1 KORINTUS 11:23-34 (PERJAMUAN KUDUS: BENAR, BAIK DAN TUJUAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1Korintus 11: 23-26:
Dalam bagian ini Paulus mengajarkan tentang Perjamuan Kudus yang benar, baik pelaksanaannya maupun tujuannya.
a) 1Korintus 11: 23,24: Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya.
Apakah ini merupakan hal yang mengikat bagi kita / harus kita lakukan? Ya, karena:
1. Hal ini diperintahkan (1Korintus 11: 24: perbuatlah ini!).
2. Hal ini mempunyai arti:
· roti = simbol tubuh Kristus.
· pemecahan roti = simbol penghancuran tubuh Kristus.
Kesimpulan: dalam Perjamuan Kudus, tidak boleh digunakan hosti, karena penggunaan hosti itu menghapuskan pemecahan roti!
Barnes’ Notes: “It was not a wafer, such as the papists now use; but it was the ordinary bread which was eaten on such occasions” (= itu bukanlah hosti, seperti yang sekarang dipakai oleh para pengikut Paus / orang-orang Roma Katolik, tetapi roti biasa yang dipakai dalam peristiwa-peristiwa seperti itu).
Pulpit Commentary: “The ‘broken’ is nevertheless involved in the ‘he brake it,’ which was a part of the ceremony as originally illustrated. The breaking of the bread ought not, therefore, to be abandoned, as in the case when ‘wafers’ are used” (= kata ‘broken / dipecahkan’ bagaimanapun sudah termasuk dalam ‘he brake it / Ia memecah-mecahkannya’, yang merupakan sebagian dari upacara aslinya. Karena itu, pemecahan roti tidak seharusnya dibuang, seperti dalam kasus dimana digunakan hosti).
Komentar ini diberikan berdasarkan ay 24 dalam KJV yang berbunyi: “And when he had given thanks, he brake it, and said, Take, eat: this is my body, which is broken for you: this do in remembrance of me” (= dan setelah Ia mengucap syukur, Ia memecah-mecahkannya, dan berkata: Ambillah, makanlah: ini adalah tubuhKu, yang dipecahkan bagi kamu: lakukanlah ini untuk mengingat Aku).
Catatan:
¨ Kata-kata ‘Take, eat’ dan ‘broken’ bisa ada dalam KJV, karena KJV menterjemahkan dari manuscript yang menambahkan bagian ini. Jadi kata-kata itu sebetulnya tidak ada dalam manuscript aslinya.
¨ Tetapi kata-kata ‘he brake it’ tidak merupakan penambahan!
b) Ada hal-hal yang perlu dipelajari tentang pengucapan syukur yang Yesus lakukan dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu:
1. 1Korintus 11: 24: ‘sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya’.
NIV: ‘when he had given thanks’ (= setelah Ia mengucap syukur).
Kata-kata ‘he had given thanks’ itu, bahasa Yunaninya adalah EU-CHARISTESAS (= having given thanks). Dari kata Yunani inilah lalu diturunkan kata Eucharist. Dari pengertian tentang asal usul kata itu, maka jelaslah bahwa adalah salah kalau kata Eucharist itu digunakan untuk menunjuk pada seluruh Perjamuan Kudus!
2. Apakah pengucapan syukur yang Yesus lakukan itu mengikat atau tidak? Saya condong untuk berkata: Ya!
Alasannya:
· Ada kemungkinan bahwa kata-kata ‘perbuatlah ini’ dalam ay 24, menunjuk bukan hanya pada pemecahan roti, tetapi juga pada pengucapan syukurnya.
· hal itu selalu ditonjolkan dalam bagian-bagian yang menceritakan Perjamuan Kudus yang pertama itu (Matius 26:26,27 Markus 14:22-23 Lukas 22:17,19 1Korintus 11:24,25).
3. Yesus melakukan pengucapan syukur 2 x (sebelum roti maupun anggur).
1Korintus 11: 25: ‘demikian juga’ (bdk. Lukas 22:20).
NIV/RSV/NASB: ‘in the same way’ (= dalam cara yang sama).
KJV: ‘after the same manner’ (= menurut cara yang sama).
Artinya: Ia memperlakukan cawan sama seperti Ia memperlakukan roti, yaitu: Ia mengucap berkat / syukur lebih dulu (bdk. Matius 26:26-27).
Kebanyakan gereja menggabungkan kedua pengucapan syukur ini menjadi satu dan dilakukan sebelum makan roti. Tetapi ada juga gereja yang mempertahankan 2 x pengucapan syukur ini.
c) 1Korintus 11: 24: ‘Inilah tubuhKu’.
Yang dimaksud dengan ‘ini’ jelas adalah roti yang sedang Ia pegang. Dari bagian ini, orang Roma Katolik menemukan doktrin Transubstantiation / a change of substance (= perubahan zat). Doktrin ini mengatakan bahwa pada waktu Perjamuan Kudus itu dilakukan, roti & anggur betul-betul berubah menjadi tubuh & darah Kristus, tetapi ‘accidents’nya (warna, rasa, bau, bentuk) tetap sama. Kalau doktrin ini benar, ini berarti bahwa setiap kali diadakan Perjamuan Kudus, Kristus dikorbankan lagi! (bdk. Ibrani 9:28).
Orang Lutheran menganggap bahwa roti dan anggur tetap adalah roti dan anggur, tetapi Yesus hadir secara jasmani di dalam, di atas, di bawah, di samping roti dan anggur itu.
Orang Calvinist / Reformed menganggap:
1. Roti & anggur hanya merupakan simbol dari tubuh & darah Kristus.
Jadi, pada waktu Yesus berkata ‘Inilah tubuhKu’, maka artinya sama seperti pada waktu Yesus berkata ‘Akulah pintu’, ‘Akulah pokok anggur yang benar’ dsb.
2. Dalam Perjamuan Kudus, Kristus hadir secara rohani, bukan secara jasmani. Tubuh jasmani Kristus ada di surga dan tubuh jasmani Kristus itu tidak maha ada!
d) 1Korintus 11: 25 salah terjemahan! Kata ‘dimeteraikan’ sebetulnya tidak ada. Ay 25 (NIV): “this cup is the new covenant in my blood” (= cawan ini adalah perjanjian baru dalam darahKu).
Ada 2 hal yang penting di sini:
1. Bagian ini berhubungan dengan Keluaran 24:8 dimana darah dipakai untuk mengesahkan perjanjian. Di sini disebut ‘perjanjian baru’, karena dibandingkan dengan perjanjian dalam Keluaran 24:8 itu.
2. Sebetulnya, dalam Perjamuan Kudus, yang ditekankan tentu bukan cawannya, tetapi anggurnya! Alasannya:
· bdk. Matius 26:27: ‘minumlah dari cawan ini’.
· Anggurnyalah, dan bukan cawannya, yang mempunyai arti simbolis sebagai darah Kristus!
Karena itu dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, cawan boleh saja digantikan dengan botol, gelas, dsb.
e) 1Korintus 11: 26: ‘makan roti dan minum cawan’.
Dalam Perjamuan Kudus, kita harus melakukan kedua hal ini!
Gereja Roma Katolik hanya membagikan roti kepada jemaat, sedang anggur / cawannya ditahan untuk pastornya saja. Alasannya adalah: roti yang dibagikan adalah tubuh Kristus, sehingga darah sudah termasuk di dalamnya
Apapun alasannya, jelas ini merupakan sesuatu praktek yang menyimpang dari Kitab Suci!
2) Tujuan Perjamuan Kudus:
a) Untuk memperingati kematian Kristus untuk kita (1Korintus 11:24,25).
Mengingat akan kematian Kristus bagi kita adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini bisa menolong kita:
· pada saat kita merasa / menganggap bahwa Allah tidak mengasihi kita (bdk. Roma 5:8).
· pada saat kita mengutamakan sesuatu / seseorang lebih dari Tuhan.
· pada saat kita segan berkorban, menyangkal diri, memikul salib, dsb.
· pada saat kita kikir dalam memberi persembahan.
· pada saat kita mundur / suam, malas melayani, berdoa, belajar Firman Tuhan, dsb.
· pada saat kita kurang berjuang dalam mengalahkan dosa (bdk. Ibrani 12:3-4).
Tetapi Tuhan tahu bahwa kita cenderung untuk melupakan kasihNya, dan karena itu, Tuhan menyuruh kita untuk melakukan Perjamuan Kudus supaya melalui Perjamuan Kudus itu, kita selalu ingat akan kematian Kristus bagi kita!
b) Untuk memberitakan kematian Kristus (1Korintus 11: 26).
Tuhan memerintahkan orang Israel dalam Perjanjian Lama untuk merayakan Paskah (hari keluarnya mereka dari Mesir), supaya kalau ada orang asing / kafir atau anak-anak mereka yang bertanya tentang arti dari Perjamuan Paskah itu, maka mereka bisa menceritakan tentang kebaikan Tuhan yang telah mengeluarkan / membebaskan mereka dari Mesir (Keluaran 12:26-27 13:8).
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan menyuruh kita mengadakan Perjamuan Kudus, juga dengan tujuan untuk memberitakan sesuatu, tetapi sesuatu itu bukan pembebasan dari Mesir, melainkan kematian Kristus bagi kita! Pasti akan sering muncul pertanyaan dari orang kafir / anak-anak tentang Perjamuan Kudus, dan itu merupakan kesempatan bagi kita untuk memberitakan kematian Kristus! Gunakanlah kesempatan itu!
1Korintus 11: 27-32:
1) 1Korintus 11: 27: ‘dengan cara yang tidak layak’.
NIV/RSV/NASB: ‘in an unworthy manner’ (= dengan cara yang tidak layak).
KJV: ‘unworthily’ (= dengan tidak layak).
Kata ‘tidak layak’ dalam ay 27 ini tidak menunjuk kepada orang yang ikut Perjamuan Kudus itu, tetapi menunjuk pada cara mengikuti / melakukan Perjamuan Kudus!
Kita bisa mengetahui hal itu, karena kata Yunani yang dipakai, yaitu ANAXIOS, adalah suatu adverb / kata keterangan (NB: kata keterangan tak mungkin menerangkan kata benda / orang). Karena itu, sekalipun semua terjemahan di atas sebetulnya artinya sama, tetapi yang menerjemahkan secara paling tepat adalah KJV, karena KJV menerjemahkannya dalam bentuk kata keterangan.
Contoh-contoh tentang cara yang tidak layak dalam mengikuti Perjamuan Kudus:
· mencampur Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Kasih seperti yang dilakukan orang Korintus.
· asal ikut (tanpa mengerti tujuannya, tanpa merenungkan kematian Kristus dsb).
· tak adanya keseriusan, rasa hormat dan khidmat (membuat roti dan anggur sebagai bahan untuk bergurau, memberikannya kepada anak-anak yang untuk mainan atau sekedar untuk menenangkan anak yang rewel dsb).
· tak melakukannya dengan tujuan seperti yang Tuhan kehendaki.
· melakukannya dengan cara yang salah, seperti dengan menggunakan hosti, menahan cawan hanya untuk hamba Tuhan, atau dengan menyembah roti dan anggur itu!
Kalau saudara sering melakukan hal-hal ini, baca sekali lagi 1Korintus 11:27 ini! Saudara berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan!
2) 1Korintus 11: 28: ‘menguji diri’.
Kalau 1Korintus 11: 27 mempersoalkan cara mengikuti Perjamuan Kudus, maka ay 28 mempersoalkan diri / orang yang mengikuti Perjamuan Kudus itu!
Yang harus diuji adalah:
a) Imannya, yaitu apakah ia betul-betul percaya kepada Yesus (bdk. 2Korintus 13:5).
b) Kehidupannya, yaitu apakah ia secara sadar dan sengaja memegangi dosa tertentu atau tidak! Kalau ya, maka orang itu tidak berhak ikut Perjamuan Kudus!
Mengapa demikian? Ingatlah bahwa Perjamuan Kudus juga merupakan persekutuan antara pengikut Perjamuan Kudus itu dengan Tuhan (1Korintus 10:16). Sedangkan dosa yang dipertahankan jelas menghalangi / merusak persekutuan itu (bdk. Yesaya 59:1-2)!
Disamping itu, Kitab Suci mengajar bahwa dosa menyebabkan:
· doa kita tidak didengar oleh Tuhan (Yesaya 59:1-2 Mazmur 66:18 Amsal 28:9 Yesaya 1:15).
· persembahan kita tidak diterima oleh Tuhan (Mat 5:23-24 Yesaya 1:10-14).
· kita tidak layak datang ke rumah Tuhan (Mazmur 24:3-4 Yesaya 1:12).
Kalau adanya dosa yang dipertahankan menyebabkan seseorang tidak layak untuk berdoa, memberi persembahan, ataupun berbakti / datang ke rumah Tuhan, maka adalah sesuatu yang aneh kalau orang yang mempertahankan dosa itu dianggap layak untuk mengikuti Perjamuan Kudus!
c) Baptisan.
Banyak orang mempersoalkan apakah baptisan merupakan persyaratan mengikuti Perjamuan Kudus atau tidak. Memang Kitab Suci tidak secara explicit memberikan persyaratan ini, tetapi pertimbangkanlah hal-hal ini:
· baptisan merupakan pengalaman / aktivitas pertama dalam kekristenan.
· baptisan merupakan sakramen 1 dalam Perjanjian Baru karena baptisan menggantikan sunat yang merupakan sakramen 1 dalam Perjanjian Lama. Sedangkan Perjamuan Kudus merupakan sakramen 2 dalam Perjanjian Baru, karena Perjamuan Kudus menggantikan Perjamuan Paskah yang merupakan sakramen 2 dalam Perjanjian Lama.
· dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat, dilarang mengikuti Perjamuan Paskah (Keluaran 12:44,48).
Karena itu, saya mengambil kesimpulan bahwa baptisan harus merupakan persyaratan dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Dengan kata lain, orang yang belum dibaptis tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus.
3) 1Korintus 11: 29: ‘tanpa mengakui tubuh Tuhan’.
Ada 2 buah tafsiran tentang bagian ini:
a) ‘tubuh Tuhan’ = gereja.
Alasannya: dalam sepanjang kontex ini tubuh dan darah, roti dan anggur, makan dan minum selalu ada bersama-sama
Tetapi di sini, hanya ada istilah ‘tubuh’, dan tak ada istilah ‘darah’. Karena itu, ‘tubuh’ di sini dianggap menunjuk pada gereja
Jadi artinya: orang itu ikut Perjamuan Kudus tanpa menyadari kesatuan gereja!
b) Kitab Suci Indonesia: ‘mengakui’.
NIV: ‘recognizing’ (= mengenali).
RSV/KJV: ‘discerning’ (= mengenali perbedaannya).
NASB: ‘judge ... rightly’ (= menilai dengan benar).
Kata Yunaninya adalah DIAKRINO, yang berarti memisahkan / membedakan.
Berdasarkan pengertian ini, lalu ditafsirkan bahwa orang itu ikut Perjamuan Kudus tanpa membedakan roti Perjamuan Kudus dengan makanan biasa (jadi ini menyerang praktek orang Korintus yang mencampur Perjamuan Kudus dengan Perjamuan Kasih).
Yang manapun dari 2 tafsiran ini yang benar, ini jelas termasuk mengikuti Perjamuan Kudus dengan cara yang tak layak.
4) 1Korintus 11: 30: ‘meninggal’.
Lit: ‘tidur’.
Ada yang menafsirkan ini berarti:
· betul-betul mati.
· sekarat.
Kalau orang itu sampai dihukum mati oleh Tuhan, saya berpendapat bahwa orang itu adalah orang Kristen KTP! Karena bagi anak-anakNya, Tuhan mendidik (bdk. ay 32). Dan hukuman mati itu jelas tak mendidik bagi orang itu!
5) 1Korintus 11: 32: ‘kalau kita menerima hukuman’.
a) NIV/NASB: ‘when we are judged’ (= pada waktu kita dihakimi).
Juga ay 29 sebetulnya bukan ‘hukuman’
NIV/NASB: ‘judgment’ (= penghakiman).
b) Bdk. Ibrani 12:5-11.
Tuhan memang sering (tidak selalu, dan pasti tidak untuk selama-lamanya!) membiar-biarkan orang kafir pada saat mereka berbuat dosa / hidup dalam dosa. Tetapi untuk anak-anakNya, Tuhan bersikap lain! Kalau anakNya berbuat dosa, Tuhan menghajar! Karena itu, janganlah berani berbuat dosa hanya karena saudara melihat ada orang lain berbuat dosa dan ‘dibiarkan’ oleh Tuhan!
BACA JUGA: ANTIKRISTUS DAN ORANG YANG TINGGAL
c) Ayat ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kita (orang kristen yang sejati) tidak mungkin bisa dihukum dengan dunia! Tuhan bekerja sedemikian rupa sehingga kita terhindar dari hal itu! bdk. Roma 8:1.
1Korintus 11: 33-34:
Ada 2 hal yang Paul nasihatkan:
1) Harus menunggu seorang terhadap yang lain! (1Korintus 11:33).
2) Pisahkan Perjamuan Kudus dengan makan biasa! (1Korintus 11:34).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-