ROH KUDUS DAN PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK
Pdt.Samuel T Gunawan, M.Th.
ROH KUDUS DAN PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK. Ketika kita mulai merenungkan pribadi, karya dan peran Roh Kudus, maka cepat atau lambat kita akan menyadari bahwa dalam banyak bagian gereja, yang menyedihkan ialah bahwa Roh Kudus lebih banyak diperdebatkan ketimbang kehadiranNya yang sangat dicari dan dihargai sebagai penyediaan Allah akan diriNya sendiri yang berkelanjutan.
Roh Kudus lebih sering menjadi doktrin yang kotroversial ketimbang menjadi penghiburan, kekuatan, dan sumber kehidupan yang mengubahkan. Berbagai tradisi teologis telah memahami hubungan diantara umat Kristen individual dengan Roh Kudus melalui berbagai cara. Sebagian kelompok memandang penerimaan Roh itu terjadi sekaligus ketika seseorang menjadi percaya.
Sementara kelompok yang lain memandang inisiasi ke dalam kehidupan interaktif dengan Roh Kudus sebagai suatu kejadian kedua setelah menjadi percaya. Kelompok yang disebutkan pertama diwakili oleh Protestan dan Injili pada umumnya, sedangkan termasuk kelompok yang disebutkan belakang adalah kelompok Pentakostal yang percaya bahwa tanda awal penerimaan Roh adalah karunia berbahasa Roh.
Pada pasal ini, tema penting pneumatologis yang akan dibahas, yaitu: Roh Kudus menurut perspektif Kharismatik Normatif, baptisan Roh Kudus, kepenuhan Roh Kudus, dan karunia-karunia Roh Kudus. Secara khusus, tema tentang baptisan dan kepenuhan Roh Kudus ini penting dibahas karena telah terjadi ketidakjelasan dan kebingungan. Tidak hanya dikalangan kaum awam tetapi juga diantara para teolog.
Untuk alasan itu, saya berharap apa yang saya bagikan dalam buku ini bermanfaat dalam menjelaskan pokok ini, memberi pengertian, dan menambah wawasan kita bersama. Bagian ini adalah sumbangsih pemikiran saya, merupakan hasil dari pembelajaran, penelitian, dan pengalaman. Saya memposisikan diri sebagai seorang Protestan Kharismatik, yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga pendeta dengan latar belakang Pentakostal. Saya berharap dengan latar belakang beragam ini memberi warna tersendiri dalam menjelaskan ajaran baptisan dan kepenuhan Roh Kudus ini.
PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK
Saya mengamati, bahwa prinsip pemersatu dari gerakan Kharismatik adalah Pneumatologis, karena penekanannya akan karya-karya dan karunia-karunia Roh Kudus! Darimanakah kesimpulan ini didapat? Sebagaimana yang kita ketahui, berbagai aliran dan denominasi yang ada saat ini terbentuk berdasarkan kesamaan doktrin yang menjadi karakteristiknya.
Beberapa denominasi yang lebih lama terbentuk pada saat mereka memisahkan diri karena masalah-masalah doktrinal. Beberapa denominasi yang lain dibangun di atas iman pada doktrin yang baru.[1] Denominasi-denominasi yang lama dikaitkan dengan doktrin-doktrin Calvinis, Arminian, Covenantal, Dispensasional, Wesleyan, dan Pentakostal.
Kharismatik sebagai suatu gerakan yang telah terformulasi dan tersistem secara doktrinal pada umumnya kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan ortodoksi dan Injili konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya.
Tetapi, ada ciri-ciri Kharismatik yang membedakannya dari gerakan-gerakan lainnya, yaitu penekanannya yang khusus terhadap hal-hal seperti : (1) Karunia-karunia rohani; (2) Pujian dan penyembahan yang selebratif dan ekspresif; (3) keyakinan akan manfaat doa, syafaat dan doa konser; (4) Penekanan pada penginjilan dan misi; (5) Keyakinan bahwa Allah masih berbicara hari ini; dan (6) Keyakinan akan kuasa rohani. Tentu saja selain enam karakteristik tersebut, ada lagi ciri-ciri lainnya, tetapi dalam pengamatan saya enam hal ini secara umum merupakan representatif dari ajaran dan praktik Kharismatik. Semua aktivitas tersebut dikaitkan dengan karya, pelayanan, dan karunia-karunia Roh Kudus.
Gerakan Kharismatik, saat ini telah dianut oleh beragam denominasi, seperti: Kharismatik dengan latar belakang Pentakostal, Katolik, Protestan (Presbyterian dan Reformed), Injili dan lain sebagainya. Anthony A. Hoekema menulis, “Dalam dua dekade terakhir ini telah terjadi kebangkitan kembali dalam pelayanan penyembuhan di Amerika Serikat dan di Eropa.
Tidak hanya di gereja-gereja Pentakosta dan kelompok-kelompok Kharismatik, tetapi gereja-gereja Anglikan, Episkopal, Lutheran, Presbyterian, dan reformed juga telah mulai melakukan pelayanan penyembuhan diakhir kebaktian umum”.[2]
Walaupun Kharismatik adalah suatu gerakan, tetapi saat ini secara umum Kharismatik dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu: (1) Kharismatik independen, yaitu persekutuan Kharismatik yang bersifat oikumenikal tetapi tidak berada dibawah suatu denominasi tertentu; (2) Kharismatik beradaptasi, yaitu para penganut Kharismatik yang memilih tetap berada dalam denominasi-denominasi gereja tradisional dan keberadaannya diakui oleh denominasi-denominasi itu; (3) Kharismatik denominasional, yaitu Kharismatik yang memilih untuk membentuk wadah atau organisasi tersendiri yang berbeda dari denominasi-deniminasi lainnya.[3]
Tentu saja latar belakang denominasi yang berbeda ini dalam hal-hal tertentu menyebabkan ketidaksepakatan diantara para penganut Kharismatik, misalnya: tentang baptisan air.
Penganut Kharismatik dari kalangan Pentakostal dan Baptis akan tetap menerapkan baptisan selam, sedangkan penganut Kharismatik dari latar belakang Protestan, Calvinik, Lutheran tetap menerapkan baptisan percik, beda lagi dengan penganut Kharismatik Katolik. Contoh lainnya: tentang Kedatangan Kristus para penganut Kharismatik juga tidak sepakat mengenai millenialisme dan tribulasi.
Sekali lagi, hal ini dipengaruhi latar belakang denominasi dan pandangan teologi yang dianut. Begitu juga pemahaman tentang baptisan Roh Kudus.
Sementara penganut Kharismatik dari kalangan Protestan dan Injili memandang penerimaan (baptisan) Roh itu terjadi sekaligus ketika seseorang menjadi percaya dan tidak harus ditandai dengan karunia bahasa Roh, maka penganut Kharismatik dari Kalangan Pentakostal memandang inisiasi ke dalam kehidupan interaktif dengan Roh Kudus sebagai suatu kejadian kedua setelah menjadi percaya, dan bahwa tanda awal penerimaan Roh adalah karunia berbahasa Roh.
Menyadari hal ini, Todd Hunter berupaya memberikan solusi berikut, “kalau kita mengambil posisi bahwa seseorang yang menjadi percaya menerima Roh Kudus pada waktu ia menjadi percaya, penerimaan Roh Kudus lebih baik dipandang sebagai mengaktualisasi apa yang sudah dimiliki. Kalau penerimaan Roh Kudus dipandang sebagai hal yang kemudian, hal itu merupakan suatu pengalaman baru. Yang manapun kasusnya, cara untuk menerima Roh hanyalah meminta dengan iman; tulus ingin dibimbing, dan diberdayakan oleh Roh kudus”.[4]
Tetapi yang unik ialah, walaupun berbeda dalam pandangan teologi tertentu, yang mana menurut saya tidaklah esensial, bahwa dalam keragaman perbedaan tersebut para penganut Kharismatik bisa bersatu tentang pekerjaan dan karunia-karunia Roh Kudus. Mereka yakin bahwa karunia-karunia Roh menurut Roma 12, 1 Korintus 12, dan Efesus 4, masih berlaku bagi kita sekarang ini. Karena itulah, tidak berlebihan jika saya menyebutkan bahwa prinsip pemersatu dalam gerakan Kharismatik itu bersifat Pneumatologis.
ROH KUDUS DALAM PERSEKTIF KHARISMATIK
Perbedaan doktrin Roh Kudus penganut Kharismatik dari non Kharismatik terutama berhubungan dengan keyakinan bahwa karunia-karunia ajaib dari Roh Kudus masih terus berfungsi dengan kadar yang sama dengan saat gereja baru saja berkembang.
Para penganut Kharismatik percaya bahwa karunia-karunia rohani atau Charismata seperti yang disebutkan dalam Roma 1:11; 5:15, 16; 6:23; 11:29; 12:6; 1 Korintus 1:7; 7:7; 12:4, 9, 28, 30, 31; 2 Korintus 1:11; 1 Timotius 4:14; 1 Timotius 1:6; 1 Petrus 4:10, bukan hanya berlaku bagi gereja masa lalu tetapi juga untuk gereja masa kini. Karunia-karunia rohani harus menjadi bagian dari Gereja hingga Kristus datang kembali. Pengakuan akan kontinuitas dari eksistensi Charismata ini telah dianggap sebagai ciri utama Kharismatik.
Tetapi, pada umumnya doktrin Roh Kudus yang diakui oleh Kharismatik kompatibel (selaras) dengan ajaran dan keyakinan Protestan Ortodoksi dan Injili Konservatif, serta gereja-gereja arus utama lainnya. Para penganut Kharismatik percaya akan keilahian dan kepribadian Roh Kudus (Kisah Rasul 5:3-4). Roh Kudus melahirkan kembali orang-orang berdosa (Titus 3:5) dan mendiami orang-orang percaya (Roma 8:9).
Melalui Roh Kudus, Kristus membaptiskan semua orang percaya sebagai anggota-anggota tubuh-Nya (1 Korintus 12:12-14). Melalui Roh Kudus, Allah Bapa memeteraikan jaminan keselamatan orang-orang percaya pada hari penyelamatan (Efesus 1:13-14). Roh Kudus adalah Pengajar Ilahi yang menerangi hati dan pikiran orang-orang percaya saat mereka mempelajari Firman Allah (1 Korintus 2:9-12). Para penganut Kharismatik percaya bahwa Roh Kudus berdaulat penuh dalam membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11).
1. Secara Doktrinal, Penganut Kharismatik Percaya Roh Kudus adalah Allah.
Sebagaimana semua orang Protestan konservatif yakin bahwa Roh Kudus adalah Allah, demikian juga penganut Kharismatik percaya keilahian Roh Kudus. Keilahian Roh Kudus ditunjukkan melalui sifat-sifat yang dimilikiNya yang hanya dimiliki Allah sendiri seperti: Ia kekal (Ibrani 9:14); Dia mengilhami para penulis Kitab Suci (2 Petrus 1:21); Dia terlibat dalam penciptaan dunia (Kejadian 1:2); Ia Mahahadir (Mazmur 139:7-10); Ia sanggup berada dimana-mana pada satu ketika, di saat yang sama; Ia Mahatahu (1 Korintus 2:10,11); Ia mengetahui segala sesuatu; Ia Mahakuasa (Lukas 1:35). Ia memiliki kuasa untuk melakukan segala sesuatu; Ia dihubungkan dengan Bapa dan Anak dengan status yang sama (Matius 28:19).
2. Penganut Kharismatik Percaya Bahwa Roh Kudus adalah Pribadi Berdaulat.
Keyakinan teologis bahwa Roh Kudus itu adalah Allah sangat penting, tetapi pengenalan terhadap Roh Kudus tidak boleh berhenti hanya sampai disitu. Roh Kudus adalah Allah, sebagai Pribadi ketiga dari Trinitas, Ia setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak.
Karena itu sesungguhnya bagi Dia pun selayaknya diberikan penghormatan, penghargaan dan kemuliaan yang sama. Kita tidak seharusnya memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang lebih rendah. Semua orang percaya perlu mengenal Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat.
Secara praktis, banyak orang Kristen beranggapan bahwa Roh Kudus itu hanyalah kekuatan tak berwujud atau suatu pengaruh dan bukan suatu pribadi. Mereka memerlukan Roh Kudus sepertinya Roh Kudus itu hanya semacam kekuatan listrik atau bentuk kekuatan yang lain, sehingga mereka dapat mematikan dan menyalakannya sesuka mereka.
Konsep ini salah sama sekali. Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi. Ia adalah Satu Pribadi yang memiliki otoritas (wibawa) dan kuasa yang besar, tapi Ia sendiri jauh lebih besar dari kekuatan yang dimilikiNya. Ia jelas layak menerima penghargaan dan hormat yang diberikan pada Allah Yang Mahakuasa.
Perhatikan tiga bukti yang Alkitab katakan tentang Roh Kudus sebagai Pribadi:
(1) Roh Kudus disebut dengan memakai kata ganti orang dalam bentuk maskulin (Yohanes 14:17; 15:26; 16:13, 14).
(2) Roh Kudus memiliki kualitas sifat-sifat dasar suatu pribadi seperti: intelektualitas yaitu kemampuan untuk berpikir dan mencari alasan (Roma 8:5); kepekaan yaitu kemampuan untuk merasa (Efesus 4:30); dan kehendak yaitu kemampuan untuk memilih dan memutuskan.
(3) Pernyataan-pernyataan dari kepribadianNya. Suatu kuasa atau pengaruh, tak sanggup untuk merasakan hal-hal yang Roh Kudus dapat rasakan. Contohnya, kita diperingatkan untuk tidak "mendukacitakan" Roh Kudus (Efesus 4:30). Ananias dan Safira "mendustai Roh Kudus" (Kisah Para Rasul 5: 3,4).
Suatu kuasa atau kekuatan tidak dapat didukacitakan. Anda tidak dapat mendukacitakan atau menyakiti kekuatan daya listrik misalnya, hal itu tidak mempengaruhi jika menipu ataupun mencobainya. Suatu wujud kuasa atau kekuatan bukan merupakan satu pribadi yang dapat merasakan hal-hal seperti itu. Tetapi seseorang atau satu pribadi dapat didukacitakan, disakiti, didustai dan dicobai.
Perhatikanlah pernyataan-pernyataan tentang kepribadian Roh Kudus di bawah ini: Ia merasa (Efesus 4:30), Ia menghibur (Kisah Para Rasul 9:31), Ia berpikir (Roma 8:5), Ia berbicara (Kisah Para Rasul 13:2), Ia berdoa (Roma 8:26), Ia mengajar (Yohanes 14:26), Ia mengerjakan seperti yang dikehendakiNya (1 Korintus 12:11), Ia melarang (Kisah Para Rasul 16:6), Ia melakukan mujizat-mujizat (Kisah Para Rasul 19:6).
3. Penganut Kharismatik Percaya Bahwa Roh Kudus Masih Aktif dan Berkarya dalam Gerejanya dan Kehidupan Orang Percaya Masa Kini.
Kita seharusnya mengenal Roh Kudus dan karya-karyaNya masa kini sebagaimana kita mengenal kedua Pribadi Allah yang lain yaitu Bapa dan Anak (Kisah Para Rasul 5:3,4). Sebagaimana karya Kristus sangat penting dalam keselamatan dan gereja, demikian juga karya Roh Kudus. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus berhenti seiring dengan meninggalnya para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis.
Roh Kudus masih aktif dan berkarya dalam gerejaNya dan kehidupan orang percaya.[5] Ayat-ayat yang memuat daftar karunia-karunia (charismata) yang Tuhan berikan kepada Gereja terdapat dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11.
Menurut penganut Kharismatik, setiap orang percaya memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan hingga kini karunia-karunia itu masih eksis di dalam dan melalui gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir sebagaimana yang diyakini oleh para penganut Sessasionisme yang mengajarkan bahwa “charismata” atau karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 hanya berlaku pada zaman rasul-rasul saja.
Pendapat yang mengajarkan berhentinya karunia-karunia Roh setelah masa para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis jelaslah tidak didasarkan pada eksegese yang memadai terhadap teks-teks Alkitab, tetapi lebih merupakan asumsi pribadi dan reaksi terhadap orang-orang yang membela adanya pengalaman religius mengenai karunia-karunia yang istimewa.[6]
4. Penganut Kharismatik Normatif Mementingkan Keseimbangan Pengetahuan Akan Roh Kudus Secara Doktrinal dan Pengenalan Roh Kudus Secara Pribadi
Para penganut Kharismatik menyadari bahwa pengetahuan doktrinal tentang Roh Kudus tidak secara otomatis menjadikan seseorang mengenal Roh Kudus secara pribadi. Disinilah kebutuhan akan kehadiran dan kuasa Roh Kudus dialami secara pribadi menjadi jelas. Mereka ingin mengenal Roh Kudus dan mengalami kuasaNya. Iman Kristen bukan hanya sekedar untuk dibicarakan, tetapi harus dipraktikkan. Sekedar persetujuan mental terhadap doktrinal Roh Kudus tidaklah pernah memadai bagi kehidupan Kristen yang maksimal.
A.W Tozer mengatakan, “Kita tidak berani menyimpulkan bahwa hanya karena kita mempelajari maka kita benar-benar mengenalNya. Pengenalan akan Roh Kudus hanya terjadi melalui perjumpaan pribadi dengan Roh Kudus itu sendiri”.[7] Para penganut Kharismatik saat ini telah mengutamakan menjaga keseimbangan pengetahuan akan Roh Kudus baik secara doktrinal maupun pengenalan akan Roh Kudus secara praktis dalam suatu pengalaman rohani yang dinamis.
Mereka menyadari bahwa pengalaman tentang Roh Kudus harus dibedakan, yaitu kebenaran objektif mengenai Roh Kudus dan pandangan manusia secara subjektif yang serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. Pengalaman bersama Roh Kudus itu sangat diperlukan dengan demikian kita mengetahui bahwa sesuatu itu benar-benar nyata karena kita merasakan kehadiranNya, mengalami dan menyaksikan kuasaNya serta melihat bagaimana ia menjamah hidup kita dan orang lain.
Tozer menyimpulkan, “pengetahuan yang didapat dari pengenalan secara pribadi selalu lebih baik dari pengetahuan yang didapat dari deskripsi”.[8] Tetapi untuk menguji pengalaman subjektif ini diperlukan norma yang lebih tinggi daripada pengalaman itu sendiri. Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah. Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan.
BAPTISAN ROH SEBAGAI PELAYANAN ROH KUDUS
Baptisan Roh Kudus adalah satu dari banyaknya pelayanan Roh Kudus. Pelayanan Roh Kudus masa kini dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk hubungan, yaitu: Pelayanan Roh Kudus dalam hubungan dengan gereja, dengan orang percaya, dan dengan orang-orang yang belum percaya.
1. Pelayanan Roh Kudus dalam hubungannya dengan Gereja
Pelayanan Roh Kudus dalam hubungannya dengan Gereja, antara lain: memberi kuasa untuk bersaksi dan memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 1:8); memberikan pertumbuhan kepada gereja (Kisah Para Rasul 2:14-47), Memberikan kuasa kesembuhan dan mujizat (Kisah Para Rasul 3:1-10); memberikan karunia dan jawatan pelayanan kepada gereja (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31; Efesus 4:11), memberi kuasa kesatuan kepada gereja (Kolose 3:14), mempersiapkan gereja sebagai mempelai Kristus (2 Korintus 11:2; Efesus 5:22-23).
2. Pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya
Pelayanan Roh Kudus ini dapat dilihat dalam kaitannya dengan keselamatan dan kehidupan pribadi.
(1) Karya Roh Kudus ketika menyelamatkan antara lain: Roh Kudus membaharui dengan cara melahirbarukan (Yohanes 3:3-8; 6:63; Titus 3:5); Roh Kudus membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Matius 3:11; 1 Korintus 12:13); Roh Kudus berdiam dalam orang percaya (Yohanes 14:17); Roh Kudus memeteraikan orang percaya (Efesus 1:13,14; 4:30).
(2) Setelah diselamatkan Roh Kudus melanjutkan pelayanan yang aktif di dalam kehidupan orang percaya antara lain: Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; 6:3; 11:24; Efesus 5:18); Roh Kudus membimbing orang percaya (Galatia 5:16,25); Roh Kudus memberi kuasa dalam kehidupan orang percaya (Kisah Para Rasul 1:8; Roma 8:13; Galatia 5:17); Roh Kudus memberikan buah-buah Roh Kudus (Galatia 5:22,23; Efesus 5:9; Filipi 1:11); Roh Kudus mengajar orang percaya (Yohanes 14:26; 16:13; 1 Yohanes 2:20,27).
3. Pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan orang yang belum menerima Kristus
Roh kudus telah datang untuk menginsyafkan orang-orang yang tidak percaya / belum menerima kristus akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yohanes 17:7-11). Roh Kudus menempelak orang-orang yang tidak percaya akan dosa-dosa mereka.
PERBEDAAN BAPTISAN ROH DARI KEPENUHAN ROH DAN BAPTISAN AIR
Baptisan dan kepenuhan Roh Kudus adalah dua hal berbeda. Keduanya penting untuk dimengerti. Sejauh apa pentingnya baptisan Roh itu, Paul Enns menyatakan “Satu berkat penting adalah persatuan kita dengan satu sama lain. Sebagian besar kita merasakan ini dalam persekutuan gereja. Kita berinteraksi dengan umat percaya yang lain yang mungkin berasal dari strata ekonomi, warna kulit, nasionalitas atau kelamin yang berbeda, tetapi kita semua satu dalam Kristus.
Secara fisik kita mungkin memiliki perbedaan besar, tetapi secara rohani kita sama. Kita dipersatukan yang satu pada yang lain”.[9] Sedangkan saat membicarakan tentang pentingnya kepenuhan Roh Kudus, Paul Enns menghubungkannya dengan cara hidup yang menyenangkan Allah, kedewasaan spiritual dan pelayanan kita. Ia mengatakan: “Allah telah berbuat banyak sekali dengan memungkinkan kita dipenuhi Roh Kudus, dan dengan demikian membiarkan kita hidup untuk menyenangkan Dia.
Allah sudah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk kedewasaan spiritual kita dan pelayanan kita. Apakah anda menggunakan apa yang Allah telah sediakan untuk anda?” [10]
1. Baptisan Roh Kudus
“Baptisan Roh Kudus” adalah ungkapan yang paling sering diperbicangkan di abad ke 20 hingga kini dan telah dijadikan bahan diskusi, serta perdebatan yang cukup tajam dikalangan Kristen, terutama diantara Kristen Pentakostal dan Non Pentakostal. Perbedaan yang tajam ini berkaitan dengan pertanyaan “kapan baptisan Roh Kudus terjadi atau dialami oleh orang percaya?”
Sementara Kristen Non Pentakostal berpegang pada pandangan baptisan Roh Kudus adalah pengalaman yang sama dengan lahir baru (regenerasi), sebaliknya, Kristen Pentakostal berpendapat bahwa baptisan Roh Kudus merupakan pengalaman yang berbeda dari regenerasi, atau terjadi setelah regenerasi.[11] Pentakostalisme menyatakan bahwa setelah lahir baru (diselamatkan) orang percaya harus mengalami baptisan Roh kudus sebagai kelanjutan (subsequence) dari lahir baru.
Pentakostalisme membedakan antara pengalaman kelahiran baru dengan pengalaman baptisan Roh Kudus.[12] Kebingungan ini, tampaknya disebabkan ketidakmampuan dalam membedakan istilah “baptisan Roh” dari istilah “baptisan air” dan “kepenuhan Roh”. Alkitab mengajarkan bahwa baptisan Roh Kudus berbeda dari baptisan air dan kepenuhan Roh.
2. Kepenuhan Roh Kudus
“Kepenuhan Roh Kudus”, walaupun seringkali dikaitkan dengan baptisan Roh Kudus, tetapi merupakan topik yang tidak populer di kalangan Kristen. Padahal Alkitab memerintahkan orang percaya untuk senantiasa “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18).
Kata “penuh dengan Roh” dalam ayat ini adalah frase Yunani “plĂ©rousthe en pneumati” bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Bentuk kata kerja ini menunjukkan bahwa kita harus terus menerus dipenuhi dengan Roh.
Jadi kata ini menunjukkan kontinuitas, yaitu pemenuhan yang berkelanjutan dan bukan sementara.4 Fakta bahwa semua orang Kristen telah dibaptis dengan Roh Kudus tidak berarti mereka selalu berserah penuh kepada Roh Kudus; atau dengan kata lain, tidak semua orang Kristen yang telah dibaptis Roh Kudus itu, penuh dengan Roh Kudus.
Paul Enns mengatakan “Perintah untuk ‘dipenuhi’ itu adalah perintah yang tegas. Tidak seperti pelayanan lain Roh Kudus, memenuhi bukan saja bersyarat; pemenuhan itu diulangi. Pemenuhan dilakukan berulangkali: ’hendaklah kamu penuh Roh’ suatu kalimat yang berkonotasi pasif, dan hal tersebut menarik. Apa arti nada pasif ayat itu? Artinya ialah bahwa pemenuhan itu tidak dapat dilakukan kita sendiri, Allah harus melakukanNya. Dialah yang mengisi kita dengan RohNya”.5
3. Baptisan Air
Satu istilah yang seringkali rancu dengan istilah baptisan Roh adalah istilah “Baptisan air”. Beberapa orang telah menganggap baptisan air sebagai anugerah yang menyelamatkan atau syarat keselamatan. Sebaliknya Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17).
Baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan. Baptisan air adalah tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11); Tanda ketataan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19); Orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitanNya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6).
Karena itu, Charles C. Ryrie, mengingatkan untuk membedakan baptisan Roh Kudus dari baptisan air, dengan mengatakan “penekanan yang terlalu kuat pada baptisan air, terutama sekali dengan penyelaman, sering mengaburkan atau menghapuskan doktrin tentang baptisan Roh Kudus. Jikalau kedua kebenaran itu tidak dibedakan biasanya kebenaran tentang baptisan Roh Kudus dihilangkan, maka hal itu mudah sekali dianggap sebagai suatu cara lain untuk mengatakan tentang baptisan air”.6
4. Baptisan Roh Berbeda dari Kepenuhan Roh
Berikut ini perbedaan baptisan Roh Kudus dan Kepenuhan Roh Kudus:
(1) Baptisan Roh Kudus adalah suatu peristiwa historis, karena peristiwa tersebut tidak dapat dipisahkan dari kejadian historis pada hari Pentakosta, ketika Kristus membaptis gerejaNya dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:4). Sedangkan kepenuhan Roh Kudus adalah suatu pengalaman pribadi orang percaya yang perlu terus menerus diulang sampai akhir hidupnya.
(2) Baptisan Roh Kudus bagi semua orang percaya adalah sama, karena itu setiap orang percaya tidak dituntut untuk mencari baptisan Roh (1 Korintus 12:3). Sedangkan kepenuhan Roh Kudus berbeda dalam ukuran atau tingkat, karena itu setiap orang percaya dituntut untuk penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18).
(3) Baptisan Roh Kudus menyangkut status, yaitu penerimaan Roh Kudus pada waktu seseorang diselamatkan, bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus, dan lahir baru; sedangkan kepenuhan Roh Kudus menyangkut kerohanian seorang percaya.
(4) Selanjutnya, baptisan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman permulaan yang khusus, tidak diulang-ulang, dan bersifat permanen (ini sama dengan pemeteraian oleh Roh Kudus saat seseorang diselamatkan); sedangkan kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang harus terus menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar jangan sampai hilang atau padam. Namun jika hilang masih dapat ditemukan kembali, jika padam masih dapat dinyalakan lagi (Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:19).
5. Baptisan Roh Berbeda dari Baptisan Air
Perbedaan baptisan Roh dari baptisan air adalah sebagai berikut:
(1) Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman penerimaan Roh Kudus pada saat seseorang diselamatkan atau lahir baru, yaitu sesudah bertobat dan percaya kepada Yesus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Sedangkan baptisan air adalah tanda inisiasi bahwa telah bertobat dan menerima kelahiran baru (Matius 3:11);
(2) Baptisan Roh Kudus menempatkan orang percaya ke dalam tubuh Kristus yang tidak kelihatan, disebut keanggotaan gereja universal (1 Korintus 12:3); sedangkan baptisan air merupakan upacara (inisiasi) masuk kedalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal;
(3) Baptisan Roh Kudus menunjukkan karya pemeteraian “hidup baru” oleh Roh Kudus dan bersifat permanen (Efesus 1:13) sedangkan baptisan air adalah kesaksian bahwa orang tersebut telah dimeteraikan dan menerima hidup baru (Roma 6:3-6);
(4) Baptisan Roh Kudus tidak dilakukan berdasarkan pilihan dari manusia melainkan berdasarkan suatu keputusan sepihak dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus sendiri; sedangkan baptisan air dilakukan melibatkan keputusan dan pilihan manusia. Berdasarkan pengertian ini, maka baptisan air dilakukan setelah lahir baru (diselamatkan) yaitu setelah percaya dan bertobat (Kisah Para Rasul 2:4,33,37-41);
(5) Baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Kristus dan Roh Kudus sendiri; sedangkan baptisan air dilakukan oleh manusia. (bandingkan Matius 3:11).
BAPTISAN ROH KUDUS ADALAH PERISTIWA YANG TERJADI SATU KALI
Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus.[1] Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi murid-muridNya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5).[2]
Peristiwa “pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut indentik dengan “baptisan Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-muridNya. Petrus menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16). Peristiwa pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23). Berdasarkan penjelasan di atas ada empat hal yang perlu diperhatikan.
1. Baptisan Roh Kudus Pada Hari Pentakosta Terjadi Hanya Satu Kali dan Tidak Terulang Lagi
Untuk memahami arti baptisan Roh Kudus, kita dapat memperhatikan kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Kalimat dalam 1 Korintus 12:13 ini menggunakan bentuk aorist tense (past principle tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi.
Ini berarti bahwa baptisan Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem. Setiap orang percaya secara status telah dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus bersama-sama dengan orang-orang pilihan atau yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus di segala zaman, sejak hari Pentakosta itu. Roh Kudus telah mempersatukan orang percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus. Tetapi secara pribadi, baptisan Roh Kudus itu kita terima pada saat kita percaya kepada Kritus dan menerima Roh Kudus, pada saat regenerasi (kelahiran baru).
2. Tujuan dari Baptisan Roh Kudus Ini adalah Ditempatkannya Orang-Orang Percaya ke dalam Tubuh Kristus.
Dalam 1 Korintus 12:13 semua orang percaya disebutkan sebagai objek baptisan, Roh Kudus merupakan “unsur” yang ke dalam mana atau dengan (en) mana mereka dibaptiskan, dan tujuan baptisan adalah agar orang-orang percaya dapat membentuk satu tubuh (eis hen sõma). Subjek yang membaptis tidak disebutkan dalam ayat ini, tetapi bila dikaitkan dengan ayat-ayat lain dalam Perjanjian Baru maka subjek yang membaptis adalah Yesus Kristus (Bandingkan Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16; Yohanes 1:33).
Selanjutnya, frase “kita semua” ini menunjukkan bahwa baptisan Roh Kudus itu bukan merupakan pengalaman yang dirasakan oleh sebagian orang percaya saja dan sebagian yang lainnya tidak, sehingga harus mencarinya. Baptisan Roh Kudus juga bukan pengalaman yang terjadi sesudah pertobatan dan bergantung pada kondisi seseorang. Baptisan Roh Kudus dialami oleh semua orang yang telah percaya kepada Kristus.
Pada saat pertobatan, setiap orang yang telah percaya kepada Kristus menerima baptisan Roh Kudus. Melalui baptisan Roh Kudus itu mereka dipersatukan kepada kematian dan kebangkitan Kristus, sehingga menjadi bagian dari anggota tubuh Kristus.
3. Akibat dari baptisan Roh Kudus
(1) Menjadikan setiap orang percaya sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus (1 Korintus 12:13), yang saling memperlengkapi, saling membutuhkan, saling mendukung, saling merasakan, dan saling memperhatikan. Melalui kesatuan dalam Kristus itulah kita harus sama-sama merasakan sukacita dan penderitaan, karena kita semua adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12:14-27).
(2) Membuat setiap orang percaya dapat menerima karunia-karunia Roh, dimana setiap orang memiliki karunia yang berbeda (1 Korintus 12:7-11; Roma 12:4-9). Dalam 1 Korintus 12:13 mengatakan “...kita semua diberi minum dari satu Roh.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap karunia yang dimiliki oleh orang-orang percaya, meskipun berbeda-beda, semuanya berasal dari satu Roh yang sama, yaitu Roh Kudus.
(3) Memperlengkapi orang percaya dengan karunia-karuniaNya dan kuasa sehingga dapat bersaksi dan melayani Tuhan (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31). Kata Yunani untuk “karunia-karunia” adalah “charismata” bentuk tunggalnya “charis”. Karunia-karunia yang diberikan oleh Roh kudus kepada setiap orang percaya berbeda satu sama lain tetapi sama pentingnya. Tujuan dari karunia-karunia Roh adalah memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus.
Dengan demikian tidak satupun dari orang percaya yang tidak diberi karunia Roh. Berdasarkan pengertian ini dapat dikatakan bahwa “seluruh gereja Yesus Kristus adalah karismatik”.[3] Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak mungkin memiliki kuasa untuk bersaksi dan melayani. Itulah sebabnya sebelum murid-murid-Nya pergi bersaksi dan melayani, mereka diperintahkan untuk menunggu di Yerusalem, sampai mereka menerima baptisan Roh Kudus dan diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 24:47-49; Kisah Para Rasul 1:4-5,8).
(4) Mengakibatkan perubahan pola pikir atau cara pandang kita terhadap semua orang percaya. Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa baik orang Yahudi maupun Yunani, baik budak maupun orang merdeka, kalau mereka sudah percaya kepada Kristus, mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus (1 Korintus 12:13). Paulus mengingatkan hal ini supaya mereka, dalam mewujudkan kasih dan pelayanannya, melakukan tanpa memandang muka, suku, atau status sosial, yang dapat menimbulkan perpecahan di dalam jemaat (1 Kor. 12:25; bandingkan dengan Yakobus 2:1-4).
Kita satu di dalam tubuh Kristus, karena itu mereka yang mengaku sudah percaya kepada Kristus, tetapi masih memiliki sikap yang membeda-bedakan atau merendahkan sebagian orang percaya karena suku atau status sosial yang berbeda, belum betul-betul menerima pembaharuan yang sesungguhnya. Mereka belum mengerti makna satu tubuh di dalam Kristus.
(5) Mengakibatkan kita mampu menghasilkan buah Roh Kudus (Galatia 6:22-23). Buah Roh Kudus disini ditulis dalam bentuk tunggal yaitu kata Yunani “karpos”. Walaupun buah Roh itu satu (bentuknya), tetapi majemuk (sifatnya). Kesatuan dan banyak segi dari buah Roh ini mencerminkan integritas dan keharmonisan.[4] Dengan kata lain buah Roh Kudus hanya satu, tetapi memiliki sembilan rasa. Buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak ditambah dari luar. Ini adalah hasil kehidupan baru saat orang percaya dibaptis Roh Kudus.[5]
(6) Mengakibatkan kita memperoleh kepenuhan Roh Kudus. Kepenuhan Roh Kudus tidak dapat disamakan dengan baptisan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus hanya terjadi satu kali dan seterusnya, sedangkan kepenuhan Roh Kudus dapat terjadi berulang-ulang, bergantung pada tuntutan kehidupan yang suci dan benar dalam diri orang percaya itu.
Pada hari Pentakosta, baptisan dan kepenuhan Roh Kudus terjadi serentak. Jadi, kepenuhan Roh Kudus dalam Peristiwa Pentakosta adalah akibat dari Baptisan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:4; Bandingkan 10:25-46). Meskipun biasanya, kepenuhan Roh Kudus terjadi setelah baptisan Roh Kudus, tetapi keduanya bisa terjadi secara bersamaan seperti yang dialami para murid pada peristiwa Pentakosta tersebut diatas.
4. Relasi yang Baru dengan Tuhan
Setelah dibaptis Roh Kudus, orang percaya dibawa ke dalam suatu relasi yang baru dengan Tuhan, suatu relasi yang akrab dan dinamis. Akrab, karena “.. Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15); dinamis, karena Ia menyertai senantiasa, dan bekerja di dalam dan melalui orang percaya. Tuhan Yesus mengatakan “yaitu Roh Kebenaran... kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yohanes 14:17).
Karya Roh Kudus ini bersifat ganda yaitu “dari dalam” dan “dari luar”. Roh Kudus bekerja “dari dalam” pada saat Ia membaptis atau menganugerahkan keselamatan yang bersifat kekal, dan “dari luar” apabila ia memberikan kuasa atau karunia-karunia yang dapat hilang lagi jika tidak digunakan atau pun jika dipadamkan (bandingkan: 1 Korintus 14:1; 1 Tesalonika 5:19; 1 Timotius 4:14). Contoh kegiatan Roh Kudus yang “dari luar” ini ialah cara Ia bekerja pada masa Perjanjian Lama.
Kepada orang-orang tertentu dan untuk tugas-tugas khusus yang sementara. Sedangkan pada masa Perjanjian Baru sesudah hari Pentakosta, Roh Kudus tidak hanya bekerja “dari luar”, melainkan juga “dari dalam” melalui baptisan Roh, kelahiran kembali, dan pemeteraian oleh Roh (2 Korintus 1:22).
APAKAH BAPTISAN ROH KUDUS DIBUKTIKAN DENGAN BERBAHASA ROH
Pentakostalisme mengajarkan bahwa baptisan Roh Kudus atas orang percaya harus dibuktikan secara fisik dengan berbicara dalam bahasa lidah, sebagaimana yang terjadi pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2:4).[6] Bahasa asing dalam ayat itu menurut Pentakostalisme pada hakikatnya sama dengan karunia lidah dalam 1 Korintus 12:10,28, tetapi berbeda dalam penggunaannya.[7] Abraham Alex Tanusaputra, pendiri Gereja Bethany Indonesia mengatakan “Tanda awal (initial physical evidence) dari baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa Roh (speaking in tongue)”.[8]
Pada umumnya ada empat bagian ayat yang dipakai penganut Pentakostalisme sebagai dasar untuk menunjukkan bahasa lidah sebagai tanda atau bukti fisik baptisan Roh Kudus, yaitu: Peristiwa Pentakosta di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:4); Peristiwa di Samaria (Kisah Para Rasul 8:14-17); Peristiwa di rumah Kornelius di Kaisaria (Kisah Para Rasul 10:46); dan Peristiwa di Efesus (Kisah Para Rasul 19:6).
Pencetus “teori” bahasa roh sebagai bukti fisik baptisan Roh adalah Charles Fox Parham, rektor Sekolah Alkitab di Topeka, negara bagian Kansas.[9] Menyatakan bahwa bahasa lidah merupakan bukti fisik dari baptisan Roh kudus adalah sebuah kesimpulan yang sebenarnya tidak tepat. Berikut ini fakta-fakta yang menunjukkan bahwa bahasa lidah bukanlah bukti fisik baptisan Roh.
1. Dari empat peristiwa baptisan Roh dalam Kisah Para Rasul tersebut, ditemukan empat respon yang berbeda: (1) Pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem terjadi manifestasi bahasa asing (15 macam bahasa); (2) Pada peristiwa di Samaria tidak terjadi manifestasiapa-apa; (3) Pada peristiwa di rumah Kornelius terjadi manifestasi bahasa roh; dan (4) Pada peristiwa di Efesus terjadi manifestasi bahasa roh dan nubuat. Berdasarkan perbedaan respon tersebut tidaklah logis menyimpulkan bahwa bahasa lidah merupakan bukti fisik dari baptisan Roh kudus, dan memaksa kesimpulan demikian merupakan bentuk ketidak-konsistenan.
2. Dalam peristiwa baptisan Roh tersebut terjadi kepenuhan Roh Kudus yang mengakibatkan terjadinya manifestasi “bahasa asing” (Kisah Para Rasul 2:4), “bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kisah Para Rasul 10:44-46), “bahasa roh dan nubuat” (Kisah Para Rasul 19:6).
Sedangkan pada peristiwa di Samaria tidak ada manisfestasi apapun pada saat peristiwa baptisan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:14-19). Mengapa? Jawaban yang paling memuaskan dari semua yang pernah diusulkan ialah: karena pada peristiwa baptisan Roh di Samaria tersebut tidak terjadi kepenuhan Roh Kudus.
Jadi, kepenuhan Roh Kuduslah yang menyebabkan terjadinya manisfestasi “bahasa roh, nubuat, dan bahasa asing” dalam ketiga peristiwa baptisan Roh tersebut. Sedangkan di Samaria kepenuhan Roh Kudus tidak terjadi, hanya baptisan Roh Kudus. Karena itu saya setuju dengan Todd Hunter yang menyimpulkan sebagai berikut, “Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa ketika manusia dipenuhi dengan Roh, terjadilah berbagai perwujudan Roh”.[10]
3. Tidak ada ayat di bagian mana pun dalam Alkitab yang memerintahkan orang percaya untuk mencari baptisan Roh Kudus apalagi harus disertai bukti fisik bahasa lidah.[11] Sebaliknya, orang Kristen diperintahkan “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18).
Frase Yunani “plĂ©rousthe en pneumati” adalah bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Dalam pengertian ini, dipenuhi dengan Roh Kudus adalah suatu kegiatan yang harus terus-menerus dituntut atau dicari oleh orang-orang percaya. Disini Paulus tidak pernah memerintahkan orang-orang percaya untuk menuntut atau mencari baptisan Roh Kudus, melainkan Ia memerintahkan orang-orang percaya agar senantiasa menuntut dipenuhi dengan Roh Kudus.
Baptisan Roh Kudus adalah suatu peristiwa yang lampau yang terjadi hanya satu kali dan bersifat permanen; diterima pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan mengalami kelahiran baru (pertobatan). Sedangkan dipenuhi dengan Roh Kudus adalah sesuatu yang harus dialami secara terus-menerus. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang bergantung pada tuntutan kehidupan yang suci dan benar dalam diri orang percaya itu, yang memungkinkan mereka untuk terus mengalami kepenuhan Roh Kudus.
KEPENUHAN ROH KUDUS
Frase “baptisan Roh Kudus” hanya muncul dalam Perjanjian Baru, seperti dengan ungkapan “membaptis dengan, dalam atau oleh Roh Kudus” ditemukan sebanyak tujuh kali yaitu dalam Matius 3:11, Markus 1:8, Lukas 3:16; Yohanes 1:33; Kisah Para Rasul 1:5; 11:16; dan 1 Korintus 12:3.
Ketujuh pemakaian kata ini dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu menunjuk kepada:
(1) Nubuat-nubuat yang diucapkan Yohanes Pembaptis
(2) Peristiwa yang terjadi pada hari Pentakosta maupun sesudahnya sebagaimana disebutkan Kisah Para Rasul 1:5; 11:16.
(3) Penjelasan secara doktrinal sebagaimana yang disebutkan dalam 1 Korintus 1 Korintus 12:3.
Yohanes Pembaptis sebagaimana ditulis dalam Kitab Injil Matius 3:11, Markus 1:8, Lukas 3:16; Yohanes 1:33 memahami Kristus sebagai Sang Pembaptis dan Roh Kudus sebagai sesuatu yang diterima oleh orang percaya yang dibaptis.
Sementara itu, Lukas dalam Kitab Kisah Para Rasul 1:5; 11:16 dan Paulus dalam 1 Korintus 12:3 memahami Kristus sebagai Sang Pembaptis dan tubuh Kristus sebagai suatu bagian yang diterima orang percaya yang dibaptis. Baik Kristus maupun Roh Kudus adalah Sang Pembaptis, dan baik Roh Kudus maupun tubuh Kristus adalah suatu bagian yang diterima orang percaya.
Sementara ungkapan baptisan Roh Kudus hanya disebutkan tujuh kali, maka ungkapan “penuh Roh Kudus” atau “kepenuhan Roh Kudus” justru disebutkan lebih banyak, di dalam ayat-ayat berikut: Lukas 1:15,41,67; 4:1; Kisah Para Rasul 2:4; 4:8,31; 7:55; 9:17; 11:14; 13:9; Efesus 5:18. Berdasarkan catatan di Kitab Kisah Para Rasul tersebut kita menjumpai pengalaman-pengalaman kepenuhan Roh Kudus yang menakjubkan.
Ringkasnya, “setelah pengalaman penuh dengan Roh Kudus, timbulah berkat-berkat rohani, mujizat, dan urapan kuasa berupa tindakan-tindakan, situasi, dan pelayanan yang luar biasa dan mengherankan”.[12] Karena ungkapan kepenuhan Roh Kudus ini sangat penting maka perlu dibahas lebih lanjut.
Telah dijelaskan di atas, bahwa baptisan Roh Kudus adalah suatu peristiwa historis, karena peristiwa tersebut tidak dapat dipisahkan dari kejadian historis pada hari Pentakosta, ketika Kristus membaptis gerejaNya dengan Roh Kudus. Sedangkan kepenuhan Roh Kudus adalah suatu pengalaman pribadi orang percaya yang perlu terus menerus diulang sampai akhir hidupnya.
Baptisan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman “kelahiran kembali”, suatu permulaan yang khusus, tidak diulang-ulang, dan bersifat permanen; sedangkan kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang harus terus menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar jangan sampai hilang atau padam. Namun jika hilang masih dapat ditemukan kembali, jika padam masih dapat dinyalakan lagi (Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:19).
Dengan demikian, kepenuhan Roh Kudus adalah pengalaman selanjutnya (subsequence) setelah baptisan Roh Kudus.[13]
1. Kita Diperintahkan Untuk Penuh dengan Roh Kudus
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menyerukan, “hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Efesus 5:18). Kata “penuh dengan Roh” dalam ayat ini adalah kata Yunani “plĂ©rousthe en pneumati” yaitu bentuk kata kerja present, yang berarti kita harus terus menerus dipenuhi dengan Roh. Jadi kata ini menunjukkan pemenuhan yang berkelanjutan dan bukan sementara.
Disini Paulus tidak pernah memerintahkan orang-orang percaya untuk menuntut atau mencari baptisan Roh Kudus, melainkan Ia memerintahkan orang-orang percaya agar senantiasa menuntut dipenuhi dengan Roh Kudus. Maksud dari perintah ini ialah supaya setiap orang percaya membuka diri untuk dipenuhi dengan Roh Kudus sampai ia mengalami kepenuhan Roh.
2. Ungkapan yang lebih banyak lagi
Sementara ungkapan baptisan Roh Kudus hanya disebutkan tujuh kali (Matius 3:11, Markus 1:8, Lukas 3:16; Yohanes 1:33; Kisah Para Rasul 1:5; 11:16; dan 1 Korintus 12:3), maka ungkapan “penuh Roh Kudus” atau “kepenuhan Roh Kudus” justru disebutkan lebih banyak, di dalam ayat-ayat berikut: Lukas 1:15,41,67; 4:1; Kisah Para Rasul 2:4; 4:8,31; 7:55; 9:17; 11:14; 13:9; Efesus 5:18. Berdasarkan catatan di Kitab Kisah Para Rasul tersebut kita menjumpai pengalaman-pengalaman kepenuhan Roh Kudus yang menakjubkan.
Daftar berikut adalah contoh penggunaan kata “penuh dengan Roh Kudus” dalam Alkitab.
Kisah Para Rasul 2:4 Mengatakan “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus, dengan berani berkhotbah dihadapan Mahkamah Agama. “Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: "Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?" Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua” (Kisah Para Rasul 4:7-8).
Jemaat yang ketakutan, dan terancam penganiayaan, justru berkumpul dan berdoa, “..berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani” (Kisah Para Rasul 4:29-31).
Stefanus mengadakan pembelaan yang berani dihadapan Mahkamah Agama dan “Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah Para Rasul 7:54-56).
Tuhan Yesus mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan ke atas Saulus, “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 9:17).
Konfrontasi Paulus dengan Elimas, seorang tukang sihir yang “menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya. Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, dan berkata: ‘Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?” (Kisah Para Rasul 13:8-10).
Diluar Kitab Kisah Para Rasul kita menemukan satu keluarga yang penuh dengan Roh Kudus, yaitu Zakharia, Elisabet dan Yohanes: “Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat..” (Lukas 1:67); “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”(Lukas 1:41); “Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya (Lukas 1:15).
Yesus Kristus “penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun” (Lukas 4:1). Dalam setiap bagian ayat-ayat di atas dengan jalas mencantumkan kata-kata “penuh dengan Roh Kudus”.
Hal ini membuktikan bagaimana Roh Kudus mendominasi kehidupan rasul-rasul, murid-murid dan jemaat mula-mula. Kepenuhan Roh adalah sumber dari segala kuasa, mujizat, tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban yang membuat gereja mula-mula diberkati dan berpengaruh. Hal ini menegaskan kepada kita pentingnya kata-kata Rasul Paulus “hendaklan kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18).
3. Bagaimana Agar Kita Dipenuhi Roh Kudus
Bagaimana cara supaya orang percaya mengalami kepenuhan Roh Kudus seperti yang Paulus perintahkan? Menjadi penuh, menurut pemikiran yang logis ialah diisi sampai penuh. Namun Roh Kudus bukanlah zat, melainkan Allah Roh Kudus yang bekerja dalam hidup orang percaya.
(1) Untuk memperoleh kepenuhan Roh, pertama-tama kita perlu terbuka terhadap Pribadi Roh Kudus. Maksudnya, mempersilahkan Roh Kudus bekerja dengan leluasa dalam setiap segi kehidupan kita tanpa hambatan dari diri kita sendiri.
(2) Selain itu, kita harus mempunyai kerinduan yang besar untuk menjadi penuh dengan Roh Kudus. Apabila kita sungguh-sungguh terbuka dan ingin mengalami kepenuhan Roh, barulah Allah Roh Kudus mau menyatakan diri-Nya secara penuh. Ini berarti: Allah Roh Kudus akan bekerja dengan kekuatan penuh di dalam diri kita.
(3) Syarat-syarat bagi kepenuhan Roh. Pada umumnya diperlukan beberapa waktu (setelah baptisan Roh atau kelahiran baru) untuk mencapai kepenuhan Roh. Bisa juga bahwa seorang percaya tidak akan pernah mengalami kepenuhan Roh. Ini tergantung pada keadaan rohani orang yang bersangkutan; juga apakah ia sudah memenuhi persyaratannya bagi kepenuhan Roh atau belum. Setiap orang beriman semestinya ingin mematuhi perintah dalam Efesus 5:18, “Hendaklah kamu penuh dengan Roh”. Sebab ia sadar bahwa hidup dengan kepenuhan Roh merupakan kunci bagi keberhasilan kehidupan Kristen yang berkemenangan.
Namun, setiap orang percaya juga harus tahu bagaimana mencapai kepenuhan itu, sebagai berikut: sesudah bertobat dengan meninggalkan dosa-dosanya, dan hidup dalam kekudusan; mempunyai kerinduan yang mendalam untuk memuliakan Kristus, serta menyerahkan hidupnya secara mutlak kepada Allah; mempunyai iman yang teguh serta taat pada perintah Allah dan kehendak-Nya; mengabarkan Injil dengan giat dan bersemangat, serta selalu menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh; dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk boleh mengalami kepenuhan Roh.
(4) Setelah mengalami kepenuhan Roh, dari hasil Karya-Nya yang berlimpah itu, sebagian dari kuasa-Nya yaitu urapan-Nya, kemampuan-Nya yaitu karunia-karunia Roh, dan sifat-Nya yaitu buah Roh, akan melimpah ke atas kita. Limpahnya berkat Roh Kudus inilah yang akan mengerjakan hal-hal yang luar biasa sewaktu kita mengalami kepenuhan Roh.
Orang percaya akan dimampukan untuk menjadi serupa dengan Kristus. Jelaslah sekarang, bahwa untuk kepenuhan Roh, masalahnya bukanlah “bagaimana caranya agar kita diisi penuh dengan Roh Kudus?” melainkan: “bagaimana kita mempersiapkan diri kita semaksimal mungkin, sehingga Allah Roh Kudus berkenan bekerja secara penuh dalam hidup kita?”
SEBUAH EVALUASI: PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK
Todd Hunter menyebutkan dua alasan mengapa orang mengabaikan pribadi dan karya Roh Kudus: (1) sebagian orang takut jatuh ke dalam kelebihan sehubungan dengan Roh; dan (2) pandangan yang modern, ilmiah, material kurang mempunyai kapasitas untuk berinteraksi dengan kuasa pribadi yang tidak berwujud.
Pandangan empiris sulit memahami pribadi ilahi yang tidak bertubuh, tetapi merupakan kuasa yang hakiki ini. Dengan demikian, walau banyak orang Kristen tidak menyangkal eksistensi Roh Kudus, mereka sering menjauhi interaksi yang berarti denganNya.[14]
Alkitab menyingkapkan bahwa Roh Kudus berinteraksi secara pribadi dengan umat manusia. Sejak penciptaan (Kejadian 1:1-2; Mazmur 104:30) hingga ke langit dan bumi yang baru (Wahyu 22:17). Roh Kudus melengkapi berbagai pelaku Allah (Bilangan 11:16-17; Hakim-hakim 14:1-6; Mikha 3:8); Roh aktif dalam kelahiran Yesus (Lukas 1:35); Roh menjadi aktor yang dinamis dalam penebusan (Yohanes 3:3-5; Roma 15:16; 2 Tesalonika 2:13; Roh memungkinkan penulisan Kitab Suci (2 Timotius 3:14-17; 2 Petrus 1:19-21); Roh mengajar dan memimpin kepada seluruh kebenaran (Yohanes 16:8,13; 1 Yohanes 2:20) dan memberi kemampuan membedakan (1 Korintus 2:10-16; 1 Yohanes 4:1-6).
Roh memenuhi, memberdayakan, dan menghidupkan kehidupan Kristen (Yohanes 14:15-31; Kisah Para Rasul 2:1-41; Roma 8:1-27; 14:17; 1 Korintus 2:6-16; Galatia 5:16-26). Roh menghasilkan karakter Allah (Galatia 5:22-23) dan mengaruniai jemaat demi pelayanan bagi orang lain di dalam maupun diluar gereja (Roma 12:3-8; Efesus 4:7-13; 1 Korintus 12:3-11). Roh menuntun dan memandu karya jemaat (Kisah Para Rasul 8:29; 13:2,4; 20:17-28).
Interaksi yang berarti dengan Roh Kudus lainnya dapat ditemukan dalam Kitab Suci. Berbagai bagian dari Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus dengan ciri pribadi: berbicara (Kisah Para Rasul 28:25); mengajar (Yohanes 14:26); menghibur (Kisah Para Rasul 9:31); mengenali dan menolong kelemahan kita (Roma 8:26); ditentang (Kisah Para Rasul 7:51); dan didustai (Kisah Para Rasul 5:3).
Karena Roh Kudus adalah pribadi yang berinteraksi maka Roh Kudus bisa berduka (Efesus 4:30) atau padam (1 Tesalonika 5:19). Ada dua sikap kita yang dapat mendukakan atau memadamkan Roh, yaitu :
(1) kita dapat mendukakan dan memadamkan Roh Kudus dengan sikap dan tindakan yang berlebihan berhubungan dengan pribadi dan karya Roh Kudus seolah-olah Roh Kudus bisa kita atur dan perintahkan sekehendak hati kita. Sikap seperti ini akan menghasilkan ekses-ekses religius yang mementingkan diri sendiri, merugikan orang lain; dan membawa nama buruk bagi gereja dan Allah. Berhubungan dengan charismata, sikap ini disebut Kharismania, yaitu, tergila-gila atau terobsesi dengan pengalaman-pegalaman Kharismatikal;
(2) sementara itu Roh juga berduka atau padam ketika diabaikan, dikesampingkan atau ditentang. Berhubungan dengan charismata, sikap ini disebut Kharisfobia, yaitu fobia atau takut dan menolak terhadap pengalaman Kharismatikal.
DAFTAR PUSTAKA: PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK
Ang, Paul & Christina., 2013. Charisma: Memberdayakan Karunia-karunia Roh Kudus Dalam Pelayanan. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Aritonang, Jan S, 1995. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Cetakan ke 12. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI : Jakarta.
Bennet, Dennis., 2010. How to Pray for The Release of the Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi : Yogyakarta.
Brill, J. Wesley., 1993. Dasar Yang Teguh. Yayasan Kalam Hidup: Bandung.
Caporrimo, Bruno., 2007. Honeymoon With The Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Yayasan ANDI : Yokyakarta.
Cornish, Rick., 2007. Lima Menit Teologi. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
___________., 2007. Lima Menit Apologetika. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
___________., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen. Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat Ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Guthrie, Donald., 2010. New Tastemant Theology. Jilid 2 & 3, Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Hunter, Todd., 2011. Christianity Beyond Bilief. Penerbit ANDI: Yokyakarta.
Iverson, Dick., 1994. Roh Kudus Masa Kini, Diktat. Terjemahan, Harvest International Teological Seminary, Harvest Publication House: Jakarta.
____________., 1994. Kebenaran Masa Kini. Terjemahan, Inonesia Harvest Outreaach: Jakarta.
Lim, David., 2005. Spiritual Gifts: A Fressh Lock. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Litzmen, Waren L., 1990. Pentecostal Truths. Penerbit Gandum Mas : Malang.
Manohey, Ralph., 2009. Tongkat Gembala. Lembaga Pusat Hidup Baru: Jakarta.
McDermott, Gerald R., 2001. Seeing God: Tweleve Reliable Signs of True pirituality. Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Menzies, William W & Robert P., 2005. Roh Kudus dan Kuasa. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Menzies, William W & Stanley M. Horton., 2003. Doktrin Alkitab. Terjemahan, Penerbit, Gospel Press: Batam.
Milne, Bruce., 1993. Mengenali Kebenaran. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit YAI Press : Jakarta.
Prince, Derek., 2004. The Holy Spirit in You. Terjemahan, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.
____________, 2005. Fondations Rightouness Living. Terj, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia : Jakarta.
Ridderbos, Herman., 2004. Paul: An Outline of His Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Robinson, Darrel. W., 2004. Total Church Life. Terjemahan, Penerbit Lembaga Literatur Baptis : Bandung.
Rubyono, Homan., 1999. Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 1. Penerbit Kalam Hidup : Bandung.
___________________., 2002. Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 2. Penerbit Kalam Hidup : Bandung.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Samuel, Wilfred J., 2007. Kristen Kharismatik. Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.
Silalahi, Djaka Christianto., 2001. Karismatik Bercampur dengan Perdukunan? Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
SJ, L. Sugiri, dkk, 1995., Gerakan Kharismatik: Apakah itu? Penerbit BPK : Jakarta.
Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Stamps, Donald. C, ed., 1994. Full Life Bible Studi. Penerbit Gandum Mas : Malang.
Sumrall, Lester., 1995. Pioneers Of Faith. Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Tan, Peter., 1993. Tiga Baptisan. Terj, Penerbit Yayasan Eternal Glory : Jakarta.
Tabb, Mark, ed., 2011. Teologi. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Tanusaputra, Abraham Alex., 2005. Batu Penjuru. Diterbitkan oleh House of Blessing : Surabaya.
Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tong, Stephen., 1995. Hidup Kristen Yang Berbuah. Penerbit Lembaga Reformed Injil Indonesia : Jakarta.
____________., 2011. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan Rohani. Penerbit Momentum : Jakarta.
Towns, Elmer L., 2009. The Names of The Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Tozer, A.W., 2002. Tozer Tentang Roh Kudus. Terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Vincent, Alan, Charles C., 2011. Heaven On Earth. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Wagner, C. Peter, 1998. Berdoa dengan Penuh Kuasa. Terjemahan, penerbit Nafiri Gabriel: Jakarta.
__________________., 1999. Gereja-Gereja Rasuli Yang Baru. Terjemahan, Penerbit Immanuel : Jakarta.
Wilson, James A., 2010. The Holy Spirit And The Endtimes. Terjemahan, Penerbit Yayasan ANDI : Yokyakarta.
[1] Ketika Tuhan kita Yesus Kristus mengatakan ”Aku akan mendirikan jemaatKu” jelas tertulis dalam bentuk kata kerja yang akan datang, yang menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang belum dikerjakan Kristus sampai saat itu (Matius 16:18). Sesungguhnya Gereja baru mulai sebagai realita yang berfungsi ketika Roh Kudus dicurahkan pada Hari Pentakosta. (Lihat, Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 2, hal, 183-196.
[2] Paul Enns menegaskan “Pembaptisan oleh Roh adalah suatu pelayanan yang hanya terjadi di zaman gereja. Frase “tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” menunjukkan bahwa hal itu akan terjadi tidak lama lagi” (Enns, Paul., Approaching God, jilid 1, hal 320).
[3] Hoekema, Anthony A., Diselamatkan Oleh Anugerah. hal 41.
[4] Sama, hal 55-60.
[5] Penjelasan lebih Lanjut tentang buah Roh ini, lihat: Tong, Stephen., Hidup Kristen Yang Berbuah. Penerbit Lembaga Reformed Injil Indonesia : Jakarta.
[6] Berbeda dari Pentakostalisme yang menganggap bahasa lidah sebagai sinonim dengan bahasa roh dan bahasa-bahasa lain. Para ahli bahasa pada umumnya membedakan kata Yunani glossolalia dari xenoglossia. Glossolalia adalah bahasa lidah atau bahasa roh, bukan merupakan bahasa yang sesungguhnya; bahasa ini bisa berasal dari Allah, bahasa malaikat, dan bisa juga dari manusianya sendiri (1 Korintus 12). Inilah “bahasa doa” yang biasanya sering dijumpai dikalangan Pentakostal. Sedangkan xenoglossia merupakan bahasa di dunia yang sungguh-sungguh ada, yang acapkali diucapkan oleh seseorang yang tidak mengenal bahasa itu sendiri (Kisah Para Rasul 2:4). Lihat, Rubyono, Homan., Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 2. Penerbit Kalam Hidup : Bandung, hal 52.
[7] Stamps, Donald. C, ed., Full Life Bible Studi, hal 1766; Prince, Derek., Fondations Rightouness Living. Terj, Penerbit Derek Prince Ministries Indonesia: Jakarta, hal 66-72.
[8] Tanusaputra, Abraham Alex., Batu Penjuru. hal 105.
[9] Rubyono, Homan., Dari Baptisan Roh Menuju Kepenuhan Roh. Jilid 2, hal 50.
[10] Hunter, Todd., Christianity Beyond Bilief, hal. 215.
[11] Ryrie, Charles C., Teologi Dasar. Jilid 2, hal. 139.
[12] Off.cit, hal 12.
[13] Pernyataan ini kontras dengan Pentakostalisme yang menyatakan bahwa setelah lahir baru (diselamatkan) orang percaya harus mengalami baptisan Roh kudus sebagai kelanjutan (subsequence) dari lahir baru. Pentakostalisme membedakan antara pengalaman kelahiran baru dengan pengalaman baptisan Roh Kudus (Lihat. Menzies, William W & Robert P., Roh Kudus dan Kuasa, hal 155).
[14] Hunter, Todd., Christianity Beyond Bilief, hal. 214.ROH KUDUS DAN PRINSIP PEMERSATU GERAKAN KHARISMATIK.https://teologiareformed.blogspot.com/