KEJADIAN 49:8-10 (NUBUAT: ARTI, PENGGENAPAN DAN YESUS PEMBAWA DAMAI)
Pdt. Budi Asali. M. Div.
KEJADIAN 49:8-10 (NUBUAT: ARTI, PENGGENAPAN DAN YESUS PEMBAWA DAMAI). Kejadian 49:8-10 - “(8) Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. (9) Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? (10) Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.”.
gadget, otomotif, bisnis |
I) Arti nubuat ini.
1) Kejadian 49: 8-10a jelas menunjukkan bahwa Yehuda akan menurunkan raja-raja.
Kejadian 49: 8b: ‘tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu’.
Ini menunjukkan bahwa musuh itu ada, tetapi Yehuda akan menang.
Kejadian 49: 8c: ‘kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu’.
Ini tidak dimaksudkan untuk Yehuda dan saudara-saudaranya, tetapi untuk keturunan mereka. Jadi maksudnya: keturunan saudara-saudara Yehuda akan sujud kepada suku Yehuda.
Kejadian 49: 9: “Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?”.
Penterjemah dari Calvin’s Commentary untuk Kitab Kejadian mengatakan bahwa di sini ada 3 istilah untuk singa:
1. GUR = anak singa. Ini suku Yehuda mula-mula.
2. ARYAH = singa dewasa. Ini suku Yehuda pada jaman Daud.
3. LABI = singa betina tua. Ini suku Yehuda pada jaman setelahnya.
Kejadian 49: 10a: ‘tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya’.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yehuda akan menurunkan raja-raja.
Keil & Delitzsch:
“The sceptre is the symbol of regal command, and in its earliest form it was a long staff, which the king held in his hand when speaking in public assemblies; and when he sat upon his throne he rested it between his feet, inclining towards himself” (= Tongkat kerajaan adalah simbol dari perintah raja, dan bentuknya yang mula-mula adalah sebuah tongkat yang panjang, yang dipegang oleh raja di tangannya pada waktu berbicara di depan kumpulan banyak orang; dan pada waktu ia duduk di tahtanya diletakkan di antara kakinya, bersandar pada dirinya sendiri).
Sekarang perhatikan Kejadian 49: 10b: ‘sampai dia datang yang berhak atasnya’.
RSV/NIV ≍ Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘until Shiloh come’ (= sampai Shiloh datang).
NASB: ‘until Shiloh comes’ (= sampai Shiloh datang).
Keil & Delitzsch:
“Judah - this is the idea - was to rule, to have chieftainship, till Shiloh came, i.e. for ever. It is evident that the coming of Shiloh is not to be regarded as terminating the rule of Judah, from the last clause of the verse, according to which it was only then that it would attain to dominion over the nations” (= artinya adalah: Yehuda akan memerintah, mengepalai semua suku, sampai Shiloh datang, yaitu selamanya. Dari anak kalimat terakhir dari ayat itu, jelas bahwa datangnya Shiloh tidak dianggap sebagai berakhirnya pemerintahan Yehuda, karena menurut bagian itu pada saat itulah Yehuda akan berkuasa atas bangsa-bangsa).
Catatan: tentang ‘sampai Shiloh datang’ perhatikan penjelasannya pada point no 2) di bawah.
Tetapi mengapa Yehuda akhirnya dikalahkan dan dibuang ke dalam pembuangan Babilonia?
Calvin: “... although the royal majesty did not shine brightly from David until Christ, yet some pre-eminence remained in the tribe of Judah, and thus the oracle was fulfilled” (= ... sekalipun keagungan kerajaan tidak bersinar terang dari Daud sampai Kristus, tetapi beberapa keunggulan tetap ada dalam suku Yehuda, dan dengan demikian sabda ilahi itu tergenapi).
Bdk. Yehezkiel 21:24-27 yang menubuatkan kejatuhan Kerajaan Daud, tetapi juga menyatakan bahwa ini tidak berlangsung kekal, tetapi hanya ‘sampai ia datang yang berhak atasnya’ (Yeh 21:27 bdk. Kejadian 49:10!).
Yeh 21:24-27 - “(24) Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena kamu membuat kesalahanmu itu teringat kembali dengan tersingkapnya pelanggaranmu, sehingga kentara dosa-dosamu dalam segala perbuatanmu, oleh karena kamu menjadi teringat kembali, kamu akan ditangkap dengan kekerasan. (25) Dan hai engkau, raja Israel, orang fasik yang durhaka, yang saatmu sudah tiba untuk penghakiman terakhir, (26) beginilah firman Tuhan ALLAH: Jauhkanlah serbanmu dan buangkanlah mahkotamu! Tiada yang tetap seperti keadaannya sekarang. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan. (27) Puing, puing, puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap. Sampai ia datang yang berhak atasnya, dan kepadanya akan Kuberikan itu.’”.
Bdk. Amos 9:11 - “‘Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,”.
Calvin menyimpulkan dari Yehezkiel 21:26 dan Amos 9:11 sebagai berikut:
“Whence we infer, that the kingdom was not so confirmed as always to shine with equal brightness; but that, though, for a time, it might lie fallen and defaced, it should afterwards recover its lost splendour” (= Dari mana kami menyimpulkan bahwa kerajaan itu tidaklah diteguhkan sedemikian rupa seakan-akan terus bersinar dengan terang yang sama; tetapi bahwa sekalipun untuk seketika kerajaan itu bisa jatuh dan rusak, setelah itu kerajaan itu pasti pulih / mendapatkan kembali kemegahannya yang hilang).
Keil & Delitzsch: “Jacob’s prophecy of the sceptre not passing from Judah till Shiloh came, did not preclude a temporary loss of power” (= Nubuat Yakub tentang tongkat kerajaan yang tidak akan beranjak dari Yehuda sampai datangnya Shiloh, tidak menghalangi kehilangan kekuasaan untuk sementara).
Penterjemah dari Calvin’s Commentary untuk Kitab Kejadian memberikan penafsiran yang agak berbeda. Ia berkata:
“... the term rendered ‘sceptre’ means also ‘rod’, and sometimes is translated ‘tribe’; perhaps because each of the twelve tribes had its rod laid up in the tabernacle and temple. Hence it may be inferred that the expression, ‘The sceptre shall not depart from Judah,’ means that Judah alone should continue in its integrity, as a tribe, till the coming of the Messiah. This renders it unnecessary to attempt any proof of the retention of regal power and authority in the tribe” (= ... istilah yang diterjemahkan ‘tongkat kerajaan’ juga berarti ‘tongkat’, dan kadang-kadang diterjemahkan ‘suku’; mungkin karena setiap suku dari 12 suku itu mempunyai tongkat yang diletakkan di Kemah Suci dan Bait Allah. Jadi bisa disimpulkan bahwa ungkapan ‘Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda’ berarti bahwa hanya Yehuda saja yang akan terus utuh sebagai suatu suku, sampai kedatangan Mesias. Ini membuat kita tidak perlu membuktikan tetap adanya kuasa dan otoritas kerajaan dalam suku Yehuda).
2) Kejadian 49: 10b: ini ayat sukar yang terjemahannya berbeda-beda.
Kitab Suci Indonesia: ‘sampai dia datang yang berhak atasnya’.
NIV/RSV: ‘until he comes to whom it belongs’ (= sampai dia yang mempunyainya datang).
KJV: ‘until Shiloh come’ (= sampai Shiloh datang).
NASB: ‘until Shiloh comes’ (= sampai Shiloh datang).
Rupanya Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV menterjemahkan dari suatu manuscript yang berbeda yang berbunyi ‘until Selloh comes’ [Derek Kidner (Tyndale)], yang bisa berarti:
a) ‘till what is his comes’ (= sampai miliknya datang).
Ini seperti Septuaginta / LXX yang menterjemahkan: ‘till Judah’s full heritage appears’ (= sampai warisan penuh dari Yehuda muncul).
b) ‘until he comes, to whom it belongs’ (= sampai dia yang mempunyainya datang).
Ini seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia, NIV, RSV.
Tetapi kebanyakan penafsir mempertahankan terjemahan KJV/NASB: ‘until Shiloh comes’ (= sampai Shiloh datang).
Sekarang, apa artinya Shiloh? Macam-macam arti:
1. Shiloh = Tranquility (= ketenangan / kesentosaan).
2. Shiloh = The Peaceable One (= Orang yang suka damai).
3. Shiloh = The Pacifier (= Pembawa damai / perdamaian).
Keil & Delitzsch:
Kata Shiloh diturunkan dari kata Shalah, yang berarti to be quiet (= tenang), to enjoy rest (= menikmati ketenangan), security (= keamanan). Shiloh tidak harus menunjuk pada tempat (a place of rest) tetapi bisa menunjuk kepada orang, yaitu ‘the man of rest’ (= manusia damai) atau ‘the bearer of rest’ (= pembawa damai). SHILOH adalah gelar untuk Mesias.
II) Penggenapan nubuat ini.
1) Pada jaman Musa, Yehuda sudah menduduki tempat terutama di antara semua suku (Bilangan 2:2-3 Bilangan 7:12 Bilangan 10:14).
2) Setelah Yosua mati, Yehuda yang pertama menyerang orang Kanaan yang tersisa (Hak 1:1-2).
3) Dalam jaman hakim-hakim, hakim pertama berasal dari suku Yehuda, yaitu Otniel (Hak 3:9 bdk. Yosua 15:1-12,13-19,20-63).
4) Dalam perang saudara antara suku-suku Israel melawan suku Benyamin, suku Yehuda yang maju dahulu (Hak 20:18).
5) Raja Daud berasal dari suku Yehuda (bdk. 1Tawarikh 28:4).
Tetapi mengapa raja pertama, yaitu Saul, bukan dari suku Yehuda, tetapi dari suku Benyamin? Calvin berkata: karena sekalipun Allah mau ada raja, tetapi Israel minta terlalu cepat dan minta dengan motivasi yang salah, sehingga Allah memberi raja yang salah, yaitu Saul.
Bdk. Hosea 13:10-11 - “(10) Di mana gerangan rajamu, supaya diselamatkannya engkau, dan semua pemukamu, supaya diberinya engkau keadilan, hai, engkau yang berkata: ‘Berilah kepadaku seorang raja dan pemuka-pemuka!’ (11) Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu.”.
6) Raja Salomo (Ibrani: Shelomoh), arti namanya adalah the peaceful one (= orang yang penuh damai). Baca 1Taw 22:9-10!
1Tawarikh 22:9-10 - “(9) Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya. (10) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya.”.
7) Puncak penggenapan adalah dalam diri Yesus / Mesias.
Adalah sesuatu yang luar biasa bahwa pada jaman Yakub, sekitar 2000 tahun sebelum kelahiran Kristus, sudah dinubuatkan bahwa:
a) Yesus / Mesias akan datang dari suku Yehuda.
Ini tergenapi dengan tepat, karena baik Yusuf (Matius 1:20 Lukas 1:27 Lukas 2:4) maupun Maria (Lukas 1:32,69) adalah dari suku Yehuda.
Catatan: sebetulnya Yusuf memang tidak ada hubungan darah dengan Yesus, tetapi secara hukum ia adalah ayah Yesus.
b) KepadaNya akan takluk bangsa-bangsa (Kejadian 49: 10 akhir).
Bahwa ini tergenapi, terlihat dari Kisah Rasul maupun dari sejarah dan fakta jaman ini dimana kekristenan tersebar di seluruh dunia.
c) Kristus adalah Raja Damai.
Jadi bangsa-bangsa bukan ditaklukkan dengan kekerasan! Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Matius 20:25-28 - “(25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.
Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”.
Apakah Raja Damai itu, melalui kasih dan pengorbanan-Nya di atas kayu salib, telah menaklukkan saudara? Takluklah sekarang, karena kalau tidak, nanti pada akhir jaman saudara akan terpaksa takluk (bdk. Filipi 2:10-11), tetapi tanpa guna.
Filipi 2:10-11 - “(10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
III) Yesus sebagai Pembawa Damai.
Bahwa Yesus adalah SHILOH / Pembawa Damai, terlihat dari:
1) Nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang lain:
a) Yesaya 9:5-6a (KS Inggris Yesaya 9:6-7a) menyebut-Nya The Prince of Peace / Raja Damai.
Kata Ibrani untuk peace / damai adalah Shalom.
Yesaya 9:5-6 - “(5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”.
b) Mikha 5:1-4 jelas merupakan nubuat tentang kelahiran Mesias, dan dalam ay 4nya dikatakan: ‘dia menjadi damai sejahtera (SHALOM)’.
Mikha 5:1-4 - “(1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. (3) Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, (4) dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri kita dan apabila ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan dia tujuh gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.”.
NIV: ‘he will be their peace’ (= ia akan menjadi damai mereka).
2) Melkizedek, yang adalah TYPE dari Kristus, adalah raja Salem (Kejadian 14:18). Kata SALEM berarti peaceful (= penuh damai).
3) Pada Natal yang pertama, para gembala di padang melihat sejumlah malaikat menyanyi memuji Allah: “‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.’” (Lukas 2:14).
4) Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.’”.
5) Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”.
6) 2Korintus 5:18a,19a - “(18a) ... Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya ... (19a) Sebab Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.”.
7) Efesus 2:11-18 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu - sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”.
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa ada 3 macam damai yang menjadi tujuan Kristus datang ke dalam dunia:
1. Damai antara manusia berdosa dengan Allah (Efesus 5:11-18 2Korintus 5:18-19).
Ini hanya bisa tercapai melalui iman kepada Yesus (Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus”).
Yesus datang pada Natal yang pertama dengan tujuan utama untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Untuk itu Ia mati disalib menebus dosa manusia. Sekarang, kalau saudara mau berdamai dengan Allah, saudara hanya perlu percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara! Sudahkah saudara percaya?
2. Damai dalam hati (Matius 11:28-30 Yohanes 14:27).
Rusaknya atau tidak adanya hubungan dengan Allah menyebabkan manusia tidak mempunyai damai (bdk. Kej 3). Sebaliknya yang ada hanyalah kegelisahan, kekosongan, kekuatiran, ketakutan, kesumpekan, dsb. Ada banyak orang yang berusaha mendapatkan damai dengan mencari kekayaan, kesenangan, hiburan dsb. Tetapi semua itu paling banyak hanya bisa memberikan kesenangan semu yang bersifat lahiriah / di luar, dan yang tahan hanya sebentar saja! Tetapi kalau saudara mau datang kepada Yesus dan diperdamaikan dengan Allah, maka saudara akan mendapat damai di hati yang berbeda dengan damai yang semu dan lahiriah itu.
Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”.
3. Damai antara manusia dengan manusia (Efesus 2:14-16).
Yesus pernah mengucapkan kata-kata yang mengejutkan dan sangat membingungkan banyak orang, yaitu dalam Matius 10:34-36 yang berbunyi:
“(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.
Artinya: kalau ada suatu keluarga atau kelompok mendengar tentang Yesus, dan lalu sebagian menolak Yesus tetapi sebagian menerima Yesus, maka orang-orang yang menolak Yesus itu bisa menjauhi, memusuhi, menganiaya, dan bahkan membunuh orang-orang yang menerima Yesus.
Contoh: Yohanes 7:43 Yohanes 9:16 Kisah Para Rasul 14:1-4.
Tentu saja kalau hal ini terjadi, itu bukanlah salah dari orang-orang yang menerima Yesus, dan lebih-lebih bukan salahnya Yesus, tetapi salahnya orang-orang yang menolak Yesus.
Tetapi bisa juga terjadi sebaliknya, dimana dua kelompok yang dulunya bermusuhan, setelah kedua kelompok itu sama-sama percaya kepada Yesus, lalu bersatu / berdamai. Misalnya: masuknya orang Samaria ke dalam gereja Yahudi (Kis 8), atau bersatunya orang Yahudi dan non Yahudi dalam Kristus (Ef 2:14-16). Dalam arti inilah dikatakan bahwa Yesus membawa damai antara manusia dengan manusia.
Perlu diingat bahwa ketiga damai di atas dipengaruhi oleh dosa! Kalau kita berbuat dosa, apalagi dengan sengaja, maka:
a. Sekalipun kita tidak kembali menjadi musuh Allah, tetapi hubungan / persekutuan dengan Allah merenggang.
b. Damai dalam hati bisa hancur dan berubah menjadi kegelisahan, kesumpekan dsb.
c. Damai dengan sesama, bahkan dengan sesama saudara seiman, tentu juga bisa hancur, dan berubah menjadi perpecahan, permusuhan dsb.
Epilog.
Untuk saudara-saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, berilah diri saudara diperdamaikan dengan Allah melalui iman kepada Kristus! Mungkin saudara tidak merasa perlu berdamai dengan Allah, karena saudara tidak pernah merasa bermusuhan dengan Allah. Tetapi ingat bahwa:
1) Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, semua kita lahir dalam keadaan berdosa (dosa asal), dan ini menyebabkan sejak kita lahir, kita sudah ada di bawah murka Allah (Efesus 2:1-3).
2) Setiap dosa yang kita lakukan, besar atau kecil, sengaja atau tidak, melalui kata-kata, hati, pikiran atau tingkah laku kita, menyakiti Allah yang maha suci.
Karena itulah maka semua manusia membutuhkan perdamaian dengan Allah melalui Yesus Kristus ini! Maukah saudara?
Untuk saudara-saudara yang sudah percaya, punyailah suatu tekad untuk membuang semua dosa, supaya damai dengan Allah, damai dalam hati, dan damai dengan sesama bisa makin ditingkatkan. Maukah saudara? Kiranya Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
Catatan: sisa nubuat Yakub untuk anak-anaknya (Kejadian 49:11-28), tidak saya bahas, karena tidak ada hal yang terlalu penting yang bisa saya dapatkan dari sana.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America