MATIUS 9:27-38 (SEBUTAN ANAK DAUD)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bacaan: MATIUS 9:27-38.

I) Matius 9:27-34:

1) Sebutan Anak Daud (Matius 9:27) berarti mereka menganggap / mengakui Yesus sebagai Mesias (Matius 1:1 Lukas 1:32 Matius 21:9,14-16 Matius 22:41-45).
MATIUS 9:27-38 (SEBUTAN ANAK DAUD)
gadget, otomotif, bisnis
2) Mula-mula doa / permintaan 2 orang itu ‘tak di gubris’ oleh Yesus. Hal seperti ini sering terjadi (bdk. Matius 15:22-23 Yohanes 11:3-6). Mungkin Yesus ingin menguji iman / ketekunan mereka. Karena itu kalau saudara mengalami hal seperti itu, di mana doa saudara seakan-akan tidak dipedulikan oleh Tuhan, jangan putus asa dalam berdoa! Doa dari 2 orang buta itu akhirnya dikabulkan!

3) Dalam Matius 9: 28-29 Yesus menanyakan iman mereka dan lalu berkata: ‘Jadilah kepadamu menurut imanmu’. Hal seperti ini sering terjadi, dan bahkan dalam Matius 13:58, karena tidak ada iman, Yesus tidak melakukan banyak mujijat!

Tetapi bagaimanapun hal ini tidak selalu berlaku! Perhatikan dua hal ini:

a) Yesus tidak selalu menanyakan iman. Dalam Matius 9:32-33 Ia tidak menanyakan iman mereka.

b) Yesus sering menyembuhkan orang yang tidak beriman. Misalnya orang yang kerasukan setan dalam Matius 8:28 tetap disembuhkan padahal tak beriman.

Sekarang banyak orang Kristen atau hamba Tuhan yang kalau mendoakan orang sakit dan tidak berhasil, lalu menyalahkan si sakit dan menuduhnya ‘tak beriman’ atau ‘belum bertobat dari dosa-dosa tertentu’. Ini adalah sesuatu yang Alkitabiah! Bahkan dalam Matius 17:14-20. Pada waktu murid-murid tidak bisa menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Yesus menegur / menyalahkan murid-muridNya, bukan orang yang kerasukan itu! (Tetapi awas, ini juga bukan sesuatu yang berlaku umum! Kalau tidak sembuh, tidak mesti itu adalah kesalahan dari orang yang mendoakan! Semua tergantung kehendak Tuhan).

4) Dua orang buta itu begitu dapat berkat, langsung tidak taat (Matius 9: 30-31).

Penerapan:

Orang yang mula-mula aktif dalam gereja, setelah mendapat berkat (pekerjaan, mobil, pacar), lalu mulai meninggalkan Tuhan.

Motivasi 2 orang buta itu mungkin baik, tetapi motivasi yang baik tak bisa mengubah tindakan yang salah menjadi benar!

5) Matius 9: 32: orang ini bisu karena kerasukan setan (bdk. Matius 12:22 Matius 17:14-18). Sekalipun hal seperti itu sering terjadi, itu tidak berarti bahwa semua penyakit disebabkan karena kerasukan setan. Dasarnya:

a) Kitab Suci membedakan antara ‘orang sakit’ dan ‘orang kerasukan setan’ (Matius 4:24 Matius 8:16 Matius 10:8).

b) Yesus maupun rasul-rasul tidak selalu menengking setan kalau mau menyembuhkan orang sakit (bdk. Matius 9:28-30 Kisah Para Rasul 3:6-7 Kisah Para Rasul 9:33-35).

Banyak orang Protestan yang tak percaya adanya orang yang kerasukan setan. Ini tolol dan tak Alkitabiah! Tetapi banyak orang Kharismatik / Pentakosta yang jatuh kepada extrim yang lain; mereka menganggap orang sakit pasti kerasukan setan sehingga mereka selalu menengking setan kalau mereka mengahadapi orang sakit. Ini juga salah!

6) Kesembuhan orang buta / bisu adalah tanda Mesias (Yesaya 35:5,6 Matius 12:22-23 Matius 11:2-6).

7) Terhadap tindakan Yesus itu ada:

a) pujian (Matius 9: 33b).

b) kutukan / hujatan (Matius 9: 34).

· orang memang bisa mengusir setan dengan kuasa setan. Misalnya dukun.

· tetapi tuduhan itu tak cocok bagi Yesus yang selalu hidup suci.

· orang-orang Farisi ini tidak buta secara jasmani seperti 2 orang dalam Matius 9: 27, tetapi mereka buta rohani.

· orang-orang Farisi itu tidak dirasuk oleh setan seperti orang dalam Matius 9:32, tetapi mereka dikuasai oleh setan.

Kalau kita ikut Yesus, maka dalam segala tindakan ketaatan yang kita lakukan, 2 tanggapan seperti itu bisa kita alami! Jangan sombong waktu dipuji dan jangan berhenti menaati Tuhan waktu dikutuk!

II) Matius 9:35-38:

1) Matius 9: 35: Yesus berkeliling untuk memberitakan Injil.

Ini sesuai dengan perintahnya dalam Matius 28:19: ‘Pergilah...’.

Apakah saudara pergi mencari orang yang akan saudara injili, atau saudara hanya menunggu orang kafir datang pada saudara baru saudara injili?

Belajar Firman Tuhan adalah saat yang baik, tetapi kalu saudara terus belajar Firman Tuhan (ikut Kebaktian, Bible Study / Pemahaman Alkitab, STRIS, Seminar, Retreat, dsb) sehingga saudara tidak mempunyai waktu untuk pergi memberitakan injil, maka saudara telah menjadi orang kristen yang tidak seimbang!

2) Matius 9: 35 Yesus melayani dalam rumah ibadat. Baik Yesus maupun rasul-rasul menekankan sekali pelayanan dalam bait Allah ataupun dalam rumah-rumah ibadat (synagogue). Orang Kristen dalam pelayanan haruslah berpusatkan pada gereja!

3) Matius 9: 35 Yesus memberitakan Injil dan berbuat baik (menyembuhkan orang sakit). dua hal ini kedua-duanya penting.

· Berbuat baik tanpa memberitakan Injil tidak menyelamatkan orang.

· Memberitakan Injil tanpa berbuat baik bisa menjadi batu sanbungan.

4) Matius 9: 36 menunjukkan kondisi rohani jaman itu.

a) ‘lelah’.

KJV: ‘fainted’ (=). Ini karena perbedaan manuscript.

RSV/NIV: ‘were harassed’ (= kuatir, tersiksa, bingung).

NASB: ‘were distressed’ (= menderita, susah).

b) ‘terlantar’.

KJV: ‘were scattered abroad’ (= tersebar).

RSV/NIV: ‘helpless’ (= tak berdaya).

NASB: ‘downcast’ (= sedih / putus asa).

Kata Yunaninya menunjuk kepada orang yang mabuk / terluka yang dibiarkan begitu saja tergeletak di tanah. Jadi, orang itu membutuhkan pertolongan, tetapi tidak ditolong.

c) ‘Seperti domba tak bergembala’ (bdk. Yeh 34).

Saat itu ada tokoh-tokoh agama (ahli Taurat, imam-imam, dsb) tetapi toh Yesus berkata bahwa mereka seperti domba yang tak bergembala. Ini seperti keadaan jaman ini. Banyak pendeta yang tidak menggembalakan jemaatnya, misalnya dengan cara:

· mengajar Firman Tuhan asal-asalan, sehingga jemaatnya tidak mengerti Firman Tuhan sekalipun sudah bertahun-tahun pergi ke gereja itu dengan rajin.

· tidak menjaga jemaatnya dari ajaran sesat.

5) Matius 9: 36: Yesus berbelas kasihan melihat kondisi rohani mereka.

Kita sering hanya berbelas kasihan melihat kondisi jasmani dari orang-orang di sekitar kita. Marilah kita lebih memperhatikan kondisi rohani!

6) Matius 9: 37-38.

Ada banyak pelayanan / pekerjaan, tetapi hanya sedikit pekerja / pelayan. Cara mengatasinya? Dengan berdoa meminta Tuhan memberi pekerja / pelayan. Marilah kita berdoa supaya Tuhan mengirim lebih banyak pekerja (pendeta, penginjil, guru Sekolah Minggu, guru agama, dosen theologia, pengurus / majelis, penginjil pribadi, dan sebagainya. Tetapi maukah saudara kalau sendiri diutus oleh Tuhan untuk menjadi pendeta, penginjil, guru Sekolah Minggu dan sebagainya? Tidak cukup hanya berdoa untuk meminta pekerja. Saudara sendiri harus mau bekerja / melayani sesuai dengan kemampuan / karunia yang Tuhan berikan kepada saudara.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


-AMIN-
Next Post Previous Post