tangannya dan kelemahan dari musuh, sehingga kita bisa tahu bahwa mereka dikalahkan, lebih oleh tindakan mengangkat tongkat dan oleh doa syafaat dari orang kudus ini, dari pada oleh pedang) - hal 293-294.

7. Adam Clarke: “Of the efficacy of prayer we have already had the most striking examples. He who has the spirit of prayer, has the highest interest in the court of heaven; and the only way to retain it, is to keep it in constant employment. Apostasy begins in the closet: no man ever backslid from the life and power of Christianity who continued constant and fervent, especially in private prayer” (= Tentang kemujaraban doa kita telah mendapatkan contoh yang paling menyolok. Ia yang mempunyai roh / semangat doa, mempunyai minat yang tertinggi di surga; dan satu-satunya jalan untuk mempertahankannya, adalah dengan menjaganya supaya digunakan terus menerus. Kemurtadan dimulai di ruang doa; tidak seorangpun pernah mundur dari kehidupan dan kuasa dari kekristenan, jika ia terus menerus secara tetap dan sungguh-sungguh, khususnya dalam doa pribadi) - hal 391.

8. Karena gereja kita ini kelihatannya sangat mementingkan Firman Tuhan, tetapi kurang mementingkan doa, maka saya akan memberikan di sini beberapa kutipan dari kata-kata dari D. Martin Lloyd Jones:

a. “You cannot fight the devil with philosophy, you cannot fight him with idealism, you cannot fight him with anything but with the truth of God which is provided for us. But the point is that you cannot fight the devil even with orthodox doctrine if you are tempting to do so in your own strength and power. There is such a thing as a dead orthodoxy. It is possible for a Christian to be perfectly orthodox and yet to be defeated, and to be living a defeated and a useless life. He understands the truth with his mind, he knows it, he can point out the errors in other people’s teaching; and yet his life is of no value to anyone, because he is being defeated by the devil. He has perhaps become intellectually proud of his knowledge, of his understanding and apprehension of the Scripture. If so, he is already a defeated men. A mere intellectual acquaintance with the truth, though it is absolutely essential, cannot guard us against defeat” (= Engkau tidak bisa memerangi setan dengan filsafat, engkau tidak bisa memerangi dia dengan idealisme, engkau tidak bisa memeranginya dengan apapun kecuali dengan kebenaran Allah yang disediakan bagi kita. Tetapi yang ditekankan adalah bahwa engkau tidak bisa memerangi setan dengan ajaran yang ortodox jika engkau berusaha untuk melakukannya dengan kekuatanmu sendiri. Ada keortodoxan yang mati. Adalah mungkin bagi seorang Kristen untuk menjadi ortodox secara sempurna tetapi tetap dikalahkan, dan menjalani suatu kehidupan yang kalah dan tak berguna. Ia mengerti kebenaran dengan pikirannya, ia mengetahuinya, ia bisa menunjukkan kesalahan dalam ajaran orang-orang lain; tetapi hidupnya tidak berguna bagi siapapun, karena ia sedang dikalahkan oleh setan. Ia mungkin telah menjadi sombong secara intelektual tentang pengetahuannya, tentang pengertian Kitab Sucinya. Jika demikian, ia sudahlah merupakan orang yang kalah. Semata-mata pengetahuan intelektual tentang kebenaran, sekalipun itu mutlak perlu, tidak bisa menjaga kita terhadap kekalahan) - ‘The Christian Soldier’, hal 339-340.

b. “The same applies, of course, to a church or to a group of churches or a denomination of churches. There have been, in the history of the Church, churches which have been thoroughly orthodox but which have been utterly ineffective and useless from the standpoint of evangelism and bringing men and women to a knowledge of the truth. ... There is nothing so tragic as a dead orthodox church; and the explanation always is that they have forgotten this further exhortation. Having put on each single piece of the armour carefully and thoroughly they have not gone on to remember this injunction - ‘Praying always’” (= Tentu saja hal yang sama berlaku bagi suatu gereja atau sekelompok gereja atau suatu denominasi dari gereja-gereja. Dalam sejarah Gereja, ada gereja-gereja yang sepenuhnya ortodox tetapi sama sekali tidak efektif dan tidak berguna dari sudut penginjilan dan usaha membawa orang-orang kepada pengetahuan tentang kebenaran. ... Tidak ada yang lebih tragis dari pada gereja ortodox yang mati; dan penjelasannya selalu adalah bahwa mereka telah melupakan desakan lebih lanjut ini. Setelah mengenakan setiap perlengkapan senjata dengan teliti dan menyeluruh, mereka tidak melanjutkan dengan mengingat perintah ini: ‘Berdoalah senantiasa’) - ‘The Christian Soldier’, hal 340.

Catatan: Jones mengatakan kata-kata ini dalam kontex pembahasan Ef 6:10-20. Ia mengatakan ada orang-orang yang menggunakan setiap perlengkapan senjata yang diberikan Allah (Ef 6:14-17), tetapi mengabaikan hal yang terpenting yang harus menyertai semua itu, yaitu berdoa (Ef 6:18-20).

c. “I have known Christians who have been well acquainted with the theology of the Bible, and known it in an extraordinary manner, but who did not believe in prayer-meetings, who did not seem to see the utter and absolute necessity of ‘praying always’ in the way that is indicated here by the Apostle. It is possible, alas, for the devil to cause us to concentrate our attention so closely on one aspect of truth that we entirely forget other aspects” (= Saya kenal orang-orang kristen yang mengerti theologi Alkitab dengan baik, dan mengenalnya secara luar biasa, tetapi yang tidak percaya dalam persekutuan doa, yang kelihatannya tidak melihat kepentingan mutlak dari ‘berdoa senantiasa’ dalam suatu cara yang dinyatakan di sini oleh rasul tersebut. Adalah mungkin bagi setan untuk menyebabkan kita memusatkan perhatian kita hanya pada satu aspek kebenaran sehingga kita melupakan aspek-aspek yang lain secara total) - ‘The Christian Soldier’, hal 340-341.

d. “We are utterly dependent upon God and upon the Lord Jesus Christ; and we must realize that if we do not remain in constant contact and communion with God, whatever we may have done by way of putting on the armour will avail us nothing. We must ever maintain this essential intimate relationship with God. Let us never forget that in the Christian life prayer is essential” (= Kita sepenuhnya tergantung kepada Allah dan kepada Tuhan Yesus Kristus; dan kita harus menyadari bahwa jika kita tidak tetap dalam hubungan / persekutuan yang terus menerus dengan Allah, apapun yang kita lakukan dengan mengenakan perlengkapan senjata tidak akan menghasilkan faedah apa-apa bagi kita. Kita harus selalu memelihara hubungan intim yang penting dengan Allah ini. Janganlah kita pernah melupakan bahwa dalam kehidupan Kristen, doa itu mutlak perlu) - ‘The Christian Soldier’, hal 341.

e. “So I ask a question at this point - What is the place of prayer in your life? What prominence does it have in your lives? It is a question that I address to all” (= Maka saya menanyakan suatu pertanyaan pada titik ini - Di mana tempat dari doa dalam hidupmu? Keunggulan apa yang dimiliki oleh doa dalam hidupmu? Ini adalah pertanyaan yang saya tujukan kepada semua) - ‘The Christian Soldier’, hal 342.


f. “If all my knowledge does not lead me to prayer there is something wrong somewhere. It is meant to do that. The value of the knowl­edge is that it gives me such an understanding of the value of prayer that I devote time to prayer, and delight in prayer. If it does not produce these results in my life, there is something wrong and spurious about it, or else I am handling it in a wrong manner” (= Kalau semua pengetahuan saya tidak memimpin / membawa / mengarahkan saya pada doa, maka ada yang salah entah dimana. Pengetahuan dimaksudkan untuk membawa kita pada doa. Nilai dari pengetahuan adalah bahwa pengetahuan itu memberikan pengertian tentang nilai dari doa sehingga saya menyediakan / mencurahkan waktu saya untuk berdoa, dan senang berdoa. Kalau pengetahuan itu tidak menghasilkan hal-hal ini dalam hidup saya, ada sesuatu yang salah dan palsu tentang pengetahuan itu, atau, saya memperlakukan pengetahuan itu dengan cara yang salah) - ‘The Christian Soldier’, hal 342.

6) Setelah perang.

Keluaran 17: 14-16: “(14) Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.’ (15) Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: ‘TUHANlah panji-panjiku!’ (16) Ia berkata: ‘Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun.’”.

a) Keluaran 17: 14: cerita ini dituliskan supaya terus diingat.

Dan Yosua secara khusus diingatkan akan peristiwa ini supaya nanti kalau ia mendapatkan problem, ia ingat bahwa bangsa Israel akan menang dengan bantuan Allah.

b) Keluaran 17: 15: Jehovah-Nissi = Yahweh is my banner (= TUHANlah bendera / panjiku).

Pulpit Commentary: “The use of this name by the Church bespeaks ... her militant condition” (= Penggunaan nama ini oleh Gereja memperlihatkan ... keadaannya yang agresif) - hal 79.

Karena itu kalau saya sangat banyak menggempur orang-orang sesat, debat dengan mereka, menulis buku menyerang mereka, dsb, jangan menganggap itu sebagai tindakan ‘kengangguren’, ‘mencari perkara’ dan sebagainya.

c) Keluaran 17: 15-16: ini menunjukkan bahwa mereka memuji dan bersyukur kepada Tuhan karena menjawab doa Musa dalam perang melawan Amalek.

Kalau Tuhan sudah menjawab doa, jangan pernah lupa bersyukur dan memuji Tuhan! 

Penutup. 

Maukah saudara berusaha lebih banyak dan berdoa lebih banyak? Tuhan memberkati saudara.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post