1 KORINTUS 10:14-22 (PENYEMBAHAN BERHALA DAN PERJAMUAN KUDUS)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 Korintus 10: 14:

1) Dalam 1 Korintus 10: 13 Paulus baru saja memberi jaminan bahwa:

· Allah itu setia.
1 KORINTUS 10:14-22 (PENYEMBAHAN BERHALA DAN PERJAMUAN KUDUS)
bisnis, gadget, otomotif
· pencobaan tidak akan melebihi kekuatan kita.

· Allah akan memberi jalan keluar pada waktu kita dicobai.

· kita akan dapat menanggung pencobaan.

Sekarang, dalam 1 Korintus 10: 14 ia berkata: ‘jauhilah penyembahan berhala!’

Semua ini menunjukkan bahwa sekalipun ada jaminan-jaminan yang boleh membuat orang kristen merasa aman, tetapi itu sama sekali tidak berarti bahwa kita boleh hidup sembrono atau bermain-main dengan pencobaan!

Renungkan: apakah keyakinan keselamatan dalam Kristus membuat saudara meremehkan dosa / berani berbuat dosa?

2) ‘jauhilah’.

Inggris / literal: ‘Flee!’ (= larikanlah dirimu!)

Kata ini menunjukkan beberapa hal:

a) Kita harus cepat-cepat meninggalkan hal itu.

Ini jelas berlaku bukan hanya untuk penyembahan berhala, tetapi untuk segala macam dosa!

Penerapan:

Adakah dosa-dosa yang begitu saudara cintai sehingga saudara berlambat-lambat, atau bahkan menunda-nunda, dalam meninggalkannya?

b) Kita harus meninggalkannya sejauh mungkin!

Ini jelas juga berlaku pada waktu kita meninggalkan segala macam dosa!

Banyak orang yang berusaha hidup sedekat mungkin dengan dosa (persis pada garis batas antara dosa dan tidak dosa). Ini salah dan berbahaya, karena mudah sekali menyebabkan kita jatuh ke dalam dosa itu lagi!

Meninggalkan dosa sejauh mungkin juga berarti bahwa kita harus meninggalkan hal-hal / situasi-situasi / orang-orang yang memberikan pencobaan untuk jatuh ke dalam dosa itu.

Misalnya:

· ex perokok jangan kumpul dengan perokok!

· jangan bergaul dengan orang yang mengajak saudara berzinah, khususnya kalau itu merupakan kelemahan saudara!

c) Kita harus selalu menjauhi penyembahan berhala / dosa.

Hal ini hanya bisa terlihat dari tata bahasa (grammar) bahasa Yunani­nya.

Dalam bahasa Yunani ada 2 macam imperative / kata perin­tah:

· aorist imperative: yang menunjukkan bahwa perintah itu hanya perlu dilakukan 1 x saja.

· present imperative: yang menunjukkan bahwa perintah itu harus dilakukan terus-menerus.

Kata ‘jauhilah’ itu ada dalam bentuk present imperative, dan karena itu jelas menunjukkan bahwa kita harus terus-menerus / selalu menjauhi penyembahan berhala / dosa!

Penerapan:

Pada saat saudara sedang sumpek, atau pada saat saudara sedang mengalami banyak kesukaran, apakah pertahanan saudara terhadap dosa lalu menjadi rapuh? Kalau ya, itu berarti saudara belum selalu berusaha menjauhi dosa!

1 Korintus 10: 15:

1) ‘orang bijaksana’.

NIV: ‘sensible’ (= berpikiran sehat).

Ini menunjuk kepada orang-orang Korintus, bukan kepada Paulus sendiri.

2) Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bijaksana akan mempertimbangkan / memperhatikan Firman Tuhan! (bdk. Amsal 1:7,22-23 12:1 15:12,32 17:10 18:2).

1 Korintus 10: 16-17:

1) ‘cawan pengucapan syukur’.

NIV: ‘the cup of thanksgiving’ (= cawan pengucapan syukur).

NASB: ‘the cup of blessing’ (= cawan berkat).

Calvin memilih terjemahan ‘blessing’ (= berkat), dari pada ‘thanksgiving’ (= syukur), dengan alasan bahwa cawan berisi anggur itu diberkati sehingga:

· menjadi simbol darah Kristus.

· anggur itu dikuduskan, sehingga bukan lagi merupakan minuman biasa, tetapi bisa memberikan makanan rohani kepada jiwa kita.

Memang kata Yunaninya sebetulnya artinya adalah ‘blessing’ dan bukan ‘thanksgiving’.

Tetapi, coba perhatikan bagian-bagian Kitab Suci tentang Perjamuan Kudus di bawah ini:

Matius 26:26 / Markus 14:22 - mengucap berkat.

Matius 26:27 / Markus 14:23 - mengucap syukur.

Lukas 22:17,19 - dua-duanya mengucap syukur!

1Korintus 11:24 - mengucap syukur.

Kesimpulannya: atau Yesus mengucap berkat dan syukur, atau 2 istilah ini boleh di bolak balik (interchangeable) dan tidak perlu dibedakan (hanya dalam hal ini).

2) Perhatikan 2 bagian di bawah ini:

· ‘roti yang kita pecah-pecahkan’ (1 Korintus 10: 16).

Bandingkan dengan Mat 26:26 dan 1Korintus 11:24 di mana terlihat dengan jelas bahwa pemecahan roti dilakukan oleh Yesus di depan murid-murid-Nya (peserta Perjamuan Kudus).

· ‘roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu’ (1 Korintus 10: 17).

Dari dua bagian ini, bisa disimpulkan bahwa dalam Perja­muan Kudus:

a) Roti yang digunakan harus 1 buah!

Ini sesuatu yang penting, karena itu merupakan simbol dari satu tubuh Kristus dan kesatuan jemaat / gereja / orang Kristen!

b) Pemecahan roti harus dilakukan di depan peserta Perja­muan Kudus.

Ini juga merupakan sesuatu yang penting dan berarti, karena ini merupakan simbol dari dihancurkannya tubuh Kristus untuk kita.

c) Penggunaan hosti, sekalipun merupakan sesuatu yang praktis, jelas adalah sesuatu yang salah! Apa sebabnya? Karena simbol dari kesatuan jemaat / tubuh Kristus, dan juga simbol dari penghancuran tubuh Kristus, menjadi hilang dengan penggunaan hosti!

Charles Hodge: “The custom, therefore, of using a wafer placed unbroken in the mouth of the communicant, leaves out an important significant element in this sacrament” [= Karena itu, kebiasaan / tradisi menggunakan hosti (biskuit kecil & tipis), yang diletakkan secara utuh di dalam mulut dari peserta Perjamuan Kudus, menghapuskan suatu elemen berarti yang penting dalam sakramen ini].

3) Minum anggur adalah persekutuan dengan darah Kristus (1 Korintus 10: 16a).

Makan roti adalah persekutuan dengan tubuh Kristus (1 Korintus 10: 16b).

Ada 2 kemungkinan arti:

a) Persekutuan dengan darah / tubuh Kristus berarti menda­patkan manfaat dari darah Kristus / penghancuran tubuh Kristus, yaitu pengampunan dosa.

b) Persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus artinya adalah persekutuan dengan Kristus.

Saya lebih setuju dengan arti ke 2 ini, karena lebih sesuai dengan kontex [dalam kontex ini Paulus ingin menunjukkan analogi antara makan persembahan berhala dan makan / minum dalam perjamuan kudus. Kalau makan / minum dalam Perjamuan Kudus berarti bersekutu dengan Kristus, maka makan daging persembahan berhala berarti bersekutu dengan roh jahat (1 Korintus 10: 20-21)].

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa Perjamuan Kudus, bukanlah sekedar suatu peringatan akan kematian Kristus. Dalam Perjamuan Kudus itu, terjadi persekutuan antara kita dengan Kristus!

4) Analogi antara persembahan berhala dan perjamuan kudus, bukan terletak pada pengorbanan / sacrifice!

Perjamuan Kudus bukanlah suatu pengorbanan / sacrifice! (Catatan: Gereja Roma Katolik menganggap bahwa dalam Perjamuan Kudus, Kristus betul-betul dikorbankan lagi).

Analoginya terletak pada persekutuan! Jadi, pada saat makan persembahan berhala, terjadi persekutuan dengan roh jahat, sedangkan pada waktu makan / minum perjamuan kudus, terjadi persekutuan dengan Kristus.

1 Korintus 10: 18:

1) ‘Bangsa Israel menurut daging’ menunjuk kepada bangsa Israel dalam Perjanjian Lama.

Disebut demikian untuk membedakan dengan ‘Israel menurut Roh’ / ‘spiritual Israel’, yang menunjuk kepada gereja / orang Kristen.

2) Ayat ini mengatakan bahwa orang Israel yang makan daging persembahan kepada Allah, ‘mendapat bagian dalam pelayanan mezbah’, artinya: mendapat persekutuan dengan Allah.

3) Ini merupakan suatu analogi yang lain.

Kalau tadi Paulus sudah mengatakan bahwa orang yang makan / minum dalam perjamuan kudus mendapat persekutuan dengan Kristus, maka sekarang ia menunjukkan bahwa orang Israel dalam Perjanjian Lama yang makan persembahan kepada Allah mendapat persekutuan dengan Allah. Kedua analogi ini tujuannya untuk menunjukkan bahwa orang yang makan persembahan berhala mendapat persekutuan dengan roh jahat (1 Korintus 10: 20-21).

1 Korintus 10: 19-22:

1) Paulus tak mau mereka menyimpulkan ajarannya secara keli­ru. Karena mereka mungkin saja akan berpikir: Kristus / Allah mempersekutukan diri-Nya dengan kita pada saat kita makan perjamuan kudus / persembahan mezbah. Kalau dewa-dewa itu juga demikian, berarti dewa-dewa itu memang ada!

Dalam 1Korintus 8:4 Paulus sudah mengatakan bahwa berhala / dewa itu tak ada (NIV: ‘an idol is nothing at all’). Sekarang, supaya mereka tidak menarik kesimpulan yang keliru, ia menegaskan sekali lagi bahwa berhala itu tidak ada / nothing (1 Korintus 10: 19-20a).

2) Karena berhala / dewa-dewa itu tidak ada / nothing, maka memberi persembahan kepada dewa-dewa, dan makan persembahan itu, sama dengan memberi persembahan kepada roh-roh jahat / bersekutu dengan roh-roh jahat (1 Korintus 10: 20).

Memang, pada waktu mereka memberi persembahan, mereka tidak mempunyai maksud untuk memberikannya kepada roh-roh jahat. Tetapi karena mereka tidak menyembah Allah yang benar (ay 20 - ‘bukan kepada Allah’), maka pada hakekatnya mereka tetap menyembah dan bersekutu dengan roh-roh jahat (bandingkan dengan Ulangan 32:17).

Calvin: “They do not find that ‘middle place’ that they are in search of, but Satan straightway presents himself to them, as an object of adoration, whenever they have turned their back upon the true God” (= Mereka tidak menemukan ‘tempat netral / tempat di tengah’ yang mereka cari, tetapi Setan dengan segera memberikan dirinya sendiri kepada mereka sebagai suatu object penyembahan, begitu mereka membelakangi Allah yang benar).

3) ‘roh jahat’ (NIV: ‘demons’).

Kata Yunaninya adalah DAIMONION, yang bisa diartikan bermacam-macam:

· allah kelas 2, yang menjadi pengantara allah dan manusia.

· allah / dewa (bdk. Kisah Para Rasul 17:18,22).

· roh jahat (kata ‘roh jahat’ dalam Ulangan 32:17, oleh Septua­ginta / LXX diterjemahkan DAIMONION).

Di sini, arti yang ketigalah yang harus diambil!

4) Setelah memberikan 2 buah analogi dalam 1 Korintus 10: 16-18, maka sekarang Paulus mengatakan kepada mereka bahwa kalau mereka makan persembahan berhala, maka mereka bersekutu dengan roh jahat (1 Korintus 10: 20-21).

Karena itu, Paulus melarang mereka untuk makan persembahan berhala dalam upacara agama orang kafir.

Penerapan:

Orang Kristen jelas juga dilarang ikut selamatan.

5) 1 Korintus 10: 21 jelas menentang syncretisme (penggabungan 2 agama atau lebih).

Orang yang betul-betul percaya dan ikut Kristus, dilarang untuk tetap memegang agamanya yang lama!

Orang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi masih mau memegangi agamanya yang lama, menunjukkan bahwa ia merasa kurang aman kalau hanya percaya / ikut Yesus. Iamerasa lebih aman kalau ia percaya / ikut Yesus + agamanya yang lama. Ini jelas menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh beriman kepada Yesus!

6) Dasar dari semua larangan ini adalah: Allah itu adalah Allah yang cemburu (1 Korintus 10: 22)!

· kecemburuan ini = pertanda cinta!

· kecemburuan ini menyebabkan Allah ingin dinomorsatukan dan Ia tak ingin mempunyai saingan dalam hidup kita (bdk. Keluaran 20:3 - ‘jangan ada allah lain di hadapanKu’).
1 KORINTUS 10:14-22 (PENYEMBAHAN BERHALA DAN PERJAMUAN KUDUS)
tutorial
Kita perlu selalu menyadari bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang cemburu. Ini akan mencegah kita dari banyak tindakan yang bersifat kompromi, misalnya: tidak ke gereja karena keluarga mengajak piknik / ada undangan pernikahan.

7) 1 Korintus 10: 21: ‘cawan roh-roh jahat’.

Barnes’ Notes: “The custom of drinking toast at feasts and celebrations arose from this practice of pouring out wine, or drinking in honour of the heathen gods; and is a practice that partakes still of the nature of heathenism. It was one of the abominations of heathenism to suppose that their gods would be pleased with the intoxicating draught. Such a pouring out of a libation was usually accompanied with a prayer to the idol god, that he would accept the offering; that he would be propitious; and that he would grant the desire of the worshipper. From that custom the habit of expressing a sentiment or proposing a toast, uttered in drinking wine, has been derived. The toast or sentiment which now usually accompanies the drinking of a glass in this manner, if it mean anything, is now also a prayer: but to whom? to the god of wine? to a heathen deity? Can it be supposed that it is a prayer offered to the true God - the God of purity? Has Jehovah directed that prayer should be offered to him in such a manner? Can it be acceptable to him? Either the sentiment is unmeaning, or it is a prayer offered to a heathen god, or it is a mock­ing of Jehovah; and in either case it is improper and wicked” (= ).

Jadi, dalam kutipan itu penulis itu mengatakan bahwa:

a) Dalam upacara penyembahan berhala, orang-orang kafir itu biasanya meminum anggur sambil mengucapkan suatu doa kepada dewa mereka.

b) Dari kebiasaan itulah tradisi untuk mengadakan toast diturunkan.

c) Keinginan / wish yang diucapkan pada saat mengadakan toast itu, kalau memang ada artinya, juga merupakan suatu doa. Tetapi doa kepada siapa? Kepada dewa? Kepada Tuhan? Tuhan tidak pernah menyuruh berdoa dengan cara seperti itu! Jadi, keinginan / wish tersebut, mempunyai beberapa kemungkinan:

· itu tak ada artinya.

· itu adalah doa kepada dewa kafir.

· itu adalah suatu ejekan bagi Tuhan.

Yang mana pun dari kemungkinan di atas yang benar, itu tetap merupakan sesuatu yang salah dan jahat.


Saya mengutip kutipan ini untuk menunjukkan bahwa kebia­saan mengadakan toast, berasal dari kebiasaan orang kafir pada waktu menyembah berhala!

Bahwa saya mengutip kutipan ini, tidak berarti bahwa saya menyetujui sepenuhnya apa yang dikatakan oleh penulis itu!

Saya tidak berani mengatakan bahwa mengadakan toast adalah sesuatu yang salah dan jahat! Saya hanya beranggapan bahwa itu adalah sesuatu yang sia-sia / tak berguna, dan sebaik­nya dibuang (bdk. 1 Korintus 10: 23!).

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post