TUHAN DAN KETAATAN:LUKAS 6:46-49

Pdt. Budi Asali, M. Div.
TUHAN DAN KETAATAN:LUKAS 6:46-49
TUHAN DAN KETAATAN:LUKAS 6:46-49. Lukas 6:46-49 - “(46) ‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (47) Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya - Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan -, (48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. (49) Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.’”.

I) Berseru ‘Tuhan, Tuhan’, tetapi tidak taat (Lukas 6: 46).

Lukas 6: 46: “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

1) Berseru ‘Tuhan, Tuhan’.

Ini bisa menunjuk kepada:

a) Orang kristen yang menyatakan Pengakuan Iman.

b) Orang Kristen yang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi.

c) Orang Kristen yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’ dalam kebaktian / pelayanan, mungkin pada waktu berdoa atau menyanyikan lagu pujian.

Pengakuan Yesus sebagai Tuhan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.

‘Pengakuan Yesus sebagai Tuhan’ yang benar hanya bisa terjadi jika ada pekerjaan Roh Kudus. Bdk. 1Korintus 12:3 - “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.”.

Pada akhir jaman, semua orang akan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.

Filipi 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Pada saat itu orang-orang yang selama hidupnya memang sudah percaya kepada Yesus akan mengaku dengan sukacita, tetapi orang-orang yang selama hidupnya tidak percaya kepada Yesus akan mengaku dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya. Pengakuan pada saat itu tidak akan menyebabkan mereka diampuni. Karena itu dari pada mengaku secara terpaksa pada saat itu, percayalah dan akuilah Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara sekarang juga!

Apa artinya pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan?

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol 3: “Whenever worshipping Christians repeated the Church’s earliest confession of faith, ‘Jesus is Lord,’ they were ... acknowledging the deity of Jesus Christ (Jn. 20:28; Phil. 2:6,9-11); ... admitting the Lord’s personal rights to absolute supremacy in the universe, the Church, and individual lives (Acts 10:36; Rom. 10:12; 14:8; 1Cor. 8:6; Jas. 4:15); ... declaring everyone’s accountability to the Lord, the righteous judge (1Cor. 4:5; 2Tim. 4:1,8); ... repudiating their former allegiance to many pagan ‘lords’ and reaffirming their loyalty to the one Lord through and in whom they existed (1Cor. 8:5f; 1Tim. 6:15)” [= Kapanpun orang-orang Kristen yang berbakti mengucapkan pengakuan iman Gereja yang mula-mula: ‘Yesus adalah Tuhan’, mereka ... sedang mengakui keilahian Yesus Kristus (Yohanes 20:28; Fil 2:6,9-11); ... mengakui hak pribadi Tuhan sebagai pemegang kuasa / otoritas tertinggi yang mutlak dalam alam semesta, Gereja, dan kehidupan individuil (Kis 10:36; Roma 10:12; 14:8; 1Korintus 8:6; Yakobus 4:15); ... menyatakan tanggung jawab setiap orang kepada Tuhan, hakim yang adil / benar (1Korintus 4:5; 2Timotius 4:1,8); ... pembatalan kesetiaan mereka yang dahulu kepada banyak ‘tuhan’ kafir dan penegasan kembali akan kesetiaan mereka kepada satu Tuhan melalui dan di dalam siapa mereka ada (1Korintus 8:5-dst; 1Timotius 6:15)] - hal 158.

2) Berseru ‘Tuhan, Tuhan’ tetapi tidak taat.

a) Ini merupakan suatu kontradiksi.

Jelas merupakan suatu kontradiksi jika kita mengaku / menyebut Yesus sebagai Tuhan, tetapi kita tidak mentaatiNya.

Ada kata-kata indah yang berbunyi:

“You call Me the way but you do not follow Me,

You call Me the light but you do not see Me,

You call Me the teacher but you do not listen to Me,

You call Me the Lord but you do not serve Me,

You call Me the truth but you do not believe in Me,

Do not be surprised if one day I don’t know you”.

Terjemahannya:

“Engkau menyebut Aku jalan, tetapi engkau tidak mengikut Aku,

Engkau menyebut Aku terang, tetapi engkau tidak melihat Aku,

Engkau menyebut Aku guru, tetapi engkau tidak mendengarkan Aku,

Engkau menyebut Aku Tuhan, tetapi engkau tidak melayani Aku,

Engkau menyebut Aku kebenaran, tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,

Jangan kaget, jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu”.

Kontradiksi antara pengakuan di mulut dan kehidupan sehari-hari ini banyak sekali, misalnya:

1. Orang yang mengaku bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada.

2. Orang Kristen / pendeta yang mengaku bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan, tetapi tidak mempelajarinya ataupun mengajarkannya secara serius.

3. Orang Kristen / pendeta yang mengaku Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, tetapi tidak memberitakan Injil.

4. Orang Kristen yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi tidak melayaniNya / mentaatiNya.

Kontradiksi ini menyebabkan Yesus mengucapkan Lukas 6: 46: “Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

Ketidak-taatan dari orang yang mulutnya mengaku Yesus sebagai Tuhan ini, bisa terjadi karena mereka tunduk / taat kepada manusia (pendeta, boss, dsb), tetapi tidak kepada Tuhan.

C. H. Spurgeon: “They call Jesus ‘Lord’; but they do what others say rather than what Jesus says” (= Mereka menyebut / memanggil Yesus ‘Tuhan’, tetapi mereka melakukan apa yang orang lain katakan dan bukannya yang Yesus katakan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 625.

b) Dengan melakukan seperti ini mereka akan sama dengan para tokoh Yahudi.

Pulpit Commentary (hal 149) mengatakan bahwa di bawah kata-kata Tuhan Yesus dalam Lukas 6: 46 ini tersembunyi suatu pemikiran sebagai berikut: ‘Pemimpin-pemimpin buta itu (para tokoh agama Yahudi) mengaku Allah dengan mulut / bibir mereka, tetapi mereka hidup dalam dosa. Kamu, para pengikutKu, tidak boleh berlaku seperti itu.’.

Bdk. Matius 5:20 - “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”.

c) Seruan ‘Tuhan, Tuhan’, yang sekedar disebabkan oleh pembangkitan emosi, tidak ada gunanya.

Pulpit Commentary (hal 163) mengatakan bahwa jaman sekarang banyak orang Kristen yang senang dengan pembangkitan emosi. Pada saat emosi dibangkitkan, mereka berteriak: ‘Tuhan, Tuhan!’, dan kelihatannya teriakan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi hal seperti ini tidak ada harganya, dan begitu badai pertama muncul, ini akan hancur. Untuk menuruti nasehat Yesus ini, kita harus mempunyai keyakinan yang kuat bahwa kita berhutang segala sesuatu kepada Allah dan Juruselamat kita, dan lalu mengambil keputusan yang teguh / tak berubah untuk menyerahkan hati dan hidup kita kepada Dia.

d) Pengakuan Iman harus dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

C. H. Spurgeon: “It is one thing to have a creed; it is quite another thing to have the truth graven upon the tables of the hearts” (= Mempunyai pengakuan iman sangat berbeda dengan mempunyai kebenaran diukirkan pada loh hati) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 618.

Mungkin Gereja Kristen mempunyai Pengakuan Iman yang hebat, seperti 12 Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinople, Pengakuan Iman Athanasius, dan Pengakuan Iman Chalcedon. Tetapi, mengatakan bahwa Gereja Kristen mempunyai Pengakuan Iman yang hebat tidaklah sama dengan mengatakan bahwa orang Kristen mempunyai iman yang hebat. Pada waktu melakukan pengakuan iman itu apakah saudara betul-betul mempercayainya? Dan apakah saudara betul-betul berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana pengakuan iman yang kelihatannya bersifat teoritis itu bisa diwujudkan dalam hidup sehari-hari? Salahsatunya, dengan mewujudkan pengakuan tentang ke-Tuhan-an Yesus itu dalam ketaatan kepadaNya dalam hidup sehari-hari!

II) Mendengar Firman Tuhan tetapi tidak taat (Lukas 6: 47-49).

Lukas 6: 47-49: “(47) Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya - Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan -, (48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. (49) Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.’”.

1) ‘Mendengar’ jelas merupakan suatu hal yang sangat penting.

Tuhan Yesus berulangkali mengatakan: ‘Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar’ (Matius 13:9 Wahyu 2-3).

Amsal 12:1 - “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.”

Pkh 4:17 - “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.”.

1Petrus 2:2-3 - “(2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, (3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.”.

Yakobus 1:19 - “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;”.

C. H. Spurgeon: “These parables describes two classes of hearers; but they say nothing of those who are not hearers. ... there are tens of thousands to whom the preaching of the gospel is as music in the ears of a corpse. They shut their ears and will not hear, though the testimony be concerning God’s own Son, and life eternal, and the way to escape from everlasting wrath. ... To what, then, are these men like? They may fitly be compared to the man who built no house whatever, and remained homeless by day and shelterless by night. When worldly trouble comes like a storm those persons who will not hear the words of Jesus have no consolation to cheer them; when sickness comes they have no joy of heart to sustain them under its pains; and when death, that most terrible of storms, beats upon them they feel its full fury, but they cannot find a hiding place. They neglect the housing of their souls, and when the hurricane of almighty wrath shall break forth in the world to come they will have no place of refuge, In vain will they call upon the rocks to fall upon them, and the mountains to cover them. They shall be in that day without a shelter from the righteous wrath of the Most High” [= Perumpamaan ini menggambarkan 2 golongan pendengar; tetapi tidak berbicara apa-apa tentang mereka yang bukan pendengar. ... ada puluhan ribu orang bagi siapa pemberitaan Injil bagaikan musik di telinga mayat. Mereka menutup telinga mereka dan tidak mau mendengar, sekalipun itu adalah kesaksian mengenai Anak Allah, dan hidup yang kekal, dan cara untuk lolos dari murka yang kekal. ... Orang-orang ini seperti apa? Mereka bisa digambarkan sebagai orang yang tidak membangun rumah sama sekali, dan tidak mempunyai rumah pada siang hari dan tidak mempunyai perlidungan pada malam hari. Pada waktu kesukaran duniawi datang seperti badai, orang-orang yang tidak mau mendengar kata-kata Yesus ini, tidak mempunyai penghiburan untuk membuat mereka bergembira; pada waktu penyakit datang mereka tidak mempunyai sukacita di hati untuk menopang mereka; dan pada waktu kematian, badai yang paling hebat, menghantam mereka, mereka merasakan kemarahannya secara penuh, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan tempat untuk bersembunyi. Mereka mengabaikan rumah untuk jiwa mereka, dan pada waktu badai dari kemurkaan yang maha kuasa datang dengan tiba-tiba maka dalam dunia yang akan datang mereka tidak mempunyai tempat perlindungan. Sia-sia mereka meminta batu-batu untuk jatuh ke atas mereka dan gunung-gunung untuk menutup / menimbun mereka (bdk. Wah 6:16). Pada hari itu mereka akan tidak mempunyai perlindungan dari kemurkaan yang benar dari Yang Maha Tinggi] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 623-624.

C. H. Spurgeon: “Oh, my friend, if the word of God comes to you, and you decline to hear it, and therefore do not believe in Jesus, but die in your sins, what is this but soul-suicide?” (= O temanku, jika firman Allah datang kepadamu, dan engkau menolak untuk mendengarnya, dan karena itu tidak percaya kepada Yesus, tetapi mati dalam dosamu, apakah ini selain bunuh diri jiwa?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 624.

Spurgeon menambahkan dengan mengutip Ibrani 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.

Karena ‘mendengar’ itu sesuatu yang penting, maka kita bukan hanya harus mendengar, tetapi juga harus hati-hati untuk tidak ‘mendengar’ secara salah, misalnya:

a) ‘Mendengar’ tetapi tidak maju dalam pengertian.

Kitab Suci menyatakan adanya orang yang sekalipun kelihatannya selalu mau belajar, tetapi tidak maju-maju dalam pengertian. 2Tim 3:7 - “yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran”.

Mungkin ini seperti ‘tanah tepi jalan’ dalam Matius 13:18-19 - “(18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.”.

Atau seperti Matius 13:14-15 - “(14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.

b) Tidak maju dalam kemampuan mendengar.

1Korintus 3:1-3 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.

Ibrani 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.

Penerapan: Ada yang tidak mau ikut Pemahaman Alkitab / GSM karena terlalu sukar. Ini tidak maju dalam kemampuan mendengar. Mestinya kalau tidak mengerti, beli MP3nya atau DVDnya, dengar lagi di rumah sambil lihat makalahnya, dan diulang-ulang sampai mengerti. Kalau ini saudara lakukan terus, saudara akan maju dalam kemampuan mendengar!

Waktu saya dulu pertama-tama dipanggil Tuhan, saya sukar sekali mengerti dalam membaca buku-buku theologia. Tetapi saya berjuang terus, dan sekarang saya bisa.

c) Mendengar tetapi tidak tekun.

Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.”.

KJV: ‘Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge’ (= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan). KJV ini menyuruh untuk berhenti mendengar ajaran sesat / salah.

NIV: ‘Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge’ (= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

NASB: ‘Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge’ (= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

Baik NIV maupun NASB menunjukkan bahwa orang yang berhenti mendengar / belajar Firman Tuhan, akan tersesat!

2) Mendengar tetapi tidak melakukan.

a) Perumpamaan tentang 2 orang yang membangun rumah (Lukas 6: 48-49).

Lukas 6: 48-49: “(48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. (49) Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataanKu, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.’”.

Barclay mengatakan bahwa pada musim panas sungai-sungai di sana kering, sehingga pada tepinya hanya ada pasir (mungkin seperti kali Porong). Tetapi pada musim hujan sungai penuh lagi dan mengalir dengan deras. Orang yang membangun di atas pasir itu, memang mudah dan cepat, tetapi akan mengalami kerugian. Sebaliknya, orang yang bijaksana akan membangun di atas batu, yang sekalipun sukar dan lama, tetapi aman.

Mengapa orang mau membangun rumah di atas pasir?

1. Ia tidak mau bekerja keras, mau gampangnya saja.

William Barclay: “It may be easier to take our way than it is to take Jesus’s way but the end is ruin; Jesus’ way is the way to security here and hereafter” (= Mungkin lebih mudah untuk mengambil jalan kita dari pada mengambil jalannya Yesus, tetapi akhirnya adalah kehancuran; jalannya Yesus merupakan jalan kepada keamanan, di sini dan di alam baka) - hal 83.

C. H. Spurgeon: “Of the two houses, one was built, I doubt not, with far less trouble than the other. Digging foundations in hard rocks, as I have said, takes time, but it also involves labour”(= Dari kedua rumah, saya tidak meragukan bahwa yang satu dibangun dengan kesukaran yang jauh lebih sedikit dari pada yang lain. Menggali fondasi pada batu yang keras, seperti yang telah saya katakan, membutuhkan waktu, tetapi juga menyangkut kerja keras) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 614.

C. H. Spurgeon: “He bids you repent of sin, trust his blood, love his word, and seek after holiness; but it is much easier to admire these things without following after them in your life. To feign repentance and faith is not difficult, but genuine godliness is heart-work, and requires thought, care sincerity, prayerfulness, and watchfulness. Believe me, real religion is no sport”[= Ia memintamu untuk bertobat dari dosa, percaya pada darahNya, mengasihi firmanNya, dan mencari kekudusan; tetapi adalah jauh lebih mudah untuk mengagumi hal-hal ini tanpa mengikutinya dalam hidupmu. Membuat-buat pertobatan dan iman tidaklah sukar, tetapi kesalehan yang asli merupakan pekerjaan hati (digunakan kata ‘heart-work’; yang mungkin merupakan permainan kata dengan ‘hard-work’), dan membutuhkan pemikiran, perhatian, doa, dan sikap berjaga-jaga. Percayalah, agama yang sungguh-sungguh bukanlah permainan / kesenangan] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 626.

Kalau saudara adalah orang Kristen yang cuma senang hura-hura, mungkin saudara lebih cocok ada di gereja-gereja Kharismatik.

C. H. Spurgeon: “The crown of eternal glory is not won without fighting, nor the prize of our high calling received with running; yet by just making a holy profession, and practising an outward form, a man imagines that the same result is produced as by seeking the Lord with his whole heart, and believing in the Lord Jesus. If it were so, there would be a fine broad road to heaven, and Satan himself would turn pilgrim” (= Mahkota dari kemuliaan kekal tidaklah dimenangkan tanpa pergumulan, juga hadiah untuk panggilan kita tidak diterima tanpa berlari; tetapi hanya dengan membuat pengakuan kudus, dan mempraktekkan hal-hal lahiriah, seseorang membayangkan bahwa akan dihasilkan hasil yang sama seperti kalau ia mencari Tuhan dengan segenap hati, dan percaya kepada Tuhan Yesus. Seandainya itu benar, maka ada jalan yang lebar ke surga, Dan Setan sendiri akan menjadi seorang yang menuju tempat kudus) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 626.

2. Ia mau rumah itu cepat jadi.

C. H. Spurgeon: “one of them built his house more quickly than the other. ... But all haste is not good speed, and there be some who travel too fast to hold. Unsound professors are often very rapid in their supposed spiritual growth. They were yesterday unconverted, to-day they become believers, to-morrow they begin to teach, the next day they are made perfect. ... They come up in a night, and alas! too often, like Jonah’s gourd, they perish also in a night. ... It may be that some mourner is lamenting bitterly that he makes very slow progress in grace. ... Well, friend, you are building slowly, but if it be surely, you shall have no cause to regret that deep digging. Small cause will you have to mourn that it took you longer to arrive at peace than it did your hasty friend, if your peace shall last you to eternity, while his hope shall be a possession in cloudland, driven away of the wind” [= satu dari mereka membangun rumah mereka secara lebih cepat dari yang lain. ... Tetapi semua ketergesa-gesaan tidak baik, dan ada orang-orang yang berjalan terlalu cepat. Pengaku-pengaku yang tidak sehat seringkali sangat cepat dalam apa yang mereka duga sebagai pertumbuhan rohani mereka. Kemarin mereka belum bertobat, hari ini mereka menjadi orang percaya, besok mereka mulai mengajar, dan hari berikutnya mereka menjadi sempurna. ... Mereka muncul dalam satu malam, dan seringkali, seperti pohon jaraknya Yunus, mereka binasa juga dalam satu malam (bdk. Yun 4:10). ... Mungkin ada orang yang berkabung yang meratap dengan sedih karena ia mengalami kemajuan yang sangat pelan dalam kasih karunia. ... Teman, engkau sedang membangun dengan perlahan-lahan, tetapi kalau kemajuan itu pasti, maka engkau tidak mempunyai alasan untuk menyesali penggalian yang dalam itu. Engkau tidak punya alasan untuk bersedih bahwa engkau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai kepada damai dari pada temanmu yang tergesa-gesa itu, jika damaimu akan bertahan sampai kekekalan, sementara pengharapannya merupakan sesuatu yang ada di alam khayalan, disingkirkan oleh angin] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 614.

C. H. Spurgeon: “This rapid grower never asks, ‘Has my religion changed my conduct? Is my faith attended by a new nature? Does the Spirit of God dwell in me? Am I really what I profess to be, or am I but a bastard professor after all?’ No, he puts aside all enquiry as a temptation of the devil. He takes every good thing for granted, and votes that all is gold which glitters. ... He has joined the church: he has commenced work for God: he is boasting of his own attainments: he hints that he is perfect. But is this mushroom building safe? ... It is better to tremble at God’s word than boldly to presume. It is better to be fearful, lest after all we may be castaways, than to harden one’s forehead with vain confidence” [= Orang-orang yang bertumbuh dengan cepat ini tidak pernah bertanya: ‘Apakah agamaku telah mengubah kelakuanku? Apakah imanku disertai dengan hidup yang baru? Apakah Roh Allah tinggal di dalamku? Apakah aku adalah seperti yang aku akui, atau apakah aku adalah seorang pengaku blasteran?’ Tidak, ia menyingkirkan semua pertanyaan dan menganggapnya sebagai pencobaan dari setan. Ia menganggap benar setiap hal yang baik, dan menyatakan bahwa semua yang berkilauan adalah emas. ... Ia telah bergabung dengan gereja: ia telah melayani Allah: ia membanggakan pencapaiannya: ia membayangkan bahwa ia sempurna. Tetapi apakah bangunan yang bertumbuh cepat ini aman? ... Adalah lebih baik untuk gemetar di hadapan firman Allah dari pada secara berani menganggap benar tanpa bukti. Adalah lebih baik untuk menjadi takut bahwa kita akan ditolak (bdk. 1Kor 9:27), dari pada mengeraskan dahi dengan keyakinan yang sia-sia] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 626.

Catatan: ini tak berarti bahwa orang Kristen yang punya keyakinan keselamatan itu salah. Tetapi maksudnya jangan terlalu cepat yakin selamat kalau tak ada bukti-bukti yang jelas sesuai dengan Alkitab.

3. Ia berpikiran pendek. Pokoknya sekarang enak.

William Barclay: “In every decision in life there is a short view and a long view. Happy is the man who never barters future good for present pleasure” (= Dalam setiap keputusan dalam kehidupan ada pandangan yang pendek dan pandangan yang jauh. Berbahagialah orang yang tidak pernah menukarkan ‘hal-hal yang baik di masa yang akan datang’ dengan ‘kesenangan masa kini’) - hal 83.

b) Yesus memberikan perumpamaan ini sebagai penutup khotbah di bukit, karena Ia ingin mereka tidak sekedar menjadi pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman!

Bdk. Yakobus 1:22-25 - “(22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”.

Dalam tafsirannya tentang Yakobus 1:22, Thomas Manton berkata:

“That hearing is good, but should not be rested in. The apostle saith, ‘Be not hearers only.’ Many go from sermon to sermon, hear much, but do not digest it in their thoughts” (= Mendengar itu baik, tetapi kita tidak boleh merasa aman dalam hal itu. Sang rasul berkata: ‘Janganlah hanya menjadi pendengar saja’. Banyak orang mendengar khotbah demi khotbah, mendengar banyak, tetapi tidak mencernanya dalam pikiran mereka) - hal 152.

C. H. Spurgeon: “Satan is sure to be at hand at such times that he may lead young convert to lay in place of gospel repentance a repentance that needs to be repented of, and instead of the faith of God’s elect a proud presumption or an idle dream. For that love of God which is the work of the Spirit of God he brings mere natural affection for the minister; ... The common temptation is, instead of really repenting, to talk about repentance; instead of heartily believing, to say, ‘I believe,’ without believing; instead of truly loving, to talk of love, with loving; instead of coming to Christ, to speak about coming to Christ, and profess to come to Christ, and yet not to come at all” (= Setan pasti selalu tersedia pada saat-saat seperti itu supaya ia bisa membimbing petobat-petobat muda untuk menggantikan injil pertobatan dengan suatu pertobatan terhadap mana kita harus bertobat, dan iman dari orang-orang pilihan Allah dengan suatu kesombongan atau mimpi yang sia-sia. Untuk kasih kepada Allah yang merupakan pekerjaan dari Roh Allah ia membawa kasih sayang biasa terhadap pendeta; ... Pencobaan yang umum adalah, bukannya bertobat dengan sungguh-sungguh tetapi membicarakan pertobatan; bukannya percaya dengan sepenuh hati tetapi mengatakan Aku percaya tanpa percaya; bukannya sungguh-sungguh mengasihi tetapi berbicara tentang kasih tanpa mengasihi; bukannya datang kepada Kristus tetapi berbicara tentang datang kepada Kristus dan mengaku datang kepada Kristus tetapi tidak datang sama sekali) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 625.

Memang mendengar tetapi tidak melakukan ini, sangat memungkinkan seseorang yang belajar Kitab Suci, tidak datang kepada Yesus, seperti yang dikatakan oleh Yesus tentang orang-orang Yahudi dalam Yohanes 5:39-40 - “(39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu.”.

Perlu juga dicamkan, bahwa mendengar tetapi tidak taat, bukan hanya tidak berguna tetapi bahkan merugikan, karena ini pasti akan memperberat hukuman.

Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

III) Ketaatanlah yang membedakan orang kristen yang asli dari yang palsu.

Apakah saudara adalah orang yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’, atau saudara adalah orang yang mendengar Firman Tuhan, tetapi kalau saudara tidak mentaati Firman Tuhan, saudara bukan orang Kristen.

Calvin: “As it is often difficult to distinguish the true professors of the Gospel from the false, Christ shows, by a beautiful comparison, where the main difference lies” (= Karena seringkali sukar untuk membedakan ‘pengaku Injil’ yang benar dari ‘pengaku Injil’ yang salah, Kristus menggunakan suatu perbandingan yang indah untuk menunjukkan dimana perbedaan utama terletak) - hal 369.

C. H. Spurgeon: “O beware of wearing the sheep’s clothing without the sheep’s nature; beware of saying ‘Lord, Lord,’ while you are the servant’ of sin” (= Hati-hatilah untuk tidak ‘memakai pakaian domba’ tanpa mempunyai ‘sifat domba’; hati-hatilah untuk tidak mengucapkan ‘Tuhan, Tuhan’, sementara engkau adalah pelayan dosa) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 614.

C. H. Spurgeon: “Do not believe yourself to be saved from sin while you are living in sin” (= Jangan percaya bahwa dirimu sudah diselamatkan dari dosa sementara engkau sedang hidup dalam dosa) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 618.

C. H. Spurgeon: “Beloved hearer, if thou wouldst be built on a rock, see to it that thou hast a true sense of sin. ... wherever there is true faith in Jesus there goes with it a deep abhorrence of sin. Faith without contrition, is a dead and worthless faith. When I meet with professors who talk lightly of sin, I feel sure that they have built without a foundations. ... Truly forgiven sinners dread the appearance of evil as burnt children dread the fire. Superficial repentance always leads to careless living” (= Pendengar yang kekasih, jika engkau ingin membangun di atas batu, usahakanlah supaya engkau mempunyai perasaan yang benar tentang dosa. ... dimanapun ada iman yang benar kepada Yesus di sana ada kejijikan / kebencian terhadap dosa. Iman tanpa penyesalan tentang dosa, adalah iman yang mati dan tak berharga. Pada saat saya bertemu dengan pengaku-pengaku yang meremehkan dosa, saya merasa yakin bahwa mereka telah membangun tanpa fondasi. ... Orang-orang berdosa yang betul-betul diampuni merasa takut terhadap penampakan kejahatan seperti anak-anak takut kepada api. Pertobatan yang semu selalu membimbing pada kehidupan yang ceroboh) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 617-618.

C. H. Spurgeon: “Many things which men call faith are not the precious faith of God’s elect. Sincere trust in Jesus Christ is counterfeited in a thousand ways, and often imitated so accurately that only by rigid self-examination shall you discover the cheat” (= Banyak hal yang disebut orang sebagai iman tetapi sebetulnya bukanlah iman yang berharga dari orang-orang pilihan Allah. Kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus dipalsukan dalam 1000 cara, dan sering ditiru dengan begitu persis sehingga hanya dengan pemeriksaan diri yang teliti engkau bisa menemukan tipuannya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 618.

IV) Akhir dari orang kristen yang tidak taat.

Lukas 6: 49 akhir: ‘hebatlah kerusakannya’.

Bdk. Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.


C. H. Spurgeon: “... if you lose a battle you may fight again and win another; if you fail in business you may start again in trade and realise a fortune; but if you lose your souls the loss is irretrievable. Once lost, lost for ever. There will be no second opportunity” (= ... jika engkau kalah dalam pertempuran engkau bisa berperang lagi dan menang dalam pertempuran yang lain; jika engkau gagal dalam bisnis engkau bisa memulai lagi dalam perdagangan dan mendapatkan kekayaan; tetapi jika engkau kehilangan jiwamu maka kehilangan itu tidak bisa ditebus / diperoleh kembali. Sekali hilang, hilang selama-lamanya. Tidak akan ada kesempatan yang kedua) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 633.

C. H. Spurgeon: “Seek the true Saviour and be not content till thou hast him, for if lost thy ruin will be terrible. Oh, that lake! Have you ever read the words, ‘Shall be cast into the lake of fire, which is the second death’? The lake of fire! and souls cast into it! The imagery is dreadful. ‘Ah,’ says one, ‘that is a metaphor.’ Yes, I know it is, and a metaphor is but a shadow of the reality. Then, if the shadow be a lake of fire, what must the reality be? If we can hardly bear to think of a ‘worm that never dieth,’ and a ‘fire that never shall be quenched,’ and of a lake whose seething waves of fire that dash o’er undying and hopeless souls, what must hell be in very deed? The descriptions of Scriptures are, after all, but condescensions to our ignorance, partial revealings of fathomless mysteries; but if these are so dreadful, what must the full reality be? Provoke it not, my hearers, tempt not your God, neglect not the great salvation, for if you do, you shall not escape” [= Carilah Juruselamat yang sejati dan janganlah puas sampai engkau memiliki Dia, karena jika engkau terhilang kehancuranmu akan mengerikan. O, lautan itu! Pernahkah engkau membaca kata-kata ‘Akan dilemparkan ke dalam lautan api, yang adalah kematian yang kedua’? Lautan api! dan jiwa-jiwa dilemparkan ke dalamnya! Gambaran ini mengerikan! ‘Ah’, kata seseorang, ‘itu merupakan suatu gambaran / kiasan’. Ya, aku tahu itu, dan suatu kiasan hanyalah merupakan bayangan dari kenyataannya. Jadi, jika bayangannya adalah lautan api, bagaimana kenyataannya? Jika kita hampir tidak tahan untuk memikirkan ‘ulat yang tidak pernah mati’, dan ‘api yang tidak terpadamkan’, dan tentang lautan dengan gelombang apinya yang mendidih yang menghantam jiwa-jiwa yang tidak bisa mati dan tanpa harapan, bagaimana kira-kiranya kenyataan dari neraka? Penggambaran Kitab Suci merupakan suatu penurunan / perendahan pada kebodohan kita, pernyataan sebagian dari misteri yang tidak bisa diukur; tetapi jika ini begitu mengerikan, bagaimana kenyataannya? Para pendengarku, janganlah menggusarkan dan mencobai Allahmu, janganlah mengabaikan keselamatan yang besar, karena jika engkau melakukannya, engkau tidak akan lolos (bdk. Ibrani 2:3)] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 622.

Penutup. 

Jangan menjadi orang Kristen yang tidak taat. Pengakuan tentang keTuhanan Yesus itu bagus, belajar Firman Tuhan itu bagus, tetapi semua itu harus disertai dengan ketaatan pada Firman Tuhan. Renungkanlah larangan-larangan apa yang saudara langgar dan perintah-perintah apa yang belum saudara lakukan, dan bertobatlah!

-AMIN- 
Next Post Previous Post