MINYAK URAPAN: APAKAH, PERLUKAH DAN EKSPOSISI YAKOBUS 5:14
Pdt.Samuel T Gunawan, M.Th.
MINYAK URAPAN: APAKAH, PERLUKAH DAN EKSPOSISI YAKOBUS 5:14.“ (Yakobus 5:14). Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (5:15) Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. (5:16) Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:14-16).
PENDAHULUAN
Berbicara tentang pengurapan dalam Perjanjian Baru, sejauh yang dapat saya ketahui, Alkitab memberitahu kita bahwa setiap orang yang lahir baru dan percaya kepada Kristus telah memiliki pengurapan (Yunani: “Chrisma”), dan lagi, pengurapan itu bersifat menetap (Yohanes 1:20,27). Hal ini sudah saya bahas dalam seri 2 khobah tentang pengurapan dengan judul “Memahami Pengurapan Dalam Perspektif Perjanjian Baru”. Sedangkan arti dan makna pengurapan itu sendiri sudah saya bahas dalam seri 1 khotbah tentang pengurapan dengan judul “Apakah Pengurapan Itu? Memahami Arti dan Makna Pengurapan”.
Ajaran tentang pengurapan yang berdasarkan Perjanjian Baru, merupakan hal penting yang harus diajarkan kepada setiap orang percaya. Namun kelihatannya saat ini, pengurapan sebagai suatu ajaran yang penting telah diabaikan begitu saja. Puluhan buku teologi dan teologi sistematika yang pernah saya baca tidak mencantumkan pengurapan sebagai tema penting untuk dibahas seperti tema-tema doktrinal lainnya.
Mungkin, satu-satunya teolog yang memasukan bahasan tentang pengurapan dalam teologi sistematiknya adalah Charles F. Beker. Ia dalam bukunya A Despensational Theology, memberikan satu bab khusus membahas ajaran tentang pemeteraian, adopsi, pengurapan dan pengudusan. Meskipun pembahasannya tentang pengurapan merupakan bahasan yang ringkas, namun sangat bermanfaat dalam membantu menjelaskan pentingnya ajaran ini dalam kaitannya dengan karya Roh Kudus di dalam orang percaya.[1]
Namun tanpa disadari, kelalaian mengajarkan ajaran Alkitabiah tentang pengurapan ini nampaknya telah menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
(1) Banyaknya orang Kristen tidak tahu dan tidak mengerti ajaran yang Alkitabiah (perspektif Alkitab) tentang pengurapan;
(2) Adanya orang-orang tertentu yang mengajarkan pengurapan dengan menekankan perspektif Perjanjian Lama dan bukan dari Perspektif Perjanjian Baru.
(3) Munculnya ajaran dan praktek yang salah tentang pengurapan dengan menyamakan karya Roh Kudus dengan “minyak urapan”, sehingga menimbulkan anggapan dikalangan jemaat bahwa minyak urapan seakan-akan mengandung semacam khasiat mistis. Yang disebutkan terakhir ini biasanya menjadikan minyak urapan sebagai legalisme yang harus dilakukan dalam pelayanan gereja. Karena itu, perlu bagi kita secara khusus membahas minyak urapan dalam Perspektif Perjanjian Baru.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN MINYAK URAPAN ITU?
Perjanjian Lama menggunakan dua kata Ibrani untuk istilah minyak urapan, yaitu : "syemen" yang diterjemahkan dengan kata “minyak”, dan “hamisykhah” atau “misykhah” yang diterjemahkan dengan kata “urapan”.
Kata “misykhah” itu sendiri berasal dari kata “mâsyakh” yang berarti “mengoles, melumuri, menggosok dengan minyak atau sesuatu yang terbuat dari minyak. (Catatan: dari “mâsyakh” ini kemudian dikenal nama Ibrani “yehôsyua' hamasyiakh” atau Juruselamat Yang Diurapi atau Yesus Kristus).
Dengan demikian, Istilah “syemen hamisykhah” diterjemahkan dengan pengertian “minyak urapan”. Kata Yunani untuk “minyak” adalah “ελαιον-elaiôn”, dan “ελαιου του χρισματος-elaiou tou khrismatos” untuk “minyak urapan (Bandingkan Keluaran 25:6; 29:7).
Secara umum, kata "syemen" menunjuk kepada minyak zaitun biasa yang digunakan untuk mengurapi dalam pengertian umum, untuk persembahan berupa roti (Keluaran 29:40), untuk lampu (Keluaran 25:6), dan untuk pengobatan (Yesaya 1:6). Sedangkan kata “syemen hamisykhah” atau “minyak urapan” adalah kata yang khusus yang berbeda penggunaannya dari kata "syemen". Kekhususan “syemen hamisykhah” itu karena memang ramuan pada minyak urapan ini dibuat khusus, yang berbeda dari minyak (syemen) pada umumnya.
Didalam Keluaran 30:22-25, Tuhan memberikan instruksi spesifik kepada Musa tentang pembuatan minyak urapan yang dilakukan secara cermat dari bahan-bahan (ramuan) rempah-rempah yang sudah ditentukan, yaitu : mur tetesan (500 syikal), kayu manis yang harum (250 syikal), tebu yang baik (250 syikal), kayu teja (500 syikal), dan minyak zaitun satu hin.
Selanjutnya, dalam Keluaran 30:26-31 disebutkan bahwa minyak urapan ini hanya boleh digunakan untuk mengurapi : Kemah Pertemuan atau Tabernakel ('ohel), peralatan atau perkakas tabernakel (kelî), mezbah atau altar (mizbêakh), bejana (kîyôr), dan para imam (kohen). Karena minyak urapan itu khusus dan kudus, maka tidak boleh digunakan secara sembarangan dan tidak digunakan untuk benda-benda atau orang-orang biasa.
Penggunaan minyak urapan untuk orang biasa merupakan pelanggaran langsung terhadap perintah Tuhan dan berakibat hukuman mati (Keluaran 30:32-33). Itulah sebabnya pada masa Perjanjian Lama di Israel, minyak urapan hanya digunakan untuk melantik imam, raja, dan nabi, serta meresmikan pemakaian benda-benda tertentu untuk digunakan dalam ibadah kemah suci.
Dengan demikian, dalam konteks Perjanjian Lama, kita harus membedakan antara minyak biasa dari minyak urapan yang kudus. Karena bahan (ramuan) yang dipakai untuk minyak urapan itu berbeda dari minyak biasa, lagi pula tujuan penggunaan minyak urapan yang kudus bersifat khusus dan berbeda dengan tujuan pemakaian minyak biasa.
PERLUKAH PENGGUNAAN MINYAK URAPAN DALAM PERJANJIAN BARU?
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menjelaskan tentang pengurapan (dengan minyak) dalam Perjanjian Lama demikian, “Dalam Perjanjian Lama, orang atau benda diurapi untuk menandakan kesuciannya atau pengkhususannya bagi Allah, misalnya : tugu (kejadian 28:18), tabut dan perkakasnya (Keluaran 30:22-38), perisai, yang mungkin digunakan untuk mentahirkannya dalam perang suci (2 Samuel 1:21; Yesaya 21:5; Ulangan 23:9), raja (hakim-hakim 9:8; 2 Samuel 2:4; 1 Raja-raja 1:34), imam besar (Kelauran 28:41), nabi (1 Raja-raja 19:16).
Khidmat dan pentingnya pengurapan itu diperlihatkan dalam hal : (1) bahwa adalah merupakan kriminal (kejahatan) bila menggunakan minyak kudus untuk pengurapan yang biasa (keluaran 30:32-33); (2) oleh kekuasaan dampak pengurapan itu (misalnya, 2 Raja-raja 9:11-13). Walalupun teman-teman Yehu menghina seorang nabi sebagai orang gila, mereka tidak berani menentang dampak tindakannya, bahkan mereka menerima begitu saja bahwa barangsiapa diurapi menjadi raja, ia saha menjadi raja; (3) pengurapan itu menghasilkan sesuatu atas yang diurapi, orang atau barang menjadi kudus (keluaran 30:22-33) dan keramat / tak boleh dilukai (1 Samuel 24:7)”.[2]
Dengan demikian pengurapan dalam Perjanjian Lama biasanya berarti dua hal : (1) memisahkan seseorang atau sesuatu sebagai kudus dan untuk dikuduskan; (2) menganugerahkan otoritas atas seseorang yang diurapi. [3] Dalam Perjanjian Lama, kekudusan dan otoritas yang berada dalam ritual pengurapan dianggap dianugerahkan oleh Allah, meskipun diperantarai oleh seorang manusia yang bertindak atas nama Allah.[4]
Sementara itu, Perjanjian Baru menggunakan istilah pengurapan dengan pengertian yang khusus untuk menyatakan pekerjaan Roh Kudus, dimana pengurapan berarti : (1) Roh Kudus yang berada di dalam orang percaya yang melahirbarukan dan mendiami orang percaya kepada Kristus. Ini ini terjadi saat penerimaan keselamatan. (2) dan Roh Kudus yang menyertai dan di berada di atas orang percaya yang memberi karunia dan kuasa bagi pelayanan tubuh Kristus (2 Korintus 1:21; 1 Yohanes 2:20,27; Bandingkan Yohanes 14;16,17; 2 Korintus 6:16).
Jadi pengurapan itu langsung dari Allah dan merupakan karya Roh Kudus. Perjanjian Baru memberikan gambaran karya Roh Kudus ketika menyelamatkan antara lain: Roh Kudus membaharui dengan cara melahirbarukan (Yohanes 3:3-8; 6:63; Titus 3:5); Roh Kudus membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Matius 3:11; 1 Korintus 12:13); Roh Kudus berdiam dalam orang percaya (Yohanes 14:17), itulah dimaksud dengan pengurapan (1 Yohanes 2:20,27); Roh Kudus memeteraikan orang percaya (Efesus 1:13,14; 4:30).
Selanjutnya, Roh Kudus terus melakukan pelayanan yang aktif di dalam kehidupan orang percaya antara lain: Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; 6:3; 11:24; Efesus 5:18); Roh Kudus membimbing orang percaya (Galatia 5:16,25); Roh Kudus memberi karunia dan kuasa dalam kehidupan orang percaya (Kisah Para Rasul 1:8; Roma 8:13; Galatia 5:17); Roh Kudus memberikan buah-buah Roh Kudus (Galatia 5:22,23; Efesus 5:9; Filipi 1:11); Roh Kudus mengajar orang percaya (Yohanes 14:26; 16:13; 1 Yohanes 2:20,27).
Dengan demikian, secara asasi pengurapan dalam Perjanjian baru adalah tindakan Allah yang berhubungan dengan orang percaya yang didiami oleh Roh Kudus dan diberi otoritas (karunia) rohani bagi pelayanan tubuh Kristus. Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang yang lahir baru (percaya dan menerima Kristus) telah memiliki pengurapan (Yohanes 1:20; 2 Korintus 1:20-22) dan pengurapan itu bersifat menetap atau permanen (Yohanes 1:27).
Penggunaan minyak (tetapi bukan minyak urapan kudus) di Perjanjian Baru terutama dikaitkan dengan penyegaran tubuh, pengurapan orang sakit untuk menyembuhkan mereka dan pengurapan tubuh (mayat) yang akan dikuburkan. Dengan demikian ini berlaku normatif bagi orang percaya Perjanjian Baru bahwa penerimaan Roh Kudus atau pengurapan tidak ada hubungannya dengan penggunaan minyak.
Perjanjian Baru menggunakan beberapa istilah untuk pengurapan, yaitu :
(1) “Aleiphó”, yaitu kata yang umumnya dipakai untuk pengurapan tubuh dengan minyak. Merupakan bentuk dari kata kerja “elaió. Tujuannya adalah untuk membawa penyegaran bagi tubuh fisikal (Matius 6:17,18; Lukas 7:38; Yakobus 5:14). Penggunaan kata ini bersifat umum dan sekuler.
(2) “Murizo”, digunakan untuk pengurapan tubuh (mayat) yang akan dikuburkan dengan zat beraroma (Markus 14:8);
(3) “Chrio” dan kata bendanya “Chrisma”, yang berarti mengurapi atau pengurapan. Kata ini penggunaannnya terbatas hanya untuk pengurapan-pengurapan suci dan simbolik. Kata dipakai secara religius dan khusus untuk Kristus yang diurapi oleh Roh Kudus (“chrio”, Lukas 4:18; Kisah Para Rasul 4:27; 10:38; Ibrani 1:9), dan diurapinya orang-orang percaya oleh Allah (“chrio”, 2 Korintus 1:21; “chrisma”, 1 Yohanes 2:20,27).[5]
Tidak ada bukti dalam Perjanjian Baru, bahkan petunjuk pun tidak ada, bahwa penerimaan Roh Kudus atau pengurapan yang dihubungkan dengan menggunakan minyak urapan. Bahkan kita tidak mendapati kisah tentang Yesus yang diurapi dengan minyak urapan untuk pelayananNya, seperti dalam Perjanjian Lama. Justru kita mendapati bahwa dalam peristiwa pembaptisan air oleh Yohanes, Yesus diurapi oleh Roh Kudus, dan sejak saat itu Ia selalu berada “dalam kuasa Roh” atau pengurapan (Kisah Para Rasul 10:38; Bandingan Matius 3:16;4:1; Lukas 4:1).
Charles F. Beker mengatakan, “Minyak urapan dalam Perjanjian Lama adalah lambang dari Roh Kudus. Yesus bukan diurapi dengan minyak, yakni lambangnya, tetapi dengan Roh Kudus, kenyataannya. Dengan demikian pengurapan dengan Roh Kudus tersebut menjadi dasar untuk memahami ajaran tentang pengurapan ketika ajaran itu diaplikasikan kepada orang-orang percaya”.[6]
Juga tidak ada catatan Alkitab bahwa Yesus pernah menggunakan minyak urapan untuk mengurapi para muridNya. Demikian Para Rasul tidak menggunakan minyak urapan untuk mengurapi orang-orang percaya agar menerima Roh Kudus. Paulus dalam 2 Korintus 1:21 dan Yohanes dalam 1 Yohanes 2:20,27 ketika membicarakan tentang pengurapan menyatakan bahwa Roh Kudus yang diberikan dalam diri orang percaya itulah yang disebut pengurapan.
EKSPOSISI DAN ANALISIS TEOLOGIS TERHADAP YAKOBUS 5:14
Salah satu ayat yang paling sering disalah tafsirkan untuk mengajarkan penggunaan minyak urapan dalam Perjanjian Baru adalahYakobus 5:14. Karena itu perlu bagi kita untuk memahami ayat ini dan konteks penggunaannya. Yakobus mengatakan demikian, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta 'mengolesnya' dengan 'minyak' dalam nama Tuhan” (Yakobus 5:14). Berikut ini penjelasan-penjelasan saya mengenai ayat ini :
(1) Memanggil para penatua untuk mendoakan orang sakit yang disertai pengolesan dengan minyak adalah ajaran Alkitabiah. Kata “sakit” dalam ayat ini adalah “asthenei” yang berarti “menderita sakit”. Dengan demikian kemungkinannya adalah seorang yang sakit parah (menderita) hingga sulit bangun atau beraktivitas.
(2) Dalam keadaan menderita sakit inilah, Yakobus menganjurkan agar memanggil para penatua. Kata “para penatua jemaat” adalah “tous presbuterous tês ekklêsias” yang berarti “penatua-penatua dari jemaat”, yaitu orang-orang yang lebih tua yang diberi otoritas atau memiliki otoritas untuk memimpin jemaat dan juga memiliki otoritas untuk mengajar di jemaat mula-mula.
(3) Yang dilakukan para penatua terhadap orang sakit tersebut adalah mendoakannya sambil mengolesnya dengan minyak. Jadi penekanan dalam ayat ini adalah mendoakan memanggil para penatua untuk mendoakan. Frase “baiklah ia memanggil” adalah “proskalesasthô” yang lebih tepat diterjemahakan “hendaklah ia memanggil”.
Sedangkan frase “supaya mereka mendoakan dia” adalah “proseuxasthôsan ep auton” yang lebih tepat diterjemahkan “hendaklah mereka mendoakannya”. Frase “serta mengolesnya dengan minyak” adalah “aleipsantes auton elaiô” yang lebih tepat diterjemahkan dengan “sambil mengoleskan dia dengan minyak”.
Dengan demikian penekanan dalam ayat ini jelas adalah doa, yaitu doa “yang lahir dari iman”, bukan pada minyak yang dioleskan. Karena itu tepat untuk mengatakan bahwa tema utama dari ayat Yakobus di atas bukanlah kuasa pengolesan minyak melainkan kuasa doa. Jadi bukan minyak yang menyembuhkan melalui unsur obat-obatan, tetapi “doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu”.
(4) Kata “mengoleskan” adalah “aleipsantes”, yang telah diterjemahkan dengan benar dalam AITB dengan “mengoles”. Kata tersebut berasal dari kata “aleiphó” yaitu kata yang umumnya dipakai untuk pengurapan tubuh dengan minyak. Merupakan bentuk dari kata kerja “elaió. Tujuannya adalah untuk membawa penyegaran bagi tubuh fisikal (Matius 6:17,18; Lukas 7:38).
Padanan kata “aleiphó” ini dalam Perjanjian Lama adalah "syemen" menunjuk kepada minyak zaitun biasa yang digunakan untuk mengurapi dalam pengertian umum.
Perhatikan bahwa disini Yakobus tidak menggunakan kata “chrio” dan kata bendanya “chrisma”, yang berarti mengurapi atau pengurapan. Karena kata ini penggunaannnya terbatas hanya untuk pengurapan-pengurapan suci dan simbolik.
Dalam Perjanjian Baru, kata “chrisma”, dipakai secara religius dan khusus untuk Kristus yang diurapi oleh Roh Kudus (“chrio”, Lukas 4:18; Kisah Para Rasul 4:27; 10:38; Ibrani 1:9), dan diurapinya orang-orang percaya oleh Allah (“chrio”, 2 Korintus 1:21; “chrisma”, 1 Yohanes 2:20,27).[7] Dengan demikian kata “mengoleskan” disini tidak sama dengan pengurapan “chrisma”, dalam pengertian khusus.
(5) Kata “minyak” dalam ayat tersebut adalah “elaiôn”. Mengacu pada minyak biasa yang pada umumnya menunjuk kepada minyak zaitun. Istilah “elaiôn” (Yunani) sepadan dengan "syemen" (Ibrani).
Kita tahu, bahwa di zaman kuno orang menggunakan minyak zaitun untuk mengoles minyak atau memijit tubuh dengan minyak merupakan praktik medis yang lazim. Misalnya dalam perumpamaan orang Samaria yang baik, orang Samaria itu dikatakan mengoleskan minyak dan anggur pada luka orang Yahudi yang dirampok itu (Lukas 10:33-34).[8] Dengan demikian minyak disini tidak sama dengan minyak urapan “elaiou tou khrismatos” atau “syemen hamisykhah” yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk hal tertentu dan khusus.
PENUTUP
Jika pertanyaannya demikian, “Apakah Perjanjian Baru mengajarkan orang Kristen (gereja) untuk menggunakan minyak urapan?” maka jawabannnya jelas “tidak ada sama sekali!” Namun jika pertanyaannya adalah “Apakah Perjanjian Baru menganjurkan pemakaian (pengolesan) minyak untuk orang sakit?” maka jawabannya adalah “ya ada dianjurkan!”
Penelitian yang cermat terhadap teks-teks Kitab Suci membuktikan bahwa yang benar adalah minyak urapan yang dibuat dari bahan tertentu yang sudah ditetapkan dan diolah secara cermat sesuai keluaran 30:22-25. Dan pemakaian minyak urapan dalam Perjanjian Lama hanya di dikhususkan bagi Israel untuk pengurapan di tabernakel dan perabot-perabot dalam tata Ibadat tabernakel, serta untuk mengurapi jabatan Imam bagi orang lewi (Keluaran 30:26-31). Dengan demikian, pemakaiannya dibatasi dan tidak boleh sembarangan selain dari yang sudah ditentukan (Keluaran 30).
Selanjutnya, pemakaian “minyak urapan” tersebut khusus untuk orang Israel yang diwariskan turun temurun sesuai dengan Perintah Tuhan kepada Musa dalam Keluaran 30:31, “Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara kamu turun-temurun”.
Pembuatan dan penggunaan minyak urapan yang tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan dianggap sebagai kriminalitas (kejahatan) di mata Tuhan dan harus dilenyapkan dari antara orang Israel, sebagaimana yang diperintahkanNya melalui Musa demikian, “Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya." (Keluaran 30:32-33).
Jadi, karena minyak urapan itu khusus dan pemakaiannya juga khusus bagi Israel, maka untuk orang Kristen memaksakan pemakaian yang demikian jelas keliru dan melanggar langsung perintah Tuhan dalam Keluaran 30. Kristen hanya boleh memakai apa yang disebut dengan “minyak” tanpa embel2 urapan dibelakangnya.
Dengan demikian memakai terminologi “minyak urapan” untuk minyak biasa seperti minyak dengan bahan zaitun, narwastu, sawit, herbal, dan lain-lain tentu saja salah karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab tentang minyak urapan yang sebenarnya (Keluaran 30:22-25). Apa yang dipakai oleh orang-orang Kristen saat ini dalam pelayanan adalah minyak biasa (seperti minyak zaitun dan lain sebagainya) dianjurkan oleh Alkitab penggunaannya untuk penyegaran tubuh dan kesehatan, mengoleskan pada orang sakit, dan pengurapan pada tubuh orang mati yang akan dikuburkan.
REFERENSI: MINYAK URAPAN: APAKAH, PERLUKAH DAN EKSPOSISI YAKOBUS 5:14
Ang, Paul., 2013. Princeless Anointing. Terjemahan, Penerbit Andi : Yogyakarta.
Arrington, French L., 2004. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Terjemahan, diterbitkan oleh Departmen Media BPS Gereja Bethel Indonesia : Jakarta.
Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.
Conner J. Kevin., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Enns, Paul., 2000. Approaching God. Jilid 2 Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Fances, Eddy., 2005. Murid Kristus. Penerbit Yayasan Sinar Nusantara : Jakarta.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988. New Dictionary Of Theology. Jilid 1, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta.
Maldonado, Guillermo., 2012. Bagaimana Berjalan di Dalam Kuasa Supernatural Tuhan. Terjemahan, Penerbit Light Publising: Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Peter, George W., 2006. A Biblical Theology of Missions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ryken, Leland, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, editor., 2002. Kamus Gambaran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Towns., Elmer L., 2009. Th Names of the Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi : Yogyakarta.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.MINYAK URAPAN: APAKAH, PERLUKAH DAN EKSPOSISI YAKOBUS 5:14.
https://teologiareformed.blogspot.com/