1 KORINTUS 7:25-40 PENGABAIAN PERKARA DUNIAWI
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1Korintus 7: 25-28:
1) 1 Korintus 7: 25:
Ada 2 penafsiran tentang arti kata-kata ini:
1. Tidak ada kata-kata tertulis dari Tuhan Yesus tentang hal ini (bdk. 1 Korintus 7:12). Tetapi bagaimanapun bagian ini adalah Firman Tuhan.
2. Roh Kudus mengilhami Paulus, bukan untuk memerintah, tetapi hanya untuk menasehati.
Saya condong pada arti yang pertama.
b) 1Korintus 7: 25b menunjukkan bahwa bagian ini (1 Korintus 7:25-28) tetap merupakan Firman Tuhan. Jadi, jelaslah bahwa bagian ini tidak bisa disamakan dengan peraturan-peraturan buatan manusia.
2) 1Korintus 7: 26-28:
a) ‘Waktu darurat sekarang’ (bdk. 1Korintus 7: 29: ‘waktu telah singkat’).
· Kita tidak tahu dengan jelas bagaimana situasi saat itu yang ia katakan sebagai ‘waktu darurat’.
· Pada waktu menafsirkan 1Korintus 7, khususnya pada saat Paulus kelihatannya merendahkan pernikahan, kita perlu ingat bahwa Paulus menuliskan bagian ini pada waktu darurat, sehingga bagian ini tidak berlaku untuk keadaan biasa.
· Bagian ini bisa diberlakukan untuk orang-orang Kristen tertentu pada saat-saat tertentu (waktu darurat bagi mereka).
b) 1Korintus 7: 26 hampir sama dengan 3 ayat yang menjadi penekanan utama dari 1 Korintus 7:17-24, yaitu 1 Korintus 7: 17,20,24, tetapi 1 Korintus 7:26 punya tambahan, yaitu adanya kata-kata ‘mengingat waktu darurat sekarang’. Jadi, jelaslah bahwa 1 Korintus 7:17-24 berlaku umum, tetapi 1 Korintus 7:25-28 hanya berlaku untuk keadaan darurat.
c) ‘Tetap dalam keadaannya’ (1Korintus 7: 26) berarti tidak kawin (Ingat bahwa 1Korintus 7: 25 menunjukkan bahwa bagian ini ditujukan kepada para gadis, sehingga ‘tetap dalam keadaannya’ jelas berarti ‘tidak kawin’). Nasehat untuk tidak kawin ini diulangi lagi dalam ay 27b. Ingat bahwa ini berlaku untuk keadaan darurat! (bdk. Yeremia 16:1-4).
d) Paulus tidak mau orang-orang Korintus itu mengextrimkan kata-katanya, sehingga ia lalu menambahkan:
1. Yang sudah kawin, jangan cerai (1 Korintus 7:27a).
1. Kalau toh mau kawin, itu bukan dosa (1 Korintus 7:28a). Tetapi Paulus sekaligus memberikan peringatan (1 Korintus 7:28b).
1Korintus 7: 29-31:
Penekanan bagian ini adalah: kita harus mengabaikan perkara-perkara duniawi (dalam keadaan darurat!). Kita harus hidup seakan-akan sebentar lagi kita mati, atau seakan-akan kita sedang ada dalam medan perang sehingga tidak memikirkan apa-apa yang lain kecuali perang. Lalu Paulus memberikan 3 contoh:
1) Kita harus mengabaikan istri (1Korintus 7: 29).
Ini tidak berarti:
· istri betul-betul tidak dicintai / tidak dipelihara / tidak digubris.
· suami boleh cari perempuan lain.
Arti yang benar: perhatian / waktu untuk istri harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi kewajiban / konsentrasi kepada Tuhan. Sebetulnya, dalam keadaan biasapun, orang kristen harus lebih mengutamakan Tuhan dari pada istri, tetapi dalam keadaan darurat seperti itu, hal ini lebih ditekankan lagi!
‘Pengabaian istri’ ini tidak bisa tidak, memang menyebabkan waktu / perhatian untuk istri harus dikurangi, sedangkan konsentrasi kepada Tuhan ditambah.
Penerapan:
Apakah istri / suami saudara sering menjadi ‘penghalang’ dalam saudara mengikuti / melayani Tuhan? Apakah saudara selalu / sering ‘menyerah’ kalau dihalangi dalam melakukan kewajiban saudara untuk Tuhan? Mungkin saudara perlu belajar untuk ‘mengabaikan’ istri / suami! Kalau saudara tidak mau melakukan hal itu, itu berarti saudara mengabaikan Tuhan!
Istri harus mau mengerti / mau menerima kalau suami ‘mengabaikan’ dirinya dalam keadaan darurat itu!
Kalau dalam keadaan darurat, istripun harus ‘diabaikan’, maka lebih-lebih lagi anggota keluarga yang lain, seperti orang tua / anak (Kej 2:24 menunjukkan bahwa ikatan suami-istri harus lebih kuat / dekat dari pada orang tua-anak!).
2) Kita harus mengabaikan perasaan (1 Korintus 7:30a).
Perasaan sedih (karena kematian, putus cinta, pertengkaran dengan keluarga dll) maupun perasaan senang (karena HUT, pernikahan, lulus ujian dll) bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Karena itu dalam keadaan darurat, kita harus mengabaikan perasaan-perasaan seperti itu, demikian juga perasaan-perasaan lain seperti sentimen / marah / benci, iri hati / cemburu, cinta dsb.
3) Kita harus mengabaikan barang-barang duniawi (1 Korintus 7:30b-31).
Barang-barang duniawi juga bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan.
Contoh:
· TV / parabola / video / CD / LD bisa menyebabkan kita membuang banyak waktu.
· mobil bisa menyebabkan kita terus bepergian.
· buku-buku duniawi bisa menyebabkan kita melupakan Tuhan.
· villa bisa menyebabkan kita meninggalkan gereja / Tuhan.
Karena itu, dalam keadaan darurat, kita harus mengabaikan hal-hal ini!
Contoh-contoh lain yang juga harus ‘diabaikan’ dalam keadaan darurat: pekerjaan, study, hobby, kebutuhan hidup sekunder dll.
1Korintus 7: 32-35:
1) 1Korintus 7: 32a: ‘kekuatiran’. Ini terjemahan yang tidak tepat.
RSV: anxieties (= kekuatiran). Ini juga tidak tepat.
KJV: carefulness (= kekuatiran).
NIV/NASB: concern (= perhatian).
Artinya: Paulus ingin kita hidup tanpa terpecah perhatiannya sehingga sepenuhnya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.
2) Ay 32b-35 jelas menunjukkan tujuan hidup celibat (tidak kawin), yaitu supaya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.
Bagian ini dijadikan dasar oleh gereja Roma Katolik untuk mengajarkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh kawin.
Keberatan terhadap ajaran ini (keharusan celibat bagi hamba Tuhan):
a) 1Korintus 7 hanya berlaku untuk keadaan darurat, tetapi gereja Katolik menggunakannya untuk keadaan biasa.
b) 1Kor 7 ditujukan untuk jemaat biasa, tetapi gereja Katolik menujukannya untuk hamba Tuhan saja.
c) Bagian ini hanya merupakan nasehat (1 Korintus 7:35,26-28), tetapi gereja Katolik mengharuskan secara mutlak.
3) 1Korintus 7: 34:
Kata ‘kudus’ di sini tidak berarti suci, tetapi berarti ‘dipersembahkan kepada Tuhan’.
Kata ‘tubuh dan jiwa’ seharusnya adalah ‘tubuh dan roh’. Ini jelas menunjuk pada seluruh manusia, tetapi Paulus toh mengatakan ‘tubuh dan roh’. Ini membuktikan bahwa Kitab Suci mengajarkan Dichotomy dan bukannya Trichotomy! Kalau saudara mau mempelajari argumentasi dari Dichotomy, bacalah buku saya yang berjudul Anthropology.
1Korintus 7: 36-38:
Bagian ini ditujukan kepada siapa? Ada 2 pandangan:
1) Kepada ayah si gadis.
2) Kepada tunangan si gadis.
Terjemahan-terjemahan Kitab Suci, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, ada yang pro kepada pandangan 1 dan ada yang pro kepada pandangan 2.
1Korintus 7: 36: ‘gadisnya’.
RSV: his betrothed (= tunangannya). Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘the virgin he is engaged to’ (= perawan / gadis dengan siapa ia bertunangan). Ini sesuai dengan pandangan 2.
ASV/NASB: ‘his virgin daughter’ (= anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.
Lit/KJV: ‘his virgin’ (= gadisnya). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.
1Korintus 7: 37: ‘tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘not to marry the virgin’ (= tidak menikahi sang gadis). Ini sesuai dengan pandangan 2.
NASB: ‘to keep his own virgin daughter’ (= menyimpan / menahan anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.
Lit: ‘to keep his own virgin’ (= menyimpan / menahan gadisnya sendiri). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.
1Korintus 7:38: ‘kawin dengan gadisnya ... tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘So then he who marries the virgin does right but he who does not marry her does even better’ (= Jadi ia yang menikahi sang gadis berbuat benar tetapi ia yang tidak menikahinya berbuat lebih benar). Ini sesuai dengan pandangan 2.
NASB: ‘So then both he who gives his own virgin daughter in marriage does well, and he who does not give her in marriage will do better’ (= Jadi ia yang menyerahkan anak gadisnya ke dalam pernikahan berbuat baik, dan ia yang tidak menyerahkannya ke dalam pernikahan berbuat lebih baik). Ini sesuai dengan pandangan 1.
Tetapi ada hal-hal yang menyebabkan saya memilih pandangan ke 2 sebagai pandangan yang benar:
a) Karena disebutkan ‘his virgin’ (= gadisnya) bukan ‘his daughter’ (= anak gadisnya).
b) 1Korintus 7: 36: ‘... mereka harus kawin, baiklah mereka kawin’.
NASB menterjemahkan ‘let her marry’ (= biarlah ia kawin). Tetapi ini salah! Seharusnya adalah: ‘let them marry’ (= biarlah mereka kawin).
Kalau bagian ini ditujukan kepada ayah si gadis, sedangkan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan ‘si gadis & tunangannya’, maka kalimatnya terasa aneh. Kalimatnya akan lebih enak kalau bagian ini ditujukan kepada tunangan si gadis, dan kata ‘mereka’ dalam 1Korintus 7: 36 diartikan ‘si gadis dan tunangannya’.
c) 1Korintus 7: 37: ‘menguasai kemauannya’.
Ini jelas tidak cocok untuk ayah si gadis tetapi cocok untuk tunangan si gadis.
1Korintus 7: 39-40:
1) Ay 39 jelas bertentangan dengan polygamy (bdk. Roma 7:2-3).
2) 1Korintus 7: 39 menunjukkan bahwa pernikahan ke dua sama sekali bukanlah sesuatu yang negatif, asalkan dilakukan setelah pasangannya meninggal.
3) Ay 39 memberikan syarat: ‘asal orang itu adalah seorang yang percaya’.
NIV: ‘he must belong to the Lord’ (= ia haruslah milik Tuhan).
NASB/KJV/RSV/Lit: ‘only in the Lord’ (= hanya di dalam Tuhan).
Ada 2 penafsiran:
a) Pernikahan itu harus dilakukan secara rohani dan dengan takut akan Tuhan.
b) Pernikahan itu harus dilakukan dengan sesama orang kristen (bdk. 2Korintus 6:14).
Saya lebih setuju pada pandangan yang kedua ini.
4) 1 Korintus 7:40a: ini lagi-lagi hanya berlaku untuk keadaan darurat! Dalam keadaan biasa lihat 1Timotius 5:14!
5) 1Korintus 7: 40b: mungkin ada musuh-musuh Paulus yang mengatakan bahwa mereka mempunyai Roh Kudus, tetapi Paulus tidak. Dalam ayat ini Paulus memberikan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa iapun mempunyai Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa seorang hamba Tuhanpun boleh membela diri pada saat menerima kritik / fitnah yang tidak benar, khususnya kalau kritik / fitnah yang tidak benar itu bisa mempunyai pengaruh negatif terhadap gereja / pelayanan.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
---
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :
-AMIN-