20 BUKTI YESUS ADALAH ALLAH

Pdt.Budi Asali, M.Div.
20 BUKTI YESUS ADALAH ALLAH
Dua puluh (20) Bukti Yesus Adalah Allah

1) Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi.

Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi, seperti:

a) Kekal (Yesaya 9:5 Mikha 5:1b Yohanes 1:1 Yohanes 8:58 Yohanes 10:10 Yohanes 17:5 Ibrani 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wahyu 2:8 Wahyu 22:13).

1. Yesaya 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

a. Terjemahan dari bagian ini.

Merupakan sesuatu yang aneh bahwa semua Kitab Suci Inggris juga menterjemahkan ‘Bapa yang kekal’, karena sebetulnya terjemahan yang benar / hurufiah bukan ‘Bapa yang kekal’, tetapi ‘Bapa dari kekekalan’.

Barnes’ Notes: “Literally, it is the Father of eternity” [= Secara hurufiah, ini adalah (sang) Bapa dari kekekalan] - hal 193.

Kata Ibrani yang digunakan adalah dfa -ybixE (AVI AD; dibaca dari kanan ke kiri).

Kata pertama, yaitu AVI, merupakan suatu kata benda dalam bentuk yang disebut ‘the construct state’. Kalau mau tahu apa yang disebut dengan ‘the construct state’ bacalah kata-kata Menahem Mansoor di bawah ini.

Menahem Mansoor: “In each of these Hebrew pairs, two words are closely connected. In English the preposition ‘of’ (or sometimes ‘with’ or ‘for’) is used. The first of these two closely connected Hebrew words is said to be in the construct state. ... In the expression bxAhA Mwe, the first word Mwe is translated ‘the name of’, thus Mwe already implies the definite article ‘the’. It is obvious, therefore, that a noun in the construct state never takes the definite article” [= Dalam setiap dari pasangan kata-kata benda Ibrani ini, dua kata dihubungkan secara dekat. Dalam bahasa Inggris kata depan ‘dari’ (atau kadang-kadang ‘dengan’ atau ‘untuk’) digunakan. Yang pertama dari dua kata Ibrani yang dihubungkan secara dekat itu dikatakan berada dalam bentuk ‘construct state’. ... Dalam ungkapan bxAhA Mwe (SHEM HAAV - dibaca dari kanan ke kiri), kata pertama Mwe (SHEM) diterjemahkan ‘sang nama dari’, jadi Mwe (SHEM) sudah menyatakan secara tak langsung kata sandang tertentu ‘sang’. Karena itu jelaslah bahwa suatu kata benda dalam the construct state tidak pernah mempunyai kata sandang tertentu] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, vol I, hal 175.

Sekarang kita kembali pada text yang sedang kita bahas, yaitu Yes 9:5. Dua kata yang dihubungkan secara dekat itu adalah dfa -ybixE (AVI AD; dibaca dari kanan ke kiri). Kata pertama yaitu AVI, berasal dari kata AV, yang berarti ‘bapa’. AVI merupakan bentuk dari AV dalam ‘the construct state’, dan karena itu harus diterjemahkan sebagai ‘the father of’ (= sang bapa dari).

Bahwa kata AVI memang merupakan bentuk ‘the construct state’ dari kata AV (= bapa), terlihat dalam banyak ayat, dimana kata AVI memang digunakan seperti itu, misalnya dalam Kej 9:18, dimana kata AVI KENAAN diterjemahkan ‘the father of Canaan’ (= sang bapa dari orang-orang Kanaan).

Kata kedua adalah AD, dan tentang kata ini Albert Barnes mengatakan:

“The word rendered ‘everlasting,’dfa, properly denotes ‘eternity’” [= Kata yang diterjemahkan ‘kekal’, dfa (AD), secara tepat menunjukkan ‘kekekalan’] - hal 193.

Kalau diterjemahkan ‘kekal’ maka kata itu adalah kata sifat, dan kalau diterjemahkan ‘kekekalan’ maka kata itu adalah kata benda. Karena kata pertama (AVI) ada dalam bentuk ‘construct state’ maka jelas bahwa kata kedua (AD) harus adalah kata benda. Jadi, terjemahannya yang benar bukanlah ‘Bapa yang kekal’, tetapi ‘Bapa dari kekekalan’.

b. Ini jelas merupakan suatu nubuat tentang Yesus, dan di sini Ia disebut dengan istilah ‘Bapa dari kekekalan’. Apa arti istilah ini?

· Calvin mengartikan bahwa kata ‘Bapa’ di sini artinya adalah ‘author’ (= pencipta atau sumber). Jadi, Yes 9:5 ini menyatakan Yesus sebagai pencipta / sumber dari kekekalan.

· Charles Haddon Spurgeon: “It is the manner of the Easterns to call a man the father of a quality for which he is remarkable. To this day, among the Arabs, a wise man is called ‘the father of wisdom;’ a very foolish man ‘the father of folly.’ The predominant quality in the man is ascribed to him as though it were his child, and he the father of it. Now, the Messiah is here called in the Hebrew ‘the father of eternity,’ by which is meant that he is pre-eminently the possessor of eternity as an attribute. Just as the idiom, ‘the father of wisdom,’ implies that a man is pre-eminently wise, so the term, ‘Father of eternity,’ implies that Jesus is pre-eminently eternal; that to him, beyond and above all others, eternity may be ascribed. ... not only is eternity ascribed to Christ, but he is here declared to be parent of it. Imagination cannot grasp this, for eternity is a thing beyond us; yet if eternity should seem to be a thing which can have no parent, be it remembered that Jesus is so surely and essentially eternal, that he is here pictured as the source and Father of eternity. Jesus is not the child of eternity, but the Father of it. Eternity did not bring him forth from its mighty bowels, but he brought forth eternity” (= Merupakan kebiasaan orang Timur untuk menyebut seseorang sebagai bapa dari kwalitet yang luar biasa / lain dari yang lain dalam dirinya. Sampai saat ini, di antara orang Arab, seorang yang bijaksana disebut ‘bapa dari hikmat’; seorang yang sangat bodoh disebut ‘bapa dari kebodohan’. Kwalitet yang utama / menonjol dalam seseorang dianggap berasal dari dia seakan-akan itu adalah anaknya, dan ia adalah bapa dari kwalitet itu. Sekarang, Mesias di sini disebut dalam bahasa Ibrani ‘bapa dari kekekalan’ dengan mana dimaksudkan bahwa ia memiliki sifat kekal. Sama seperti ungkapan ‘bapa dari hikmat’ menunjukkan bahwa orang itu bijaksana, demikian pula istilah ‘Bapa dari kekekalan’ menunjukkan bahwa Yesus itu kekal; sehingga di atas semua yang lain, kekekalan dianggap berasal dari dia. ... bukan hanya kekekalan dianggap berasal dari Kristus, tetapi di sini ia dinyatakan sebagai orang tua dari kekekalan. Imaginasi tidak dapat mengertinya, karena kekekalan merupakan sesuatu yang melampaui kita; tetapi jika kekekalan kelihatannya adalah hal yang tidak bisa mempunyai orang tua, haruslah diingat bahwa Yesus begitu kekal secara pasti dan hakiki, sehingga di sini ia digambarkan sebagai sumber dan Bapa dari kekekalan. Yesus bukanlah anak dari kekekalan, tetapi Bapa dari kekekalan. Kekekalan tidak melahirkannya, tetapi ia melahirkan kekekalan) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol II, ‘The Messiah’, hal 134-135.

· Barnes’ Notes: “it may be used in accordance with a custom in Hebrew and in Arabic, where he who possesses a thing is called the father of it. Thus ‘the father of strength’ means strong; ‘the father of knowledge’, intelligent; ‘the father of glory’, glorious; ‘the father of goodness’, good; ‘the father of peace’, peaceful. According to this, the meaning of the phrase, ‘the Father of eternity’ is properly eternal” (= ini mungkin dipakai sesuai dengan kebiasaan dalam bahasa Ibrani dan Arab, dimana ia yang memiliki sesuatu disebut bapa dari sesuatu itu. Jadi, ‘bapa dari kekuatan’ berarti kuat; ‘bapa dari pengetahuan’ berarti pandai; ‘bapa dari kemuliaan’ berarti mulia; ‘bapa dari kebaikan’ berarti baik; ‘bapa dari damai’ berarti cinta damai. Menurut ini, arti dari ungkapan ‘Bapa dari kekekalan’ adalah kekal) - hal 193.

· Barnes’ Notes: “He is not merely represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure, as even ‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself to his paternity” (= Ia tidak semata-mata digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu penggambaran yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan kekekalan berhutang dirinya sendiri kepada kebapaanNya) - hal 193.

2. Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.

Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala’.

3. Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.

4. Yoh 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.

5. Yohanes 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

6. Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.

Pada bagian yang saya garis bawahi, terjemahan Kitab Suci Indonesia agak kurang tepat.

KJV: ‘with thee’ (= bersama Engkau).

TDB: ‘di sisimu sendiri’.

Jadi, Yoh 17:5 ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kemuliaan bersama Allah sebelum dunia ada, dan itu jelas menunjukkan kekekalan dari Yesus.

7. Ibrani 1:11-12 - “(11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

· Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9 (dihubung­kan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang (kepada) Anak’.

· Sekarang, perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu. Ini jelas menunjukkan kekekalan dari Anak / Yesus. Tetapi kalau dalam ayat-ayat di atas Yesus digambarkan kekal ke depan (tidak ada saat dimana Ia tidak / belum ada), maka dalam text ini Yesus digambarkan kekal ke belakang.

8. Kitab Wahyu sangat menekankan kekekalan dari Yesus. Misalnya:

· Wah 1:7-8,17-18 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’ ... (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.

Catatan:

* Dengan melihat pada Wah 1:7, terlihat bahwa Wah 1:8 berbicara tentang Yesus. Dan Wah 1:17-18 jelas sekali berbicara tentang Yesus, karena adanya kata-kata ‘telah mati, namun lihatlah, Aku hidup’. Juga bdk. dengan Wah 1:13nya yang mengatakan ‘Anak Manusia’.

* Kata-kata ‘Yang Awal’ dalam Wah 1:17 seharusnya adalah ‘Yang Pertama’.

· Wah 2:8 - “‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali”.

* Kata-kata ‘Yang Awal’ di sini seharusnya juga adalah ‘Yang Pertama’.

· Wah 22:12-13 - “(12) ‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. (13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.’”.

Catatan: kata-kata ‘Yang Terkemudian’ dalam Wah 22:13 ini seharusnya adalah ‘Yang Akhir’.

Perhatikan bahwa:

¨ Wah 1:8 dan Wah 22:13 menyebut Yesus sebagai ‘Alfa dan Omega’ (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani). Kalau Yesus memang adalah ciptaan pertama dari Bapa, maka Ia seharusnya disebut sebagai ‘Beta dan Omega’ (Catatan: Beta adalah huruf kedua dalam abjad Yunani).

¨ Wahyu 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’. Kalau Yesus adalah ciptaan pertama dari Bapa, Ia tidak bisa disebut sebagai ‘Yang Awal’.

¨ Wah 1:17, Wah 2:8 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang Akhir’. Kalau Yesus adalah ciptaan pertama dari Bapa, Ia seharusnya disebut sebagai ‘Yang kedua dan Yang Akhir’.

¨ Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia ‘hidup sampai selama-lamanya’.

Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus itu kekal / ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya,

b) Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).

Dalam menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa, sifat ini tidak perlu ditekankan, karena mereka mempercayai kesucian Yesus.

c) Mahakuasa.

Yesus berulangkali menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati, dan juga melakukan mujijat-mujijat lain seperti menenangkan badai, berjalan di atas air, mengubah air menjadi anggur, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan, mengusir setan dsb.

Saya akan menyoroti satu mujijat yang dilakukan Yesus, yaitu menenangkan badai.

Matius 8:26b - “Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali”.

Bandingkan dengan Mazmur 89:9-10 - “(9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaanMu ada di sekelilingMu. (10) Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya”.

Kalau saudara memperhatikan Maz 89:9, terlihat bahwa ayat ini berbicara tentang TUHAN (YAHWEH). Dan dalam Maz 89:10nya dikatakan bahwa YAHWEH itulah yang memerintah kecongkakan laut, meredakannya dan sebagainya. Jadi kalau dalam Mat 8:26 Yesus bisa memerintah badai / laut, sehingga semua menjadi reda, itu jelas membuktikan bahwa Ia adalah Allah / YAHWEH sendiri.

Saksi Yehuwa mengatakan bahwa nabi-nabi dan rasul-rasul juga banyak yang bisa menyembuhkan orang sakit, bahkan membang­kitkan orang mati, dan melakukan mujijat.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Apakah mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus membuktikan bahwa ia adalah Allah? Kis 10:34,38: ‘Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ... tentang Yesus dari Nazaret: ... Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, ... berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia’ (Jadi Petrus tidak menyimpulkan dari mujizat-mujizat yang ia lihat bahwa Yesus adalah Allah tetapi sebaliknya, bahwa Allah menyertai Yesus. Bandingkan Mat 16:16,17) ... Nabi-nabi pra-Kristen seperti Elia dan Elisa mengadakan mujizat-mujizat yang sama seperti yang dilakukan Yesus. Namun hal itu bukan bukti bahwa mereka adalah Allah” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 434.

Jawaban saya:

1. Kalau Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus bisa melakukan mujijat-mujijat karena penyertaan Allah, atau dengan kuasa Roh Kudus (Kis 10:38 bdk. Mat 12:28 Luk 5:17), maka ayat-ayat itu menekankan Yesus sebagai manusia. Tetapi pada ayat-ayat dimana keilahianNya yang ditekankan, maka Ia melakukan mujijat-mujijat dengan kuasaNya sendiri.

Yohanes 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

2. Lihatlah bagaimana Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini mengutip Kitab Suci secara kurang ajar. Mereka hanya mengambil Kis 10:34,38nya yang kelihatannya menguntungkan pandangan mereka. Sekarang mari kita baca seluruh kontext, mulai ay 34-39.

Kis 10:34-39 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. (36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. (37) Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, (38) yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. (39) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuatNya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib”.

· Ay 36b jelas menunjukkan bahwa Petrus mempercayai Yesus sebagai ‘Tuhan dari semua orang’. Apakah ini kalau bukan keilahian?

· Dalam ay 37-39 Petrus jelas menyoroti Yesus sebagai manusia (perhatikan khususnya ay 39 yang menyatakan bahwa Yesus disalibkan dan dibunuh; ini tidak mungkin dihubungkan dengan keilahian Kristus). Karena itulah maka Petrus di sini mengatakan bahwa kuasa yang dimiliki Yesus diberikan oleh Allah!

3. Adalah omong kosong bahwa nabi-nabi seperti Elia dan Elisa ‘mengadakan mujizat-mujizat yang sama seperti yang dilakukan Yesus’. Tidak ada seorang nabi / rasulpun yang bisa menandingi Yesus dalam hal melakukan mujijat, baik dalam hal banyaknya mujijat yang dilakukan, maupun dalam hal hebatnya mujijat yang dilakukan.

Misalnya dalam membangkitkan orang mati, dalam Kitab Suci ada 4 orang selain Yesus yang pernah membangkitkan orang mati, yaitu Elia, Elisa, Petrus dan Paulus. Tetapi mereka masing-masing hanya membangkitkan satu orang mati, dan semua orang mati yang mereka bangkitkan adalah orang-orang yang baru mati (1Raja 17:17-24 2Raja 4:18-37 Kis 9:36-41 Kis 20:9-12). Tetapi Yesus membangkitkan sedikitnya 3 orang mati (Mark 5:21-43 Luk 7:11-17 Yoh 11:1-44), dan salah satu di antaranya sudah mati selama 4 hari (Lazarus - Yoh 11), dan yang seperti ini tidak pernah dilakukan oleh siapapun juga!

Hal ini dinyatakan secara explicit oleh Yesus sendiri dalam Yoh 15:24 yang berbunyi sebagai berikut: “Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun BapaKu”.

Thomas Whitelaw mengomentari ayat ini dengan berkata:

“Christ claims that His miracles were superior to any that had been performed by other heaven-sent prophets” (= Kristus mengclaim bahwa mujijat-mujijatNya lebih besar dari pada mujijat-mujijat manapun yang telah dilakukan oleh nabi-nabi utusan surga yang lain) - hal 331.

4. Perlu diingat bahwa nabi dan rasul hanya bisa melakukan mujijat-mujijat itu karena kehendak dan kuasa dari Tuhan, bukan karena kehendak dan kuasa mereka sendiri. Juga rasul-rasul selalu melakukan mujijat dalam nama Yesus.

Misalnya: Petrus menyembuhkan orang lumpuh dengan menggunakan nama Yesus (Kis 3:6). Paulus mengusir setan juga dengan nama Yesus (Kis 16:18). Karena itu, mujijat yang mereka lakukan tidak menunjukkan kemahakuasaan mereka.

Juga pada waktu setan mencegah pertemuan Paulus dengan jemaat Tesalonika (1Tes 2:18), Paulus berdoa kepada Bapa dan Yesus supaya membuka jalan untuk pertemuan itu (1Tes 3:10-11).

1Tes 2:18; 3:10-11 - “(2:18) Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami. ... (3:10) Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. (3:11) Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu”.

Jelas bahwa Paulus sendiri tidak mempunyai kuasa atas setan.

Tetapi Yesus melakukan mujijat ataupun pengusiran setan:

· dengan kehendakNya sendiri (Mark 1:41 Yoh 5:21b).

Mark 1:40-41 - “(40) Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’ (41) Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’”.

Yoh 5:21 - “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya”.

· dengan kuasaNya sendiri, dan tanpa menggunakan nama siapapun.

Contoh: pada waktu Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Yoh 5:8), mengusir setan (Mat 8:28-32), Ia tidak menggunakan nama siapapun, tetapi Ia langsung memerintahkan, dan hal itu terjadi. Karena itu, itu menunjukkan kemaha-kuasaanNya!

Catatan: dalam Mat 12:28 memang dikatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, tetapi ayat ini menekankan kemanusiaan Yesus.

Calvin: “It is commonly objected, that he did not perform more miracles or greater miracles than Moses and the Prophets. The answer is well known, that Christ is more eminent in miracles in this respect, that he was not merely a minister, like the rest, but was strictly the Author of them; for he employed his own name, his own authority, and his own power, in performing miracles” (= Ada suatu keberatan yang umum yang mengatakan bahwa Ia tidak melakukan mujijat-mujijat lebih banyak dan lebih besar dari pada Musa dan Nabi-Nabi. Jawabannya cukup terkenal, bahwa Kristus lebih unggul dalam mujijat-mujijat dalam hal ini, yaitu bahwa Ia tidak semata-mata merupakan seorang pelayan, seperti yang lainnya, tetapi secara ketat merupakan Pencipta dari mujijat-mujijat itu; karena Ia menggunakan namaNya sendiri, otoritasNya sendiri, dan kuasaNya sendiri, dalam melakukan mujijat-mujijat) - hal 128-129.

d) Mahatahu.

Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, dan karena itu Ia mempunyai pikiran manusia dan pikiran ilahi. Pada waktu pikiran manusia yang muncul, Ia tidak maha tahu (bdk. Mat 24:36), tetapi pada waktu pikiran ilahiNya yang muncul, Ia maha tahu, dan inilah yang terjadi pada ayat-ayat di bawah ini:

Mat 9:4 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”.

Mat 12:25 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan”.

Yohanes 2:24-25 - “Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.

Yohanes 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”.

Yohanes 21:17 - “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.

Kita mempunyai peribahasa: ‘Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu?’. Tetapi Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia! Mengapa? Jelas karena Ia adalah Allah sendiri, yang mahatahu!

Dan menurut pengakuan Petrus, Yesus bahkan mengetahui segala sesuatu. Ini sama dengan mengakui bahwa Yesus itu maha tahu. Dan Yesus tidak menegur / menyalahkan Petrus atas kata-katanya ini. Secara tidak langsung itu berarti bahwa Ia membenarkan kata-kata / pengakuan Petrus itu.

e) Mahaada.

Kemahaadaan Yesus terlihat dari:

· Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa [Yoh 1:18 (NIV): “... but God the only Son, who is at the Father’s side ...”].

· Janji-janji yang Ia berikan dalam:

* Mat 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.

* Mat 28:20b - “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

* Yoh 14:23 - “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia”.

Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!

f) Tidak berubah.

Allah tidak berubah (Mal 3:6 Maz 102:28 Yes 48:12 Yak 1:17). Allah tidak bisa berubah, karena kesempurnaanNya. Kalau Ia berubah menjadi lebih buruk, itu menunjukkan Ia tidak sempurna. Kalau Ia berubah menjadi lebih baik, itu juga menunjukkan ketidak-sempurnaanNya, karena yang sempurna tidak bisa menjadi lebih baik.

Tetapi sifat tidak berubah, yang hanya menjadi sifat dari Allah saja ini, ternyata juga adalah sifat dari Yesus. Ini terlihat dari:

· Ibr 1:12 - “seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

Barnes’ Notes: “What could more clearly prove that he of whom this is spoken is immutable? Yet it is indubitably spoken of the Messiah, and must demonstrate that he is divine. These attributes cannot be conferred on a creature; and nothing can be clearer, than that he who penned the epistle believed that the Son of God was divine” (= Apa yang bisa dengan lebih jelas membuktikan bahwa Ia, tentang siapa hal ini dibicarakan, tidak bisa berubah? Tetapi ini secara tidak meragukan dikatakan tentang Mesias, dan pasti menunjukkan bahwa Ia adalah ilahi / Allah. Sifat-sifat ini tidak bisa diberikan pada suatu makhluk ciptaan; dan tidak ada yang bisa lebih jelas dari pada bahwa ia yang menuliskan surat ini percaya bahwa Anak Allah adalah ilahi / Allah) - hal 1230.

Matthew Poole: “His immutability proves his Deity” (= Ketidak-bisa-berubahanNya membuktikan keilahianNya) - hal 812.

· Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”.

Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah!

2) Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi.

Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi, seperti:

a) Penciptaan (Yoh 1:3,10 Kolose 1:16 Ibr 1:2,10).

Bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang menganggap Yesus sebagai ciptaan pertama dan langsung dari Bapa, maka ajaran Kristen yang Alkitabiah mengajarkan bahwa Yesus bukan hanya tidak dicipta, tetapi juga bahwa Ia adalah Pencipta dari segala sesuatu.

Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus bukan Pencipta, tetapi agen Allah dalam melakukan penciptaan. Karena itu selalu digunakan kata ‘through’ (= melalui), yang menunjukkan bahwa Bapa mencipta melalui Yesus.

· Yoh 1:3,10 - “(3) Segala sesuatu dijadikan oleh (seharusnya ‘melalui’) Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. ... (10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya (seharusnya ‘melalui Dia’), tetapi dunia tidak mengenalNya”.

· Kol 1:16 - “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh (seharusnya ‘melalui’) Dia dan untuk Dia”.

· Ibr 1:2 - “maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh (seharusnya ‘melalui’) Dia Allah telah menjadikan alam semesta”.

Ini jelas merupakan suatu omong kosong dan bahkan merupakan ajaran sesat, karena:

1. Sesuatu / seseorang yang diciptakan, tidak mungkin bisa mencipta.

C. H. Spurgeon: “Who less than God could make the heavens and the earth?” (= Siapa yang kurang dari Allah bisa membuat langit dan bumi?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 2, hal 217.

2. Ajaran itu bertentangan dengan Yes 44:24 yang berbunyi: “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; ‘Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi - siapakah yang mendampingi Aku?”.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu sendirian. Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Yesus, dan Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus adalah pribadi yang terpisah total dari Allah, dan karena itu Saksi-Saksi Yehuwa jelas sekali bertentangan dengan ayat ini!

Ini berbeda dengan dalam kekristenan, dimana sekalipun kita mempercayai bahwa Anak dan Roh Kudus juga ikut dalam melakukan penciptaan, tetapi kita percaya bahwa ketiga pribadi itu mempunyai satu hakekat dan merupakan satu kesatuan. Karena itu, Kristen tidak bertentangan dengan Yes 44:24 itu.

3. Disamping itu, perhatikan:

a. Ibr 1:10 - “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu”.

Kata ‘Tuhan’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus (TDB menterjemahkan ‘Tuan’). Dan dalam Ibr 1:10 ini tidak digunakan kata ‘through’ (= melalui), dan karena itu jelas bahwa ayat ini betul-betul menunjukkan Yesus sebagai pencipta langit dan bumi.

Barnes’ Notes: “This must demonstrate the Lord Jesus to be divine. He that made the vast heavens must be God. No creature could perform a work like that; nor can we conceive that power to create the vast array of distant worlds could possibly be delegated. If that power could be delegated, there is not an attribute of Deity which may not be, and thus all our notions of what constitutes divinity would be utterly confounded” (= Ini pasti menunjukkan Tuhan Yesus sebagai ilahi / Allah. Ia yang membuat langit yang luas harus adalah Allah. Tidak ada mahkluk ciptaan yang bisa melakukan pekerjaan seperti itu; juga kita tidak bisa membayangkan bahwa kuasa untuk mencipta alam semesta yang luas bisa didelegasikan / diserahkan. Jika kuasa itu bisa didelegasikan / diserahkan, maka tidak ada suatu sifat dari keAllahan yang tidak bisa didelegasikan / diserahkan, dan dengan demikian semua gagasan / pemikiran kita tentang apa yang membentuk keilahian akan dikacaukan sama sekali) - hal 1230.

b. Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’”.

Kata ‘Penciptamu’ diterjemahkan dari kata Ibrani BOREYKHA (‘The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon’, hal 71), yang merupakan suatu participle bentuk jamak (dengan akhiran orang kedua tunggal laki-laki), dan berasal dari kata dasar BARA, yang berarti ‘mencipta’. Terjemahan yang paling hurufiah, yang diberikan oleh ‘Interlinear Hebrew-English Old Testament’ adalah ‘Ones creating you’ (= Orang-orang yang menciptakan kamu), atau untuk mudahnya ‘Pencipta-penciptamu’.

Kalau Yesus bukan Pencipta, bagaimana mungkin di sini digunakan bentuk jamak?

NWT: “your Grand Creator” (= Penciptamu yang Besar / Agung).

Rupanya sama seperti dalam kasus kata ELOHIM yang adalah kata bentuk jamak, mereka mengartikan kejamakan ini sebagai suatu keagungan / kebesaran.

b) Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).

Matius 9:2-7 - “(2) Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.’ (3) Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: ‘Ia menghujat Allah.’ (4) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ‘Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (5) Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? (6) Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’ (7) Dan orang itupun bangun lalu pulang”.

Text ini sangat menekankan keilahian Yesus, karena text ini menunjukkan bahwa:

1. Yesus bisa melihat iman seseorang (ay 2), dan Yesus bisa mengetahui pikiran orang-orang banyak (ay 4), dan ini menunjukkan kemaha-tahuanNya.

2. Yesus bisa mengampuni dosa (ay 2b).

3. Yesus bisa menyembuhkan orang lumpuh (ay 6-7), tanpa menggunakan nama siapapun. Penyembuhan ini Ia lakukan bukan hanya untuk menolong orang lumpuh itu, tetapi juga untuk membuktikan bahwa pengampunan dosa yang tadi Ia berikan betul-betul terjadi. Tetapi bagaimana mungkin penyembuhan itu bisa membuktikan hal itu? Jawabnya adalah: kalau Yesus bukan Allah, maka Ia tidak bisa mengampuni dosa maupun menyembuhkan orang lumpuh itu. Tetapi sebaliknya, kalau Yesus memang adalah Allah, Ia pasti bisa melakukan kedua hal itu. Jadi, dengan menyembuhkan orang lumpuh itu, Yesus membuktikan bahwa Ia adalah Allah, dan ini menunjukkan / membuktikan bahwa pengampunan dosa yang Ia berikan pasti benar-benar terjadi.

c) Membangkitkan orang mati pada akhir jaman.

Yoh 6:40,44,54 - “(40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’ ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (54) Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”.

d) Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22-27).

Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa? Karena jumlah manu­sia yang pernah hidup di dunia mulai jaman Adam sampai saat kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah begitu banyak. Kalau Yesus bukan Allah, bagaimana Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia dengan adil?

Dan disamping itu:

1. Ada begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada setiap orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama), seperti:

· Banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosanya lebih banyak, tentu hukumannya juga lebih berat.

· Tingkat dosanya.

Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).

· Tingkat pengetahuannya.

Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Lukas 12:47-48).

· Kesengajaannya.

Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-14).

· Pengaruh dosa yang ditimbulkan.

Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).

· Apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.

Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19 Maz 69:5 Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.

2. Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.

Coba renungkan betapa komplex dan rumitnya hal-hal yang harus diperhitungkan untuk memberikan hukuman dan pahala kepada semua orang yang pernah ada dalam dunia. Karena itu, untuk bisa melakukan semua ini dengan benar dan adil, maka Hakim itu haruslah seseorang yang mahatahu, mahabijaksana dan mahaadil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri! Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri

e) Penghancuran segala sesuatu.

Ibrani 1:10-12 - “(10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

f) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).

Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya”.

Wah 21:5 - “Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: ‘Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!’ Dan firmanNya: ‘Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.’”.

3) Kehormatan ilahi diberikan kepada Yesus.

Kitab Suci menunjukkan bahwa kehormatan ilahi diberikan kepada Yesus, seperti:

a) Penghormatan. Kita diperintahkan untuk menghormati Yesus sama seperti kita menghormati Bapa.

Yoh 5:23 - “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.

b) Kepercayaan; kita diperintahkan untuk percaya kepada Allah dan kepada Yesus.

Yohanes 14:1 - “‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.

c) Pengharapan; kita diperintahkan untuk berharap kepada Yesus.

1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (bdk. Ro 15:12 2Kor 1:10 Kol 1:27 1Tim 1:1 1Yoh 3:2-3). Padahal firman Tuhan juga berkata bahwa kita tidak boleh berharap kepada manusia (Yes 31:1 Yer 16:5-7). Jadi jelaslah bahwa Yesus bukanlah hanya semata-mata manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.

d) Penyejajaran diriNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal.

Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

2Korintus 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”.

Memang bahwa ada 3 nama yang ditulis berjejeran, tidak membuktikan bahwa ketiga orang itu setingkat. Misalnya: presiden Megawati berbicara dengan si A dan si B. Maka belum tentu si A dan si B juga adalah presiden. Tetapi perlu diingat bahwa dalam Mat 28:19 itu ketiga pribadi itu dijejerkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam sesuatu yang sakral, yaitu dalam formula baptisan. Dan dalam 2Kor 13:13 ketiganya dijejerkan dalam berkat dari Paulus kepada gereja Korintus. Kalau ketiga nama itu tidak setingkat, itu sama mustahilnya seperti suatu Konperensi Tingkat Tinggi, yang dihadiri oleh Presiden Amerika, Kaisar Jepang, dan seorang Lurah dari Indonesia!

e) Kemuliaan.

Matius 25:31 - “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya”.

Yoh 8:54 - “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami”.

Yoh 13:31-32 - “(31) Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ‘Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. (32) Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diriNya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera”.

Yoh 16:14 - “Ia (Roh Kudus) akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu”.

Yoh 17:1 - “Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau”.

Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”. Terjemahan Kitab Suci Indonesia agak kurang tepat.

KJV: ‘And now, O Father, glorify thou me with thine own self with the glory which I had with thee before the world was’ (= Dan sekarang, ya Bapa, permuliakanlah Aku dengan diriMu sendiri dengan kemuliaan yang dahulu Aku miliki bersama Engkau sebelum dunia ada).

Kis 3:13 - “Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan HambaNya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan”.

2Tim 4:18 - “Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga. BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin”.

Catatan: dalam 2Tim 4:17,18 TDB menterjemahkan ‘TUAN’ sehingga jelas mereka sendiri menganggap bahwa yang dibicarakan di sini adalah Yesus, bukan Bapa.

Ibr 5:5 - “Demikian pula Kristus tidak memuliakan diriNya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepadaNya: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini’”.

Ibr 13:21 - “kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendakNya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepadaNya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin”.

1Petrus 1:21 - “Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakanNya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah”.

2Pet 1:17 - “Kami menyaksikan, bagaimana Ia (Yesus) menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

Saksi-Saksi Yehuwa sendiri mengatakan: “Kristus adalah Raja dari Allah, yang Allah tempatkan di atas takhta kekuasaan-Nya” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 157.

Kalau Yesus bukan Allah, maka pemuliaan Yesus ini merupakan sesuatu yang aneh, karena Yes 42:8 dan Yes 48:11 menyatakan bahwa Allah (Bapa) tidak akan memberikan kemuliaanNya kepada yang lain.

Yes 42:8 - “Aku ini TUHAN (YAHWEH), itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung”.

Yes 48:11 - “Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan namaKu akan dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain!’”.

Ajaran Saksi Yehuwa yang menganggap bahwa Yesus betul-betul terpisah secara total dari Bapa, bertentangan dengan kedua ayat di atas ini, tetapi kekristenan yang benar, yang mempercayai bahwa Yesus itu satu dengan BapaNya, tidak bertentangan dengan kedua text di atas ini.

4) Kolose 2:9.

Kol 2:9 - “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan”.

Kol 2:9 (TDB): “karena dalam dialah seluruh kepenuhan sifat ilahi itu berdiam secara jasmani”.

NWT: ‘divine quality’ (= kwalitet ilahi).

KJV: ‘Godhead’ (= keAllahan)

RSV/NIV/NASB: ‘Deity’ (= Keilahian).

Yunani: qeothtoj (THEOTETOS).

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Menurut Greek-English Lexicon, oleh Liddell dan Scott, THEOTES (bentuk nominatif, asal dari kata THEOTETOS) berarti ‘keilahian, sifat ilahi.’ (Oxford, 1968, h. 792) Benar-benar ‘ilahi,’ atau ‘bersifat ilahi,’ tidak membuat Yesus Anak Allah yang setara atau sama kekalnya dengan Bapa, sama dengan kenyataan bahwa semua manusia memiliki ‘kemanusiaan’ atau ‘sifat manusia’ tidak membuat mereka semua sama atau seumur” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 408-409.

Tanggapan saya:

a) Bagian yang saya garis bawahi itu hanya bisa diterima kalau Allahnya ada banyak. Disamping itu, sekalipun semua manusia yang mempunyai ‘kemanusiaan’ memang tidak seumur, tetapi di hadapan Allah mereka semua setingkat. Berkenaan dengan Allah, karena Allah hanya satu / hakekatNya hanya satu, maka kalau Yesus ‘benar-benar ilahi’, Ia pasti setara dan seumur dengan Allah (Bapa).

b) Mari kita soroti kata ‘keAllahan’ [yang diterjemahkan ‘sifat ilahi’ oleh TDB; dan ‘divine quality’ (= kwalitet ilahi) oleh NWT].

Saksi Yehuwa melakukan penterjemahan yang salah (sengaja disalahkan?) terhadap Lexiconnya Liddel & Scott itu. ‘Kebetulan’ saya mempunyai Lexicon Greek-English karya Liddell & Scott, hanya saja punya saya adalah edisi yang lebih baru, yaitu dari tahun 1978. Saya mencari kata qeothj (THEOTES) itu dan saya mendapati bahwa kata itu berasal dari kata THEOS (= Allah), dan artinya adalah ‘divinity’ atau ‘divine nature’. Kata ‘divinity’ memang artinya adalah ‘keilahian’, tetapi bagaimana dengan kata-kata ‘divine nature’? Memang istilah ‘divine nature’ sering diterjemahkan ‘sifat ilahi’, tetapi ini jelas merupakan terjemahan yang salah! Terjemahan yang benar adalah ‘hakekat ilahi’.

Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the American Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan yang nomer 1 ada­lah: “The essential character of a thing; quality or qualities that make something what it is; essence” (= Sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu dirinya; hakekat).

Dalam Theologia / Kristologi, saya berpendapat bahwa istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!

William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan:

“When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant” (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.

Charles Hodge juga mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari kutipan-kutipan ini:

· “By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the corresponding words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA” (= Yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 387.

· “... we are taught that the elements combined in the consti­tution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures, or substances” (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pembentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat yang berbeda) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 388.

· “... the elements united or combined in his person are two distinct substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us men, and the same substance which makes God infi­nite, eternal, and immutable in all his perfections” (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadi­Nya adalah dua zat / bahan yang berbeda, kemanu­siaan dan keilahian; sehingga dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang membuat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 389.

· “That in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and the word nature in this connec­tion means substance” (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan / hakekat) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 391.

William Hendriksen juga mempunyai pandangan yang sama dengan saya. Dalam tafsirannya tentang Kol 2:9, William Hendriksen mengatakan:

¨ “When the apostle thus describes Christ he has in mind the latter’s ‘deity’, not just his ‘divinity’. He is referring to the Son’s complete equality of essence with the Father and the Holy Spirit, his ‘consubstantiality’, not his ‘similarity’” (= Pada waktu sang rasul menggambarkan Kristus demikian, ia memikirkan keAllahanNya, bukan sekedar ‘sifat ilahi’Nya, Ia menunjuk pada kesamaan hakekat yang sempurna dari Anak dengan Bapa dan Roh Kudus, ‘kepemilikan hakekat yang sama’ dari Dia, bukan ‘kemiripan’Nya) - hal 111.

¨ “qeothj used here in Col. 2:9 (nowhere else in the New Testament) means deity; qeiothj used in Rom. 1:20 (and there alone in the New Testament) indicates divinity.” [= qeothj yang digunakan di sini dalam Kol 2:9 (tidak ada di tempat lain dalam Perjanjian Baru) berarti keilahian; qeiothj yang digunakan dalam Ro 1:20 (dan hanya di sana dalam Perjanjian Baru) menunjukkan sifat ilahi] - hal 111 (footnote).

Catatan: dalam kamus, kata-kata ‘deity’ dan ‘divinity’ dicampur-adukkan / diartikan secara sama. Tetapi kelihatannya William Hendriksen menganggap bahwa kata ‘deity’ betul-betul menunjukkan Yesus sebagai Allah, sedangkan kata ‘divinity’ menunjukkan bahwa Yesus hanya mempunyai sifat-sifat ilahi.

¨ “o[moousioj, as the Nicene Creed declared, means ‘of the same substance or essence’, the Son being consubstantial with the Father, while the weaker o[moiousioj, preferred by the Arians, means similar in substance or essence. Though the difference seems trivial - only one letter! - it is actually nothing less than that between declaring that Jesus is God and saying that he is man, a very divine man, to be sure, but man nevertheless. Was not the slogan of these heretics, ‘There was a time when he was not’?” [= o[moousioj (HOMOOUSIOS), seperti dinyatakan oleh Pengakuan Iman Nicea, berarti ‘dari zat atau hakekat yang sama’, Anak mempunyai hakekat yang sama dengan Bapa, sementara kata yang lebih lemah o[moiousioj (HOMOIOUSIOS), lebih dipilih oleh para pengikut Arianisme, berarti mirip dalam zat atau hakekat. Sekalipun perbedaannya kelihatannya remeh - hanya satu huruf! - itu sebetulnya tidak kurang dari perbedaan antara menyatakan bahwa Yesus adalah Allah dan mengatakan bahwa Ia adalah manusia, jelas seorang manusia yang baik / sangat agung / seperti allah, tetapi bagaimanapun adalah manusia. Bukankah slogan dari bidat itu adalah ‘Ada saat dimana Ia tidak ada’?) - hal 111 (footnote).

Dengan demikian Kol 2:9 ini menunjukkan bahwa dalam diri Yesus berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan hakekat ilahi.

b) Sekarang kita soroti kata ‘secara jasmaniah’.

Kata Yunani yang dipakai adalah SOMATIKOS [= bodily (= secara tubuh / jasmaniah)].

William Hendriksen: “They interpret the adverb to mean ‘in a concentrated, as it were visible and tangible form.’ ... the entire essence and glory of God is concentrated in Christ as in a body. It is in that sense that it can be said that this fulness of the godhead is embodied, given concrete expression, fully realized, in him. This is but another way of saying that from everlasting to everlasting he is ‘the image of the invisible God’ (see on Col. 1:15)” [= Mereka menafsirkan kata keterangan itu sebagai berarti ‘dalam suatu bentuk yang dikonsentrasikan, seakan-akan bisa dilihat dan nyata’. ... seluruh hakekat dan kemuliaan Allah dikonsentrasikan dalam Kristus seakan-akan dalam suatu tubuh. Dalam arti itulah bisa dikatakan bahwa kepenuhan dari keAllahan ini diwujudkan, diberi pernyataan yang konkrit / nyata, dinyatakan sepenuhnya, dalam Dia. Ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Ia adalah ‘gambar dari Allah yang tidak kelihatan’ (lihat tentang Kol 1:15)] - hal 112.

Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah!

5) Daud menyebut Yesus, yang adalah keturunannya, sebagai ‘Tuhan’.

Matius 22:41-46 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya”.

Text yang dimaksudkan oleh Yesus adalah Maz 110:1 - “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

Catatan: dalam Mazmur 110:1, RSV menterjemahkan ‘lord’ (= tuhan / tuan), tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan). Sedangkan dalam Mat 22:43,44,45, KJV/RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan).

Jelas bahwa terjemahan yang benar adalah ‘Lord’ (= Tuhan), karena dalam Mat 22:41-46 itu jelas bahwa Yesus sedang berusaha untuk membuktikan keilahianNya kepada orang-orang Yahudi.

H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate” [= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.

6) KesatuanNya dengan Bapa.

Kesatuan Yesus dengan Bapa, yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yohanes 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.

Yohanes 14:7-11 - “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya. Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri”.

Yohanes 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu.’”.

Ada beberapa hal yang ingin saya jelaskan berkenaan dengan Yoh 10:30 ini.

a) Satu dalam hal apa?

A. H. Strong mengutip kata-kata Meyer: “Oneness of essence, though not contained in the words themselves, is, by the necessities of the argument, presupposed in them” (= Kesatuan hakekat, sekalipun tidak ada dalam kata-kata itu sendiri, dianggap ada di dalam kata-kata itu, oleh keharusan argumentasi) - ‘Systematic Theology’, hal 313.

B. B. Warfield: “‘I and the Father are’ (plurality of persons) ‘one’ (neuter singular, and accordingly singleness of being), the Jews naturally understood Him to be making Himself, the person then speaking to them, God” [= ‘Aku dan Bapa adalah’ (kejamakan pribadi-pribadi) ‘satu’ (netral, tunggal, dan karena itu ketunggalan keberadaan), orang-orang Yahudi tentu saja menganggapNya menjadikan diriNya sendiri, pribadi yang saat itu sedang berbicara kepada mereka, sebagai Allah] - ‘The Person and Work of Christ’, hal 60.

Leon Morris (NICNT): “‘One’ is neuter, ‘one thing’ and not ‘one person’. Identity is not asserted. but essential unity is. ... It may be true that this ought not to be understood as a metaphysical statement, but it is also true that it means more than that Jesus’ will was one with the Father’s” (= Kata ‘satu’ mempunyai jenis kelamin netral, ‘satu hal / benda’ dan bukan ‘satu pribadi’. Identitas tidak ditegaskan, tetapi kesatuan hakiki ditegaskan. ... Sekalipun mungkin benar bahwa ini tidak boleh dimengerti sebagai pernyataan yang bersifat metafisik, tetapi juga adalah benar bahwa itu berarti lebih dari sekedar bahwa kehendak Yesus adalah satu dengan kehendak Bapa) - hal 522-523.

Catatan:

· ‘metafisik’ artinya ‘melampaui yang bersifat fisik / materi’.

· Yesus hanya mengatakan ‘satu’ tetapi tidak mengatakan ‘satu’ dalam hal apa. Dan kata ‘satu’ itu dalam bahasa Yunani menggunakan jenis kelamin netral. Leon Morris mengatakan ‘one thing’ (= satu hal / benda), mungkin karena ia memikirkan kata Yunani RHEMA (= kata, firman, hal, benda), yang memang mempunyai jenis kelamin netral.

· kata benda lain yang berjenis kelamin netral yang memungkinkan adalah kata Yunani pneuma / PNEUMA (= roh), tetapi sampai saat ini saya belum pernah menemukan ahli theologia yang mengatakan bahwa Allah Tritunggal itu satu Roh. Pengakuan Iman Athanasius memang mengatakan bahwa sekalipun Bapa itu adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi hanya ada satu Allah. Juga dikatakan bahwa sekalipun Bapa itu Tuhan, Anak itu Tuhan, dan Roh Kudus itu Tuhan, tetapi hanya ada satu Tuhan. Tetapi tidak ada kata-kata ‘Bapa itu Roh, Anak itu Roh, dan Roh Kudus itu Roh, tetapi kita hanya mempunyai satu Roh’.

Pulpit Commentary: “The Lord is conscious of his own Personality as distinct from that of the Father, and yet he asserts a fundamental unity. ... the e[n (HEN), the one reality, if it does not express actual unity in essence, involves it. ... If he merely meant to imply moral and spiritual union with the Father, or completeness of revelation of the Divine mind, why should the utterance have provoked such fierce resentment?” [= Tuhan (Yesus) sadar bahwa kePribadianNya sendiri berbeda (distinct) dari kePribadian Bapa, sekalipun demikian Ia menegaskan suatu kesatuan yang bersifat dasari. ... kata e[n (HEN), satu realita, jika itu tidak menyatakan kesatuan yang sungguh-sungguh dalam hakekat, mencakup hal itu. ... Jika Ia semata-mata memaksudkan persatuan moral dan rohani dengan Bapa, atau kelengkapan tentang penyataan dari pikiran Ilahi, mengapa ucapan itu menyebabkan kemarahan yang begitu hebat?] - hal 50.

William Hendriksen: “However, inasmuch as in other passages it is clearly taught that the oneness is a matter not only of outward operation but also (and basically) of inner essence, it is clear that also here nothing less than this can have been meant” [= Bagaimanapun, karena dalam bagian-bagian lain dengan jelas diajarkan bahwa kesatuannya bukan hanya dalam operasi luar saja tetapi juga (dan secara dasari) dalam hal hakekat di dalam, maka jelaslah bahwa di sini yang dimaksudkan tidak kurang dari itu] - hal 126.

A. T. Robertson: “‘One’ (HEN). Neuter, not masculine (HEIS). Not one person (cf. HEIS in Gal. 3:28), but one essence or nature” [= ‘Satu’ (HEN). Jenis kelamin Netral, bukan laki-laki (HEIS). Bukan satu pribadi (bdk. HEIS dalam Gal 3:28), tetapi satu hakekat] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 186.

Catatan:

¨ kata ‘nature’ di sini harus diartikan sama dengan ‘essence’, yaitu ‘hakekat’.

¨ yang menjadi problem adalah bahwa kata Yunani ou]sia / OUSIA atau fusij / PHUSIS, yang artinya ‘hakekat’ adalah kata-kata benda yang berjenis kelamin perempuan.

Adam Clarke: “he says, speaking then as God over all, I and the Father, ego kai o[ pater e[n e]smen (EGO KAI HO PATER HEN ESMEN / I and the Father are one) - the Creator of all things, the Judge of all men, the Father of the spirits of all flesh - are one, one in nature, one in all the attributes of Godhead, and one in all the operations of those attributes: and so it is evident the Jews understood him” [= Ia berkata, berbicara pada saat itu sebagai Allah yang ada di atas segala sesuatu, ego kai o[ pater e[n e]smen (EGO KAI HO PATER HEN ESMEN / Aku dan Bapa adalah satu) - sang Pencipta dari segala sesuatu, sang Hakim dari semua manusia, Bapa dari roh-roh dari semua daging - adalah satu, satu dalam hakekat, satu dalam semua sifat-sifat dari keAllahan, dan satu dalam semua operasi dari sifat-sifat itu: dan jelas bahwa demikianlah orang-orang Yahudi mengerti Dia] - hal 595.

Ada beberapa hal yang secara jelas menunjukkan bahwa kesatuan yang Yesus maksudkan jelas menunjukkan bahwa Ia adalah Allah, yaitu:

1. Kata-kata Yesus ini menyebabkan orang-orang Yahudi mau merajam Dia (ay 31).

Kalau Yesus sekedar memaksudkan kesatuan kehendak, pikiran, atau kesatuan tujuan (seperti yang ditafsirkan oleh Saksi Yehuwa), maka tidak mungkin orang-orang Yahudi itu menjadi marah sehingga mau merajam Yesus. Ini argumentasi yang sangat kuat untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak mungkin sekedar memaksudkan kesatuan maksud, tujuan, pikiran, dan sebagainya! Dalam arti apapun Ia memaksudkan kesatuan itu, kesatuan itu pasti menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

Sebetulnya, ditinjau dari sudut bahasa Yunani, ‘kesatuan kehendak’ merupakan sesuatu yang memungkinkan karena kata Yunani qelhma / THELEMA (= kehendak) mempunyai jenis kelamin netral. Demikian juga ‘kesatuan pikiran / cara berpikir’ merupakan sesuatu yang memungkinkan, karena kata Yunani fronhma / PHRONEMA (= cara berpikir, pikiran) juga mempunyai jenis kelamin netral. Tetapi ditinjau dari reaksi orang-orang Yahudi ini, penafsiran-penafsiran ini sama sekali tidak memungkinkan.

2. Waktu Yesus bertanya mengapa mereka mau merajamNya (ay 32), mereka menjawab: ‘karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja (dalam pandangan mereka) menyamakan diriMu dengan Allah’ (ay 33). Kata-kata yang saya garis bawahi ini terjemahan hurufiahnya adalah ‘membuat diriMu sendiri Allah’.

Perlu diketahui bahwa dalam Injil Yohanes Yesus pernah 3 x mau dirajam, dan semua terjadi karena pengakuan Yesus sebagai Allah (Yohanes 5:17-18 8:58-59 10:30-33).

Jadi orang-orang Yahudi itu mengerti bahwa pengakuan Yesus bahwa diriNya satu dengan Bapa / Allah ini berarti bahwa Yesus menganggap diriNya sebagai Allah (ay 33), tetapi mereka tidak mempercayai hal itu, dan kata-kata itu mereka anggap sebagai penghujatan / penyesatan. Dengan demikian dalam pandangan mereka Yesus adalah penghujat / nabi palsu, yang harus dihukum mati sesuai dengan Im 24:16 / Ul 13:5. Karena itulah maka orang-orang Yahudi itu lalu mengambil batu untuk merajam Yesus.

Dalam tafsirannya tentang ay 33 ini Adam Clarke berkata:

“When Christ said before, ver. 30, ‘I and the Father are one’, had the Jews understood him ... as only saying he had a unity of sentiments with the Father, they would not have attempted to treat him for this as a blasphemer; because in this sense Abraham, Isaac, Moses, David, and all the prophets, were one with God. But what irritated them so much was that they understood him as speaking of a unity of nature. Therefore they say here, ‘thou makest thyself God’; which word they understood, not in a figurative, metaphorical, or improper sense, but in the most literal meaning of the term” [= Pada waktu Kristus berkata sebelumnya, ay 30, ‘Aku dan Bapa adalah satu’, seandainya orang-orang Yahudi mengerti Dia ... sebagai hanya mengatakan bahwa Ia mempunyai kesatuan perasaan dengan Bapa, mereka tidak akan berusaha untuk memperlakukanNya sebagai seorang penghujat karena hal ini, karena dalam arti ini Abraham, Ishak, Musa, Daud, dan semua nabi-nabi, adalah satu dengan Allah. Tetapi apa yang begitu menjengkelkan mereka adalah bahwa mereka mengerti Dia sebagai berbicara tentang kesatuan hakekat. Karena itu mereka berkata di sini, ‘Engkau membuat diriMu sendiri Allah’; kata-kata mana mereka mengerti, bukan dalam arti kiasan atau simbolis, atau arti yang tidak benar, tetapi dalam arti yang paling hurufiah dari istilah itu] - hal 596.

3. Yesus menjawab mereka dalam ay 34-38, dan dalam jawaban ini sama sekali tidak terlihat bahwa Yesus menyangkal tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah. Bahkan Yesus tetap mempertahankan kesatuanNya dengan Bapa tersebut.

4. Andaikatapun kita menganggap bahwa kesatuan dalam ay 30 ini adalah dalam hal kuasa, karena ay 28-29 berbicara tentang kuasa untuk menjaga domba, maka penafsiran ini tetap menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Mengapa? Karena kalau Ia bisa satu dengan Bapa dalam hal kuasa, itu menunjukkan bahwa Ia juga maha kuasa sama seperti Bapa, dan itu jelas menunjukkan bahwa Ia adalah Allah. Tetapi problem dengan penafsiran tentang ‘kesatuan kuasa’ ini adalah bahwa kata dunamij / DUNAMIS maupun e]couisia / EXOUSIA, yang keduanya berarti ‘kuasa’ / ‘kekuatan’, sama-sama mempunyai jenis kelamin perempuan.

b) Ay 30 ini merupakan ayat yang penting dalam menghadapi 2 ajaran sesat dalam hal doktrin Allah Tritunggal, yaitu Arianisme dan Sabelianisme.

Dalam bahasa Yunani ay 30 berbunyi sebagai berikut:

EGO KAI HO PATER HEN ESMEN

I and the Father one we are

Aku dan Bapa satu kami adalah

Perhatikan bahwa sekalipun ada kata HEN (one / satu), tetapi digunakan bentuk jamak ESMEN (we are / kami adalah).

William Hendriksen: “It has been well said that e[n (HEN) frees us from the charybdis of Arianism (which denies the unity of essence), and e]smen (ESMEN) from the scylla of Sabellianism (which denies the diversity of the persons)” [= Telah dikatakan dengan baik / benar bahwa e[n (HEN) membebaskan kita dari bahaya Arianisme (yang menyangkal kesatuan hakekat), dan e]smen (ESMEN) dari bahaya Sabelianisme (yang menyangkal perbedaan pribadi-pribadi)] - hal 126.

Catatan:

1. Charybdis adalah nama pusaran air di pantai Sicilia, di depan batu karang yang bernama Scylla. Ini menimbulkan kiasan / ungkapan ‘between Scylla and Charybdis’ (= di antara Scylla dan Charybdis), yang artinya ‘faced with a choice of two dangers’ (= dihadapkan pada pemilihan terhadap dua bahaya), yaitu batu karang di satu sisi, dan pusaran air di sisi yang lain. William Hendriksen menganalogikan dengan persoalan ini: bahaya yang satu adalah Arianisme, dan bahaya yang lainnya adalah Sabellianisme.

2. Sabelianisme adalah ajaran yang menyangkal adanya lebih dari satu pribadi dalam Allah Tritunggal. Mereka mengakui bahwa Allah Tritunggal mempunyai 3 perwujudan, bukan 3 pribadi. Karena itu kata Yunani ESMEN (we are / kami adalah) dalam Yoh 10:30 ini penting untuk menghadapi ajaran ini. Kata ESMEN ini dengan jelas menunjukkan adanya lebih dari satu pribadi.

W. G. T. Shedd mengutip kata-kata Athanasius: “Had the Father and the Son not been two persons, the Son would not have said, ‘I and the Father are one,’ but ‘am one.’” (= Seandainya Bapa dan Anak bukan dua pribadi, Anak tidak akan berkata ‘I and the Father are one’, tetapi ‘am one’) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol 1, hal 281.

W. G. T. Shedd: “Similarly Augustine (Trinity, V. ix) remarks that the Sabellians must read the text thus: ‘I and my Father is one,’ instead of ‘are one.’” (= Dengan cara yang hampir sama Agustinus (Trinity, V. ix) berkata bahwa para pengikut Sabellianisme pasti membaca text itu demikian: ‘I and my Father is one’, dan bukannya ‘are one’)- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol 1, hal 281.

3. Arianisme (yang nantinya berreinkarnasi dalam bentuk Saksi Yehuwa) adalah ajaran yang menyangkal keilahian Yesus. Karena itu, kata Yunani HEN (one / satu) ini penting untuk menghadapi ajaran ini, karena kata ini menunjukkan kesatuan antara Yesus dengan Bapa, dan dengan demikian menunjukkan keilahian Yesus.

c) Apakah kesatuan dalam Yoh 10:30 sama dengan kesatuan dalam Yoh 17:21-22?

Yoh 17:20-23 - “(20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka; (21) supaya mereka semua menjadi satu, SAMA SEPERTI Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (22) Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, SAMA SEPERTI Kita adalah satu: (23) Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, SAMA SEPERTI Engkau mengasihi Aku”.

Kita tidak bisa menafsirkan bahwa kesatuan di antara orang-orang kristen adalah sama dalam segala hal / betul-betul sama dengan kesatuan antara Bapa dan Anak (bdk. ay 22b). Mengapa? Karena kata ‘sama seperti’, yang muncul 2 x, yaitu dalam Yoh 17:21,22 dalam bahasa Yunaninya adalah kaqwj (KATHOS), artinya bukanlah ‘sama dengan’, tetapi ‘as’ (= seperti), dan kata ‘seperti’ jelas tidak menunjukkan kesamaan yang mutlak atau kesamaan dalam segala hal! Dalam TDB kata itu diterjemahkan ‘sebagaimana’, mungkin dengan tujuan untuk membuat kesatuan antara Bapa dan Yesus itu betul-betul sama dengan kesatuan antara orang-orang percaya.

Perhatikan juga bahwa dalam Yoh 17:23b, kata-kata ‘sama seperti’ itu muncul lagi, dan itu menggunakan kata Yunani yang sama, yaitu kaqwj (KATHOS).

Yoh 17:23b - “bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku”.

Sekarang, pikirkan: apakah mungkin Bapa mengasihi kita (orang-orang kristen) dengan kasih yang betul-betul sama dengan kasih yang ada pada Dia terhadap Anak? Ini jelas tidak mungkin. Jadi terlihat bahwa kata Yunani kaqwj (KATHOS), artinya memang bukannya ‘betul-betul sama’, tetapi hanya ‘seperti’.

Di sini saya menambahkan beberapa komentar dari para penafsir tentang hal ini:

· Leon Morris (NICNT): “This does not mean that the unity between the Father and the Son is the same as that between believers and God. But it does mean that there is an analogy” (= Ini tidak berarti bahwa kesatuan antara Bapa dan Anak sama dengan kesatuan antara orang-orang percaya dan Allah. Tetapi itu berarti bahwa ada persamaannya) - hal 734.

· Leon Morris (NICNT): “This time Jesus prays that they may be one just as the Father and the Son are one. The bond which unites believers is to be of the very closest” (= Kali ini Yesus berdoa supaya mereka menjadi satu sama seperti Bapa dan Anak adalah satu. Ikatan yang mempersatukan orang-orang percaya adalah ikatan yang paling erat) - hal 735.

· Barnes’ Notes: “This does not affirm that the union between Christians should be in all respects like that between the Father and the Son, but only in the points in which they are capable of being compared. It is not the union of nature which is referred to, but the union of plan, of counsel, of purpose” (= Ini tidak menegaskan bahwa kesatuan antara orang-orang kristen harus dalam segala hal seperti kesatuan antara Bapa dan Anak, tetapi hanya dalam hal-hal dalam mana mereka bisa dibandingkan. Bukan kesatuan hakekat yang dimaksudkan, tetapi kesatuan rencana dan tujuan) - hal 347.

· William Hendriksen: “The unity for which Jesus is praying is not merely outward. He guards against this very common misinterpretation. He asks that the oneness of all believers resemble that which exists eternally between the Father and the Son. In both cases the unity is of a definitely spiritual nature. To be sure, Father, Son, and Holy Spirit are one in essence; believers, on the other hand, are one in mind, effort, and purpose. ... These two kinds of unity are not the same. Nevertheless, there is a resemblance” (= Kesatuan untuk mana Yesus berdoa bukanlah semata-mata kesatuan lahiriah. Ia menjaga terhadap penyalah-tafsiran yang sangat umum ini. Ia meminta supaya kesatuan dari orang-orang percaya menyerupai kesatuan yang ada secara kekal antara Bapa dan Anak. Dalam kedua kasus kesatuannya jelas bersifat rohani. Memang Bapa, Anak, dan Roh Kudus, satu dalam hakekat; sedangkan orang-orang percaya, satu dalam pikiran, usaha dan tujuan. ... Kedua jenis kesatuan ini tidak sama. Tetapi di sana ada kemiripan) - hal 364.

· F. F. Bruce: “The unity for which he prays is a unity of love; it is, in fact, their participation in the unity of love which subsists eternally between the Father and the Son. ... Earlier, the Evangelist has observed that Jesus, by his death, would ‘gather into one the dispersed children of God’ (John 11:52). It is this same unity for which Jesus now prays, and his language makes it plain that it is a unity of love - a unity which has its root within the soul but is manifested in outward action” [= Kesatuan untuk mana Ia berdoa adalah kesatuan kasih; dan dalam faktanya itu merupakan pertisipasi mereka dalam kesatuan yang ada secara kekal antara Bapa dan Anak. ... Sebelumnya, sang Penginjil (rasul Yohanes) telah menyebutkan bahwa Yesus, oleh kematianNya, akan ‘mengumpulkan menjadi satu anak-anak Allah yang tercerai berai’ (Yoh 11:52). Adalah kesatuan yang sama ini untuk mana Yesus sekarang berdoa, dan bahasaNya membuat jelas bahwa itu adalah kesatuan kasih - suatu kesatuan yang mempunyai akarnya dalam jiwa tetapi yang dinyatakan dalam tindakan lahiriah / luar] - hal 335.

7) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah, dan Ia rela mati untuk pengakuan itu (Matius 26:63-66 Yohanes 19:7).

Di depan sudah saya jelaskan bahwa pengakuan Yesus sebagai Anak Allah sama dengan pengakuan sebagai Allah.

Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi penga­kuan tersebut! Ini jelas menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah Anak Allah.

Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:

 

Yesus = Allah / Anak Allah

                         ____________________

                        ↓                                              ↓

Tidak benar                                 Benar

             ______­____                                   ↓

            ↓                      ↓                      Allah / Anak Allah

Tahu                Tidak tahu

      ↓                      ↓

Pendusta        Orang gila

dan tolol

 


Keterangan:

Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan ia mau mati untuk pengakuan itu. Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR. Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar. Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta). Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan. Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.

Jadi sekarang hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:

a) Yesus adalah seorang pendusta / orang tolol.

Kitab Suci jelas tidak pernah menunjukkan Yesus sebagai pendusta, karena kata-kataNya selalu benar. Kitab Suci juga tidak menunjukkan Yesus sebagai orang tolol, karena Kitab Suci justru menunjukkan bahwa Ia selalu bisa menjawab pertanyaan tokoh-tokoh agama Yahudi dengan jitu, dan mengalahkan mereka dalam setiap perdebatan.

b) Yesus adalah orang gila.

Ini lagi-lagi tidak mungkin karena kalau Ia adalah orang gila, Ia tidak akan diikuti oleh begitu banyak orang. Dan juga kalau Ia memang adalah orang gila, Ia tidak akan dihukum mati karena menghujat Allah. Para tokoh Yahudi itu pasti tidak akan menggubris kata-kata dari orang gila.

c) Yesus betul-betul adalah Anak Allah / Allah sendiri.

Yang mana dari ketiga pilihan di atas ini yang saudara pilih? Ingat, saudara tidak punya pilihan lain! Kalau saudara tidak mau mempercayai Yesus sebagai Allah, maka saudara harus mempercayai Dia sebagai pendusta, orang tolol, atau orang gila!

C. S. Lewis berkata: “A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse” (= Seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus kata­kan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau Ia adalah seorang gila ... atau Ia adalah Setan / Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau Orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau Ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).

8) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Matius 8:28-32).

Sekalipun setan sendiri percaya bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah, tetapi ia bisa mendustai manusia sedemikian rupa sehingga manusia tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah.

9) Penyembahan terhadap Yesus.

Kitab Suci bukan hanya mengijinkan, tetapi mengharuskan penyembahan, terhadap Yesus. Ini bisa terlihat dari Yohanes 5:22-23 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia”.

Kalau kita menghormati Bapa dengan menyembah Dia, maka jelas bahwa kita boleh, dan bahkan harus, menyembah Yesus.

John Owen: “To honour the Son as we ought to honour the Father, is that which makes us Christians, and which nothing else will so do” (= Menghormati Anak seperti kita seharusnya menghormati Bapa, adalah apa yang membuat kita orang-orang Kristen, dan tidak ada hal lain yang membuat demikian) - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 107.

Disamping itu, ada 3 hal yang ingin saya bahas tentang persoalan ini:

Kitab Suci secara explicit memerintahkan untuk menyembah Yesus.

Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.

Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau menerima penyembahan tersebut.

Mari kita menyoroti 3 hal ini satu per satu.

a) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.

1. Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.

Ibrani 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.

Kalau Yesus bukan Allah, adalah sesuatu yang tidak masuk akal bahwa Allah memerintahkan para malaikat untuk menyembah Dia. Karena itu merupakan sesuatu yang jelas bertentangan dengan Kitab Suci kalau Saksi-Saksi Yehuwa melarang untuk menyembah Yesus.

Tetapi kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 ini oleh NWT diterjemahkan ‘do obeisance’. Kata ini bisa diterjemahkan ‘menyembah’ atau ‘menghormat dengan membungkukkan badan’. Mungkin yang terakhir ini yang mereka maksudkan. Dan jelas bahwa mereka sengaja menterjemahkan Ibr 1:6 sedemikian rupa, sehingga tidak menunjukkan bahwa para malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus.

Tetapi, ada 2 alasan kuat yang membuktikan kesalahan terjemahan NWT ini:

a. Kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 berasal dari kata dasar PROSKUNEO, yang artinya memang ‘menyembah’. Ini juga kata Yunani yang sama seperti yang digunakan dalam Mat 4:9-10. Dalam Mat 4:9-10 NWT menterjemahkan ‘worship’ (= menyembah). Mengapa dalam Ibr 1:6 tidak demikian? Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran NWT dalam mengubah terjemahan seenaknya sendiri!

b. Ibr 1:6 itu merupakan kutipan dari Perjanjian Lama, yaitu Maz 97:7, yang merupakan perintah bagi para malaikat untuk menyembah YAHWEH. Dan karena itu, jelas bahwa dalam Ibr 1:6 harus digunakan istilah ‘menyembah’.

Mazmur 97:1-7 - “(1) TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! (2) Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhtaNya. (3) Api menjalar di hadapanNya, dan menghanguskan para lawanNya sekeliling. (4) Kilat-kilatNya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. (5) Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. (6) Langit memberitakan keadilanNya, dan segala bangsa melihat kemuliaanNya. (7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepadaNya”.

Catatan:

· Saya mengutip mulai ay 1, supaya saudara bisa melihat kontextnya, yang jelas membicarakan TUHAN / YAHWEH (ay 1).

· Kitab Suci Indonesia salah terjemahan karena menterjemahkan bagian akhir dari ay 7 (yang saya garis bawahi) bukan sebagai perintah, tetapi sebagai pernyataan biasa. RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia. Bandingkan dengan KJV, yang menterjemahkan bagian itu sebagai kalimat perintah.

KJV: ‘worship him, all ye gods’ (= sembahlah Dia, kamu semua allah-allah). NIV/NASB » KJV.

· Siapa yang disebut ‘allah-allah’ ini?

Ada yang menganggap bahwa kata ‘allah-allah’ dalam ay 7b ini menunjuk kepada dewa-dewa dalam ay 7a.

A. H. Strong: “Ann. Par. Bible: Although the deities of the heathen have no positive existence, they are described in Scripture as if they had, and are resresented as bowing down before the majesty of Jehovah” (= Ann. Par Bible: Sekalipun allah-allah dari orang kafir tidak mempunyai keberadaan yang positif, tetapi dalam Kitab Suci mereka digambarkan seakan-akan mereka mempunyai keberadaan, dan digambarkan sebagai membungkuk / menyembah di depan keagungan Yehovah) - ‘Systematic Theology’, hal 307.

Tetapi saya berpendapat bahwa kata ‘gods’ (= allah-allah) dalam ay 7 ini jelas menunjuk kepada malaikat-malaikat, karena terlihat bahwa dalam mengutip ayat ini, penulis surat Ibrani (yang jelas diilhami oleh Roh Kudus, sehingga tulisannya pasti benar) menterjemahkannya menjadi ‘malaikat-malaikat’. Juga dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani), kata ini diterjemahkan ‘malaikat-malaikat’ (A. H. Strong, ‘Systematic Theology’, hal 307).

Jadi, kalau dalam Mazmur 97:7 malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah YAHWEH, maka dalam Ibr 1:6 malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus! Semua ini menunjukkan bahwa Yesus memang adalah YAHWEH, dan karena itu Ia harus disembah!

A. H. Strong: “Those who are figuratively and rhetorically called ‘gods’ are bidden to fall down in worship before him who is the true God, Jesus Christ” (= Mereka yang secara kiasan dan rhetorik disebut ‘allah-allah’ diperintahkan untuk jatuh / tersungkur dalam penyembahan di hadapanNya yang adalah Allah yang benar / sejati, Yesus Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 307.

A. H. Strong menceritakan bahwa seorang yang bernama Charles Lamb, pada waktu bersama dengan beberapa temannya berkhayal tentang orang-orang besar yang hidup kembali. Lalu ada pertanyaan: Bagaimana jika Kristus memasuki ruangan ini? Ia menjawab:

“if Shakespere entered, we should all rise; if He appeared, we must kneel” (= jika Shakespeare masuk, kita semua harus berdiri; jika Ia muncul, kita harus berlutut) - ‘Systematic Theology’, hal 312.

2. Maz 2:11-12a - “(11) Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar, (12) supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala”.

Kitab Suci Indonesia terjemahannya kacau (demikian juga dengan RSV), khususnya kata ‘kaki’ yang saya garis bawahi! Seharusnya adalah ‘Anak’, yang jelas menunjuk kepada Yesus!

KJV: ‘(11) Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry, and ye perish from the way, when his wrath is kindled but a little’ [= (11) Layanilah / beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa dari jalan, pada waktu murkaNya dinyalakan sedikit saja].

NIV: ‘(11) Serve the LORD with fear and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry and you be destroyed in your way, for his wrath can flare up in a moment’ [= (11) Layanilah / Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah dan kamu dibinasakan / dihancurkan di jalanmu, karena murkaNya bisa menyala dalam sekejap].

NASB: ‘(11) Worship the LORD with reverence, And rejoice with trembling. (12) Do homage to the Son, lest He become angry, and you perish in the way, For His wrath may soon be kindled’ [= Beribadahlah / sembahlah TUHAN dengan hormat / takut, Dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Sembahlah / hormatilah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa di jalan, Karena murkaNya bisa menyala dengan cepat].

NWT: “Kiss the son” (= Ciumlah anak / putra).

Mengapa Kitab Suci Indonesia / KJV / NIV menterjemahkan ‘Ciumlah’ / ‘Kiss’, tetapi NASB menterjemahkan ‘Do homage’ (= Sembahlah / hormatilah)? Rupanya karena kata ‘cium’ berhubungan dengan penyembahan. Ini terlihat dari beberapa ayat seperti:

· Hosea 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia MENCIUM anak-anak lembu!”.

Calvin tentang Hos 13:2: “by kissing he means by a figure a profession of worship or adoration” (= dengan ‘mencium’ ia memaksudkan dengan suatu penggambaran suatu pengakuan tentang penyembahan dan pemujaan) - hal 453.

Dan Calvin lalu memberi contoh ayat lain, dimana kata ‘mencium’ juga diartikan seperti itu, yaitu 1Raja 19:18

· 1Raja 19:18 - “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

· Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari”.

NIV: ‘my hand offered them a kiss of homage’ (= tanganku memberikan mereka ciuman penghormatan / penyembahan).

Catatan: kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mencium’ dalam Ayub 31:27, 1Raja 19:18, Hos 13:2, dan Maz 2:11, berasal dari kata dasar Ibrani yang sama yaitu qwanA (NASHAQ), yang memang berarti ‘kiss’ (= mencium).

Jadi, kalau dalam Mazmur 2:12 itu diperintahkan supaya kita mencium Anak / Yesus, itu berarti bahwa kita diperintahkan untuk menyembah Dia!

Calvin tentang Maz 2:11-12: “The term ‘kiss’ refers to the solemn token or sign of honour which subjects were wont to yield to their sovereigns. The sum is, that God is defrauded of his honour if he is not served in Christ” (= Istilah ‘cium’ menunjuk pada bukti atau tanda penghormatan yang biasanya diberikan oleh orang-orang yang ditundukkan kepada penguasa mereka. Kesimpulannya adalah bahwa Allah diambil kehormatanNya jika Ia tidak disembah dalam Kristus) - hal 24.

Dan tentang kata-kata selanjutnya dalam Maz 2:12, yang berbunyi ‘supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala’, Calvin berkata:

“What follows immediately after is a warning to those who despise Christ, that their pride shall not go unpunished; as if he had said, As Christ is not despised without indignity being done to the Father, who hath adorned him with his own glory, so the Father himself will not allow such an invasion of his sacred rights to pass unpunished” (= Apa yang langsung mengikutinya adalah suatu peringatan kepada mereka yang meremehkan / merendahkan / menghina Kristus, bahwa kesombongan mereka tidak akan lolos dari hukuman; seakan-akan Ia mengatakan: Sebagaimana Kristus tidak dihina tanpa penghinaan dilakukan kepada Bapa, yang telah menghiasi Dia dengan kemuliaanNya sendiri, demikian pula Bapa sendiri tidak akan mengijinkan pelanggaran dari hak-hak yang keramat seperti itu untuk berlalu tanpa dihukum) - hal 25.

3. Mazmur 45:7-12 - “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu. (9) Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau; (10) di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. (11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! (12) Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.

Catatan: kata ‘kepunyaan’ dalam ay 7 itu seharusnya adalah ‘ya’. Bdk. Ibr 1:8-9.

Bahwa bagian ini berbicara tentang Yesus adalah jelas, karena ay 7-8nya dikutip dalam Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

Kalau saudara sudah yakin bahwa Maz 45 itu berbicara tentang Yesus, sekarang perhatikan Maz 45:12, khususnya bagian yang saya garis bawahi itu, yang berbunyi: “dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.

KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him’ (= karena ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia).

NWT: “bow down” [= membungkuklah (untuk menghormat)].

Kata yang digunakan oleh NWT ini sama sekali tidak menunjuk pada penyembahan, tetapi hanya menunjuk pada penghormatan. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa NWT membengkokkan terjemahannya, karena kata Ibrani yang diterjemahkan ‘sembah’ / ‘sujud’ di sini adalah kata yang sama dengan yang digunakan dalam Kej 24:26, yang menunjukkan hamba Abraham menyembah TUHAN. Jadi jelas bahwa Maz 45:12 ini memerintahkan penyembahan, bukan sekedar penghormatan, terhadap Yesus!

Tetapi kepada siapa perintah untuk sujud dalam Maz 45:12 itu diberikan? Kepada ‘permaisuri’ (Maz 45:10) atau ‘puteri’ (Maz 45:11), yang menunjuk kepada ‘Gereja’, karena ‘Gereja’ memang adalah ‘pengantin’ dari Kristus (bdk. Ef 5:23-32 2Kor 11:2 Wah 21:2,9 Wah 22:17)! Jadi, Maz 45:12 ini merupakan perintah yang ditujukan kepada Gereja untuk menyembah / sujud kepada Kristus!

W. S. Plumer: “If the worship which are commanded to render to Jesus Christ (v. 11) does not establish his divinity, how can any man establish the divinity of the Father or his claim to religious homage?” [= Jika penyembahan yang diperintahkan untuk diberikan kepada Yesus Kristus (ay 12) tidak membuktikan keilahianNya, bagaimana seseorang bisa membuktikan keilahian dari Bapa atau claimNya terhadap / untuk penghormatan agamawi?] - hal 521.

b) Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.

1. Daniel 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah”.

Calvin memberikan beberapa penjelasan tentang ayat ini:

· Tentang ‘seorang seperti anak manusia’ (ay 13a) itu, Calvin berkata (hal 40) bahwa tidak diragukan bahwa ini menunjuk kepada Kristus. Tetapi mengapa ada kata ‘seperti’? Calvin berkata (hal 41) bahwa digunakan kata ‘seperti’ karena ini ada pada jaman Perjanjian Lama dimana kemanusiaan Yesus itu belum ada / Yesus belum berinkarnasi sebagai manusia.

· Tentang kata-kata ‘diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan’, Calvin mengatakan (hal 44) bahwa ini tidak berkenaan dengan Kristus sebagai Allah, tetapi Kristus sebagai Pengantara / sebagai manusia.

· Tentang bagian yang menunjukkan bahwa semua orang akan ‘mengabdi’ [NIV: ‘worshiped’ (= menyembah); KJV/RSV/NASB/NWT: ‘serve’ (= melayani / beribadah)] kepadanya (ay 14b), Calvin mengatakan (hal 43) bahwa ini membuktikan bahwa Kristus betul-betul adalah Allah, karena Allah tidak mungkin memberikan kemuliaanNya kepada yang lain. Yes 42:8 - “Aku ini TUHAN, itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung”.

2. Filipi 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Jadi, pada akhir jaman, semua lutut akan bertelut, dan segala lidah akan mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan! Orang-orang percaya akan melakukan dengan sukarela dan dengan sukacita, orang-orang yang tidak percaya, termasuk Saksi-Saksi Yehuwa, akan melakukan dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya (mereka tetap tidak diselamatkan).

Bandingkan text ini dengan:

a. Yes 45:23 - “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulutKu telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa” (Walter Martin, hal 89).

b. Roma 14:8-12 (ay 11nya mengutip dari Yesaya 45:23) - “(8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. (10) Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. (11) Karena ada tertulis: ‘Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu dan semua orang akan memuliakan Allah.’ (12) Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.

Dalam ay 9nya Paulus berbicara tentang Kristus yang menjadi Tuhan atas orang-orang mati maupun orang-orang hidup. Lalu dalam ay 10nya Paulus berbicara tentang penghakiman Allah. Jelas bahwa ia mau menekankan Kristus sebagai Hakim (bdk. Yoh 5:22 - “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak”). Dan dalam ay 11 Paulus lalu mengutip Yes 45:23. Jelas bahwa ia mengutip ayat itu dan menerapkannya kepada Kristus.

Calvin, dalam tafsirannya tentang Ro 14:11 ini, mengatakan (hal 502) bahwa pada akhir jaman nanti semua musuh-musuh Kristus akan tersungkur di bawah kakiNya dan menjadi tumpuan kakiNya (bdk. Maz 110:1 Mat 22:44 Kis 2:35 Ibr 1:13 Ibr 10:13).

Calvin lalu menambahkan:

“This is also a remarkable passage for the purpose of confirming our faith in the eternal divinity of Christ: for it is God who speaks here, and the God who has once for all declared, that he will not give his glory to another. (Is. 42:8.) Now if what he claims here to himself alone is accomplished in Christ, then doubtless he in Christ manifests himself” [= Ini juga merupakan suatu text yang luar biasa untuk meneguhkan iman kita dalam keilahian kekal dari Kristus: karena adalah Allah yang berbicara di sini, dan Allah yang telah menyatakan sekali untuk selamanya, bahwa Ia tidak akan memberikan kemuliaanNya kepada orang lain (Yes 42:8). Sekarang jika apa yang Ia claim di sini hanya bagi diriNya sendiri dicapai dalam Kristus, maka tidak diragukan bahwa Ia menyatakan diriNya sendiri dalam Kristus] - hal 502.

Perhatikan bahwa Yes 45:23 dan Ro 14:11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan Allah, sedangkan Fil 2:9-11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan Kristus.

Calvin, yang beranggapan bahwa baik Fil 2:9-11 maupun Ro 14:11 berhubungan dengan atau bahkan mengutip dari Yes 45:23, lalu menyimpulkan:

“From this, however, we infer that Christ is that eternal God who spoke by Isaiah” (= Dari sini, bagaimanapun, kami menyimpulkan bahwa Kristus adalah Allah yang kekal itu yang berbicara melalui Yesaya) - ‘Commentary on the Epistle of the Philippians’, hal 63.

c) Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau menerima penyembahan tersebut.

1. Dalam Kitab Suci sendiri ada beberapa kasus dimana Yesus disembah.

a. Di dunia.

· Mat 2:2,11 - “(2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ ... (11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur”.

Kalau Yesus bukan Allah, maka:

* rencana penyembahan terhadapNya dalam diri orang-orang Majus (ay 2), merupakan suatu dosa. Seharusnya T./ menghukum mereka karena ‘niat jahat’ mereka! Tetapi mengapa ternyata Tuhan justru memimpin mereka dengan menggunakan Firman Tuhan dari imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 4-6), dan juga dengan bintang lagi (ay 9), sampai mereka menemukan bayi Yesus, sehingga mereka lalu betul-betul menyembahNya (ay 11)?

* penyembahan terhadap Yesus yang baru dilakukan oleh orang-orang Majus merupakan suatu pemberhalaan / dosa. Tetapi mengapa para orang Majus yang menyembah Yesus ini bukannya dihukum, tetapi sebaliknya diberi pimpinan oleh Tuhan melalui mimpi, untuk tidak kembali kepada Herodes (ay 12)?

Jelas bahwa Allah berkenan dengan penyembahan yang mereka lakukan terhadap Yesus, dan itu menunjukkan bahwa Yesus memang adalah Allah.

· Matius 8:2 - “Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.’”.

· Mat 9:18 - “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.

· Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.

· Mat 15:25 - “Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: ‘Tuhan, tolonglah aku.’”.

· Mat 17:14 - “Ketika Yesus dan murid-muridNya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah”.

· Mat 20:20 - “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya”.

· Mat 28:9,17 - “(9) Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya. ... (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu”.

· Yoh 9:38 - “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembahNya”.

· Luk 24:51-52 - “(51) Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (52) Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita”.

Baik Yesus maupun Kitab Suci, tidak pernah menyalahkan orang-orang yang menyembah Yesus ini!

b. Di surga.

Wah 5:6-14 - “(6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah”.

Kata ‘tersungkurlah’ dalam ay 8 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud’, dan kata-kata ‘jatuh tersungkur dan menyembah’ dalam ay 14 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud dan menyembah’.

Jelas bahwa ‘Anak Domba’ itu menunjuk kepada Yesus, dan karena itu text ini menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus dimuliakan dan disembah, di surga!

Philip Schaff: “Christ cannot be a proper object of worship, as he is represented in Scripture and has always been regarded in the Church, without being strictly divine. To worship a creature is idolatry” (= Kristus tidak bisa merupakan obyek penyembahan yang benar, sebagaimana Ia digambarkan dalam Kitab Suci dan sebagaimana Ia selalu dianggap dalam Gereja, kalau Ia bukan Allah dalam arti yang ketat. Menyembah suatu ciptaan adalah penyembahan berhala) - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 662.

2. Yesus menerima penyembahan tersebut.

Kalau saudara membaca ayat-ayat di atas dimana Yesus disembah, maka Yesus bukannya menegur orang-orang yang menyembah diriNya itu, atau menolak penyembahan mereka, tetapi sebaliknya, Yesus mau menerima penyembahan tersebut, padahal Ia sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah.

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Saksi-Saksi Yehuwa rupanya bingung bagaimana menafsirkan ayat-ayat dimana Yesus disembah seperti dalam Mat 14:33, dan juga Ibr 1:6, dimana malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus, padahal Yesus sendiri berkata dalam Mat 4:10 bahwa kita hanya boleh menyembah Allah. Juga perlu diperhatikan bahwa dalam semua ayat-ayat ini kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyembah’ adalah sama, yaitu PROSKUNEO.

Dan mereka lalu berkata tentang Mat 4:10 sebagai berikut: “kita harus mengerti bahwa ini adalah pro-skyne’o dengan sikap hati dan pikiran tertentu yang harus ditujukan hanya kepada Allah saja” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 434.

Komentar saya: Ini jelas merupakan penafsiran yang seenaknya sendiri, yang jelas-jelas memutar-balikkan Kitab Suci, dan merupakan suatu tindakan memperkosa ayat Kitab Suci!

Mungkin untuk membenarkan usahanya, mereka juga mengatakan (hal 433) bahwa kata Yunani yang sama digunakan dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani) dalam Kej 23:7 dan 1Raja 1:23, padahal dalam kedua ayat ini tindakan menyembah itu dilakukan bukan terhadap Allah, tetapi terhadap manusia. Untuk menjawab ini perlu diketahui bahwa pada jaman Perjanjian Lama, kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 itu belum ada, dan karena itu dalam jaman Perjanjian Lama kita sering menjumpai manusia yang menyembah manusia. Tetapi sejak Yesus mengucapkan Mat 4:10, maka hal itu dilarang. Karena itu Petrus menolak sembah dari Kornelius (Kis 10:25-26), dan Paulus dan Barnabas juga menolak sembah dari orang banyak (Kis 14:11-18) dan malaikat menolak sembah dari rasul Yohanes (Wah 19:10 Wah 22:8-9).

Mungkin mereka akan berkata: bukankah kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 itu dikutip dari Perjanjian Lama? Jadi bukankah itu sudah ada pada jaman Perjanjian Lama?

Jawaban saya: kata-kata Yesus itu memang dikutip dari Perjanjian Lama, yaitu dari Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”.

Sekarang bandingkan dengan Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Jadi, kalau dalam Ul 6:13 tidak ada kata ‘hanya’ (tetapi jelas ada secara implicit, karena TUHAN / YAHWEH hanya ada satu - Ul 6:4), maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata ‘hanya’ itu secara explicit.

Catatan: dalam terjemahan NIV, Ul 6:13 mengandung kata ‘only’ (= hanya), tetapi sebetulnya kata itu tidak ada.

NIV: ‘Fear the LORD your God, serve him only and take your oaths in his name.’ (= Takutilah TUHAN Allahmu, layanilah / sembahlah Dia saja dan bersumpahlah dalam namaNya).

Dalam NASB juga diberi kata ‘only’, tetapi kata itu dicetak dengan huruf miring untuk menandakan bahwa kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya.

NASB: ‘You shall fear only the LORD your God; and you shall worship Him, and swear by His name’ (= Kamu harus takut hanya kepada TUHAN Allahmu; dan kamu harus menyembahNya, dan bersumpah dengan namaNya).

Tetapi dalam Ul 6:13 versi KJV dan RSV tidak ada kata ‘hanya’.

KJV: ‘Thou shalt fear the LORD thy God, and serve him, and shalt swear by his name’ (= Kamu harus takut kepada TUHAN Allahmu; dan kamu harus menyembahNya, dan bersumpah dengan namaNya).

RSV: ‘You shall fear the LORD your God; you shall serve him, and swear by his name’ (= Kamu harus takut kepada TUHAN Allahmu; kamu harus melayani / menyembah Dia, dan bersumpah dengan namaNya).

3. Bandingkan penyembahan terhadap Yesus dan penerimaan Yesus terhadap sembah itu, dengan:

· Rasul-rasul yang menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).

· Malaikat, yang juga menolak sembah, dan berusaha mengalihkan penyembahan itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9).

· Herodes, yang karena mau menerima penghormatan ilahi, lalu dihukum mati oleh Allah (Kis 12:20-23).

Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

10) Doa kepada Yesus.

a) Yesus sendiri memerintahkan kita untuk berdoa kepadaNya.

Yoh 14:14 - “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.’”.

KJV: ‘If ye shall ask any thing in my name, I will do it’ (= Jika kamu meminta apapun dalam namaKu, Aku akan melakukannya). RSV » KJV.

NIV: ‘You may ask me for anything in my name, and I will do it’ (= Kamu boleh meminta kepadaKu apapun dalam namaKu, dan Aku akan melakukannya).

NASB: ‘If you ask Me anything in My name, I will do it’ (= Jika kamu meminta apapun kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya).

Jadi ada versi Kitab Suci yang mempunyai kata ‘kepadaKu’ itu, dan ada yang tidak mempunyainya.

1. Kata ‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.

Ada manuscript yang mempunyainya dan ada manuscript yang tidak mempunyainya. Sekarang pertanyaannya adalah: apakah manuscript yang tidak mempunyai kata itu yang menghapus, atau manuscript yang mempunyai kata itu yang menambahi?

Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini:

· Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’ kelihatannya aneh. Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce:

“If something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as addressed to the Father” (= Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang sebagai ditujukan kepada Bapa) - hal 301.

· Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, dimana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.

Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya didukung oleh / sesuai dengan kata-kata ‘Aku akan melakukannya’ pada akhir dari ay 14.

2. Kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja juga boleh ditujukan kepada Roh Kudus).

William Hendriksen: “now the disciples are told that they must not only pray in the name of Christ but to Christ” (= sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam nama Kristus tetapi kepada Kristus) - hal 274.

Leon Morris (NICNT): “The two are inseparable, as throughout this paragraph. That is why prayer may be addressed to either” [= Keduanya (Bapa dan Anak) tidak terpisahkan, seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada yang manapun dari Mereka] - hal 646.

Leon Morris (NICNT): “There is no object to the verb ‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it is Christ or the Father who is to be asked (though it is Christ who will ‘do’ the response). ... We expect the same to be true of this verse. However the true text appears to be ‘if ye shall ask me anything in my name’. Prayer may be addressed to the Son as well as to the Father. But it is still ‘in my name’. ... As in the previous verse, the prayer will be answered by Christ” [= Tidak ada obyek bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya (ay 13), sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepada Kristus atau kepada Bapa (sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita mengharapkan hal yang sama untuk ayat ini (ay 14). Tetapi text yang benar kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’. Doa boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa. Tetapi itu tetap ‘dalam namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya (ay 13), doa akan dijawab oleh Kristus] - hal 647.

Pulpit Commentary: “Surely this passage is the true justification of prayer to Christ himself” (= Jelas bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada Kristus sendiri) - hal 225.

b) Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang kematiannya.

Kis 7:59-60 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.

Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 7:55).

3. Bandingkan doa Stefanus dalam Kis 7:59 ini dengan Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”.

Kalau pada saat seseorang mati, rohnya kembali kepada Allah, mengapa Stefanus menyerahkan rohnya kepada Yesus? Jelas karena Yesus adalah Allah!

c) Paulus juga berdoa kepada Yesus.

1. 2Kor 12:8 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku”.

Bagian yang saya garis bawahi itu dalam TDB diterjemahkan: “Untuk hal itu, sudah tiga kali aku memohon kepada Tuan agar itu enyah dariku”.

Jadi, Saksi-Saksi Yehuwa menterjemahkan ‘Tuan’, sehingga jelas bahwa yang dimaksudkan adalah Yesus. Juga mereka menggunakan kata ‘memohon’, dan karena itu bagian ini merupakan dasar yang kuat untuk menunjukkan bahwa doa boleh ditujukan kepada Yesus!

2. 1Tes 2:18, 3:10-11 - “(2:18) Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami. ... (3:10) Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. (3:11) Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu”.

a. Kata-kata ‘berdoa’ oleh TDB diterjemahkan: ‘membuat permohonan’.

KJV/RSV/NASB: ‘praying’ (= berdoa).

NIV: ‘pray’ (= berdoa).

b. Dalam text ini terlihat bahwa Paulus berdoa dan berharap, bukan hanya kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus, untuk membuka jalan sehingga ia bisa datang ke Tesalonika.

d) Rasul Yohanes, dalam bagian akhir dari kitab Wahyu, juga menaikkan suatu seruan / doa kepada Yesus.

Wah 22:20 - “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”.

Kata-kata ‘Amin, datanglah segera Tuhan Yesus!’ jelas diucapkan oleh rasul Yohanes kepada Yesus, dan merupakan suatu doa kepada Yesus!

John Owen: “So the whole Scripture is closed with a prayer of the church unto the Lord Christ, expressing their faith in him: ‘Even so, come, Lord Jesus,’ Rev. 22:20” (= Demikianlah seluruh Kitab Suci ditutup dengan suatu doa dari gereja kepada Tuhan Kristus, menyatakan iman mereka kepadaNya: ‘Datanglah, Tuhan Yesus’, Wah 22:20) - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 111.

e) Semua orang percaya di segala tempat berdoa kepada Yesus.

1Kor 1:2b - “dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita”.

Kata-kata ini jelas menunjukkan bahwa orang kristen boleh berdoa kepada Yesus!

Calvin: “he says that Christ is called upon by believers, and this affords a proof of his divinity - invocation being one of the first expressions of Divine homage” (= ia berkata bahwa Kristus dipanggil oleh orang-orang percaya, dan ini memberikan suatu bukti keilahianNya - karena doa merupakan salah satu ungkapan dari penghormatan Ilahi) - hal 53.

f) Beberapa orang berdialog (= berdoa!) dengan Yesus (setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga), yaitu:

· Saulus dalam Kis 9:4-6 - “(4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.

· Ananias dalam Kis 9:10-16 - “(10) Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: ‘Ananias!’ Jawabnya: ‘Ini aku, Tuhan!’ (11) Firman Tuhan: ‘Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, (12) dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.’ (13) Jawab Ananias: ‘Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem. (14) Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil namaMu.’ (15) Tetapi firman Tuhan kepadanya: ‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (16) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu.’”.

· Petrus dalam Kis 10:13-16 - “(13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’ (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit”.

g) Wah 5:8 menunjukkan bahwa doa orang-orang kudus dipersembahkan kepada Yesus.

Wah 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.

Kata ‘tersungkurlah’ dalam ayat ini menunjukkan bahwa keempat makhluk dan keduapuluh-empat tua-tua menyembah Yesus. Dan mereka membawa ‘kecapi’, yang menunjukkan bahwa mereka memuji Yesus. Dan mereka juga membawa ‘satu cawan emas, penuh dengan kemenyan’, yang menunjuk kepada ‘doa orang-orang kudus’. Kalau memang doa tidak boleh ditujukan kepada Yesus, mengapa cawan emas ini dibawa ke hadapan Yesus?

James B. Ramsey: “what a mass of overwhelming evidence is here again presented to us of the divinity of Jesus! ... It is as the Lamb that He is adored by all the redeemed church, by all the angelic throngs, and by a whole worshipping creation; and that with precisely the same homage, which they offer to Him that sitteth on the throne. ...let us joyfully unite in their homage, prostrating ourselves before His throne in hearty consecration to His service, and hailing Him as our Lord and our God” (= di sini lagi-lagi diberikan sangat banyak bukti yang berkelimpahan tentang keilahian Yesus! ... Adalah sebagai Anak Domba Ia dipuja oleh seluruh gereja yang ditebus, oleh seluruh kerumunan malaikat, dan oleh seluruh ciptaan yang menyembah; dan itu dilakukan dengan penyembahan yang persis sama, dengan yang mereka berikan kepada Dia yang duduk di atas takhta. ... hendaklah kita dengan sukacita bersatu dalam penyembahan mereka, dengan meniarapkan diri kita sendiri di hadapan takhtaNya dalam penyerahan yang sungguh-sungguh kepada pelayananNya, dan menyambut Dia sebagai Tuhan kita dan Allah kita) - hal 309,310.

Catatan: mungkin bagian yang saya garis bawahi itu menunjuk pada Wah 8:3-4 - “(3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah”.

11) Yesus ‘diidentikkan’ dengan Tuhan dan Allah.

a) Mark 5:19 - “Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’”.

Luk 8:39 - “‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’”.

Dari kedua ayat ini terlihat bahwa Yesus memerintahkan orang yang telah Ia sembuhkan dari kerasukan setan itu untuk menceritakan apa yang telah diperbuat oleh Tuhan / Allah atasnya. Apa yang Yesus perintahkan itu sesuai dengan Maz 66:16 - “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukanNya terhadap diriku”.

Tetapi apa yang lalu terjadi?

Mark 5:20 - “Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran”.

Luk 8:39b - “Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”.

Orang itu ternyata menceritakan apa yang diperbuat oleh Yesus atasnya. Jelas bahwa Yesus dianggap sebagai ‘Tuhan’ (TDB: ‘Yehuwa’) dan ‘Allah’.

b) Kekristenan disebut sebagai ‘jalan Tuhan (= Yesus)’ dan juga sebagai ‘jalan Allah’.

Dalam tafsirannya tentang Kis 18:24-28, William Barclay berkata:

“Christianity is here described as The Way of the Lord. One of the commonest titles in Acts is The Way (9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22)” [= Kekristenan di sini digambarkan sebagai Jalan Tuhan. Salah satu gelar yang paling umum dalam Kisah Rasul adalah ‘Jalan’ (9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22)] - hal 139.

Kis 13:10 - “dan berkata: ‘Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?”.

Kis 18:25-26 - “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.

kata ‘Tuhan’ dalam Kis 13:10 dan Kis 18:25 pasti menunjuk kepada Yesus, karena:

1. Dalam Kis 13:6-8, Paulus sedang memberitakan Injil (tentang Yesus) kepada gubernur, dan seorang tukang sihir berusaha menghalangi gubernur itu untuk percaya kepada Yesus. Lalu Paulus mengucapkan kata-kata dalam Kis 13:10 itu kepada tukang sihir itu.

2. Kis 18:25b mengatakan ‘ia mengajar tentang Yesus’.

3. Kekristenan bisa disebut ‘jalan Tuhan / Yesus’, mungkin ada hubungannya dengan kata-kata Yesus: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup’ (Yoh 14:6a).

Dengan demikian kata ‘Tuhan / Yesus’ dalam Kis 13:10 dan Kis 18:25 bisa diganti dengan kata ‘Allah’ dalam Kis 18:26, dan itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

c) Hari kedatangan Yesus yang keduakalinya disebut ‘hari Tuhan (= Yesus)’ dan juga ‘hari Allah’.

Ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang menyebut hari kedatangan Yesus yang keduakalinya sebagai ‘hari Tuhan’, dimana kata ‘Tuhan’ itu jelas menunjuk kepada Yesus:

· Kis 2:20 - “Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan (TDB: ‘hari Yehuwa’), hari yang besar dan mulia itu”.

· 1Kor 1:8 - “Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan (TDB: ‘hari Tuan’) kita Yesus Kristus”.

· 1Kor 5:5 - “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan (TDB: ‘hari Tuan’)”.

· 2Kor 1:14 - “seperti yang telah kamu pahamkan sebagiannya dari kami, yaitu bahwa pada hari Tuhan (TDB: ‘hari Tuan’) Yesus kamu akan bermegah atas kami seperti kami juga akan bermegah atas kamu”.

· 1Tes 5:2 - “karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan (TDB: ‘hari Yehuwa’) datang seperti pencuri pada malam”.

· 2Tes 2:2 - “supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan (TDB: ‘hari Yehuwa’) telah tiba”.

· 2Pet 3:10 - “Tetapi hari Tuhan (TDB: ‘hari Yehuwa’) akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap”

Perhatikan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mengubah kata ‘hari Tuhan’ itu menjadi ‘hari Yehuwa’. Tetapi mereka tidak bisa mengubah semuanya, karena ada ayat-ayat dimana kata-kata ‘hari Tuhan’ itu diikuti / didahului dengan nama Yesus / Yesus Kristus, sehingga dalam ayat-ayat ini mereka terpaksa menterjemahkan dengan ‘hari Tuan’, seperti dalam 1Kor 1:8 1Kor 5:5 2Kor 1:14.

Sekarang perhatikan 2Pet 3:12 - “yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya”.

KJV/RSV/NIV/NASB/NKJV/ASV: ‘the day of God’ (= hari Allah).

Jadi, kata ‘Tuhan’ yang dipakai dalam ayat-ayat di atas untuk menunjuk kepada Yesus sekarang diganti dengan kata ‘Allah’. Dan ini menunjukkan bahwa Yesus memang adalah ‘Tuhan’ maupun ‘Allah’ sendiri.

Kurang ajarnya, dalam NWT / TDB Saksi-Saksi Yehuwa menterjemahkan 2Pet 3:12 ini sebagai ‘the day of Jehovah’ (= hari Yehuwa), padahal di sini digunakan kata Yunani TOU THEOU (= the God / sang Allah).

Tetapi ini tidak mengurangi kekuatan argumentasi kita. Karena dengan menggunakan terjemahan NWT / TDB maka Yesus, yang digambarkan sebagai ‘Tuan’ dalam ayat-ayat tertentu, digambarkan sebagai ‘Yehuwa’ dalam ayat-ayat yang lain. Jadi Yesus adalah Yehuwa!

Sebagai penutup dalam bagian tentang bukti-bukti keilahian Kristus ini, saya ingin memberikan beberapa pandangan / kutipan dari para penafsir / ahli theologia, tentang orang-orang yang menyangkal keilahian Yesus.

1. Hanya orang yang sengaja membutakan diri dan tidak mau melihat kebenaran, yang bisa menyangkal keilahian Kristus, yang begitu banyak dinyatakan dalam Kitab Suci.

Loraine Boettner: “In view of this great mass of evidence we are completely unable to understand how any fair-minded person can rise up and say, as do the Unitarians and Modernists, that Christ was not Deity, or that He did not claim Deity. In fact, we must go farther and say that such opposition appears to be based on nothing other than blind opposition and a determination not to accept that evidence no matter how clear and strong it may be” (= Mengingat bukti yang begitu banyak kami sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana seseorang yang mempunyai pikiran yang adil bisa berdiri dan berkata, seperti yang dilakukan oleh penganut-penganut Unitarianisme dan Modernisme, bahwa Kristus bukanlah Allah, atau bahwa Ia tidak mengclaim keAllahan. Dalam faktanya, kita harus melanjutkan dan berkata bahwa oposisi seperti itu kelihatannya tidak didasarkan pada apapun selain oposisi yang buta dan suatu ketetapan hati untuk tidak menerima bukti tak peduli betapa jelas dan kuatnya bukti itu) - ‘Studies in Theology’, hal 180.

William Barclay, dalam komentarnya tentang Yoh 3:7-13, berkata:

“There are two kinds of misunderstanding. There is the misunderstand­ing of the man who misunderstands because he has not yet reached a stage of knowledge and of experience at which he is able to grasp the truth. ... There is also the misunderstanding of the man who is un­willing to understand; there is a failure to see which comes from the refusal to see. A man can deliberately shut his mind to truth which he does not wish to accept” (= Ada 2 macam kesalah-mengertian. Ada kesa­lah-mengertian dari orang yang salah mengerti karena ia belum mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman dimana ia bisa mengerti kebenaran. ... Ada juga kesalah-mengertian dari orang yang tidak mau mengerti; ada kegagalan untuk melihat yang datang dari penolakan untuk melihat. Seseorang bisa secara sengaja menutup pikirannya terhadap kebenaran yang tidak ingin ia terima) - hal 130-131.

A. T. Robertson memberikan komentar tentang Yoh 3:9 dengan kata-kata yang serupa:

“There are none so dull as those who will not see. Preoccupation prevents insight. Literally one must often empty his mind to receive new truth” (= Tidak ada orang yang bodohnya seperti mereka yang tidak mau melihat. Pikiran yang sudah terisi menghalangi pengertian. Secara hurufiah seseorang harus sering mengosongkan pikirannya untuk menerima kebenaran yang baru) - hal 47.

2. Penyangkalan terhadap keilahian Kristus membuat seseorang tidak mungkin bisa mengerti Kitab Suci dengan baik / benar.

Loraine Boettner: “Any denial of the Deity of Christ, together with the implication that He was merely a great teacher or prophet, gives one viewpoint other than that from which the Scriptures are written and makes it impossible for him to comprehend the system of truth that is revealed in Scripture. Such denial throws one out of harmony with the great Source of wisdom and truth, which is God, and causes him to attempt to explain intellectually that which can only be discerned spiritually” (= Penyangkalan apapun terhadap keAllahan Kristus, bersama-sama dengan pengertian bahwa Ia hanyalah semata-mata guru atau nabi yang agung, memberikan kepada seseorang sudut pandang yang berbeda dengan sudut pandang dari mana Kitab Suci ditulis, dan membuat mustahil baginya untuk mengerti sistim kebenaran yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Penyangkalan seperti itu melemparkan orang itu keluar dari keharmonisan dengan Sumber dari hikmat dan kebenaran, yang adalah Allah, dan menyebabkan dia berusaha untuk menjelaskan secara intelektual apa yang hanya bisa dilihat secara rohani) - ‘Studies in Theology’, hal 180.

3. Penyangkalan terhadap keilahian Kristus bukan hanya membuat seseorang tidak bisa mengerti Kitab Suci, tetapi juga membuang dirinya sendiri dari persekutuan orang-orang yang ditebus.

Kurt Koch: “Christ is the key who unlocks the Holy Scriptures. Anyone who tries to exclude Him will not get to the heart of the Bible. Anyone who denies the divinity of Christ cuts himself off from the community of the redeemed” (= Kristus adalah kunci yang membuka Kitab Suci yang Kudus. Siapapun yang berusaha untuk mengeluarkan / membuang Dia tidak akan mencapai hati / inti dari Alkitab. Siapapun yang menyangkal keilahian Kristus membuang / memotong dirinya sendiri dari masyarakat / himpunan orang-orang yang ditebus) - ‘Occult ABC’, hal 109.

Dengan kata lain, orang yang menyangkal keilahian Kristus, tidak akan selamat, tetapi akan mati dalam dosanya.

Bdk. Yoh 8:23-24 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’”.

12) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit atau secara jelas menyatakan Yesus sebagai Allah.

Ada 12 ayat Kitab Suci yang secara explicit / jelas menyatakan Yesus sebagai Allah, yaitu Yes 9:5 Yoh 1:1 Yoh 1:18 Yoh 20:28 Kis 20:28 Ro 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1 1Yoh 5:20 Wah 1:8.

Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.

Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.

Yoh 1:18 (TDB): “satu-satunya allah yang diperanakkan”.

Yoh 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

Catatan: kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada.

Jadi kata ‘Nya’ menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi pada saat yang sama pasti menunjuk kepada Yesus, karena adanya kata ‘darah’. Jadi, ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.

Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

Kata ‘Ia’ jelas menunjuk kepada ‘Mesias’ / Yesus. Jadi ayat ini menunjukkan Yesus sebagai Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.

Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus”.

Catatan: tanda kurung dari saya.

Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.

Kata ‘tentang’ seharusnya adalah ‘kepada’.

2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

Catatan

Ada 3 hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembahasan tentang kata-kata Tomas dalam Yoh 20:28 ini, yaitu:

a. Kata-kata yang sama dengan kata-kata Tomas ini diucapkan oleh Daud terhadap YAHWEH dalam Maz 35:22-23 - “(22) Engkau telah melihatnya, TUHAN (YAHWEH), janganlah berdiam diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! (23) Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku!”.

b. Kata-kata Tomas ini boleh dikatakan paralel dengan Wah 4:11 - “‘Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.’”, hanya saja di sini digunakan ‘kami’ bukan ‘ku’, dan kata ‘kami’ digunakan satu kali, sedangkan kata ‘ku’ digunakan dua kali.

NWT: “Jehovah, even our God” (= Yehovah, yaitu Allah kami).

TDB: “Yehuwa, ya, Allah kami”.

Sebagai tambahan perlu diingat bahwa yang mencatat kata-kata Tomas dalam Yoh 20:28 adalah rasul Yohanes, yaitu orang yang sama dengan yang menuliskan Wah 4:11. Dan karena itu sangat besar kemungkinannya bahwa ia menuliskan dalam arti yang sama.

Robert M. Bowman Jr.: “the same man, John the apostle, was the author of both the Gospel of John and the book of Revelation. In this light, it seems likely that John 20:28 should be interpreted in a manner similar to Revelation 4:11” (= orang yang sama, rasul Yohanes, adalah pengarang dari Injil Yohanes dan kitab Wahyu. Dalam terang ini, lebih memungkinkan bahwa Yoh 20:28 ditafsirkan dengan cara yang sama seperti Wah 4:11) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 134.

c. Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi Tomas atas kata-katanya itu, tetapi bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ terhadap diriNya itu.

A. H. Strong: “In John 20:28, the address of Thomas o] kurioj mou kai o] qeoj mou, - ‘My Lord and my God’ - since it was unrebuked by Christ, is equivalent to an assertion on his own part of his claim to Deity” (= Dalam Yoh 20:28, penyebutan Tomas o] kurioj mou kai o] qeoj mou, - ‘Tuhanku dan Allahku’ - karena hal itu tidak ditegur / dimarahi oleh Kristus, maka itu sama dengan suatu penegasan dari diriNya tentang claimNya atas keAllahan) - ‘Systematic Theology’, hal 306.

e) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

1. Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada.

Kata ‘Anak’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada dalam bahasa Yunaninya.

RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia (TB1-LAI), dan NRSV tetap mempertahankan kesalahan itu, tetapi KJV/ASV/NIV/NASB/NKJV/NEB semua menterjemahkan tanpa kata ‘Son’ / ‘Anak’, dan demikian pula dengan TB2-LAI telah membetulkan terjemahan dari TB1-LAI dengan membuang kata ‘Anak’ itu.

Perlu diketahui bahwa dalam ayat ini, semua manuscripts Yunani tidak mempunyai kata ‘Anak’. Jadi perbedaan terjemahan-terjemahan itu muncul bukan karena ada problem text, tetapi hanya karena sebagian penterjemah keminter. Mereka merasa tidak masuk akal bahwa Allah punya darah, dan karena itu mereka menambahkan kata ‘Anak’.

2. Dalam Kis 20:28 ini ada problem text, tetapi bukan terletak pada kata ‘Anak’ tersebut, tetapi pada kata ‘Allah’, karena ada manuscripts yang bukan menuliskan ‘Allah’ tetapi ‘Tuhan’ (NEB).

Tetapi saya setuju dengan Bruce M. Metzger, ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 480-481, yang memilih bacaan ‘Allah’, dengan alasan bahwa itu adalah ‘bacaan yang lebih sukar’.

NWT sendiri juga memilih bacaan ‘Allah’.

3. Kalau kata ‘Anak’ tidak ada, dan kalau kata ‘Allah’ memang merupakan bacaan yang benar, maka jelas bahwa kata ‘Nya’ yang saya lingkari itu menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi karena adanya kata ‘darah’, maka jelas bahwa kata ‘Nya’ itu juga menunjuk kepada Yesus. Jadi ayat ini menyatakan secara jelas bahwa Yesus adalah Allah.

f) Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

A. H. Strong: “In Rom. 9:5, the clause o[ w]n e]pi pantwn qeoj eu]loghtoj cannot be translated ‘blessed be the God over all,’ for w]n is superfluous if the clause is a doxology; ‘eu]loghtoj precedes the name of God in a doxology, but follows it, as here, in a description’ (Hovey). The clause can therefore justly be interpreted only as a description of the higher nature of the Christ who had just been said, to kata sarka, or according to his lower nature, to have had his origin from Israel” [= Dalam Ro 9:5, anak kalimat o[ w]n e]pi pantwn qeoj eu]loghtoj (HO ON EPI PANTON THEOS EULOGETOS) tidak dapat diterjemahkan ‘terpujilah Allah di atas segala sesuatu’, karena w]n (ON = being / ada) berlebihan jika anak kalimat itu merupakan suatu doxology; ‘eu]loghtoj (EULOGETOS = terpujilah) mendahului nama Allah dalam suatu doxology, tetapi mengikutinya, seperti di sini, dalam suatu penggambaran’ (Hovey). Karena itu, anak kalimat itu bisa ditafsirkan dengan benar hanya sebagai suatu penggambaran dari hakekat yang lebih tinggi dari Kristus tentang siapa baru saja dikatakan, to kata sarka (TO KATA SARKA = menurut daging), atau menurut hakekatNya yang lebih rendah, mendapatkan asal usulNya dari Israel] - ‘Systematic Theology’, hal 306-307.

Jadi, argumentasi A. H. Strong adalah:

a. Kalau Ro 9:5b ini adalah suatu doxology, maka kata w]n / ON (= being / ada) itu kelebihan (seharusnya tidak ada). Adanya kata itu menunjukkan bahwa bagian akhir ini bukanlah suatu doxology.

b. Kalau bagian akhir dari Ro 9:5 itu memang merupakan suatu doxology, maka kata eu]loghtoj / EULOGETOS (= blessed / terpujilah) harus mendahului kata ‘Allah’, dan bukannya diletakkan sesudah kata ‘Allah’. Jadi seharusnya adalah ‘terpujilah Allah ...’, dan bukannya ‘Allah terpujilah ...’. William Hendriksen juga mengatakan hal yang serupa (hal 316), dan demikian juga dengan Charles Hodge (‘Romans’, hal 301).

c. Sangat cocok kalau Ro 9:5b ini dianggap bukan sebagai suatu doxology bagi Bapa, tetapi sebagai penggambaran tentang hakekat ilahi Kristus, karena dalam Ro 9:5a Paulus baru membicarakan hakekat manusia Kristus.

Charles Hodge (‘Romans’, hal 300) menambahkan lagi argumentasi lain sebagai berikut: Kalau Paulus sekedar membicarakan bahwa Mesias itu diturunkan dari bangsa Yahudi, dan ia tidak berkeinginan untuk membicarakan keilahian Mesias itu, untuk apa ia menambahkan kata-kata ‘sebagai manusia’ (Hurufiah: ‘menurut daging’)? Adanya kata-kata ‘sebagai manusia’ / ‘menurut daging’ ini menuntut kontrasnya, yaitu penggambaran tentang Mesias itu menurut hakekatNya yang lebih tinggi, yaitu sebagai Allah.

Charles Hodge: “On any other interpretation there is nothing to answer to the to kata sarka / TO KATA SARKA. ... Why not simply say, ‘of whom Christ came?’ This would have expressed everything, had not the apostle designed to bring into view the divine nature” [= Pada penafsiran lain yang manapun, tidak ada apapun yang sesuai dengan kata-kata to kata sarka (TO KATA SARKA = menurut daging / sebagai manusia). ... Mengapa ia tidak sekedar berkata: ‘dari siapa Kristus datang’? Ini akan menyatakan segala sesuatu, seandainya sang rasul tidak merencanakan untuk menyatakan hakekat ilahi (dari Kristus)] - ‘Romans’, hal 300.

Kesimpulannya: Ro 9:5b itu bukan merupakan suatu doxology, tetapi merupakan suatu penggambaran tentang diri Kristus. Dengan demikian ayat ini memang menunjukkan / menyatakan keilahian Kristus.

g) Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

1. Pertama-tama mari kita menyoroti kata-kata ‘walaupun dalam rupa Allah’ (ay 6a).

Kata-kata ‘walaupun dalam rupa Allah’ dalam ay 6a itu oleh KJV diterjemah­kan ‘being in the form of God’ (= berada dalam bentuk Allah).

a. Kata ‘being’ (= berada) itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini ada dalam bentuk present parti­ciple.

Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, seperti:

· ‘menganggap’ (h[ghsato / HEGESATO).

· ‘mengosongkan’ (e]kenwsen / EKENOSEN).

· ‘mengambil’ (labwn / LABON).

· ‘menjadi’ (genomenoj / GENOMENOS).

Bentuk present dari kata HUPARCHON ini menunjuk pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus). Walter Martin mengatakan (hal 94) bahwa kata HUPARCHON itu berarti ‘remaining or not ceasing to be’ (= tetap atau tidak berhenti sebagai).

William Barclay mengatakan bahwa kata HUPARCHON itu ‘menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah’ (‘It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed’) - hal 35.

Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah, dan Ia tetap adalah Allah, dan ini tidak bisa berubah.

b. Kata ‘form’ (= bentuk).

Dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang bisa diterjemahkan ‘bentuk’ / ‘rupa’, yaitu MORPHE dan SKHEMA.

William Hendriksen: “Do these two words - MORPHE and SCHEMA - have the same meaning? At times, throughout Greek literature, as any good lexicon will indicate, both can have the meaning ‘outward appearance’, ‘form’, ‘shape’. In certain contexts they can be just about interchangable. But at other times there is a clear difference in meaning. The context in each separate instance must decide” (= Apakah dua kata ini - MORPHE dan SKHEMA - mempunyai arti yang sama? Kadang-kadang, dalam literatur Yunani, seperti yang ditunjukkan oleh sembarang lexicon yang baik, keduanya bisa mempunyai arti ‘penampilan lahiriah’, ‘wujud’, ‘bentuk’. Dalam kontext-kontext tertentu kedua kata itu bisa dibolak-balik. Tetapi pada saat-saat lain ada perbedaan arti yang jelas. Kontext dalam setiap peristiwa harus menentukan) - hal 103 (footnote).

Dalam Fil 2:6 ini William Hendriksen menganggap bahwa kata MORPHE itu berbeda dengan SKHEMA. Mengapa? Mari kita melihat terjemahan dari NASB di bawah ini.

Fil 2:6-7 (NASB): ‘(6) who, although He existed in the form of God, did not regard equality with God a thing to be grasped, (7) but emptied Himself, taking the form of a bond-servant, and being made in the likeness of men’ [= (6) yang, sekalipun Ia berada dalam bentuk (MORPHE) Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu untuk dipertahankan, (7) tetapi telah mengosongkan diriNya sendiri, mengambil bentuk (MORPHE) seorang hamba, dan dijadikan dalam bentuk (SKHEMA) manusia].

Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu. Untuk dua kata yang pertama digunakan kata Yunani MORPHE (Yesus sebagai Allah dan sebagai hamba), sedangkan untuk kata yang ketiga digunakan kata Yunani SKHEMA (Yesus sebagai manusia).

William Hendriksen menganggap adanya perubahan dari MORPHE ke SKHEMA menunjukkan bahwa di sini ada perbedaan arti antara kedua kata itu. Memang sebagai manusia Yesus tidak terus sama. Ia bertumbuh makin besar, makin tua dalam usia, sehingga tentu berubah dalam wajah / bentuk badan. Ia bisa menjadi kurus (misalnya pada saat berpuasa), dan kembali menjadi gemuk (setelah puasa), dsb. Karena itu di sini digunakan SKHEMA.

Tetapi sebagai Allah, Ia tidak berubah. Karena itu digunakan MORPHE. Juga sebagai hamba, Ia tidak berubah. Ia boleh menjadi dewasa, tua, kurus, gemuk, dsb., tetapi Ia tetap adalah hamba. Dan karena itu di sini juga digunakan MORPHE.

William Barclay: “There are two Greek words for ‘form’, MORPHE and SCHEMA. They must both be translated ‘form’, because there is no other English equivalent, but they do not mean the same thing. MORPHE is the essential form which never alters; SCHEMA is the outward form which changes from time to time and from circumstance to circumstance. ... The word Paul uses for Jesus being in the form of God is MORPHE; that is to say, his unchangeable being is divine. However his outward SCHEMA might alter, he remained in essence divine” (= Ada dua kata Yunani untuk ‘bentuk’, MORPHE dan SKHEMA. Kedua kata itu harus diterjemahkan ‘bentuk’, karena tidak ada kata lain dalam bahasa Inggris yang sama artinya, tetapi kedua kata itu tidak sama artinya. MORPHE adalah bentuk yang hakiki yang tidak pernah berubah; SKHEMA adalah bentuk luar yang berubah-ubah dari saat ke saat dan dari keadaan ke keadaan. ... Kata yang digunakan oleh Paulus untuk Yesus yang ada dalam rupa / bentuk Allah adalah MORPHE; yang artinya adalah: keberadaanNya yang tidak berubah adalah ilahi. Bagaimanapun SKHEMA luarNya berubah, dalam hakekatNya Ia tetap ilahi) - hal 35,36.

Jadi, baik penguraian tentang kata ‘being’ (= ada / berada) maupun kata ‘form’ (= bentuk), menunjukkan ketidak-berubahan Yesus sebagai Allah. Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Maz 102:26-28 Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak sempurna!

2. Sekarang mari kita melihat text yang sedang kita bahas ini sekali lagi.

Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Kalau kata-kata dalam ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsek­wensinya, kata-kata dalam ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.

3. Sekarang kita akan membahas bagian yang sukar dari text ini, yaitu kata-kata ‘tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan’.

Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

TDB: “(5) Peliharalah sikap mental ini dalam dirimu, yang juga ada dalam Kristus Yesus, (6) yang, walaupun ada dalam wujud Allah, tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah”.

Mari kita membandingkan dengan beberapa terjemahan bahasa Inggris.

KJV: ‘(5) Let this mind be in you, which was also in Christ Jesus: (6) Who, being in the form of God, thought it not robbery to be equal with God’ (= Hendaknya pikiran ini ada dalam kamu, yang juga ada dalam Kristus Yesus: Yang, ada dalam bentuk Allah, menganggapnya bukan sebagai perampokan untuk menjadi setara dengan Allah).

RSV: ‘(5) Have this mind among yourselves, which is yours in Christ Jesus, (6) who, though he was in the form of God, did not count equality with God a thing to be grasped’ (= Milikilah pikiran ini di antara kamu sendiri, yang adalah milikmu dalam Kristus Yesus, yang sekalipun Ia ada dalam bentuk Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah suatu hal yang harus direbut / dipegang erat-erat).

NIV: ‘(5) Your attitude should be the same as that of Christ Jesus: (6) Who, being in very nature God, did not consider equality with God something to be grasped’ (= Sikapmu harus sama seperti sikap dari Kristus Yesus: Yang, ada dalam hakekat Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sesuatu untuk direbut / dipegang erat-erat).

NASB: ‘(5) Have this attitude in yourselves which was also in Christ Jesus, (6) who, although He existed in the form of God, did not regard equality with God a thing to be grasped’ (= Milikilah sikap ini dalam dirimu sendiri yang juga ada dalam Kristus Yesus, yang, sekalipun Ia berada dalam bentuk Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sesuatu untuk direbut / dipegang erat-erat).

Kata bahasa Inggris ‘grasp’ yang digunakan oleh RSV/NIV/NASB bisa diartikan ‘merebut’ atau ‘memegang erat-erat’. Oleh KJV kata itu diterjemahkan ‘robbery’ (= perampokan). Kata bahasa Yunaninya adalah a[rpagmon / HARPAGMON. Kalau nanti di bawah digunakan istilah HARPAGMOS, jangan terlalu mempersoalkan perbedaan antara HARPAGMON dengan HARPAGMOS. Perbedaan ini hanya terjadi karena posisi kata itu dalam suatu kalimat.

Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sen­diri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk semen­tara waktu, supaya tidak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya).

Jadi, pada waktu Anak Allah menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah, dan keilahianNya tidak berkurang sedikitpun, tetapi hanya disembunyikan.

Herman Hoeksema mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi ia menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders” (= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan perbuatan-perbuatan ajaibNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.

Kalau begitu dalam hal apa Yesus “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”? Dalam arti ini:

a. Ia ketambahan hakekat manusia dalam diriNya.

Ada seseorang yang berkata: “Christ was lowered not by losing but rather by taking” (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).

Illustrasi: kita bisa meren­dahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaan­nya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketam­bahan sesuatu.

Demikian juga dengan Kristus. Ia sebetulnya tidak kehilangan apapun, tetapi ketambahan hakekat manusia. Manusia memang bagus kalau dibandingkan dengan binatang, tetapi kalau dibandingkan dengan Allah, maka manusia itu sangat rendah dan hina. Dan manusia itulah yang ditambahkan kepada Kristus, dan dengan cara itu Ia direndahkan.

b. Ia harus menyembunyikan keilahianNya sekalipun itu tetap ada padaNya.

Seandainya saudara adalah orang kaya, dan saudara harus pergi ke suatu perkumpulan orang kaya dengan naik sepeda pancal yang jelek, dan dengan memakai pakaian yang penuh dengan tambalan. Lalu pada waktu semua orang di sana berbicara tentang kekayaan mereka, dan mereka meremehkan saudara karena ‘kemiskinan’ saudara, saudara harus tetap menyembunyikan keadaan saudara yang sebenarnya. Apakah itu sesuatu hal yang mudah? Tidakkah untuk bisa melakukan itu dibutuhkan kerendahan hati yang luar biasa?

h) Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.

Bagian terakhir dari ayat ini (yang saya garis bawahi) memungkinkan 2 cara pembacaan:

· (Allah yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus Kristus).

Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang Mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’. Dengan demikian ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.

· (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.

Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini hanya membicarakan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun sebagai ‘Juruselamat kita’.

Dengan demikian ayat ini menunjukkan Yesus sebagai ‘Allah yang besar’ (kata ‘maha’ sebetulnya tidak ada). Bandingkan dengan Maz 95:3 - “Sebab TUHAN (YAHWEH) adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah”. Jadi, baik YAHWEH maupun Yesus disebut dengan istilah ‘Allah yang besar’. Jelas bahwa Yesus bukanlah ‘allah kecil’ atau ‘suatu allah’, seperti yang dikhayalkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

NIV memilih pilihan kedua karena NIV menterjemahkannya sebagai berikut: ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Saya sendiri memilih pembacaan kedua, karena:

1. Kata ‘appearing’ (= penampilan / pemunculan), yang dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’, diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang selalu menunjuk pada kedatangan Yesus, dan tidak pernah menunjuk kepada Bapa.

A. H. Strong: “e]pifaneia is a term applied specially to the Son and never the Father” [= e]pifaneia (EPIPHANEIA) adalah suatu istilah yang diterapkan secara khusus kepada Anak dan tidak pernah kepada Bapa] - ‘Systematic Theology’, hal 307.

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang adalah semua ayat dalam Perjanjian Baru, selain Tit 2:13, yang menggunakan kata Yunani EPIPHANEIA itu.

· 2Tes 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali”. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘by the splendor of his coming’ (= oleh kemegahan kedatanganNya).

Di sini digunakan kata EPIPHANEIA.

· 1Tim 6:14 - “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya”.

NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).

Di sini digunakan EPIPHANEIA.

· 2Tim 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.

NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).

· 2Tim 4:1,8 - “(1) Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya: ... (8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.

NIV/NASB menterjemahkan ‘appearing’ (= pemunculan / penampilan), baik untuk ay 1 maupun untuk ay 8.

Karena itu jelas bahwa ayat ini tidak berbicara tentang 2 pribadi (yang pertama adalah ‘Allah yang mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’), karena kalau demikian maka kata Yunani EPIPHANEIA harus diterapkan kepada Bapa. Ayat ini hanya berbicara tentang 1 pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang disebutkan sebagai ‘Allah yang mahabesar dan Juruselamat kita’, atau dalam NIV disebutkan sebagai ‘our great God and Savior’ (= Allah yang besar dan Juruselamat kita). Sebutan ‘our great God’ / ‘Allah yang mahabesar’ untuk Yesus ini secara jelas menunjukkan keilahianNya.

2. Pembacaan kedua ini sesuai dengan hukum bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain.

Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).

Juga Curtis Vaughan dan Virtus E. Gideon dalam buku mereka yang berjudul ‘A Greek Grammar of the New Testament’, berkata sebagai berikut:

“If two nouns of the same case are connected by kai and the article is used with both nouns, they refer to different persons or things. If only the first noun has the article, the second noun refer to the same person or thing referred to in the first” [= Jika dua kata benda dari case / kasus yang sama dihubungkan oleh kai / KAI (= dan) dan kata sandang digunakan dengan kedua kata benda itu, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi-pribadi atau hal-hal yang berbeda. Jika hanya kata benda pertama yang mempunyai kata sandang, maka kata benda yang kedua menunjuk kepada pribadi atau hal yang sama dengan yang ditunjuk oleh kata benda pertama] - hal 83.

William Hendriksen: “the rule holds that when the first of two nouns of the same case and connected by the conjunction ‘and’ is preceded by the article, which is not repeated before the second noun, these two nouns refer to the same person. When the article is repeated before the second noun, two persons are indicated” (= peraturan ini menganggap bahwa pada waktu kata benda yang pertama dari kedua kata benda dari case / kasus yang sama, dan dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, didahului oleh kata sandang, yang tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi yang sama. Pada waktu kata sandang itu diulangi sebelum kata benda yang kedua, dua pribadi ditunjukkan / dinyatakan) - hal 374.

Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani.

Gresham Machen: “The noun in Greek has gender, number, and case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.

Penerapan dari hukum bahasa Yunani ini mensyaratkan case / kasus yang sama dari kedua kata benda tersebut. Case / kasusnya sama atau tidak, bisa terlihat dari bentuk kata itu dalam bahasa Yunaninya.

Untuk penerapan dari hukum bahasa Yunani ini, ada beberapa contoh yang diberikan oleh Dana & Mantey:

   

a.   2Pet 2:20a - Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

 k.b. 1              k.b. 2               pribadi yg digbrkan

                                      

kata penghubung KAI

 

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’, yang dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Tuhan’ mempunyai kata sandang (TOU KURIOU / the Lord) tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’, merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’, merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 2:20 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Tuhan’ maupun ‘Juruselamat’.

    

b.   Tit 2:13 - Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

   k.b. 1                           k.b. 2            pribadi yg digbrkan

                                                            

kata penghubung KAI


Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

William Hendriksen mengatakan tentang adanya orang-orang yang menterjemahkan: ‘of the great God and the (or ‘and of the’) Saviour Jesus Christ.’ [= dari Allah yang besar dan sang (atau ‘dan dari sang’) Juruselamat Yesus Kristus’], tetapi setelah membahas hukum bahasa Yunani ini, ia lalu berkata:

“The article before the first noun is not repeated before the second, and therefore the espression must be rendered: ‘of our great God and Saviour Christ Jesus.’” (= Kata sandang di depan kata benda yang pertama tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, dan karena itu ungkapan ini harus diterjemahkan ‘dari Allah yang besar dan Juruselamat kita Kristus Yesus’) - hal 374-375.

i) 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

2Pet 1:1 (NASB): ‘... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ’ (= ... oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.

Di sini kita kembali bertemu dengan hukum bahasa Yunani yang telah kita bahas pada pembahasan Tit 2:13 di depan.

 

2Pet 1:1b - Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

    k.b.1               k.b.2             pribadi yg digbrkan

    ↓

kata penghubung KAI

 

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

 

e. Sesuaikah penterjemahan / penafsiran di atas dengan kontext dari Ibr 1:8?

Penterjemahan seperti ini, yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, juga sesuai dengan kontext dari Ibr 1:8 itu, karena dalam Ibr 1:5-14, penulis surat Ibrani itu berusaha untuk membuktikan / menunjukkan bahwa Yesus lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, dan dalam pandangan Kitab Suci / Kristen, yang lebih tinggi dari malaikat-malaikat hanyalah Allah sendiri.

Dari kontext itu, ada ayat-ayat yang harus diperhatikan secara khusus, yaitu:

· dalam ay 6 para malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus.

· dalam ay 10-12, Yesus:

* disebut ‘Tuhan’.

* digambarkan sebagai pencipta langit dan bumi.

* dikatakan sebagai kekal dan tidak berubah.

* digambarkan sebagai orang yang akan menghancurkan segala sesuatu.

Semua ini jelas sesuai dengan penyebutan Yesus sebagai Allah dalam Ibr 1:8 itu.

k) 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.

a. Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?

b. Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.

c. Adanya sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya,Yohanes memang sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68 10:28 1Yoh 5:11-13).

Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah

l) Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

2. Siapa yang berbicara dalam Wah 1:8?

Untuk bisa tahu dengan jelas siapa yang dibicarakan dalam Wah 1:8 ini, mari kita membaca lagi bagian itu mulai dari ay 7nya.

Wah 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

Juga kalau kita membaca kontext setelah Wah 1:8 itu, yaitu Wah 1:9-dst, maka kita melihat bahwa di sana rasul Yohanes mendapat penglihatan tentang Yesus.

Kalau yang dibicarakan dalam Wah 1:7nya adalah Yesus, dan Wah 1:9-dst juga membicarakan tentang Yesus, maka yang berbicara dalam Wah 1:8nya pasti juga Yesus.

William Hendriksen: “That this glorious title refers to Christ should not be open to doubt. Both the immediately preceding and the immediately succeeding context have reference to Christ (see verses 7,13)” [= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak boleh terbuka terhadap keraguan. Baik kontext yang persis mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than Conquerors’, hal 54.

3. Dalam Wah 1:8 ini dikatakan bahwa yang berfirman adalah ‘Tuhan Allah’. Jadi jelaslah bahwa Yesus disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’. Dan kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya adalah HO THEOS (= ‘the God’).

2) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus.

a) Mat 1:23 menyatakan Yesus sebagai ‘Imanuel’.

Matius 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita”.

Kata ‘Imanuel’, arti sebetulnya adalah ‘God with us’ (= Allah dengan kita).

b) 1Kor 8:4-6 menyatakan Yesus sebagai Tuhan.

1Korintus 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.

1. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

· Perhatikan kata-kata ‘satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’. Ini tidak memungkinkan diartikan ‘Tuan’,

· Juga perhatikan bagian akhir dari ay 6 itu, yang mengatakan: ‘yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup’ (ay 6c). Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah dalam arti yang setinggi-tingginya.

· Sekalipun Bapa adalah Allah, dan Yesus juga adalah Allah, tetapi tetap hanya ada satu Allah. Demikian juga sekalipun Yesus adalah Tuhan, dan Bapa juga adalah Tuhan, tetapi kita hanya mempunyai satu Tuhan. Ini disebabkan karena sekalipun Allah itu terdiri dari 3 pribadi tetapi hanya mempunyai 1 hakekat. Kristen memang tidak mempercayai banyak Allah / Tuhan. Sebaliknya kita percaya adanya hanya satu Allah / Tuhan (Ul 6:4 1Kor 8:4 1Tim 2:5 Yak 2:19).

Calvin: “Three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God” (= Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.

13. Ada banyak sekali ayat-ayat lain yang menyatakan Yesus sebagai Tuhan.

a. Ada orang yang berkata bahwa dalam kitab Kisah Rasul, yang menekankan penginjilan, sehingga seharusnya menekankan Yesus sebagai Juruselamat, ternyata hanya ada 2 x sebutan ‘Juruselamat’ untuk Yesus, yaitu dalam Kis 5:31 dan 13:23. Tetapi Yesus disebut ‘Tuhan’ sebanyak 92 x, disebut ‘Tuhan Yesus’ sebanyak 13 x, dan disebut ‘Tuhan Yesus Kristus’ sebanyak 6 x!

b. Kata Yunani KURIOS yang biasanya diterjemahkan ‘Tuhan’, memang bisa diterjemahkan ‘tuan’. Kitab Suci bahasa Inggris (KJV/RSV/NIV/NASB) kadang-kadang menterjemahkan ‘Sir’ (= Tuan), misalnya dalam Yoh 4:11, padahal kata itu ditujukan kepada Yesus. Mengapa diterjemahkan demikian? Karena kontextnya menunjukkan bahwa perempuan Samaria itu baru bertemu dengan Yesus dan sebelumnya tidak pernah mendengar ataupun mengenal Yesus. Jadi tidak mungkin ia tahu-tahu menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’.

c. Tetapi ada banyak ayat yang menyatakan Yesus betul-betul sebagai ‘Tuhan’ dan tidak mungkin diterjemahkan ‘tuan’, seperti: Mat 7:21-22 12:8 25:37,44 Luk 2:11 5:8 6:46 Yoh 11:27 20:28 Kis 2:20,21,25,36 4:33 7:59,60 8:16 9:1,2,5,10,11,13,15,17,31 10:13,36 11:16,20,21,24 15:11,26 16:15,31 18:8,25 19:5,9,13,17 20:21,24,35 21:13 22:4,5,8,10,16 24:14 26:15 28:31 Ro 1:4,7 4:24 5:1,11,21 6:23 7:25 8:39 10:9,13 13:14 14:14 15:6,30 16:18,20,24 1Kor 1:2,3,7,8,9,10 2:8 4:4,5 5:5 6:11,14 9:1 11:23,26,27,29 12:3,5 15:31,57,58 16:23 2Kor 1:2,3,14 4:5,14 8:9 11:31 13:13 Gal 1:3,19 6:14,18 Ef 1:2,3,15,17 3:11 4:1,5 5:20 6:23,24 Fil 2:11,19 3:20 4:23 Kol 2:6 3:17 1Tes 1:1,3 2:15,19 3:11,13 4:1,2,15,16,17 5:2,9,23,28 2Tes 1:1,2,7,8,12 2:1,2,8,14,16 3:6,12,18 1Tim 1:2,12 6:3,14 2Tim 1:2,8,12,19 4:8 Filemon 3,5,25 Ibr 1:10 7:14 13:20 Yak 1:1 2:1 5:7 1Pet 1:3 3:15 2Pet 1:2,8,14,16,20 3:2,10,18 Yudas 21,25 Wah 1:8,10 14:13 22:20,21.

d. Sebutan ‘Tuhan’ bagi Yesus dikontraskan dengan ‘hamba’ / ’budak’.

Paulus bukan hanya menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’, tetapi juga mengkontraskan sebutan tersebut dengan sebutan yang ia gunakan bagi dirinya sendiri, yaitu ‘hamba’.

Hal ini terlihat dalam banyak tempat, misalnya dalam Ro 1:1,4 - “(1) Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. ... (4) dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.

B. B. Warfield: “‘Slave’ is the correlate of ‘Lord,’ and the relation must be taken at its height. When Paul calls himself the slave of Christ Jesus, he is calling Christ Jesus his Lord in the most complete sense which can be ascribed to that word” (= ‘Hamba’ adalah kata yang berhubungan dengan kata ‘Tuhan’, dan hubungan kedua kata itu harus diambil pada puncaknya. Pada waktu Paulus menyebut dirinya sendiri hamba Kristus Yesus, ia menyebut Kristus Yesus Tuhannya dalam arti yang paling lengkap yang bisa diberikan kepada kata itu) - ‘The Person and Work of Christ’, hal 74-75.

Catatan:

· Ingat bahwa lawan kata dari ‘Tuhan’ adalah ‘hamba’, sedangkan lawan kata dari ‘Tuan’ adalah ‘pelayan’ / ‘pegawai’. Kalau kata ‘Tuhan’ untuk Yesus diganti dengan ‘Tuan’, maka Paulus seharusnya menyebut dirinya sebagai ‘pelayan’ / ‘pegawai’ dari Kristus Yesus, bukan sebagai ‘hamba’ dari Kristus Yesus.

· Bukan hanya Paulus yang menyebut dirinya sendiri ‘hamba’ sebagai kontras dari sebutan ‘Tuhan’ terhadap Yesus, tetapi juga:

* Yakobus. Bdk. Yak 1:1 - “Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan”.

* Petrus. Bdk. 2Pet 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.

* Yudas. Bdk. Yudas 1,4 - “(1) Dari Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus, kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus. ... (4) Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.

e. Ingat juga bahwa yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’ adalah orang-orang Yahudi yang adalah bangsa monotheist, sehingga tidak mungkin begitu sering menyebut Yesus dengan sebutan ‘Tuhan’, seandainya Yesus bukan betul-betul Tuhan dalam arti yang setinggi-tingginya.

W. E. Vine: “The full significance of this association of Jesus with God under the one appellation, ‘Lord,’ is seen when it is remembered that these men belonged to the only monotheistic race in the world. To associate with the Creator one known to be a creature, however exalted, though possible to Pagan Philosophers, was quite impossible to a Jew” (= Arti sepenuhnya dari persatuan Yesus dengan Allah di bawah satu sebutan ‘Tuhan’ ini, terlihat pada waktu diingat bahwa orang-orang ini termasuk dalam satu-satunya bangsa monotheist dalam dunia ini. Menyatukan / menggabungkan sang Pencipta dengan seseorang yang diketahui sebagai ciptaan, bagaimanapun ditinggikannya dia, sekalipun merupakan sesuatu yang memungkinkan bagi ahli-ahli filsafat kafir, adalah mustahil bagi seorang Yahudi) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 689.

Catatan: bangsa Yahudi memang adalah satu-satunya bangsa monotheist di dunia pada saat itu.

c) 2Tim 1:10 menyebut Yesus dengan istilah ‘Juruselamat’.

2Tim 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.

Dilihat sepintas lalu, ayat ini tak membuktikan bahwa Ia adalah Allah, karena ayat ini hanya menyatakan Dia sebagai ‘Juruselamat’. Tetapi perlu diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus’ / ‘Penolong’ merupakan gelar ilahi yang menunjuk HANYA kepada Allah.

Yes 43:3,11 - “(3) Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu. ... (11) Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu”.

Yes 44:6 - “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari padaKu”.

Yes 45:15 - “Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat”.

Yer 14:8 - “Ya Pengharapan Israel, Penolongnya [KJV: ‘the saviour’ (= sang juruselamat)] di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam?”.

Hos 13:4 - “Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku”.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, sebutan-sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18). Ini secara implicit / tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

Walter Martin: “Many times Jehovah declares His existence as the ‘Only God and Saviour (Isaiah 41:4; 43:11-13; 44:6; 45:5; 48:12; etc.). This is indeed irrefutable proof, since Christ could not be our Savior and Redeemer if He were not Jehovah, for Jehovah is the only Savior (Isaiah 43:11)” [= Banyak kali Yehovah menyatakan keberadaanNya sebagai ‘satu-satunya Allah dan Juruselamat’ (Yes 41:4; 43:11-13; 44:6; 45:5; 48:12; dsb.). Ini merupakan bukti yang tidak bisa dibantah, karena Kristus tidak bisa menjadi Juruselamat dan Penebus kita seandainya Ia bukan Yehovah, karena Yehovah adalah satu-satunya Juruselamat (Yes 43:11)] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 91.

d) Ada satu lagi nama ilahi yang diterapkan kepada Yesus, tetapi karena bagian ini panjang, maka saya bahas secara terpisah dalam no 3) di bawah.

14) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus adalah YAHWEH sendiri.

a) Yer 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN (YAHWEH) - keadilan kita”.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa ini merupakan nubuat tentang Yesus / Mesias. Pada umumnya Saksi-Saksi Yehuwa mengakui hal ini, tetapi bila ada di antara mereka yang tidak mau mengakuinya, maka kita bisa membuktikannya. Bahwa ayat ini merupakan suatu nubuat tentang Yesus / Mesias, terlihat dari:

1. Gelar ‘Tunas adil bagi Daud’ dalam ay 5nya.

Bahwa gelar ini menunjuk kepada Yesus terlihat dengan jelas kalau kita membandingkannya dengan:

· Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput”. Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini merupakan nubuat tentang Mesias / Yesus.

· Yes 6:13 - “Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!’”.

· Yes 11:1-3 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. (2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang”.

· Yes 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya”. Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini merupakan nubuat tentang Mesias / Yesus.

· Zakh 3:8 - “Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu - sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hambaKu, yakni Sang Tunas”.

· Zakh 6:12 - “katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN”.

· Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”. Baca kontext dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini berbicara tentang Yesus. Juga gelar ‘singa Yehuda’ merupakan gelar dari Yesus (bdk. Kej 49:9-10).

· Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

2. Text itu mengatakan bahwa Ia akan menjadi raja yang bijaksana (ay 5b), dan dalam jamannya Yehuda akan dibebaskan, dsb. (ay 6).

Kalau ini tidak menunjuk kepada Yesus, lalu menunjuk kepada siapa?

Kalau kita sudah tahu / yakin bahwa Yer 23:5-6 ini merupakan nubuat tentang Yesus, maka sekarang perhatikan bagian akhir dari text itu, dimana Yesus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH.

Catatan: Perlu diketahui bahwa dalam Perjan­jian Lama, kata ‘Tuhan’ berasal dari kata bahasa Ibrani ADONAY, sedangkan kata ‘TUHAN’ (semua dalam huruf besar) berasal dari kata bahasa Ibrani YAHWEH / YEHOVAH.

Ini adalah ayat yang sangat penting dalam menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa karena di dalam ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH!

Juga perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci istilah bahasa Ibrani ‘ADONAY’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan istilah bahasa Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau istilah bahasa Yunani ‘THEOS’ (= Allah), atau istilah bahasa Yunani ‘KURIOS’ (= Tuhan), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia dan setan (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6 2Kor 4:4).

Tetapi sebutan ‘YAHWEH’ / ‘YEHOVAH’ (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk makhluk lain selain Allah, karena YAHWEH / YEHOVAH adalah nama dari Allah!

Maz 83:19 - “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi”.

NIV menterjemahkan secara berbeda, dan NWT / TDB mirip dengan NIV.

NIV: ‘Let them know that you, whose name is the LORD - that you alone are the Most High over all the earth’ (= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau, yang namaNya adalah TUHAN - bahwa Engkau saja adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).

TDB: “Agar mereka tahu bahwa engkau, yang bernama Yehuwa, Engkau sajalah Yang Mahatinggi atas seluruh bumi”.

Tetapi KJV/RSV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.

KJV: ‘That men may know that thou, whose name alone is JEHOVAH, art the most high over all the earth’ (= Supaya manusia bisa mengetahui bahwa Engkau sendiri yang namaNya adalah Yehovah, adalah yang maha tinggi atas seluruh bumi).

RSV: ‘Let them know that thou alone, whose name is the LORD, art the Most High over all the earth’ (= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).

NASB: ‘That they may know that Thou alone, whose name is the LORD, Art the Most High over all the earth’ (= Supaya mereka bisa mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi).

C. H. Spurgeon: “‘Jehovah’ is the incommunicable name of God, and is never attributed to any but God” (= ‘Yehovah’ adalah nama Allah yang tidak bisa diberikan, dan tidak pernah diberikan kepada yang lain kecuali Allah) - ‘The Treasury of David’, vol 2, hal 430.

Herman Bavinck: “God’s ‘proper name par excellence’ is Jehovah: Ex. 15:3; Ps. 83:19; Hos 12:6; Is. 42:8. This name is, therefore, not used of any other than Israel’s God” (= Nama Allah yang sungguh-sungguh yang paling menonjol adalah Yehovah: Kel 15:3; Maz 83:19; Hos 12:6; Yes 42:8. Karena itu, nama ini tidak digunakan untuk yang lain dari Allah Israel) - ‘The Doctrine of God’, hal 107.

Louis Berkhof: “It is especially in the name Yahweh, which gradually supplanted earlier names, that God reveals Himself as the God of grace. It has always been regarded as the most sacred and the most distinctive name of God, the incommunicable name” (= Khususnya dengan nama Yahweh inilah, yang perlahan-lahan menggantikan nama-nama yang lebih awal, Allah menyatakan diriNya sendiri sebagai Allah kasih karunia. Nama itu selalu dianggap sebagai nama Allah yang paling keramat dan paling khusus / tersendiri, nama yang tidak bisa diberikan) - ‘Systematic Theology’, hal 49.

Dalam tafisannya tentang nama YAHWEH dalam Yes 42:8, Albert Barnes mengatakan:

“It is a name which is given to none but the true God, and which is everywhere in the Scriptures used to distinguish him from all others” (= Ini adalah nama yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali Allah yang benar, dan yang dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk membedakan Dia dari semua yang lain) - hal 103.

Karena itu, kalau dalam Yer 23:5-6 Yesus disebut dengan sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’, maka tidak bisa tidak hal ini menunjuk­kan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

Charles Haddon Spurgeon: “Jesus Christ is the Lord our righteousness. There are but three words, ‘JEHOVAH,’ - for so it is in the original, - ‘OUR RIGHTEOUSNESS.’ He is Jehovah. Read that verse, and you will clearly perceive that the Messias of the Jews, Jesus of Nazareth the Saviour of the Gentiles, is certainly Jehovah. He hath the incommunicable title of the Most High God. ... Oh, ye Arians and Socinians, who monstrously deny the Lord who bought you and put him to open shame by denying his divinity, read you that verse and let your blasphemous tongues be silent, and let your obdurate hearts melt in penitence because ye have so foully sinned against him. He is Jehovah, or, mark you, the whole of God’s word is false, and there is no ground whatever for a sinner’s hope” (= Yesus Kristus adalah TUHAN kebenaran kita. Di sana ada tiga kata, ‘Yehovah’, - karena demikianlah dalam bahasa aslinya, - ‘Kebenaran kita’. Ia adalah Yehovah. Bacalah ayat ini, dan engkau akan dengan jelas mengerti bahwa Mesias dari orang-orang Yahudi, Yesus dari Nazaret, Juruselamat dari orang-orang non Yahudi, jelas adalah Yehovah. Ia mempunyai gelar dari Allah Yang Maha Tinggi yang tidak bisa diberikan kepada yang lain. ... O, kamu penganut-penganut Arianisme dan Socinianisme, yang dengan hebat menyangkal Tuhan yang membelimu dan mempermalukan Dia dengan menyangkal keilahianNya, bacalah ayat itu dan hendaklah lidah-lidah penghujatmu diam, dan hendaklah hati-hatimu yang bandel mencair dalam penyesalan karena kamu sudah berdosa dengan begitu busuk / kotor terhadap Dia. Ia adalah Yehovah, atau, perhatikanlah, seluruh firman Allah adalah salah, dan di sana tidak ada dasar apapun untuk pengharapan orang berdosa) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 2, hal 216.

b) Mari kita membandingkan Zakh 6:12 dengan Mal 3:1.

Zakh 6:12 - “katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN (TDB: ‘Yehuwa’)”.

Mal 3:1 - “Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu! Dengan mendadak Tuhan (TDB: ‘Tuan’) yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam”.

Kalau dalam Zakh 6:12 dikatakan ‘bait TUHAN / YAHWEH’, maka dalam Mal 3:1 dikatakan ‘baitNya’, dimana kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada ‘Tuhan’ (TDB: ‘Tuan’), dan ini jelas menunjuk kepada Yesus. Jadi, terlihat bahwa Yesus adalah YAHWEH.

c) Bahwa Yesus adalah YAHWEH juga terlihat dari pelayanan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi siapa?

1. Mari kita melihat beberapa text dari Perjanjian Lama berkenaan dengan hal ini:

· Mal 3:1 - “Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu! Dengan mendadak Tuhan (TDB: ‘Tuan’) yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN (TDB: ‘Yehuwa’) semesta alam”.

Perhatikan bahwa yang berbicara di sini adalah Yahweh. Utusan itu (Yohanes Pembaptis) akan mempersiapkan jalan di hadapanKu (YAHWEH).

· Mal 4:5-6 - “(5) Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN (TDB: ‘hari Yehuwa’) yang besar dan dahsyat itu. (6) Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”.

Beberapa penjelasan tentang ayat ini:

* Kata ‘Aku’ jelas menunjuk kepada ‘YAHWEH’.

* Yang dimaksud dengan ‘nabi Elia’ di sini jelas adalah Yohanes Pembaptis. Bdk. Mat 11:14 - “dan - jika kamu mau menerimanya - ialah Elia yang akan datang itu”. Kontext jelas menunjukkan bahwa kata ‘ia’ menunjuk kepada Yohanes Pembaptis. Ini memang tidak berarti bahwa Yohanes Pembaptis adalah reinkarnasi dari Elia. Yohanes Pembaptis sendiri mengakui bahwa ia bukanlah Elia (Yoh 1:19-21). Jadi, Yohanes Pembaptis disebut ‘Elia’ hanya karena ia menyerupai Elia (bdk. Luk 1:17a - ‘ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia’ - kata ‘roh’ bisa diartikan ‘semangat’).

* Yohanes Pembaptis akan datang menjelang hari TUHAN, supaya orang-orang Israel bertobat, dan jangan ‘Aku’ (YAHWEH) datang memukul bumi sehingga musnah. Jadi jelas bahwa Yohanes Pembaptis datang untuk mempersiapkan jalan bagi YAHWEH.

· Yes 40:3 - “Ada suara yang berseru-seru: ‘Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN (TDB: ‘Yehuwa’), luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!”.

Jelas bahwa ayat ini juga berbicara tentang Yohanes Pembaptis (Mat 3:3 Mark 1:3 Luk 3:4 Yoh 1:23), dan di sini dikatakan bahwa ia mempersiapkan / meluruskan jalan untuk ‘TUHAN’ (YAHWEH) / ‘Allah’.

Jadi dari beberapa ayat Perjanjian Lama ini terlihat bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan / meluruskan jalan bagi YAHWEH / Allah.

2. Sekarang mari kita melihat ayat-ayat Perjanjian Baru tentang Yohanes Pembaptis supaya kita bisa tahu untuk siapa ia mempersiapkan jalan.

Sebetulnya semua orang kristen tentu tahu bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus, dan bahkan Saksi-Saksi Yehuwa mengakui hal itu.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yohanes sedang mempersiapkan jalan dengan membantu orang-orang agar memiliki keadaan hati yang baik untuk menerima Mesias, yang akan menjadi Raja” - ‘Tokoh Terbesar Sepanjang Masa’, pelajaran 11.

Tetapi untuk lebih jelasnya, saya tetap mengajak saudara untuk melihat beberapa ayat.

Mat 3:1-3,11 - “(1) Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: (2) ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’ (3) Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: ‘Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’), luruskanlah jalan bagiNya.’ ... (11) Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku (= Yesus) lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasutNya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.

Dari text ini terlihat bahwa Yohanes Pembaptis harus mempersiapkan jalan bagi ‘Tuhan’ (Mat 3:3), tetapi bagian ini dilanjutkan dengan membicarakan kedatangan Yesus (Mat 3:11). Jadi jelas bahwa sebetulnya kata ‘Tuhan’ itu menunjuk kepada ‘Yesus’. Hal yang sama terlihat dari bagian paralelnya dalam Injil Markus.

Mark 1:1-4,7-8 - “(1) Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. (2) Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: ‘Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagiMu; (3) ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’), luruskanlah jalan bagiNya’, (4) demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.’ ... (7) Inilah yang diberitakannya: ‘Sesudah aku akan datang Ia (= Yesus) yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. (8) Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.’”.

Luk 1:13-17 - “(13) Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: ‘Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. (14) Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. (15) Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; (16) ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’), Allah mereka, (17) dan ia akan berjalan mendahului Tuhan (TDB: ‘dia’) dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) suatu umat yang layak bagiNya.’”.

Catatan: kata ‘Tuhan’ dalam Luk 1:17a memang seharusnya adalah ‘Dia’, tetapi dilihat dari ayat yang mendahuluinya, maka jelas bahwa kata ‘Dia’ menunjuk kepada ‘Tuhan’.

Luk 1:76 (kata-kata Zakharia kepada Yohanes Pembaptis) - “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) untuk mempersiapkan jalan bagiNya”

Luk 3:3-6 - “(3) Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, (4) seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’), luruskanlah jalan bagiNya. (5) Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, (6) dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan (TDB: ‘Allah’).’”.

Catatan: kata ‘Tuhan’ pada akhir dari Luk 3:6 itu seharusnya memang adalah ‘Allah’. TB1-LAI dan TB2-LAI sama-sama secara salah menterjemahkan ‘Tuhan’.

Yoh 1:19,23 - “(19) Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: ‘Siapakah engkau?’ ... (23) Jawabnya: ‘Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’)! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.’”.

Sebetulnya terlihat dengan jelas bahwa kata ‘Tuhan’ dalam ayat-ayat di atas ini menunjuk kepada ‘Yesus’, dan Yohanes Pembaptis memang mempunyai tugas khusus untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus. Tetapi dalam semua ayat-ayat ini kata ‘Tuhan’ diterjemahkan dengan ‘Yehuwa’ oleh TDB. Mereka bisa membengkokkan ayat-ayat di atas, tetapi bagaimana dengan ayat-ayat di bawah ini?

Yoh 3:28 - “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya”.

Kata-kata ini diucapkan oleh Yohanes Pembaptis (Yoh 3:27), dan dengan jelas ia berkata bahwa ia diutus untuk mendahului Kristus.

Mat 11:10 - “Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu” (bdk. Luk 7:27).

Kata ‘Aku’ jelas menunjuk kepada ‘Bapa / YAHWEH’; kata ‘utusan’ jelas menunjuk kepada ‘Yohanes Pembaptis’; kata-kata ‘Engkau’ dan ‘Mu’ tidak mungkin menunjuk kepada ‘Bapa’, karena kalau menunjuk kepada ‘Bapa’, pasti akan digunakan kata ‘Aku’ / ‘Ku’. Jadi kata ‘Engkau’ dan ‘Mu’ jelas menunjuk kepada Yesus.

Pulpit Commentary tentang Mat 11:10: “Christ does not hesitate to apply to himself a prophecy of the coming of God” (= Kristus tidak ragu-ragu untuk menerapkan kepada diriNya sendiri suatu nubuat tentang datangnya Allah) - hal 445.

3. Kesimpulan.

Kalau beberapa ayat Perjanjian Lama dalam point 1. di atas menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi YAHWEH / Allah, sedangkan beberapa ayat Perjanjian Baru dalam point 2. di atas menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus, maka kesimpulannya adalah bahwa Yesus adalah YAHWEH sendiri!

d) Siapa yang akan datang disertai ribuan malaikat / orang-orang kudus (holy ones) untuk menghakimi pada akhir jaman?

Mat 24:30 - “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.

Mat 25:31-32 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing”.

Mat 26:64 - “Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”.

Yoh 5:22-27 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. (24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. (25) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. (26) Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri. (27) Dan Ia telah memberikan kuasa kepadaNya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia”.

Dari text-text di atas ini terlihat dengan jelas bahwa Yesuslah yang akan menjadi Hakim pada akhir jaman.

Sekarang bandingkan dengan Yudas 14-15 - “(14) Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, (15) hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan.’”.

Sebetulnya Yudas 14-15 ini jelas berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua-kalinya untuk menghakimi (bdk. Mat 25:31-32). Tetapi ternyata TDB menterjemahkan ‘Yehuwa’, dan secara tidak langsung mereka mengakui bahwa Yesus adalah Yehuwa!

e) Sebagai orang-orang percaya, kita adalah milik siapa?

· Kis 9:13 - “Jawab Ananias: ‘Tuhan (TDB: ‘Tuan’), dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem”.

Dalam Kis 9:13 ini, kata ‘Tuhan’ jelas menunjuk kepada Yesus, dan karena itu kata-kata ‘orang-orang kudusMu’ menunjukkan bahwa orang-orang percaya adalah milik Yesus.

· Ro 14:8 - “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”.

Ketiga kata ‘Tuhan’ dalam Ro 14:8 ini oleh TDB diterjemahkan ‘Yehuwa’. Jadi, dalam ayat ini, menurut Saksi-Saksi Yehuwa, orang-orang percaya adalah milik Yehuwa.

Kesimpulan dari perbandingan kedua ayat di atas adalah: Yesus adalah Yehuwa!

Catatan: dalam point d) dan e) ini saya memang menggunakan Kitab Suci Saksi Yehuwa. Kalau menggunakan Kitab Suci kita sendiri, sebetulnya ayat-ayat dalam point d) dan e) ini bukan merupakan bukti bahwa Yesus adalah YAHWEH.

f) Ayat-ayat yang berbicara / bernubuat tentang Allah (YAHWEH) digenapi dalam diri Yesus.

1. Maz 68:19 - “Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah (TDB: ‘oh, Allah Yah’)”.

Kata ‘Engkau’ jelas menunjuk kepada ‘TUHAN Allah’, dan kata-kata yang diterjemahkan ‘TUHAN Allah’ ini adalah ‘YAH ELOHIM’, dimana kata ‘YAH’ adalah kependekan dari ‘YAHWEH’.

Sekarang mari kita bandingkan dengan Ef 4:8-9 - “(8) Itulah sebabnya kata nas: ‘Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.’ (9) Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.

Jelas bahwa Ef 4:8-9 ini mengutip Maz 68:19 itu dan menerapkannya kepada Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah ‘TUHAN Allah’ (YAH ELOHIM) yang dibicarakan dalam Maz 68:19 itu. Bandingkan dengan Wah 1:8 yang juga menyebut Yesus dengan istilah ‘Tuhan Allah’.

2. Maz 102:25-28 - “(25) Aku berkata: ‘Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun-tahunMu tetap turun-temurun!’ (26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan”.

Jelas bahwa kata-kata ini diucapkan oleh si pemazmur kepada Allah / YAHWEH (Maz 102:2,13,25).

Sekarang mari kita bandingkan dengan Ibr 1:8-12 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

Ibr 1:10-12 jelas mengutip dari Maz 102:26-27, tetapi kalau kata-kata dalam Maz 102 itu ditujukan kepada Allah / YAHWEH, maka kata-kata dalam Ibr 1:10-12 itu ditujukan kepada Anak / Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah Allah / YAHWEH sendiri!

Barnes’ Notes (tentang Ibr 1:10): “In the Psalm, there can be no doubt that JEHOVAH is intended. ... because the name JEHOVAH is introduced in vers. 1,12, and because he is addressed as the Creator of all things, and as immutable. No one, on reading the Psalm, ever would doubt that it referred to God; and, if the apostle meant to apply it to the Lord Jesus, it proves most conclusively that he is divine” (= Dalam Mazmur itu, tidak ada keraguan bahwa YEHOVAHlah yang dimaksudkan. ... karena nama YEHOVAH digunakan dalam ay 2,13, dan karena Ia disebut sebagai sang Pencipta segala sesuatu, dan sebagai tidak berubah. Tidak seorangpun yang membaca Mazmur itu bisa meragukan bahwa itu menunjuk kepada Allah; dan jika sang rasul bermaksud untuk menerapkannya kepada Tuhan Yesus, itu membuktikan secara paling meyakinkan bahwa Ia adalah ilahi / Allah) - hal 1229.

3. Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.

Jelas bahwa Yesaya melihat YAHWEH sendiri, dan YAHWEH lalu mengucapkan kata-kata dalam ay 10 itu.

Sekarang mari kita membandingkannya dengan Yoh 12:37-42 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’ (41) Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah berkata-kata tentang Dia. (42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan”.

Yoh 12:40 itu (bagian yang saya garis bawahi) jelas mengutip Yes 6:10. Jadi kedua text ini jelas sangat dekat hubungannya. Tetapi kalau dalam Yes 6 itu Yesaya melihat ADONAY / YAHWEH, maka dalam Yoh 12:41 dikatakan bahwa Yesaya telah melihat kemuliaanNya (garis bawah dobel), dan kalau kita melihat Yoh 12:42nya maka terlihat dengan jelas bahwa kata ‘Nya’ itu menunjuk kepada Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah ADONAY / YAHWEH sendiri.

4. Yes 8:12b-13 - “(12b) ... apa yang mereka takuti janganlah kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya. (13) Tetapi TUHAN (YAHWEH) semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepadaNyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar”.

Bagian yang saya garis bawahi diterjemahkan secara agak berbeda oleh KJV.

KJV: ‘Sanctify the LORD of hosts himself’ (= Kuduskanlah TUHAN semesta alam sendiri).

Yes 8:12-13 ini dikutip oleh Petrus dalam 1Pet 3:14-15 dan diterapkan kepada Kristus!

1Pet 3:14b-15a - “(14) ... janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar. (15) Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!”.

Jadi, kalau dalam Yes 8:12-13 ada perintah untuk menguduskan YAHWEH, maka dalam 1Pet 3:15a perintahnya adalah untuk menguduskan Kristus. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah YAHWEH.

Pulpit Commentary tentang 1Pet 3:15: “St. Peter here substitutes the Saviour’s Name where the prophet wrote, ‘the Lord of hosts, Jehovah Sabaoth’ - a change which would be nothing less than impious if the Lord Jesus Christ were not truly God” (= Santo Petrus di sini menggantikan dengan Nama sang Juruselamat dimana sang nabi menulis ‘TUHAN semesta alam, Yehovah Tsebbaoth’ - perubahan mana merupakan sesuatu yang tidak kurang dari suatu ketidak-hormatan terhadap Allah, seandainya Tuhan Yesus Kristus bukan sungguh-sungguh Allah) - hal 131-132.

Pulpit Commentary tentang 1Pet 3:15: “Peter, the Jew, who knew that perhaps the very highest title which could be ascribed to Jehovah was ‘the Lord of hosts,’ did not hesitate to give that title to Christ. Peter had known him in the humiliation of his human life; he had even washed Peter’s feet, yet Peter uses his name and that of ‘the Lord of hosts’ as convertible terms - speaks of these two as one. Peter, at least, had no doubt of the Deity of Jesus” (= Petrus, si orang Yahudi, yang tahu bahwa mungkin gelar tertinggi yang bisa diberikan kepada Yehovah adalah ‘TUHAN semesta alam’, tidak ragu-ragu untuk memberikan gelar itu kepada Kristus. Petrus telah mengenalNya dalam perendahan dari kehidupan manusiaNya; Ia bahkan telah mencuci kaki Petrus, tetapi Petrus menggunakan namaNya dan nama ‘TUHAN semesta alam’ sebagai istilah-istilah yang dapat ditukar - berbicara tentang kedua nama ini sebagai satu nama. Sedikitnya, Petrus tidak ragu-ragu tentang Keilahian Yesus) - hal 156.

5. Yer 9:23-24 - “(23) Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, (24) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.’”.

Karena yang berbicara dalam ayat ini adalah TUHAN (YAHWEH), maka itu berarti bahwa ayat ini menyuruh seseorang bermegah karena ia memahami dan mengenal YAHWEH.

Yer 9:24 ini dikutip 2 x oleh Paulus, yaitu dalam 1Kor 1:31 dan 2Kor 10:17.

1Kor 1:31 - “Karena itu seperti ada tertulis: ‘Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.’”.

2Kor 10:17 - “‘Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.’”.

Saya berpendapat bahwa dalam kedua ayat itu Paulus menerapkannya kepada Yesus, dan dengan demikian ini menunjukkan bahwa Yesus adalah YAHWEH. Tetapi kontext dari kedua ayat itu tidak terlalu jelas dalam menunjukkan bahwa Paulus menerapkannya kepada Yesus. Dan baik dalam 1Kor 1:31 maupun dalam 2Kor 10:17, TDB mengubah kata ‘Tuhan’ menjadi ‘Yehuwa’. Karena itu mari kita membandingkan dengan:

a. Ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan bahwa Paulus bermegah dalam / oleh Yesus!

· Ro 5:11 - “Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu”.

· Ro 15:17 - “Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah”.

· Gal 6:14 - “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”.

· Fil 3:3 - “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah”.

b. Ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan bahwa Paulus bermegah karena pengenalannya terhadap Yesus.

Fil 3:7-11 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. (10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, (11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”.

Dari semua ini jelas bahwa Yesus adalah YAHWEH sendiri!

Kita juga bisa menambahkan bahwa dalam 1Kor 3:21a Paulus melarang untuk bermegah dalam / tentang manusia.

1Kor 3:21a - “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia”.

KJV: ‘let no man glory in men’ (= jangan ada orang yang bermegah dalam manusia).

NIV: ‘no more boasting about men’ (= jangan lagi bermegah tentang manusia).

Kalau Yesus hanya manusia biasa dan bukan Allah, seperti yang dipercayai oleh Saksi-Saksi Yehuwa, maka Paulus melanggar kata-katanya sendiri, karena Paulus ternyata bermegah dalam Kristus / bermegah karena pengenalannya terhadap Yesus.

6. Yoel 2:32a - “Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN (YAHWEH) akan diselamatkan”.

Dalam Perjanjian Baru Yoel 2:32a itu dikutip 2 x yaitu dalam:

· Ro 10:9-13 - “(9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan (TDB: ‘Tuan’), dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (11) Karena Kitab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’ (12) Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya. (13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’), akan diselamatkan”.

Ro 10:13 jelas merupakan kutipan dari Yoel 2:32, dan kata ‘Tuhan’ dalam Ro 10:13 tidak mungkin menunjuk kepada ‘Yehuwa’ tetapi pasti menunjuk kepada ‘Yesus’. Alasannya:

* Kata-kata ‘Yesus adalah Tuhan’ dalam Ro 10:9 jelas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘Tuhan’ dalam Ro 10:13 adalah ‘Yesus’.

* Ro 10:11, merupakan kutipan dari Yes 28:16 - “sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”. Kata ‘batu’ / ‘batu penjuru’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus, dan karena itu, kata ‘Dia’ dalam Ro 10:11 itu pasti menunjuk kepada Yesus!

* Kontext setelah Ro 10:13 itu juga berbicara tentang Yesus.

Ro 10:14-15 - “(14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’”.

Jadi, terlihat bahwa penterjemahan ‘Yehuwa’ dalam Ro 10:13 itu betul-betul bertentangan dengan seluruh kontext dari Ro 10:9-15, yang seluruhnya berbicara tentang ‘Yesus’.

· Kis 2:21-23 - “(21) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) akan diselamatkan. (22) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. (23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.

Kis 2:21 jelas merupakan kutipan dari Yoel 2:32 itu, dan dari Kis 2:22-dst terlihat bahwa kata ‘Tuhan’ itu diterapkan kepada Yesus. Saya betul-betul tidak mengerti, bagaimana dengan adanya kata-kata ‘Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret’ dalam Kis 2:22 itu, Saksi-Saksi Yehuwa masih bisa menterjemahkan kata ‘Tuhan’ dalam Kis 2:21 itu menjadi ‘Yehuwa’.

Jadi kata ‘TUHAN’ dalam Yoel 2:32 (yang menunjuk kepada YAHWEH), dalam Ro 10:13 dan Kis 2:21 diarahkan kepada Yesus. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah YAHWEH!

7. Zakh 12:1,10 - “(1) Ucapan ilahi. Firman TUHAN tentang Israel: Demikianlah firman TUHAN yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia: ... (10) ‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia1 yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia2 seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung”.

a. Kata ‘dia’ yang pertama.

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, dan RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia. Kata ‘dia’ yang pertama dalam Zakh 12:10 itu seharusnya adalah ‘Aku’. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan lain di bawah ini (saya hanya mengambil kedua kata ‘dia’ itu).

KJV/NIV/NASB: ‘me ... him’ (= Aku ... dia).

RSV: ‘him ... him’ (= dia ... dia).

NWT: “they will certainly look to the One whom they pierced through, and they will certainly wail over Him” (= mereka pasti akan memandang kepada Orang yang mereka tikam, dan mereka pasti akan meratapi Dia).

Kata Ibrani yang digunakan di sini adalah ylixe (ELI), yang artinya ‘kepadaku’.

Pulpit Commentary tentang Zakh 12:10: “‘Me’ has been altered in some manuscripts into ‘him:’ but this is an evident gloss received into the text for controversial purposes, or to obviate the supposed impropriety of representing Jehovah as slain by the impious” (= ‘Aku / Ku’ telah diubah dalam sebagian manuscripts menjadi ‘dia’: tetapi ini merupakan suatu kesalahan / penampilan yang menipu yang diterima ke dalam text untuk tujuan perdebatan, atau untuk menyingkirkan gambaran yang dianggap tidak sesuai dari Yehovah yang dibunuh oleh orang-orang jahat) - hal 136.

Albert Barnes mengatakan bahwa perubahan itu dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada abad ke 9. Mereka mengubah ylx (to me / kepadaku) menjadi vylx (= to him / kepadanya).

Sekarang, kalau kata ‘dia’ yang pertama sebetulnya adalah ‘Aku’, maka kata ‘Aku’ ini jelas menunjuk kepada YAHWEH, karena mulai Zakh 12:1 yang berbicara adalah YAHWEH. Jadi, Zakh 12:10 ini menunjukkan bahwa dengan dosa-dosanya Yehuda telah ‘menikam’ YAHWEH.

Sekarang bandingkan dengan Yoh 19:37 - “Dan ada pula nas yang mengatakan: ‘Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.’”.

KJV/RSV/NASB: ‘him’ (= Dia).

NIV/NWT: ‘the one’ (= orang / dia).

Sebetulnya dalam Yoh 19:37 ini tidak ada kata ‘Dia’. Terjemahan hurufiahnya adalah: ‘They will look at whom they pierced’ (= Mereka akan memandang kepada yang mereka tikam).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘whom’ (= yang) adalah o[n (HON), suatu relative pronoun (= kata ganti penghubung) yang berjenis kelamin laki-laki, dan karena itu KJV/RSV/NASB menterjemahkan ‘him’ (= Dia).

Jelas bahwa Yoh 19:37 ini mengutip dari Zakh 12:10, tetapi kalau kata-kata dalam Zakh 12:10 itu diterapkan kepada YAHWEH, maka Yohanes mengutipnya dan menerapkannya kepada Yesus, yang baru saja ditikam dengan tombak. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah YAHWEH.

Pulpit Commentary tentang Zakh 12:10: “The Speaker is Jehovah. ... We may say generally that the clause intimates that the people, who had grieved and offended God by their sins and ingratitude, ... But there was a literal fulfilment of this piercing, i.e. slaying ..., when the Jews crucified the Messiah, him who was God and Man” (= Si Pembicara adalah Yehovah. ... Kita boleh mengatakan secara umum bahwa anak kalimat itu menunjukkan bahwa bangsa itu, yang telah menyedihkan dan menyakiti hati Allah oleh dosa-dosa dan rasa tidak tahu berterima kasih mereka, ... Tetapi ada penggenapan hurufiah dari penikaman ini, yaitu pembunuhan ..., pada waktu orang-orang Yahudi menyalibkan Mesias, Ia yang adalah Allah dan Manusia) - hal 136.

Calvin tentang Zakh 12:10: “John says that this prophecy was fulfilled in Christ, when his side was pierced by a spear, (John 19:37;) and this is most true: for it was necessary that the visible symbol should be exhibited in the person of Christ, in order that the Jews might know that he was the God who had spoken by the Prophets; ... The Jews then had crucified their God when they grieved his Spirit; but Christ also was as to his flesh pierced by them. And this is what John means - that God by that visible symbol made it evident, that he had not only been formerly provoked in a disgraceful manner by the Jews, but that at length in the person of his only begotten Son this great sin was added to their disgraceful impiety, that they pierced even the side of Christ. It is indeed true, that the side of Christ was pierced by a Roman soldier, but, as Peter says, he was crucified by the Jews, for they were the authors of his death, and Pilate was almost forced by them to condemn him. (Acts 2:38.) So then the piercing of his side is justly to be ascribed to the Jews, for they executed what their mad impiety suggested by the hand of a foreign soldier. But it must be observed, that the words of the Prophet are not cited by John with reference to repentance, for he does not speak there of repentance; but his object was briefly to show, that Christ is that God who had from the beginning spoken by the Prophets; for he says, ‘They shall look to me.’ It is certain that the only true God, the creator of heaven and earth, declared this through his Spirit by the mouth of Zechariah. Then Christ is that same God. We do not, however, thus confound the persons; but we are to conclude that the essence of the Father and of the Son is simple and the same, which those wicked men, who now disturb the Church, attempt to deny” [= Yohanes mengatakan bahwa nubuat ini digenapi dalam Kristus, pada waktu sisi / rusukNya ditikam dengan sebuah tombak (Yoh 19:37), dan ini sangat tepat: karena merupakan suatu keharusan bahwa simbol yang bisa dilihat ini harus ditunjukkan dalam diri Kristus, supaya orang-orang Yahudi bisa mengetahui bahwa Ia adalah Allah yang telah berbicara melalui nabi-nabi; ... Orang-orang Yahudi pada saat itu telah menyalibkan Allah mereka pada waktu mereka mendukakan RohNya; tetapi Kristus, berkenaan dengan dagingNya, juga ditikam oleh mereka. Dan ini adalah apa yang dimaksudkan oleh Yohanes - bahwa Allah oleh simbol yang bisa dilihat itu, membuatnya jelas bahwa Ia bukan hanya dahulu pernah dibuat menjadi marah dengan cara yang memalukan oleh orang-orang Yahudi, tetapi akhirnya dalam pribadi dari Anak TunggalNya dosa yang besar ini ditambahkan kepada kejahatan mereka yang memalukan, bahwa mereka bahkan menikam sisi / rusuk dari Kristus. Memang benar, bahwa sisi / rusuk Kristus ditikam oleh seorang tentara Romawi, tetapi seperti yang dikatakan oleh Petrus, Ia disalibkan oleh orang-orang Yahudi, karena mereka adalah pencipta / dalang dari kematianNya, dan Pilatus hampir-hampir dipaksa oleh mereka untuk menghukum Dia (Kis 2:38). Jadi penikaman sisi / rusukNya dengan benar dianggap berasal dari orang-orang Yahudi, karena mereka melaksanakan apa yang diusulkan oleh kejahatan mereka yang gila melalui tangan dari seorang tentara asing. Tetapi harus diperhatikan bahwa kata-kata dari sang Nabi tidak dikutip oleh Yohanes berkenaan dengan pertobatan, karena di sana ia tidak berbicara tentang pertobatan; tetapi tujuannya adalah menunjukkan secara singkat bahwa Kristus adalah Allah yang dari semula telah berbicara melalui nabi-nabi; karena ia berkata ‘mereka akan memandang kepadaKu’. Adalah pasti bahwa satu-satunya Allah yang benar, Pencipta dari langit dan bumi, menyatakan ini melalui RohNya oleh mulut dari Zakharia. Jadi Kristus adalah Allah yang sama. Tetapi kami tidak mencampur-adukkan pribadi-pribadi; tetapi kami harus menyimpulkan bahwa hakekat dari Bapa dan dari Anak adalah tunggal dan sama, yang diusahakan untuk disangkal oleh orang-orang jahat itu, yang sekarang mengganggu Gereja] - hal 364-365.

Catatan: Kis 2:38 itu pasti salah, dan seharusnya adalah Kis 2:36 - “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.’”. Dalam ayat ini Petrus berbicara kepada orang-orang Yahudi, dan mengatakan ‘Yesus, yang kamu salibkan’.

Calvin: “Was God the Father pierced? By no means; for he had not put on flesh in which he could have suffered; but this was done by his only begotten Son. Why then does the Father say, ‘They shall look to me?’ the answer given is, because of the unity of the essence” (= Apakah Allah Bapa ditikam? Tidak mungkin; karena Ia tidak mengenakan daging dalam mana Ia bisa menderita; tetapi ini dilakukan oleh Anak satu-satuNya yang diperanakkan. Lalu, mengapa Bapa berkata: ‘Mereka akan memandang kepadaKu?’ jawaban yang diberikan adalah, karena kesatuan hakekat) - hal 366.

b. Sekarang tentang kata ‘dia’ yang kedua.

Kata ‘dia’ yang kedua ini terjemahannya memang betul.

Pulpit Commentary tentang Zakh 12:10: “There is a change of persons here. Jehovah speaks of the Messiah as distinct in Person from himself” (= Ada perubahan kata ganti orang di sini. Yehovah berbicara tentang Mesias sebagai Pribadi yang berbeda dari diriNya sendiri) - hal 136.

Tentang ini Calvin memberikan adanya 2 kemungkinan penafsiran:

Calvin: “There is here a transition from the first to the third person; for though Christ is the same with the Father, yet different as to his person” (= Di sini ada perubahan dari orang pertama menjadi orang ketiga; karena sekalipun Kristus adalah sama dengan Bapa, tetapi berbeda berkenaan dengan pribadiNya) - hal 367.

Calvin: “the Hebrew mode of speaking seems to countenance the other opinion - that the Prophet introduces God as the speaker, and then narrates himself, as God’s minister, what would take place” (= cara berbicara orang Ibrani kelihatannya menyetujui pandangan yang lain - bahwa sang Nabi memperkenalkan Allah sebagai pembicara, dan lalu menceritakan sendiri, sebagai pelayan Allah, apa yang akan terjadi) - hal 367.

Calvin sendiri mengambil pandangan yang kedua ini.

b. Pada waktu ada 2 orang / pribadi diberi sebutan / gelar yang sama, harus diteliti apakah sebutan / gelar itu diberikan dalam arti yang sama atau tidak. Kalau suatu gelar / sebutan / ungkapan diterapkan kepada 2 orang dalam arti berbeda, maka pasti akan ada hal-hal yang menunjukkan bahwa gelar / sebutan / ungkapan itu memang digunakan dalam arti yang berbeda.

Sekarang mari kita perhatikan contoh-contoh yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa:

· Nebukadnezar dan Yesus disebut dengan sebutan yang sama yaitu ‘raja segala raja’. Tetapi jelas bahwa sebutan itu tidak digunakan dalam arti yang sama, karena:

* Nebukadnezar adalah raja duniawi, sedangkan Kristus adalah raja secara rohani (Yoh 18:36-37).

* Kerajaan Nebukadnezar, sekalipun besar, tetapi hanya sebagian dari dunia ini, sedangkan kerajaan Kristus mencakup segala sesuatu.

* Kerajaan Nebukadnezar akhirnya hancur, tetapi Kerajaan Kristus kekal selama-lamanya (Daniel 2:36-45).

* Pada waktu gelar itu diberikan kepada Allah / Yesus selalu disertai dengan gelar ‘Tuhan di atas segala tuan / tuhan’ / ‘Lord of lords’ (lihat kutipan di bawah); sedangkan kalau gelar itu diberikan kepada Nebukadnezar tidak ada tambahan seperti itu.

Dan International Standard Bible Encyclopedia mengatakan bahwa penggunaan gelar seperti ini untuk Yesus / Allah dalam Perjanjian Baru, justru merupakan tanggapan terhadap praktek pendewaan terhadap raja-raja duniawi.

The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “The title ‘King of kings,’ denoting absolute authority rather than divinity per se, is used of God and Christ in the NT (always with ‘Lord of lords’: 1Tim. 6:15; Rev. 17:14; 19:16). Its use was a response by both Jews and Christians to the practice of deifying earthly political rulers” [= Gelar ‘Raja segala raja’ lebih menunjukkan otoritas mutlak dari pada keilahian sendiri, digunakan terhadap Allah dan Kristus dalam PB (selalu dengan ‘Tuhan segala Tuhan’: 1Tim 6:15; Wah 17:14; 19:16). Penggunaannya merupakan suatu tanggapan baik oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen terhadap praktek pendewaan penguasa-penguasa politik duniawi] - hal 508.

· Yesus maupun orang percaya disebut dengan istilah ‘terang dunia’. Jelas bahwa sebutan itu digunakan dalam arti yang berbeda, karena dalam bagian lain Kristus disebut sebagai ‘terang yang sesungguhnya’ (Yoh 1:9), sedangkan orang percaya disebut sebagai ‘terang di dalam Tuhan’ (Ef 5:8), atau dengan kata lain, orang percaya menjadi terang karena memantulkan terang dari Kristus.

· Sebagai tambahan, kalau Kristus maupun orang percaya disebut ‘Anak / anak Allah’, maka sebutan itu pasti digunakan juga dalam arti yang berbeda, karena:

* Kristus berulang-ulang disebut sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.

* Kristus mengatakan ‘BapaKu dan Bapamu’ (Yoh 20:17), yang jelas membedakan hubunganNya dengan Bapa dan kita dengan Bapa.

* Yesus adalah Anak Allah karena diperanakkan secara kekal oleh Allah / Bapa (lihat tentang doktrin ‘The Eternal Generation of the Son’ dalam jilid I), sedangkan kita menjadi anak Allah karena pengadopsian.

Gal 4:5 - “Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak”.

KJV: ‘that we might receive the adoption of sons’ (= supaya kita menerima pengangkatan sebagai anak).

Tetapi, pada waktu Yesus diberi sebutan / gelar / ungkapan yang sama dengan yang digunakan terhadap Bapa, seperti misalnya sebutan / gelar ‘Tuhan’, ‘Allah’, ‘Allah yang perkasa’, ‘Alfa dan Omega’, ‘Yang Pertama dan Yang Terakhir’, ‘mahakuasa’, dan sebagainya, tidak ada apapun yang menunjukkan bahwa gelar-gelar / sebutan-sebutan itu digunakan dalam arti yang berbeda.

c. Sekedar adanya sebutan / gelar yang sama yang digunakan terhadap 2 orang / pribadi, tidak bisa disamakan dengan fakta bahwa:

· Allah (YAHWEH) ternyata diberikan kepada Yesus (Yer 23:5-6). Mengapa? Karena ‘YAHWEH’ bukan sekedar suatu gelar / sebutan, tetapi betul-betul suatu nama (a proper name), yang tidak bisa diberikan kepada makhluk lain.

· begitu banyak nubuat tentang YAHWEH / Allah yang digenapi dalam diri Yesus.

Sangat tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa nubuat-nubuat itu digenapi dalam Yesus, karena Yesus adalah wakil dari Allah. Saya tidak pernah tahu bahwa dalam Kitab Suci ada nubuat tentang seseorang yang lalu digenapi oleh wakilnya, yang adalah pribadi yang berbeda dan terpisah total dari orang yang diwakilinya! Kalau nubuat itu tentang YAHWEH, maka harus digenapi dalam diri YAHWEH. Kalau tidak, maka itu berarti bahwa nubuat itu gagal / tidak digenapi. Jadi, pada waktu nubuat itu digenapi dalam diri Yesus, maka kita harus memilih salah satu dari dua hal ini:

* nubuat itu gagal / tidak digenapi.

* Yesus adalah YAHWEH.

Saya memilih yang kedua.

d. Salomo adalah TYPE dari Yesus.

Tentang ayat Kitab Suci yang diterapkan kepada Salomo, dan sesudah itu juga diterapkan kepada Yesus, mari kita melihat ayatnya lebih dulu.

2Sam 7:12-16 - “(12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’”.

Ibr 1:5 - “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.

Mengapa bisa ada ayat yang berlaku untuk Salomo, yang lalu digenapi dalam diri Yesus? Karena Salomo adalah TYPE / bayangan dari Kristus (sama seperti domba korban, domba Paskah, imam adalah TYPE-TYPE dari Kristus).

Ayat seperti ini sebetulnya tidak ditujukan kepada Salomo secara pribadi, tetapi kepada Salomo SEBAGAI TYPE DARI KRISTUS (Pulpit Commentary tentang 2Sam 7:14, hal 185). Karena itu, 2Sam 7:13b,16 (yang saya beri garis bawah dobel), yang berbicara tentang kerajaan yang kokoh untuk selama-lamanya, tidak tergenapi dengan sempurna dalam diri Salomo. Kenyataan menunjukkan bahwa Kerajaan Daud / Salomo akhirnya hancur. Ayat ini hanya digenapi secara sempurna dalam diri Yesus (Calvin, ‘Sermons on 2Samuel’, hal 324-325).

Calvin: “The temporal kingdom, therefore, which involved the house of David, was only a type, so that the substance and ultimate reality of what is contained in this prophecy cannot be found in it” (= Karena itu, kerajaan yang sementara itu, yang mencakup keluarga Daud, hanya merupakan suatu TYPE, sehingga inti dan kenyataan akhir / pokok dari apa yang ada dalam nubuat ini tidak bisa didapatkan di dalamnya) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 325.

Catatan: Calvin berkata bahwa hal yang sama terjadi dengan nubuat tentang Yehuda dalam Kej 49:10 - “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa”.

Karena itu, Yesaya menggambarkan bahwa Isai (ayah Daud) seperti tunggul dari pohon yang roboh, yang lalu bertunas, dan tunas itu adalah Yesus!

Yes 11:1 - “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”.

Calvin: “In sum, when God promised to raise up seed to David, we clearly see that he did not have in mind Solomon alone, nor those who are descended from his race, but above all he had in mind our Lord Jesus Christ. If one asks, however, if this was not understood of Solomon, we have already responded ‘yes, in part’, as the First Book of Chronicles, chapter 22 sufficiently explains” (= Singkatnya, pada waktu Allah berjanji untuk membangkitkan benih bagi Daud, kita melihat dengan jelas bahwa Ia tidak memikirkan Salomo saja, juga tidak mereka yang diturunkan dari dia, tetapi di atas semua Ia memikirkan Tuhan kita Yesus Kristus. Tetapi jika seseorang bertanya, jika ini tidak dimengerti tentang Salomo, kami telah menjawab ‘Ya, sebagian’, seperti 1Taw 22 menjelaskan secara cukup) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 326.

Tetapi mungkin ada keberatan untuk mengatakan bahwa nubuat ini menunjuk kepada Yesus, mengingat 2Sam 7:14b - “Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia” - tidak mungkin diterapkan kepada Yesus. Calvin mengatakan bahwa bagian ini menunjuk kepada orang-orang percaya yang adalah anggota-anggota tubuh Kristus.

Calvin: “since this does not refer to the person of our Lord Jesus Christ, it must refer to us who are members of him; and it is spoken in common of him and of us, because it pleases him for us to be his body” (= karena ini tidak menunjuk kepada diri dari Tuhan kita Yesus Kristus, ini harus menunjuk kepada kita yang adalah anggota-anggotaNya; dan ini dikatakan bersama-sama tentang Dia dan tentang kita, karena merupakan sesuatu yang menyenangkan Dia bahwa kita adalah tubuhNya) - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 33.

Jadi, karena Salomo adalah TYPE dari Yesus, maka contoh tentang Salomo ini tentu berbeda dengan ayat yang bernubuat tentang YAHWEH dan ternyata digenapi dalam Yesus saja (tidak ada penggenapan yang lain)

15) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:

a) Penghormatan.
Yohanes 5:22-23 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”.

b) Kepercayaan dan pengharapan.
Yohanes 14:1 - “‘Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.
1Korintus 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Bandingkan dengan:
· Mazmur 118:8-9 - “(8) Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. (9) Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.”.

· Yesaya 2:22 - “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”.

· Yesaya 30:1-5 - “(1) Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari padaKu, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan RohKu, sehingga dosa mereka bertambah-tambah, (2) yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusanKu, untuk berlindung pada Firaun dan untuk berteduh di bawah naungan Mesir. (3) Tetapi perlindungan Firaun akan memalukan kamu, dan perteduhan di bawah naungan Mesir akan menodai kamu. (4) Sebab sekalipun pembesar-pembesar Yerusalem sudah ada di Zoan, dan utusan-utusannya sudah sampai ke Hanes, (5) sekaliannya akan mendapat malu karena bangsa itu tidak dapat memberi faedah kepada mereka, dan tidak dapat memberi pertolongan atau faedah; melainkan hanya memalukan, bahkan mengaibkan mereka.”.

· Yesaya 31:1-3 - “(1) Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. (2) Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firmanNya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. (3) Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tanganNya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.”.

· Yeremia 17:5-8 - “(5) Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (6) Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. (7) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (8) Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”.

c) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal.
Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

2Korintus 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”.

Bantahan dari Saksi Yehuwa:
Untuk ini ada komentar / serangan dari Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:
1. “Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi dan Bam­bang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).
2. “Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks yang sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’ (Matius 3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).

Dan dalam buku mereka yang lain mereka juga mengatakan: “Bandingkan 1Timotius 5:21, yang menyebut Allah, Kristus dan malaikat-malaikat bersama-sama” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.

1Timotius 5:21 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak”.

Jawab:
Memang bahwa ada 3 nama yang ditulis berjejeran, tidak membuktikan bahwa ketiga orang itu setingkat. Misalnya: presiden Susilo Bambang Yudoyono berbicara dengan si A dan si B. Maka belum tentu si A dan si B juga adalah presiden. Tetapi perlu diingat bahwa dalam Mat 28:19 itu ketiga pribadi itu dijejerkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam sesuatu yang sakral, yaitu dalam formula baptisan. Dan dalam 2Kor 13:13 ketiganya dijejerkan dalam berkat dari Paulus kepada gereja Korintus. Kalau ketiga nama itu tidak setingkat, itu sama mustahilnya seperti suatu Konperensi Tingkat Tinggi, yang dihadiri oleh Presiden Amerika, Kaisar Jepang, dan seorang Lurah dari Indonesia!

16) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus.

Matius 8:28-32 - “(28) Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. (29) Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’ (30) Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. (31) Maka setan-setan itu meminta kepadaNya, katanya: ‘Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.’ (32) Yesus berkata kepada mereka: ‘Pergilah!’ Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air”.

17) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.

a) Allah sendiri memerintahkan para malaikat untuk menyembah Anak / Yesus.
Ibrani 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.

b) Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah.
Matius 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Mat 28:9,17 - “(9) Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya. ... (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu”.
Yohanes 9:38 - “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembahNya”.

c) Bahkan di surga, Yesus disembah.
Wahyu 5:6-14 - “(6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah”.

Padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).
Matius 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Dalam Perjanjian Lama memang ada banyak penyembahan terhadap manusia, seperti raja, nabi dan sebagainya. Tetapi sejak Yesus mengucapkan Mat 4:10, penyembahan hanya boleh dilakukan terhadap Allah. Karena itu rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18), dan bahkan malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wah 19:10 Wah 22:8-9). Herodes menerima penghormatan ilahi sehingga dihukum mati oleh Tuhan (Kis 12:20-23).

Kisah Para Rasul 10:25-26 - “(25) Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. (26) Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: ‘Bangunlah, aku hanya manusia saja.’”.

Kisah Para Rasul 14:11-18 - “(11) Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: ‘Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.’ (12) Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara. (13) Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu. (14) Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: (15) ‘Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (17) namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’ (18) Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.”.

Wahyu 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.’”.

Wahyu 22:8-9 - “(8) Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya. (9) Tetapi ia berkata kepadaku: ‘Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!’”.

Kisah Para Rasul 12:20-23 - “(20) Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. (21) Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. (22) Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara allah dan bukan suara manusia!’ (23) Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.”.

Jadi, orang / makhluk yang nggenah / saleh pasti menolak sembah kalau ia memang bukan Allah. Orang yang bukan Allah tetapi mau menerima sembah, jelas bukan orang nggenah / saleh.
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

Saya sudah memberikan banyak bukti yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Sudahkah saudara percaya bahwa Yesus adalah Allah sendiri? Kalau tidak, saudara bukan orang Kristen! Kalau ya, itu bagus. Tetapi saya ingin bertanya lagi: apakah hidup saudara saudara arahkan sesuai dengan kepercayaan tersebut? Apakah saudara berusaha makin mengenal Dia (dengan belajar Firman Tuhan), mentaati Dia, melayani Dia, memuliakan Dia? Kalau tidak, ingat bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati!.

18) Yesus menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia bukan Allah. Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengclaim diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak Allah.

Jawaban:

a) Yesus memang tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’; Ia selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’. Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan demikian, seperti Yesaya 9:5 Yohanes 1:1 Yohanes 20:28 Kisah Para Rasul 20:28 Roma 9:5 Titus 2:13 Ibrani 1:8 2 Petrus 1:1 1Yohanes 5:20 Wahyu 1:8 dsb. Ayat-ayat ini tidak akan saya bahas sekarang, karena akan saya bahas belakangan.

b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah tersebut.

Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman seka­rang tentang istilah ‘Anak Allah’ itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina, dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada jaman itu.

Kalau begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai berikut: “absolute Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense, is intended in the title” (= keAllahan yang mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 1061.

Tetapi, apa dasarnya pandangan seperti ini?

1. Kita bisa mendapatkan jawabannya dengan membandingkan istilah ‘Anak Allah’ dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul manusia’, maka istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul Allah’.

Mazmur 8:5 - “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.
Dalam ayat ini jelas ada dua kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!

2. Bandingkan dengan Matius 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.

Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.

3. Bandingkan dengan Yohanes 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
NIV/NASB: ‘making himself equal with God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyamakan’ dalam Yohanes 5:18 adalah kata yang sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan ‘setara’ dalam Filipi 2:6. Jadi artinya ‘menyetarakan’ / ‘menyederajatkan’, bukan betul-betul ‘mengidentikkan’.

Di sini terli­hat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Allah, dan karena itu mereka mau merajam Yesus.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.

Jawaban:

Kalau itu memang merupakan pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus itu, mengapa Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?

Dalam perdebatan antara saya dengan para Unitarian, mereka mengatakan bahwa Yesus sendiri mengoreksi pandangan salah dari orang-orang Yahudi itu dengan mengucapkan kata-kata dalam Yoh 5:19 - “Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”.

Sekarang mari kita membahas Yohanes 5:19 ini.

a. ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).
Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (yang nantinya menjadi dasar dari ajaran Saksi Yehuwa) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.

Tetapi sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya seba­gai Anak Allah, dan menyamakan diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya.
Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!

Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (Yohanes 5: 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.

b. ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang diker­jakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (Yohanes 5: 19c).

· Kata ‘apa’ dalam bagian ini seharusnya adalah ‘apapun’.
RSV/NIV/NASB: ‘whatever’ (= apapun).
KJV: ‘what things soever’ (= hal-hal apapun juga).

Jadi kata-kata Yesus di sini menunjukkan bahwa Anak / Yesus melaku­kan apapun juga yang dilakukan oleh Bapa. Padahal, apa yang dila­kukan oleh Bapa jelas merupakan pekerjaan ilahi, seperti mencipta­kan alam semesta dengan segala isinya, membangkitkan orang mati, dsb. Bahwa Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan Bapa, menun­jukkan bahwa Yesus / Anak adalah Allah!

· Jangan mengartikan bagian ini seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tentang bagian ini NICNT mengutip kata-kata Westcott, yang berkata sebagai berikut: “The things that the Father does that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan hakekatNya).

· Kalau ay 19 berarti bahwa Yesus hanya bisa meniru apa yang Bapa lakukan, bagaimana mungkin Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah melihat Bapa melakukan hal itu?

· Hal lain yang tidak memungkinkan penafsiran Unitarianisme ini adalah bahwa seluruh kata-kata Yesus dalam Yohanes 5:19 ada dalam present tense. Kalau itu diartikan tindakan meniru, seharusnya ada dalam bentuk lampau.

4. Yohanes 10:30-33 - “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah [NWT /
TDB: “make yourself a god” (= menjadikan dirimu suatu allah)]” (bdk. Yoh 10:36b - “Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.).

Catatan: kata-kata ‘menyamakan diriMu dengan Allah’ seharusnya adalah ‘membuat diriMu Allah’.

Dalam Yohanes 10:33, sekalipun kata-kata itu memang itu diucapkan oleh orang-orang Yahudi, tetapi lagi-lagi kata-kata itu pasti benar. Mengapa? Karena kalau kata-kata itu salah, Yesus pasti akan membetulkannya / mengoreksinya; Ia pasti akan menyangkal bahwa Ia menyetarakan diriNya dengan Allah. Tetapi Yesus tidak pernah melakukan hal itu! Kalau saudara membaca Yoh 10:34-39 terlihat dengan jelas bahwa Yesus bukannya membetulkan kesalahan mereka, tetapi sebaliknya justru menegaskan bahwa kata-kata mereka itu benar. Supaya lebih jelas, mari kita pelajari bagian itu.

Yohanes 10:34-39 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ (39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka”.

Ada hal-hal yang ingin saya jelaskan tentang jawaban Yesus dalam Yohanes 10:34-38 ini:

a. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari seluruh jawaban Yesus ini adalah: terhadap kata-kata orang-orang Yahudi dalam ay 33 (bahwa Yesus menyetarakan diri dengan Allah), Yesus tidak menyangkalnya!

Dalam persoalan Sabat, pada saat mereka menyalahkan Yesus, Yesus sering membantahnya (Mat 12:1-8 Matius 12:9-15a Lukas 13:10-17 Lukas 14:1-6 Yohanes 5:16-17 Yohanes 7:22-24). Tetapi dalam hal ‘tuduhan’ menyetarakan diri dengan Allah, Yesus tidak pernah membantahnya (Yohanes 5:17-18 Yohanes 10:30-38). Kalau memang pendapat / penafsiran mereka itu salah, mengapa Yesus tidak pernah membantahnya?

Loraine Boettner: “And Jesus did not deny, but acknowledged, the accuracy of their charge. If they had been wrong a word from Him would have set them right, and it would have been nothing short of criminal for Him to have withheld it. ... It was not because of a slight misunderstanding of His claims that He allowed Himself to be murdered by His enemies, but because His claims were insisted upon by Him and accurately understood and resented by the Jews that He went to the cross” (= Dan Yesus tidak menyangkal, tetapi mengakui, keakuratan dari tuduhan mereka. Seandainya mereka salah, maka satu kata dari Dia akan membetulkan mereka, dan merupakan suatu tindakan kriminil dari Dia untuk menahan / tidak mengucapkan kata itu. ... Bukan karena suatu kesalah-pahaman yang kecil tentang claimNya sehingga Ia mengijinkan diriNya sendiri dibunuh oleh musuh-musuhNya, tetapi karena Ia berkeras / bersikukuh tentang claimNya, dan claimNya itu dimengerti secara akurat dan dibenci oleh orang-orang Yahudi sehingga Ia disalibkan) - ‘Studies in Theology’, hal 155.

b. Jawaban Yesus dalam ay 34-38 terdiri dari 2 hal:
· Ay 34-36:
Ay 34b dikutip dari Mazmur 82:6. Yesus berkata bahwa dalam Kitab Suci juga ada orang yang disebut dengan istilah ‘allah’, dan itu tidak dianggap penghujatan. Yesus tidak memaksudkan bahwa Ia juga adalah ‘allah’ dalam arti yang sama. Yesus tidak menyejajarkan diriNya dengan hakim-hakim yang disebut ‘allah’ itu. Maksud Yesus adalah: kalau mereka, yang adalah manusia biasa / hakim, bisa disebut ‘allah’ tanpa harus menghujat Allah, maka lebih-lebih Dia, yang adalah Mesias. Pada waktu 

Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’, tentu itu bukan penghujatan.
· Ay 37-38: Hal kedua yang Yesus tekankan adalah: mujijat-mujijat yang Ia lakukan seharusnya membuat mereka mempercayai kata-kataNya.

c. Ada 3 kalimat / pernyataan yang artinya sama.
Yohanes 10:30-39 - “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ (39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka”.

Ingat bahwa semua persoalan ini muncul karena dalam Yohanes 10:30 Yesus berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’.
Sekarang perhatikan bahwa dalam ay 36b Yesus berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku Anak Allah’”. Ini aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’”? Bukankah kata-kata ‘Aku dan Bapa adalah satu’ dalam ay 30 itu yang dipersoalkan di sini?
Juga dalam ay 38b, Yesus berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa”. Ini juga aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa ‘Aku dan Bapa adalah satu’”?

Jawabannya: jelas karena ketiga kalimat itu: yaitu:
· Aku dan Bapa adalah satu (ay 30).
· Aku adalah Anak Allah (ay 36b).
· Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (ay 38b bdk. Yohanes 14:8-11).
maksudnya adalah sama! Semuanya menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

5. Yohanes 19:7 - “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat diriNya sendiri Anak Allah’.

Bdk. Markus 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62) Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’ (63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati”.

Pengakuan Yesus bahwa diriNya adalah Anak Allah membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya menghujat Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak ada bantahan / pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.

Kesimpulan: Dari kelima point di atas ini, jelas bahwa pengakuan Yesus bahwa Ia adalah ‘Anak Allah’ adalah sama dengan pengakuan bahwa diriNya adalah Allah / setara dengan Allah.

Pertanyaan: apakah saudara percaya bahwa Yesus adalah Allah sendiri? Kalau ya, apakah saudara mengarahkan hidup saudara sesuai dengan kepercayaan tersebut?

19) Ayat-ayat dimana Yesus menyebut diriNya ‘I am’ / ‘Aku adalah’.

a) Ada 2 kelompok ayat dalam Injil Yohanes dimana Yesus menyebut diriNya dengan sebutan ‘I am’ (= Aku adalah), yaitu:

Kelompok pertama:

Seri 7 ‘I am’ (= Aku adalah) yang diucapkan oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Dalam seri 7 ‘I am’ ini kata-kata ‘I am’ diikuti dengan suatu penggambaran tentang Yesus, misalnya sebagai ‘roti hidup’, ‘terang dunia’, dsb. Seri 7 ‘I am’ itu adalah:

1. Yoh 6:35a - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup”.

Dalam terjemahan bahasa Inggris pernyataan Yesus ini ber­bunyi: ‘I am the bread of life’ (= Aku adalah roti hidup).

2. Yoh 8:12 - ‘I am the light of the world’ (= Aku adalah terang dunia).

3. Yoh 10:7,9 - ‘I am the door’ (= Aku adalah pintu).

4. Yoh 10:11,14 - ‘I am the good shepherd’ (= Aku adalah gembala yang baik).

5. Yoh 11:25 - ‘I am the resurrection and the life’ (= Aku adalah kebangkitan dan hidup).

6. Yoh 14:6 - ‘I am the way, the truth and the life’ (= Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup).

7. Yoh 15:1,5 - ‘I am the true vine’ (= Aku adalah pokok anggur yang benar).

Kelompok kedua:

Dalam kelompok kedua ini Yesus menggunakan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah), tanpa diikuti oleh penggambaran apapun untuk diriNya sendiri. Ayat-ayatnya adalah sebagai berikut:

1. Yoh 8:24,28 - “(24) Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’ ... (28) Maka kata Yesus: ‘Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.

2. Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.

3. Yoh 13:19 - “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia”.

4. Yoh 18:5-6,8 - “(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. ... (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’”.

Catatan:

· Terjemahan hurufiah dari semua bagian yang saya garis-bawahi itu adalah ‘I am’ (= Aku adalah), dan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) dalam kedua kelompok ayat di atas ini, diterjemahkan dari kata-kata bahasa Yunani EGO EIMI (= I am / Aku adalah).

· Sebetulnya ada satu text lagi yaitu Yoh 4:25-26 - “(25) Jawab perempuan itu kepadaNya: ‘Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.’ (26) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.’”.

Tetapi dilihat dari kontextnya, kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) di sini hanya merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias.

b) Hubungan ayat-ayat yang menggunakan EGO EIMI ini dengan Kel 3:14-15.

Apa hubungannya kata-kata yang menggunakan ‘I am’ (= Aku adalah) dalam Injil Yohanes ini dengan keilahian Kristus? Kata-kata ‘I am’ ini oleh banyak penafsir dihubungkan dengan kata-kata Allah / YAHWEH kepada Musa dalam Kel 3:14-15 - “(14) Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firmanNya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’ (15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.

Ada beberapa hal yang perlu disoroti dari text ini:

1. Kel 3:14-15 menjelaskan tentang nama Allah.

Kata-kata Allah dalam Kel 3:14-15 diucapkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan Musa tentang nama Allah dalam Kel 3:13 - “Lalu Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang namaNya? - apakah yang harus kujawab kepada mereka?’”.

2. ‘I am’ atau ‘I will be’?

Terjemahan dari Kitab Suci Indonesia - ‘Aku adalah Aku’ - sebetulnya tidak tepat.

Dalam bahasa Ibrani kata-kata yang digunakan adalah: EHYEH ASYER EHYEH.

· Kata EHYEH merupakan suatu kata kerja dalam bentuk yang akan datang (future tense), dan sebetulnya berarti ‘I will be’ (= Aku akan jadi / menjadi).

· Kata ASYER berarti ‘who’ / ‘whom’ / ‘which’ / ‘that’ (= yang).

· Jadi EHYEH ASYER EHYEH berarti ‘I will be that I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).

· Tetapi kebanyakan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan bukan dengan menggunakan bentuk yang akan datang tetapi menggunakan bentuk present:

KJV/ASV/RSV/NIV/NASB: ‘I am who / that I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah).

Footnote RSV/NIV: ‘I will be what I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).

Calvin: “The verb in the Hebrew is in the future tense, ‘I will be what I will be;’ but it is of the same force as the present, except that it designates the perpetual duration of time” (= Kata kerjanya dalam bahasa Ibrani ada dalam bentuk yang akan datang, ‘Aku akan jadi yang Aku akan jadi’; tetapi itu mempunyai kekuatan yang sama seperti bentuk presentnya, kecuali bahwa itu menunjukkan jangka waktu yang terus menerus / kekal) - hal 73.

Pulpit Commentary menganggap (hal 57) bahwa ‘I am who I am’ adalah terjemahan yang terbaik.

Robert M. Bowman Jr. (‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 122), mengatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan terjemahan hurufiah ‘I will be’ (= Aku akan jadi) itu, untuk menentang adanya hubungan antara Yoh 8:58 dengan Kel 3:14. Mereka mengatakan bahwa dalam Kel 3:14 kata-kata yang digunakan adalah ‘I will be’, bukan ‘I am’. Sedangkan dalam Yoh 8:58 kata-kata yang digunakan adalah ‘I am’.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kebanyakan penerjemah modern mengikuti Rashi (komentator Alkitab dan Talmud berkebangsaan Perancis) dalam menerjemahkan (Keluaran 3:14) ‘Aku akan menjadi apa yang Aku akan menjadi.’ Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang digunakan dalam Keluaran 3:14.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 27.

NWT: ‘I SHALL PROVE TO BE WHAT I SHALL PROVE TO BE’ (= AKU AKAN BUKTIKAN MENJADI APA YANG AKU AKAN BUKTIKAN MENJADI).

Catatan: entah dari mana gerangan munculnya kata ‘prove’ itu.

TDB: ‘AKU AKAN MENJADI APAPUN YANG AKU INGINKAN’.

Entah dari mana TDB bisa mendapatkan terjemahan seperti ini, yang jelas tidak sama dengan NWT.

Tanggapan saya:

a. Lagi-lagi Saksi-Saksi (Palsu) Yehuwa ini berdusta dengan mengatakan ‘kebanyakan penerjemah modern’! KJV/ASV/RSV/NIV/NASB/NKJV/NRSV: ‘I am who / that I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah). Demikian juga dengan Good News Bible. Sedangkan Living Bible, untuk Kel 3:14a menterjemahkan ‘The Sovereign God’ (= Allah yang berdaulat), tetapi untuk Kel 3:14b menterjemahkan ‘I am’ (= Aku adalah). Jadi terlihat bahwa kebanyakan penterjemah justru menterjemahkan ke dalam present tense dan bukannya ke dalam future tense. Disamping itu, berapapun banyaknya penterjemah Alkitab yang menterjemahkan seperti mereka, tidak menjamin bahwa itu adalah terjemahan yang benar.

b. Allah itu ada di atas waktu (Mazmur 90:4 2Petrus 3:8), dan karena itu bagi Dia ‘I am’ dan ‘I will be’ adalah sama.

· Maz 90:4 - “Sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam”.

· 2Pet 3:8 - “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari”.

Matthew Poole: “all times are alike to God, and all are present to him; and therefore what is here, ‘I shall be,’ is rendered, ‘I am,’ by Christ, John 8:58. See Psal. 90:4; 2Pet 3:8” (= semua waktu adalah sama bagi Allah, dan semua adalah masa sekarang bagi Dia; dan karena itu apa yang di sini ‘Aku akan jadi’, diterjemahkan ‘Aku ada / adalah’ oleh Kristus, Yoh 8:58. Lihat Maz 90:4; 2Pet 3:8) - hal 122.

c. Bandingkan dengan Wah 1:4.

Dalam Wah 1:4, Allah digambarkan dengan kata-kata bentuk lampau, sekarang / present, maupun akan datang.

Wah 1:4 - “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya”. Bdk. Wah 1:8 4:8.

KJV: ‘which is, and which was, and which is to come’ (= yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang).

Kata-kata ‘yang ada’ bahasa Yunaninya adalah HO ON.

Kata-kata ‘yang sudah ada’ bahasa Yunaninya adalah HO EN.

Kata-kata ‘yang akan datang’ bahasa Yunaninya adalah HO ERKHOMENOS.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang bagian ini:

· Bagian ini sebetulnya sangat sukar untuk diterjemahkan.

Homer Hailey: “Pieters translates it, ‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), while Lenski would have it ‘The Being One and the Was One and the Coming One.’ The definite article (HO) precedes each of the nouns, ‘the was, the is, the is to come.’” [= Pieters menterjemahkannya, ‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), sementara Lenski menghendakinya ‘The Being One and the Was One and the Coming One’. Kata sandang tertentu (HO) mendahului setiap kata benda, ‘the was, the is, the is to come’] - ‘Revelation’, hal 98.

George Eldon Ladd: “a phrase impossible to translate into idiomatic, equivalent English” (= suatu ungkapan yang tidak mungkin diterjemahkan ke dalam ungkapan Inggris yang sama artinya) - ‘Revelation’, hal 24.

· dalam bagian ini rasul Yohanes secara sengaja melanggar peraturan / hukum bahasa Yunani.

William Barclay: “But to get the full meaning of this we must look at it in the Greek, for John bursts the bonds of grammar to show his reverence for God. We translate the first phrase ‘from him who is’; but that is not what the Greek says. A Greek noun is in the nominative case when it is the subject of a sentence, but, when it is governed by a preposition it changes its case and its form. It is so in English. ‘He’ is the subject of a sentence; ‘him’ is the object. When John says that the blessing comes ‘from him who is’ he should have put ‘him who is’ in the genitive case after the preposition; but quite ungrammatically he leaves it in the nominative. It is as if we said in English ‘from he who is’, refusing to change ‘he’ into ‘him’. John has such an immense reverence for God that he refuses to alter the form of his name even when the rules of grammar demand it” [= Tetapi untuk mendapatkan arti yang sepenuhnya dari hal ini kita harus melihatnya dalam bahasa Yunani, karena Yohanes meledakkan ikatan tata bahasa untuk menunjukkan hormatnya kepada Allah. Kita menterjemahkan ungkapan pertama ‘from him who is’ / ‘dari Dia yang adalah’; tetapi itu bukanlah apa yang dikatakan dalam bahasa Yunaninya. Suatu kata benda dalam bahasa Yunani ada dalam kasus nominatif bila kata itu merupakan subyek dari kalimat, tetapi bila kata itu didahului oleh suatu kata depan / kata perangkai maka kata itu berubah dalam kasus maupun bentuknya. Begitu juga dalam bahasa Inggris. ‘He’ adalah subyek dari suatu kalimat; ‘him’ adalah obyek. Pada waktu Yohanes berkata bahwa berkat datang ‘from him who is’ ia seharusnya meletakkan ‘him who is’ dalam kasus genitif setelah kata depan / kata perangkai; tetapi bertentangan dengan hukum tata bahasa ia membiarkannya dalam kasus nominatif. Itu seperti kalau dalam bahasa Inggris kita berkata ‘from he who is’, menolak mengubah ‘he’ menjadi ‘him’. Yohanes mempunyai hormat yang begitu besar untuk Allah, sehingga ia menolak untuk mengubah bentuk dari namaNya bahkan pada waktu hukum tata bahasa menuntut hal itu] - hal 30.

A. T. Robertson mengatakan bahwa Yohanes melakukan hal ini secara sengaja untuk:

“call attention to the eternity and unchangeableness of God. Used of God in Ex. 3:14” (= meminta perhatian pada kekekalan dan ketidak-bisa-berubahan dari Allah. Digunakan tentang Allah dalam Kel 3:14) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 6, hal 285.

William Barclay: “John is not finished with his amazing use of language. The second phrase is ‘from him who was’. Literally, John says ‘from the he was’. The point is that ‘who was’ would be in Greek a participle. The odd thing is that the verb EIMI (to be) has no past participle. Instead there is used the participle GENOMENOS from the verb GIGNOMAI, which means not only ‘to be’ but also ‘to become’. ‘Becoming’ implies change and John utterly refuses to apply any word to God that will imply any change; and so he uses a Greek phrase that is grammatically impossible and that no one ever used before” [= Yohanes belum selesai dengan penggunaaan bahasanya yang mengherankan. Ungkapan kedua adalah ‘from him who was’. Secara hurufiah Yohanes berkata ‘from the he was’. Persoalannya adalah bahwa dalam bahasa Yunani ‘who was’ adalah suatu participle. Hal yang aneh adalah bahwa kata kerja EIMI (to be / adalah) tidak mempunyai participle dalam bentuk lampau. Sebagai gantinya digunakan participle GENOMENOS (yang berasal) dari kata kerja GIGNOMAI, yang bukan hanya berarti ‘to be’ / ‘adalah’ tetapi juga ‘to become’ / ‘menjadi’. ‘Becoming’ / ‘menjadi’ menunjukkan suatu perubahan dan Yohanes menolak sama sekali untuk menggunakan suatu kata bagi Allah yang menunjukkan suatu perubahan; dan ia lalu menggunakan suatu ungkapan bahasa Yunani yang secara tata bahasa adalah tidak mungkin dan yang tidak pernah digunakan oleh siapapun sebelumnya] - hal 30.

· Istilah dalam Wah 1:4 ini juga dianggap berasal dari Kel 3:14-15 dan menunjukkan ketidak-berubahan Allah, kekekalan Allah, dan keberadaan Allah yang melampaui waktu.

Beasley-Murray (hal 54) mengatakan bahwa Kel 3:14 - ‘I am who I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah), dalam Septuaginta diterjemahkan ‘I am he who is’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang), dan dalam Jerusalem Targum diperpanjang menjadi ‘I am he who is and who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang dan yang akan ada), dan bahkan dalam salah satu komentarnya diperpanjang lagi menjadi ‘I am he who is, and who was, and I am who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang, dan yang ada dulu, dan Aku adalah yang akan ada).

George Eldon Ladd: “it is an allusion to the Greek form of Exod. 3:14. The full phrase denotes the eternity of the God who also acts on the scene of human history” (= ini merupakan suatu hubungan tidak langsung dengan bentuk Yunani dari Kel 3:14. Ungkapan yang penuh menunjukkan kekekalan Allah yang juga bertindak dalam kancah sejarah manusia) - ‘Revelation’, hal 24

Robert H. Mounce (NICNT): “This paraphrase of the divine name stems from Exodus 3:14-15 and calls attention to the fact that all time is embraced within God’s eternal presence” (= Pernyataan dengan kata-kata lain tentang nama ilahi ini berasal dari Kel 3:14-15 dan meminta perhatian pada fakta bahwa seluruh waktu dicakup dalam kehadiran kekal dari Allah) - hal 68.

William Hendriksen: “It very beautifully indicates the unchangeable God of the covenant (cf. Ex. 3:14 ff.)” [= Ini secara indah menunjukkan Allah perjanjian yang tidak bisa berubah (bdk. Kel 3:14-dst)] - ‘More Than Conquerors’, hal 53.

Adam Clarke: “This phraseology is purely Jewish, and probably taken from the Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; which is supposed to include in itself all time, past, present, and future. But they often use the phrase of which the o[ wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj, of the apostle, is a literal translation” [= Pengungkapan ini murni bersifat Yahudi, dan mungkin diambil dari Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; yang dianggap mencakup dalam dirinya sendiri semua waktu, lampau, sekarang, dan yang akan datang. Tetapi mereka (orang-orang Yahudi) sering menggunakan ungkapan dari mana kata-kata o[ wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj (HO ON, KAI HO EN, KAI HO ERKHOMENOS = yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang), dari sang rasul, merupakan terjemahan hurufiah) - hal 970.

Clarke lalu memberikan banyak contoh yang menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi / rabi-rabi Yahudi menggunakan ungkapan dari rasul Yohanes dalam Wah 1:4 ini.

Barnes’ Notes: “From him who is everlasting - embracing all duration, past, present, and to come. No expression could more strikingly denote eternity than this. He now exists; he has existed in the past; he will exist in the future. There is an evident allusion here to the name JEHOVAH, the name by which the true God is appropriately designated in the Scriptures. That name - YEHOVAH from HAYAH ‘to be’, ‘to exist’ - seems to have been adopted because it denotes ‘existence’, or ‘being’, and as denoting simply one who ‘exists’; and has reference merely to the fact of existence. The word has no variation of form, and has no reference to time, and would embrace all time: that is, it is as true at one time as another that he exists. Such a word would not be inappropriately paraphrased by the phrase ‘who is, and who was, and who is to come,’ or who is to be; and there can be no doubt that John referred to him here as being himself the eternal and uncreated existence, and as the great and original fountain of all being” [= Dari Dia yang adalah kekal - mencakup semua waktu, lampau, sekarang, dan akan datang. Tidak ada ungkapan bisa dengan lebih menyolok menunjukkan kekekalan dari pada ini. Ia sekarang ada; Ia telah ada pada masa lampau; Ia akan ada pada masa yang akan datang. Ada hubungan tidak langsung di sini dengan nama JEHOVAH, nama dengan mana Allah yang benar secara tepat ditunjukkan / dinamakan dalam Kitab Suci. Nama itu - hvAhoy. (YEHOVAH) dari hyAhA (HAYAH) (yang berarti) ‘ada’, ‘berada’ - kelihatannya telah diadopsi karena itu menunjukkan ‘keberadaan’ (‘existence’ atau ‘being’), dan sebagai menunjukkan secara sederhana seseorang yang ‘ada’; dan mempunyai hubungan hanya dengan fakta dari keberadaan. Kata itu tidak mempunyai variasi bentuk, dan tidak mempunyai hubungan dengan waktu, dan mencakup seluruh waktu: yaitu, adalah sama benarnya pada satu saat seperti pada saat lain bahwa Ia ada. Kata seperti itu secara tepat dikatakan dengan kata-kata lain oleh ungkapan ‘yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang’, atau yang akan ada; dan tidak ada keraguan bahwa Yohanes di sini menunjuk kepada Dia sebagai kekal dan keberadaanNya tidak diciptakan, dan sebagai sumber yang besar dan orisinil dari semua makhluk] - hal 1543.

· Tetapi bukankah Allah dianggap sebagai ‘The eternal I am’ (= ‘Aku adalah’ yang kekal)? Bukankah bagi Dia selalu berlaku ‘I am’, dan tidak pernah ‘I was’ ataupun ‘I will be’? Bdk. Yoh 8:58 Kol 1:17.

Jadi, bukankah pada masa lampau maupun masa yang akan datang, untuk Allah / Yesus seharusnya tetap digunakan ‘I am’? Tetapi mengapa dalam Wah 1:4 ini tidak demikian?

Herman Hoeksema menjawab dengan kata-kata sebagai berikut:

“But this eternal God, Whose Being cannot be measured or limited by time, revealed Himself in time. To this revelation of Himself in time refer the other two expressions, ‘who was’ and ‘who is to come’” (= Tetapi Allah yang kekal ini, yang diri / keberadaanNya tidak bisa diukur dengan waktu, menyatakan diriNya sendiri dalam waktu. Kedua ungkapan yang lain, ‘who was’ dan ‘who is to come’ menunjuk pada wahyu tentang diriNya sendiri dalam waktu ini) - hal 18.

Dengan kata lain, Allah melakukan ini untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita. Bandingkan ini dengan bahasa Anthropomorphisme dalam Alkitab, yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia berbentuk manusia. Misalnya Amsal 15:3 berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 berbicara tentang ‘tangan Allah’, padahal Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tentunya tidak mempunyai mata ataupun tangan. Ini juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita.

Kesimpulan: bagi Allah, yang kekal, tak berubah, dan berada di atas waktu / tak terbatas oleh waktu, ‘I will be’ dan ‘I am’ adalah sama.

d. LXX / Septuaginta menterjemahkan kata EHYEH yang pertama dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI (= ‘I am’).

Walter Martin: “The Septuagint translation of Exodus 3:14 from the Hebrew EHYEH utilizes EGO EIMI as the equivalent of ‘I am,’” [= Terjemahan Septuaginta dari Keluaran 3:14 dari kata Ibrani EHYEH menggunakan EGO EIMI sebagai kata yang sama artinya dari ‘Aku adalah’] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.

 

Kel 3:14 - EHYEH           ASYER     EHYEH

I am                 who           I am

Aku adalah     yang          Aku adalah

LXX: EGO EIMI (= I am / Aku adalah).


Tetapi Robert Bowman berkata bahwa Saksi-Saksi Yehuwa justru memberi argumentasi bahwa terjemahan LXX terhadap kata EHYEH dalam Kel 3:14 ini bukan EGO EIMI (= ‘I am’) tetapi HO ON (= ‘the Being’ atau ‘the One who is’). Tetapi kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa ini lagi-lagi hanyalah ½ kebenaran, karena sebetulnya LXX menterjemahkan EHYEH yang kedua dengan HO ON, tetapi EHYEH yang pertama dengan EGO EIMI.

Robert Bowman, dalam bukunya ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, mengatakan:

· “This is not quite telling the whole truth, however. What the text actually says in the LXX is as follows (translating literally): And God said to Moses, ‘I am (EGO EIMI) the One who is (HO ON)’; and He said, ‘Thus you shall say to the sons of Israel, ‘The One who is (HO ON) has sent me to you.’” [= Tetapi ini tidak menceritakan seluruh kebenaran. Apa yang sebetulnya dikatakan oleh text itu dalam LXX adalah sebagai berikut (diterjemahkan secara hurufiah): Dan Allah berkata kepada Musa: ‘Aku adalah (EGO EIMI) seseOrang/Dia yang adalah (HO ON)’; dan Ia berkata: ‘Demikianlah akan kaukatakan kepada anak-anak Israel: ‘SeseOrang/Dia yang adalah (HO ON) telah mengutus aku kepadamu’.] - hal 124-125.

· “Thus, the LXX has rendered the word EHYEH in two different ways, by both EGO EIMI and HO ON” (= Jadi, LXX telah menterjemahkan kata EHYEH dengan dua cara yang berbeda, oleh EGO EIMI dan HO ON) - hal 125.

· “The foregoing reasoning has assumed what the JWs here seem to take for granted, that an allusion to Exodus 3:14 must be based on the Hebrew text. Yet there is no reason to make such an assumption. John may have chosen to use the LXX rendering of EHYEH in its first occurrence in Exodus 3:14 as EGO EIMI to report Jesus’ words to the Jews in John 8:58” (= Argumentasi yang terlebih dulu menunjukkan anggapan Saksi-Saksi Yehuwa, bahwa suatu penghubungan dengan Kel 3:14 harus didasarkan pada text bahasa Ibrani. Tetapi tidak ada alasan untuk membuat anggapan seperti itu. Yohanes bisa memilih untuk menggunakan terjemahan LXX dari EHYEH dalam pemunculan pertamanya dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI untuk melaporkan kata-kata Yesus kepada orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:58) - hal 128.

Perlu diketahui bahwa LXX / Septuaginta sudah digunakan secara luas pada jaman Yesus, dan Yesus sendiri pasti menggunakannya, dan Ia tidak pernah meralat bagian ini. Karena itu terjemahan EGO EIMI (= I am / Aku adalah) dalam Kel 3:14 itu bisa dipertanggung-jawabkan.

3. Sekarang kita membandingkan dengan terjemahan TDB dari Kel 3:14.

Kel 3:14 (TDB): “Maka Allah berfirman kepada Musa, ‘AKU AKAN MENJADI APA PUN YANG AKU INGINKAN.’ Dan ia menambahkan, ‘Inilah yang harus kaukatakan kepada putra-putra Israel, ‘AKU AKAN MENJADI telah mengutus aku kepadamu.’”.

Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan terjemahan yang ngawur seenaknya sendiri. Itu bukan hanya merupakan terjemahan yang salah, tetapi ditinjau secara teologispun itu juga sangat salah, karena terjemahan itu sekan-akan menunjukkan bahwa Allah bisa berubah menjadi apapun (sesuatu yang lain) yang Ia inginkan. Padahal secara teologis, Allah tidak bisa berubah.

Disamping itu, terlihat bahwa di sini TDB berbeda dengan NWT yang menterjemahkan: ‘I SHALL PROVE TO BE WHAT I SHALL PROVE TO BE’ (= AKU AKAN BUKTIKAN MENJADI APA YANG AKU AKAN BUKTIKAN MENJADI). Mungkin penterjemah TDB bingung bagaimana menterjemahkan kata-kata NWT dalam bagian ini, yang memang kacau balau.

4. Dalam Kel 3:14b Kitab Suci Indonesia berbunyi: ‘Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu’. Ini kurang tepat terjemahannya.

NIV: ‘I AM has sent me to you’ (= AKU ADALAH telah mengutus aku kepadamu).

Kata ‘I AM’ di sini adalah kependekan dari ‘I am who I am’, dan dalam kalimat ini kelihatannya digunakan sebagai nama Allah.

5. Lalu dalam Kel 3:15 dikatakan bahwa nama Allah adalah ‘TUHAN’ / ‘LORD’ (= YAHWEH).

Kel 3:15 - “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (YAHWEH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.

6. Jadi, ada hubungan yang erat antara nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dengan nama ‘YAHWEH’.

Ada beberapa komentar tentang hubungan nama ‘YAHWEH’ dalam Kel 3:15 ini dengan nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dalam Kel 3:14:

· Pulpit Commentary: “The name is given first explicatively, - ‘I am that I am’ (ver. 14), then as a denominative - ‘Jehovah’ (ver. 15)” [= Nama itu mula-mula diberikan secara menjelaskan, - ‘Aku adalah yang Aku adalah’ (ay 14), kemudian sebagai suatu penamaan / nama - ‘Yehovah’ (ay 15)] - hal 70.

· Pulpit Commentary: “The name is clearly an equivalent of the ‘I AM’ in the preceding verse” [= Nama itu (YAHWEH) jelas merupakan padankata dari ‘AKU ADALAH’ dalam ayat sebelumnya] - hal 57.

· Barnes’ Notes: “It corresponds exactly to the preceding verse, the words ‘I am’ and ‘Jehovah’ being equivalent” (= Itu sesuai / dapat disamakan secara persis dengan ayat sebelumnya, kata-kata ‘Aku adalah’ dan ‘Yehovah’ merupakan padankata) - hal 13.

· Herman Hoeksema: “The name EHYEH ASYER EHYEH, or, briefly, EHYEH, which is an explation of the name Jehovah, by which God was already known to the fathers, is here designated as the Name of God, the Name par excellence, in which God’s nature is revealed in the highest sense of the word, and by which He is distinguished forever even from the deities of the heathen” [= Nama EHYEH ASYER EHYEH, atau singkatnya EHYEH, yang merupakan suatu penjelasan tentang nama Yehovah, dengan mana Allah sudah dikenal oleh para leluhur, di sini ditunjukkan sebagai Nama Allah, Nama yang menonjol, dalam mana sifat dasar Allah dinyatakan dalam arti tertinggi dari kata itu, dan dengan mana Ia dibedakan selama-lamanya dari allah-allah orang kafir] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 66.

· Keil & Delitzsch: “God therefore told his His name, or, to speak more correctly, He explained the name hvhy, by which He had made Himself known to Abraham at the making of the covenant (Gen. 15:7), in this way, EHYEH ASYER EHYEH, ‘I am that I am,’” [= Karena itu Allah memberitahu namaNya, atau, berbicara secara lebih tepat, Ia menjelaskan nama YHWH, dengan mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri kepada Abraham pada pembuatan perjanjian (Kej 15:7), dengan cara ini, EHYEH ASYER EHYEH, ‘Aku adalah yang Aku adalah’] - hal 442.

Dari komentar-komentar ini terlihat bahwa kata-kata ‘I am who I am’ bukan hanya berhubungan erat dengan nama YAHWEH, tetapi bahkan merupakan penjelasan dari nama YAHWEH.

7. Apa arti dari nama ‘YAHWEH’ atau ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’?

Herman Bavinck berkata bahwa ungkapan ini menunjuk kepada:

“the God who is unchangeable in his grace, the Ever-faithful covenant God” (= Allah yang tidak berubah dalam kasih karuniaNya, Allah perjanjian yang selalu setia) - ‘The Doctrine of God’, hal 102.

Louis Berkhof tentang nama ‘Yahweh’: “The meaning is explained in Ex. 3:14, which is rendered ‘I am that I am,’ or ‘I shall be what I shall be.’ Thus interpreted, the name points to the unchangeableness of God. Yet it is not so much the unchangeableness of His essential Being that is in view, as the unchangeableness of His relation to His people” (= Artinya dijelaskan dalam Kel 3:14, yang diterjemahkan ‘Aku adalah Aku’, atau ‘Aku akan jadi apa yang Aku akan jadi’. Ditafsirkan demikian, nama itu menunjuk pada ketidak-berubahan dari Allah. Tetapi bukan ketidak-berubahan dari hakekatNya yang disoroti, tetapi ketidak-berubahan dari hubunganNya dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, hal 49.

Herman Hoeksema: “As to the meaning of this name, ... we regard it as being expressive, first of all, of God’s aseitas. ... This aseitas Dei, also called His independentia, is that virtue of God according to which He is of and in and through Himself, is not caused by or dependent on any being outside of Himself, and is, therefore, the absolute, pure Being, Who is also perfectly Self-sufficient, and has no need of any being outside of Himself. In this virtue He is wholly different from the creature” (= Berkenaan dengan arti dari nama ini, ... kami menganggapnya sebagai sesuatu yang pertama-tama menyatakan sifat aseitas dari Allah. ... Sifat aseitas dari Allah, juga disebut ketidak-tergantunganNya, adalah sifat Allah menurut mana Ia ada dari dan dalam dan melalui diriNya sendiri, dan tidak disebabkan oleh atau tergantung pada makhluk apapun di luar diriNya sendiri, dan karena itu Ia adalah Makhluk yang mutlak dan murni, yang juga mencukupi diri sendiri secara sempurna, dan tidak membutuhkan makhluk apapun di luar diriNya sendiri. Dalam sifat ini, Ia sepenuhnya berbeda dari makhluk ciptaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 68,69.

Jadi nama YAHWEH / ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’ ini:

· menunjukkan ketidak-berubahan Allah dalam hubunganNya dengan umatNya.

· menunjukkan bahwa Allah ada dari diriNya sendiri, dan Ia tidak tergantung kepada siapapun / apapun di luar diriNya. Dengan demikian, ini juga menunjukkan kekekalan dari Allah.

c) Ayat-ayat Perjanjian Lama lain yang dalam Septuaginta juga menggunakan EGO EIMI.

1. Ul 32:39 - “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”.

Dalam bahasa Ibrani bagian yang saya garis bawahi itu berbunyi ANI ANI HU (= I myself am He / Aku sendiri adalah Dia). Adanya 2 x kata ANI (= aku) menunjukkan suatu penekanan, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘Aku sendiri adalah Dia’.

Robert Bowman (lihat kutipan di bawah, setelah point 7.) mengatakan bahwa dalam Septuaginta bagian ini diterjemahkan EGO EIMI [= ‘I am’ (= Aku adalah)]. Pulpit Commentary juga mengatakan demikian.

Pulpit Commentary: “LXX, i]dete, i]dete o[ti e]go ei]mi (cf. Isa. 41:4; 48:12; John 8:24; 18:5)” [= LXX, i]dete, i]dete o[ti e]go ei]mi / IDETE, IDETE HOTI EGO EIMI (bdk. Yes 41:4; 48:12; Yoh 8:24; 18:5)] - hal 503.

Catatan: IDETE artinya ‘lihatlah’.

NWT: ‘I, I am he’ (= Aku, Aku adalah Dia).

TDB: ‘aku - akulah dia’.

2. Yes 41:4 - “Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga”.

Ibrani: ANI YAHWEH [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].

LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).

NWT: ‘I, Jehovah’ (= Aku, Yehovah).

TDB: ‘Aku, Yehuwa’.

3. Yes 43:10 - “‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’ demikianlah firman TUHAN (YAHWEH), ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”. Kata ‘tetap’ yang saya coret itu sebetulnya tidak ada.

Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].

LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah; lihat juga kata-kata A. T. Robertson dalam komentarnya tentang Yoh 8:24 di bawah).

NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).

TDB: “aku adalah Pribadi yang sama”.

Entah dari mana mereka menyulap sehingga muncul kata-kata ini.

4. Yes 45:18 - “Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, - Dialah Allah - yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, - dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami -: ‘Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”.

Ibrani: ANI YAHWEH [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].

LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).

NWT: ‘I am Jehovah’ (= Aku adalah Yehovah).

TDB: ‘Akulah Yehuwa’.

5. Yesaya 46:4 - “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Kata ‘tetap’ sebetulnya tidak ada.

Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].

LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).

NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).

TDB: “aku tetap Pribadi yang sama”.

Saksi-Saksi Yehuwa melakukan sulapan yang sama seperti di atas.

6. Yes 48:12 - “‘Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!”.

Ini terjemahan yang ngawur, karena kata-kata ‘tetap’ maupun ‘sama’ sebetulnya tidak pernah ada.

Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].

Dari kata-kata Pulpit Commentary pada point no 1. di atas kelihatannya bagian ini oleh LXX / Septuaginta juga diterjemjahkan sebagai EGO EIMI.

NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).

TDB: “Aku adalah Pribadi yang sama”.

Lagi-lagi sulapan yang sama mereka gunakan.

7. Yesaya 52:6 - “Sebab itu umatKu akan mengenal namaKu dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!”.

Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].

LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).

NWT: “I am the One” (= Aku adalah Orang yang).

TDB: “akulah Pribadi yang”.

Robert M. Bowman Jr.: “Among biblical scholars a growing consensus has formed behind the opinion that John 8:58 deliberately echoes Yahweh’s statements in Isaiah 40-55. The NWT obscures the parallels in Isaiah by rendering them ‘I am the same One’ or ‘I am the same’; but the Hebrew in each case reads simply ANI HU {literally, ‘I (am) he’}, which the LXX renders as EGO EIMI (Isa. 41:4; 43:10; 46:4; 52:6; compare with Deut. 32:29). ... This suggests that the reason for the anger of the Jews at Jesus’ absolute use of the expression EGO EIMI was that on the occasion his language was instantly recognizable as that of Yahweh. ... a large number scholars have defended this conclusion, and very few deny it. ... Considerations such as these have led most scholars to conclude that the closest Old Testament antecedent to John 8:58 is to be found in the Isaiah’s ‘I am’ sayings. If this is correct, the conclusion cannot be avoided that Jesus was claiming to be Yahweh” [= Di antara para ahli bahasa / penafsir Alkitab suatu persetujuan umum yang bertumbuh telah membentuk di belakang pandangan bahwa Yoh 8:58 secara sengaja menggemakan pernyataan-pernyataan Yahweh dalam Yes 40-55. NWT mengaburkan ayat-ayat paralel dalam Yesaya ini dengan menterjemahkan mereka ‘Aku adalah Orang yang sama’ atau ‘Aku adalah yang sama’; tetapi dalam bahasa Ibrani setiap kasus hanya berbunyi ANI HU {secara hurufiah, ‘Aku (adalah) Dia’}, yang oleh LXX / Septuaginta diterjemahkan sebagai EGO EIMI (Yes 41:4; 43:10; 46:4; 52:6; bandingkan dengan Ul 32:39). ... Ini mengusulkan bahwa alasan untuk kemarahan dari orang-orang Yahudi pada penggunaan ungkapan EGO EIMI secara mutlak oleh Yesus adalah bahwa pada peristiwa itu bahasaNya langsung dikenali sebagai bahasa Yahweh. ... sejumlah besar ahli-ahli bahasa / penafsir telah mempertahankan kesimpulan ini, dan sangat sedikit menyangkalnya. ... Pertimbangan-pertimbangan seperti ini telah membimbing para ahli bahasa / penafsir untuk menyimpulkan bahwa bagian-bagian terdekat dalam Perjanjian Lama yang merupakan pendahulu dari Yoh 8:58 ditemukan dalam kata-kata ‘Aku adalah’ dari Yesaya. Jika ini benar, kesimpulannya tidak bisa dihindarkan bahwa Yesus sedang mengclaim sebagai Yahweh] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 120,121

d) Sekarang mari kita kembali kepada kedua kelompok ayat dalam Injil Yohanes dimana Yesus menyebut diriNya dengan sebutan ‘I am’ (= Aku adalah).

Dengan mengingat apa yang sudah saya bahas di atas, yang menekankan hubungan yang erat antara nama YAHWEH dengan ‘I am’ (= Aku adalah), maka kita bisa menyimpulkan bahwa kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) dari Yesus ini secara implicit menunjukkan diriNya sebagai YAHWEH / Allah sendiri (bdk. Yer 23:5-6 dimana Yesus secara explicit disebut sebagai TUHAN / YAHWEH!).

Memang ada orang-orang yang tidak setuju bahwa kelompok pertama, yaitu seri 7 ‘I am’, menunjukkan bahwa Yesus adalah YAHWEH. Mereka menganggap bahwa ‘I am’ di dalam ayat-ayat itu hanyalah ‘I am’ biasa, karena kata-kata ‘I am’ itu diikuti penggambaran Yesus tentang diriNya sendiri. Karena itu mari kita memperhatikan kelompok kedua saja, dimana kata-kata ‘I am’ digunakan secara mutlak, maksudnya kata-kata ‘I am’ itu tidak diikuti dengan penggambaran oleh Yesus tentang diriNya.

1. Yoh 8:24,28 - “(24) Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’ ... (28) Maka kata Yesus: ‘Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.

TDB: ‘akulah dia’.

NWT: ‘I am (he)’ [= Aku adalah (Dia)].

KJV: ‘I am he’ (= Aku adalah Dia).

Terjemahan hurufiah seharusnya hanyalah: ‘I am’ (= Aku adalah).

Catatan: kata ‘he’ (= Dia) oleh NWT diletakkan dalam tanda kurung untuk menunjukkan bahwa kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya; tetapi TDB tidak memberikan tanda kurung itu. KJV menterjemahkan seperti NWT, tetapi kata ‘he’ tidak diletakkan dalam tanda kurung, melainkan dicetak dengan huruf miring. Maksudnya sama seperti NWT, yaitu untuk menunjukkan bahwa kata itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya.

William Hendriksen: “This death in sins will be the result of not believing that I am he; literally, that I am (e]gw ei]mi), ... Basic to the expression are passages such as Ex. 3:14; Deut. 32:39; Is. 43:10. The meaning is: that I am all that I claim to be; the One sent by the Father, the One who is from above, the Son of Man, the only-begotten Son of God, equal with God, the One who has life in himself, the very essence of the scriptures, the bread of life, the light of the world, etc.” [= Kematian dalam dosa ini merupakan akibat dari ketidak-percayaan bahwa ‘Akulah Dia’; secara hurufiah, bahwa ‘Aku adalah’ (e]gw ei]mi / EGO EIMI), ... Yang mendasari ungkapan itu adalah text-text seperti Kel 3:14; Ul 32:39; Yes 43:10). Artinya adalah: bahwa Aku adalah semua yang Aku claim tentang diriKu; seseorang yang diutus oleh Bapa, seseorang dari atas, Anak Manusia, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, setara dengan Allah, seseorang yang mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, inti / hakekat dari kitab suci, roti hidup, terang dunia, dsb.] - hal 46.

A. T. Robertson: “Jesus can mean either ‘that I am from above’ (verse 23), ‘that I am the one sent from the Father or the Messiah’ (7:18,28), ‘that I am the Light of the World’ (8:12), ‘that I am the Deliverer from the bondage of sin’ (8:28, 31f., 36), ‘that I am’ without supplying a predicate in the absolute sense as the Jews (Deut. 32:39) used the language of Jehovah (cf. Isa. 43:10 where the very words occur HINA PISTEUSETE - HOTI EGO EIMI). The phrase EGO EIMI occurs three times here (8:24,28,58) and also in 13:19. Jesus seems to claim absolute divine being as in 8:58” [= Yesus bisa memaksudkan salah satu dari hal-hal ini, ‘bahwa Aku adalah dari atas’ (ayat 23), ‘bahwa Aku adalah Orang yang diutus oleh Bapa atau Mesias’ (7:18,28), ‘bahwa Aku adalah Terang Dunia’ (8:12), ‘bahwa Aku adalah Pembebas dari perbudakan / belenggu dosa’ (8:28, 31-dst, 36), ‘bahwa Aku ada / adalah’ tanpa menyuplai predikat dalam arti yang mutlak seperti orang-orang Yahudi (Ul 32:39) menggunakan bahasa Yehovah (bdk. Yes 43:10 dimana kata-kata yang persis sama muncul (HINA PISTEUSETE - HOTI EGO EIMI). Ungkapan EGO EIMI muncul 3 x di sini (8:24,28,58) dan juga dalam 13:19. Yesus kelihatannya mengclaim sebagai makhluk ilahi yang mutlak seperti dalam 8:58] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 146.

Robert M. Bowman Jr.: “The sole objection offered by the JWs is that David said ANI HU in 1Chronicles 21:17, an objection which fails to note that David’s use of the phrase is completely nontheological” (= Satu-satunya keberatan yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa adalah bahwa Daud mengatakan ANI HU dalam 1Taw 21:17, suatu keberatan yang tidak memperhatikan bahwa penggunaan Daud tentang ungkapan ini adalah sama sekali tidak bersifat teologis) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 120.

1Taw 21:17 - “Dan berkatalah Daud kepada Allah: ‘Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah (ANI HU = akulah dia) yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umatMu.’”.

Tetapi Calvin mempunyai pandangan lain tentang Yoh 8:24 ini.

Calvin: “For there is no other way for lost men to recover salvation, but to betake themselves to Christ. The phrase, ‘that I am,’ is emphatic; for, in order to make the meaning complete, we must supply all that the Scripture ascribes to the Messiah, and all that it bids us expect from him. ... Some of the ancient writers have deduced from this passage the Divine essence of Christ; but that is a mistake, for he speaks of his office towards us. This statement is worthy of observation; for men never consider sufficiently the evils in which they are plunged; and though they are constrained to acknowledge their destruction, yet they neglect Christ, and look around them, in every direction, for useless remedies” (= Karena tidak ada jalan lain untuk orang-orang yang terhilang untuk memperoleh keselamatan, kecuali dengan pergi / membawa dirinya sendiri kepada Kristus. Ungkapan ‘bahwa Aku ada / adalah’ perlu diperhatikan; karena untuk membuat artinya lengkap, kita harus menyuplai semua yang oleh Kitab Suci dianggap sebagai milik / kwalitet dari Mesias, dan semua yang Kitab Suci minta untuk kita harapkan dari Dia. ... Sebagian dari penulis-penulis kuno telah menyimpulkan dari text ini hakekat Ilahi dari Kristus; tetapi itu merupakan suatu kesalahan, karena Ia berbicara tentang jabatanNya / tugasNya terhadap kita. Pernyataan ini layak untuk diperhatikan; karena manusia tidak pernah mempertimbangkan dengan cukup kejahatan dalam mana mereka tercebur, tetapi mereka mengabaikan Kristus, dan memandang ke sekeliling mereka, ke setiap arah, untuk obat yang sia-sia) - hal 333.

Catatan:

· bagian yang saya garis-bawahi itu jelas juga mencakup keilahian dari Kristus / Mesias, karena hal itu jelas diajarkan oleh Kitab Suci.

· Calvin kelihatannya tidak menghubungkan Yoh 8:24 ini dengan Kel 3:14.

Dan tentang kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) dalam Yoh 8:28, Calvin berkata:

“this does not refer to Christ’s Divine essence, but to his office” (= ini tidak menunjuk kepada hakekat Ilahi Kristus, tetapi kepada jabatanNya) - hal 338.

2. Yoh 13:19 - “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia”.

TDB: ‘akulah dia’.

NWT: ‘I am (he)’ [= Aku adalah (Dia)].

KJV: ‘I am he’ (= Aku adalah Dia).

Literal: ‘I am’ (= Aku adalah).

William Hendriksen: “They must continue to believe that ‘I am (he),’ that is, that Jesus is whatever he claimed to be” (= Mereka harus terus percaya bahwa Yesus adalah apapun seperti yang Ia claim tentang diriNya sendiri) - hal 240.

Calvin (hal 66) dan A. T. Robertson (hal 242) menganggap bahwa kata-kata ‘Akulah Dia’ di sini menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, tetapi tentang pandangan A. T. Robertson bandingkan dengan komentarnya tentang Yoh 8:24 di atas.

Walter Martin menganggap bahwa kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) di sini juga berhubungan dengan kata-kata ‘Aku adalah yang Aku adalah’ dan ‘Aku adalah’ dalam Kel 3:14.

Walter Martin: “The meaning of the phrase in the sense of full Deity is especially clear at John 13:19 where Jesus says that He has told them things before they come to pass, that when they do come to pass the disciples may believe that EGO EIMI (I am). Jehovah is the only One who knows the future as a present fact. Jesus is telling them beforehand that when it does come to pass in the future, they may know that ‘I am’ (EGO EIMI), i.e., that He is Jehovah!” [= Arti dari ungkapan itu dalam arti KeAllahan yang penuh khususnya sangat jelas dalam Yoh 13:19 dimana Yesus berkata bahwa Ia telah memberitahu mereka hal-hal sebelum hal-hal itu terjadi, supaya pada waktu hal-hal itu terjadi, murid-murid bisa percaya bahwa EGO EIMI (Aku adalah). Yehovah adalah satu-satunya yang mengetahui masa depan sebagai suatu fakta masa kini. Yesus memberitahu mereka sebelumnya bahwa pada waktu itu terjadi, mereka bisa mengetahui bahwa ‘Aku adalah’ (EGO EIMI), yaitu bahwa Ia adalah Yehovah!] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 88-89.

3. Yoh 18:5-6,8 - “(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. ... (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’”.

TDB: ‘Akulah dia’.

NWT: ‘I am (he)’ [= Aku adalah (Dia)].

KJV: ‘I am he’ (= Aku adalah Dia).

Literal: ‘I am’ (= Aku adalah).

Tasker (Tyndale): “The Greek EGO EIMI rendered ‘I am he’ might well suggest divinity to those familiar with the Greek Bible, for it is the rendering in the LXX for the sacred name of God (see Ex. 3:14)” [= Kata Yunani EGO EIMI yang diterjemahkan ‘Akulah Dia’ memang mungkin secara tak langsung menunjukkan keilahian bagi mereka yang akrab dengan Alkitab Yunani, karena itu merupakan terjemahan dalam LXX / Septuaginta untuk nama yang kudus dari Allah (lihat Kel 3:14)] - hal 196.

C. H. Spurgeon: “When in His humiliation he did but say to the soldiers, ‘I am He,’ they fell backward; what will be the terror of His enemies when He shall more fully reveal Himself as the ‘I am?’” (= Jika dalam perendahanNya Ia hanya berkata kepada tentara-tentara itu ‘Akulah Dia’ dan mereka rebah ke belakang; bagaimana ketakutan dari musuh-musuhNya pada waktu Ia akan menyatakan diriNya sendiri secara lebih penuh sebagai ‘Aku adalah’?) - ‘Morning and Evening’, October 15, morning.

George Hutcheson: “The word of Christ, how contemptible soever it seem to be, is full of majesty, and accompanied with divine power, and terror to his enemies, when he pleaseth to let it out; ... And if his lamb’s voice was so terrible, how dreadful will he be when he roars as a lion? and if that sweet word, ‘I am he,’ which comforted the disciples, John 6:20, be their terror, how terrible will it be when he speaks to them as they deserve?” (= Perkataan Kristus, betapapun remehnya kelihatannya, adalah penuh dengan keagungan, dan disertai dengan kuasa ilahi, dan rasa takut pada musuh-musuhNya, pada waktu Ia berkenan mengeluarkannya; ... Dan jika suara anak dombaNya begitu mengerikan, bagaimana menakutkannya suaraNya nanti pada waktu Ia meraung sebagai seekor singa? dan jika kata-kata yang manis, ‘Akulah Dia’, yang menghibur murid-muridNya, Yoh 6:20, menakutkan bagi mereka, bagaimana mengerikan kata-kataNya pada waktu Ia berbicara sesuai dengan yang layak mereka dapatkan?) - hal 375.

Catatan: ia menggambarkan Yesus sebagai ‘singa’ karena Wah 5:5 menyebut Yesus sebagai ‘singa Yehuda’.

Calvin: “He replies mildly that he is the person whom they seek” (= Ia menjawab dengan enteng / ringan bahwa Ia adalah orang yang mereka cari) - hal 191.

Jadi Calvin tidak menghubungkan ini dengan Kel 3:14, dan bahkan dalam persoalan ayat ini, kelihatannya Calvin tidak menganggap ini sebagai bukti keilahian Yesus.

4. Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.

Dari seluruh bagian ini, Yoh 8:58 ini adalah ayat yang terkuat / terpenting. Karena itu mari sekarang kita menyorotinya secara mendetail.

a. Terjemahan dari ayat ini.

Kata-kata ‘Aku telah ada’ ini salah terjemahan; TB2-LAI tidak memperbaikinya. Tetapi anehnya, ada sebagian TB1-LAI yang tidak mempunyai kata ‘telah’.

TDB: “aku telah ada.’”.

NWT: “I have been” (= Aku telah ada).

KJV/RSV: ‘Before Abraham was, I am’ (= Sebelum Abraham ada, Aku ada).

NIV/NASB: ‘before Abraham was born, I am’ (= sebelum Abraham dilahirkan, Aku ada).

Catatan: dalam menterjemahkan kata-kata ‘I am’ ke dalam bahasa Indonesia kadang-kadang harus diterjemahkan ‘Aku ada’ dan kadang-kadang harus diterjemahkan sebagai ‘Aku adalah’. Kontextnya yang harus menentukan hal itu.

Kata-kata bentuk present (‘I am’) ini kelihatannya aneh / tak masuk akal, karena pada waktu membicarakan tentang Abraham (yang hidup di masa lampau) digunakan bentuk lampau (past tense), tetapi pada waktu membicarakan Yesus, yang ada sebelum Abraham, digunakan present tense.

Tetapi keanehan yang sama juga ada dalam Kol 1:17a - “Ia (Yesus) ada terlebih dahulu dari segala sesuatu”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘He is before all things’. Perhatikan kata ‘is’ yang merupakan bentuk present!

Moule: “is, not only was” - hal 78.

Kata-kata ‘He is’ tidak terlalu berbeda dengan kata-kata ‘I am’. Perbedaannya hanyalah bahwa dalam kasus pertama Yesus digambarkan sebagai orang ketiga, dan dalam kasus kedua Yesus digambarkan sebagai orang pertama.

Jangan terlalu heran kalau Yesus membicarakan diriNya dengan ‘cara yang aneh’. Ia adalah Allah, dan karena itu Ia melampaui pikiran kita. Dan terjemahan yang aneh ini justru sesuai dengan bahasa aslinya.

Pulpit Commentary (tentang Yoh 8:58): “the present tense, ei]mi, and not the past, e]n, was used by our Lord” [= bentuk present, ei]mi (EIMI), dan bukan bentuk lampau, e]n (EN), yang digunakan oleh Tuhan kita] - hal 373.

Jadi, kata-kata yang diterjemahkan ‘Aku telah ada’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah EGO EIMI, yang ada dalam bentuk present. Bagaimana kata-kata Yunani bentuk present EGO EIMI (= ‘I am’) bisa diterjemahkan ‘Aku telah ada’ baik oleh Kitab Suci Indonesia maupun oleh NWT / TDB? Ini mengubah bentuk ‘present’ menjadi bentuk ‘perfect’, dan karenanya jelas salah! Terjemahan yang benar adalah ‘Aku ada / adalah’ bukan ‘Aku telah ada’.

b. Apa tujuan Saksi Yehuwa menterjemahkan ‘I have been’ (= Aku telah ada)?

Robert M. Bowman Jr.: “it eliminates any apparent allusion to Exodus 3:14 and the ‘I am’ passages in Isaiah. It also softens the contrast between the two verbs (‘came into existence’ and ‘am’), and in so doing enables the Witnesses to understand Jesus to mean that he simply existed some time prior to Abraham without being eternally preexistent” [= itu menghapuskan hubungan tidak langsung yang nyata dengan Kel 3:14 dan text-text ‘Aku adalah’ dalam Yesaya. Itu juga melunakkan kontras antara dua kata kerja (‘jadi / menjadi ada’ dan ‘ada / adalah’), dan dengan demikian memungkinkan Saksi-Saksi untuk mengerti bahwa kata-kata Yesus berarti bahwa Ia hanya ada / sudah ada beberapa waktu sebelum Abraham tetapi bukannya ada secara kekal] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 89-90.

Yoh 8:58 - “Sebelum Abraham jadi, Aku ada”.

Tadi waktu membahas Kel 3:14 kita telah melihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak mau menerima terjemahan ‘I am who I am’, dan mereka menghendaki terjemahan ‘I will be that I will be’. Tujuannya untuk menghindari hubungan antara Yoh 8:58 dengan Kel 3:14 itu. Rupanya mereka masih tidak puas dengan hal itu, sehingga dalam penterjemahan Yoh 8:58 ini mereka mengubah kata-kata ‘I am’ menjadi ‘I have been’.

c. Keberatan / serangan dari Saksi-Saksi Yehuwa terhadap terjemahan ‘I am’ (= Aku ada / adalah) ini.

¬ Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “(NE, KJ, TEV, JB, NAB semua menyatakan ‘Aku ada,’ bahkan ada yang menggunakan huruf-huruf besar untuk menyatakan gagasan sebuah gelar. Jadi mereka berusaha menghubungkan ungkapan itu dengan Keluaran 3:14, di mana, menurut terjemahan mereka, Allah menyebut diriNya dengan gelar ‘Aku ada.’) Tetapi, dalam NW dan TB (TB-LAI) bagian terakhir dari Yohanes 8:58 bunyinya: ‘Sebelum Abraham ada, aku telah ada.’ (Gagasan yang sama dinyatakan dalam AT, Mo, CBW, SE, Bode dan BIS.) Terjemahan manakah yang sesuai dengan ikatan kalimatnya? Pertanyaan orang-orang Yahudi (ayat 57) yang dijawab Yesus ada hubungannya dengan usia, bukan identitas. Jawaban Yesus secara logis adalah mengenai usianya, lamanya ia telah hidup. Menarik sekali, tidak pernah ada usaha untuk memakai EGO EIMI sebagai gelar untuk roh kudus. A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, oleh A. T. Robertson mengatakan: ‘Kata kerja (EIMI) ... Kadang-kadang kata itu memang menyatakan keberadaan sebagai predikat seperti kata kerja lainnya, misalnya dalam (EGO EIMI) (Yohanes 8:58).’ Nashville, Tenn.; 1934, h. 394.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 405-406.

Jawaban saya:

· Dalam menterjemahkan kita harus memperhatikan gramatika, dan dalam Yoh 8:58 telah saya tunjukkan di atas bahwa kata-kata EGO EIMI ada dalam bentuk present, dan karena itu harus diterjemahkan ‘Aku ada / adalah’ / ‘I am’, dan tidak boleh diterjemahkan ‘Aku sudah ada’ / ‘I have been’ yang merupakan bentuk perfect. Kalau Yesus memang memaksudkan ‘Aku sudah ada’ / ‘I have been’, mengapa Ia tidak menggunakan ‘perfect tense’ saja?

· Sekarang tentang ikatan kalimat / kontext.

Saya kutip ulang kata-kata mereka pada bagian tengah yang berbunyi sebagai berikut:

“Terjemahan manakah yang sesuai dengan ikatan kalimatnya? Pertanyaan orang-orang Yahudi (ayat 57) yang dijawab Yesus ada hubungannya dengan usia, bukan identitas. Jawaban Yesus secara logis adalah mengenai usianya, lamanya ia telah hidup” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 405.

Tanggapan saya:

Adalah merupakan suatu omong kosong bahwa orang-orang Yahudi menanyakan usia dan bukan identitas. Mulai Yoh 8:12, Yesus sudah berbicara tentang identitasnya sebagai ‘Terang dunia’. Lalu dalam Yoh 8:19b Yesus berkata: “Baik Aku, maupun BapaKu tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga BapaKu”. Ini lagi-lagi pasti berurusan dengan identitas. Lalu dalam Yoh 8:24 Yesus berkata: “jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”. Ini pasti juga berurusan dengan identitas, sehingga orang-orang Yahudi lalu bertanya dalam Yoh 8:25 - “Siapakah Engkau?”. Apakah ini bukan pertanyaan tentang identitas?.

Mari kita sekarang melihat kontext yang dekat dengan Yoh 8:58.

Yoh 8:51-59 - “(51) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.’ (52) Kata orang-orang Yahudi kepadaNya: ‘Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. (53) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diriMu?’ (54) Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, (55) padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firmanNya. (56) Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hariKu dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.’ (57) Maka kata orang-orang Yahudi itu kepadaNya: ‘UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?’ (58) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’ (59) Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah”.

Perhatikan Yohanes 8:53 yang saya garis bawahi itu. Kalau itu bukan pertanyaan tentang identitas, lalu tentang apa? Jawaban Yesus dalam Yoh 8:58 ini diberikan bukan hanya untuk menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi dalam Yohanes 8:57 tetapi juga pertanyaan mereka dalam Yoh 8:53, yang jelas mempersoalkan identitas.

William Hendriksen: “what he states here in 8:58 is his answer not only to the statement of the Jews recorded in 8:57 but also to that found in 8:53” [= apa yang Ia nyatakan di sini dalam 8:58 merupakan jawabanNya bukan hanya terhadap pernyataan orang-orang Yahudi yang dicatat dalam 8:57 tetapi juga terhadap pernyataan yang didapatkan dalam 8:53] - hal 66-67.

Jadi terjemahan ‘I am’ / ‘Aku ada’ tetap sesuai dengan ikatan kalimat / kontext, karena dengan jawaban ini Yesus menunjukkan identitasNya sebagai Allah sendiri.

· Kalaupun jawaban Yesus hanya mempersoalkan umur, kata-kataNya yang menunjukkan bahwa Ia sudah ada lebih dulu dari Abraham yang hidup lebih dari 2000 tahun sebelum kelahiranNya, tetap menunjukkan bahwa Ia itu kekal, dan dengan demikian, juga menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.

· Kalau mau memperhatikan kontext, kita harus memperhatikan bagian sebelum dan sesudah ayat itu. Sekarang perhatikan bagian sesudah Yoh 8:58, yaitu Yoh 8:59 - “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah”.

Mengapa orang-orang Yahudi itu mau merajam Yesus? Jelas karena kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) itu merupakan claim sebagai Allah, dan itu dianggap sebagai penghujatan! Seandainya Yesus berkata ‘I have been’ (= Aku telah ada), maka paling-paling orang-orang Yahudi akan menganggap Dia sebagai orang gila, dan mereka tidak akan merajam orang gila.

Walter Martin berkata bahwa dalam hukum Taurat hanya ada beberapa hal dimana hukuman rajam diberlakukan, yaitu:

¨ mempunyai roh peramal (Im 20:27).

¨ menghujat Allah (Im 24:10-23).

¨ nabi palsu yang mengajak menyembah allah lain (Ul 13:5-10).

¨ anak durhaka (Ul 21:18-21).

¨ perzinahan dan pemerkosaan (Ul 22:21-24 Imamat 20:10).

Satu-satunya yang bisa dipakai sebagai alasan oleh orang-orang Yahudi untuk mau merajam Yesus adalah ‘menghujat Allah’. Mengapa Ia dianggap menghujat Allah? Karena kata-kata ‘I am’ (= Aku ada / adalah) dalam Yoh 8:58 itu jelas mengacu pada Kel 3:14 yang merupakan nama Allah. Bandingkan dengan Yoh 5:18 dan Yoh 10:33 dimana mereka juga mau merajam Yesus karena pengakuan Yesus bahwa Ia adalah Anak Allah (yang berarti bahwa Ia setara dengan Allah - Yohanes 5:18 Yohanes 10:33).

Walter Martin juga mengatakan (hal 88) bahwa ada Saksi-Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itu mau merajam Yesus, karena Yesus mengatai mereka dengan mengatakan bahwa Iblis adalah bapa mereka (Yoh 8:44). Tetapi jika ini alasannya:

* mengapa mereka tidak berusaha melempariNya pada saat itu (pada Yoh 8:44,45)?

* mengapa mereka tidak berusaha melempariNya pada waktu Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik, ular beludak, kuburan yang dilabur putih, orang-orang tolol yang buta, dan sebagainya (Mat 23:13-33)?

· Tidak ada keharusan untuk menggunakan EGO EIMI terhadap Roh Kudus. Kitab Suci memang menunjukkan keilahian Roh Kudus, tetapi Kitab Suci menggunakan cara yang berbeda dengan pada waktu Kitab Suci menunjukkan keilahian Yesus. Siapa yang memberi peraturan bahwa dalam membuktikan / menunjukkan keilahian Yesus dan keilahian Roh Kudus Kitab Suci harus menggunakan cara yang sama?

· Saksi-Saksi Yehuwa mengutip A. T. Robertson seakan-akan A. T. Robertson mendukung pandangan mereka, yang untuk jelasnya saya kutip ulang di sini:

“A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, oleh A. T. Robertson mengatakan: ‘Kata kerja (EIMI) ... Kadang-kadang kata itu memang menyatakan keberadaan sebagai predikat seperti kata kerja lainnya, misalnya dalam (EGO EIMI) (Yohanes 8:58).’ Nashville, Tenn.; 1934, h. 394” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 405-406.

Tetapi dalam buku tafsirannya ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 158-159, A. T. Robertson mengomentari Yoh 8:58 dengan kata-kata sebagai berikut:

“‘I am’ (EGO EIMI). Undoubtedly here Jesus claims eternal existence with the absolute phrase used of God. The contrast between GENESTHAI (entrance into existence of Abraham) and EIMI (timeless being) is complete” [= ‘Aku ada / adalah’ (EGO EIMI). Tidak diragukan bahwa di sini Yesus mengclaim keberadaan yang kekal dengan suatu ungkapan mutlak yang digunakan terhadap Allah. Kontras antara GENESTHAI (masuknya Abraham ke dalam keberadaan) dan EIMI (keberadaan yang kekal / ada di atas waktu) adalah sempurna].

Juga dalam komentar A. T. Robertson tentang Yoh 8:24 di atas, terlihat bahwa ia menganggap bahwa kata-kata Yesus dalam Yoh 8:58 sebagai claim keilahian.

­ Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa EGO EIMI itu merupakan ‘perfect indefinite tense’ dan secara benar diterjemahkan ‘Aku telah ada’.

Jawaban saya:

EGO EIMI itu jelas merupakan ‘present tense’, dan dalam bahasa Yunani tidak ada ‘perfect indefinite tense’. Itu hanya merupakan ciptaan / khayalan dari Saksi-Saksi Yehuwa, untuk melakukan penipuan. Karena itu, bukankah tepat kalau saya mengubah nama mereka menjadi ‘Jehovah’s (False) Witnesses’ / ‘Saksi-Saksi (Palsu) Yehuwa’?

Walter Martin: “Jehovah’s Witnesses (p. 312 of the New World Translation of the Christian Greek Scriptures, footnote C) declare that the Greek rendering of EGO EIMI (I am) in John 8:58 is properly rendered in the ‘perfect indefinite tense’ (I have been), not ‘I am.’ ... It is difficult to know what the author of the note on page 312 means since he does not use standard grammatical terminology, nor is his argument documented from standard grammars. ... The term ‘perfect indefinite’ is not a standard grammatical term and its use here has been invented by the authors of the note, so it is impossible to know what it meant. ... The incorrect and rude rendering of the NWT only serves to illustrate the difficulty of evading the meaning of the phrase and the context” [= Saksi-Saksi Yehuwa (h. 312 dari the New World Translation of the Christian Greek Scriptures, footnote C) menyatakan bahwa terjemahan Yunani dari EGO EIMI (I am / Aku ada / adalah) dalam Yoh 8:58 diterjemahkan dengan benar dalam ‘perfect indefinite tense’ (I have been / Aku sudah ada), bukan ‘I am’ / ‘Aku ada / adalah’. ... Sukar untuk mengetahui apa yang dimaksudkan oleh sang pengarang dengan catatan pada halaman 312, karena ia tidak menggunakan istilah gramatika yang standard. ... Istilah ‘perfect indefinite’ bukanlah istilah gramatika yang standard, dan penggunaannya di sini telah ditemukan / diciptakan oleh pengarang-pengarang dari catatan itu, sehingga mustahil untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan istilah itu. ... Terjemahan yang tidak benar dan bodoh dari NWT hanya berfungsi untuk mengilustrasikan sukarnya menghindari arti dari ungkapan dan kontext] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 88.

Robert M. Bowman Jr.: “It is true that some Christian scholars have critized the NWT footnote on the grounds that there is no such thing in Greek as the ‘perfect indefinite tense’” (= Adalah benar bahwa beberapa ahli bahasa / penafsir Kristen telah mengkritik catatan kaki dari NWT dengan dasar bahwa dalam bahasa Yunani tidak ada ‘perfect indefinite tense’) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 94.

® Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa ungkapan EGO EIMI merupakan bentuk present ditinjau secara sejarah (historical present), dan karena itu dari sudut pandang kita bagian itu boleh diterjemahkan ‘Aku telah ada’.

Jawaban saya:

Baik Walter Martin maupun Robert M. Bowman Jr. mengatakan bahwa ‘historical present’ hanya bisa digunakan dalam suatu cerita sejarah. Padahal dalam Yoh 8:58 itu bukan merupakan suatu cerita, tetapi suatu kutipan dari argumentasi Yesus.

Walter Martin: “In conclusion, the facts are self-evident and undeniably clear - the Greek allows no such impositions as ‘I have been.’ The Watchtower’s contention on this point is that the phrase in question is a ‘historical present’ used in reference to Abraham, hence permissible. This is a classic example of Watchtower double talk. The passage is not a narrative, but a direct quote of Jesus’ argument. Standard grammars reserve the use of ‘historical present’ to narrative alone” [= Kesimpulannya, fakta-fakta membuktikan dirinya sendiri dan begitu jelas sehingga tidak bisa disangkal - bahasa Yunani tidak mengijinkan pemaksaan seperti ‘Aku telah ada’. Anggapan dari Menara Pengawal pada bagian ini adalah bahwa ungkapan yang dipersoalkan merupakan suatu ‘historical present’ / ‘masa sekarang secara historis’ yang digunakan berkenaan dengan Abraham, dan karena itu diijinkan. Ini merupakan contoh klasik dari omongan ganda dari Menara Pengawal. Text ini bukanlah suatu cerita, tetapi suatu kutipan langsung dari argumentasi Yesus. Standard dari gramatika menyediakan penggunaan dari ‘historical present’ / ‘masa sekarang secara historis’ hanya bagi suatu cerita saja] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.

Robert M. Bowman Jr.: “The historical present is an idiom in which past events are narrated, story-telling fashion, in the present tense, as a vivid, dramatic way of projecting the reader or listener into the narrative. In John 8:58, on the other hand, Jesus’ words do not tell a story or describe a past event, but instead simply state a comparison between Abraham and Jesus. … There is thus no reason whatsoever to believe that EIMI in John 8:58 is an historical present, and every reason to believe that it is not” (= Historical present merupakan suatu ungkapan dalam mana peristiwa-peristiwa pada masa lampau diceritakan - suatu cara menceritakan cerita - dalam bentuk present / sekarang, sebagai suatu cara yang hidup dan dramatis untuk membawa pembaca atau pendengar ke dalam cerita itu. Dalam Yoh 8:58, di sisi yang lain, kata-kata Yesus tidak menceritakan suatu cerita atau menggambarkan suatu peristiwa di masa lampau, tetapi sebaliknya hanya menyatakan suatu perbandingan antara Abraham dan Yesus. … Karena itu, tidak ada alasan apapun untuk percaya bahwa EIMI dalam Yoh 8:58 adalah suatu ‘historical present’, dan ada banyak / setiap alasan untuk percaya bahwa itu bukanlah demikian) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 100,103.

¯ Saksi-Saksi Yehuwa juga mengatakan bahwa kata-kata EGO EIMI dalam Yoh 8:58 itu merupakan ‘present of past action still in progress’.

Jawaban saya:

· Argumentasi yang berubah-ubah.

Robert M. Bowman Jr. mengatakan (‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 90-92) bahwa argumentasi dari Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yoh 8:58 ini berubah-ubah. Mula-mula mereka mengatakan bahwa itu merupakan bentuk ‘perfect indefinite tense’ (suatu tense yang sebetulnya tidak pernah ada), lalu mereka mengatakan bahwa itu adalah suatu ‘historical present’, dan lalu mereka mengubahnya lagi dengan mengatakan bahwa itu adalah suatu ‘perfect tense indicative’, ‘perfect indicative’, atau hanya ‘perfect tense’.

Lalu pada tahun 1978 seorang bernama Nelson Herle mulai memberikan penafsiran bahwa ‘perfect indefinite tense’ dan ‘perfect tense indicative’ adalah sama. Tetapi Robert Bowman mengatakan bahwa kedua istilah itu tidak mungkin sama.

Robert M. Bowman Jr.: “‘indicative’ is a term describing the mood of the verb, while ‘indefinite,’ as used in the 1950 NWT footnote, is a term describing the tense of the verb. The indicative mood is simply that aspect of the verb that identifies it as a statement (rather than a question, command, or wish). Thus, it is simply not true that ‘perfect tense indicative’ is synonymous with ‘perfect indefinite tense’” [= ‘indikatif’ adalah suatu istilah yang menggambarkan ‘mood’ / ‘modus’ dari kata kerja, sedangkan ‘indefinite’, sebagaimana digunakan dalam catatan kaki dari NWT tahun 1950, adalah suatu istilah yang menggambarkan ‘tense’ / ‘tensa’ dari kata kerja. Modus indikatif hanyalah suatu aspek dari kata kerja yang menunjukkan kata kerja itu sebagai suatu pernyataan (dan bukannya suatu pertanyaan, perintah, atau keinginan). Karena itu, adalah tidak benar bahwa ‘perfect tense indicative’ adalah sama dengan ‘perfect indefinite tense’] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 94-95.

· Sekarang tentang ‘present of past action still in progress’.

Nelson Herle mengatakan bahwa adanya anak kalimat dalam bentuk lampau / aorist yang mendahului kata kerja EIMI itu menyebabkan kata EIMI itu harus ditafsirkan sebagai ‘perfect tense’. Ia menggunakan suatu ungkapan ‘present of past action still in progress’. Untuk mendukung pandangannya, Nelson Herle / Saksi-Saksi Yehuwa mengutip kata-kata dari 2 ahli bahasa Yunani yaitu G. B. Winer dan Nigel Turner, yang mengatakan bahwa kadang-kadang bentuk present tense bisa mencakup bentuk past tense, yang terus berlangsung sampai sekarang (Robert M. Bowman Jr., ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 105).

Tetapi Robert M. Bowman Jr. mengatakan (hal 105,109) bahwa dalam hal seperti itu kalimat tersebut harus mengandung suatu bagian yang menunjukkan lamanya waktu yang ditunjukkan oleh kata kerja tersebut, dan ia mengutip kata-kata dari Burton, Goodwin, A. T. Robertson, dan Dana & Mantey untuk mendukung pandangannya itu.

Contoh:

¨ 1Yohanes 2:9 - “Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada (present tense) di dalam kegelapan sampai sekarang”.

¨ 2Petrus 3:4 - “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap (present tense) seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.

Bagian yang saya garis bawahi dobel menunjukkan ‘lamanya waktu’.

Dalam Yoh 8:58 ‘lamanya waktu’ itu tidak ada, dan karena itu Robert M. Bowman Jr. menyimpulkan bahwa Yoh 8:58 tidak termasuk dalam ‘present of past action still in progress’ (‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 111).

d. Kontras antara EIMI (= am / adalah) dan GENESTHAI (= became / menjadi; was made / dibuat; was born / dilahirkan; was created / dicipta).

Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi (GENESTHAI), Aku telah ada (EIMI).’”.

Robert M. Bowman Jr.: “It has long been recognized by commentators on the Gospel of John that in 8:58 a deliberate contrast is made between the created origin of Abraham and the eternal uncreated nature of Christ. This contrast is made by the use of GENESTHAI for Abraham, but EIMI for Christ. Thus, Augustine wrote, Understand, that ‘was made’ refers to human formation; but ‘am’ to the Divine essence” (= Telah lama diakui oleh penafsir-penafsir tentang Injil Yohanes bahwa dalam 8:58 ada suatu kontras yang disengaja antara asal usul Abraham yang diciptakan dan hakekat Kristus yang kekal dan tidak diciptakan. Kontras ini dibuat dengan menggunakan GENESTHAI untuk Abraham, tetapi EIMI untuk Kristus. Karena itu, Agustinus menulis: “Mengertilah, bahwa kata ‘dibuat’ menunjuk pada pembentukan manusia; tetapi kata ‘adalah’ menunjuk pada hakekat Ilahi”) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 112.

Robert M. Bowman Jr.: “By itself, of course, the word EIMI does not connote eternal preexistence. However, placed alongside GENESTHAI and referring to a time anterior to that indicated by GENESTHAI, the word EIMI (or its related forms), because it denotes simple existence and is a durative form of the verb ‘to be,’ stands in sharp contrast to the aorist GENESTHAI which speaks of ‘coming into being.’ It is this sharp contrast between ‘being’ and ‘becoming’ which makes it clear that in a text like John 8:58 EIMI connotes eternality, not merely temporal priority” [= Dalam dirinya sendiri, tentu saja kata EIMI tidak mempunyai arti pre-eksistensi yang kekal. Tetapi, ditempatkan di sisi GENESTHAI dan menunjuk pada suatu waktu sebelum waktu yang ditunjukkan oleh GENESTHAI, maka kata EIMI (atau bentuk-bentuknya yang berhubungan), karena kata itu menunjukkan keberadaan biasa dan merupakan suatu bentuk yang terus menerus dari kata kerja ‘to be’, berada dalam kontras yang tajam dengan bentuk aorist / lampau GENESTHAI, yang berbicara tentang ‘menjadi ada’. Kontras yang tajam antara ‘being’ dan ‘becoming’ inilah yang membuat jelas bahwa dalam suatu text seperti Yoh 8:58 EIMI menunjukkan ‘kekekalan’, bukan sekedar ‘lebih dulu dalam hal waktu’] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.

Robert M. Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the Word was continuing to exist at the beginning of created time is simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to say that this uncreated Logos ‘became’ (EGENETO) flesh (1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to his humanity” [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / ‘telah ada’ (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.

Yoh 1:1 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.

Catatan: kata EGENETO ada dalam aorist tense; sedangkan kata EN ada dalam imperfect tense. Aorist tense menunjuk pada tindakan sesaat di masa lampau, sedangkan imperfect tense menunjuk pada tindakan yang berjalan terus di masa lampau.

Robert M. Bowman Jr.: “had Jesus wished to say what JWs understand him to have said - that he merely existed for a long time before Abraham - he could have said so by saying, ‘Before Abraham came into existence, I was,’ using the imperfect tense EMEN instead of the present tense EIMI. ... Such a statement would have left open the question of whether or not Jesus had always existed, or whether (like the angels) he had existed from the earliest days of the universe’s history. Or, ... he could have said so by stating, ‘Before Abraham came into existence, I came into existence’ (by using the first person aorist EGENOMEN instead of EIMI), or perhaps more simply, ‘I came into existence before Abraham.’ Having said neither of these things, but rather, having chosen terms which went beyond these other formulations to draw a contrast between the created and the uncreated, Jesus’ words must be interpreted as a claim to eternality” [= seandainya Yesus bermaksud untuk mengatakan sebagaimana kata-kataNya dimengerti oleh Saksi-Saksi Yehuwa - bahwa Ia hanya sudah ada untuk waktu yang lama sebelum Abraham - Ia bisa mengatakan hal itu dengan berkata: ‘Sebelum Abraham menjadi ada, Aku ada / I was’, menggunakan imperfect tense EMEN dan bukannya present tense EIMI. ... Pernyataan seperti itu akan membiarkan terbuka pertanyaan apakah Yesus selalu sudah ada atau tidak, atau apakah (seperti malaikat-malaikat) Ia telah ada sebelum saat-saat yang paling awal dari sejarah alam semesta. Atau, ... Ia bisa mengatakan demikian dengan berkata: ‘Sebelum Abraham menjadi ada, Aku menjadi ada’ (dengan menggunakan bentuk aorist / lampau, orang pertama EGENOMEN dan bukannya EIMI), atau mungkin dengan lebih sederhana: ‘Aku menjadi ada sebelum Abraham’. Tetapi karena Ia tidak mengatakan yang manapun dari hal-hal ini, tetapi sebaliknya, memilih istilah-istilah yang melampaui pernyataan-pernyataan yang lain ini, untuk membuat suatu kontras antara yang dicipta dan yang tidak dicipta, maka kata-kata Yesus harus ditafsirkan sebagai suatu claim pada / untuk kekekalan] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 115-116.

e. Hubungan antara Yoh 8:58 dengan Maz 90:2.

Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi (GENESTHAI = became = menjadi), Aku telah ada (EIMI = am = adalah).’”.

Maz 90:2 - “Sebelum gunung-gunung dilahirkan (LXX: GENETHENAI), dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah (LXX: SU EI = You are / Engkau adalah)”.

Catatan: Bowman menggunakan LXX / Septuaginta / Perjanjian Lama berbahasa Yunani untuk Maz 90:2. Sama seperti Bowman, A. T. Robertson juga membandingkan Yoh 8:58 dengan Maz 90:2 (hal 159).

Bowman mengatakan (hal 117-118) bahwa kata GENESTHAI dalam Yoh 8:58 dan kata GENETHENAI dalam Maz 90:2 mempunyai kata dasar yang sama, yaitu GINOMAI. Tetapi:

· GENESTHAI ada dalam bentuk aorist active infinitive.

· GENETHENAI ada dalam bentuk aorist passive infinitive.

Lalu, kata-kata ‘Aku ada / adalah’ dalam Yoh 8:58 adalah EGO EIMI (= I am); sedangkan kata-kata ‘Engkaulah’ atau ‘Engkau adalah’ dalam Maz 90:2 adalah SU EI (= You are).

Jadi terlihat dengan jelas bahwa Yoh 8:58 paralel dengan Maz 90:2. Perbedaan dari kedua text itu hanyalah:

¨ dalam Yoh 8:58 digunakan bentuk aktif dari GINOMAI; sedangkan dalam Maz 90:2 digunakan bentuk pasifnya.

¨ dalam Yoh 8:58 digunakan orang pertama (Aku); sedangkan dalam Maz 90:2 digunakan orang kedua (Engkau).

Tetapi perbedaan ini sama sekali tidak mempengaruhi ke-paralel-an dari kedua text ini.

Maz 90:2 jelas dimaksudkan untuk menunjukkan kekekalan dari Allah / YAHWEH (baca ay 1nya yang berbicara tentang YAHWEH), dan jelas bahwa Yoh 8:58, yang begitu paralel dengan Maz 90:2 itu, berbicara tentang kekekalan dari Yesus!

Robert Bowman mengatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menjawab dengan mengatakan bahwa terjemahan LXX dari Maz 90:2 itu salah, karena LXX menghapuskan kata ‘Allah’ pada akhir dari ayat itu. LXX hanya menterjemahkan ‘You are’ (= Engkau adalah), padahal seharusnya adalah ‘You are God’ (= Engkau adalah Allah). Dengan demikian Maz 90:2 tidak paralel dengan Yoh 8:58.

Robert Bowman menjawab keberatan ini dengan 2 hal:

* Memang Yoh 8:58 bukan kutipan dari Maz 90:2, dan karena itu tidak harus sama dalam segala hal. Yang kita claim hanyalah bahwa kedua text ini paralel dalam mengkontraskan bentuk dari EIMI dan GENESTHAI untuk menunjukkan kontras antara ‘keberadaan sementara’ dan ‘keberadaan yang kekal’.

* Perbedaan antara adanya kata ‘Allah’ dalam text Ibraninya dan tidak adanya kata ‘Allah’ dalam LXX tidak terlalu besar artinya.

Dengan menggunakan kata ‘Allah’ itu maka text Ibraninya menekankan fakta bahwa YAHWEH bukan hanya ada secara kekal, tetapi ada secara kekal sebagai Allah.

f. Kalaupun Yoh 8:58 tidak mempunyai hubungan dengan Kel 3:14-15 ataupun dengan ayat-ayat Perjanjian Lama yang lain, Robert Bowman berpendapat bahwa Yoh 8:58 tetap menunjukkan kekekalan Kristus, dan karena itu, juga menunjukkan keilahianNya.

Robert M. Bowman Jr.: “it is not very important whether such a connection can be established. Even if Exodus 3:14 were not in the Bible at all, John 8:58 would stand on its own as an assertion of the eternality of Christ, … If Christ is eternal and uncreated, then he is Yahweh, for only Yahweh is eternal and uncreated. Therefore, it is not at all necessary for the Christian to prove any connection at all between John 8:58 and Exodus 3:14 in order to use John 8:58 as a prooftext for the deity of Christ” (= tidak terlalu penting apakah hubungan seperti itu bisa dibuktikan. Bahkan seandainya Kel 3:14 itu sama sekali tidak ada dalam Alkitab, Yoh 8:58 tetap akan berdiri sendiri sebagai suatu penegasan tentang kekekalan Kristus, … Jika Kristus kekal dan tidak dicipta, maka Ia adalah YAHWEH, karena hanya YAHWEH yang kekal dan tidak dicipta. Karena itu, sama sekali tidak perlu bagi orang Kristen untuk membuktikan hubungan apapun antara Yohanes 8:58 dan Keluaran 3:14 untuk menggunakan Yoh 8:58 sebagai ayat bukti untuk keallahan Kristus) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 121-122.

g. Komentar-komentar lain tentang Yoh 8:58.

Calvin: “he uses different verbs. Before Abraham WAS, or Before Abraham WAS BORN, I AM. But by these words he excludes himself from the ordinary rank of men, and claims for himself a power more than human, a power heavenly and divine, the perception of which reached from the beginning of the world through all ages. Yet these words may be explained in two ways. Some think that this applies simply to the eternal Divinity of Christ, and compare it with that passage in the writings of Moses, I am what I am, (Exod. 3:14.) But I extend it much farther, because the power and grace of Christ, so far as he is the Redeemer of the world, was common to all ages. It agrees therefore with that saying of the apostle, ‘Christ (is the same) yesterday, and to-day, and for ever, (Heb. 13:8). For the context appears to demand this interpretation. ... this saying of Christ contains a remarkable testimony of his Divine essence. ... the present tense of the verb is emphatic; for he does not say, I was, but I am; by which he denotes a condition uniformly the same from the beginning to the end” (= Ia menggunakan kata kerja yang berbeda. Sebelum Abraham ADA, atau Sebelum Abraham DILAHIRKAN, Aku ADA / ADALAH. Tetapi oleh kata-kata ini Ia mengeluarkan diriNya sendiri dari golongan manusia biasa, dan mengclaim untuk diriNya sendiri suatu kuasa yang lebih dari manusiawi, suatu kuasa surgawi dan ilahi, yang pengertiannya mencapai dari permulaan dunia ini sampai semua jaman. Tetapi kata-kata ini bisa dijelaskan dengan dua cara. Sebagian orang beranggapan bahwa ini hanya digunakan untuk keilahian yang kekal dari Kristus, dan membandingkannya dengan text dalam tulisan Musa, ‘Aku adalah yang Aku adalah’, (Kel 3:14). Tetapi saya memperluasnya lebih jauh, karena kuasa dan kasih karunia Kristus, sejauh Ia adalah Penebus dunia ini, adalah sama untuk semua jaman. Karena itu, ini sesuai dengan kata-kata sang rasul, ‘Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya’ (Ibr 13:8). Karena kontextnya kelihatannya menuntut penafsiran ini. ... kata-kata Kristus ini mencakup suatu kesaksian yang luar biasa tentang hakekat IlahiNya. ... bentuk present tense dari kata kerjanya ditekankan; karena Ia tidak berkata, ‘Aku dulu ada’, tetapi ‘Aku ada’; dengan mana Ia menunjukkan suatu kondisi yang terus menerus sama dari permulaan sampai akhir) - hal 362-363.

Dari kata-kata ini saya garis bawahi itu terlihat bahwa Calvin menganggap Yoh 8:58 ini memang ada hubungannya dengan Kel 3:14. Bahkan kelihatannya, sama seperti yang dikatakan oleh Robert Bowman di atas, Calvin juga berpendapat bahwa Yoh 8:58 itu sendiri (terpisah dari Kel 3:14) menyatakan kekekalan dari Kristus, dan karena itu juga keilahian dari Kristus.

William Hendriksen: “The Jews had committed the error of ascribing to Jesus a merely temporal existence. They saw only the historical manifestation, not the eternal Person; only the human, not the divine. Jesus, therefore, reaffirms his eternal, timeless absolute essence. ... Over against Abraham’s fleeting span of life (Gen. 25:7) Jesus places his own timeless present. To emphasize this eternal present he sets over against the aorist infinitive, indicating Abraham’s birth in time, the present indicative, with reference to himself; hence, not ‘I was,’ but ‘I am.’ Hence, the thought here conveyed is not only that the second Person always existed (existed from all eternity; cf. 1:1,2; cf. Col. 1:17), though this, too, is implied; but also, and very definitely, that his existence transcends time. ... The ‘I am’ here (8:58) reminds one of the ‘I am’ in 8:24. Basically the same thought is expressed in both passages; namely, that Jesus is God! Moreover, what he states here in 8:58 is his answer not only to the statement of the Jews recorded in 8:57 but also to that found in 8:53” [= Orang-orang Yahudi telah melakukan kesalahan dari memberikan kepada Yesus suatu keberadaan yang hanya bersifat sementara. Mereka hanya melihat manifestasi yang bersifat sejarah, bukan Pribadi yang kekal; hanya manusia, bukan ilahi. Karena itu, Yesus menegaskan kembali hakekatNya yang mutlak, kekal, dan tak terbatas oleh waktu. ... Bertentangan dengan saat kehidupan Abraham yang singkat (Kej 25:7) Yesus menempatkan keadaan present / masa kiniNya yang tidak terbatas waktu / ada di atas waktu. Untuk menekankan masa kini yang kekal ini Ia mengkontraskan / mempertentangkan bentuk infinitif lampau yang menunjukkan kelahiran Abraham dalam waktu dengan indikatif present / sekarang berkenaan dengan diriNya sendiri; karena itu Ia tidak menggunakan ‘I was’, tetapi ‘I am’. Karena itu pemikiran yang disampaikan di sini bukan hanya bahwa Pribadi yang kedua ini selalu ada (sudah ada dari kekekalan; bdk. 1;1,2; bdk. Kol 1:17), sekalipun ini juga ditunjukkan secara implicit / tak langsung; tetapi juga, dan dengan sangat pasti, bahwa keberadaanNya melampaui waktu. ... Kata-kata ‘Aku ada / adalah’ di sini (8:58) mengingatkan pada ‘Aku ada / adalah’ dalam 8:24. Secara dasari pemikiran yang sama dinyatakan dalam kedua text; yaitu bahwa Yesus adalah Allah! Lebih lagi, apa yang Ia nyatakan di sini dalam 8:58 merupakan jawabanNya bukan hanya terhadap pernyataan orang-orang Yahudi yang dicatat dalam 8:57 tetapi juga terhadap pernyataan yang didapatkan dalam 8:53] - hal 66-67.

Walter Martin: “The real problem in the verse is the verb ‘EGO EIMI.’ ... The usage occurs four times (in John 8:24; 8:58; 13:19; 18:5). In these places the term is the same used by the Septuagint at Deuteronomy 32:39; Isaiah 43:10; 46:4; etc., to render the Hebrew phrase ‘I (am) He.’ The phrase occurs only where Jehovah’s Lordship is reiterated. The phrase then is a claim to full and equal Deity” [= Problem sebenarnya dalam ayat ini adalah kata kerja ‘EGO EIMI’. ... Penggunaannya terjadi empat kali (dalam Yoh 8:24; 8:58; 13:19; 18:5). Di tempat-tempat ini istilah itu sama dengan yang digunakan oleh Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani) pada Ulangan 32:39; Yesaya 43:10; 46:4; dsb. untuk menterjemahkan ungkapan Ibrani ‘Aku (adalah) Dia’. Ungkapan itu terjadi hanya dimana KeTuhanan dari Yehovah diulangi / dinyatakan ulang. Maka, ungkapan itu merupakan suatu claim tentang KeAllahan yang penuh dan setara] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 88.

Walter Martin: “The term is translated here correctly only as ‘I am’ and since Jehovah is the only ‘I am’ (Exodus 3:14; Isaiah 44:6), He and Christ are ‘One’ in Nature, truly the fullness of the ‘Deity’ in the flesh. The Septuagint translation of Exodus 3:14 from the Hebrew EHYEH utilizes EGO EIMI as the equivalent of ‘I am,’ Jehovah, and Jesus quoted the Septuagint to the Jews frequently, hence their known familiarity with it, and their anger at His claim (8:59)” [= Di sini istilah ini diterjemahkan dengan benar hanya sebagai ‘Aku ada / adalah’ dan karena Yehovah adalah satu-satunya ‘Aku ada / adalah’ (Keluaran 3:14; Yesaya 44:6), Ia dan Kristus adalah ‘Satu’ dalam Hakekat, sungguh-sungguh kepenuhan keAllahan dalam daging. Terjemahan Septuaginta dari Keluaran 3:14 dari kata Ibrani EHYEH menggunakan EGO EIMI sebagai kata yang sama artinya dengan ‘Aku adalah’, Yehovah, dan Yesus sering mengutip Septuaginta bagi orang-orang Yahudi, dan karena itu mereka akrab dengannya / mengenalnya dengan baik, dan mereka menjadi marah atas claimNya (8:59)] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.

Leon Morris (NICNT): “Whether we translate ‘before Abraham was’ (as AV), or ‘was born’ (as ARV, NEB, etc.) the meaning will be ‘came into existence’, as the aorist tense indicates. A mode of being which has a definite beginning is contrasted with one which is eternal. ‘I am’ must have the fullest significance it can bear. It is ... in the style of deity. ... It is an emphatic form of speech and one that would not normally be employed in ordinary speech. Thus to use it was recognizably to adopt the divine style. In passages like vv. 24,28 that is fairly plain, but in the present passage it is unmistakable. When Jesus is asserting His existence in the time of Abraham there is no other way of understanding it. It should also be observed that He says ‘I am’, not ‘I was’. It is eternity of being and not simply being which has lasted through several centuries that the expression indicates” [= Apakah kita menterjemahkan ‘sebelum Abraham ada’ (seperti AV / KJV), atau ‘dilahirkan’ (seperti ARV, NEB, dsb.) artinya adalah ‘menjadi ada’, seperti yang ditunjukkan oleh bentuk lampau dari kata itu. Suatu cara keberadaan yang mempunyai suatu permulaan yang tertentu dikontraskan dengan cara keberadaan yang kekal. ‘Aku adalah’ harus mempunyai arti yang paling penuh yang bisa dikandungnya. Kata-kata itu ada ... dalam gaya dari keallahan. ... Itu merupakan bentuk pengucapan yang tegas / ditekankan, dan merupakan suatu bentuk yang tidak digunakan secara normal dalam pembicaraan biasa. Jadi menggunakan bentuk itu bisa dikenali sebagai menggunakan gaya ilahi. Dalam text-text seperti ay 24,28 hal itu cukup jelas, tetapi dalam text ini (Yoh 8:58) hal itu tidak bisa salah. Pada waktu Yesus sedang menegaskan keberadaanNya pada jaman Abraham tidak ada cara lain untuk memahaminya. Juga harus diperhatikan bahwa Ia mengatakan ‘I am’ (‘Aku adalah’ - bentuk present) bukan ‘I was’ (‘Aku adalah’ - bentuk lampau). Adalah kekekalan dari keberadaan, dan bukannya sekedar keberadaan yang berlangsung / bertahan melalui beberapa abad, yang ditunjukkan oleh ungkapan itu] - hal 473-474.

Leon Morris (Tyndale): “That is a supreme claim to Deity; ... These are the words of the most impudent blasphemer that ever spoke, or the words of God incarnate” (= Ini adalah claim yang tertinggi atas keAllahan; ... Kata-kata ini adalah kata-kata dari penghujat yang paling kurang ajar yang pernah berbicara, atau kata-kata dari Allah yang berinkarnasi) - hal 473 (footnote).

Leon Morris (NICNT): “e]go ei]mi in LXX renders the Hebrew xUh ynix] which is the way God speaks (cf. Deut. 32:39; Isa. 41:4; 43:10; 46:4, etc.). The Hebrew may carry a reference to the meaning of the divine name hvhy (cf. Exod. 3:14). We should almost certainly understand John’s use of the term to reflect that in the LXX. It is the style of deity, and it points to the eternity of God according to the strictest understanding of the continuous nature of the present ei]mi. He continually IS” [= e]go ei]mi / EGO EIMI dalam LXX / Septuaginta menterjemahkan kata-kata Ibrani xUh ynix] (ANI HU - Aku adalah Dia) yang merupakan cara Allah berbicara (bdk. Ul 32:39; Yes 41:4; 43:10; 46:4, dsb). Bahasa Ibraninya mungkin membawa suatu hubungan dengan arti dari nama ilahi hvhy / YHWH (bdk. Kel 3:14). Hampir pasti kita harus memahami penggunaan istilah itu oleh Yohanes untuk menggambarkan hal itu dalam LXX / Septuaginta. Itu merupakan gaya dari keallahan, dan itu menunjuk kepada kekekalan Allah menurut pengertian yang paling ketat dari sifat kontinyu / terus menerus dari bentuk present ei[mi (EIMI). Ia secara kontinyu / terus menerus ADA / ADALAH] - hal 473 (footnote).

William Barclay: “We must note carefully that Jesus did not say: ‘Before Abraham was, I was,’ but, ‘Before Abraham was, I am.’ Here is the claim that Jesus is timeless. There never was a time when he came into being; there never will be a time when he is not in being. ... There is only one person in the universe who is timeless; and that one person is God. What Jesus is saying here is nothing less than that the life in him is the life of God; he is saying, as the writer of the Hebrew put it more simply, that he is the same yesterday, today and forever. In Jesus we see, not simply a man who came and lived and died; we see the timeless God, who was the God of Abraham and of Isaac and of Jacob, who was before time and who will be after time, who always IS. In Jesus the eternal God showed himself to men” (= Kita harus memperhatikan dengan seksama bahwa Yesus tidak berkata: ‘Sebelum Abraham ada, I was’ (‘Aku ada’ - bentuk lampau), tetapi ‘Sebelum Abraham ada, I am’ (‘Aku ada’ - bentuk present). Ini adalah suatu claim bahwa Yesus itu tidak terbatas waktu. Tidak pernah ada waktu dimana Ia menjadi ada; tidak pernah akan ada waktu dimana Ia tidak ada. ... Hanya ada satu pribadi dalam alam semesta yang tidak terbatas waktu; dan satu pribadi itu adalah Allah; Ia sedang mengatakan, seperti penulis dari surat Ibrani menyatakannya dengan lebih sederhana, bahwa Ia adalah sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya. Dalam Yesus kita melihat, bukan hanya seorang manusia yang datang dan hidup dan mati; kita melihat Allah yang tidak terbatas waktu, yang adalah Allah dari Abraham dan dari Ishak dan dari Yakub, yang ada sebelum waktu dan akan ada setelah waktu, yang selalu ada (IS - bentuk present). Dalam Yesus, Allah yang kekal menunjukkan diriNya sendiri kepada manusia] - hal 36.

Barnes’ Notes: “There is a remarkable similarity between the expression employed by Jesus in this place, and that used in Exodus to denote the name of God” (= Ada suatu kemiripan yang hebat / luar biasa antara ungkapan yang digunakan oleh Yesus di tempat ini, dan ungkapan yang digunakan dalam Keluaran untuk menunjukkan nama Allah) - hal 310.

Tasker (Tyndale): “The fact that the Jews attempted to stone Jesus after hearing the words ‘I am’ shows that it suggested to them the divine name so translated in the LXX version of Ex. 3:14” (= Fakta bahwa orang-orang Yahudi berusaha untuk merajam Yesus setelah mendengar kata-kata ‘Aku adalah’ menunjukkan bahwa itu menunjukkan secara tidak langsung kepada mereka nama ilahi yang diterjemahkan demikian dalam Kel 3:14 versi LXX / Septuaginta) - hal 122.

F. F. Bruce: “He echoes the language of the God of Israel, who remains the same from everlasting to everlasting: ‘I, the LORD, the first, and with the last, I am He’ (Isa. 41:4). ... he was using language which only God could use” [= Ia menggemakan bahasa Allah dari Israel, yang tetap sama dari selama-lamanya sampai selama-lamanya: ‘Aku TUHAN, yang pertama, dan bersama dengan yang terakhir, Aku adalah Dia’ (Yes 41:4). ... Ia sedang menggunakan bahasa yang hanya bisa digunakan oleh Allah] - hal 205,206.

Kesimpulan: tidak semua penafsir setuju bahwa semua ayat-ayat dimana Yesus mengucapkan ‘I am’ (= Aku ada / adalah) berhubungan dengan nama Allah dalam Kel 3:14,15. Tetapi dalam kasus Yoh 8:58:

kebanyakan penafsir setuju / sependapat bahwa kata-kata ‘I am’ (= Aku ada / adalah) di sana memang berhubungan dengan nama Allah dalam Keluaran 3:14-15.

sebagian penafsir membandingkannya dengan ayat-ayat Perjanjian Lama lain yang dalam Septuaginta menggunakan EGO EIMI, khususnya Ul 32:39 Yesaya 41:4 Yesaya 43:10 Yesaya 45:18 Yesaya 46:4 Yes 48:12 Yesaya 52:6.

beberapa penafsir masih menghubungkan lagi Yoh 8:58 dengan Maz 90:2.

Dan, seperti yang dikatakan oleh Robert Bowman dalam point f. di atas, kalaupun Yoh 8:58 tidak berhubungan dengan Kel 3:14-15 atau ayat-ayat Perjanjian Lama yang lain, ayat itu sendiri tetap menunjukkan kekekalan Yesus dan keberadaan Yesus yang melampaui waktu / di atas waktu / tak terbatas oleh waktu, dan karena itu tetap menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.

20) Ada banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.

a) Mazmur 45:7-8 - “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.

Mazmur 45: 8, khususnya ay 8b, menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi ay 7 menekankan keilahianNya. Tetapi dalam Kitab Suci Indonesia ay 7 ini salah terjemahan!
RSV: ‘Your divine throne’ (= Takhta ilahiMu). Ini juga salah terjemahan.
KJV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).
NIV/NASB: ‘Your throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).
NWT / TDB: “God is your throne” (= Allah adalah takhtamu).

1. Penterjemahan Mazmur 45:7 ini.
Penterjemahan seperti Kitab Suci Indonesia merupakan terjemahan yang mustahil sama sekali.

Matthew Poole (tentang Ibrani 1:8): “some heretics, to elude this proof of Christ’s Deity, would make ‘God’ the genitive case in the proposition, as, Thy throne of God, expressly contrary to the grammar, both in Hebrew and Greek” (= beberapa orang sesat / bidat, untuk menghindarkan bukti KeAllahan Kristus ini, membuat kata ‘Allah’ menjadi kasus genitif dalam hal ini, sehingga menjadi ‘Takhtamu dari / milik Allah’, secara jelas bertentangan dengan tata bahasa, baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani) - hal 811.

Calvin: “The Jews, indeed, explain this passage as if the discourse were addressed to God, but such an interpretation is frivolous and impertinent. Others of them read the word µyhla, Elohim, in the genitive case, and translate it ‘of God,’ thus: ‘The throne of thy God.’ But for this there is no foundation, and it only betrays their presumption in not hesitating to wrest the Scriptures so shamefully, that they may not be constrained to acknowledge the divinity of the Messiah.” (= orang-orang Yahudi, memang menjelaskan ayat ini seakan-akan percakapan itu ditujukan kepada Allah, tetapi penafsiran seperti itu sembrono / tolol dan kurang ajar. Orang-orang lain dari mereka membaca kata ELOHIM, dalam kasus genitif, dan menterjemahkannya ‘dari / milik Allah’, maka menjadi ‘Takhta dari / milik Allahmu’. Tetapi untuk ini disana tidak ada dasar, dan itu hanya memperlihatkan kesombongan mereka yang tidak ragu-ragu membengkokkan Kitab Suci dengan cara yang begitu memalukan, supaya mereka tidak terpaksa untuk mengakui keilahian dari sang Mesias).

Dalam bahasa Ibraninya digunakan hanya 2 kata. Kata pertama adalah KISAKA, yang berarti ‘your throne’ (= takhtamu), dan kata kedua adalah ELOHIM, yang berarti ‘God’ (= Allah). Karena itu, hanya ada 2 kemungkinan untuk menterjemahkan:

a. Kata ‘Allah’ dianggap sebagai bentuk sapaan, sehingga terjemahannya menjadi ‘O God’ / ‘ya Allah’ (KJV/ASV/NKJV/NIV/NASB).

b. Ditambahkan kata ‘is’ (= adalah) di tengah-tengah kedua kata itu, sehingga menjadi ‘Your throne is God’ (= ‘Takhtamu adalah Allah’) atau ‘God is your throne’ (= Allah adalah takhtamu) seperti dalam NWT / TDB.

Dalam bahasa Ibrani penambahan seperti ini memang biasa terjadi, dan ini bisa terlihat dari kata-kata di bawah ini.

Menahem Mansoor: “Hebrew has no special words for the English verbs am, are, or is. They were understood from the context. Thus, the present tense of to be is not expressed in Hebrew. When you translate into English, you must add the appropriate English verb” (= Bahasa Ibrani tidak mempunyai kata-kata khusus untuk kata-kata kerja bahasa Inggris ‘am’, ‘are’, atau ‘is’. Kata-kata itu dimengerti dari kontextnya. Maka / karena itu, bentuk present dari ‘to be’ tidak dinyatakan dalam bahasa Ibrani. Pada waktu engkau menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris, engkau harus menambahkan kata kerja bahasa Inggris yang sesuai) - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, vol I, hal 61.

Sebagai contoh kalau dalam bahasa Ibrani seseorang mau mengatakan ‘I am the mother’ (= aku adalah sang ibu), maka ia hanya mengatakan:
MxehA            ynixE  (dibaca dari kanan ke kiri)
HA-EM        ANI
the mother    I
sang ibu      aku
Tetapi dalam menterjemahkan kita tidak bisa menterjemahkan: ‘I the mother’ (= Aku sang ibu). Kita harus menambahkan kata ‘am’ (= adalah) sehingga menjadi ‘I am the mother’ (= Aku adalah sang ibu).

Jadi sebetulnya, ditinjau dari sudut bahasa, terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu ‘Allah adalah takhtaMu’ merupakan sesuatu yang memungkinkan. Tetapi ditinjau dari sudut artinya, terjemahan itu sangat tidak masuk akal. Mengapa? Karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan NWT / TDB menunjukkan bahwa ada seseorang (siapapun dia adanya) yang duduk di atas Allah, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.

Karena itu Alexander MacLaren mengatakan bahwa terjemahan ini: “may fairly be pronounced impossible” (= bisa dengan adil / wajar dinyatakan sebagai mustahil) - hal 70.

Barnes’ Notes: “Unitarians proposed to translate this, ‘God is thy throne;’ but how can God be a throne of a creature? What is the meaning of such an expression? Where is there one parallel” (= Para Unitarian / orang-orang yang mempercayai bahwa Allah itu tunggal mutlak mengusulkan untuk menterjemahkan ini: ‘Allah adalah takhtamu’; tetapi bagaimana Allah bisa menjadi suatu takhta dari suatu makhluk ciptaan? Apa arti dari ungkapan seperti itu? Dimana ada satu ungkapan lain yang paralel dengannya?) - hal 1229.

Keil & Delitzsch: “God is neither the substance of the throne, nor can the throne itself be regarded as a representation or figure of God” (= Allah bukan zat dari takhta, juga takhta itu sendiri tidak bisa dianggap sebagai wakil atau gambar dari Allah) - hal 82.

John Owen mengutip kata-kata Stuart sebagai berikut:
“Where is God ever said to be the throne of his creature? and what could be the sense of such an expression?” (= Dimana pernah dikatakan bahwa Allah adalah takhta dari makhluk ciptaanNya? dan apa yang bisa menjadi arti dari ungkapan seperti itu?) - ‘Hebrews’, vol 3, hal 179 (footnote).

John Owen menambahkan dengan berkata bahwa penterjemahan ‘Your Throne is God’ (= Takhtamu adalah Allah) itu “Is contrary to the universally constant use of the expression in Scripture; for wherever there is mention of the throne of Christ, somewhat else, and not God, is intended thereby” (= Bertentangan dengan penggunaan tetap secara universal / tanpa kecuali dari ungkapan itu dalam Kitab Suci; karena dimanapun disebutkan tentang takhta Kristus, maka adalah sesuatu yang lain, dan bukannya Allah, yang dimaksudkan dengannya) - ‘Hebrews’, vol 3, hal 182.

2. Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Kristus saja.

Memang apakah Mazmur 45 ini pada mulanya (secara orisinil) memang ditujukan kepada seorang raja manusia / Salomo atau tidak, menimbulkan perdebatan yang cukup hebat.

Ada yang mengatakan bahwa Maz 45 itu memang menunjuk kepada seorang raja manusia, dan raja manusia itu adalah:
a. Daud.
b. Salomo, yang menikah dengan putri Firaun!
c. Ahab. Mengapa bisa muncul dugaan bahwa raja ini adalah Ahab? Karena:
· Ahab mempunyai istana gading - 1Raja-Raja 22:39 bdk. Maz 45:9b.
· adanya istilah ‘Puteri Tirus’ dalam Mazmur 45:13.
Tetapi Izebel adalah putri raja Sidon, bukan Tirus. Dan kelihatannya Maz 45:13 tidak menunjukkan bahwa putri Tirus itu adalah istri raja itu, tetapi hanya orang yang datang membawa pemberian-pemberian.
Pulpit Commentary (hal 352) menganggap ‘Puteri Tirus’ ini sebagai gambaran dari orang-orang kafir / non Yahudi secara umum.
d. Yoram, anak Yosafat, yang menikah dengan Atalya, anak Ahab dan Izebel (bdk. 2Raja 8:18,26).
e. Seorang raja Persia. Alasannya adalah bahwa istilah yang diterjemahkan ‘permaisuri’ dalam Maz 45:10 digunakan untuk ratu Persia dalam Neh 2:6. Tetapi merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal bahwa raja di sini menunjuk kepada seorang raja Persia, karena bagaimana mungkin muncul kata-kata ‘Allah, Allahmu’ (Maz 45:8) untuk seorang raja kafir?

Alexander MacLaren menganggap (hal 66,74,78) bahwa Maz 45 ini memang menunjuk kepada seorang raja, tetapi ia tidak bisa mengatakan siapa raja ini. Ini adalah seorang raja ideal, yang merupakan type dari Kristus.

Calvin [juga Derek Kidner (Tyndale)] beranggapan bahwa Maz 45 ditujukan kepada Salomo, yang merupakan TYPE dari Yesus.

Calvin: “Although he is called ‘God’, because God has imprinted some mark of his glory in the person of kings, yet this title cannot well be applied to a mortal man; for we nowhere read in Scripture that man or angel has been distinguished by this title without some qualification. It is true, indeed, that angels as well as judges are called collectively Myhlx, ELOHIM, gods; but not individually, and no one man is called by this name without some word added by way of restriction, as when Moses was appointed to be a god to Pharaoh, (Exod. 7:1.) From this we may naturally infer, that this psalm relates, as we shall soon see, to a higher than any earthly kingdom” [= Sekalipun ia disebut ‘Allah’, karena Allah telah menanamkan tanda kemuliaanNya dalam diri dari raja-raja, tetapi gelar ini tidak bisa dengan benar diterapkan kepada seorang manusia biasa; karena kita tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa manusia atau malaikat telah diistimewakan / ditonjolkan dengan gelar ini tanpa pembatasan. Memang benar bahwa malaikat-malaikat maupun hakim-hakim disebut secara kolektif dengan sebutan ELOHIM, allah-allah; tetapi tidak secara individuil, dan tidak ada satu orangpun yang dipanggil dengan nama ini tanpa tambahan kata-kata sebagai pembatasan, seperti pada waktu Musa diangkat menjadi allah bagi Firaun, (Keluaran 7:1). Dari sini kita secara wajar menyimpulkan, bahwa mazmur ini berkenaan, seperti yang akan kita lihat, dengan suatu kerajaan yang lebih tinggi dari kerajaan duniawi manapun] - hal 178.

Calvin: “the posterity of David typically represented Christ to the ancient people of God” (= keturunan Daud mewakili Kristus sebagai suatu TYPE kepada / bagi umat Allah jaman dulu) - hal 180.

Calvin: “in the kingdom of Solomon God had exhibited a type or figure of that everlasting kingdom which was still to be looked for and expected” (= dalam kerajaan Salomo Allah telah menunjukkan suatu TYPE / bayangan atau gambaran dari kerajaan kekal itu, yang masih harus dicari dan diharapkan) - hal 180.

Calvin: “there is the name Myhlx , ELOHIM, which it is proper to notice. It is no doubt also applied to angels and men, but it cannot be applied to a mere man without qualification. And, therefore, the divine majesty of Christ, beyond all question, is expressly denoted here” (= di sana ada nama ELOHIM, yang perlu diperhatikan. Tidak diragukan bahwa nama ini juga diterapkan kepada malaikat-malaikat dan orang-orang, tetapi nama itu tidak bisa diterapkan kepada seorang manusia biasa tanpa pembatasan. Dan karena itu, tanpa keraguan, keagungan ilahi dari Kristus ditunjukkan secara jelas di sini) - hal 181.

Calvin (tentang Ibrani 1:8): “Whosoever will read the verse, who is of a sound mind and free from the spirit of contention, cannot doubt but that the Messiah is called God” (= Siapapun yang membaca ayat itu, yang mempunyai pikiran yang sehat dan bebas dari roh perdebatan / perbantahan, tidak bisa meragukan bahwa Mesias disebut Allah) - hal 45.

Catatan: yang disebut ‘the verse’ (= ayat itu), adalah Maz 45:7.

Berbeda dengan Calvin, maka John Owen, Pulpit Commentary, dan Albert Barnes menganggap bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Yesus saja.

Barnes’ Notes (tentang Mazmur 45): “The remaining opinion, therefore, is that the psalm had original and exclusive reference to the Messiah. ... the psalm had original and sole reference to the Messiah” (= Karena itu, pandangan yang tersisa adalah bahwa mazmur itu mempunyai hubungan orisinil dan exklusif dengan sang Mesias. ... Mazmur itu mempunyai hubungan orisinil dan satu-satunya dengan sang Mesias) - hal 27,28.
Catatan: kata ‘exclusive’ / exklusif artinya adalah: sendirian, tanpa disertai yang lain, terpisah dari yang lain.

Pulpit Commentary (tentang Maz 45): “To no one, indeed, but Jesus, can we apply the epithets which are herein used” [= Tidak kepada seorangpun, kecuali Yesus, kita bisa menerapkan julukan-julukan / ungkapan-ungkapan / penggambaran-penggambaran yang digunakan di dalam (Mazmur) ini] - hal 354.

Charles Haddon Spurgeon: “Some here see Solomon and Pharaoh’s daughter only - they are short-sighted; others see both Solomon and Christ - they are cross-eyed; well-focused spiritual eyes see here Jesus only” (= Sebagian orang melihat di sini hanya Salomo dan puteri Firaun - mereka mempunyai pandangan cupet / rabun dekat; orang-orang lain melihat baik Salomo maupun Kristus - mereka juling; mata rohani yang terfokus dengan baik, melihat di sini Yesus saja) - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 315.

Argumentasi-argumentasi yang diberikan oleh orang-orang yang mempercayai bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Yesus saja, adalah sebagai berikut:

a. Maz 45 ini membicarakan seorang raja, dan Yesus memang adalah Raja, sekalipun secara rohani.
Bdk. Yohanes 18:36-37 - “(36) Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’ (37) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

b. Mazmur 45:3 - “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, KEMURAHAN tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya”.

Catatan: ada yang menterjemahkan kata-kata ‘sebab itu’ sebagai ‘sebab’.
· Raja itu disebut terelok dari antara anak-anak manusia. Ini tidak boleh diartikan secara fisik, karena akan bertentangan dengan Yesaya 53:2 yang mengatakan ‘ia tidak tampan’.

Pulpit Commentary: “This kind of beauty - the soul speaking through the countenance - is what we cannot suppose absent in our Lord Jesus” (= Jenis keelokan / keindahan ini - jiwa yang berbicara melalui wajah - adalah apa yang tidak bisa kita anggap tidak ada dalam Tuhan kita Yesus) - hal 353.

Point ini jelas tidak cocok untuk Ahab ataupun Yoram, yang adalah raja-raja yang brengsek.
· Kata ‘kemurahan’ diterjemahkan ‘grace’ (= kasih karunia) oleh KJV/RSV/NIV/NASB. Bdk. Luk 4:22 (‘indah’ seharusnya ‘gracious’ / ‘bersifat kasih karunia’) yang menunjukkan bahwa ini digenapi dalam diri Kristus.

c. Mazmur 45:5 - “Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat!”.
Kata ‘perikemanusiaan’ oleh NIV diterjemahkan ‘humility’ (= kerendahan-hati); oleh KJV/NASB diterjemahkan ‘meekness’ (= kelemah-lembutan).

Pulpit Commentary: “‘Meekness’ is about the very last thought associated with earthly kings (but see Matt. 11:29)” [= ‘Kelemah-lembutan’ adalah pemikiran yang terakhir berhubungan dengan raja-raja duniawi (tetapi lihat Mat 11:29)] - hal 355.

Matius 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.
Jadi, bagian ini boleh dikatakan tidak cocok dengan raja manusia manapun, dan hanya cocok untuk Yesus.

d. Mazmur 45:5-6 - “(5) Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! (6) Anak-anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu”.
Salomo tidak pernah dikenal sebagai raja yang suka berperang (bdk. 1Taw 22:9), tetapi Maz 45:5-6 menggambarkannya demikian. Sebaliknya, Mesias memang dianggap sebagai ‘pahlawan perang’ (tentu saja dalam arti rohani), yang akan membebaskan Israel / Yehuda (Yer 23:6).

Barnes’ Notes: “It is to be remembered that the expectation of a Messiah was the peculiar hope of the Jewish people. He is really the ‘hero’ of the Old Testament” (= Harus diingat bahwa pengharapan tentang seorang Mesias adalah pengharapan yang khas dari bangsa Yahudi. Ia betul-betul adalah ‘pahlawan’ dari Perjanjian Lama) - hal 28.

Pulpit Commentary: “All the enemies of Messiah shall one day be chastised, and fall before him” (= Semua musuh-musuh dari Mesias akan dihukum pada satu hari, dan jatuh di hadapanNya) - hal 351.

Ada suatu perubahan yang menyolok tentang penggambaran raja ini dalam Maz 45:5-6, dan Alexander MacLaren mengomentari dengan kata-kata sebagai berikut: “The scene changes with startling suddenness to the fury of battle. ... Very striking is this combination of gentleness and warrior strength ... which is fulfilled in the Lamb of God, who is the Lion of the tribe of Judah” (= Suasana berubah dengan mendadak menuju kedahsyatan pertempuran. ... Kombinasi dari kelembutan dan kekuatan pahlawan ini sangat menyolok ... yang digenapi dalam Anak Domba Allah, yang adalah Singa dari suku Yehuda) - hal 68.

W. S. Plumer mengutip kata-kata Morison sebagai berikut: “By the two methods of judgment and mercy the Messiah deals with the children of men: his arrows either pierce the heart and humble it to receive his great salvation, or they smite the guilty opposer in the dust, and leave him the instructive monument of divine wrath” [= Dengan dua metode dari penghakiman dan belas kasihan sang Mesias menangani anak-anak manusia: anak-anak panahnya menikam jantung / hati dan merendahkannya untuk menerima keselamatannya yang besar, atau mereka memukul penentang yang bersalah dalam debu, dan meninggalkannya sebagai monumen pengajaran dari murka ilahi] - hal 520.

e. Mazmur 45:6,18 - “(6) Anak-anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu. ... (18) Aku mau memasyhurkan namamu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya”.
Bandingkan juga dengan istilah ‘puteri Tirus’ dalam ay 13.

Pulpit Commentary: “He should have universal sway, and not over Israel only” (= Ia harus mempunyai kekuasaan universal, dan bukan hanya atas Israel saja) - hal 355.

Ini lagi-lagi tidak cocok dengan raja-raja Israel / Yehuda, atau raja manapun, dan hanya cocok untuk Yesus.

f. Mazmur 45:7 - “Takhtamu kepunyaan (Ya) Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran”.

Kata-kata ‘Ya Allah’ tidak cocok baik untuk Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun.

W. S. Plumer: “It cannot without violence be applied to Solomon” [= Ini tidak dapat diterapkan kepada Salomo tanpa melakukan kekerasan (terhadap ayat ini)] - hal 516.

Kalaupun kata-kata ‘Ya Allah’ itu mau diterjemahkan seperti NWT / TDB atau seperti terjemahan-terjemahan yang lain, tetap saja ada kata-kata ‘Takhtamu ... tetap untuk seterusnya dan selama-lamanya’ dalam Maz 45:7 ini, yang tidak cocok baik untuk Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun, dan hanya cocok untuk Yesus saja.

Pulpit Commentary: “A dominion to which there will never be any end. THIS IS NEVER SAID, AND COULD NOT BE TRULY SAID, OF ANY EARTHLY KINGDOM. When perpetuity is promised to the throne of David (2Sam 7:13-16; Ps. 89:4,36,37), it is to that throne as continued in the reign of David’s Son, Messiah” [= Suatu kekuasaan yang tidak pernah ada akhirnya. INI TIDAK PERNAH DIKATAKAN, DAN TIDAK BISA SECARA BENAR DIKATAKAN, TENTANG KERAJAAN DUNIAWI MANAPUN. Pada waktu kekekalan dijanjikan pada takhta dari Daud (2Sam 7:13-16; Maz 89:5,37,38), itu adalah bagi takhta itu, yang berlanjut dalam pemerintahan dari Anak Daud, Mesias] - hal 351.

Charles Haddon Spurgeon: “To whom can this be spoken but our Lord? ... His enlightened eye sees in the royal Husband of the church, God, God to be adored, God reigning, God reigning everlastingly. ... Blind are the eyes that cannot see God in Christ Jesus” [= Kepada siapa kata-kata ini bisa diucapkan kecuali kepada Tuhan kita? ... Matanya (mata si pemazmur) yang diterangi melihat dalam Suami rajani dari Gereja, Allah, Allah yang bertakhta, Allah yang bertakhta selama-lamanya. ... Butalah mata yang tidak bisa melihat Allah dalam Kristus Yesus] - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 318.

g. Mazmur 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.
· Ayat ini menunjukkan bahwa raja itu saleh / suci, karena dikatakan bahwa ia mencintai keadilan dan membenci kefasikan.
· Dan kalau tadi raja itu disebut sebagai ‘Allah’, maka sekarang dikatakan bahwa ia diurapi oleh Allahnya.

Calvin mengatakan bahwa dalam Maz 45 ini, Kristus bukan hanya digambarkan sebagai Allah saja, tetapi juga sebagai Allah yang menjadi manusia (Pengantara), dan karena itu Maz 45:8 (kata-kata ‘Allah, Allahmu telah mengurapi engkau’) kelihatannya menunjukkan bahwa Ia lebih rendah dari Allah.

Pulpit Commentary: “He should be God, and yet be anointed by God. (Vers. 6,7.) How enigmatical before fulfilment! How fully realized in our Immanuel, in him who is at once God and man, David’s Son, yet David’s Lord!” [= Ia harus adalah Allah, tetapi diurapi oleh Allah (ayat 7,8). Alangkah membingungkannya hal itu sebelum hal itu digenapi! Betapa penuhnya hal itu terwujud dalam Imanuel kita, dalam Dia yang pada saat yang sama Allah dan manusia, Anak Daud, tetapi juga Tuhan Daud!] - hal 355.

Charles Haddon Spurgeon: “Observe the indisputable testimony to Messiah’s Deity in verse six, and to his manhood in the present verse. Of whom could this be written but of Jesus of Nazareth? Our Christ is our Elohim. Jesus is God with us” [= Perhatikan kesaksian yang tidak dapat dibantah tentang KeAllahan Mesias dalam ayat 7, dan tentang kemanusiaannya dalam ayat ini (ay 8). Tentang siapa hal ini bisa ditulis kecuali tentang Yesus dari Nazaret? Kristus kita adalah Elohim kita. Yesus adalah Allah dengan / bersama kita] - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 318.

· Juga kata-kata ‘mengurapi engkau dengan minyak ... melebihi teman-teman sekutumu’ pada ay 8b menunjukkan bahwa raja ini menerima pengurapan yang lebih tinggi dari teman-teman sekutunya. Hal ini juga cocok dengan penggenapannya dalam diri Kristus.

Bahwa Kristus memang diurapi terlihat dari nama ‘Mesias’ / ‘Kristus’, yang artinya ‘yang diurapi’, dan juga ayat-ayat di bawah ini:
* Kis 4:27 - “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi”.
* Kis 10:38 - “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia”.
* Lukas 4:18 - “‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku”.
Dan bahwa Yesus diurapi lebih dari orang-orang lain / teman-teman sekutuNya, terlihat dari Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas”.
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang mendapat pengurapan Roh Kudus sebanyak yang Yesus terima. Dalam arti yang sesungguhnya, Yesus adalah satu-satunya orang yang secara mutlak betul-betul dipenuhi dengan Roh Kudus.

h. Mazmur 45:10 - “di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir”.

Tetapi bagaimana dengan Maz 45:10 yang berbicara tentang ‘permaisuri’ dari raja itu? Bukankah ini lebih cocok menunjuk kepada seorang raja manusia / Salomo? John Owen mengatakan bahwa tidak mungkin Roh Kudus merayakan pernikahan Salomo dengan seorang perempuan kafir, mengingat itu merupakan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan [‘Hebrews’, vol 3, hal 179 (footnote)].

Tetapi kalau diterapkan kepada Kristus, bukankah lebih tidak cocok mengingat Kristus tidak pernah menikah? Jawabnya: secara jasmani, Kristus memang tidak menikah, tetapi secara rohani ‘gereja’ disebut sebagai ‘mempelai dari Anak Domba’ (bdk. Ef 5:23-32 2Kor 11:2 Wah 21:2,9 Wah 22:17).

Barnes’ Notes: “That queen is the ‘bride of the Lamb’ - the church” (= Permaisuri / ratu itu adalah ‘mempelai / pengantin dari Anak Domba’ - Gereja) - hal 28.

i. Mazmur 45:11 - “Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu!”.
Permaisuri / puteri itu disuruh mendengarkan sang raja, dan melupakan bangsa dan seisi rumah ayahnya. Ini mungkin sekali bisa dianalogikan dengan kata-kata Yesus dalam Lukas 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.

W. S. Plumer: “It is easy to love the best earthly and temporal things excessively; but it is impossible to love Christ too much” (= Adalah mudah untuk mencintai hal-hal duniawi dan sementara yang terbaik secara berlebihan; tetapi merupakan sesuatu yang mustahil untuk terlalu mengasihi Kristus) - hal 521.

j. Mazmur 45:12 - “Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.

KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him’ (= karena ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia).
Dalam ayat ini raja itu disebut sebagai ‘Tuhan’ dari sang Permaisuri, dan Permaisuri itu disuruh sujud kepada raja itu.

W. S. Plumer: “If Christ is the Husband, he is also the Lord of his church” (= Jika Kristus adalah Suami, Ia juga adalah Tuhan dari gereja) - hal 521.

Penyebutan ‘Tuhan’, dan khususnya, perintah untuk sujud kepada raja dalam Maz 45:12 ini merupakan suatu argumentasi yang sangat kuat untuk mengatakan bahwa Maz 45 ini berbicara tentang Kristus, dan bahkan hanya berbicara tentang Kristus. Mengapa? Karena dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada perintah untuk menyembah kepada yang bukan Allah. Kalau yang dibicarakan adalah Salomo / raja manusia biasa, maka perintah untuk sujud ini merupakan perintah untuk menyembah Salomo / manusia, dan ini bertentangan dengan seluruh Kitab Suci.

W. S. Plumer: “Christ is to be obeyed and worshipped. ... Others have had dominion over us; but to Christ only may we yield implicit and supreme obedience. ... Even in his humiliation Jesus Christ never refused humble and adoring worship. He receives the worship of angels and saints in glory, Rev. 5:9-14” (= Kristus harus ditaati dan disembah. ... Orang-orang lain mempunyai kekuasaan atas kita; tetapi hanya kepada Kristus saja kita boleh memberikan ketaatan yang penuh dan yang tertinggi. ... Bahkan dalam perendahanNya, Yesus Kristus tidak pernah menolak penyembahan yang bersifat rendah hati dan memuja. Ia menerima penyembahan dari malaikat-malaikat dan orang-orang kudus dalam kemuliaan, Wah 5:9-14) - hal 518.

k. Mazmur 45:17 - “Para bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak-anakmu nanti; engkau akan mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi”.
· Dalam ayat ini dikatakan bahwa para bapa leluhur (bentuk jamak) dari sang raja akan digantikan oleh anak-anak dari raja itu.

Keil & Delitzsch: “Solomon, however, had a royal father, but not royal fathers” [= Tetapi Salomo mempunyai seorang bapa yang adalah raja (Daud), tetapi tidak mempunyai bapa-bapa leluhur (jamak) yang adalah raja-raja] - hal 75.

Tetapi Kristus, sebagai manusia, memang mempunyai banyak nenek moyang yang adalah raja-raja.
· Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa anak-anak dari raja itu akan menjadi ‘pembesar di seluruh bumi’. Ini juga tidak cocok bagi Salomo atau raja duniawi manapun, dan hanya cocok untuk Kristus (bdk. Ibr 2:10 Wah 5:10).
· Jangan terlalu merasa aneh bahwa gereja / orang-orang percaya kadang-kadang disebut sebagai permaisuri / istri / mempelai dari Kristus, tetapi kadang-kadang disebut sebagai ‘anak’ seperti dalam Maz 45:17 ini, dan juga disebut sebagai ‘teman sekutu’ seperti dalam Maz 45:8b. Memang Kitab Suci memberikan bermacam-macam gambaran tentang orang percaya dalam hubungannya dengan Kristus. Sebagai ‘saudara’ (Roma 8:29), sebagai ‘anak’ (Markus 2:5 Markus 10:24 Yohanes 13:33), sebagai ‘hamba’ (Yohanes 15:20), sebagai ‘sahabat’ (Yohanes 15:14), sebagai ‘mempelai’ (Wah 21:9), dsb.

Jadi, terlihat dengan jelas bahwa banyak dari detail-detail dari Maz 45 ini yang tidak bisa diterapkan pada seorang manusia biasa. Dan karena itu saya menyimpulkan bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Kristus saja, tidak kepada Salomo atau raja duniawi manapun. Sebetulnya dari hal ini saja, seluruh argumentasi dari Saksi Yehuwa sudah runtuh, karena mereka mendasarkan argumentasi mereka pada anggapan bahwa Maz 45 ini pada mulanya / secara orisinil berbicara tentang seorang raja manusia, yaitu Salomo.

3. Mazmur 45:7 ini dikutip dalam Ibr 1:8, dan jelas diterapkan kepada Yesus!
Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.
KJV/RSV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).
NIV/NASB: ‘Your throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).

Aneh juga bahwa dalam Maz 45:7 Kitab Suci Indonesia dan RSV salah terjemahan, tetapi dalam Ibr 1:8, kedua-duanya menterjemahkannya secara benar, padahal Ibr 1:8 mengutip dari Maz 45:7!

Adam Clarke: “‎this very verse the apostle, Heb 1:8, has applied to Jesus Christ. On this I shall make a very short remark, but it shall be conclusive: If the apostle did not believe Jesus Christ to be the true and eternal God, he has utterly misapplied this Scripture.” (= Ayat ini, sang Rasul, Ibr 1:8, telah terapkan kepada Yesus Kristus. Tentang ini saya akan memberikan kata-kata pendek, tetapi itu akan meyakinkan: Seandainya sang rasul tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai Allah yang sejati / benar dan kekal, ia telah sama sekali salah menerapkan Kitab Suci ini).

b) Yesaya 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

Ayat ini pada bagian awalnya menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi pada bagian akhirnya menekankan keilahianNya. Dan ayat ini menyebut Yesus sebagai ‘Allah yang perkasa’!

Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus hanya disebut dengan istilah ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR), bukan ‘Allah yang maha kuasa’ (Ibrani: EL SHADDAY) seperti Bapa.

Kejadian 17:1 - “Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: ‘Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapanKu dengan tidak bercela”.
Karena itu, Yesus hanyalah ‘allah kecil’, bukan betul-betul Allah.

Jawaban saya:

1. Istilah ‘allah kecil’ yang digunakan oleh Saksi Yehuwa hanya bisa ada dalam Polytheisme, yang mempercayai banyak dewa / allah, dan yang satu lebih besar dari yang lain.

Walter Martin: “the Watchtower ... make Jesus ‘a second god’ and thus introduce polytheism into Christianity” [= Menara Pengawal ... membuat Yesus ‘allah yang kedua’ dan dengan demikian memasukkan polytheisme ke dalam kekristenan] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 69.

Catatan: istilah ‘the Watchtower’ (= Menara Pengawal) merupakan nama dari majalah pertama dan terutama dari Saksi Yehuwa, sehingga menjadi semacam merk yang khas bagi mereka.

Jadi, kepercayaan Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘allah kecil’ itu membuat Saksi Yehuwa menjadi satu golongan dengan agama-agama kafir. Saksi Yehuwa menuduh, atau lebih tepat memfitnah, bahwa banyak ajaran Kristen yang berasal dari kepercayaan kafir, misalnya ajaran tentang Allah Tritunggal, tentang jiwa yang tidak bisa mati, tentang neraka, dan sebagainya, tetapi sebetulnya ini seperti ‘maling teriak maling’, karena ajaran Saksi Yehuwa sendirilah yang berbau kepercayaan kafir.

2. Pandangan Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘allah kecil’ ini juga bertentangan dengan:
a. Keluaran 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.
Lucunya, Saksi-Saksi Yehuwa justru menggunakan Kel 20:3 ini untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal (‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 13). Tetapi serangan itu justru menjadi bumerang yang berbalik menghantam diri mereka sendiri, karena anggapan mereka bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’ yang betul-betul terpisah dari Allah / Yehuwa / Yahweh, jelas menunjukkan bahwa mereka mempunyai ‘allah lain’! Ini berbeda dengan kekristenan yang benar, yang sekalipun menganggap bahwa Yesus adalah Allah, dan bahwa Ia adalah pribadi yang berbeda dengan Bapa, tetapi pada saat yang sama mempercayai bahwa Yesus dan Bapa mempunyai hanya satu hakekat, dan karena itu Yesus bukanlah ‘allah / Allah lain’! Bdk. Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu”.
b. Yesaya 44:6 - “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari padaKu”.
c. Yesaya 45:5 - “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku”.
d. Yesaya 43:10 - “‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”.

Walter Martin: “if there has been ‘no god formed before or after Me’ (Jehovah speaking in Isaiah 43:10), then it is impossible on that ground alone, namely God’s declaration, for any other god (‘a God’ included) to exist” [= jika tidak ada allah dibentuk sebelum atau sesudah Aku (Yehovah yang berbicara dalam Yesaya 43:10), maka adalah mustahil berdasarkan pernyataan Allah ini saja, untuk adanya allah lain apapun / manapun (termasuk ‘suatu Allah’)] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.

Walter Martin: “we find that Jehovah declares in Isaiah 44:6 that He alone is ... the only God, ... Since Jehovah is the only God, then how can the LOGOS be ‘a god,’ a lesser god than Jehovah, as Jehovah’s Witnesses declare in John 1:1? ... However, despite the testimony of Scripture that ‘... before me there was no God formed, neither shall there be after me’ (Isaiah 43:10), the ‘a god’ fallacy is pursued and taught by Jehovah’s Witnesses in direct contradiction to God’s Word” [= kita mendapati bahwa Yehovah menyatakan dalam Yes 44:6 bahwa Ia saja yang adalah ... satu-satunya Allah, ... Karena Yehovah adalah satu-satunya Allah, maka bagaimana LOGOS bisa adalah ‘suatu allah’, allah yang lebih kecil / rendah dari pada Yehovah, seperti yang dinyatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam Yoh 1:1? ... Tetapi, sekalipun ada kesaksian dari Kitab Suci bahwa ‘... sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi’ (Yes 43:10), pemikiran yang keliru tentang ‘suatu allah’ terus diikuti dan diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam suatu kontradiksi langsung dengan Firman Allah] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 91.

Lagi-lagi dalam hal ini, kalau kekristenan mengakui Yesus sebagai Allah, itu tidak bertentangan dengan ayat-ayat seperti Yes 43:10 44:6 45:5, karena kekristenan mempercayai bahwa Yesus (sebagai Allah) tidak dicipta, dan sekalipun kekristenan mempercayai Yesus sebagai Allah, tetapi pada saat yang sama juga mempercayai kesatuan Yesus dengan Bapa (dan dengan Roh Kudus), sehingga kekristenan tetap mempercayai adanya hanya satu Allah.

Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap Yesus sekedar sebagai ‘suatu allah’, yang dicipta oleh Bapa / Yehuwa, dan yang betul-betul berbeda dan terpisah secara total dari Allah, jelas bertentangan dengan ayat-ayat dalam Yesaya tersebut.

3. Istilah ‘Allah yang perkasa’ dalam Yes 9:5 berasal dari kata Ibrani EL GIBOR. Apa artinya?
EL artinya ‘Allah’ tetapi bisa juga diartikan ‘seseorang yang kuat’, ‘kekuatan’, ‘kuasa’, dan GIBOR artinya ‘strong / mighty’ (= kuat / perkasa) - Bible Works 7.

Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa sebutan ini menunjuk kepada ‘allah kecil’ yang tingkatannya lebih rendah dari Allah yang maha kuasa.

Adam Clarke: “‎°EEL ‎‎GIBOWR‎, the prevailing or conquering God.” (= EL GIBOR, Allah yang menang dan menaklukkan).

Jamieson, Fausset & Brown: “Horsley translates, ‘God the mighty Hero,’ or ‘Warrior,’ ‎°EEL ‎‎GIBOWR‎: the character in which He will manifest Himself against the anti-Christian enemy (Rev 19:11-15).” [= Horsley menterjemahkan, ‘Allah sang Pahlawan atau Pejuang / Prajurit yang kuat’, EL GIBOR: karakter dalam mana Ia akan menyatakan diriNya sendiri terhadap musuh yang anti Kristen (Wah 19:11-15)].

Barnes’ Notes: “‎the natural and obvious meaning of the expression is to denote a divine nature” (= arti yang alamiah dan jelas dari ungkapan ini adalah menunjukkan suatu hakekat ilahi).

Calvin: “‘The mighty God.’ la (El) is one of the names of God, though derived from ‘strength,’ so that it is sometimes added as an attribute. But here it is evidently a proper name, because Isaiah is not satisfied with it, and in addition to it employs the adjective rwbg, (gibbor,) which means ‘strong.’ And indeed if Christ had not been God, it would have been unlawful to glory in him; for it is written, ‘Cursed be he that trusteth in man.’ (Jeremiah 17:5.) ... For if we find in Christ nothing but the flesh and nature of man, our glorying will be foolish and vain, and our hope will rest on an uncertain and insecure foundation; but if he shows himself to be to us God and ‘the mighty God,’ we may now rely on him with safety. With good reason does he call him ‘strong or mighty,’ because our contest is with the devil, death, and sin, (Ephesians 6:12,) enemies too powerful and strong, by whom we would be immediately vanquished, if the ‘strength’ of Christ had not rendered us invincible. Thus we learn from this title that there is in Christ abundance of protection for defending our salvation, so that we desire nothing beyond him; for he is God, who is pleased to show himself ‘strong’ on our behalf.” [= ‘Allah yang perkasa / kuat’. EL adalah salah satu nama / sebutan Allah, sekalipun diturunkan dari ‘kekuatan’, sehingga itu kadang-kadang ditambahkan sebagai suatu sifat. Tetapi di sini itu dengan jelas merupakan suatu nama diri, karena Yesaya tidak puas dengannya, dan sebagai tambahan baginya menggunakan kata sifat GIBOR, yang berarti ‘kuat’. Dan memang seandainya Kristus bukan Allah, adalah tidak sah untuk bermegah dalam Dia; karena dituliskan ‘Terkutuklah ia yang percaya kepada manusia’ (Yer 17:5). ... Karena jika kita tidak menemukan apapun dalam Kristus kecuali daging dan hakekat manusia, kemegahan kita adalah bodoh dan sia-sia, dan pengharapan kita akan berdasar pada suatu dasar yang tidak pasti dan tidak aman; tetapi jika Ia menunjukkan diriNya sendiri bagi kita sebagai Allah dan ‘Allah yang perkasa / kuat’, kita sekarang bisa bersandar kepadaNya dengan aman. Dengan alasan yang baik ia menyebutNya ‘kuat dan perkasa’, karena pertempuran / perjuangan kita adalah melawan setan, kematian, dan dosa, (Ef 6:12), musuh-musuh yang terlalu berkuasa dan kuat, oleh siapa kita akan segera dikalahkan, jika ‘kekuatan’ dari Kristus tidak membuat kita tak terkalahkan. Maka kita belajar dari gelar ini bahwa dalam Kristus ada perlindungan yang berlimpah-limpah untuk mempertahankan keselamatan kita, sehingga kita tidak menginginkan apapun diluar Dia; karena Ia adalah Allah, yang berkenan menunjukkan diriNya sendiri ‘kuat’ demi kepentingan kita].

Yeremia 17:5 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,”.

Efesus 6:12 - “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”.

4. Istilah ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR) juga digunakan dalam Yes 10:21, tetapi dalam ayat itu istilah itu digunakan untuk menunjuk kepada Bapa / Yahweh.

Yesaya 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa (IBRANI: EL GIBOR)”.

Pada waktu saudara menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa, katakan: kalau istilah EL GIBOR / ‘Allah yang perkasa’ ini artinya hanya ‘allah kecil’, maka itu berarti bahwa Bapa / Yahweh juga adalah ‘allah kecil’. Karena baik Yesus maupun Yahweh sama-sama disebut dengan gelar ‘Allah yang perkasa’, maka mereka harus memilih, arti ‘allah kecil’ yang konswekwensinya adalah bahwa Yahweh sendiri juga adalah ‘allah kecil’, atau arti ‘sungguh-sungguh Allah’ yang konsekwensinya adalah bahwa Yesus juga adalah ‘sungguh-sungguh Allah’.

Leupold: “He is himself God. That the divine character of the ‘child’ is here asserted appears also from the fact that Isaiah uses the same title unequivocally for God in 10:21” (= Ia sendiri adalah Allah. Bahwa karakter ilahi dari ‘anak’ itu ditegaskan di sini juga terlihat dari fakta bahwa Yesaya mengunakan gelar yang sama dengan jelas / tanpa ragu-ragu untuk Allah dalam Yes 10:21) - Libronix.

Barnes’ Notes: “‘The mighty God.’ ... This is one, and but one out of many, of the instances in which the name God is applied to the Messiah; compare John 1:1; Rom 9:5; 1 John 5:20; John 20:28; 1 Tim 3:16; Heb 1:8. The name ‘mighty God,’ is unquestionably attributed to the true God in Isa 10:21. ... the fact that the name God is so often applied to Christ in the New Testament proves that it is to be understood in its natural and obvious signification.” (= ‘Allah yang perkasa’. ... Ini adalah satu, tetapi satu dari banyak, dari contoh-contoh dalam mana sebutan ‘Allah’ diterapkan kepada sang Mesias; bandingkan Yoh 1:1; Roma 9:5; 1Yoh 5:20; Yohanes 20:28; 1Timotius 3:16; Ibrani 1:8. Sebutan ‘Allah yang perkasa’ tidak diragukan dianggap sebagai milik dari Allah yang benar / sejati dalam Yes 10:21. ... fakta bahwa sebutan Allah itu begitu sering diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru membuktikan bahwa itu harus dimengerti dalam arti normal dan jelas.).

Catatan: tentang 1Tim 3:16, hanya KJV yang menggunakan kata ‘Allah’, dan ini sangat diperdebatkan keasliannya. Karena itu, saya tidak menggunakannya untuk membuktikan keilahian Yesus. Ayat-ayat yang lain yang digunakan oleh Barnes akan saya bahas dalam pelajaran selanjutnya.

Ada yang mengatakan bahwa kata EL berbeda dengan ELOHIM dalam arti, kalau kata ELOHIM bisa digunakan untuk yang bukan Allah, maka kata El (bentuk tunggalnya) tidak bisa, dan selalu menunjuk kepada Allah yang benar.

E. J. Young (tentang Yes 9:5): “Whereas the word ELOHIM in the Old Testament may sometimes apply to beings lesser than God, such is not the case with EL. This designation is reserved for the true God and for Him alone.” (= Sementara kata ELOHIM dalam Perjanjian Lama kadang-kadang bisa diterapkan kepada makhluk-makhluk yang lebih rendah dari pada Allah, tidak demikian kasusnya dengan EL. Penyebutan ini disediakan untuk Allah yang benar / sejati dan untuk Dia saja.) - Libronix.

Tetapi saya tidak setuju dengan E. J. Young hal ini. Saya menemukan 2 ayat dalam Perjanjian Lama dimana kata EL digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah.
Keluaran 34:14 - “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah (Ibrani: EL) lain, karena TUHAN, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.”.
Ulangan 32:12 - “demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah (Ibrani: EL) asing menyertai dia.”.

Istilah ‘allah lain’ atau ‘allah asing’ dalam kedua ayat di atas, jelas tidak menunjuk kepada Allah yang benar / sejati. Dalam Bible Works 7 juga dikatakan bahwa EL bisa menunjuk kepada ‘false god’ (allah palsu / dewa).

5. Yesus dinyatakan sebagai ‘Allah yang besar’ dalam Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus”.

Catatan: tanda kurung dari saya; dan kata ‘maha’ yang saya coret seharusnya tidak ada.
NIV: ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Ayat ini, yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah yang besar’, betul-betul menabrak secara frontal ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’.

6. Yesus juga disebut maha kuasa, tetapi dalam Perjanjian Baru / bahasa Yunani.
Wahyu 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Memang karena ini dalam Perjanjian Baru, maka tentu tidak digunakan kata Ibrani SHADDAY, tetapi kata Yunani PANTOKRATOR.

c) Yohanes 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Bapa’.
Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.

Ada dua bantahan terhadap ajaran / penafsiran ini:

Pertama-tama, adalah bantahan dari Unitarianisme (Frans Donald, Benny dsb).

Mereka menterjemahkan / menafsirkan bagian akhir dari Yoh 1:1 itu sebagai ‘Firman itu adalah ilahi’. Jadi, Yesus hanya bersifat ilahi, tetapi bukan betul-betul Allah.
Mereka memberikan illustrasi sebagai berikut: Kata ‘si manis’ adalah kata benda. Tetapi kalau kata sandang tertentunya dibuang, maka menjadi ‘manis’, yang adalah kata sifat.

Jawaban saya:

1. Illustrasi ini sama sekali tidak cocok, dan sengaja menyesatkan. Mengapa? Karena kata ‘Allah’ adalah kata benda. Mengapa ilustrasinya menggunakan kata ‘manis’ yang merupakan kata sifat? Kalau ilustrasinya juga menggunakan kata benda, seperti ‘raja’ dan ‘sang raja’, maka keduanya tetap kata benda. Jadi, ada atau tidak adanya kata sandang tertentu tidak terlalu membuat perbedaan.

2. Dalam bahasa Yunani kata sifat ‘ilahi’ itu ada, yaitu THEIOS, misalnya dalam 2Pet 1:3.
2Petrus 1:3 - “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib”.
Mengapa bukan kata ini yang digunakan kalau memang mau mengatakan ‘ilahi’?

Kedua, adalah bantahan dari Saksi Yehuwa.

Catatan: sebetulnya Saksi Yehuwa juga termasuk Unitarian, tetapi mereka merupakan kelompok khusus / tersendiri, dan berbeda dengan kelompok dari Benny, Frans Donald dan sebagainya.

Saksi Yehuwa mengatakan bahwa dalam Yoh 1:1 itu kata ‘Allah’ muncul 2x.
Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”.

Kata ‘Allah’ yang pertama menunjuk kepada Bapa, dan yang ini menggunakan kata sandang tertentu. Jadi, terjemahannya seharusnya adalah ‘the God’ (= sang Allah). Ini betul-betul Allah.

Tetapi kata ‘Allah’ yang kedua, yang menunjuk kepada Firman / Yesus, tidak mempunyai kata sandang tertentu, dan itu bukanlah Allah sungguh-sungguh. Karena itu mereka menterjemahkan ‘a god’ (= suatu allah), yang mereka artikan sebagai ‘allah kecil’.

Jawaban saya:

1. Kata sandang dan hubungannya dengan kata ‘Allah’.

a. Berbeda dengan bahasa Inggris yang mempunyai indefinite article / kata sandang tidak tertentu (yaitu ‘a’ / ‘an’), maka bahasa Yunani tidak mempunyainya.

Dana & Mantey: “The Greek had no indefinite article, though tij and ei[j sometimes approximated this idiom (cf. Lk. 10:25; Mt. 8:19).” [= Bahasa Yunani tidak mempunyai kata sandang tidak tertentu, sekalipun tij (TIS) dan ei[j (HEIS) kadang-kadang sangat dekat / mirip dengan ungkapan ini (bdk. Lukas 10:25; Matius 8:19)] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 136.

b. Fungsi / kegunaan dari kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani.

Dana & Mantey: “The function of the article is to point out an object or to draw attention to it. Its use with a word makes the word stand out distinctly” [= Fungsi dari kata sandang (tertentu) adalah untuk menunjukkan suatu obyek atau untuk menarik perhatian kepada obyek itu. Penggunaannya dengan suatu kata membuat kata itu menonjol secara jelas] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 137.

c. Digunakan atau tidak digunakannya definite article / kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani.

· Ada atau tidaknya kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani tidak selalu sama dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris.
Jadi, sering terjadi dimana kata Yunani yang mempunyai kata sandang tertentu diterjemahkan ke bahasa Inggris tanpa kata sandang tertentu, seperti kata ‘God’ (= Allah) yang pertama dalam Yoh 1:1b itu, yang dalam bahasa Yunaninya adalah TON THEON (= the God).

Demikian pula sebaliknya, kata Yunani yang tidak mempunyai kata sandang tertentu kadang-kadang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan menggunakan kata sandang tertentu.

Dana & Mantey: “It is important to bear in mind that we cannot determine the English translation by the presence or absence of the article in Greek. Sometimes we should use the article in the English translation when it is not used in the Greek, and sometimes the idiomatic force of the Greek article may best be rendered by an anarthrous noun in English” (= Penting untuk diingat bahwa kita tidak bisa menentukan terjemahan bahasa Inggris dengan ada atau tidak adanya kata sandang dalam bahasa Yunaninya. Kadang-kadang kita harus menggunakan kata sandang dalam terjemahan bahasa Inggris pada waktu kata sandang itu tidak digunakan dalam bahasa Yunaninya, dan kadang-kadang kekuatan dari ungkapan dari kata sandang bahasa Yunani bisa diterjemahkan dengan paling baik oleh suatu kata benda yang tidak mempunyai kata sandang dalam bahasa Inggris) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 150-151.

· Kalau suatu kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai kata sandang tertentu, maka benda itu pasti tertentu; tetapi sebaliknya, kalau suatu kata benda tidak mempunyai kata sandang tertentu, maka bendanya bisa tertentu bisa tidak.

Dana & Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson: “Whenever the article occurs the object is certainly definite. When it is not used the object may or may not be” (= Pada waktu kata sandang itu muncul, obyeknya pasti tertentu. Pada waktu kata sandang itu tidak digunakan, obyeknya bisa tertentu atau tidak tertentu) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 137.

· Nama-nama, dan semua kata-kata benda yang merupakan obyek tunggal, seperti ‘kematian’, ‘kehidupan’, ‘dunia’, dsb. tidak membutuhkan kata sandang tertentu untuk menjadi tertentu.

A. T. Robertson, dalam tafsirannya tentang 1Kor 3:22, mengatakan: “All the words in this verse and 23 are anarthrous, though not indefinite, but definite. ... Proper names do not need the article to be definite nor do words for SINGLE OBJECTS like ‘world,’ ‘life,’ ‘death.’” (= Semua kata-kata dalam ayat ini dan ayat 23 tidak mempunyai kata sandang tertentu, sekalipun bukannya tidak tertentu, tetapi tertentu. ... Nama-nama yang sungguh-sungguh / nama-nama pribadi / diri, tidak membutuhkan kata sandang tertentu supaya menjadi tertentu, dan demikian juga dengan OBYEK-OBYEK TUNGGAL seperti ‘dunia’, ‘kehidupan’, ‘kematian’) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol IV, hal 100,101.

Kata-kata A. T. Robertson ini tentu juga bisa diterapkan untuk kata ‘Allah’, karena Allah juga merupakan obyek tunggal! Jadi, kata ‘Allah’ sekalipun tidak menggunakan kata sandang tertentu, tetap tertentu, dan karena itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’ / ‘suatu allah’!

Dana & Mantey: “Sometimes with a noun which the context proves to be definite the article is not used” (= Kadang-kadang dengan suatu kata benda yang kontextnya membuktikan sebagai tertentu, kata sandang tertentu tidak digunakan) - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 149.

Kesimpulan: tidak adanya kata sandang tertentu sebelum kata ‘God’ / ‘Allah’ dalam Yoh 1:1c dalam bahasa Yunaninya, tidak membuat kata itu menjadi tidak tertentu.

d. Kata ‘Allah’ (secara umum, bukan hanya dalam Yoh 1:1 ini) tidak harus mempunyai kata sandang tertentu.

Gresham Machen: “qeoj, o[, a god, God (When it means God, qeoj may have the article)” [= qeoj (THEOS), o[ (HO), ‘suatu allah’, ‘Allah’ (Pada waktu itu berarti ‘Allah’, qeoj (THEOS) bisa mempunyai kata sandang)] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 39.

Perhatikan bahwa ia menggunakan kata ‘may’ (= bisa). Itu berarti ‘tidak harus’.

Dana & Mantey mengutip kata-kata A. T. Robertson yang mengomentari kata THEOS berkenaan dengan kata sandang, dengan kata-kata sebagai berikut: “(THEOS) is treated like a proper name and may have it or not have it” [= (THEOS) diperlakukan seperti nama sungguh-sungguh / nama diri / pribadi dan bisa mempunyai kata sandang atau tidak mempunyainya] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 140.

Catatan: ini menjadi sama seperti kata Yunani KURIOS (= Tuhan), yang juga sering dianggap sebagai ‘proper name’ (= nama sungguh-sungguh / nama diri / pribadi), dan lalu tidak diberi kata sandang tertentu.

Walter Martin: “Omission of the article with THEOS does not mean that ‘a god’ other than the one true God is meant. ... In other words, the writers of the New Testament frequently do not use the article with THEOS and yet the meaning is perfectly clear in the context, namely that the One True God is intended” (= Tidak adanya kata sandang dengan THEOS tidak berarti bahwa yang dimaksudkan adalah ‘suatu allah’ yang lain / berbeda dari satu-satunya Allah yang benar. ... Dengan kata lain, penulis-penulis dari Perjanjian Baru sering tidak menggunakan kata sandang dengan THEOS tetapi artinya sangat jelas dalam kontext, yaitu bahwa satu-satunya Allah yang benar yang dimaksudkan) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 86,86.

Catatan: ada ratusan kali penggunaan kata ‘Allah’ tanpa menggunakan definite article / kata sandang tertentu dalam Perjanjian Baru.

2. Sebetulnya, istilah ‘a god’ / ‘suatu allah’ untuk Yesus ini adalah istilah omong kosong ciptaan mereka sendiri, yang mungkin mereka sendiri tidak mengerti artinya.

Kalau saudara berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang hal ini, tanyakan kepada mereka: Apakah ‘suatu allah’ itu? Ia Allah atau bukan? Atau, apakah Ia adalah ‘allah kecil’ atau ‘setengah allah’?

Perlu diingat bahwa Kitab Suci tidak pernah membicarakan hal seperti ini. Kitab Suci memang membicarakan dewa-dewa / allah-allah kafir, tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa mereka sebetulnya tidak ada / tidak mempunyai existensi (1Korintus 8:4-6). Dengan demikian Kitab Suci memberikan batasan yang sangat keras antara ‘Allah’ dan ‘bukan Allah’. Atau sesuatu / seseorang itu adalah Allah (sungguh-sungguh dan sepenuhnya), atau ia sama sekali bukan Allah! Tidak ada sesuatu / seseorang yang bisa disebut ‘allah kecil’, ‘setengah allah’, dsb.

Dan penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya, setelah saya desak dengan kata-kata di atas, akhirnya mengaku bahwa Yesus sama sekali bukan Allah. Lalu saya bertanya lagi: ‘Kalau begitu mengapa Kitab Suci menyebut Yesus sebagai Allah?’. Ia menjawab: ‘Karena Yesus yang paling dekat dengan Allah’. Ini jawaban yang dipaksakan, dan sangat tidak masuk akal. Karena, apakah orang yang paling dekat dengan presiden harus disebut sebagai ‘suatu presiden’?


3. Yesus berulangkali disebut ‘the God’ (HO THEOS / TOU THEOU) dalam Kitab Suci.
Saksi-Saksi Yehuwa mengutip kata-kata bodoh dari suatu buletin / seorang Teolog Katolik bernama Karl Rahner, yang mengatakan bahwa Yesus tidak pernah disebut HO THEOS (= ‘the God’). Kata-kata ini bodoh, tetapi kebodohan seperti ini banyak sekali, karena bukan hanya buletin / teolog itu saja yang menyatakan kata-kata bodoh itu.

Tidak peduli berapa banyak orang yang mengatakan kata-kata itu, tetapi kata-kata itu jelas bodoh dan salah, karena dalam Kitab Suci ada 7 atau 8 ayat yang secara explicit menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, dan dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), sehingga secara hurufiah seharusnya diterjemahkan ‘the God’.

Catatan: saya mengatakan ‘7 atau 8 ayat’, karena satu ayat yaitu 2Tes 1:12 diperdebatkan terjemahannya. Kalau ayat itu dihitung, ada 8 ayat yang menyatakan bahwa Yesus adalah ‘the God’. Kalau ayat itu tidak dihitung, hanya ada 7 ayat yang menyatakan Yesus sebagai ‘the God’.

Ayat-ayat itu adalah:
a. Yohanes 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
b. Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan [Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita] Yesus Kristus” (tanda kurung dari saya).
c. Ibr 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.
d. 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan [Allah dan Juruselamat kita], Yesus Kristus” (tanda kurung dari saya).
2 Petrus 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” [= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus].
Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.
e. 1Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
f. Wahyu 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
g. 2 Tesalonika 1:12 - “sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus”.

Catatan: terjemahan dari Kitab Suci Indonesia ini (dan juga terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV) tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah. Tetapi NIV memberikan catatan kakinya yang memberikan terjemahan alternatif, yaitu: ‘our God and Lord, Jesus Christ’ (= Allah dan Tuhan kita, Yesus Kristus). Dalam terjemahan ini, Yesus Kristus disebut baik dengan kata ‘Allah’ maupun ‘Tuhan’.

Ke 7-8 ayat ini secara explicit menyebut Yesus sebagai Allah, dan dalam ke 7-8 ayat ini, kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article.

Jadi, kalau Yoh 1:1c diterjemahkan ‘the Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah), seperti dalam NWT / TDB, itu akan bertentangan dengan ke 7-8 ayat di atas. Bagaimana mungkin Kitab Suci di bagian yang satu menyebut Yesus sebagai ‘a god’ dan di bagian-bagian yang lain menyebut Yesus sebagai ‘the God’?

Saya ingin mengingatkan akan hukum penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa yang mengatakan: “Dua hal dapat membantu kita mengerti Alkitab dengan benar. Pertama, pertimbangkan ikatan kalimat (ayat-ayat di sekitarnya) dari suatu pernyataan. Kemudian, bandingkan ayat-ayat dengan pernyataan-pernyataan lain dalam Alkitab yang membahas pokok yang sama. Dengan cara demikian, kita membiarkan Firman Allah sendiri membimbing pikiran kita, dan penafsirannya bukan dari kita sendiri tetapi dari Alkitab. Itulah cara yang dipakai dalam publikasi-publikasi Watch Tower” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 48.

Mengapa teori yang bagus ini tidak mereka terapkan dalam penterjemahan / penafsiran dari Yoh 1:1c ini? Mengapa mereka menterjemahkan / menafsirkan Yoh 1:1c ini sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus sebagai ‘a god’ / ‘suatu allah’, dan dengan demikian bertentangan dengan 7-8 ayat lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan Yesus sebagai ‘the God’?

4. Allah (Bapa / YAHWEH) disebut ‘a God’ (= suatu Allah) dalam banyak ayat versi KJV, RSV, NIV maupun NWT. Mengapa ayat-ayat ini tidak menyebabkan mereka menganggap bahwa Bapa / Yahweh juga adalah ‘suatu allah’ / ‘allah kecil’?
Mari kita perhatikan banyak contoh di bawah ini:

a. Kej 16:13b (RSV): ‘Thou art a God of seeing’ (= Engkau adalah seorang / suatu Allah penglihatan).
NWT: “You are a God of sight” (= Engkau adalah seorang / suatu Allah dari penglihatan).
TDB: “Allah yang melihat”.

Jadi di sini TDB menyimpang dari NWT, karena kalau TDB menuruti NWT, TDB seharusnya menterjemahkan ‘seorang / suatu Allah yang melihat’. Dan ini terus dilakukan oleh TDB terhadap semua ayat-ayat di bawah ini, dimana NWT menggunakan kata-kata ‘a God’ untuk Allah (Bapa / YAHWEH).

b. Ul 32:4b (KJV): ‘for all his ways are judgment: a God of truth and without iniquity’ (= karena semua jalanNya adalah adil: suatu / seorang Allah dari kebenaran dan tanpa kesalahan).
NWT: “For all his ways are justice. A God of faithfulness, with whom there is no injustice” (= Karena semua jalanNya adalah keadilan. Seorang / suatu Allah dari kesetiaan, pada siapa tidak ada ketidak-adilan).
TDB: “Allah yang setia”.

c. 1Sam 2:3b (KJV): ‘let not arrogancy come out of your mouth: for the LORD is a God of knowledge’ (= janganlah kecongkakan keluar dari mulutmu: karena TUHAN adalah seorang / suatu Allah dari pengetahuan).

NWT: “Let nothing go forth unrestrained from YOUR mouth, For a God of knowledge Jehovah is” (= Janganlah apapun keluar tanpa dikekang dari mulutmu, Karena Yehovah adalah seorang / suatu Allah dari pengetahuan).
TDB: “Yehuwa adalah Allah pengetahuan”.

d. 1Sam 17:46b (KJV): ‘that all the earth may know that there is a God in Israel’ (= supaya seluruh bumi tahu bahwa ada suatu / seorang Allah di Israel).

NWT: “and people of all the earth will know that there exists a God belonging to Israel” (= dan bangsa-bangsa dari seluruh bumi akan tahu bahwa ada seorang / suatu Allah kepunyaan Israel).
TDB: “ada Allah bagi Israel”.

e. Neh 9:17b (KJV): ‘but thou art a God ready to pardon, gracious and merciful’ (= tetapi Engkau adalah seorang / suatu Allah yang siap untuk mengampuni, penuh kasih karunia dan belas kasihan).

NWT: “But you are a God of acts of forgiveness, gracious and merciful” (= Tetapi Engkau adalah seorang / suatu Allah dari tindakan pengampunan, penuh kasih karunia dan belas kasihan).
TDB: “engkau adalah Allah yang mengampuni”.

f. Maz 5:5a (Psalm 5:4a - KJV): ‘For thou art not a God that hath pleasure in wickedness’ (= Karena Engkau bukanlah seorang / suatu Allah yang senang dengan kejahatan).

NWT: “For you are not a God taking delight in wickedness” (= Karena Engkau bukanlah seorang / suatu Allah yang senang dengan kejahatan).
TDB: “Karena engkau bukanlah Allah yang senang akan kefasikan”.

g. Maz 58:12b (Psalm 58:11b - KJV): ‘verily he is a God that judgeth in the earth’ (= sesungguhnya Ia adalah seorang / suatu Allah yang menghakimi di bumi).

NWT: “Surely there exists a God that is judging in the earth” (= Pastilah ada seorang / suatu Allah yang sedang menghakimi di bumi).
TDB: “Sesungguhnya ada Allah yang bertindak sebagai hakim di bumi”.

h. Maz 68:21a (Psalm 68:20a - NIV): ‘Our God is a God who saves’ (= Allah kita adalah seorang / suatu Allah yang menyelamatkan).

NWT: “The (true) God is for us a God of saving acts” [= Allah yang (benar) bagi kita adalah seorang / suatu Allah dari tindakan-tindakan penyelamatan].
TDB: “Bagi kita, Allah yang benar adalah Allah yang menyelamatkan”.

i. Maz 86:15a (KJV): ‘But thou, O Lord, art a God full of compassion’ (= Tetapi Engkau, Ya Tuhan, adalah seorang / suatu Allah dari perasaan simpati / kasihan).

NWT: “But you, O Jehovah, are a God merciful dan gracious” (= Tetapi Engkau, Ya Yehovah, adalah seorang / suatu Allah yang penuh belas kasihan dan kasih karunia).
TDB: “Tetapi engkau, oh, Yehuwa, adalah Allah yang berbelas kasihan dan murah hati”.

j. Mazmur 99:8 (KJV): ‘Thou answeredst them, O LORD our God: thou wast a God that forgavest them, ...’ (= Engkau menjawab mereka, Ya TUHAN Allah kami: Engkau adalah seorang / suatu Allah yang mengampuni mereka, ...).

NWT: “O Jehovah our God, you yourself answered them. A God granting pardon you proved to be to them, ...” (= Ya Yehovah Allah kami, Engkau sendiri menjawab mereka. Engkau terbukti sebagai seorang / suatu Allah yang mengampuni bagi mereka, ...).
TDB: “Bagi mereka, engkaulah Allah yang mengaruniakan pengampunan”.

k. Yes 30:18b (KJV): ‘for the LORD is a God of judgment’ (= karena TUHAN adalah seorang / suatu Allah dari penghakiman).

NWT: “For Jehovah is a God of judgment” (= Karena Yehovah adalah seorang / suatu Allah penghakiman).
TDB: “Karena Yehuwa adalah Allah keadilan”.

l. Yesaya 45:15 (KJV): ‘Verily thou art a God that hidest thyself, O God of Israel, the Saviour’ (= Sesungguhnya Engkau adalah seorang / suatu Allah yang menyembunyikan diriMu sendiri, ya Allah Israel, sang Juruselamat).

NWT: “Truly you are a God keeping yourself concealed, the God of Israel, a Savior” (= Sesungguhnya Engkau adalah seorang / suatu Allah yang menjaga diriMu sendiri tersembunyi, sang Allah Israel, seorang Juruselamat).
TDB: “engkaulah Allah yang tetap membuat dirimu tersembunyi”.

m. Yeremia 23:23 (KJV): ‘Am I a God at hand, saith the LORD, and not a God afar off?’ (= Apakah Aku adalah seorang / suatu Allah yang dekat, kata TUHAN, dan bukan seorang / suatu Allah yang jauh?).

NWT: “‘Am I a God nearby,’ is the utterance of Jehovah, ‘and not a God far away?’” (= ‘Apakah Aku seorang / suatu Allah yang dekat’, adalah ucapan dari Yehovah, ‘dan bukan seorang / suatu Allah yang jauh?’).
TDB: “‘Apakah Aku hanya Allah yang dekat,’ demikianlah ucapan Yehuwa, ‘dan bukan Allah yang jauh?’”.

n. Yer 51:56b (NIV): ‘For the LORD is a God of retribution; he will repay in full’ (= Karena TUHAN adalah seorang / suatu Allah pembalasan; Ia akan membalas / membayar kembali dengan penuh).

NWT: “for Jehovah is a God of recompenses. Without fail he will repay” (= karena Yehovah adalah seorang / suatu Allah pembalasan. Tanpa gagal Ia akan membayar kembali).
TDB: “sebab Yehuwa adalah Allah pembalasan”.

o. Daniel 2:28a,47b (KJV): ‘(28a) But there is a God in heaven that revealeth secrets, ... (47b) your God is a God of gods’ [= (28a) Tetapi ada seorang / suatu Allah di surga yang menyatakan rahasia-rahasia, ... (47b) Allahmu adalah seorang / suatu Allah dari allah-allah].
NWT: “(28a) However there exists a God in the heavens who is a Revealer of secrets, ... (47b) the God of you men is a God of gods” [= (28a) Tetapi ada seorang / suatu Allah di surga yang adalah seorang yang menyatakan rahasia-rahasia, ... (47b) Allahmu orang-orang adalah seorang / suatu Allah dari allah-allah].
TDB: “(28a) ada Allah Penyingkap rahasia ... (47b) Allahmu adalah Allah segala allah”.

p. Mikha 7:18 (KJV): ‘Who is a God like unto thee’ (= Siapa yang adalah seorang / suatu Allah seperti Engkau).

NWT: “Who is a God like you, ...” (= Siapa yang adalah seorang / suatu Allah seperti Engkau, ...).
TDB: “Siapakah Allah seperti engkau, ...”.

q. Markus 12:27 / Luk 20:38.
Lukas 20:38 (KJV): ‘For he is not a God of the dead, but of the living: for all live unto him’ (= Karena Ia bukanlah suatu Allah dari orang mati, tetapi dari orang hidup: karena semua hidup bagi Dia).

Luk 20:38 (NWT): “He is a God, not of the dead, but of the living, for they are all living to him.’” (= Ia bukanlah suatu Allah dari orang mati, tetapi dari orang hidup, karena mereka semua hidup bagi Dia).

Catatan:
· Kata Yunani yang dipakai adalah THEOS (tanpa kata sandang tertentu). Mark 12:27 juga demikian, dan di sana NWT juga menterjemahkan ‘a God’ (= suatu Allah).
· Baik dalam Mark 12:27 maupun Luk 20:38, TDB menyimpang dari NWT, karena TDB tidak menterjemahkan ‘a God’ ini sebagai ‘suatu Allah’, tetapi sebagai ‘Allah’.

Robert M. Bowman Jr.: “Particularly startling are Mark 12:27 and Luke 20:38, parallel passages in which Jesus calls the true God ‘a God.’ ... Jehovah, then, is ‘a God,’ according to the JWs’ own translation!” (= Mengejutkan secara khusus adalah Mark 12:27 dan Luk 20:38, text-text yang paralel dimana Yesus menyebut Allah yang benar sebagai ‘suatu Allah’. ... Maka, Yehovah adalah ‘suatu Allah’ menurut terjemahan dari Saksi-Saksi Yehuwa sendiri!) - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 48.

Tetapi ternyata dalam ayat paralelnya dalam Injil Matius, yaitu Mat 22:32, dalam bahasa Yunaninya digunakan definite article / kata sandang tertentu di depan kata THEOS (HO THEOS), sehingga di sini baik KJV maupun NWT menterjemahkan ‘the God’ (= sang Allah).

Catatan: ada textual problem dalam ayat ini, karena ada manuscripts yang mengatakan HO THEOS, dan ada yang hanya THEOS.

Kalau NWT menterjemahkan Mark 12:27 dan Luk 20:38 sebagai ‘a God’ (= suatu Allah), tetapi menterjemahkan ayat paralelnya, yaitu Mat 22:32 dengan ‘the God’ (= sang Allah), bukankah mereka mengindentikkan ‘a God’ (= suatu Allah) dengan ‘the God’ (= sang Allah)? Lalu mengapa mereka menterjemahkan Yoh 1:1c sebagai ‘a god’ (= suatu allah) dan menafsirkannya sebagai allah kecil, yang lebih rendah dari Yehuwa?

r. 1Kor 14:33a (NIV): ‘For God is not a God of disorder but of peace’ (= Karena Allah bukanlah seorang / suatu Allah dari kekacauan tetapi dari damai).

NWT: “For God is (a God) not of disorder, but of peace” [= Karena Allah adalah (seorang / suatu Allah) bukan dari ketidak-teraturan, tetapi dari damai].
TDB: “Karena Allah bukanlah Allah kekacauan, tetapi Allah kedamaian”.
Lagi-lagi TDB menterjemahkan berbeda dengan NWT.

Catatan: memang dalam 1Korintus 14:33 ini NWT meletakkan kata ‘a God’ (= suatu / seorang Allah) itu dalam tanda kurung, karena sebetulnya kata-kata itu memang tidak ada dalam bahasa aslinya. Tetapi tetap terlihat dari ayat ini bahwa mereka tidak keberatan untuk menyebut Bapa / YAHWEH dengan sebutan ‘a God’ (= suatu / seorang Allah), tetapi tetap menganggapnya sebagai Allah yang sebenarnya, bukan sebagai ‘allah kecil’, ‘bersifat ilahi’, dan sebagainya.

Catatan:
· Karena ayat-ayat Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani dan karena itu tidak menggunakan kata THEOS, dan karena dalam 1Kor 14:33 sebetulnya kata ‘a God’ (= seorang / suatu Allah) itu tidak ada, maka dalam bagian ini serangan terkuat kita adalah dengan menggunakan Mark 12:27 / Lukas 20:38, dan dengan membandingkan dengan paralelnya, yaitu Mat 22:32.
· Bagian ini bisa kita gunakan untuk menyerang terjemahan TDB yang berbeda dengan NWT. Mengapa dalam penterjemahan Yoh 1:1c, pada waktu NWT menterjemahkan ‘a god’, TDB menterjemahkan ‘suatu allah’, sedangkan dalam semua ayat di atas ini tidak demikian?

c) Roma 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

TDB: “yang memiliki bapak-bapak leluhur dan yang menurunkan Kristus sebagai manusia: Allah, yang ada di atas segalanya, diagungkanlah untuk selama-lamanya. Amin.”.

Kelihatannya TDB mau memisahkan kalimat yang saya garis bawahi dalam Ro 9:5 itu, dengan kalimat sebelumnya, dan menganggap bahwa kalimat pertama berbicara tentang Kristus, sedangkan kalimat kedua (yang saya garis bawahi) mereka anggap sebagai suatu doxology (= kata-kata pujian) dari Paulus kepada Allah (Bapa). Jadi, dengan terpisahnya kedua kalimat ini, maka Ro 9:5 ini tidak menunjukkan Kristus sebagai Allah.

Jawaban saya:
1. Persoalan terjemahan.
RSV juga menterjemahkan seperti TDB.

RSV: ‘to them belong the patriarchs, and of their race, according to the flesh, is the Christ. God who is over all be blessed for ever. Amen.’ (= mereka memiliki bapa-bapa leluhur, dan Kristus adalah dari bangsa mereka, menurut daging. Allah yang ada di atas segala sesuatu terpujilah selama-lamanya. Amin.).

Tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan seluruhnya dalam 1 kalimat (tak termasuk kata ‘Amin’nya).
KJV: ‘Whose are the fathers, and of whom as concerning the flesh Christ came, who is over all, God blessed for ever.’ (= Yang memiliki bapa-bapa leluhur, dan dari siapa berkenaan dengan daging Kristus datang, yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji untuk selama-lamanya.).

NIV: ‘Theirs are the patriarchs, and from them is traced the human ancestry of Christ, who is God over all, forever praised!’ (= Milik merekalah bapa-bapa leluhur, dan dari mereka ditelusuri jejak dari keturunan manusia dari Kristus, yang adalah Allah di atas segala sesuatu, dipuji selama-lamanya!).

NASB: ‘whose are the fathers, and from whom is the Christ according to the flesh, who is over all, God blessed forever.’ (= yang memiliki bapa-bapa leluhur, dan dari siapa Kristus menurut daging, yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji selama-lamanya).
Semua terjemahan ini menunjukkan Kristus sebagai Allah.

Perhatikan beberapa komentar tentang terjemahan dari Ro 9:5 ini.

Bible Knowledge Commentary: “‎Some take these words as a separate sentence (see NIV marg.), but the NIV text seems preferable.” [= Sebagian / beberapa orang mengambil kata-kata ini sebagai suatu kalimat yang terpisah (lihat catatan tepi dari NIV), tetapi text dari NIV kelihatannya lebih baik.].

Adam Clarke: “I pass by the groundless and endless conjectures about reversing some of the particles and placing points in different positions, since they have been all invented to get rid of the doctrine of Christ’s divinity, which is so obviously acknowledged by the simple text; it is enough to state that there is no omission of these important words in any manuscript or version yet discovered.” (= Saya abaikan dugaan-dugaan yang tak berdasar dan tak ada habisnya tentang pembalikan / perubahan beberapa dari partikel dan penempatan titik-titik dalam posisi-posisi yang berbeda, karena semua itu diciptakan untuk menyingkirkan doktrin tentang keilahian Kristus, yang dengan begitu jelas diakui oleh text yang sederhana itu; adalah cukup untuk menyatakan bahwa di sana tidak ada penghapusan dari kata-kata penting ini dalam manuscript atau versi manapun yang telah ditemukan.).

Barnes’ Notes: “‘God blessed forever.’ This is evidently applied to the Lord Jesus; and it proves that he is divine. If the translation is fairly made, and it has never been proved to be erroneous, it demonstrates that he is God as well as man. The doxology ‘blessed forever’ was usually added by the Jewish writers after the mention of the name God, as an expression of reverence.” (= ‘Allah yang terpuji selama-lamanya’. Ini dengan jelas diterapkan kepada Tuhan Yesus; dan ini membuktikan bahwa Ia adalah Ilahi / Allah. Jika terjemahan dibuat dengan adil / jujur, dan terjemahan itu belum pernah dibuktikan sebagai salah, maka terjemahan itu mendemonstrasikan bahwa Ia adalah Allah maupun manusia. Kata-kata pujian / doxology ‘dipuji selama-lamanya’ biasanya ditambahkan oleh penulis-penulis Yahudi setelah penyebutan nama / sebutan Allah, sebagai suatu ungkapan penghormatan.).

A. T. Robertson: “‘Who is over all, God blessed for ever.’ ‎..‎. A clear statement of the deity of Christ following the remark about his humanity. This is the natural and the obvious way of punctuating the sentence. To make a full stop after ‎SARKA ‎(or colon) and start a new sentence for the doxology is very abrupt and awkward.” [= ‘Yang ada di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji selama-lamanya’. ..‎. Suatu pernyataan yang jelas tentang keilahian dari Kristus setelah kata-kata tentang kemanusiaanNya. Ini adalah cara yang wajar / alamiah dan jelas tentang pemberian tanda-tanda baca dari kalimat ini. Memberi suatu titik (atau titik dua) setelah SARKA / flesh / daging dan memulai suatu kalimat baru untuk doxology / kata-kata pujian adalah sangat mendadak / tak terduga dan janggal / canggung.].

Calvin: “They who break off this clause from the previous context, that they may take away from Christ so clear a testimony to his divinity, most presumptuously attempt, to introduce darkness in the midst of the clearest light; for the words most evidently mean this, - ‘Christ, who is from the Jews according to the flesh, is God blessed for ever.’” (= Mereka yang memutus anak kalimat ini dari kontext sebelumnya, sehingga mereka bisa membuang dari Kristus suatu kesaksian yang begitu jelas tentang keilahianNya, usaha yang paling kurang ajar / tak berdasar, untuk memperkenalkan kegelapan di tengah-tengah terang yang paling jelas; karena kata-kata itu dengan sangat jelas berarti ini, - ‘Kristus, yang adalah dari bangsa Yahudi menurut daging, adalah Allah yang terpuji selama-lamanya’.).

2. Dalam Ro 9:5a Paulus baru membicarakan hakekat manusia Kristus. Jadi, sangat cocok kalau dalam Ro 9:5b ini ia memberikan penggambaran tentang hakekat ilahi Kristus, dan bukannya memberikan suatu doxology bagi Bapa (seperti dalam TDB dan RSV).

Charles Hodge: “On any other interpretation there is nothing to answer to the to kata sarka / TO KATA SARKA. ... Why not simply say, ‘of whom Christ came?’ This would have expressed everything, had not the apostle designed to bring into view the divine nature” [= Pada penafsiran lain yang manapun, tidak ada apapun yang sesuai dengan kata-kata to kata sarka (TO KATA SARKA = menurut daging / sebagai manusia). ... Mengapa ia tidak sekedar berkata: ‘dari siapa Kristus datang’? Ini akan menyatakan segala sesuatu, seandainya sang rasul tidak merencanakan untuk menyatakan hakekat ilahi (dari Kristus)] - ‘Romans’, hal 300.

Kalau saya sederhanakan kata-kata dari Charles Hodge ini maka ia berkata sebagai berikut: Kalau Paulus sekedar membicarakan bahwa Mesias itu diturunkan dari bangsa Yahudi, dan ia tidak berkeinginan untuk membicarakan keilahian Mesias itu, untuk apa ia menambahkan kata-kata ‘sebagai manusia’ (terjemahan hurufiah: ‘menurut daging’)? Adanya kata-kata ‘sebagai manusia’ / ‘menurut daging’ ini menuntut kontrasnya, yaitu penggambaran tentang Mesias itu menurut hakekatNya yang lebih tinggi, yaitu sebagai Allah.

Ini serupa dengan yang ada dalam Ro 1:3-4.
Roma 1:3-4 - “(3) tentang AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, (4) dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”.

Calvin juga memberikan argumentasi yang serupa tetapi ia menambahkan sesuatu lagi.

Calvin: “But we have here a remarkable passage, - that in Christ two natures are in such a manner distinguished, that they are at the same time united in the very person of Christ: for by saying that Christ had descended from the Jews, he declared his real humanity. The words ‘according to the flesh,’ which are added, imply that he had something superior to flesh; and here seems to be an evident distinction made between humanity and divinity. But he at last connects both together, where he says, that the Christ, who had descended from the Jew’s according to the flesh, is God blessed for ever. We must further observe, that this ascription of praise belongs to none but only to the true and eternal God; for he declares in another place, (1Timothy 1:17,) that it is the true God alone to whom honor and glory are due.” [= Tetapi di sini kita mempunyai suatu text yang luar biasa / hebat, - bahwa dalam Kristus dua hakekat dengan suatu cara tertentu dibedakan, sehingga / bahwa mereka pada saat yang sama bersatu dalam pribadi dari Kristus: karena dengan mengatakan bahwa Kristus telah diturunkan dari bangsa Yahudi, ia menyatakan kemanusiaanNya yang sungguh-sungguh. Kata-kata ‘menurut daging’, yang ditambahkan, secara implicit menunjukkan bahwa Ia mempunyai sesuatu yang lebih tinggi dari daging; dan di sini kelihatan dibuat suatu pembedaan yang jelas antara kemanusiaan dan keilahian. Tetapi ia akhirnya menghubungkan keduanya bersama-sama, dimana ia berkata, bahwa Kristus, yang telah diturunkan dari bangsa Yahudi menurut daging, adalah Allah yang terpuji selama-lamanya. Selanjutnya kita harus memperhatikan, bahwa pernyataan pujian ini tidak menjadi milik siapapun kecuali hanya bagi Allah yang benar dan kekal; karena ia menyatakan di tempat lain, (1Tim 1:17), bahwa adalah Allah yang benar saja bagi siapa hormat dan kemuliaan merupakan hak.].

1Timotius 1:17 - “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.”.

Bdk. Wahyu 5:12-13 - “(12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”.

Catatan: kata ‘puji-pujian’ dalam Wah 5:12 maupun Wah 5:13 diterjemahkan ‘blessing’ oleh KJV/RSV/NASB, dan sebetulnya sama dengan yang digunakan dalam Ro 9:5, hanya saja di sini digunakan kata bendanya, sedangkan dalam Ro 9:5 digunakan kata kerjanya.

d) Fil 2:5b-7 - “(5b) ... Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Sekarang perhatikan bagaimana terjemahan dari Kitab Suci Saksi Yehuwa.
TDB: “(5) Peliharalah sikap mental ini dalam dirimu, yang juga ada dalam Kristus Yesus, (6) yang, walaupun ada dalam wujud Allah, tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah”.

Jadi, dalam penafsiran / penterjemahan dari Kitab Suci Saksi Yehuwa ini, ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mempunyai kesetaraan dengan Allah, dan Ia tidak memikirkan untuk menjadi setara dengan Allah / merebut kesetaraan itu.

Catatan: saya tak tahu bagaimana mereka menafsirkan kata-kata ‘dalam wujud Allah’ dalam ay 6nya.

Jawaban saya:

1. Text ini juga jelas menunjukkan keilahian Kristus, karena:
a. Istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ dalam ay 6a sudah jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
b. Dan kalau kata-kata dalam ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsek­wensinya, kata-kata dalam ay 6a yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ dan ‘setara dengan Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.

2. Penterjemahan Saksi Yehuwa (TDB) itu bertentangan dengan ay 6a.
Kita tidak boleh menafsirkan seakan-akan ayat itu artinya adalah: ‘Yesus itu lebih rendah dari Allah, dan Ia tidak mempertimbangkan untuk merampas kesetaraan dengan Allah itu’, seperti penterjemahan / penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa. Mengapa? Karena kalau kita memilih penafsiran Saksi-Saksi Yehuwa itu, maka Fil 2:6b ini akan bertentangan dengan Fil 2:6a, yang menunjukkan keilahian Kristus (yang sudah dijelaskan di atas).

3. Penterjemahan Saksi Yehuwa (TDB) itu tidak cocok dengan kontext (Fil 2:1-4).
Dalam Fil 2:1-4 Paulus sedang menasehati supaya jemaat Filipi mempunyai kerendahan hati dan kasih / ketidak-egoisan.

Filipi 2:1-4 - “(1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.

Lalu dalam Fil 2:5-dst, Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai teladan dalam hal kerendahan hati dan kasih / ketidak-egoisan.

Filipi 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Sedangkan dalam terjemahan dari TDB itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu lebih rendah dari Allah dan tidak ingin merebut kesetaraan dengan Allah, maka itu bukan merupakan suatu contoh kerendahan hati ataupun kasih / ketidak-egoisan, tetapi hanya merupakan absennya suatu kegilaan!

Illustrasi: kalau saudara adalah warga negara Indonesia, dan saudara tidak berusaha untuk melakukan kudeta, menggulingkan presiden, dan menjadi presiden menggantikan presiden yang sah, maka apakah itu menunjukkan bahwa saudara adalah warga negara yang baik dan rendah hati? Tentu saja tidak! Itu hanya menunjukkan bahwa saudara tidak gila!

Demikian juga kalau Yesus lebih rendah dari Allah, dan Ia hanya tidak berusaha untuk menjadi setara dengan Bapa, itu sama sekali tidak menunjukkan suatu kerendahan hati ataupun kasih. Itu hanya menunjukkan bahwa Ia tidak gila. Dengan demikian Fil 2:5-6 ini menjadi tidak cocok dengan kontextnya (Fil 2:1-4).

Tetapi dalam terjemahan kita sendiri, maka Yesus yang setara dengan Allah itu, rela direndahkan dengan menjadi manusia, supaya bisa mati menebus dosa kita. Ini dengan jelas memang menunjukkan suatu kerendahan hati dan kasih / ketidak-egoisan.

Jadi, terjemahan kita lebih cocok dengan kontextnya, sedangkan TDB sama sekali tidak cocok dengan kontextnya!

e) Tit 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.

Bagian terakhir dari ayat ini (yang saya garis bawahi) memungkinkan 2 cara pembacaan:
1. (Allah yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus Kristus).
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang Mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’. Dengan demikian ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.
2. (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini hanya membicarakan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun sebagai ‘Juruselamat kita’.

Saksi Yehuwa jelas memilih pembacaan pertama.
TDB: “seraya kita menantikan harapan yang bahagia dan manifestasi yang mulia dari Allah yang besar dan dari Juru Selamat kita, Kristus Yesus”.

NIV memilih pembacaan kedua karena NIV menterjemahkannya sebagai berikut: ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Saya sendiri memilih pembacaan kedua, karena:

a. Kata ‘appearing’ (= penampilan / pemunculan), yang dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’, diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang selalu menunjuk pada kedatangan Yesus, dan tidak pernah menunjuk kepada Bapa.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini, yang adalah semua ayat dalam Perjanjian Baru, selain Tit 2:13, yang menggunakan kata Yunani EPIPHANEIA itu.

· 2Tesalonika 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali”. Ini salah terjemahan.

NASB: ‘by the appearance of His coming’ (= oleh pemunculan / penampilan kedatanganNya).
Di sini digunakan kata EPIPHANEIA.

· 1Timotius 6:14 - “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya”.
NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).
Di sini digunakan EPIPHANEIA.

· 2Timotius 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.
NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan / penampilan).

· 2Tim 4:1,8 - “(1) Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya: ... (8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya”.

NIV/NASB menterjemahkan ‘appearing’ (= pemunculan / penampilan), baik untuk ay 1 maupun untuk ay 8.

Karena itu jelas bahwa ayat ini tidak berbicara tentang 2 pribadi (yang pertama adalah ‘Allah yang mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’), karena kalau demikian maka kata Yunani EPIPHANEIA harus diterapkan kepada Bapa. Ayat ini hanya berbicara tentang 1 pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang disebutkan sebagai ‘Allah yang mahabesar dan Juruselamat kita’, atau dalam NIV disebutkan sebagai ‘our great God and Savior’ (= Allah yang besar dan Juruselamat kita). 

Sebutan ‘our great God’ / ‘Allah yang mahabesar’ untuk Yesus ini secara jelas menunjukkan keilahianNya.

2. Pembacaan kedua ini sesuai dengan hukum bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain.

Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147). Dengan kata lain, kedua kata benda itu berkenaan dengan satu pribadi!

Jadi, rumus ini berlaku kalau 3 syarat ini dipenuhi:
a. Ada 2 kata benda dengan case / kasus yang sama.
b. Kedua kata benda itu dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan).
c. Kata benda pertama mempunyai kata sandang tertentu, sedangkan kata benda kedua tidak.

Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani.

Gresham Machen: “The noun in Greek has gender, number, and case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.

Sekarang mari kita melihat hubungan rumus bahasa Yunani ini dengan Titus 2:13.


Tit 2:13 - Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
                                            k.b. 1                                                     k.b. 2                       pribadi yg digbrkan

                                      kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’.
Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan).
Kata benda yang pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS).

Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

f) 2 Petrus 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

2Pet 1:1 (NASB): ‘... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ’ (= ... oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.
Di sini kita kembali bertemu dengan hukum bahasa Yunani yang telah kita bahas pada pembahasan Tit 2:13 di depan.

2Pet 1:1b - Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
                                 k.b.1             k.b.2            pribadi yg digbrkan
                               
                  kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’.
Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan).
Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS).

Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2 Petrus 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

Sekarang mari kita bandingkan dengan terjemahan dari TDB.
TDB: “Dari Simon Petrus, budak dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang memperoleh iman sebagai hak istimewa yang sama seperti yang kamu miliki, oleh karena keadilbenaran Allah kita dan Yesus Kristus, Juru Selamat itu”.
Ini terjemahan yang kurang ajar, karena dalam bahasa Yunaninya kata ‘Juruselamat’ ada di depan kata ‘Yesus Kristus’. Dalam TDB dibalik, untuk memisahkan kata ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’.

g) Ibr 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.

1. Terjemahan.
Kata-kata ‘tentang Anak’ bisa diterjemahkan ‘kepada Anak’.
KJV: ‘But unto the Son he saith’ (= Tetapi kepada Anak Ia berkata).
RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.
Calvin (hal 44) menterjemahkan seperti KJV dan demikian juga dengan John Owen (‘Hebrews: The Epistle of Warning’, hal 10).
Dan Bible Works 7 menunjukkan bahwa kedua terjemahan, seperti Kitab Suci Indonesia/RSV/NIV/NASB, maupun seperti KJV/NKJV, memungkinkan.
Saya lebih condong dengan terjemahan dari KJV karena kalau dilihat kata-katanya selanjutnya maka memang ayat ini menunjukkan bahwa Bapa berbicara kepada Anak, bukan tentang Anak.
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada Anak / Yesus, dan menyebutNya sebagai ‘Allah’!

a. Unitarianisme.
Ibr 1:8-9 merupakan kutipan dari Maz 45:7-8, yang berbunyi sebagai berikut: “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.
Unitarianisme mengatakan bahwa yang benar adalah Maz 45:7, dan ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.

Jawaban saya:

Kata ‘kepunyaan’ dalam Mazmur 45:7 itu salah terjemahan; karena seharusnya kata itu tidak ada. RSV menterjemahkan ‘Your divine throne’ (= Takhta ilahiMu’), dan ini juga salah terjemahan. Terjemahan yang seharusnya adalah: ‘TakhtaMu, ya Allah’, seperti dalam terjemahan KJV/NIV/NASB.

Catatan: tentang Maz 45:7 sudah saya bahas panjang lebar di depan.

b. Saksi Yehuwa.
TDB: “Allah adalah takhtamu”.
Ditinjau dari sudut bahasa, terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu ‘Allah adalah takhtaMu’ atau ‘takhtaMu adalah Allah’, merupakan sesuatu yang memungkinkan. Tetapi ditinjau dari sudut artinya, terjemahan itu sangat tidak masuk akal. Mengapa? Karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan TDB itu seharusnya mereka artikan bahwa ‘Kristus duduk di atas Allah’, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.

2. Kontext.
Kontext mendukung penafsiran bahwa Ibrani 1:8 ini menunjukkan Yesus sebagai Allah.
Ibrani 1:1-14 - “(1) Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, (2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka. (5) Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’ (6) Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’ (7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’ (13) Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’ (14) Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?”.

Perhatikan beberapa point ini:

a. Ibrani 1: 3-5 menunjukkan bahwa Yesus / Anak jauh lebih tinggi dari malaikat-malaikat.
Ay 3-5: “(3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka. (5) Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.
Hanya Allah yang bisa mempunyai kedudukan seperti itu.

b. Ibrani 1: 6 menunjukkan bahwa Allah memerintahkan semua malaikat untuk menyembah Yesus.
Ay 6: “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Ayat yang dianggap sama dengan Ibr 1:6 adalah Maz 97:7 yang berbunyi: “Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepadaNya.”.
Calvin dan banyak penafsir lain menganggap bahwa kata ‘allah’ dalam Maz 97:7 menunjuk kepada ‘malaikat-malaikat’, sehingga Maz 97:7 ini sejalan / sama dengan Ibr 1:6.
Hanya Allah yang boleh disembah (Mat 4:10); jadi Yesus pasti adalah Allah!
Matius 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 adalah PROSKUNESATOSAN, yang berasal dari kata dasar PROSKUNEO. Dan tentang kata ini John Owen berkata: “In the New Testament it is nowhere used but for that religious worship which is due to God alone. And when it is remembered of any that they did proskunei~n or perform the duty and homage denoted by this word unto any but God, it is remembered as their idolatry, Revelation 13:12,15.” (= Dalam Perjanjian Baru kata itu tidak digunakan dimanapun kecuali untuk penyembahan agamawi itu yang merupakan hak Allah saja. Dan pada waktu diingat tentang siapapun yang melakukan proskunei~n / PROSKUNEIN atau melakukan kewajiban dan penghormatan / penyembahan yang ditunjukkan oleh kata ini kepada siapapun kecuali Allah, itu diingat sebagai pemberhalaan mereka, Wahyu 13:12,15) - ‘Hebrews’, vol 1, hal 174 (AGES).
Wah 13:12,15 - “(12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah (PROSKUNESOUSIN) binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. ... (15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah (PROSKUNESOSIN) patung binatang itu, dibunuh.”.

c. Dalam Ibrani 1: 7 malaikat-malaikat jelas disebut sebagai ‘pelayan-pelayan’, tetapi dalam ay 8 Yesus / Anak disebut ‘Allah’, dan mempunyai takhta yang kekal dan tongkat kebenaran.
Ay 7-8: “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.

Calvin (tentang Ibr 1:8): “Whosoever will read the verse, who is of a sound mind and free from the spirit of contention, cannot doubt but that the Messiah is called God.” (= Siapapun yang membaca ayat ini, yang mempunyai pikiran sehat dan bebas dari roh / kecenderungan pertikaian, tidak bisa meragukan bahwa sang Mesias disebut ‘Allah’).

Calvin (tentang Ibr 1:8): “whose throne can be said to be established forever, except that of God only? Hence the perpetuity of his kingdom is an evidence of his divinity.” (= takhta siapa bisa dikatakan sebagai ditegakkan selama-lamanya, kecuali takhta dari Allah saja? Karena itu, kekekalan dari kerajaanNya merupakan suatu bukti dari keilahianNya.).

d. Bahwa pada ay 9 dikatakan bahwa Allah mengurapi Yesus, bukan masalah, karena ayat itu menunjukkan / menekankan kemanusiaan Yesus.
Ibrani 1: 9: “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

e. Ibrani 1: 10 menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan’, menunjukkan kekekalanNya (‘Pada mulanya’), dan bahwa Ia adalah Pencipta.
Ay 10: “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”.

f. Ay 11-12 mengkontraskan seluruh ciptaan yang berubah dan akan binasa / musnah, dengan Yesus / Anak yang tetap / tak berubah dan kekal. Tidak bisa tidak, ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
Ibrani 1: 11-12: “(11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.

g. Ibrani 1: 13-14 lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus jauh lebih tinggi dari malaikat-malaikat.
Ay 13-14: “(13) Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’ (14) Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?”.

Kesimpulan: seluruh kontext memang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

h) 1 Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”.

1. Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:
a. Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?
b. Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.
c. Adanya sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68 10:28 1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

2. Sekarang mari kita bandingkan dengan terjemahan dari TDB.
Kitab Suci Indonesia (LAI): “di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”.
TDB: “melalui Yesus Kristus, Putranya. Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi”.
TDB membalik kata-kata ‘Yesus Kristus’ dengan ‘Putranya’. Apa tujuannya TDB membalik seperti itu? Jelas supaya kata-kata ‘Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi’ bisa dihubungkan dengan kata ‘nya’ (yang jelas menunjuk kepada Bapa), bukan dengan ‘Yesus Kristus’. Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran TDB dalam melakukan penterjemahan.
Anehnya, NWT yang merupakan bahasa asli dari TDB, tidak membalik seperti itu.
NWT: “his Son Jesus Christ. This is the true God and life everlasting” (= AnakNya Yesus Kristus. Ini adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal).

i) Yohanes 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain). Ada 4 golongan manuscript:
1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).
3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).
4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (‘the only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten God’).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:

1. Ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak dipercaya.

Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.

2. Ini merupakan ‘bacaan yang lebih sukar’ (‘more difficult reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak masuk akal’. Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3. Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.

Saksi-Saksi Yehuwa juga menterjemahkan berdasarkan manuscript golongan 4 ini.
Yoh 1:18 (NWT): ‘the only begotten god’ (= satu-satunya allah yang diperanakkan).
Yoh 1:18 (TDB): “satu-satunya allah yang diperanakkan”.
Jadi, sekalipun terjemahan dari NWT / TDB ini berbeda dengan terjemahan kita (LAI), tetapi sebetulnya terjemahan NWT / TDB ini berasal dari manuscript yang paling benar. Tetapi mereka salah dalam satu hal, yaitu bahwa mereka menggunakan kata ‘god’ / ‘allah’ dan bukannya ‘God’ / ‘Allah’.
Bdk. NASB: ‘the only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa Yesus disebut demikian “karena keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431.
Ini sama sekali tidak masuk akal. Mengapa kalau kedudukanNya unik, lalu harus disebut sebagai ‘satu-satunya Allah yang diperanakkan’? Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan keunikan!

Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan), maka:
a. Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.
c. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.

j) Yohanes 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget. Tetapi ini sama sekali tidak mungkin, karena:

1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.
NASB (Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.

2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).

Satu hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat ini adalah bahwa Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi / menyalahkan Tomas atas kata-katanya itu, tetapi Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas terhadap diriNya itu.

k) Kisah Para Rasul 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.

RSV: ‘which he obtained with the blood of his own Son’ (= yang didapatNya dengan darah dari AnakNya sendiri). Ini sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘which he hath purchased with his own blood’ (= yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).
NIV: ‘which he bought with his own blood’ (= yang telah Ia beli dengan darahNya sendiri).
NASB: ‘which He purchased with His own blood’ (= yang telah Ia beli dengan darahNya sendiri).

Kata ‘Anak’ seharusnya tidak ada. Perlu diketahui bahwa dalam ayat ini, semua manuscripts Yunani tidak mempunyai kata ‘Anak’. Jadi perbedaan terjemahan-terjemahan itu muncul bukan karena ada problem text, tetapi hanya karena sebagian penterjemah keminter. Mereka merasa tidak masuk akal bahwa Allah punya darah, dan karena itu mereka menambahkan kata ‘Anak’.

Kalau kata ‘Anak’ itu dihapus, seperti seharusnya, maka kata ‘Nya’ menunjuk kepada kata ‘Allah’, tetapi pada saat yang sama pasti menunjuk kepada Yesus, karena adanya kata ‘darah’. Jadi, ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.

l) Wahyu 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa yang dibicarakan dalam Wah 1:8 ini bukan Yesus tetapi Yehuwa (‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 400-401). Dan TDB menterjemahkan kata-kata ‘Tuhan Allah’ dalam Wah 1:8 itu dengan istilah ‘Allah Yehuwa’.
TDB: “‘Aku adalah Alfa dan Omega,’ kata Allah Yehuwa, ‘Pribadi yang sekarang ada dan yang dahulu ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa”.

Jawaban saya:

1. Dari mana muncul kata ‘Yehuwa’ itu? Ini terjemahan yang kurang ajar! Kata ‘Yehuwa’ itu tidak pernah ada dalam bahasa asli (Yunani) dari Wah 1:8 itu, dan bahkan nama ‘Yehuwa’ / ‘YAHWEH’ tidak pernah muncul dalam seluruh bahasa asli / Yunani dari Perjanjian Baru.

2. Siapa yang berbicara dalam Wah 1:8?
Untuk bisa tahu dengan jelas siapa yang berbicara dalam Wah 1:8 ini, mari kita membaca lagi bagian itu mulai dari ay 7nya.
Wahyu 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Kontext sebelumnya, yaitu Wah 1:7, jelas menunjuk kepada Yesus. Dan kalau kita membaca kontext setelah Wah 1:8 itu, yaitu Wah 1:9-dst, maka kita melihat bahwa di sana rasul Yohanes mendapat penglihatan tentang Yesus.
Wah 1:9-20 - “(9) Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (10) Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (11) katanya: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.’ (12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (13) Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. (14) Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mataNya bagaikan nyala api. (15) Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suaraNya bagaikan desau air bah. (16) Dan di tangan kananNya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. (19) Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. (20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.

Kalau yang dibicarakan dalam Wah 1:7nya adalah Yesus, dan Wah 1:9-dst juga membicarakan tentang Yesus, maka yang berbicara dalam Wah 1:8nya pasti juga Yesus.

William Hendriksen: “That this glorious title refers to Christ should not be open to doubt. Both the immediately preceding and the immediately succeeding context have reference to Christ (see verses 7,13)” [= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak boleh diragukan. Baik kontext yang persis mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than Conquerors’, hal 54.

3. Dalam Wah 1:8 ini dikatakan bahwa yang berfirman adalah ‘Tuhan Allah’. Jadi jelaslah bahwa Yesus disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’. Dan di sini kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya adalah HO THEOS (= ‘the God’).
Masih ditambahkan lagi bahwa Ia menyebut diriNya ‘Yang Mahakuasa’.

Sekalipun ada banyak ayat Kitab Suci yang menyebut Yesus dengan sebutan ‘Allah’, tetap saja Saksi-Saksi Yehuwa menolak keilahian Yesus. Mereka berkata bahwa dalam Kitab Suci kata ‘allah’ / ‘Allah’ sering diberikan kepada yang bukan Allah, baik itu malaikat, manusia, dewa / berhala, atau bahkan setan. Jadi, pada waktu Yesus disebut ‘Allah’ itu tidak membuktikan bahwa Ia adalah Allah.

Tanggapan saya:

1. Perlu diperhatikan bahwa: sekalipun dalam Kitab Suci kata ‘allah’ memang bisa digunakan untuk malaikat, setan, dan bahkan manusia, tetapi kata itu tidak pernah digunakan sesering kata itu digunakan terhadap Yesus.

2. Pada saat Kitab Suci menyebut seseorang yang bukan Allah yang sesungguhnya dengan sebutan ‘allah’, Kitab Suci selalu menunjukkan secara jelas bahwa orang-orang itu disebut ‘allah’ bukan dalam arti seperti biasanya / yang sesungguhnya.

Contoh:

a. Keluaran 7:1 - “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (ELOHIM) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu”.
Perhatikan bahwa sekalipun ayat ini menyebut Musa sebagai ‘Allah’, tetapi ada tambahan kata-kata ‘bagi Firaun’. Dan ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti yang sesungguhnya.

b. Keluaran 12:12 - “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah (ELOHEY = gods of / allah-allah dari) di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN”.
Jelas bahwa kata ‘allah’ di sini tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, karena dikatakan bahwa Allah yang sejati itu akan menghukum ‘semua allah’ ini. Jadi di sini kata itu menunjuk kepada dewa-dewa sembahan Mesir, yang sering berupa binatang, khususnya sapi. Pada saat Tuhan menghukum Mesir dengan membunuh semua anak sulung, maka anak binatang (dewa / allah mereka) juga ikut dibunuh / dihukum.

c. Keluaran 20:3 - “Jangan ada padamu allah (ELOHIM) lain di hadapanKu”.
Adanya kata-kata ‘lain’ dan ‘di hadapanKu’, membuat ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ‘allah’ bukanlah Allah yang sebenarnya.
Selain dalam ayat ini, dalam banyak ayat-ayat lain, kata ‘allah’ digunakan untuk menunjuk kepada dewa / berhala dari bangsa-bangsa kafir, dan kontextnya selalu menunjukkan secara jelas bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sesungguhnya, tetapi hanya dewa / berhala yang dalam Kitab Suci dikatakan tidak mempunyai existensi (Bdk. 1Korintus 8:4-6).

d. Hak 5:8 - “Ketika orang memilih allah (ELOHIM) baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang. Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel”.
Kata-kata dari ayat ini yang mengatakan bahwa ‘orang memilih allah baru’, sudah menunjukkan bahwa kata ‘allah’ ini tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel memilih dewa / berhala baru (sambil meninggalkan YAHWEH), dan sebagai akibatnya terjadilah bencana seperti perang dan sebagainya.

e. 1Sam 28:13b: “Perempuan itu menjawab Saul: ‘Aku melihat sesuatu yang ilahi (ELOHIM) muncul dari dalam bumi.’”.
KJV: ‘gods’ (= allah-allah).
RSV/NWT: ‘a god’ (= suatu allah).
NIV: ‘a spirit’ (= suatu roh).
NASB: ‘a divine being’ (= suatu makhluk yang ilahi).
Kata Ibrani yang dipakai adalah ELOHIM.
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
· Kata ELOHIM menunjuk kepada penampilan yang supranatural / gaib.
· Kata ELOHIM digunakan karena ‘arwah’ itu boleh dikatakan merupakan allah dari si dukun yang memanggilnya.

Tidak peduli mana arti yang benar, yang jelas ayat itu sendiri secara menyolok menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ELOHIM di sini bukanlah Allah yang sesungguhnya. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah roh Samuel, tetapi saya yakin bahwa itu salah, dan bahwa ini hanyalah setan yang menyamar sebagai roh Samuel. Jika saudara mau mempelajari hal ini secara mendetail, bacalah buku saya yang berjudul ‘Penginjilan Terhadap Orang Mati’.

f. Mazmur 82:1-8 - “(1) Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (Ibrani: ELOHIM) Ia menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah (Ibrani: ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. - (7) Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.’ (8) Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa”.
Yang disebut ELOHIM (‘allah-allah’) dalam ay 1 dan ay 6 itu jelas adalah hakim-hakim yang lalim / tidak adil pada saat itu. Sekalipun mereka disebut ‘allah-allah’ (ELOHIM), tetapi mereka jelas bukan Allah dalam arti yang sesungguhnya, dan itu terlihat dari:
· mereka ini bukan satu orang tetapi sekelompok orang, sehingga tidak mungkin mereka adalah Allah semua, karena akan menimbulkan polytheisme.
· mereka dihakimi oleh Allah (ay 1).
· mereka menghakimi dengan tidak adil (ay 2-4), dan hidup dalam kegelapan (ay 5).
· mereka akan mati seperti manusia (ay 7).

g. Mazmur 95:3 - “Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah (ELOHIM)”.
Dalam ayat ini yang disebut ‘allah’ (ELOHIM) juga adalah sekelompok orang. Ada yang menganggap mereka ini sebagai dewa-dewa, dan ada juga yang menganggap mereka ini sebagai malaikat-malaikat. Bahwa mereka ini sekelompok, bukan tunggal, dan bahwa TUHAN dikatakan mengatasi mereka semua, jelas menunjukkan bahwa pada saat kata ‘allah’ (ELOHIM) diterapkan kepada mereka, kata itu tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.

h. Mazmur 96:4-5 - “(4) Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah (ELOHIM). (5) Sebab segala allah (ELOHIM) bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit”.
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa yang disebut ‘allah’ di sini adalah berhala-berhala / dewa-dewa.

i. Mazmur 97:7,9 - “(7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah (ELOHIM) sujud menyembah kepadaNya. ... (9) Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah (ELOHIM).”.

Calvin dan banyak penafsir lain menafsirkan bahwa kata ‘allah’ (ELOHIM) dalam 2 ayat ini menunjuk kepada malaikat-malaikat. Apapun arti yang diberikan kepada kata ‘allah’ di sini, jelas bahwa kalimatnya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam kedua ayat ini bukan betul-betul ‘Allah’!

j. Mazmur 138:1 - “Aku hendak bersyukur kepadaMu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah (ELOHIM) aku akan bermazmur bagiMu”.
Calvin menganggap bahwa kata ELOHIM di sini menunjuk atau kepada malaikat-malaikat atau kepada raja-raja; Calvin lebih condong pada arti pertama. Siapapun yang disebut sebagai ELOHIM di sini, jelas sekali bahwa mereka bukanlah Allah dalam arti sesungguhnya, karena dalam ayat ini Allah yang sesungguhnya disebut ‘Mu’, kepada siapa Daud bersyukur dan bermazmur.

k. 1Korintus 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’ (THEOI = gods / allah-allah), baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ (THEOI) dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Apakah yang disebut dengan ‘allah’ dalam ay 5 itu, malaikat atau berhala, tidak jadi soal. Yang jelas kata-kata dalam ay 4 dan dalam ay 6nya menunjukkan bahwa ‘allah’ dalam ay 5 itu bukan betul-betul Allah.

l. Kis 12:22 - “Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara allah (THEOU) dan bukan suara manusia!’”.
Jelas bahwa ini tidak menunjuk kepada Allah yang benar, karena kata-kata ini ditujukan kepada Herodes (baca kontextnya).

m. 2 Korintus 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
KJV/RSV/NASB: ‘the god of this world’ (= allah dari dunia ini).
NIV: ‘the god of this age’ (= allah dari jaman ini).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ilah’ (‘god’ / allah) di sini adalah HO THEOS (= the God / sang Allah)! Jelas bahwa di sini kata itu tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan, yang membutakan pikiran manusia.

n. 2 Tesalonika 2:4 - “yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah (THEON). Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah (TOU THEOU)”.
Kontext menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak menunjuk kepada Allah yang sebenarnya, tetapi mungkin ini menunjuk kepada Antikristus.

Jadi, dengan banyak contoh (dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) saya sudah menunjukkan bahwa kalau kata ‘Allah’ digunakan untuk menunjuk kepada yang bukan Allah, maka SELALU diberi penjelasan yang secara jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud bukanlah Allah yang sejati.
Tetapi pada waktu kata ‘Allah’ digunakan untuk Yesus, Kitab Suci tidak memberi petunjuk apapun bahwa kata itu digunakan bukan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya bahkan memberikan keterangan yang menunjukkan bahwa Ia memang adalah Allah yang sejati.

Calvin (tentang Mazmur 45:7): “when the name µyhla, Elohim is ascribed either to angels or men, some other mark is at the same time usually added, to distinguish between them and the only true God; but here it is applied to Christ, simply and without any qualification.” (= Pada waktu nama / sebutan µyhla, ELOHIM diberikan atau kepada malaikat-malaikat atau manusia-manusia, pada saat yang sama beberapa tanda lain biasanya ditambahkan, untuk membedakan antara mereka dan satu-satunya Allah yang benar; tetapi di sini sebutan itu diterapkan kepada Kristus, secara sederhana dan tanpa pembatasan / persyaratan apapun.).

A. H. Strong: “It is sometimes objected that the ascription of the name ‘God’ to Christ proves nothing as to his absolute deity, since angels and even human judges are called gods, as representing God’s authority and executing his will. But we reply that, while it is true that the name is sometimes so applied, it is always with adjuncts and in connections which leaves no doubt of its figurative and secondary meaning. When, however, the name is applied to Christ, it is, on the contrary, with adjuncts and in connections which leaves no doubt that it signifies absolute Godhead” (= Kadang-kadang diajukan keberatan yang mengatakan bahwa pemberian nama ‘Allah’ kepada Kristus tidak membuktikan apa-apa berkenaan dengan keilahianNya yang mutlak, karena malaikat-malaikat dan bahkan hakim-hakim manusia disebut allah-allah, karena mewakili otoritas Allah dan melaksanakan kehendakNya. Tetapi kami menjawab bahwa sekalipun memang benar bahwa nama itu kadang-kadang diterapkan seperti itu, itu selalu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan tentang arti kiasan dan arti sekundernya. Tetapi pada waktu nama itu diterapkan kepada Kristus, sebaliknya itu disertai dengan tambahan / keterangan dan dalam hubungan yang membuang semua keragu-raguan bahwa itu menunjukkan keAllahan yang mutlak) - ‘Systematic Theology’, hal 307.

Contoh:
a. Yes 9:5 yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang perkasa, menambahi dengan sebutan-sebutan ilahi yang lain, baik dalam Yes 9:5 itu sendiri, maupun dalam ayat selanjutnya (Yes 9:6).
Yes 9:5-6 - “(5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”.

Catatan: Yes 9:5a menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi bagian akhirnya menekankan keilahianNya.
b. Yoh 1:1c, yang mengatakan bahwa ‘Firman (Yesus) itu adalah Allah’, didahului oleh kata-kata ‘Pada mulanya adalah Firman’, yang menunjukkan kekekalan dari Firman itu. Kata-kata ‘pada mulanya’ itu muncul lagi dalam Yoh 1:2, dan lalu dilanjutkan dengan Yoh 1:3, yang menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu adalah Pencipta segala sesuatu!
Yoh 1:1-3 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.
c. Ro 9:5, yang menyatakan Yesus sebagai Allah, juga menambahkan bahwa Ia ada di atas sesuatu, dan harus dipuji selama-lamanya.
Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
d. Ibr 1:8, selain menyebut Anak sebagai Allah, juga mengatakan bahwa Ia mempunyai takhta yang kekal, dan masih disusul lagi oleh Ibr 1:10-12 yang menyatakan Anak sebagai Tuhan, dan sebagai Pencipta, yang kekal dan yang tidak pernah berubah.
Ibrani 1:8-12 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
e. Wahyu 1:8, selain menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan Allah’, juga menyebutNya dengan sebutan ‘Yang Mahakuasa’ dan ‘Alfa dan Omega’.
Wah 1:8 - “‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

Semua ini menunjukkan bahwa sebutan ‘Allah’ bagi Yesus tidak bisa disamakan dengan sebutan ‘allah’ bagi malaikat, setan, dan manusia. Pada saat sebutan ‘Allah’ itu digunakan untuk Yesus, itu betul-betul menyatakan bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh dan dalam arti yang setinggi-tingginya!
20 BUKTI YESUS ADALAH ALLAH. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post