Arti Patripassianism atau Modalistic monarchianism (Sabellianism)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Modalistic monarchianism (Sabellianism).
Mengajarkan bahwa di dalam diri Allah tidak ada perbedaan-perbedaan. Allah bukannya mempunyai 3 pribadi yang berbeda, tetapi 3 perwujudan.
Dalam penciptaan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka membuang kemanusiaan Tuhan Yesus dengan berkata bahwa di dalam Kristus, Allah Bapa sendiri telah berinkarnasi sebagai Anak dan menderita. Karena itu pandangan ini juga disebut Patripassianism.
Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:
a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak.
Kejadian 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain.
Mazmur 2:7 - “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”.
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu.
Matius 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain.
Bapa mengutus Anak, dan Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus.
Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.
Yohanes 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.
Yohanes 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.
Karena itu jelas memang ada 3 pribadi, bukan hanya 3 perwujudan.
Sabelianisme
Ajaran Tritunggal yang diajarkan oleh penulis liberal berbau ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism, atau juga disebut Patripassianism, dan mungkin sebutan yang paling lazim adalah Sabelianism.
Ajaran ini mengatakan bahwa Allah hanya mempunyai 1 pribadi, tetapi mempunyai 3 perwujudan / manifestasi. Jadi Allah yang esa itu bisa menjadi Bapa, atau Anak/Yesus, atau Roh Kudus (ke 3 perwujudan itu tak bisa keluar pada saat yang sama, harus bergantian). Jadi yang berinkarnasi menjadi Yesus, adalah Allah Bapa sendiri. Pada waktu Ia menjadi Yesus, Ia berhenti menjadi Bapa. Dan yang turun pada hari Pentakosta sebagai Roh Kudus juga adalah pribadi yang sama ini.
Kalau Allah Tritunggal memang seperti ini, maka Allah Tritunggal bisa dillustrasikan secara tepat / sempurna dengan es - air - uap air yang merupakan 3 perwujudan dari 1 zat yaitu H2O.
Bahwa penulis buku TAA mengajarkan doktrin ini terlihat dari:
hal 110: "... dalam Yesus Kristus yang adalah 'Anak Allah', Allah menyatakan ke-Bapa-anNya. Sehingga setiap orang yang memandang Yesus Kristus dengan iman, dia telah melihat bagaimana Allah sebagai Bapa. ... Dengan kata lain: pada saat seseorang melihat Yesus, ketika itu dia melihat Bapa"
Sekalipun pada bagian ini penulis memberikan dukungan ayat, yaitu dari Yoh 14:9, jelas sekali bahwa ia sudah menafsirkan secara salah!
hal 110: "Yesus Kristus itu Tuhan; Roh Allah yang menjelma menjadi manusia"
hal 117: "Sebab SUBYEK dari Roh Kudus adalah TUHAN ALLAH sendiri di dalam Yesus Kristus"
hal 128: "Tidak ada Allah Bapa disamping Allah Anak"
w hal 133: "... Israel tidak pernah berpikir-pikir mengenai Roh Allah sebagai suatu pribadi atau bukan. Bagi mereka, Tuhan Allah sendiri yang menjadi subyek atau person ilahi. Seandainya disebut bahwa Israel mendukakan Roh KudusNya (Yesaya 63:10), maka sebenarnya yang didukakan Israel adalah Tuhan Allah sendiri"
hal 133: "Kalau kita meneliti teologi rasul Paulus, ternyata dia tidak pernah menempatkan Roh Kudus sebagai suatu person. Sebenarnya penggunaan kata 'person' atau pribadi dalam arti modern menunjuk kepada suatu subyek yang berdiri sendiri (berdaulat), memiliki kebebasan sendiri, cara berpikir sendiri dan keunikan sendiri. Sehingga bila dikenakan kepada Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus justru akan menunjukkan pemisahan yang radikal"
hal 134: "Subyek dari Roh Kudus adalah Tuhan Allah sendiri. Jadi Roh Kudus bukan suatu subyek di samping subyek Allah"
hal 136: "Berarti Roh Kudus disini adalah Yesus Kristus yang telah dimuliakan dalam kemuliaan Allah, sehingga kehadiranNya yang penuh kuasa itu dapat dialami oleh jemaatNya"
Ajaran Sabelianisme ini salah/sesat, karena Kitab Suci memang menunjukkan adanya lebih dari satu pribadi dalam diri Allah.
Allah sering menggunakan kata ganti orang bentuk jamak untuk menyebut diriNya sendiri. Misalnya: dalam Kejadian 1:26 Allah menyebut diriNya sendiri dengan sebutan 'Kita'. Kata 'Kita' ini hanya menunjuk kepada Allah, dan tak mungkin menunjuk kepada 'Allah dan malaikat-malaikat' karena kalau demikian, akan menyatakan malaikat juga sebagai Pencipta (co-creator).
Yohanes 1:1 mengatakan 'Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah'. Ini tak mungkin menunjukkan bahwa Firman dan Allah itu adalah pribadi yang sama, karena kalau demikian, tak mungkin dikatakan 'Firman itu bersama-sama dengan Allah'!
w Kitab Suci sering menggambarkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu berbicara satu kepada yang lain, saling mengasihi, saling mengutus dsb (Markus 1:11 Yohanes 17:1-dst Yohanes 17:3 Yohanes 17:23-24 Yoh 14:26 Yohanes 15:26)
B. Penulis menolak ajaran Tertullian
Penulis menolak ajaran Tertulian (Tertulianus) yang mengatakan bahwa Allah adalah 1 zat tetapi 3 pribadi
hal 127: "Dari Yohanes 10:25 ini Yesus menempatkan kesatuanNya dengan Allah sebagai kesatuan dalam pekerjaan". Dan hal 128: "Jelas menurut Injil Yohanes, makna kesatuan Allah dan Yesus bukan kesatuan di dalam zat Allah sebagaimana yang dikatakan oleh Tertullian. Alkitab tidak mau berspekulasi tentang ZAT ILAHI. ... Jadi menurut Perjanjian Baru, kesatuan Allah dan Yesus adalah kesatuan di dalam pekerjaan-pekerjaan penyelamatan".
Pertanyaan saya adalah: kalau memang kesatuan Allah dan Yesus itu hanya dalam hal pekerjaan, mengapa dalam Yohanes 1:1, yang jelas menunjuk pada kekekalan, sebelum Allah melakukan penciptaan atau pekerjaan apapun juga, dikatakan bahwa Firman (Yesus) itu bersama-sama dengan Allah, dan bahwa Firman (Yesus) itu adalah Allah?
Juga perlu kita perhatikan bahwa pada waktu Yesus berkata 'Aku dan Bapa adalah satu' (Yohanes 10:30), maka orang-orang Yahudi lalu mau merajam Yesus, dengan alasan 'karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu (perhatikan: bukan 'pekerjaanMu') dengan Allah' (Yohanes 10:33b).
w hal 131: "Jadi karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewartaan iman maka dalam kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori 'UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE' (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketimbang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepribadian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI"
Jadi, penulis menolak ajaran Tertullian ini dengan alasan bahwa istilah 'zat ilahi' itu tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi anehnya:
ù dalam hal 109 penulis berkata: "Secara matematis memang berjumlah tiga. Tetapi dari penghayatan iman dan materi Allah: ketigaNya adalah YANG TUNGGAL"
ù dalam hal 110 penulis berkata: "Jadi Allah dan Yesus adalah satu, tapi bukan satu dalam arti matematis, juga bukan dalam arti satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam ciri hakiki ilahi dan karya (pekerjaan)Nya"
dalam hal 135 penulis berkata: "... sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri hakiki Allah sendiri"
Yang ingin saya tanyakan adalah: dari mana penulis mendapatkan istilah 'ciri hakiki Allah / ilahi' dan 'materi' itu? Apakah istilah itu ada dalam Kitab Suci? Kalau tidak ada mengapa penulis mau menggunakannya tetapi pada saat yang sama menolak penggunaan istilah 'zat ilahi', karena tidak ada dalam Kitab Suci? Bukankah semua ini menunjukkan ketidak-konsekwenan penulis?
Juga pada hal 42 penulis berkata: "Walaupun dalam Kejadian 1:1-31 dan 2:1-5 tidak kita jumpai kata syaloom, namun gambaran keadaan yang penuh syaloom (keadaan penuh selamat, damai sejahtera dan utuh) dilukiskan dengan sangat hidup. Sebab Allah menciptakan langit dan bumi serta manusia adalah agar dalam kehidupan itu tercipta suatu keadaan syaloom. Paling tidak ada 3 dimensi keadaan syaloom, yaitu dimensi vertical, dimensi sosial, dimensi kosmis".
Pertanyaan saya adalah: kalau penulis bisa mengatakan bahwa sekalipun kata syaloom itu tidak ada tetapi gambaran syaloom itu ada, mengapa penulis tidak bisa berpikir seperti itu dalam hal doktrin Allah Tritunggal? Istilah 'zat ilahi' memang tidak ada, tetapi penggambaran Alkitab tentang diri Allah menunjukkan bahwa hal itu ada!
Kalau sdr ingin tahu mengapa harus digunakan istilah 'zat ilahi' dan 'pribadi ilahi' yang sebetulnya tidak ada dalam Kitab Suci, maka perhatikan kata-kata John Calvin dalam komentarnya tentang Yohanes 1:1 sebagai berikut:
"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dimaafkan / dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti yang lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Doktrin yang sesat tentang Allah Tritunggal dalam buku TAA ini membuat kita harus merenungkan satu hal: dalam baptisan, nama Allah Tritunggal dipergunakan sebagai formula baptisan. Kalau GKI membaptis dengan kepercayaan terhadap Allah Tritunggal yang sesat seperti yang diajarkan oleh buku TAA, maka baptisan tsb tidak berlaku / tidak sah (sama halnya dengan baptisan yang dilakukan oleh Saksi Yehovah)!