IMAN YANG MENYELAMATKAN DALAM ALKITAB

Editor “Reformation Today”.
IMAN YANG MENYELAMATKAN DALAM ALKITABIMAN YANG MENYELAMATKAN DALAM ALKITAB. Apakah iman yang menyelamatkan itu ? Untuk menjawabnya kita akan melihat kepada sumber, object dan faktor-faktor dari iman. Maka dengan tujuan untuk mendapatkan pandangan menyeluruh atas pokok ini, kita akan menguji tindakan-tindakan dari iman yang menyelamatkan dalam Alkitab.

Sumber Iman

Hal pertama yang harus kita selidiki mengenai iman yang menyelamatkan dalam Alkitab adalah bahwa sumbernya adalah dalam Allah sendiri. Iman adalah pemberian. Iman merupakan karya Roh Kudus. Sinar Ilahi yang langsung dibagikan kepada jiwa manusia, oleh Allah sendiri. Dalam respon atas pertanyaan yang dicetuskan Yesus, “Menurutmu siapakah Aku?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Kristus, Anak Allah!” Tuhan kita mengumumkan bahwa Petrus adalah seorang yang berbahagia karena iman yang dia telah nyatakan bukan diwahyukan kepadanya oleh seorang manusia, “melainkan oleh Bapa-Ku yang di surga.”

Iman yang diberikan kepada Petrus datang kepadanya melalui iluminasi Ilahi. Cahaya Ilahi ini termasuk satu rasa hormat kepada Pribadi Kristus yang tertinggi dan mulia dan keterpesonaan atas karya-Nya bagi kita. Roh Kudus bekerja melalui bakat-bakat natural kita untuk memberikan kepada kita iman yang berharga ini, yang menggabungkan kita kepada Anak Allah. Petrus mengalamatkan hal ini pula, kepada mereka “yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2Petrus 1:1). 

Ayat ini dapat diterjemahkan “satu iman yang nilainya sejajar dengan iman kita”, bahwa itulah iman yang secara intrinsik sama seperti yang dimiliki oleh para rasul. Penggunaan istilah “telah menerima” menekankan fakta bahwa iman adalah satu pemberian dan bukan hasil dari kecerdikan manusia; iman yang menyelamatkan dalam Alkitab sangat berharga. Ia mengalir keluar dari satu kelahiran baru seorang berdosa kepada iman, satu kuasa yang sama besarnya dengan kuasa yang membangkitkan Kristus dari kematian (Efesus 1:19, 20; 2:1-10).

Objek Iman Kita

Observasi kedua mengenai iman yang menyelamatkan dalam Alkitab adalah bahwa iman itu berpusatkan dalam Pribadi Anak Allah. “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.” Tidak terpikir oleh kita bahwa Petrus adalah batu karang yang atasnya gereja didirikan, namun keadilan harus diberlakukan terhadap deklarasi Petrus. Pada hari Pentakosta pertama Petruslah yang mengambil kepemimpinan, dan inti dari khotbahnya adalah bahwa Yesus Anak Allah. Iman dalam Yesus Kristus adalah prinsip utama dari iman Kristen. 

Itulah dasarnya. “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1Korintus 3:11). “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup,” kata Petrus. Yesus sebagai Allah-manusia, adalah objek dari iman yang menyelamatkan. Kita bergabung dengan Kristus tanpa dapat dipisahkan dalam relasi Tritunggal. Selanjutnya orang percaya harus dibaptiskan ke dalam nama dari Ketiga Oknum (Matius 28:18-20). Dalam Alkitab, ada referensi kepada baptisan dalam nama Yesus (Kis. 8:16; 19:5). 

Itu tidak berarti bahwa formula Tritunggal tidak digunakan. Yesus adalah satu Oknum yang oleh-Nya kita datang ke dalam persatuan dengan Tritunggal dan tidak ada yang salah dengan singkatan “dalam nama Yesus”. Percaya keselamatan dalam Yesus, berarti disatukan dengan-Nya dan disatukan dengan-Nya berarti disatukan dengan Bapa dan Roh Kudus. Roma 6 menyatakan implikasi mengenai persatuan orang-orang percaya dengan Kristus. 

Melalui persatuan dengan Dia, pada saat yang sama kita memiliki kebenaran (yang membenarkan kita), kesucian (penyucian yang progresif) dan penebusan (pemuliaan, hidup kekal) (1Korintus 1:30).

Ketika kita digabungkan kepada Kristus melalui iman, kita menjadi rekan pewaris dari dunia baru bersama Dia (Roma 8:17; Efesus 1:14; 1Petrus 1:4). Garis besar yang digunakan oleh Thomas Brooks dalam eksposisinya pada objek dari iman yang menyelamatkan, mengingatkan kita bahwa Kristus adalah segalanya dalam segalanya. Di dalam Dia kita menerima segala hal. Garis besar Brooks adalah 1. Pribadi Kristus. 2. Kebenaran Kristus. 3. Janji-janji Allah dan 4. Kemuliaan yang akan datang.

Sejumlah pertanyaan serius muncul dari pemikiran-pemikiran di atas. Masalahnya, bagaimana dengan keselamatan dari orang-orang dalam Perjanjian Lama? Karena mereka tidak dapat melihat kedatangan Yesus yang mengorbankan diri-Nya disalibkan, bagaimana mereka dapat percaya kepada-Nya? Ibrani 11 menyediakan satu jawaban secara gamblang bahwa orang-orang percaya dalam zaman Perjanjian Lama memiliki iman yang benar dalam Allah dan mempercayai bahwa Ia menyediakan keselamatan bagi mereka. Itulah yang digambarkan dalam pengorbanan binatang yang dilakukan oleh Habel. 

Kesadaran akan iman mereka terlihat dari apa yang mereka berani lakukan bagi Allah dan dalam kesediaan mereka untuk melanjutkan hidup itu sendiri dan terus bertahan dan tidak menyangkal nama-Nya. Ini menunjukkan bahwa ketabahan adalah ciri dari iman yang benar. Itu juga menunjukkan bahwa iman yang benar dapat terus ada, sekalipun pengetahuan mungkin membatasi. Karena itulah kita tidak dapat membatasi keanggotaan gereja, hanya kepada mereka yang dapat membahas Teologi Sistematika yang ditulis Berkhof. 

Mengenai pemeliharaan dan pengetahuan, dapat diperdebatkan bahwa yang pertama sama pentingnya dengan yang kedua. Pengetahuan penting bagi iman. Pengetahuan mengenai kebenaran adalah nilai tertinggi, tetapi penting untuk memperhatikan bahwa seseorang dapat mengetahui banyak mengenai teologi tetapi tiak mempunyai keyakinan yang jelas mengenai itu. Dapat saja hal itu hanya menjadi ilmu pengetahuan baginya, seperti fisika atau matematika. Orang sedemikian dapat membuat profesi iman dan meninggalkannya ketika ada tuntutan untuk membayar harga. 

Di lain pihak, seorang cacat dengan pengajaran yang sangat terbatas dapat membuktikan realita imannya dalam mati martir! Banyak orang percaya yang masih muda belia, menghadapi kematian dengan iman yang menyelamatkan, sebelum memiliki kesempatan bertumbuh dalam pengetahuan lebih mendalam akan Allah. Pemikiran ini memimpin kita untuk memikirkan faktor esensi yang membangkitkan iman.

Faktor-faktor

Faktor-faktor fundamental dari iman harus menyangkut pengetahuan, penyangkalan diri dan kepercayaan. Kita telah melihat bahwa pengetahuan harus mendahului iman. Iman datang dari pendengaran akan berita Injil (Roma 10:17). Iman didasarkan pada fakta-fakta. Tetapi iman lebih daripada memiliki pengetahuan dan lebih daripada pembuktian akan pengetahuan, yaitu tahu bahwa fakta-fakta itu adalah benar. Seseorang dapat berkata, “Ya, saya percaya bahwa segala yang dikatakan pengkhotbah itu benar. 

Bahkan saya percaya bahwa Yesus adalah Ilahi tetapi saya tidak peduli mengenai semua itu.” Malaikat yang jatuh, tahu akan fakta bahwa Allah itu ada dan bahwa Ia adalah adil dan Mahakuasa. Yakobus berkata, “bahkan setan-setan percaya bahwa ada satu Allah dan mereka gemetar!” (Yakobus 2:19). Iman harus hidup jika iman itu mau menjadi iman yang menyelamatkan.

Penyangkalan diri juga penting. Kecuali ada perasaan kehilangan dan kebutuhan, satu jiwa tidak akan menjalankan iman dalam Kristus untuk menemukan kebutuhan itu. Penyangkalan diri berkaitan dengan pertobatan. Iman dan pertobatan, menjadi inti yang jelas tidak pernah dapat dipisahkan dalam keselamatan jiwa seseorang. 

Pertobatan berarti satu perubahan pikiran, perubahan pikiran mengenai diri sendiri dan mengenai kebenaran Allah. Mana yang datang pertama, iman atau pertobatan? Tidak ada prioritas. Penekanan bahwa satu lebih utama dari yang lain adalah sia-sia. Iman keselamatan adalah iman yang menyesal dan pertobatan, yang hidup adalah orang percaya yang bertobat. 

Kita maju lebih jauh dan memperhatikan bahwa iman yang menyelamatkan harus memiliki kepercayaan. Pernahkah Anda perhatikan bahwa dalam terjemahan Inggris, kata yang sering digunakan untuk iman dalam Perjanjian Lama adalah percaya? Pernahkah Anda perhatikan seringnya kata percaya digunakan dalam Mazmur (lihat Mazmur 56 sebagai contoh) dan Yesaya? Tanpa percaya tidak akan ada iman yang percaya.

Iman yang menyelamatkan dalam Alkitab terdiri dari percaya dalam Kristus yang menjaminnya dan datang bersatu dengan-Nya. Ada satu kebahayaan besar pada mereka yang beriman pada pribadi Tuhan Yesus. Suatu bencana bagi mereka yang dalam hari penghakiman terakhir mengatakan, “Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu dan mengusir setan dalam nama-Mu dan melakukan banyak mujizat?” Tetapi Ia akan berkata jelas kepada mereka, “Aku tidak pernah mengenal engkau. Pergilah dari hadapan-Ku, kamu pelaku kejahatan!” (Mazmur 7:22-23).

Sekarang kita datang untuk melihat iman dalam tindakan-tindakan. Untuk menggambarkan hal ini kita dapat mengajak seseorang yang belum pernah melihat seekor gajah atau seekor harimau, dengan pergi ke museum dan melihat gajah dan harimau yang sesungguhnya dan dari situ mendapatkan satu pengertian mengenai natur dari semua makhluk ini. Tetapi lebih baik melihat gajah atau harimau yang sebenarnya, dari jauh. 

Harimau dapat melihat dalam gelap, dapat mengejar dan melompat, membunuh dan membawa lari korbannya. Saya telah melihat satu film tentang seekor harimau menantang seekor buaya besar, menterornya dengan kegarangannya, dan merebut seekor rusa dari buaya itu. Alkitab penuh dengan tindakan-tindakan iman. Misalnya Ibrani 11 seperti satu film yang menggambarkan tindakan-tindakan iman dari orang-orang percaya yang teguh.

Hidup 

Iman yang menyelamatkan adalah aktif, menghasilkan perbuatan, serta menyatakan diri dalam penyembahan dan doa. Iman membangun satu bahtera (Ibrani 11:7-8) dan taat kepada perintah Allah. Iman memungkinkan Yusuf untuk bertahan dalam pembuangan dan penjara. Iman datang dari hati dan mengakui bahwa “Yesus adalah Tuhan!” (Roma 10:9). Iman percaya kebangkitan tubuh Yesus dari kuburan. Iman mengalahkan dunia. Iman beraksi di bawah tekanan dan pengujian; bergumul dengan keraguan dan mempercayai Jahweh bahkan ketika tidak ada jawaban. 

Bahkan ketika segala sesuatu telah jatuh dan kematian mendekat, iman berkata, “Meskipun Ia membunuhku, aku akan tetap percaya kepada-Nya” (Ay 13:15). Kesulitan dan penganiayaan adalah tanah di mana iman bertumbuh dan menjadi lebih fleksibel dan lebih kaya. Iman memiliki gairah hidup dan menikmati firman Allah. Iman hidup berdasarkan kebenaran. Karena iman adalah satu hal yang hidup, maka kita dapat memfokuskannya dalam beberapa detil perbuatan.

Taat 

Ketika Paulus memulai suratnya kepada orang Roma, ia melakukannya atas dasar panggilannya sebagai seorang rasul Yesus Kristus. Sebagai seorang rasul ia diutus untuk bekerja menanamkan ketaatan iman di antara semua bangsa-bangsa. Pengekspresian “ketaatan iman” diulang dalam doksologi yang menjadi konklusi suratnya. Apa yang dimaksud dengan “ketaatan iman”? Secara harafiah dapat diterjemahkan “ketaatan yang mempercayai”. Ketaatan adalah hasil dari iman. Iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan. Anda tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain. Karena iman harus menyelamatkan maka iman harus taat.

Don Garlington memberikan komentar sebagai berikut: “Istilah singkat dari ketaatan iman, mengandung arti dalam skope dunia, karena di dalamnya Paulus menggambarkan pola eskatologi Allah bagi manusia baru, Israel baru. Untuk mengatasi ketidakpercayaan dan ketidaktaatan Israel, bangsa-bangsa lain berespon dalam iman kepada Injil Kristus dan diperbarui, dalam kontras dengan keadaan mereka sebelumnya (Roma 1:18 ff; 6:17; Efesus 2:1 dst), menjadi umat Allah yang setia dan taat. Maka kemudian tidak ada penghormatan lebih tinggi dari Paulus kepada pembaca Kristennya, daripada yang disuarakan dalam Rm 1:8 – “imanmu tersiar ke seluruh dunia” – Rm 16:19 – “Ketaatanmu sudah terdengar oleh semua orang.”

Pekerjaan Baik 

Ketaatan kepada kehendak Allah akan terlihat hasilnya dalam pekerjaan baik. Bagian Alkitab yang paling berkompeten di sini adalah Yakobus 2:14-26. Yakobus sangat menolak ide bahwa iman dapat ada tanpa pekerjaan baik dan mengutip contoh tentang Abaraham dan Rahab. Bahkan Rahab melakukan sesuatu yang menunjukkan natur sejati dari imannya. Kesatuan antara iman dan pekerjaan baik digambarkan melalui kaitan kepada Penghakiman Agung. Setiap orang, tanpa kecuali akan dihakimi melalui pekerjaan yang ia lakukan (Wahyu 20:13; 22:12). 

Orang percaya akan mendapat pahala menurut pekerjaan mereka (Matius 25:31-46). Bukan pada perkataan tentang iman mereka. Mengapa? Jelas bahwa iman dan pekerjaan dari iman merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sama sekali. Karena iman adalah pemberian, maka demikian juga semua pekerjaan itu bangkit dari iman, sehingga tidak ada ruang untuk kesombongan dan kebanggaan manusia (Efesus 2:10).

Menyucikan 

Iman yang mengalahkan dunia adalah iman dalam Kristus. “Inilah kemenangan yang telah mengalahkan dunia, yaitu iman kita” (1Yoh 5:4). Seperti yang dikemukakan Yohanes, “Siapa yang telah mengalahkan dunia? Hanya dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.” Yesus sendiri telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33). Ia telah meraih kemenangan besar di kayu salib (Ibrani 2:14, 18). 

Iman kita adalah di dalam Dia dan kemenangan-Nya. Tidak ada cara lain selain iman, yang membawa kita kepada kemenangan atas kuasa dunia yang menakutkan yaitu daging dan si jahat. Melalui iman, Yusuf menahan serangan dari istri Potifar. 

Dalam suratnya yang pertama, Yohanes menekankan untuk melawan pengajaran dari Gnostik yang menyangkal kemanusiaan sesungguhnya dari Yesus. Ia menunjukkan bahwa itulah iman kepada Yesus yang datang dengan air (dibaptiskan di sungai Yordan), dan darah (dipakukan di kayu salib), yang memampukan kita untuk menang. Yesus Kristus yang sama inilah yang mengambil natur manusia kita, dan hidup dengan kehidupan sempurna bagi kita, sekarang ditinggikan di sebelah kanan Allah dan memegang segala kuasa dalam surga dan dunia. Dengan kuasa Ilahi-Nya kita menang dalam pergumulan dan pencobaan.

Ketika Petrus mempertahankan hak untuk masuk ke dalam keanggotaan gereja bagi kaum kafir yang percaya, ia menunjukkan fakta bahwa Roh Kudus telah diberikan kepada mereka juga, “Ia tidak mengadakan pembedaan antara kita dan mereka, karena Ia menyucikan hati mereka melalui iman” (Kisah Para Rasul 15:9). 

Petrus menyatakan fakta bahwa dalam satu momen, regenerasi Roh Kudus diberikan dan hati dari orang-orang kafir dibersihkan. Dengan iman, Kornelius dan teman-temannya seiman memasuki persekutuan dengan Kristus melalui kuasa penyucian yang memasuki hati mereka. Petrus juga menetapkan bahwa bukan melalui makanan atau upacara maka ada kesatuan dalam gereja, tetapi karena melalui pemerintahan kasih karunia dan kemurnian hati mereka yang telah disucikan.

Iman memegang peranan sentral dalam penyucian progresif. Dalam setiap bagian dari peperangan iman memandang kepada Kristus untuk kekuatan melalui kuasa Roh Kudus. Dalam setiap kesulitan dan pergumulan, iman berpegang kepada ayat-ayat Alkitab yang relevan sebagai petunjuk. Dalam setiap pencobaan, ada firman kebenaran yang dipegang. 

Kita melihat ini dalam contoh Yesus waktu dicobai di padang gurun. Ia melawan setan dengan menjelaskan tiap kutipan kebenaran dari Alkitab dengan kata-kata-Nya, “Ada tertulis!” Ketika keganasan perang rohani melanda, umat Kristen menyatakan perisai iman, yang dengannya ia dapat menghancurkan segala panah berapi dari si jahat (Efesus 6:16).

Bertekun 

Kitab Ibrani mencatat empat ketidakmungkinan: 
Bahwa seseorang yang telah mendapat pencerahan kemudian murtad dapat diperbarui kembali (6:4). 
Bahwa Allah dapat berdusta (6:18). 
Bahwa darah dari sapi jantan dan domba dapat menghapus dosa (10:4). 
Bahwa manusia dapat memperkenankan Allah tanpa iman (11:6). 

Tema dari surat Ibrani adalah iman yang terpelihara. Objek dari iman yang menyelamatkan, sebagaimana telah kita lihat, adalah Anak Allah. Maka tidak mengherankan bahwa kemuliaan dan paeminasi Yesus Kristus digambarkan dalam Kitab Ibrani. Ia digambarkan lebih tinggi dari malaikat, Musa dan Harun. Ia adalah pengantara kepada perjanjian yang baru dan lebih baik. Penting untuk menekankan iman dalam Kristus untuk keselamatan. Klimaks surat ini datang dalam pasal 10: “Kamu harus bertekun, orang benarku akan hidup melalui iman, – dan jika ia mengundurkan diri, Aku tidak berkenan kepadanya” (10:36-39). 

Kemudian diikuti contoh dari orang-orang percaya dalam Perjanjian Lama yang bertekun di bawah tekanan dan pergumulan. Ini tidak berarti bahwa keselamatan tergantung kepada kestabilan dari pihak kita yang menentukan arah hidup kita. Sebaliknya keselamatan kita tergantung kepada kesetiaan dari Allah. “Allah adalah setia” (1Korintus 1:8-9), Ia akan memelihara kita sampai akhir. 

Kesetiaan Allah kepada janji-Nya untuk menyempurnakan pekerjaan baik yang telah Ia mulai dalam kita, terwujud dalam perlindungan-Nya. Ia tidak akan mencobai kita melebihi kekuatan kita (1Korintus 10:13). Ia melindungi kita, tetapi hal ini bekerja dalam proses ketekunan iman kita. Petrus menjelaskan bahwa mereka, “yang melalui iman dijaga dengan perisai oleh kuasa Allah sampai kedatangan keselamatan itu yang siap dinyatakan pada zaman akhir” (1Petrus 1:5).

Kesimpulan: 

Kita telah melihat apa yang bukan merupakan iman yang menyelamatkan. Iman tidak hanya sekadar pengetahuan mengenai Injil atau sekadar menyetujui kebenaran mengenai Kristus. Lebih lagi, iman yang menyelamatkan adalah pemberian Allah yang muncul dari regenerasi yang berpegang pada Kristus untuk kemudian dipersatukan dengan-Nya. 

Kita telah melihat juga bahwa iman yang menyelamatkan dan melahirbarukan, adalah iman yang hidup, yang menaati Alkitab, dan menghasilkan pekerjaan baik. Iman adalah alat penyucian. Iman mengalahkan dunia dan terus menerus menyediakan kekuatan untuk hidup suci. Lebih lagi, iman yang benar akan bertekun sampai akhir.

Iman yang menyelamatkan dalam Alkitab adalah pemberian yang luarbiasa. Iman merupakan anugerah utama yang melahirkan anugerah yang lain. Surga adalah dunia kasih tetapi hanya melalui iman kita dapat mencapainya. Pembaca, izinkanlah saya bertanya: “Apakah Anda pikir saya telah melebih-lebihkan iman dari yang semestinya? Apakah gambaran saya mengenai iman terlalu tinggi? Sudahkah Anda menguji diri sendiri? 

Yakinkah Anda bahwa Anda sudah bersatu dengan Kristus dalam keselamatan? Alkitab berbicara mengenai iman yang lemah (Roma 14:1). Ya, kita harus membiarkan mereka dengan iman yang lemah dan kecil (Matius 6:30; 8:26; 14:31; 16:8). Juga perlu disediakan tempat bagi mereka yang kurang yakin. Tanpa adanya pemisahan, biarlah semua orang percaya menikmati jaminan sepenuhnya mengenai iman (Ibrani 10:22). 

Seseorang dapat memiliki iman yang benar, sekaligus meragukan akan kemurnian natur imannya. Semua yang bergumul dihimbau untuk menyelidiki Alkitab dan menggunakannya sebagai sarana anugerah, untuk menyatakan bagaimana cara iman menguatkan. Merupakan satu fakta bahwa pergumulan Anda adalah indikasi dari kehidupan. Mereka yang ceroboh dan masa bodoh menyatakan bahwa mereka mungkin tidak memiliki iman yang menyelamatkan.

Bagi mereka yang melihat iman mereka adalah iman yang lemah, ada penghiburan dan bimbingan dalam perkataan dari Thomas Watson, dari golongan Puritan, “Satu iman yang lemah memungkinkannya menerima Kristus yang kuat.” Juga, iman yang lemah dapat bertumbuh. Benih bersemi melalui beberapa tingkatan, pertama adalah daun, kemudian kuncup bunga, lalu berkembang sepenuhnya. Kita harus selalu memandang kepada Kepala Gereja yang bersatu dengan kita melalui iman dan percaya kepada-Nya tidak hanya sebagai satu sumber keselamatan tetapi juga sebagai penyempurnaan yang penuh kemuliaan.

Iman juga mungkin menjadi lemah dan bergumul tetapi iman harus terdiri dari faktor yang telah digariskan. Iman harus memiliki bukti-bukti kehidupan, tidak kurang tidak lebih. Sebagaimana dinyatakan pada awal, zaman kita adalah abad iman murahan, sebagian adalah hasil dari metode penginjilan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kesaksian gereja dilemahkan oleh keputusan yang mengurangi kadar iman yang menyelamatkan dan melalui nominalisme yang isinya berhenti hanya pada persetujuan dengan fakta Injil. 

Mari kita memberitakan Injil yang dalam dan penuh cinta kasih. Mari kita dengan cuma-cuma menawarkan Kristus dan berusaha secepatnya mendorong orang berdosa untuk bertobat dan percaya kepada-Nya. Mari kita menerima mereka yang lemah imannya, tetapi mengindari metode yang kurang alkitabiah, yang mengabaikan pertobatan dan yang menurunkan iman dari arti sesungguhnya dan kedinamisannya.IMAN YANG MENYELAMATKAN DALAM ALKITAB.
Next Post Previous Post