1 SAMUEL 2:11-26 (SIKAP ELI DAN SAMUEL)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Anak-anak Eli.
1) Diri mereka.
a) 1 Samuel 2: 12a: ‘orang-orang dursila’.
RSV/NASB: worthless men (= orang-orang yang tak berharga).
NIV: wicked men (= orang-orang yang jahat).
KJV/Lit: sons of Belial (= anak-anak Belial). Bdk. 1:16 yang menggunakan istilah daughter of Belial.
Bdk. juga dengan Ulangan 13:13 Hak 19:22 20:13 1Samuel 1:16 10:27 25:17,25 30:22 2Samuel 16:7 20:1 23:6 1Raja 21:10,13 2Taw 13:7.
‘Belial’ bisa diterjemahkan ‘wickedness’ (= kejahatan), sehingga istilah sons of Belial sekedar berarti ‘orang-orang jahat’. Tetapi ‘Belial’ bisa juga diartikan sebagai nama, dan menunjuk kepada setan (bdk. 2Korintus 6:15 dimana nama Belial itu dikontraskan dengan Kristus), sehingga istilah sons of Belial berarti ‘anak-anak setan’.
b) 1 Samuel 2: 12b: ‘mereka tidak mengindahkan TUHAN’.
NIV: they had no regard for the LORD (= mereka tidak punya hormat kepada TUHAN).
KJV/Lit: they knew not the Lord (= mereka tidak mengenal TUHAN).
Memang ‘orang yang tidak kenal / peduli / hormat kepada Tuhan’ identik dengan ‘anak setan’ / ‘orang jahat’!
2) Dosa-dosa mereka.
a) 1 Samuel 2: 12b-13: ada beberapa terjemahan yang berbeda.
Kitab Suci Indonesia: “... mereka tidak mengindahkan TUHAN, atau-pun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya ...”.
NASB: ‘... they did not know the LORD and the custom of the priests with the people. When any man was offering a sacrifice, the priest’s servant would come while the meat was boiling, with a three-pronged fork in his hand’ (= ... mereka tidak mengenal Allah dan kebiasaan imam-imam dengan umat. Pada saat seseorang mempersembahkan korban, pelayan imam datang pada waktu daging sedang dimasak, dengan garpu bergigi tiga di tangannya).
NIV: ‘... they had no regard for the LORD. Now it was the practice of the priests with the people that whenever anyone offered a sacrifice and while the meat was being boiled, the servant of the priests would come with a three-pronged fork in his hand’ (= ... mereka tidak punya hormat kepada TUHAN. Adalah merupakan kebiasaan imam-imam terhadap umat bahwa pada saat seseorang mempersembahkan korban dan sementara daging itu sedang dimasak, datanglah pelayan imam dengan garpu bergigi tiga di tangannya).
Terjemahan KJV/RSV mirip dengan NIV, dan mungkin inilah terjemahan yang paling tepat.
Hak para imam adalah bagian dada dan paha, tetapi sebelum bagian itu diberikan kepada imam, bagian itu harus di sucikan lebih dulu dengan dibakar lemaknya di mezbah (Im 3:5 7:31,34), karena lemaknya tidak boleh dimakan (Imamat 7:23-25). Tetapi kedua anak Eli ini mengambil sesukanya (ay 14) dan mereka melakukan hal ini sebelum lemaknya terbakar (1 Samuel 2: 16).
Ini jelas adalah dosa yang disengaja, karena sebagai imam tidak mungkin mereka tidak mengetahui hukum Tuhan tentang hal itu.
b) Mereka berzinah di Kemah Suci (1 Samuel 2: 22b).
c) Dosa mereka dilakukan terang-terangan sehingga diketahui seluruh bangsa. Ini terlihat dari 1 Samuel 2: 23 dimana dikatakan ‘kudengar dari segenap bangsa’. Mereka sudah tidak mempunyai rasa malu sedikitpun dalam berbuat dosa.
d) Dikatakan bahwa dosa mereka sangat besar (1 Samuel 2: 17).
Memang dosa ada tingkatannya! Kedudukan mereka yang tinggi, pengetahuan Firman Tuhan yang ada pada mereka, kesengajaan / kesadaran mereka dalam berbuat dosa, dan effek negatif yang sangat besar akibat tindakan mereka (lihat point 3 di bawah ini), menyebabkan dosa mereka dianggap sangat besar di hadapan Tuhan!
3) Akibat dosa mereka (1 Samuel 2: 24).
Kitab Suci Indonesia: ‘bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran’.
NIV: ‘it is not a good report that I hear spreading among the LORD’s people’ (= bukanlah kabar baik yang aku dengar tersebar di antara umat TUHAN). Ini mirip dengan RSV/NASB.
KJV: ‘for it is no good report that I hear: ye make the LORD’s people to transgress’ (= karena bukanlah kabar baik yang kudengar: kamu menyebabkan umat TUHAN melanggar).
LXX/Syriac: ‘ye make the LORD’s people cease to worship him’ (= kamu menyebabkan umat TUHAN berhenti beribadah kepadaNya).
1 Samuel 2: 24 ini bisa menunjuk kepada:
a) Perempuan-perempuan yang berzinah dengan mereka.
b) Orang-orang yang meniru teladan mereka (meremehkan persembahan, dan berzinah).
c) Orang-orang yang lalu tidak mau memberikan persembahan / berbakti kepada Tuhan.
Penerapan: pada waktu saudara mau berbuat dosa, ingatlah senantiasa bahwa dosa saudara bisa mempengaruhi / menyebabkan orang lain jatuh ke dalam dosa!
II) Sikap / tindakan Eli.
1) Eli menegur anak-anaknya (1 Samuel 2: 23-25a).
a) 1 Samuel 2: 25a.
Kata ‘Allah’ (Ibrani: ELOHIM) oleh KJV dan juga footnote NIV diterjemahkan ‘judge’ (= hakim). Jadi maksudnya: kalau ada 2 orang cekcok, ada hakim yang bisa mendamaikan, tetapi kalau seseorang bercekcok dengan Tuhan, tidak ada yang mendamaikan.
Tetapi RSV/NASB/NIV menterjemahkan ‘God’ (= Allah).
b) Teguran ini terlalu lemah (bandingkan dengan 1:14 dimana ia bisa menegur dengan keras).
Bandingkan ini dengan 3:13 yang menunjukkan bahwa Tuhan marah karena Eli tidak memarahi anak-anaknya [NASB: rebuke (= menegur / memarahi); KJV/RSV/NIV: restrain (= mengekang / mengendalikan)].
Penerapan: Bagaimana sikap saudara pada waktu melihat / mendengar anak saudara berdusta, mengeluarkan kata-kata kotor, bersikap kurang ajar, ngerpek di sekolah, dsb? Apakah saudara membiarkannya / tidak memarahinya? Atau, lebih jelek lagi, apakah saudara lalu tertawa, seolah-olah dosa anak itu merupakan sesuatu yang lucu? Ingatlah bahwa sikap seperti ini membangkitkan kemarahan Tuhan!
2) Eli tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap anak-anaknya.
Ingat: ini adalah jaman Perjanjian Lama dimana orang yang berzinah seharusnya dihukum mati!
Kita bisa meninjau sikap Eli yang salah ini dari 2 sudut:
a) Sebagai hamba Tuhan.
Sekalipun 2Timotius 2:24-25 mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan harus ramah, lemah lembut dan tidak boleh bertengkar, tetapi bagian dari kitab Samuel ini jelas menunjukkan bahwa ada saat dimana seorang hamba Tuhan harus marah dan bertindak tegas!
b) Sebagai orang tua.
Kalau saudara adalah orang tua yang selalu memanjakan anak-anak saudara dan tidak bisa / tidak tega mendisiplin anak-anak saudara pada waktu mereka berbuat salah / dosa, maka belajarlah dari bagian ini dan lihatlah kesudahan dari anak-anak Eli dalam 2:34 3:13-14 4:11. Baca dan renungkan juga Amsal 13:24 Amsal 23:13-14 Amsal 29:15.
III) Sikap anak-anak Eli.
Mereka tidak menggubris nasehat Eli. Mengapa? Ay 25b memberikan ja-waban: “Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka” (ay 25b).
Adam Clarke menterjemahkan: “Tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, karena itu Tuhan hendak mematikan mereka”.
Saya sama sekali tidak setuju dengan Clarke, karena penambahan kata ‘itu’ sangat mengubah arti ayat itu.
Ayat ini merupakan salah satu dasar dari doktrin Providence of God. Ayat ini menunjukkan bahwa karena Tuhan merencanakan / menetapkan kematian mereka, maka Tuhan bekerja sehingga mereka tidak mendengar nasehat ayah mereka (Bdk. 1Raja 12:15 2Samuel 17:14 Ulangan 2:30 Keluaran 4:21b 7:3 9:12,16 10:1-2,20,27 11:10 14:4,8,17-18 Roma 9:14-18).
Mengomentari 1Samuel 2:25b ini, Calvin berkata: “it is not denied that their stubbornness arose out of their own wickedness; but at the same time it is noted why they were left in their stubbornness, even though the Lord could have softened their hearts - because his immutable decree had once for all destined them to destruction” (= tidak disangkal bahwa kekeras-kepalaan mereka muncul dari kejahatan mereka sendiri; tetapi pada saat yang sama dicatat mengapa mereka ditinggalkan / dibiarkan dalam kekeras-kepalaan mereka, sekalipun Tuhan bisa melunakkan hati mereka - karena ketetapanNya yang tidak bisa berubah telah menentukan mereka secara pasti kepada kehancuran) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, chapter XXIV, no 14.
IV) Samuel.
Kalau dosa dan kedurhakaan makin bertambah, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (bdk. Matius 24:12). Mengapa? Karena kita selalu condong untuk berbuat dosa pada saat banyak orang lain juga melakukannya. Disamping, kalau kita hidup saleh sementara orang lain hidup dalam dosa, maka hidup kita akan menjadi lain sendiri, dan orang akan cenderung membenci kita.
BACA JUGA: NIAT DAN KUASA PELAYANAN
Tetapi dalam bacaan ini kita melihat Samuel, yang hidup di tengah-tengah ‘gereja’ yang brengsek pada saat itu, tetap tumbuh menjadi baik (ay 21b,26 bdk. Lukas 2:52).
Maukah saudara meniru Samuel? Resepnya: jangan mengikuti hidup / dosa orang lain, tetapi taatilah Firman Tuhan sekalipun semua orang mengabaikannya! Bdk. Roma 12:2.
-AMIN-