MATIUS 20:17-28 (YESUS AKAN MATI DI YERUSALEM)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
MATIUS 20:17-28 (YESUS AKAN MATI DI YERUSALEM).
Matius 20:17-19.

1) Dalam Matius 20: 17 tidak dijelaskan tentang perasaan / suasana hati dari orang-orang yang mengikuti Yesus. Tetapi dalam para­lelnya, yaitu dalam Markus 10:32 dikatakan bahwa murid-murid merasa cemas dan orang-orang yang mengikuti Yesus merasa takut. Tetapi terjemahan ini agak kurang tepat! Banding­kanlah dengan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris di bawah ini:
MATIUS 20:17-28 (YESUS AKAN MATI DI YERUSALEM)
gadget, keuangan, teknologi
KJV/RSV: ‘amazed ... afraid’ (= ).

NASB: ‘amazed ... fearful’ (= ).

NIV: ‘astonished ... afraid’ (= ).

Literal: ‘they were astonished and the ones following were afraid’ (= ).

a) Murid-murid merasa heran karena Yesus tahu bahwa Ia akan ditangkap, dianiaya dan mati di Yerusalem, tetapi Ia toh sengaja pergi ke sana.

b) Orang-orang yang lain takut. Mereka tidak pernah mendengar dari Yesus bahwa Yesus akan mati di Yerusalem, karena tiap kali Yesus memberitakan hal itu, Ia hanya memberi­takan kepada 12 muridNya saja. Tetapi bagaimanapun, orang-orang ini tahu bahwa Yerusalem adalah sarang dari musuh-musuh Yesus, sehingga akan berbahaya bagi Yesus maupun bagi mereka untuk pergi ke Yerusalem.

Tetapi, sekalipun mereka takut, mereka terus ikut Yesus. Ini sesuatu yang hebat!

Tetapi tentu saja bahwa yang paling hebat adalah kalau kita bisa ikut dengan iman sehingga terbebas dari rasa takut (bdk. Mazmur 23:1-4).

2) Lalu dalam Matius 20: 18-19, Yesus memberikan pemberitaan yang ke 3 bahwa Ia akan ditangkap, dibunuh dan akan bangkit dari antara orang mati.

Dalam bagian paralelnya, yaitu dalam Lukas 18:31, terdapat tambahan yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi tentang Anak Manusia akan digenapi. Para pengi­kut Yesus boleh saja heran ataupun takut, tetapi hal itu tetap akan terjadi, karena Firman Tuhan harus digenapi!

3) Lukas 18:34 mengatakan bahwa murid-murid tidak mengerti! Ini aneh, karena pemberitaan itu bukan sesuatu yang sukar! Menga­pa?

a) Kalau ditinjau dari sudut Allah, maka mereka tidak mengerti karena Allah tidak membukakan mata mereka / tidak memberi terang kepada mereka. Karena itu dalam Lukas 18:34 itu juga dikatakan bahwa ‘arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka’.

b) Kalau ditinjau dari sudut mereka sendiri, maka mereka tidak mengerti karena mereka tidak mau membuang konsep lama mereka tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan menjadi seorang raja duniawi. Mereka tidak bisa mengerti bagaimana Mesias bisa menjadi raja kalau Ia harus mati.

Penerapan:

Jangan mengukuhi konsep lama yang salah!

Matius 20:20-23

Matius 20: 20-21: “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’”.

1) Dalam Injil Matius, yang datang kepada Yesus adalah Yohanes, Yakobus, dan ibu mereka. Bahkan dalam Matius 20: 21, ibu merekalah yang berbicara kepada Yesus. Tetapi dalam Injil Markus, Yohanes dan Yakobus sendiri yang datang dan berbicara kepada Yesus (Markus 10:35). Apakah dua bagian ini kontradiksi / bertentangan?

Penjelasan:

a) William Barclay mengatakan (hal 228-229) bahwa Matius menulis 25 tahun setelah Markus. Pada saat itu rasul-rasul sangat dihor­mati / diagungkan, dan karena itu Matius tidak mau menun­jukkan bahwa Yohanes dan Yakobus ternyata mempunyai ambisi yang begitu duniawi, dan karena itu, Matius lalu mengatakan bahwa ibu merekalah yang meminta hal itu.

Ini jelas merupakan penjelasan yang salah dan tolol! Juga ini menunjukkan bahwa William Barclay mempunyai pandangan yang sangat rendah tentang Kitab Suci / Firman Tuhan! Ini juga menunjukkan bahwa ia menuduh Matius sebagai pendusta dan pemfitnah!

b) Orang Yahudi mempunyai pepatah: apa yang seseorang lakukan melalui orang lain, sama dengan kalau ia sendiri yang melakukannya.

Contoh yang lain:

· bandingkan Matius 8:5-6 dengan Lukas 7:3-4. Dalam Matius dikatakan bahwa perwira itu sendiri yang datang dan meminta kepada Yesus, tetapi dalam Lukas dikatakan bahwa ia mengirimkan utusan, yaitu tua-tua Yahudi, untuk datang dan meminta kepada Yesus. Karena tua-tua Yahudi itu melakukan hal itu atas perintah perwira itu, maka bisa dikatakan bahwa perwira itu sendiri yang melakukan hal itu.

· bandingkan Yoh 3:22,26 4:1 dengan Yohanes 4:2. Dalam Yohanes 3:22,26 dan 4:1 dikatakan bahwa Yesus membaptis, tetapi dalam Yoh 4:2 dikatakan bahwa Yesus tidak membaptis, tetapi murid-muridNyalah yang membaptis. Karena para murid membaptis atas perintah Yesus, maka bisa dikatakan bahwa Yesus sendiri yang membaptis.

Jadi, kalau Yohanes dan Yakobus meminta hal tersebut melalui ibu mereka, maka artinya sama saja dengan kalau mereka sendiri yang memintanya kepada Yesus. Karena itu maka Markus menceritakan seolah-olah mereka sendiri yang langsung minta kepada Yesus. Calvin mengatakan (hal 418) bahwa permintaan itu asal usulnya dari kedua murid tersebut. Alasannya: Yesus memberikan jawaban kepada mereka.

2) Ibu dari Yohanes dan Yakobus adalah Salome, saudara Maria (ibu Yesus).

Dasar pandangan ini: Matius, Markus dan Yohanes sama-sama menuliskan nama-nama orang perempuan yang ada di dekat salib. Mari kita bandingkan ayat-ayat itu:

· Matius 27:56: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, ibu dari anak-anak Zebedeus.

· Markus 15:40: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus muda dan Yoses, Salome.

· Yohanes 19:25: ibu Yesus, saudara ibu Yesus, yaitu Maria istri Klopas, Maria Magdalena.

Jelas sekali bahwa Maria ibu Yakobus dan Yusuf = Maria ibu Yakobus muda dan Yoses = ibu Yesus (bdk. Matius 13:55 Markus 6:3).

Jadi, kesimpulannya: ibu anak-anak Zebedeus = Salome = Maria istri Klopas / saudara ibu Yesus.

Dengan demikian, maka Yohanes dan Yakobus adalah saudara sepupu dari Yesus. Hubungan darah inilah yang rupa-rupanya menyebabkan mereka berani mengajukan permintaan seperti itu kepada Yesus. Mereka mencampur-adukkan hal yang bersi­fat daging dengan hal yang bersifat rohani!

3) Dalam bagian paralelnya, yaitu Markus 10:35 dikatakan: “Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepadaNya: ‘Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!’”.

KJV: ‘And James and John, the sons of Zebedee, come unto him, saying, Master, we would that thou shouldest do for us whatsoever we shall desire’ (= Dan Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, datang kepadaNya dan berkata: ‘Tuan / Guru, kami ingin Engkau melakukan untuk kami apapun yang kami inginkan’).

Yesus menjawab dengan suatu pertanyaan dalam Matius 20: 21a - ‘Apa yang kaukehendaki?’, yang menunjukkan bahwa Ia tidak berjanji untuk menga­bulkan seadanya permintaan mereka. Ia bertanya dulu apa permintaannya! Karena itu jangan berpikir bahwa asal kita berdoa dengan iman dan tekun, kita pasti akan mendapatkan apapun yang kita inginkan / minta! (bdk. 1Yohanes 5:14).

4) Matius 20: 21b merupakan permintaan mereka; mereka ingin duduk di kanan dan kiri Yesus dalam KerajaanNya. Mungkin sekali permin­taan ini timbul gara-gara ajaran yang baru Yesus ajarkan dalam Mat 19:28 yang mengatakan bahwa murid-murid akan duduk di 12 tahta dalam KerajaanNya.

Matius 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.

Sekarang, Yohanes dan Yakobus ingin takhta yang paling hebat, yaitu yang ada di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus. Hampir semua penafsir beranggapan bahwa mereka memaksudkan kerajaan duniawi dari Kristus.

a) Ada hal-hal yang negatif dalam permintaan mereka:

· ambisi untuk menjadi yang terhebat / termulia.

Calvin mengatakan (hal 417) bahwa cerita ini merupakan cermin yang terang dari kesia-siaan manusia; karena cerita ini menunjukkan bahwa semangat yang benar dan kudus sering disertai oleh ambisi, atau sifat jahat yang lain dari daging, sehingga mereka yang mengikuti Kristus mempunyai tujuan yang lain dari yang seharusnya. Dan Calvin mengatakan bahwa mereka yang tidak puas hanya dengan Kristus saja, tetapi mencari hal-hal lain terpisah dari Dia dan janji-janjiNya, telah menyimpang secara buruk dari jalan yang benar.

Calvin juga menambahkan bahwa tidaklah cukup kalau pada awalnya kita mengikut Kristus dengan tulus / setia, tetapi kita tidak dengan setia menjaga kemurnian yang sama, sehingga lalu disimpangkan dari jalan yang benar oleh perasaan / keinginan yang berdosa. Kalau hal seperti itu bisa terjadi dengan kedua murid yang hebat ini, maka jelas hal itu juga bisa terjadi pada diri kita. Karena itu kita harus sangat berhati-hati, supaya tidak disimpangkan oleh ambisi yang jahat dalam jalan kita mengikut Kristus.

· egoisme.

Seseorang mengatakan:

“There was too much of self in this prayer” (= Ada terlalu banyak diri sendiri dalam doa ini).

Tetapi, bagaimana kalau saudara berdoa? Apakah saudarapun selalu berdoa untuk kepentingan saudara sendiri saja? Seringkah saudara menaikkan doa syafaat / doa untuk orang lain, seperti untuk Pendeta / Penginjil saudara, pengurus / majelis saudara, jemaat-jemaat yang lain, orang-orang yang belum bertobat dsb? Atau saudara hanya berdoa untuk diri saudara sendiri saja?

William Hendriksen: “Jesus had been emphasizing that in his kingdom greatness is measured by the yardstick of humility (18:1-4), ... James and John, the sons of Zebedee, had heard all this. But had they taken it to heart? One might inclined to ask, ‘How was it possible that, in spite of all this teaching about humility and service, teaching constantly reinforced by the example of Christ himself (12:15-21; Luke 22:27), the mother of these two disciples comes to Jesus with her two sons, and asks him to assign to them, next to himself, the two highest positions in the kingdom?’ But is it not true that, speaking in general, more than nineteen hundred years of gospel proclamation have not succeeded in teaching men the lesson of self-denial and willingness to be least in the kingdom?” [= Yesus telah menekankan bahwa dalam kerajaanNya kebesaran diukur oleh kerendahan hati (18:1-4), ... Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, telah mendengar semua ini. Tetapi apakah mereka telah menghayatinya? Orang mungkin akan bertanya: ‘Bagaimana mungkin bahwa dengan adanya semua pengajaran tentang kerendahan hati dan pelayanan, pengajaran yang secara terus menerus dikuatkan oleh teladan Kristus sendiri (12:15-21; Lukas 22:27), ibu dari 2 murid ini datang kepada Kristus dengan kedua anaknya, dan memintaNya untuk memberikan kepada mereka dua posisi tertinggi dalam kerajaan setelah posisi / kedudukan Yesus sendiri?’ Tetapi berbicara secara umum, tidakkah benar bahwa pemberitaan Injil selama lebih dari 1900 tahun belum berhasil mengajar manusia pelajaran tentang penyangkalan diri dan kemauan untuk menjadi yang terkecil / terendah dalam kerajaanNya?] - hal 744.

b) Ada hal yang positif dalam permintaan mereka: yaitu adanya iman!

Mereka melihat bahwa Yesus ditolak, dimu­suhi oleh banyak orang. Dan Yesus sendiri memberitakan bahwa Ia akan dianiaya dan mati dibunuh. Tetapi mereka tetap yakin bahwa akhirnya Yesus akan menang! Mungkin iman mereka ini juga mereka landaskan pada kata-kata Yesus dalam Mat 19:28 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.

William Barclay: “It is of immense significance to see that, even in a world in which the dark was coming down, the disciples would not abandon the conviction that the victory belonged to Jesus. In Christianity there must always be this invincible optimism in the moment when things are conspiring to drive a man to despair” (= Merupakan sesuatu yang penting untuk melihat bahwa bahkan dalam suatu dunia dalam mana kegelapan sedang turun, murid-murid itu tidak mau meninggalkan keyakinan bahwa kemenangan adalah milik Yesus. Dalam kekristenan harus selalu ada optimisme yang tak terkalahkan pada saat segala sesuatu bersatu untuk mendorong manusia pada keputusasaan) - hal 230.

Penerapan:

Kalau saudara mengalami keadaan yang gelap, tetaplah yakin akan kemenangan saudara!

Calvin: “It is unquestionably a noble specimen of faith; but hence we perceive how easily the pure seed is no sooner implanted in our hearts than it becomes degenerate and corrupted; for they imagined to themselves a kingdom which had no existence, and presently committed the folly of desiring the highest place. Since, therefore, this wicked ambition flowed from a general principle of faith, which in itself was highly commendable, we ought to pray, not only that the Lord would open the eyes of our mind, but that he would give us continual direction, and keep our minds fixed on the proper object. We ought also to pray, not only that he would bestow faith upon us, but that he would keep it pure from all mixture” (= Tidak diragukan bahwa ini merupakan contoh iman yang mulia; tetapi karena itu kita mengerti betapa mudahnya benih yang murni yang ditanamkan dalam hati kita itu menjadi merosot dan rusak; karena mereka mengkhayalkan bagi diri mereka sendiri suatu kerajaan yang tidak ada, dan melakukan kebodohan dengan menginginkan tempat yang tertinggi. Karena ambisi yang jahat ini mengalir dari prinsip iman yang umum, yang dalam dirinya sendiri patut dipuji, maka kita harus berdoa, bukan hanya supaya Tuhan membuka mata dari pikiran kita, tetapi juga supaya Ia memberi kita pimpinan terus menerus, dan menjaga supaya pikiran kita diarahkan pada obyek yang benar. Kita juga harus berdoa bukan hanya supaya Ia memberi iman kepada kita, tetapi juga supaya Ia menjaga iman itu tetap murni dari segala campuran) - hal 418.

Matius 20: 22-23: “Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’”.

1) Yesus berkata: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta’ (Matius 20: 22).

Pulpit Commentary: “They thought of an earthly kingdom. ... Salome would soon see, one at least of her sons would see, the Lord not sitting on a royal throne, but hanging on the cross. They would see on the right hand and on the left not two great officers, two ministers of state, but two crucified malefactors” (= Mereka berpikir tentang suatu kerajaan duniawi. ... Salome akan segera melihat, dan sedikitnya satu dari anak-anaknya akan melihat, bukan bahwa Tuhan duduk pada takhta kerajaanNya, tetapi tergantung pada kayu salib. Mereka akan melihat pada kanan dan kiriNya, bukan dua pejabat besar, dua menteri negara, tetapi dua penjahat yang tersalib) - hal 291.

Pulpit Commentary: “Many of the gifts we ask at God’s hand are such qualities of soul as can only be produced by long and painful processes. You ask for humility: do you know that herein you ask for humiliation, failure, mortified vanity, disappointed hope, the reproach of men, and the feeling that you are worthy of deeper accusations than any they can bring against you? You ask to be like Christ: but can you drink of his cup, and be baptized with his baptism? These words of your Lord are not spoken to dishearten you, to discourage you from your high aims; but he would have you pray with deliberation, with a mind made up, with a devoted and solemn apprehension of the difficulties before you” (= Banyak pemberian yang kita minta dari tangan Allah yang merupakan kwalitet dari jiwa yang hanya bisa dihasilkan oleh proses yang lama dan menyakitkan. Engkau meminta kerendahan hati: apakah engkau tahu bahwa dalam permintaan itu engkau meminta perendahan / penghinaan, kegagalan, kesia-siaan yang dimatikan, pengharapan yang dikecewakan, celaan manusia, dan perasaan bahwa engkau layak mendapatkan tuduhan yang bisa diberikan siapapun kepadamu? Engkau meminta untuk menjadi seperti Kristus: tetapi bisakah engkau meminum cawanNya, dan dibaptis dalam baptisanNya? Kata-kata Tuhanmu ini tidak diucapkan untuk mematahkan harapanmu, mengecilkan hatimu dari tujuanmu yang tinggi; tetapi Ia ingin engkau berdoa dengan pertimbangan yang mendalam, dengan pikiran yang beres, dengan pengertian tentang kesukaran-kesukaran di depanmu) - hal 300 / 301.

Pulpit Commentary: “We know not what we ask when we desire the glory of the crown without the grace to bear the cross” (= Kita tidak tahu apa yang kita minta pada waktu kita menginginkan kemuliaan dari makhkota tanpa kasih karunia untuk memikul salib) - hal 305.

Pulpit Commentary: “Whom Christ best loves he most reproves” (= Siapa yang paling dikasihi oleh Kristus, dicela / ditegur paling keras) - hal 305.

2) ‘Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’.

a) Matius hanya berbicara tentang cawan; tetapi paralelnya, yaitu Mark 10:38-39 berbicara tentang cawan dan baptisan.

Markus 10:38-39 - “Tetapi kata Yesus kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?’ Jawab mereka: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima”.

Karena itu ada yang menganggap bahwa di sini Yesus menun­juk pada Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Tetapi ini jelas tidak mungkin karena:

· kalau memang ini menunjuk pada Sakramen, Matius tidak mungkin membuang ‘baptisan’.

· kontexnya sama sekali tak berhubungan dengan sakramen!

Jadi, arti yang benar: baik ‘cawan’ maupun ‘baptisan’ menunjuk kepada ‘penderitaan’ (bdk. Matius 26:39,42 Lukas 12:50).

Yakobus dan Yohanes memikirkan tentang kemuliaan dalam Kerajaan Yesus. Orang yang terus memikirkan pahala / kemuliaan, biasanya melupakan perangnya. Karena itu, Yesus lalu mengingatkan mereka akan penderitaan! Ini menunjukkan bahwa jalan menuju kemuliaan adalah melalui penderitaan! Seakan-akan Yesus berkata: apakah dalam peperangan ini kamu begitu menganggur sehingga mau membuat persiapan untuk kemenangan?

Calvin: “Is he not worse than stupid who, amidst so many deaths, entertain himself at his ease by drawing pictures of a triumph?” (= Bukankah ia lebih jelek dari bodoh yang di tengah-tengah begitu banyak kematian, menghibur dirinya sendiri untuk kesenangannya dengan menggambar gambar-gambar kemenangan?) - hal 419.

Kita memang harus beriman akan kemenangan dan memandang pada pahala / surga, di tengah-tengah peperangan / penderitaan, supaya kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Tetapi Calvin berkata (hal 419) bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara orang yang memandang pada pahala / surga sambil terus berperang, dengan orang yang memandang pahala / surga dan melupakan perang!

b) Arti kata-kata ini untuk diri Kristus sendiri.

Pulpit Commentary: “Christ obtained not his crown by wars and victories, but by shame and death” (= Kristus mendapatkan makhkotaNya bukan dengan perang dan kemenangan, tetapi dengan hal yang memalukan dan kematian) - hal 305.

c) Arti kata-kata ini untuk Yakobus dan Yohanes (orang kristen).

Barclay mengatakan (hal 231) bahwa sekalipun kehidupan Kristen berakhir dengan pengenaan makhkota, tetapi dalam kehidupan itu terus menerus ada pemikulan salib.

Matthew Poole mengatakan (hal 94) bahwa bagian ini menunjukkan bahwa orang yang akan menerima pahala terbesar dari Kristus adalah orang yang paling menderita demi Kristus.

Calvin: “The sum of the whole is, that for none but him who has fought lawfully is the crown prepared; and especially, that none will be a partaker of the life and the kingdom of Christ who has not previously shared in his sufferings and death” (= Arti dari seluruhnya adalah bahwa hanya bagi dia yang bertempur secara sah / menurut hukumlah disediakan makhkota; dan khususnya bahwa tidak ada orang yang akan mengambil bagian dalam kehidupan dan kerajaan Kristus yang tidak lebih dulu mengambil bagian dalam penderitaan dan kematianNya) - hal 420.

William Hendriksen: “Jesus, then, reminds them that they do not understand what their request really involves. They forget that a prayer for glory is a prayer for suffering; in other words, that it is the way of the cross, that alone, that leads home” (= Maka Yesus mengingatkan mereka bahwa mereka tidak mengerti apa yang sesungguhnya tercakup dalam permintaan mereka. Mereka lupa bahwa doa untuk kemuliaan adalah doa untuk penderitaan; dengan kata lain, jalan saliblah, dan hanya jalan itu saja, yang memimpin kita pulang ke rumah) - hal 746.

Pulpit Commentary: “They who would reign with Christ must suffer with him. It is vain to think of sharing the final victory if we will not share the previous conflict. ... There is no escaping this condition, although it may assume various forms” (= Mereka yang ingin memerintah bersama Kristus harus menderita dengan Dia. Adalah sia-sia untuk memikirkan tentang mengalami kemenangan terakhir jika kita tidak mengambil bagian dalam konflik sebelumnya. ... Tidak ada jalan untuk lolos dari kondisi ini, sekalipun itu bisa ada dalam berbagai bentuk) - hal 296.

3) Dalam kata-kata Yesus ini ada terselip suatu penghiburan, karena Yesus berkata ‘Kuminum’ (Matius 20: 22) dan ‘cawanKu’ (Matius 20: 23).

Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang akan kita lalui itu juga dilalui / dialami oleh Kristus, bahkan Ia sudah lebih dulu melaluinya!

4) Dalam Matius 20: 22b Yohanes dan Yakobus berkata: ‘Kami dapat’.

Kata-kata ini juga bisa disoroti secara positif dan secara negatif:

a) Secara positif.

Sekalipun mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi penderitaan dalam mengikuti Yesus Kristus, mereka mengambil keputusan untuk tetap mengikuti Dia.

b) Secara negatif.

Kata ‘kami’ menunjukkan bahwa mereka mempunyai keyakinan kepada diri mereka sendiri, yang jelas merupakan suatu keyakinan yang berlebihan kepada diri mereka sendiri, dan ini justru menyebabkan mereka jatuh (Matius 26:31,56). Bandingkan dengan Yohanes 15:5 dan Filipi 4:13!

Pulpit Commentary: “This was the language of self-confidence; its vanity was soon made manifest (see ch. 26:31,56). Christ did not rebuke that self-confidence then; he left the rebuking to events” [= Ini merupakan bahasa dari keyakinan kepada diri sendiri; kesia-siaannya segera akan menjadi jelas (lihat pasal 26:31,56). Kristus tidak menegur keyakinan kepada diri sendiri ini pada saat itu; Ia membiarkan peristiwanya (dimana mereka lari meninggalkan Kristus) yang menegurnya] - hal 305.

Matthew Poole: “This was as rashly spoken as the other. How little do we know our own strength. When Christ was apprehended, they all forsook him and fled, chap. 26:56.” (= Ini diucapkan dengan sama gegabahnya seperti kata-kata yang lain / tadi. Alangkah sedikitnya kita mengetahui kekuatan kita sendiri. Pada waktu Kristus ditangkap mereka semua meninggalkanNya dan lari, pasal 26:56) - hal 95.

5) Dalam Matius 20: 23a Yesus mengatakan bahwa mereka memang akan meminum cawan, berarti mereka akan menderita!

Hendriksen menganggap (hal 746-747) bahwa kata-kata Yesus ini merupakan suatu nubuat / ramalan tentang kematian syahid dari Yakobus (Kis 12:2) dan pembuangan Yohanes ke pulau Patmos (Wah 1:9), yang merupakan penderitaan yang mereka alami demi Kristus.

Bagi Yakobus, ini berupa penderitaan yang hebat / mengeri­kan tetapi cepat / singkat, karena ia adalah orang pertama dari para murid Yesus yang mati syahid. Tetapi bagi Yohanes, ini berupa penderitaan yang lama dan berla­rut-larut, karena ia di buang ke Patmos dan akhirnya mati pada usia sekitar 100 tahun! Sebagai pengikut Kristus, kita harus siap untuk ‘meminum cawan’ seperti Yakobus atau seperti Yohanes!

William Barclay: “Now life treated James and John very differently. James was the first of the apostolic band to die a martyr (Acts 12:2). For him the cup was martyrdom. On the other hand, by far the greater weight of tradition goes to show that John lived to a great old age in Ephesus and died a natural death when he must have been close on a hundred years old. For him the cup was the constant discipline and struggle of the Christian life throughout the years. It is quite wrong to think that for the Christian the cup must always mean the short, sharp, bitter, agonizing struggle of martyrdom; the cup may well be the long routine of the Christian life, with all its daily sacrifice, its daily struggle, and its heart-breaks and its disappointments and its tears” [= Kehidupan memperlakukan Yakobus dan Yohanes dengan cara yang sangat berbeda. Yakobus adalah orang pertama dari rasul-rasul yang mati sebagai martir (Kis 12:2). Baginya cawan adalah kematian syahid. Di sisi yang lain, dengan beban yang lebih besar tradisi menunjukkan bahwa Yohanes hidup sampai tua di Efesus dan mati secara wajar / alamiah pada saat usianya mendekati 100 tahun. Baginya cawan merupakan disiplin dan pergumulan terus menerus dari kehidupan Kristen selama tahun-tahun tersebut. Adalah salah untuk berpikir bahwa bagi orang Kristen cawan harus selalu berarti pergumulan syahid yang pendek, tajam, pahit, dan menyakitkan; cawan bisa merupakan kehidupan Kristen rutin yang lama, dengan semua pengorbanan sehari-hari, pergumulan sehari-hari, dan hal-hal yang menghancurkan hati, kekecewaan dan air mata] - hal 230-231.

William Barclay: “A Roman coin was once found with the picture of an ox on it; the ox was facing two things - an altar and a plough; and the inscription read: ‘Ready for either.’ The ox had to be ready either for the supreme moment of sacrifice on the altar or the long labour of the plough on the farm. There is no one cup for the Christian to drink. His cup may be drunk in one great moment; his cup may be drunk throughout a lifetime of Christian living. To drink the cup simply means to follow Christ wherever he may lead, and to be like him in any situation life may bring”(= Pernah ditemukan suatu mata uang Romawi dengan gambar seekor sapi jantan padanya; sapi jantan itu menghadapi dua hal - sebuah mezbah dan sebuah bajak; dan ada tulisan yang berbunyi: ‘Siap untuk yang manapun’. Sapi itu harus siap baik untuk saat terpenting dari pengorbanan di mezbah atau pekerjaan membajak yang lama di pertanian. Bukan hanya ada satu cawan untuk diminum orang Kristen. Cawannya bisa diminum pada satu saat yang besar; cawannya bisa diminum sepanjang kehidupan Kristen. Meminum cawan berarti mengikut Kristus kemanapun Ia memimpin, dan menjadi seperti Dia dalam situasi yang bagaimanapun yang dibawa oleh kehidupan) - hal 231.

Saya kuatir bahwa banyak orang Kristen mempunyai mata uang dengan gambar seseorang yang menghadapi ranjang dan meja makan / restoran, dengan tulisan: ‘Siap untuk yang manapun’. Mereka hanya senang makan, dan tidur, tetapi tidak mau berkorban maupun menderita bagi Tuhan.

6) Dari Matius 20: 23b terlihat jelas bahwa:

a) Yesus setuju adanya tingkat-tingkat di surga.

Sekalipun permintaan dari dua murid itu berkenaan dengan kerajaan duniawi, tetapi jawaban Yesus pasti berkenaan dengan surga, dan ini menunjukkan bahwa di surga memang ada tingkatan-tingkatan (bdk. Matius 5:19).

Calvin: “It is also worthy of our notice, that these words do not imply that there will be equality among the children of God, after they have been admitted to the heavenly glory, but rather that to each is promised that degree of honour to which he has been set apart by the eternal purpose of God” (= Patut kita perhatikan bahwa kata-kata ini tidak menunjukkan bahwa ada kesamaan di antara anak-anak Allah, setelah mereka diterima dalam kemuliaan surgawi, tetapi bahwa bagi setiap orang dijanjikan tingkat kehormatan terhadap apa ia telah dipisahkan oleh rencana kekal dari Allah) - hal 422.

b) Yesus berkata bahwa Bapalah yang menentukan tingkat seseorang di surga.

Pulpit Commentary: “Here we see the secondary rank of the Son compared with the Father” (= Di sini kita melihat kedudukan / pangkat sekunder dari Anak dibandingkan dengan Bapa) - hal 296. Saya berpendapat bahwa kata-kata ini berbau ajaran sesat!

Matthew Poole: “This text hath been abused by those who have denied Christ’ Deity, and equality to the Father, as if it served their purpose, because Christ here denieth it in his power to dispose of the kingdom of heaven; ... Christ doth not here speak of what was in his power, but what was his office as Mediator; so his work was to encourage them to fight the good fight, not to dispense out crowns to them. Or else he speaketh of himself as man, as he speaketh, John 14:28.” (= Kata-kata ini disalah-gunakan oleh mereka yang menyangkal ke-allah-an Kristus, dan kesetaraanNya dengan Bapa, seakan-akan kata-kata ini mendukung tujuan mereka, karena di sini Kristus menyangkal bahwa Ia berkuasa untuk menentukan / memberikan kerajaan surga; ... di sini Kristus tidak berbicara tentang apa yang ada dalam kuasaNya, tetapi tentang jabatanNya sebagai Pengantara; dengan demikian pekerjaanNya adalah mendorong mereka untuk bertempur dengan baik, bukan untuk membagikan makhkota kepada mereka. Atau Ia berbicara tentang diriNya sendiri sebagai manusia, seperti pada waktu Ia mengucapkan Yohanes 14:28) - hal 95.

William Hendriksen: “as to the request itself, Jesus points out that the degrees and positions of glory in his kingdom have been determined in the Father’s eternal decree. They cannot now be altered by the Mediator” (= berkenaan dengan permintaan itu sendiri, Yesus menunjukkan bahwa tingkat dan kedudukan / posisi kemuliaan dalam kerajaanNya telah ditentukan dalam ketetapan kekal dari Bapa. Itu tidak bisa diubah sekarang oleh sang Pengantara) - hal 747.

Saya berpendapat bahwa bukan hanya Yesus, tetapi juga Bapa sendiri, tidak mungkin mengubah rencana kekal tersebut. Bapa merencanakan rencanaNya, bukan untuk diubah-ubah, tetapi untuk dilaksanakan dengan kesetiaan yang teguh.

Yesaya 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.

Padahal tingkat seseorang di surga pasti dipengaruhi oleh dosa-dosanya maupun oleh ketaatannya / tingkat kesuciannya. Kalau tingkat di surga itu telah ditentukan, maka secara implicit ini menunjukkan bahwa dosa-dosa maupun tingkat kesucian seseorang juga sudah ditentukan!

Tetapi, awas! Ini sama sekali tak berarti bahwa kita boleh hidup apatis / menjadi fatalist! Kewajiban kita bukan hidup sesuai dengan Rencana Allah yang tidak kita ketahui, tetapi sesuai dengan kehendak Allah yang Ia nyatakan kepada kita (Ulangan 29:29)!

7) Yesus jelas menolak doa mereka yang ambisius, egois, dan tidak sesuai dengan rencana Allah itu (Matius 20: 22a,23b). Ini menunjukkan bahwa:

a) Doapun tidak bisa mengubah Rencana Allah (bdk. 1Yohanes 5:14)! Karena itu hati-hati dengan banyaknya ajaran Arminian yang mengatakan bahwa rencana Allah bisa gagal / berubah, khususnya oleh doa kita.

b) Tuhan tidak senang dengan sikap ambisius dan egois. Karena itu buanglah semua ambisi duniawi dan egoisme dari kehidupan saudara!

Matius 20:24-28

Matius 20: 24: “Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu”.

Murid-murid yang lain menjadi marah kepada Yohanes dan Yakobus. Mengapa? Karena murid-murid yang lainpun juga berambisi untuk menjadi yang termulia / terbesar (ini terbukti dari teguran Yesus kepada mereka dalam ay 25-28).

Pulpit Commentary mengutip kata-kata I. Williams yang berbunyi:

“The ambition of one creates envy in others who partake of the same feeling” (= Ambisi dari seseorang menciptakan iri hati dalam orang-orang lain yang mempunyai perasaan yang sama) - hal 282.

Seseorang mengatakan:

“They were willing to fight for a crown, but not a towel” (= Mereka mau berkelahi untuk sebuah mahkota, tetapi tidak untuk sebuah handuk).

Keterangan: yang dimaksud dengan ‘towel’ (= handuk), adalah ‘kain lenan’ dalam Yohanes 13:4. Pada saat itu tidak ada seorang­pun di antara murid-murid yang mau merendahkan diri untuk membasuh kaki sesamanya, sehingga Yesuslah yang melakukan hal itu untuk memberi teladan kepada mereka.

Jelas bahwa dari Matius 20: 24 ini terlihat 2 kesalahan dalam diri murid-murid:

1) Mereka marah terhadap Yohanes dan Yakobus. Kalau bisa, mereka ingin menggunakan kekerasan.

2) Ada ambisi dalam diri mereka. Kalau dalam Matius 20:20-21 kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 2 orang murid Yesus yaitu Yohanes dan Yakobus, maka dalam ay 24 ini kita melihat bahwa ada ambisi dalam diri 10 murid yang lain. Jadi, semua murid Yesus mempunyai ambisi yang sama! Ini menunjukkan betapa berbahayanya ambisi itu, dan karena itu kita harus berhati-hati terhadap ambisi!

Renungkan: ambisi yang bagaimana yang ada dalam diri saudara?

Matius 20: 25-28: “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

1) Matius 20: 25-26a: “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ‘Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu”.

Ini untuk menangani kesalahan 1 (kemarahan dan keinginan menggunakan kekerasan).

Dalam ayat ini Yesus menggambarkan pemerintahan yang menggunakan kekerasan / penindasan. Ini jelas adalah pemerintahan dengan sistim diktator! Dan Ia mengatakan bahwa itu adalah pemerintahan dari ‘bangsa-bangsa’. Yang dimaksud dengan ‘bangsa-bangsa’ adalah ‘bangsa-bangsa non Yahudi’. Saat itu, orang Israel / Yahudi dianggap sebagai umat Allah, sedangkan orang-orang non Yahudi dianggap sebagai orang kafir. Jadi dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa pemerintahan bersistim diktator, yang menggunakan kekerasan, adalah pemerintahan kafir! Dan Yesus lalu menambahkan bahwa dalam kalangan Kristen / anak-anak Tuhan, penggunaan sistim diktator, yang selalu menggunakan kekerasan itu, tidak boleh dilakukan!

Adalah sesuatu yang memalukan bahwa dalam banyak gereja, termasuk yang mengaku sebagai Alkitabiah dan Injili, kediktatoran tetap berlangsung!

Adam Clarke: “The government of the Church of Christ is widely different from secular governments. It is founded in humility and brotherly love: ... When political matters are brought into the Church of Christ, both are ruined. ... Every kind of lordship and spiritual dominion over the Church of Christ, like that exercised by the Church of Rome, is destructive and anti-christian” [= Pemerintahan dari Gereja Kristus sangat berbeda dengan pemerintahan sekuler. Itu didasarkan pada kerendahan hati dan kasih persaudaraan: ... Pada waktu persoalan politik dibawa ke dalam Gereja Kristus, keduanya akan hancur. ... Setiap jenis pemerintahan / otoritas dan penguasaan rohani atas Gereja Kristus, seperti yang dilakukan oleh Gereja Roma (Katolik), bersifat merusak dan anti-kristen] - hal 199.

Ajaran Yesus di sini rupa-rupanya sangat berkesan dalam diri Petrus, sehingga dalam suratnya, yaitu dalam 1Pet 5:3 ia menasehati para penatua dengan kata-kata ini: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.

Catatan: Kata ‘memerintah’ dalam 1Petrus 5:3 ini dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang sama dengan kata ‘memerin­tah dengan tangan besi’ dalam Matius 20:25.

2) Matius 20: 26b-27: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.

Ini untuk menangani kesalahan 2 (ambisi untuk menjadi yang termulia).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat-ayat ini:

a) Orang yang ingin menjadi besar, harus mau menjadi pelayan (DIAKONOS); sedangkan orang yang ingin menjadi yang terkemuka / yang nomer satu (literal: ‘to be first’), harus mau menjadi hamba (DOULOS)!

Pulpit Commentary: “our Lord takes occasion further to tell his disciples (ver. 25-28) that greatness in his kingdom consists not in getting service, but in doing service; not in having servants, but in being servants” [= Tuhan kita menggunakan kesempatan lebih lanjut untuk memberi tahu para murid (ay 25-28) bahwa kebesaran dalam kerajaanNya tidak terdiri dari ‘mendapatkan pelayanan’, tetapi dalam ‘melakukan pelayanan’; bukan dalam ‘mempunyai pelayan-pelayan’, tetapi dalam ‘menjadi pelayan-pelayan’] - hal 300.

Pulpit Commentary: “The man who lives to get is despised. The man who lives to give and serve is commended” (= Orang yang hidup untuk mendapat, direndahkan. Orang yang hidup untuk memberi dan melayani, dipuji) - hal 311.

William Barclay: “Out in the world, said Jesus, it is quite true that the great man is the man who controls others; the man to whose word of command others must leap; the man who with a wave of his hand can have his slightest need supplied. ... But among my followers service alone is the badge of greatness. Greatness does not consist in commanding others to do things for you; it consists in doing things for others; and the greater the service, the greater the honour. Jesus uses a kind of gradation. ‘If you wish to be great,’ he says, ‘be a servant; if you wish to be first of all be a slave.’ Here is the Christian revolution; here is the complete reversal of all the world’s standards” (= Dalam dunia, kata Yesus, adalah benar bahwa orang yang besar adalah orang yang mengontrol orang-orang lain; orang yang perintahnya ditaati dengan segera oleh orang-orang lain; orang yang dengan lambaian langannya bisa mendapatkan kebutuhannya yang terkecil dipenuhi. ... Tetapi di antara para pengikutKu, hanya pelayanan yang merupakan lencana dari kebesaran. Kebesaran tidak terdiri dari ‘memerintah orang-orang lain untuk melakukan hal-hal untukmu’; itu terdiri dari ‘melakukan hal-hal untuk orang-orang lain’; dan makin besar pelayanannya, makin besar kehormatannya. Yesus menggunakan suatu jenis gradasi / tingkat-tingkat. ‘Jika engkau ingin menjadi besar’, kataNya, ‘jadilah seorang pelayan; jika engkau ingin menjadi yang pertama dari semua, jadilah seorang hamba’. Di sinilah revolusi Kristen; di sinilah pembalikan yang sempurna dari semua standard duniawi) - hal 232.

Jadi, kesimpulannya: kalau kita mau menjadi makin tinggi, kita harus mau makin merendahkan diri. Atau, dengan kata lain, makin seseorang merendahkan diri, makin tinggi orang itu di hadapan Allah.

Pulpit Commentary: “They stand highest in the kingdom of heaven who best serve their brethren” (= Mereka yang berdiri paling tinggi dalam kerajaan surga adalah mereka yang terbaik dalam melayani saudara-saudara mereka) - hal 296.

Bandingkan dengan:

· Matius 18:1-4 - “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’ Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”.

· Lukas 22:24-27 - “Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: ‘Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”.

Ini terlihat dalam diri Kristus sendiri. Karena Ia mau merendahkan diri, maka Ia ditinggikan.

Bdk. Filipi 2:5-11 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Penerapan:

Apakah saudara masih sering malu untuk melakukan pelayanan-pelayanan yang rendah / remeh? Apakah saudara merasa gengsi saudara turun kalau saudara melakukan hal itu?

b) Matius 20: 26-27 ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan Yesus melarang kita untuk menjabat suatu kedudukan dalam gereja (Pendeta, majelis / tua-tua, diaken, pengurus, dsb).

Dalam Efesus 4:11 dan 1Timotius 3:1-13, kita melihat adanya jabatan-jabatan dalam gereja, yang jelas merupakan kehendak Tuhan. Jadi, kita boleh saja menduduki jabatan-jabatan di dalam gereja, asal kita tetap rendah hati dan mau melayani sesama kita! (bandingkan dengan 1Petrus 5:1-3).

c) Perhatikan kata-kata ‘pelayanmu’ dan ‘hambamu’ dalam Matius 20: 26-27 ini.

Dalam bagian paralel dari Matius 20: 26-27 ini, yaitu Markus 10:44 dikatakan bahwa kita harus mau ‘menjadi hamba dari semuanya’.

Ini tentu tidak berarti bahwa kita betul-betul menjadi hamba manusia (bdk. 1Korintus 7:23 - “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”) atau bahwa kita harus tunduk kepada orang-orang yang kita layani! Maksudnya adalah bahwa kita harus membaktikan waktu, karunia, tenaga, dan pikiran kita untuk orang-orang yang kita layani. Sekalipun kita harus dengan rendah hati mau melayani sesama manu­sia, tetapi pada saat yang sama kita harus senantiasa sadar bahwa Tuhan adalah Tuan kita yang sebenarnya! Karena itu, pada saat orang-orang yang kita layani mempunyai keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, maka kita harus melakukan keinginan Tuhan dan bukan keinginan manusia (Kis 5:29). Ini harus dicamkan oleh hamba-hamba Tuhan yang seringkali betul-betul menjadi hamba manusia, dan bukannya hamba Tuhan!

3) Matius 20: 28: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

a) ‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani’.

1. ‘Datang’.

Sekalipun Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua ayat-ayat yang berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas ayat-ayat itu bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir / dilahirkan ke dalam dunia, tetapi datang ke dalam dunia.

‘Datang’ berbeda dengan ‘lahir / dilahirkan’ karena ‘datang’ menunjukkan suatu tindakan aktif dan menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelumnya) dari Yesus, dan ini menunjukkan kekekalan dan keilahian Yesus!

Penerapan:

· apakah saudara percaya bahwa Yesus yang sudah menjadi manusia itu adalah Allah sendiri?

· karena Yesus adalah Allah, maka tidak ada orang yang bisa selamat kalau tidak percaya kepada Yesus. Mengapa? Karena tidak percaya kepada Yesus berarti tidak percaya kepada Allah!

2. ‘Bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani’ (Matius 20: 28).

Kalau seorang presiden / pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani!

Ada banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan:

· Markus 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.

Ia mengatakan bahwa datang untuk memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan.

· Yohanes 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.

Bahwa pelayanan Ia gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan dengan senang hati, bukan dengan berat hati! Apakah saudara juga bersikap sama seperti Yesus dalam hal pelayanan?

· Markus 6:30-34 - “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.

Ia sibuk dengan pelayanan sehingga tidak sempat makan. Awas, ini bukanlah sesuatu yang harus ditiru terus menerus, karena memelihara kesehatan juga merupakan kewajiban kita!

· Lukas 23:43 - di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia masih melayani penjahat yang bertobat.

Dan perlu diingat bahwa Kristus juga pernah mengatakan bahwa seorang murid tidak lebih dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau kita tidak melayani, dan bahkan bersikap sebagai ‘tuan besar’ dalam gereja, maka kita adalah murid yang lebih dari Guru kita, dan hamba yang lebih dari Tuan kita.

b) ‘dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’.

· Puncak kerendahan hati Kristus adalah penebusan yang Ia lakukan.

Pulpit Commentary: “The crowning example of his humility is that he gave his life as a ransom for the souls of men” (= Teladan puncak dari kerendahan hatiNya adalah bahwa Ia memberikan nyawaNya sebagai tebusan untuk jiwa-jiwa manusia) - hal 283.

Bdk. Filipi 2:5-8 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

· Tebusan:

* Kata ‘tebusan’ (= ransom) berarti ‘harga yang dibayar untuk penebusan tawanan’. Dalam peperangan, ada tawanan. Ransom / tebusan adalah uang untuk menebus tawanan itu. Perhatikan bahwa kalau tebusan / ransom itu dibayar, tawanan itu pasti bebas!

* Tebusan itu dibayar kepada Bapa! Origen mengajarkan bahwa Yesus membayar tebusan kepada setan (Pulpit Commentary, hal 297). Ini adalah ajaran yang salah! Setan tidak berhak menerima tebusan apa-apa, karena manusia berdosa kepada Allah, dan karena itu Yesus harus membayar tebusan kepada Allah!

* Tebusan itu untuk menebus ‘banyak orang’ (Matius 20: 28 bdk. Markus 10:45 Matius 26:28).

Ada pertentangan antara Calvinisme / Reformed dengan Arminianisme dalam hal ini.

Calvinisme berkata: Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan (Limited Atonement), dan penebusan ini memastikan keselamatan orang-orang pilihan itu. Arminianisme berkata: Kristus mati untuk menebus semua orang (Universal Atonement), dan penebusan ini memungkinkan semua orang untuk selamat.

Matius 20:28 ini adalah salah satu dasar dari ajaran Calvi­nisme ini. Ayat itu mengatakan bahwa Yesus menyerahkan nyawanya untuk menebus banyak (tidak semua!) orang. Memang harus diakui ada ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mati untuk menebus semua orang. Tetapi, dalam Kitab Suci, kata ‘semua’, tidak selalu betul-betul berarti ‘semua’! Contoh: Dalam Ro 5:18 kata ‘semua’ yang pertama, betul-betul berarti ‘semua’, tetapi kata ‘semua’ yang kedua, tidak mungkin diartikan betul-betul ‘semua’, karena kalau diartikan demikian, akan menjurus pada ajaran Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa semua manusia akan masuk surga, tidak ada yang masuk neraka), yang jelas adalah ajaran sesat! Jadi, kata ‘semua’ yang kedua harus diartikan ‘semua orang pilihan / semua orang percaya’!

Disamping itu, ingat bahwa arti / konsep dari kata ransom / tebusan yang sudah kita bahas di atas! Kalau seseorang ditebus, ia pasti bebas! Karena itu, kalau Kristus betul-betul mati untuk semua orang, maka itu berarti semua orang pasti selamat. Ini lagi-lagi adalah Univer­salisme!

* Tanpa penebusan ini kita tidak mungkin bisa sampai kepada Allah.

William Barclay: “There is simply the great, tremendous truth that without Jesus Christ and his life of service and his death of love, we could never have found our way back to the love of God. Jesus gave everything to bring men back to God; and we must walk in the steps of him who loved to the uttermost” (= Ada kebenaran yang besar dan hebat bahwa tanpa Yesus Kristus dan kehidupan pelayananNya dan kematian karena kasihNya, kita tidak pernah bisa menemukan jalan kita untuk kembali kepada kasih Allah. Yesus memberikan segala sesuatu untuk membawa manusia kembali kepada Allah; dan kita harus berjalan dalam langkah-langkahNya / mengikutiNya, yang mengasihi dengan sepenuhnya) - hal 235.

· Ayat ini mengatakan bahwa kita harus seperti Kristus yang rela menyerahkan nyawa menjadi tebusan. Kita memang tidak bisa menebus dosa orang lain, tetapi kita harus rela mengorbankan nyawa demi orang lain.

William Hendriksen: “He who believes John 3:16 must not forget to practice 1John 3:16b!” (= Ia yang mempercayai Yoh 3:16 tidak boleh lupa untuk mempraktekkan 1Yoh 3:16b!) - hal 751.

1Yohanes 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”.

Catatan: perhatikan bahwa ayat ini ditulis oleh Yohanes, yang menunjukkan bahwa ia telah mengerti dan menghayati apa yang Yesus ajarkan di sini.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
MATIUS 20:17-28 (YESUS AKAN MATI DI YERUSALEM)
-AMIN-
Next Post Previous Post