1 KORINTUS 11:17-22 (PERTEMUAN MENDATANGKAN: KEBAIKAN DAN KEBURUKAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 Korintus 11: 17:

1) ‘tidak dapat memuji kamu’ (bdk. 1 Korintus 11: 22b).

Paulus bukan orang yang munafik. Kalau memang ada hal yang baik, maka ia memuji (1 Korintus11: 2), tetapi kalau ada yang jelek, ia mencela (1 Korintus 11: 17,22b).
1 KORINTUS 11:17-22 (PERTEMUAN MENDATANGKAN: KEBAIKAN DAN KEBURUKAN)
bisnis, gadget, otomotif
Penerapan:

Bagaimana saudara menaikkan doa tanggapan terhadap khotbah yang jelek? Apakah dalam doa itu saudara bersyukur kepada Tuhan atas ‘Firman Tuhan yang begitu indah’? Ini samasaja dengan memuji pengkhotbahnya dengan pujian yang munafik!

2) ‘pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan’.

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari di sini:

a) Pertemuan yang tidak mendatangkan kebaikan (bagi diri sendiri / orang lain), adalah sesuatu yang salah!

Calvin: “There ought never to be a coming together without some fruit” (= Tidak pernah boleh ada suatu pertemuan tanpa buah).

Penerapan:

· Adakah kebaikan yang saudara terima kalau saudara pergi ke gereja? Ada banyak orang kristen yang karena setiap kali pergi ke gereja tidak menerima apa-apa, lalu menganggap itu sebagai hal yang biasa saja! Tetapi ini jelas salah! Kalau pertemuan saudara tidak memberikan apa-apa kepada saudara, sebaiknya saudara mencari pertemuan lain, yang memberikan kebaikan kepada saudara!

· Adakah kebaikan yang saudara berikan kepada orang lain, kalau saudara pergi ke gereja? Ingat bahwa kalau semua orang bersikap egois dengan hanya mau menerima dan tidak mau memberi, maka akhirnya tidak akan ada yang menerima apa-apa. Ada banyak hal yang bisa saudara lakukan untuk memberi sesuatu kepada orang lain, seperti:

* memberi perhatian kepada orang yang baru.

* melayani sebagai chairman, organist, koor, guru sekolah minggu, dan semua pelayanan yang lain.

* memberitakan Injil kepada jemaat yang kristen KTP!

* sharing kepada saudara seiman.

b) Suatu pertemuan bisa mendatangkan keburukan! Misalnya:

· kalau ajarannya salah / sesat!

· kalau gereja itu mempraktekkan hal-hal yang salah.

· kalau ada gossip / fitnah.

Karena itu jangan sembarangan dalam pergi ke gereja!

1 Korintus 11: 18:

1) ‘aku mendengar ... sedikit banyak aku percaya’.

NIV: ‘to some extent I believe it’ (= sampai pada taraf tertentu aku mempercayainya).

NASB: ‘in part, I believe it’ (= sebagian, aku mempercayainya).

Jelas bahwa Paulus bukanlah orang yang sembarangan saja mempercayai berita yang menceritakan kejelekan orang lain!

Bagaimana dengan saudara? Ingat bahwa orang yang suka menye­barkan gossip / fitnah bisa menjadi suatu senjata yang ampuh bagi setan dalam memecah belah gereja, hanya kalau ada telinga-telinga yang dengan mudah mempercayai berita-berita yang mereka sebarkan!

2) ‘ada perpecahan di antara kamu’.

Kata yang diterjemahkan ‘perpecahan’, dalam bahasa Yunani­nya adalah SCHISMATA, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘schism’ (= perpecahan / keretakan).

Seharusnya dalam gereja ada kasih, dan kesatuan hati / pikiran, tetapi ternyata yang ada justru adalah perpecahan!

1 Korintus 11: 19:

1) Di sini Paulus agak menyimpang dari jalur pembicaraan, dan pada 1 Korintus 11:20 ia kembali lagi pada pembicaraan dalam 1 Korintus 11:18.

2) Kata ‘perpecahan’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani yang berbeda dengan pada ay 18 di atas. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah HAIRESEIS, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘heresy’ (= sekte / bidat).

KJV memberikan terjemahan yang hurufiah yaitu ‘heresies’ (= bidat-bidat / sekte-sekte).

Arti yang sebenarnya dari kata ini adalah ‘an act of choice’ (= tindakan memilih). Artinya lalu berkembang menjadi ‘a chosen way of life’ (= jalan hidup yang dipi­lih). Artinya lalu berkembang lagi menjadi ‘suatu sekte / partai, tetapi tidak selalu menunjuk pada arti yang jelek’.

Di sini, sama seperti dalam Galatia 5:20, kata itu seharusnya diterjemahkan ‘perselisihan’ [Catatan: dalam Galatia 5:20 itu, kata Yunani yang sama dengan di sini, oleh Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘roh pemecah’, tetapi oleh NIV/NASB diterjemahkan ‘factions’ (= perselisihan)].

1 Korintus 11: 18 dan 1 Korintus 11:19 menggunakan kata Yunani yang berbeda, karena ay 19 menunjuk pada perpecahan yang lebih hebat.

Calvin menganggap bahwa ay 18 hanya menunjuk pada keti­dak-senangan yang ada di hati, tetapi ay 19 menunjuk pada permusuhan yang terbuka.

3) ‘harus ada perpecahan’ (bdk. Matius 18:7).

Adanya kata ‘harus’ ini menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi secara kebetulan saja, tetapi karena telah diten­tukan oleh Allah, dan diatur oleh Allah sehingga terjadi!

Calvin: “For the cause is the secret counsel of God” (= karena penyebabnya adalah rencana Allah yang rahasia).

4) ‘supaya nyata nanti siapa di antara kamu yang tahan uji’ [Lit: ‘the approved ones’ (= orang-orang yang direstui / diakui / disetujui)].

a) Sekalipun perpecahan itu sendiri bukanlah sesuatu yang baik, tetapi Tuhan bisa memakainya sehingga menghasilkan sesuatu yang baik, yaitu untuk membedakan orang Kristen yang baik dan yang brengsek (bdk. 1Yohanes 2:19)!

Mengapa bisa demikian? Karena kalau terjadi perpecahan, maka akan terlihat hal-hal seperti:

· adanya orang-orang yang begitu kecewa melihat perpecahan itu, sehingga berhenti ikut Tuhan.

· adanya orang yang memfitnah / percaya pada fitnahan.

· orang yang tidak mempedulikan kebenaran / Firman Tuhan, tapi hanya berjuang untuk kemenangan pihaknya dalam perpecahan itu.

· adanya orang yang secara membuta (tanpa peduli pada kebenaran) memihak pada salah satu pihak.

Padahal, andai kata perpecahan itu tidak terjadi, semua kebodohan dan kebrengsekan ini tidak terlihat!

b) Ini secara tidak langsung memberi kita suatu peringatan: kalau terjadi perpecahan, itu adalah ujian Tuhan! Karena itu, harus tetap teguh ikut Kristus, supaya bisa menun­jukkan diri sebagai orang yang tahan uji.

1 Korintus 11: 20-22:

1) Sekarang Paulus kembali pada pembicaraan dalam ay 18, dan ia membicarakan wujud dari perpecahan dalam 1 Korintus 11: 18 itu.

2) Latar belakang dari semua ini adalah: orang-orang Kristen di Korintus itu menggabungkan / mencampuradukkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah suatu pesta makan di mana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja.

Ada 2 kemungkinan yang menyebabkan mereka mencampur-adukkan Perjamuan Kudus dengan perjamuan kasih itu:

a) Pelaksanaan Perjamuan Kudus yang pertama juga dilakukan setelah perjamuan Paskah. Bandingkan dengan Matius 26, dimana dalam 1 Korintus 11: 17-20 dilakukan perjamuan Paskah dan dalam 1 Korintus 11: 26-dst dilakukan Perjamuan Kudus.

Kalau ini memang merupakan asal mulanya, maka jelas itu adalah sesuatu yang salah! Ingat bahwa Perjamuan Kudus (sakramen yang ke 2 dalam Perjanjian Baru) tidak dimaksudkan untuk digabungkan dengan Perjamuan Paskah, tetapi untuk meng­gantikan Perjamuan Paskah (sakramen yang ke 2 dalam Perjanjian Lama).

b) Dari tradisi kafir.

Dalam kebaktian kafir, sudah biasa terjadi pencampur-adukkan kebaktian dan pesta. Mungkin orang-orang kafir yang bertobat lalu membawa kebiasaan itu ke dalam gereja.

3) Mula-mula tujuan mereka mengadakan perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya si miskin bisa ikut makan. Tetapi akhirnya:

· tiap orang makan makanannya sendiri.

Karena itu, si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan si miskin yang membawa sedikit / tidak membawa apa-apa, tetap lapar.

· mereka tidak mulai makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu yang lain (1 Korintus 11: 21 bdk. 1 Korintus 11: 33).

Inilah wujud perpecahan yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 11: 18! Dan ini terjadi dalam acara Perjamuan Kudus, dimana satu roti menggambarkan kesatuan tubuh Kristus / gereja (bdk. 1Korintus 10:17)!

4) Paulus mengatakan bahwa mereka berkumpul bukan untuk melakukan Perjamuan Tuhan / Perjamuan Kudus (1 Korintus 11: 20), karena praktek dan motivasi mereka salah!

Memang, cara dan motivasi yang salah bisa menyebabkan:

· orang yang berdoa sebetulnya tidak berdoa.

· orang yang memberitakan Firman Tuhan sebetulnya tidak memberitakan Firman Tuhan.

· orang yang melayani sebetulnya tidak melayani.

· orang yang mempersembahkan sebetulnya tidak mempersembahkan.

· orang yang berbakti sebetulnya tidak berbakti.

· orang yang memuji Tuhan sebetulnya tidak memuji Tuhan.

Karena itu, hati-hatilah dalam melakukan segala sesuatu, baik dalam caranya maupun motivasinya!

5) 1 Korintus 11: 20: ‘perjamuan Tuhan’.

Lit: ‘Lord’s supper’ (= makan malam Tuhan).

Istilah ‘supper / makan malam’, dan juga fakta bahwa Perjamuan Kudus yang pertama diadakan pada malam hari (bdk. 1 Korintus 11: 23 - ‘Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan’), menyebabkan adanya orang-orang yang menganggap bahwa Perjamuan Kudus harus dilakukan pada malam hari, bukan pada siang / pagi hari.

Barnes’ Notes: “It is called ‘supper’ (DEIPNON) because the word denotes the evening repast. It was instituted in the evening; and it is evidently most proper that it should be observed in the after part of the day. With most churches the time is improperly changed to the morning - a custom which has no sanction in the New Testament; and which is a departure from the very idea of a supper” [= itu disebut ‘makan malam’ (DEIPNON) karena kata itu menunjukkan jamuan makan malam. Itu ditetapkan pada malam hari; dan jelas bahwa hal yang terbaik adalah kalau hal itu dilakukan pada malam hari. Dalam kebanyakan gereja, waktunya secara salah dipindahkan ke pagi hari - suatu kebiasaan yang tidak mempunyai dukungan / persetujuan dalam Perjanjian Baru; dan yang merupakan penyimpangan dari gagasan makan malam].

Keberatan / sanggahan:

a) Tidak semua hal yang dilakukan Yesus dan rasul-rasul dalam Perjamuan Kudus (dan juga dalam hal-hal yang lain) harus kita tiru! Tetapi hanya hal-hal yang diperintahkan / mempunyai arti saja!

Charles Hodge: “It is not apostolic example which is obligatory, but apostolic precept, whether expressed in words or in examples declared or evinced to be preceptive. The example of Christ in celebrating the Lord’s supper is binding as to everything which enters into the nature and significancy of the institution; for those are the very things which we are commended to do” (= bukan teladan / kehidupan rasul yang merupakan kewajiban, tetapi perintah rasul, baik yang dinyatakan dalam kata-kata atau di dalam contoh / teladan yang dinyatakan atau ditunjukkan secara jelas bahwa itu merupakan perintah. Teladan Kristus dalam merayakan Perjamuan Kudus, mengi­kat / merupakan keharusan berkenaan dengan semua hal yang termasuk dalam inti / sifat dasar dan hal-hal yang mempunyai arti dari sakramen itu, karena itu adalah hal-hal yang harus kita lakukan) - ‘I dan II Corinthians’, hal 223.
1 KORINTUS 11:17-22 (PERTEMUAN MENDATANGKAN: KEBAIKAN DAN KEBURUKAN)
tutorial
Dari kata-kata di atas bisalah kita simpulkan bahwa Hodge berpendapat bahwa tidak semua yang dilakukan oleh Yesus dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu harus kita tiru / lakukan.

Yang harus kita tiru / lakukan hanyalah:

· hal-hal yang diperintahkan.

· hal-hal yang mempunyai arti dalam sakramen itu.

Yesus memang melakukan Perjamuan Kudus yang pertama pada malam hari, tetapi:

¨ Ia tak memerintahkan kita melakukannya pada malam hari.

¨ ‘malam’ tidak punya arti dalam Perjamuan Kudus (Yesus bahkan disalibkan pada pagi hari!).

Dan karena itu, jelas bahwa kita tidak harus mengadakan Perjamuan Kudus pada malam hari.

Prinsip di atas bisa kita terapkan pada hal-hal yang lain dari Perjamuan Kudus, seperti:

* roti dan anggur. Ini merupakan inti dari Perjamuan Kudus, dan mempunyai arti, yaitu tubuh dan darah Kristus. Karena itu, ini merupakan sesuatu yang mengikat dan tidak boleh digantikan dengan sesuatu yang lain!


* jenis dan bentuk roti (kering / basah, beragi atau tidak, bundar atau persegi). Ini tidak diperintahkan (dalam Perjamuan Paskah, memang diperintahkan bahwa rotinya harus tidak beragi, tetapi dalam Perjamuan Kudus tidak ada perintah seperti itu) dan tidak mempunyai arti, dan karena itu ini bukanlah sesuatu yang mengikat.

* penggunaan satu roti. Ini punya arti yaitu kesatuan tubuh Kristus / gereja (1Korintus 10:17), dan karena itu ini merupakan sesuatu yang mengikat! Dari sini jelaslah bahwa penggunaan hosti adalah sesuatu yang salah!

* pemecahan roti. Roti memang harus dipecah-pecahkan, dalam arti, roti yang satu itu harus dijadikan banyak. Ini mempunyai arti, yaitu penghancuran tubuh Kristus untuk menebus dosa-dosa kita, dan karena itu dalam Perjamuan Kudus, pemecahan roti adalah sesuatu yang harus dilakukan di depan jemaat!

Tetapi, apakah pemecahan roti itu dilakukan dengan memotong atau menggunting (untuk roti basah), atau betul-betul dengan memecah (roti kering), adalah sesua­tu yang tak punya arti, dan karena itu kita tak perlu meniru apa yang Yesus lakukan saat itu.

* cawan juga tidak mempunyai arti apa-apa, karena yang punya arti adalah anggurnya, bukan cawannya. Jadi kita bebas menggunakan cawan, botol, gelas, dsb! Juga perlu diingat bahwa sekalipun roti ditekankan kesatuannya, anggur tidak! Jadi, menggunakan banyak gelas kecil-kecil tidak salah!

Lalu, bagaimana dengan penuangan anggur ke dalam gelas kecil-kecil itu? Apakah harus dilakukan di depan jemaat seperti pada pemecahan roti? Tidak! Karena Yesus sen­diri tidak melakukan penuangan anggur!

* pelaksanaan Perjamuan Kudus di ruang atas (bdk. Markus 14:15). Ini tidak diperintahkan untuk kita, dan juga tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi ini bukanlah sesuatu yang mengikat!

b) Kata DEIPNON tidak hanya menunjukkan makan malam, tetapi juga merupakan makanan utama, yang mengenyangkan!

Kalau dari penggunaan kata DEIPNON (supper / makan malam), kita mau menekankan unsur ‘malam’nya, maka konsekwensinya adalah bahwa unsur ‘kenyang-nya juga harus ditekankan! Dan ini tidak mungkin!

Karena unsur ‘kenyang’ ini tidak ada dalam Perjamuan Kudus, maka jelas bahwa unsur ‘malam’ juga tak harus ditekankan.

6) Apa yang mereka lakukan dalam perjamuan kasih itu, sekali­pun tanpa disengaja, tetapi telah menghina / memalukan orang-orang yang miskin (1 Korintus 11:22). Mengapa? Karena mereka yang miskin hanya bisa menonton saja orang-orang kaya memakan makanan yang enak-enak, sedangkan mereka hanya bisa makan sedikit dan tidak enak.

Penerapan:

Sikap / kata-kata kita, sekalipun tanpa senga­ja, bisa menghina / mempermalukan orang-orang yang miskin. Misalnya: kalau 2 orang kaya dan 1 orang miskin bercakap-cakap dan 2 orang kaya itu berbicara soal laba ratusan juta rupiah yang mereka per oleh, atau tentang makanan yang mahal yang mereka nikmati di restoran yang lux, atau tentang perjalanan keliling dunia yang mereka lakukan, atau tentang emas berlian yang mereka beli. Pikirkan, bagaimana perasaan si miskin mendengar hal itu? Karena itu kita harus hati-hati dalam situasi seperti itu.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post