2 PETRUS 1:5-9 (ORANG KRISTEN HARUS MAJU DALAM KEROHANIAN DAN PENGUDUSAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 PETRUS 1:5-9 (ORANG KRISTEN HARUS MAJU DALAM KEROHANIAN DAN PENGUDUSAN)
2 PETRUS 1:5-9 (1)

2 Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

2Petrus 1: 5-7: “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”.

1) Kata-kata ini serupa / sejalan dengan text-text di bawah ini, dan mendorong orang yang sudah percaya, bahkan orang percaya yang sudah taat, untuk maju / makin maju dalam kekudusan dan pengetahuan, dan mendorong mereka untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh / rajin.

Bdk. 1Tesalonika 4:1-10 - “(1) Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi BAIKLAH KAMU MELAKUKANNYA LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH LAGI. (2) Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. (3) Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, (4) supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, (5) bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, (6) dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. (7) Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. (8) Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga RohNya yang kudus kepada kamu. (9) Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. (10) Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, SUPAYA KAMU LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH LAGI MELAKUKANNYA”.

Bdk. Titus 3:8 - “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia”.

Bdk. Filipi 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.

Jadi, dalam pelayanan firman, kita bukan hanya memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, tetapi juga mendorong orang-orang yang sudah percaya untuk makin maju.

2) “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.

a) “Justru karena itu”.

KJV: ‘And beside this’ (= Dan disemping ini).

RSV/NIV: ‘For this very reason’ (= Karena alasan ini).

NASB: ‘Now for this very reason also’ (= Karena alasan ini juga).

Barnes’ Notes: “‘And beside this.’ ... The reference is to v. 3; and the connection is, “since (v. 3) God has given us these exalted privileges and hopes, ‘in respect to this,’ ... or as a ‘consequence’ fairly flowing from this, we ought to give all diligence that we may make good use of these advantages, and secure as high attainments as we possibly can. We should add one virtue to another, that we may reach the highest possible elevation in holiness”” [= ‘Dan disamping ini’. ... Hubungannya adalah dengan ay 3; dan hubungannya adalah, “karena (ay 3) Allah telah memberikan kita hak-hak dan pengharapan yang mulia ini, ‘berkenaan dengan ini’, ... atau sebagai suatu ‘konsekwensi’ yang mengalir secara benar dari hal ini, kita harus memberikan seluruh kerajinan sehingga kita bisa melakukan penggunaan yang baik dari keuntungan-keuntungan ini, dan mendapatkan / memperoleh hasil / pencapaian setinggi mungkin. Kita harus menambahkan satu sifat baik pada sifat baik yang lain, sehingga kita bisa mencapai peningkatan yang setinggi mungkin dalam kekudusan”].

2Petrus 1: 3-5a: “(3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji2 yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (5a) Justru karena itu kamu ...”.

Jadi, anugerah dalam 2 Petrus 1: 3 memberikan kita suatu kewajiban sebagai konsekwensinya.

b) “kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”.

KJV: ‘giving all diligence’ (= memberikan seluruh kerajinan).

RSV/NIV: ‘make every effort’ (= melakukan setiap usaha).

NASB: ‘applying all diligence’ (= menggunakan seluruh kerajinan).

Kata Yunani yang dipakai adalah SPOUDEN, yang bisa berarti ‘kerajinan’, ‘kesungguhan’, ‘keterburu-buruan’, dan ‘kehati-hatian’ (Bible Works 7).

Semua ini kontras dan bertentangan dengan sikap ‘santai’, ‘malas’, ‘asal-asalan’, ‘ceroboh’.

Coba pikirkan dan renungkan kata-kata ini satu per satu. Yang mana yang lebih cocok dengan usaha saudara untuk maju dalam kerohanian?

Barnes’ Notes: “‘Giving all diligence.’ Greek, ‘Bringing in all zeal or effort.’ The meaning is, that we ought to make this a distinct and definite object, and to apply ourselves to it as a thing to be accomplished” (= ‘Memberikan seluruh kerajinan’. Yunani, ‘Membawa masuk semua semangat dan usaha’. Artinya adalah bahwa kita harus menjadikan ini suatu tujuan yang nyata / jelas dan tertentu / pasti, dan memakai / mengerahkan diri kita sendiri padanya sebagai suatu hal untuk dicapai).

Pulpit Commentary: “The verb rendered ‘giving’ means literally ‘bringing in by the side;’ it is one of those graphic and picturesque expressions which are characteristic of St. Peter’s style. God worketh within us both to will and to do; this (both St. Paul and St. Peter teach us) is a reason, not for remissness, but for increased exertion. God’s grace is sufficient for us; without that we can do nothing; but by the side (so to speak) of that grace, along with it, we must bring into play all earnestness, we must work out our own salvation with fear and trembling. The word seems to imply that the work is God’s work; we can do very little indeed, but that very little we must do, and for the very reason that God is working in us” [= Kata kerja yang diterjemahkan ‘memberikan’ (giving - KJV) secara hurufiah berarti ‘membawanya ke samping / ke sebelah’; ini adalah satu dari ungkapan-ungkapan yang sangat jelas dan indah yang merupakan ciri khas dari gaya Petrus. Allah mengerjakan dalam kita baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan (Filipi 2:13); ini (baik Paulus maupun Petrus mengajar kita) adalah suatu alasan, bukan untuk kelalaian, tetapi untuk meningkatkan pengerahan tenaga. Kasih karunia Allah cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak dapat melakukan apapun; tetapi di sisi dari (seakan-akan) kasih karunia itu, bersama-sama dengannya, kita harus membawa ke dalam permainan seluruh kesungguhan, kita harus mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar (Fil 2:12). Kata itu secara implicit menunjukkan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Allah; kita memang hanya bisa melakukan sangat sedikit, tetapi yang sangat sedikit itu harus kita lakukan, dan karena alasan itu Allah bekerja dalam diri kita].

Sekarang mari kita bahas Filipi 2:12-13 yang dijadikan ayat-ayat referensi oleh Pulpit Commentary di atas.

1. Filipi 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini:

a. Ini tidak berarti bahwa:

· keselamatan = usaha manusia.

· keselamatan = usaha manusia + Allah (ay 12-13).

· orang Filipi belum selamat.

· orang Filipi tidak yakin selamat (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).

· keselamatan bisa hilang (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).

Alasannya: lihat point selanjutnya di bawah ini!

b. Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).

Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga.

c. Kata ‘kerjakan’ (ay 12) dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan ‘work out’, yang bisa berarti ‘selesaikanlah’. Dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ (= menyelesaikan).

Jadi, ‘kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir!

2. Filipi 2:13 - ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).

RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).

NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Yang menarik dari kata yang diterjemahkan ‘to will’ (= menghendaki) dalam Kitab Suci bahasa Inggris adalah bahwa kata itu berasal dari kata Yunani THELEIN, yang berasal dari kata dasar THELO atau THELEO, yang bisa berarti sebagai berikut (Bible Works 7):

1) to will (= menghendaki), have in mind (= memikirkan / mempunyainya dalam pikiran), intend (= bermaksud) 1a) to be resolved or determined (= memutuskan atau menentukan), to purpose (= bermaksud / merencanakan) 1b) to desire, to wish (= menginginkan, mengharapkan) 1c) to love (= mengasihi) 1c1) to like to do a thing, be fond of doing (= menyukai untuk melakukan sesuatu, menyenangi untuk melakukan) 1d) to take delight in, have pleasure (= menyenangi).

Semua hal-hal ini merupakan pekerjaan Allah dalam diri kita!!! Jadi, dari diri kita sendiri kita tidak bisa menginginkan, menghendaki, memikirkan, memutuskan, menetapkan, bertujuan, mengasihi, ingin melakukan sesuatu, menyenangi apapun untuk mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita.

Sebagai tambahan, kata-kata ‘menurut kerelaanNya’ pada akhir ay 13, menunjukkan kedaulatan Allah!

3. Dari semua ini maka kelihatan dengan jelas bahwa ay 13 ini seolah-olah bertentangan dengan ay 12.

A.T. Robertson mengatakan: “Paul makes no attempt to reconcile divine sovereignty and human free agency, but boldly proclaim both” (= Paulus tidak berusaha untuk mendamaikan kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia, tapi dengan berani memberitakan keduanya).

Kesimpulannya: sekalipun ay 13 mengatakan bahwa semua itu adalah pekerjaan Allah, tetapi kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha / mengerjakan keselamatan kita!

Matthew Henry: “those who will make any progress in religion must be very diligent and industrious in their endeavours. Without giving all diligence, there is no gaining any ground in the work of holiness; those who are slothful in the business of religion will make nothing of it; we must strive if we will enter in at the strait gate, Lu. 13:24” (= mereka yang mau membuat kemajuan dalam agama harus sangat rajin dan tekun dalam usaha-usaha mereka. Tanpa memberikan seluruh kerajinan, tidak ada yang bisa didapatkan dalam pekerjaan pengudusan; mereka yang malas / lamban dalam bisnis agama tidak akan membuat apapun darinya; kita harus berjuang jika kita mau memasuki jalan yang sempit, Luk 13:24).

Lukas 13:24 - “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”.

Calvin: “As it is a work arduous and of immense labor, to put off the corruption which is in us, he bids us to strive and make every effort for this purpose. He intimates that no place is to be given in this case to sloth, and that we ought to obey God calling us, not slowly or carelessly, but that there is need of alacrity; as though he had said, ‘Put forth every effort, and make your exertions manifest to all.’” (= Karena itu merupakan suatu pekerjaan yang sukar dan suatu pekerjaan dari jerih payah yang besar / luas sekali, untuk membuang kejahatan yang ada di dalam diri kita, ia meminta kita untuk berjuang dan melakukan setiap usaha untuk tujuan ini. Ia mengisyaratkan bahwa dalam kasus ini tidak ada tempat yang boleh diberikan pada kemalasan, dan bahwa kita harus mentaati panggilan Allah kepada kita, bukan dengan lambat atau dengan ceroboh, tetapi bahwa di sana ada kebutuhan tentang kesigapan; seakan-akan ia telah berkata, ‘Kerahkanlah setiap usaha, dan buatlah pengerahan usaha / tenagamu nyata bagi semua’).

Illustrasi: orang yang mau maju dalam ‘body building’ (= olah raga angkat besi untuk membentuk tubuh) harus berusaha extra keras.

3) “(5b) untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.

a) Ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan dengan terus menerus.

Calvin (tentang 2Petrus 1: 8): “he requires a continual progress to be made as to these endowments, and that justly, for we are as yet far off from the goal. We ought, therefore, always to make advances, so that God’s gifts may continually increase in us” (= ia mengharuskan supaya dibuat suatu kemajuan yang terus menerus berkenaan dengan pemberian-pemberian ini, dan itu benar, karena kita masih jauh dari tujuan. Karena itu, kita harus selalu membuat kemajuan-kemajuan, sehingga karunia-karunia Allah bisa terus menerus meningkat dalam diri kita).

b) Pertama-tama kita harus mempunyai iman, karena tanpa itu tidak mungkin ada pertumbuhan dalam kebaikan / sifat baik apapun. Setelah iman ada, jangan artikan bahwa kita harus menambahkan kebaikan / sifat baik yang disebutkan dalam ay 5b-7 sesuai dengan urut-urutan dalam mana mereka dituliskan. Yang dimaksudkan sama sekali bukan urut-urutannya, tetapi bahwa semua kebaikan / sifat baik itu harus diusahakan secara bersamaan.

Matthew Henry: “In these words the apostle comes to the chief thing intended in this epistle - to excite and engage them to advance in grace and holiness, they having already obtained precious faith, and been made partakers of the divine nature. This is a very good beginning, but it is not to be rested in, as if we were already perfect. The apostle had prayed that grace and peace might be multiplied to them, and now he exhorts them to press forward for the obtaining of more grace. We should, as we have opportunity, exhort those we pray for, and excite them to the use of all proper means to obtain what we desire God to bestow upon them” (= Dalam kata-kata ini sang rasul sampai pada hal terutama yang dimaksudkan dalam surat ini - untuk membangkitkan dan mengajak mereka untuk maju dalam kasih karunia dan kekudusan, setelah mereka mendapatkan iman yang berharga, dan telah dibuat menjadi pengambil-pengambil bagian dari hakekat / sifat ilahi. Ini adalah suatu permulaan yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti di sana, seakan-akan kita sudah sempurna. Sang rasul telah berdoa supaya kasih karunia dan damai bisa dilipat-gandakan bagi mereka, dan sekarang ia mendesak mereka untuk maju untuk mendapatkan lebih banyak lagi kasih karunia. Kita harus, kalau kita mempunyai kesempatan, mendesak mereka yang kita doakan, dan mengajak mereka untuk menggunakan semua cara / jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita ingin Allah berikan kepada mereka).

Lenski: “Here we have Peter’s golden chain of Christian virtues. There are seven jewels, and all of them are fastened to faith. ... There are not eight items but only seven. The readers are not to furnish ‘faith.’ This they already have by virtue of their having been called (v. 3): by his gospel call God gives us faith. ... Thus Peter says: with all diligence ‘furnish in connection with your faith’ this chain of golden fruit” [= Di sini kita mempunyai rantai emas sifat-sifat baik Kristen dari Petrus. Ada tujuh permata, dan semua mereka dilekatkan pada iman. ... Bukannya ada delapan hal, tetapi hanya tujuh. Para pembaca bukannya harus menyediakan ‘iman’. Ini sudah mereka punyai berdasarkan panggilan yang telah diberikan kepada mereka (ay 3): oleh panggilan injil Allah memberikan kita iman. ... Maka / jadi Petrus berkata: dengan seluruh kerajinan ‘sediakan / lengkapilah dalam hubungan dengan imanmu’ rantai emas buah-buahan ini] - hal 264,265.

Calvin: “he intimates that faith ought not to be naked or empty, but that these are its inseparable companions. ... There is not here, however, properly a gradation as to the sense, though it appears as to the words; for love does not in order follow patience, nor does it proceed from it. Therefore the passage is to be thus simply explained, ‘Strive that virtue, prudence, temperance, and the things which follow, may be added to your faith.’” (= ia mengisyaratkan bahwa iman tidak boleh telanjang atau kosong, tetapi bahwa hal-hal ini adalah rekan-rekannya yang tidak terpisahkan. ... Tetapi di sini secara tepat tidak ada tingkatan-tingkatan berkenaan dengan artinya, sekalipun dari kata-katanya kelihatannya demikian; karena kasih secara urut-urutan tidaklah mengikuti kesabaran, ataupun keluar darinya. Karena itu text ini harus dijelaskan hanya seperti ini: ‘Berjuanglah supaya kebajikan, kebijaksanaan, penguasaan diri, dan hal-hal yang berikut, bisa ditambahkan pada imanmu’).

Barnes’ Notes: “‘Add to your faith virtue.’ It is not meant in this verse and the following that we are to endeavor particularly to add these things one to another ‘in the order’ in which they are specified, or that we are to seek first to have faith, and then to add to THAT virtue, and then to add knowledge to virtue rather than to faith, etc. The order in which this is to be done, the relation which one of these things may have to another, is not the point aimed at; ... The design of the apostle is to say, in an emphatic manner, that we are to strive to possess and exhibit all these virtues; in other words, we are not to content ourselves with a single grace, but are to cultivate ALL the virtues, and to endeavor to make our piety complete in all the relations which we sustain. The essential idea in the passage before us seems to be, that in our religion we are not to be satisfied with one virtue, or one class of virtues, but that there is to be (1) a diligent CULTIVATION of our virtues, since the graces of religion are as susceptible of cultivation as any other virtues; (2) that there is to be PROGRESS made from one virtue to another, seeking to reach the highest possible point in our religion; and, (3) that there is to be an ACCUMULATION of virtues and graces - or we are not to be satisfied with one class, or with the attainments which we can make in one class. We are to endeavor to ADD ON one after another until we have become possessed of all. Faith, perhaps, is mentioned first, because that is the foundation of all Christian virtues; and the other virtues are required to be added to that, because, from the place which faith occupies in the plan of justification, many might be in danger of supposing that if they had that they had all that was necessary” [= ‘Tambahkanlah pada imanmu kebajikan’. Dalam ayat ini dan berikutnya tidak dimaksudkan bahwa kita harus berusaha secara khusus untuk menambahkan hal-hal ini satu pada yang lain ‘dalam urut-urutan’ dalam mana mereka ditetapkan, atau bahwa kita pertama-tama harus mengusahakan untuk mempunyai iman, dan lalu menambahkan pada HAL ITU kebajikan, dan lalu menambahkan pengetahuan pada kebajikan dan bukannya pada iman, dst. Urut-urutan dalam mana ini harus dilakukan, hubungan yang dimiliki hal-hal ini satu dengan yang lain, bukanlah tujuan yang dituju; ... Rancangan dari sang rasul adalah untuk mengatakan, dengan suatu cara yang ditekankan, bahwa kita harus berjuang untuk memiliki dan menunjukkan semua kebaikan / sifat baik ini; dengan kata lain, kita tidak boleh merasa puas diri dengan satu kasih karunia, tetapi harus mengusahakan SEMUA kebaikan / sifat baik ini, dan berusaha untuk membuat kesalehan kita lengkap dalam semua hubungan yang kita topang (?). Gagasan yang hakiki dalam text di hadapan kita ini kelihatannya adalah bahwa dalam agama kita kita tidak boleh puas dengan satu kebaikan / sifat baik, atau satu golongan kebaikan / sifat baik, tetapi bahwa di sana harus ada (1) suatu PENGUSAHAAN yang rajin dari kebaikan / sifat baik kita, karena kasih karunia dari agama memungkinkan untuk diusahakan sama seperti kebaikan / sifat baik yang lain; (2) bahwa di sana harus ada KEMAJUAN yang dibuat dari satu kebaikan / sifat baik pada kebaikan / sifat baik yang lain, berusaha untuk mencapai titik tertinggi yang dimungkinkan dalam agama kita; dan, (3) bahwa di sana harus ada suatu AKUMULASI dari kebaikan / sifat baik dan kasih karunia - atau kita tidak boleh puas dengan satu golongan, atau dengan pencapaian yang bisa kita buat dalam satu golongan. Kita harus berusaha untuk TERUS MENAMBAH satu pada yang lain sampai kita telah memiliki semuanya. Iman disebutkan pertama, mungkin karena itu adalah dasar dari semua kebaikan / sifat baik Kristen; dan kebaikan / sifat baik yang lain harus ditambahkan padanya, karena dari tempat dimana iman menempati dalam rencana pembenaran, banyak bisa ada dalam bahaya dimana mereka menduga bahwa jika mereka mempunyai itu mereka sudah mempunyai semua yang perlu].

2 PETRUS 1:5-9 (2)

c) Sekarang kita membahas kebaikan / sifat baik yang ‘didaftarkan’ dalam ay 5b-7 itu satu per satu.

1. “untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan”.

KJV/RSV/ASV/NJKV: ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).

NIV: ‘goodness’ (= kebaikan).

NASB: ‘moral excellence’ (= keunggulan moral).

Barnes’ Notes: “The word here rendered ‘virtue’ is the same which is used in 2 Pet. 1:3; and there is included in it, probably, the same general idea which was noticed there. All the things which the apostle specifies, unless ‘knowledge’ be an exception, are ‘virtues’ in the sense in which that word is commonly used; and it can hardly be supposed that the apostle here meant to use a GENERAL term which would include all of the others. The probability is, therefore, that by the word here he has reference to the common meaning of the Greek word, as referring to manliness, courage, vigor, energy; and the sense is, that he wished them to evince whatever firmness or courage might be necessary in maintaining the principles of their religion, and in enduring the trials to which their faith might be subjected. True ‘virtue’ is not a tame and passive thing. It requires great energy and boldness, for its very essence is firmness, manliness, and independence” (= Kata yang di sini diterjemahkan ‘kebajikan’ adalah kata yang sama yang digunakan dalam 2Pet 1:3; dan mungkin tercakup di dalamnya suatu gagasan umum yang sama yang diperhatikan di sana. Semua hal-hal yang ditetapkan oleh sang rasul, kecuali ‘pengetahuan’ merupakan suatu perkecualian, adalah ‘kebajikan’ dalam arti yang umum digunakan untuk kata itu; dan tidak bisa dianggap bahwa sang rasul di sini memaksudkan untuk menggunakan suatu istilah UMUM yang mencakup semua yang lain. Karena itu, kemungkinannya adalah bahwa dengan kata ini di sini ia menunjuk pada arti yang umum dari kata Yunaninya, sebagai menunjuk pada kejantanan, keberanian, kekuatan, tenaga; dan artinya adalah bahwa ia ingin mereka menunjukkan dengan jelas keteguhan atau keberanian apapun yang bisa diperlukan dalam mempertahankan prinsip-prinsip dari agama mereka, dan dalam menahan pencobaan-pencobaan yang menyerang iman mereka. ‘Kebajikan’ yang sejati bukanlah sesuatu yang jinak dan pasif. Itu membutuhkan tenaga dan keberanian yang besar, karena hakekatnya adalah keteguhan, kejantanan, dan ketidak-tergantungan).

Catatan: dalam 2Petrus 1:3 secara salah kata Yunani itu diterjemahkan ‘ajaib’ dalam Kitab Suci Indonesia; tetapi KJV menterjemahkan ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).

Matthew Henry: “He must get virtue, by which some understand justice; ... by virtue here we may understand strength and courage, without which the believer cannot stand up for good works, ... The righteous must be bold as a lion (Prov. 28:1); a cowardly Christian, who is afraid to profess the doctrines or practise the duties of the gospel, must expect that Christ will be ashamed of him another day”[= Ia harus mendapatkan kebajikan, yang oleh sebagian orang dimengerti sebagai keadilan; ... dengan kebajikan di sini kita bisa mengertinya sebagai kekuatan dan keberanian, tanpa mana orang percaya tidak bisa berdiri untuk perbuatan baik, ... Orang benar harus berani seperti seekor singa (Amsal 28:1); seorang Kristen yang pengecut, yang takut untuk mengakui ajaran-ajaran atau mempraktekkan kewajiban-kewajiban injil, harus mengharapkan bahwa pada suatu hari Kristus akan malu tentang dia].

Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

Adam Clarke: “‘Virtue.’ ARETEEN. Courage or fortitude, to enable you to profess the faith before men, in these times of persecution” (= ‘Kebajikan’. ARETEEN. Keberanian atau ketabahan / keuletan, untuk memampukanmu untuk mengakui iman di hadapan manusia pada masa-masa penganiayaan).

Barclay: “To faith must be added what the Revised Standard Version calls ‘virtue’ and we have called ‘courage.’ The word is ARETE; it is very rare in the New Testament but it is the supreme Greek word for virtue in every sense of the term. It means ‘excellence.’ ... ARETE is that virtue which makes a man a good citizen and friend; it is that virtue which makes him an expert in the technique of living well. ... ARETE often means ‘courage.’ Plutarch says that God is a hope of ARETE, not an excuse for cowardice. In 2 Maccabees we read of how Eleazar died rather than be false to the laws of God and his fathers; and the story ends by saying that he left his death for an example of noble courage (ARETE) and a memorial of virtue, not only to young men, but also to all the nation (2 Maccabees 6:31)”[= Pada iman harus ditambahkan apa yang RSV sebut ‘kebaikan / sifat baik’ dan kami menyebutnya ‘keberanian’. Kata yang digunakan adalah ARETE, kata itu sangat jarang dalam Perjanjian Baru, tetapi itu adalah kata Yunani yang tertinggi untuk ‘kebaikan / sifat baik’ dalam setiap arti dari istilah itu. Kata itu berarti ‘keunggulan / mutu yang sangat baik’. ... ARETE adalah kebaikan / sifat baik yang membuat seseorang menjadi seorang warga negara dan teman yang baik; itu adalah kebaikan / sifat baik yang membuat dia seorang ahli dalam tehnik untuk hidup dengan baik. ... ARETE sering berarti ‘keberanian’. Plutarch berkata bahwa Allah adalah suatu pengharapan dari ARETE, bukan suatu alasan untuk suatu sifat / sikap pengecut. Dalam 2Makabe kita membaca bagaimana Eleazar mati dari pada menjadi tidak benar / menyalahi hukum (Taurat) Allah dan nenek moyangnya; dan ceritanya berakhir dengan mengatakan bahwa ia meninggalkan kematiannya sebagai suatu contoh / teladan dari keberanian yang mulia (ARETE) dan suatu peringatan dari kebaikan / sifat baik, bukan hanya bagi orang-orang muda, tetapi juga bagi seluruh bangsa (2Makabe 6:31)] - hal 301-302.

Saya berpendapat bahwa sangat sering terjadi bahwa untuk bisa menjadi baik, kita harus mempunyai keberanian. Mengapa? Karena dunia yang jahat tidak menyenangi kebaikan itu dan pasti akan menentang kebaikan itu dan juga orang yang melakukan kebaikan itu. Kalau kita tidak berani menghadapi serangan dari dunia terhadap kebaikan yang sedang / akan kita lakukan, maka kita akan berhenti / batal melakukan kebaikan itu.

Bdk. Efesus 6:18b-20 - “(18b) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.

Bdk. 2Timotius 1:7 - “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.

2. “dan kepada kebajikan pengetahuan”.

Keberanian, semangat dsb, tak ada gunanya, bahkan menjadi sesuatu yang negatif kalau tidak ada pengetahuan, apalagi kalau pengetahuannya salah / sesat.

Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.

Roma 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

Adam Clarke: “‘Knowledge.’ True wisdom, by which your faith will be increased, and your courage directed, and preserved from degenerating into rashness” (= ‘Pengetahuan’. Hikmat yang sejati, dengan mana iman akan ditingkatkan, dan keberanianmu diarahkan, dan dijaga / dilindungi dari kemerosotan ke dalam tindakan terburu-buru / gegabah).

Barnes’ Notes: “It is the duty of every Christian to make the highest possible attainments in ‘knowledge.’” (= Merupakan kewajiban dari setiap orang Kristen untuk membuat pencapaian setinggi mungkin dalam ‘pengetahuan’).

Barclay: “To courage must be added ‘knowledge.’ The word is GNOSIS. In ethical Greek language there are two words which have a similar meaning with a very significant difference. SOPHIA is wisdom, in the sense of ‘knowledge of things both human and divine, and of their causes.’ It is knowledge of first causes and of deep and ultimate things. GNOSIS is ‘practical knowledge;’ it is the ability to apply to particular situations the ultimate knowledge which SOPHIA gives. GNOSIS is that knowledge which enables a man to decide rightly and to act honourably and efficiently in the day to day circumstances of life. So, then, to faith must be added courage and effectiveness; to courage and effectiveness must be added the practical wisdom to deal with life” (= Pada keberanian harus ditambahkan ‘pengetahuan’. Kata yang digunakan adalah GNOSIS. Dalam bahasa Yunani yang bersifat etika / moral, ada dua kata yang mempunyai arti yang mirip tetapi dengan perbedaan yang sangat penting / berarti. SOPHIA adalah hikmat, dalam arti ‘pengetahuan tentang hal-hal baik yang manusiawi dan ilahi, dan tentang penyebab-penyebab mereka’. Itu adalah pengetahuan tentang penyebab-penyebab pertama dan tentang hal-hal yang dalam dan pokok / akhir. GNOSIS adalah ‘pengetahuan praktis’; itu adalah kemampuan untuk menerapkan pada keadaan tertentu pengetahuan pokok / akhir yang diberikan oleh SOPHIA. GNOSIS adalah pengetahuan yang memampukan seorang manusia untuk memutuskan dengan benar dan bertindak dengan terhormat dan dengan efisien dalam keadaan kehidupan hari demi hari. Maka, pada iman harus ditambahkan keberanian dan keefektifan; pada keberanian dan keefektifan harus ditambahkan hikmat praktis untuk menangani kehidupan) - hal 302.

3. “dan kepada pengetahuan penguasaan diri”.

Barclay: to this practical knowledge must be added ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’ The word is EGKRATEIA, and it means literally ‘the ability to take a grip of oneself.’ This is a virtue of which the great Greeks spoke and wrote and thought much. In regard to a man and his passions Aristotle distinguishes four states in life. There is SOPHROSUNE, in which passion has been entirely subjugated to reason; we might call it ‘perfect temperance.’ There is AKOLASIA, which is the precise opposite; it is the state in which reason is entirely subjugated to passion; we might call it ‘unbridled lust.’ In between these two states there is AKRASIA, in which reason fights but passion prevails; we might call it ‘incontinence.’ There is EGKRATEIA, in which reason fights against passion and prevails; we call it ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’” (= Pada pengetahuan praktis ini harus ditambahkan ‘penguasaan diri / kontrol terhadap diri sendiri’. Kata yang digunakan adalah EGKRATEIA, dan kata itu secara hurufiah berarti ‘kemampuan untuk untuk menguasai diri sendiri’. Ini merupakan suatu kebaikan / sifat baik tentang mana orang-orang Yunani yang agung banyak berbicara dan menulis dan berpikir. Berkenaan dengan seorang manusia dan nafsu-nafsunya Aristotle membedakan empat keadaan dalam kehidupan. Ada SOPHROSUNE, dimana nafsu telah sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada akal; kita bisa menyebutnya ‘penguasaan diri yang sempurna’. Ada AKOLASIA, yang adalah persis sebaliknya; itu adalah keadaan dimana akal sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada nafsu; kita bisa menyebutnya ‘nafsu yang tidak dikekang’. Di antara kedua keadaan itu ada AKRASIA, dimana akal melawan tetapi nafsu menang; kita bisa menyebutnya ‘ketidakmampuan menguasai diri’. Lalu ada EGKRATEIA, dimana akal melawan nafsu dan menang) - hal 302-303.

Barclay: “EGKRATEIA is one of the great Christian virtues; ... That ethic does not contemplate a situation in which a man is emasculated of all passion; it envisages a situation in which his passions remain, but are under perfect control and so become his servants, not his tyrants” (= EGKRATEIA merupakan salah satu dari kebaikan / sifat baik Kristen yang agung; ... Etika itu tidak memikirkan suatu keadaan dimana seseorang dikebiri dari semua nafsu; itu menggambarkan suatu keadaan dimana nafsu-nafsunya tetap ada, tetapi ada dalam kendali yang sempurna dan dengan demikian menjadi pelayan-pelayannya, bukan tiran-tirannya / tuan-tuannya yang kejam) - hal 303.

Bandingkan ini (khususnya bagian yang saya garis-bawahi) dengan banyak orang yang memberikan kesaksian yang mengatakan bahwa setelah ia bertobat, ia sama sekali tidak menyenangi / menginginkan perempuan lain selain istrinya. Bodohlah orang yang percaya pada dusta / bualan seperti ini! Kalau nafsu jahat itu hilang sama sekali, maka tidak lagi diperlukan penguasaan diri!

Barnes’ Notes: “‘And to knowledge temperance.’ ... The word here refers to the mastery over all our evil inclinations and appetites. We are to allow none of them to obtain control over us. ... This would include, of course, abstinence from intoxicating drinks; but it would also embrace all evil passions and propensities. Everything is to be confined within proper limits, and to no propensity of our nature are we to give indulgence beyond the limits which the law of God allows” (= ‘Dan pada pengetahuan penguasaan diri’. ... Kata itu di sini menunjuk pada penguasaan atas semua kecenderungan dan nafsu / keinginan. Kita tidak boleh mengijinkan yang manapun dari mereka untuk mendapatkan kendali atas diri kita. ... Tentu saja ini mencakup pertarakan / penahanan nafsu dari minuman yang memabukkan; tetapi itu juga mencakup semua nafsu dan kecenderungan yang jahat. Segala sesuatu harus dibatasi dalam batasan yang tepat / benar, dan tidak ada kecenderungan dari sifat kita pada mana kita boleh memberikan pemuasaan melebihi batasan yang diijinkan oleh hukum Allah).

Matthew Henry: “We must add temperance to our knowledge. We must be sober and moderate in our love to, and use of, the good things of this life; and, if we have a right understanding and knowledge of outward comforts, we shall see that their worth and usefulness are vastly inferior to those of spiritual mercies. Bodily exercises and bodily privileges profit but little, and therefore are to be esteemed and used accordingly; ... We must be moderate in desiring and using the good things of natural life, such as meat, drink, clothes, sleep, recreations, and credit; an inordinate desire after these is inconsistent with an earnest desire after God and Christ; and those who take more of these than is due can render to neither God nor man what is due to them” [= Kita harus menambahkan penguasaan diri pada pengetahuan kita. Kita harus waras dan moderat dalam kasih / kecintaan kita pada, dan penggunaan dari, hal-hal yang baik dari kehidupan ini; dan, jika kita mempunyai suatu pengertian dan pengetahuan yang baik tentang kesenangan-kesenangan lahiriah, kita akan melihat bahwa nilai dan kegunaan mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan belas kasihan rohani. Latihan jasmani (olah raga) dan kelebihan jasmani hanya memberi sedikit keuntungan, dan karena itu harus dihargai dan digunakan secara sesuai; ... Kita harus bersikap moderat dalam mengingini dan menggunakan hal-hal yang baik dari kehidupan alamiah, seperti makanan, minuman, pakaian, tidur, rekreasi, dan uang tabungan; suatu keinginan yang sangat banyak terhadap hal-hal ini tidaklah konsisten dengan suatu keinginan yang sungguh-sungguh terhadap Allah dan Kristus; dan mereka yang mengambil hal-hal ini lebih banyak dari yang seharusnya, tidak bisa memberikan apa yang seharusnya kepada Allah maupun manusia].

1Timotius 4:8 - “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (kesalehan) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.

KJV: ‘For bodily exercise profiteth little’ (= Karena olah raga jasmani memberikan keuntungan sedikit).

NIV: ‘For physical training is of some value’ (= Karena latihan jasmani sedikit nilainya).

4. “kepada penguasaan diri ketekunan”.

KJV: ‘patience’ (= kesabaran).

RSV: ‘steadfastness’ (= kesetiaan / keteguhan).

NIV/NASB: ‘perseverance’ (= ketekunan).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Patience is the ability to endure when circumstances are difficult. Self-control has to do with handling the pleasures of life, while patience relates primarily to the pressures and problem of life. ... Often, the person who ‘gives in!’ to pleasures is not disciplined enough to handle pressures either, so he ‘gives up.’ Patience is not something that develops automatically, we must work at it. James 1:2-8 gives us the right approach. We must expect trials to come, because without trials we could never learn patience. We must, by faith, let our trials work for us and not against us, because we know that God is at work in our trials” (= Kesabaran adalah kemampuan untuk bertahan pada waktu keadaan sukar. Penguasaan diri berurusan dengan penanganan kesenangan-kesenangan dari kehidupan, sementara kesabaran terutama berhubungan dengan tekanan dan problem dari kehidupan. ... Seringkali, orang yang menyerah pada kesenangan-kesenangan juga tidak cukup mempunyai disiplin untuk menangani tekanan sehingga ia menyerah. Kesabaran bukanlah sesuatu yang berkembang secara otomatis, kita harus mengerjakannya. Yak 1:2-8 memberi kita pendekatan yang benar. Kita harus mengharapkan pencobaan-pencobaan untuk datang, karena tanpa pencobaan-pencobaan kita tidak pernah bisa mempelajari kesabaran. Kita harus, dengan iman, membiarkan pencobaan-pencobaan kita bekerja untuk kita dan bukan menentang kita, karena kita tahu bahwa Allah bekerja dalam pencobaan-pencobaan kita).

Barclay: “The word is HUPOMONE. ... HUPOMONE does not simply accept and endure; there is always a forward look in it. It is said of Jesus, by the writer to the Hebrews, that for the joy that was set before him, he ‘endured’ the Cross, despising the shame (Hebrews 12:2). That is HUPOMONE, Christian stedfastness. It is the courageous acceptance of everything that life can do to us and the transmuting of even the worst event into another step on the upward way” [= Kata yang digunakan adalah HUPOMONE. ... HUPOMONE tidak hanya menerima dan menahan; tetapi selalu ada pandangan ke depan di dalamnya. Dikatakan tentang Yesus oleh penulis surat Ibrani, bahwa untuk / sebagai ganti sukacita yang diletakkan di hadapanNya, Ia ‘menahan’ Salib, meremehkan rasa malu (Ibr 12:2). Itulah HUPOMONE, kesetiaan / keteguhan Kristen. Itu adalah penerimaan yang berani dari segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh kehidupan kepada kita, dan pengubahan bahkan peristiwa yang terburuk menjadi langkah lain yang menuju ke atas] - hal 303.

Matthew Henry: “Add to temperance patience, which must have its perfect work, or we cannot be perfect and entire, wanting nothing (James 1:4), for we are born to trouble, and must through many tribulations enter into the kingdom of heaven; and it is this tribulation (Rom. 5:3) which worketh patience, that is, requires the exercise and occasions the increase of this grace, whereby we bear all calamities and crosses with silence and submission, without murmuring against God or complaining of him, but justifying him who lays all affliction upon us, owning that our sufferings are less than our sins deserve, and believing they are no more than we ourselves need” [= Tambahkan pada penguasaan diri kesabaran, yang harus mempunyai pekerjaannya yang sempurna, atau kita tidak bisa sempurna dan utuh, tak kekurangan apapun (Yakobus 1:4), karena kita dilahirkan pada kesukaran / problem, dan harus melalui banyak kesengsaraan untuk masuk ke dalam kerajaan surga; dan kesengsaran inilah (Roma 5:3) yang mengerjakan kesabaran, artinya, membutuhkan latihan dan menyebabkan peningkatan dari kasih karunia ini, dengan mana kita menanggung semua bencana dan salib dengan diam / tenang dan ketundukan, tanpa bersungut-sungut terhadap Allah atau mengeluh tentang Dia, tetapi membenarkan Dia yang meletakkan semua penderitaan pada kita, sambil mengakui bahwa penderitaan kita lebih sedikit / kecil dari pada yang layak didapatkan oleh dosa-dosa kita, dan dengan percaya bahwa penderitaan itu tidaklah lebih dari yang kita butuhkan].

5. “dan kepada ketekunan kesalehan”.

Barclay: “To this steadfastness must be added ‘piety.’ The word is EUSEBEIA and is quite untranslatable. ... The great characteristic of EUSEBEIA is that it looks in two directions. The man who has EUSEBEIA always correctly worships God and gives him his due; but he always correctly serves his fellow-men and gives them their due. The man who is EUSEBES (the corresponding adjective) is in a right relationship both with God and his fellow-men. EUSEBEIA is piety but in its most practical aspect. ... EUSEBEIA is the nearest Greek word for ‘religion;’ and, when we begin to define it, we see the intensely practical character of the Christian religion. When a man becomes a Christian, he acknowledges a double duty, to God and to his fellow-men” [= Pada kesetiaan / keteguhan ini harus ditambahkan ‘kesalehan’. Kata yang digunakan adalah EUSEBEIA dan kata ini tidak bisa diterjemahkan. ... Karakteristik yang besar dari EUSEBEIA adalah bahwa itu melihat pada dua arah. Orang yang mempunyai EUSEBEIA selalu menyembah Allah dengan benar dan memberikan apa yang adalah hakNya; tetapi ia selalu melayani secara benar sesama manusianya dan memberikan kepada mereka apa yang adalah hak mereka. Orang yang EUSEBES (kata sifatnya yang bersesuaian) ada dalam hubungan yang benar, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusianya. EUSEBEIA adalah kesalehan tetapi dalam aspeknya yang paling praktis. ... EUSEBEIA adalah kata Yunani yang paling dekat untuk ‘agama’; dan, pada waktu kita mulai mendefinisikannya, kita melihat karakter yang sangat praktis dari agama Kristen. Pada waktu seseorang menjadi orang Kristen, ia mengakui suatu kewajiban ganda, kepada Allah dan kepada sesama manusianya] - hal 303-304.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‘Godliness’ simply means ‘God-likeness.’ ... It described the man who was right in his relationship with God and with his fellowman. ... He seeks to do the will of God and, as he does, he seeks the welfare of others. We must never get the idea that godliness is an impractical thing, because it is intensely practical. The godly person makes the kinds of decisions that are right and noble. He does not take an easy path simply to avoid either pain or trial. He does what is right because it is right and because it is the will of God” (= ‘Kesalehan’ berarti ‘kemiripan dengan Allah’. ... Itu menggambarkan manusia yang benar dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusianya. ... Ia berusaha untuk melakukan kehendak Allah dan pada waktu ia melakukannya ia mengusahakan kesejahteraan dari orang-orang lain. Kita tidak pernah boleh mendapatkan pengertian bahwa kesalehan adalah suatu hal yang tidak praktis, karena itu sangat praktis. Orang yang saleh membuat jenis-jenis keputusan yang benar dan mulia. Ia tidak mengambil jalan yang mudah hanya untuk menghindari rasa sakit atau pencobaan. Ia melakukan apa yang benar karena itu adalah benar, dan karena itu adalah kehendak Allah).

6. “dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara”.

Barclay: “The word is PHILADELPHIA, which literally means love of the brethren. The point is this - there is a kind of religious devotion which separates a man from his fellow-men. The claims of his fellow-men become an intrusion on his prayers, his study of God’s word and his meditation. The ordinary demands of human relationships become a nuisance. ... What Peter is saying is that there is something wrong with the religion which finds the claims of personal relationships a nuisance” (= Kata yang digunakan adalah PHILADELPHIA, yang secara hurufiah berarti ‘kasih akan saudara-saudara’. Pointnya adalah ini - ada sejenis pembaktian agamawi yang memisahkan seorang manusia dari sesama manusianya. Claim dari sesama manusianya menjadi gangguan pada doa-doanya, pelajarannya akan Firman Allah dan meditasinya. Tuntutan biasa dari hubungan-hubungan manusia menjadi gangguan. ... Apa yang dikatakan oleh Petrus adalah bahwa di sana ada sesuatu yang salah dengan agama yang mendapati claim dari hubungan-hubungan pribadi suatu gangguan) - hal 304-305.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‘Brotherly kindness’ (‎PHILADELPHIA ‎in the Greek) is a virtue that Peter must have acquired the hard way, for the disciples of our Lord often debated and disagreed with one another. If we love Jesus Christ, we must also love the brethren. We should practice an ‘unfeigned [sincere] love of the brethren’ (1 Peter 1:22) and not just pretend that we love them. ‘Let brotherly love continue’ (Heb 13:1). ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (Rom 12:10). The fact that we love our brothers and sisters in Christ is one evidence that we have been born of God (1 John 5:1-2)” [= ‘Kebaikan persaudaraan’ (PHILADELPHIA dalam bahasa Yunani) adalah suatu kebaikan / sifat baik yang harus didapatkan oleh Petrus dengan cara yang keras, karena murid-murid dari Tuhan kita sering berdebat dan tidak setuju satu dengan yang lain. Jika kita mengasihi Yesus Kristus, kita juga harus mengasihi saudara-saudara kita. Kita harus mempraktekkan suatu ‘kasih yang tidak pura-pura (tulus / sungguh-sungguh) akan saudara-saudara’ (1Petrus 1:22) dan bukan hanya berpura-pura bahwa kita mengasihi mereka. ‘Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut’ (Ibrani 13:1). ‘Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan’ (Roma 12:10). Fakta bahwa kita mengasihi saudara-saudara dan saudari-saudari dalam Kristus adalah suatu bukti bahwa kita telah dilahirkan dari Allah (1Yohanes 5:1-2)].

1Petrus 1:22 - “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”.

Ibrani 13:1 - “Peliharalah kasih persaudaraan!”.

KJV: ‘Let brotherly love continue’ (= Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut).

Ro 12:10a - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara”.

KJV: ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (= Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan).

1Yohanes 5:1-2 - “(1) Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya. (2) Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya”.

7. “dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.

Kata-kata ‘akan semua orang’ sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘and to brotherly kindness charity’ (= dan pada kebaikan persaudaraan kasih).

RSV: ‘and brotherly affection with love’ (= dan kasih persaudaraan dengan kasih).

NIV: ‘and to brotherly kindness, love’ (= dan pada kebaikan persaudaraan, kasih).

NASB: ‘and in your brotherly kindness, love’ (= dan dalam kebaikan persaudaraanmu, kasih).

Tetapi boleh dikatakan semua penafsir menafsirkan seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia.

Calvin: “‘Brotherly-kindness,’ filadelfi>a, is mutual affection among the children of God. Love extends wider, because it embraces all mankind” [= ‘Kebaikan persaudaraan’, filadelfi>a (PHILADELPHIA), adalah saling mengasihi di antara anak-anak Allah. Kasih menjangkau lebih luas, karena kasih mencakup seluruh umat manusia].

Barnes’ Notes: “‘And to brotherly kindness charity.’ Love to all mankind. There is to be a special affection for Christians as of the same family; there is to be a true and warm love, however, for all the race” (= ‘Dan pada kebaikan persaudaraan kasih’. Kasih pada seluruh umat manusia. Di sana harus ada kasih yang khusus untuk orang-orang Kristen sebagai dari keluarga yang sama; tetapi di sana harus ada suatu kasih yang sungguh-sungguh dan hangat untuk seluruh umat manusia).

Bdk. Galatia 6:10 - “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.

Barclay: “The ladder of Christian virtue must end in Christian love. Not even affection for the brethren is enough; the Christian must end with a love which is as wide as that love of God which causes his sun to rise on the just and on the unjust, and sends his rain on the evil and the good. The Christian must show to all men the love which God has shown to him” (= Tangga dari kebaikan / sifat baik Kristen harus berakhir dalam kasih Kristen. Bahkan kasih untuk saudara-saudara tidaklah cukup; orang Kristen harus berakhir dengan suatu kasih yang sama lebarnya / luasnya dengan kasih Allah yang menyebabkan matahariNya muncul pada orang benar dan pada orang yang tidak benar, dan mengirimkan hujan pada orang jahat dan orang baik. Orang Kristen harus menunjukkan kepada semua manusia kasih yang Allah telah tunjukkan kepada dia) - hal 305.

Bdk. Matius 5:43-48 - “(43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.

Adam Clarke: “‘Charity.’ AGAPEEN. Love to the whole human race, even to your persecutors: love to God and the brethren they had; love to all mankind they must also have. True religion is neither selfish nor insulated; where the love of God is, bigotry cannot exist. Narrow, selfish people, and people of a party, who scarcely have any hope of the salvation of those who do not believe as they believe, and who do not follow with them, have scarcely any religion, though in their own apprehension none is so truly orthodox or religious as themselves” (= ‘Kasih’. AGAPEEN. Kasih kepada seluruh umat manusia, bahkan kepada penganiaya-penganiayamu: kasih kepada Allah dan saudara-saudara mereka miliki; kasih kepada seluruh umat manusia juga harus mereka miliki. Agama yang benar tidaklah egois ataupun terisolasi; dimana kasih Allah ada, kefanatikan tidak bisa ada. Orang-orang yang sempit / picik, egois, dan orang-orang dari suatu kelompok / golongan, yang hampir tidak mempunyai pengharapan apapun tentang keselamatan dari mereka yang tidak percaya seperti mereka percaya, dan yang tidak mengikuti bersama mereka, hampir tidak mempunyai agama, sekalipun dalam pengertian mereka sendiri tidak ada yang begitu sungguh-sungguh ortodox atau religius seperti diri mereka sendiri).

Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu membahayakan! Apakah kita harus percaya bahwa orang agama lain juga selamat? Tetapi saya yakin bukan itu yang dimaksudkan oleh Clarke, karena ia jelas mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Mungkin maksudnya, orang-orang itu tidak memberitakan Injil kepada orang-orang non Kristen, karena menganggap orang-orang itu toh tak ada harapan untuk diselamatkan.

Bahwa Adam Clarke memang mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga terlihat dari komentarnya tentang Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

Adam Clarke (tentang Kisah Para Rasul 4:12): “Not only no other person, but no name except that divinely appointed one, Matt 1:21, by which salvation from sin can be expected - none given under heaven - no other means ever devised by God himself for the salvation of a lost world. All other means were only subordinate, and referred to him, and had their efficacy from him alone. He was the Lamb slain from the foundation of the world; and no man ever came, or can come, to the Father but by him” (= Bukan hanya tidak ada pribadi yang lain, tetapi tidak ada nama kecuali yang ditetapkan secara ilahi, Mat 1:21, oleh mana keselamatan dari dosa bisa diharapkan - tidak ada yang diberikan di bawah kolong langit - tidak ada jalan / cara yang pernah dipikirkan / direncanakan oleh Allah sendiri untuk keselamatan dari dunia yang terhilang. Semua cara / jalan yang lain hanya lebih rendah, dan menunjuk kepada Dia, dan mempunyai kemujaraban mereka dari Dia saja. Ia adalah Anak Dombayang disembelih sejak penciptaan dunia; dan tidak pernah ada orang yang datang, atau bisa datang, kepada Bapa kecuali oleh Dia).

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi mungkin menunjuk pada keselamatan dalam Perjanjian Lama, dimana mereka kelihatannya diselamatkan oleh korban-korban binatang dsb, padahal semua itu menunjuk kepada Yesus Kristus, dan mendapatkan kemujaraban dari Dia saja.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “But there is more to Christian growth than brotherly love; we must also have the sacrificial love that our Lord displayed when He went to the cross. The kind of love (‘charity’) spoken of in 2 Peter 1:7 is agape love, the kind of love that God shows toward lost sinners. This is the love that is described in 1 Cor 13, the love that the Holy Spirit produces in our hearts as we walk in the Spirit (Rom 5:5; Gal 5:22). When we have brotherly love, we love because of our likenesses to others; but with agape love, we love in spite of the differences we have” [= Tetapi di sana ada lebih banyak pertumbuhan Kristen dari kasih persaudaraan; kita juga harus mempunyai kasih yang berkorban yang Tuhan kita tunjukkan pada waktu Ia pergi ke salib. Jenis kasih yang dibicarakan dalam 2Petrus 1:7 adalah kasih AGAPE, jenis kasih yang Allah tunjukkan kepada orang-orang berdosa yang terhilang. Ini adalah kasih yang digambarkan dalam 1Kor 13, kasih yang Roh Kudus hasilkan dalam hati kita pada waktu kita berjalan dalam Roh (Roma 5:5; Galatia 5:22). Pada waktu kita mempunyai kasih persaudaraan, kita mengasihi karena kemiripan kita dengan orang-orang lain; tetapi dengan kasih AGAPE, kita mengasihi sekalipun kita mempunyai perbedaan-perbedaan].

d) Menjadi serupa dengan Yesus Kristus tak berarti kehilangan keunikan / kepribadian kita.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God wants us to be ‘conformed to the image of His Son’ (Rom 8:29). ... And the amazing thing is this: as the image of Christ is reproduced in us, the process does not destroy our own personalities. We still remain uniquely ourselves! One of the dangers in the church today is imitation. People have a tendency to become like their pastor, or like a church leader, or perhaps like some ‘famous Christian.’ As they do this, they destroy their own uniqueness while failing to become like Jesus Christ. They lose both ways! just as each child in a family resembles his parents and yet is different, so each child in God’s family comes more and more to resemble Jesus Christ and yet is different. Parents don’t duplicate themselves, they reproduce themselves; and wise parents permit their children to be themselves” [= Allah menghendaki kita untuk menjadi ‘serupa dengan gambar AnakNya’ (Ro 8:29). ... Dan hal yang mengherankan adalah ini: pada waktu gambar Kristus direproduksi dalam diri kita, proses itu tidak menghancurkan kepribadian kita sendiri. Kita tetap unik! Salah satu dari bahaya-bahaya dalam gereja jaman sekarang adalah peniruan. Orang-orang mempunyai kecenderungan untuk menjadi seperti pendeta mereka, atau seperti seorang pemimpin gereja, atau mungkin seperti beberapa ‘orang Kristen yang termasyhur’. Pada waktu mereka melakukan hal ini mereka menghancurkan keunikan mereka sendiri sementara mereka gagal untuk menjadi seperti Yesus Kristus. Mereka kehilangan kedua-duanya! sama seperti setiap anak dalam suatu keluarga menyerupai orang tuanya tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain), demikian juga setiap anak dalam keluarga Allah makin lama makin menyerupai Yesus Kristus tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain). Orang tua tidak menggandakan / menduplikat diri mereka sendiri, mereka mereproduksi diri mereka sendiri; dan orang tua yang bijaksana mengijinkan anak-anak mereka untuk menjadi diri mereka sendiri].

Roma 8:29 - “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.

2 PETRUS 1:5-9 (3)

4) Apa yang terjadi kalau semuanya itu ada (2Petrus 1: 8).

2Petrus 1: 8: “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Alexander Nisbet (hal 228) mengatakan bahwa karena orang-orang yang diberi / diberkati dengan kasih karunia - kasih karunia ini sering menjadi malas dan terlalu puas dengan apa yang sudah mereka capai, maka mulai ay 8 sampai dengan ay 16 Petrus memberikan bermacam-macam argumentasi yang menggerakkan mereka untuk menjadi rajin dalam hal-hal ini.

Alexander Nisbet: “The most unquestionable duties had need to be pressed upon Christians by many arguments: for what we do most easily assent to in judgment we are oftentimes most careless of in practice” (= Kewajiban-kewajiban yang paling tidak diragukan mempunyai kebutuhan untuk ditekankan pada orang-orang Kristen dengan banyak argumentasi: karena apa yang paling mudah kita setujui dalam penilaian kita, seringkali kita praktekkan dengan paling ceroboh) - hal 229.

Argumentasi pertama ada dalam ay 8, yang akan kita pelajari di bawah ini.

a) “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah”.

KJV: ‘For if these things be in you, and abound’ (= Karena jika hal-hal ini ada dalam kamu, dan berlimpah-limpah).

RSV: ‘For if these things are yours and abound’ (= Karena jika hal-hal ini adalah milikmu dan berlimpah-limpah).

NIV: ‘For if you possess these qualities in increasing measure’ (= Karena jika engkau memiliki kwalitet-kwalitet ini dalam takaran yang meningkat).

NASB: ‘For if these qualities are yours and are increasing’ (= Karena jika kwalitet-kwalitet ini adalah milikmu dan sedang meningkat).

Kata Yunaninya memang bisa diartikan ‘berlimpah-limpah’ maupun ‘meningkat’.

b) “kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

KJV: ‘they make you that ye shall neither be barren nor unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu sehingga kamu tidak akan tandus / mandul ataupun tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).

RSV: ‘they keep you from being ineffective or unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka menjagamu dari keadaan tidak efektif atau tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).

NIV: ‘they will keep you from being ineffective and unproductive in your knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka akan mencegahmu dari keadaan tidak efektif dan tidak produktif dalam pengenalanmu tentang Tuhan kita Yesus Kristus).

NASB: ‘they render you neither useless nor unfruitful in the true knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu tidak tidak berguna ataupun tidak berbuah dalam pengenalan yang benar tentang Tuhan kita Yesus Kristus).

Kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘barren’ (= tandus / mandul), dalam bahasa Yunani adalah ARGOUS, dan bisa juga diartikan ‘malas’ (Albert Barnes dan Adam Clarke bahkan mengatakan bahwa ini arti yang lebih tepat dari kata bahasa Yunaninya), dan karena kata ini didahului oleh kata Yunani OUK yang artinya ‘tidak’, maka secara bahasa terjemahan Kitab Suci Indonesia ‘giat’ sebetulnya juga merupakan terjemahan yang memungkinkan. Tetapi karena kata ini ditujukan pada ‘pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus’, maka kata ‘barren’ (= tandus / mandul) atau ‘ineffective’ (= tidak efektif) atau ‘useless’ (= tidak berguna) merupakan terjemahan yang lebih cocok dengan kalimatnya.

Jadi, kalau hal-hal yang diperintahkan oleh Petrus dalam ay 5-7, yaitu pengudusan dan pertambahan pengetahuan, memang ada dengan berlimpah-limpah dalam diri kita, maka kita akan menjadi produktif dan berbuah dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.

Barclay: “Peter strongly urges his people to keep climbing up this ladder of virtues which he has set before them. The more we know of any subject the more we are fit to know. It is always true that ‘to him that hath it shall be given.’ Progress is the way to more progress. ... To keep climbing up the ladder of the virtues is to come ever nearer to knowing Jesus Christ; and the further we climb, the further we are able to climb” (= Petrus dengan kuat mendesak umatnya / orang-orangnya untuk terus menaiki tangga kebaikan / sifat baik ini, yang telah ia letakkan di depan mereka. Makin banyak kita tahu tentang pokok apapun, makin kita cocok untuk tahu. Merupakan sesuatu yang selalu benar bahwa ‘siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi’. Kemajuan adalah jalan pada kemajuan yang lebih besar lagi. ... Terus menaiki tangga dari kebaikan / sifat baik berarti terus datang lebih dekat pada pengenalan terhadap Yesus Kristus; dan makin kita naik, makin kita mempunyai kemampuan untuk naik) - hal 305-306.

Matius 13:12 - “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.

Bdk. Yohanes 8:31-32 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’”.

5) Apa yang terjadi kalau semuanya itu tidak ada.

2Petrus 1: 9: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

2Petrus 1: 9 ini merupakan argumentasi kedua yang Petrus berikan supaya kita maju dalam hal-hal ini, dan merupakan kebalikan dari argumentasi dalam ay 8. Kalau ay 8 menunjukkan hal baik apa yang akan terjadi kalau kita mempunyai semua itu, maka ay 9 menunjukkan hal buruk apa yang akan terjadi kalau kita tidak mempunyai semuanya itu. Jadi, kita bisa melihat bahwa Kitab Suci sangat sering, bahkan hampir selalu, mengajarkan secara positif (ay 8) maupun secara negatif (ay 9).

a) 2Petrus 1: 9a: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik”.

Kata ‘picik’ salah terjemahan!

KJV: ‘But he that lacketh these things is blind, and cannot see afar off’ (= Tetapi ia yang kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta, dan tidak bisa melihat jauh).

RSV: ‘For whoever lacks these things is blind and shortsighted’ (= Karena siapapun kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta dan hanya bisa melihat dekat).

NIV: ‘But if anyone does not have them, he is nearsighted and blind’ (= Tetapi jika siapapun tidak mempunyai mereka, ia hanya bisa melihat dekat dan buta).

NASB: ‘For he who lacks these qualities is blind or short-sighted’ (= Karena ia yang kekurangan / tidak mempunyai kwalitet-kwalitet ini adalah buta atau hanya bisa melihat dekat).

Catatan: dalam bahasa Yunani tak ada kata ‘and’ (= dan).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The phrase ‘cannot see afar off’ is the translation of a word that means ‘shortsighted.’ It is the picture of somebody closing or squinting his eyes, unable to see at a distance. There are some Christians who see only their own church, or their own denomination, but who fail to see the greatness of God’s family around the world. Some believers see the needs at home but have no vision for a lost world” (= Ungkapan ‘tidak bisa melihat jauh’ merupakan terjemahan dari suatu kata yang berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Itu merupakan suatu gambaran dari seseorang yang menutup mata atau mengedipkan matanya, tidak bisa melihat jauh. Ada orang-orang Kristen yang hanya melihat gereja mereka sendiri, atau denominasi mereka sendiri, tetapi gagal untuk melihat kebesaran dari keluarga Allah di seluruh dunia. Sebagian orang percaya melihat kebutuhan di rumah tetapi tidak mempunyai penglihatan / visi tentang dunia yang terhilang).

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, yang merupakan penerapan yang diberikan oleh penafsir ini, sekalipun kata-katanya bagus, dan merupakan fakta yang banyak terjadi, tetapi menurut saya merupakan penerapan yang tidak cocok terhadap seluruh ay 9 ini, karena ay 9 ini mengarahkan kebutaan tersebut berkenaan dengan penghapusan dosa orang tersebut.

Barclay: “On the other hand, if we refuse to make effort of the upward climb, certain things happen. (a) We grow blind; we are left without the guiding light that the knowledge of Jesus Christ brings. As Peter sees it, to walk without Christ is to walk in the dark and not be able to see the way. (b) We grow what Peter calls MUOPAZON. This word can have either of two meanings. It can mean ‘short-sighted.’ It is easy to become short-sighted in life, to see things only as they appear at the moment and to be unable to take the long view of things, to have our eyes so fixed upon the earth that we never think of the things beyond. It can also mean ‘blinking, shutting the eyes.’ Again, it is easy in life to shut our eyes to what we do not wish to see, and to walk, as it were, in blinkers. To walk without Christ is to be in danger of taking the short-sighted or the blinkered view of life” [= Sebaliknya, jika kita menolak untuk berusaha untuk naik, hal-hal tertentu terjadi. (a) Kita menjadi buta; kita ditinggalkan tanpa terang pembimbing yang dibawa oleh pengetahuan / pengenalan akan Yesus Kristus. Sebagaimana Petrus melihatnya, berjalan tanpa Kristus berarti berjalan dalam gelap dan tidak bisa melihat jalanan. (b) Kita menjadi apa yang Petrus sebut MUOPAZON. Kata ini bisa mempunyai salah satu dari dua arti. Itu bisa berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Adalah mudah untuk menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’ dalam kehidupan, melihat hal-hal hanya sebagaimana mereka terlihat pada saat itu dan tidak bisa mengambil pandangan yang jauh tentang hal-hal, mengarahkan mata kita ke bumi sehingga kita tidak pernah berpikir tentang hal-hal yang melampauinya. Itu juga bisa berarti ‘mengedipkan, menutup mata’. Lagi-lagi, adalah mudah dalam kehidupan untuk menutup mata kita terhadap apa yang kita tidak ingin lihat, dan untuk berjalan, seakan-akan dalam lampu yang kelap kelip. Berjalan tanpa Yesus Kristus berarti berada dalam bahaya untuk mengambil pandangan kehidupan yang ‘hanya bisa melihat dekat’ atau ‘kelap kelip’] - hal 306.

Catatan: point a masih sesuai, tetapi point b penerapannya juga melenceng dari 2Petrus 1: 9.

Matthew Henry: “There he sets forth how miserable it is to be without those quickening fructifying graces; for he who has not the forementioned graces, or, though he pretends or seems to have them, does not exercise and improve them, is blind, that is, as to spiritual and heavenly things, as the next words explain it: He cannot see far off. This present evil world he can see, and dotes upon, but has no discerning at all of the world to come, so as to be affected with the spiritual privileges and heavenly blessings thereof” (= Di sana ia menyatakan betapa menyedihkannya seseorang tanpa kasih karunia - kasih karunia yang berbuah dan menghidupkan itu; karena ia yang tidak mempunyai kasih karunia - kasih karunia yang disebutkan terdahulu itu, atau sekalipun ia berpura-pura atau kelihatannya mempunyainya, tidak menggunakan / menjalankannya, adalah buta, yaitu, berkenaan dengan hal-hal rohani dan surgawi, seperti dijelaskan oleh kata-kata selanjutnya: ‘Ia tidak bisa melihat jauh’. Dunia yang jahat sekarang ini bisa ia lihat, dan sangat ia gemari, tetapi ia sama sekali tidak mempunyai penglihatan tentang dunia yang akan datang, sehingga dipengaruhi dengan hak-hak rohani dan berkat-berkat surgawi darinya).

Barnes’ Notes: “‘But he that lacketh these things is blind.’ He has no clear views of the nature and the requirements of religion. ‘And cannot see afar off.’ The word used here, which does not occur elsewhere in the New Testament, MUOOPAZOON, means to shut the eyes; i. e., to contract the eyelids, to blink, to twinkle, as one who cannot see clearly, and hence to be ‘near-sighted.’ The meaning here is, that he is like one who has an indistinct vision; one who can see only the objects that are near him, but who has no correct apprehension of objects that are more remote. He sees but a little way into the true nature and design of the gospel. He does not take those large and clear views which would enable him to comprehend the whole system at a glance” (= ‘Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta’. Ia tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang sifat dasar dan tuntutan-tuntutan dari agama. ‘Dan tidak bisa melihat jauh’. Kata yang digunakan di sini, yang tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru, MUOOPAZOON, berarti ‘menutup mata’; yaitu, mengkontraksikan kelopak mata, mengedipkan, mengkelipkan, seperti seseorang yang tidak bisa melihat dengan jelas, dan karena itu menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’. Artinya di sini adalah, bahwa ia itu seperti orang yang mempunyai penglihatan yang tidak jelas; seseorang yang hanya bisa melihat obyek yang dekat dengannya, tetapi yang tidak mempunyai pengertian yang benar tentang obyek-obyek yang lebih jauh. Ia hanya melihat sedikit ke dalam sifat dasar yang benar dan rancangan dari injil. Ia tidak mengambil pandangan yang besar dan jelas itu yang akan memampukan ia untuk mengerti seluruh sistim dalam sekilas pandang).

Lenski: “‘Myopic’ is exactly the proper word, for this is not a pagan who never heard the Word and is therefore blind; this is a person who knows about the Word but has only a useless glimmer left in his heart” (= ‘Rabun jauh’ adalah kata yang tepat, karena ini bukanlah seorang kafir yang tidak pernah mendengar Firman dan karena itu buta; ini adalah seseorang yang tahu tentang Firman tetapi hanya mempunyai cahaya redup yang tak berguna yang tersisa dalam hatinya) - hal 272.

Alexander Nisbet: “How sharp-sighted soever graceless souls may be in things that concern their back and belly, and this present world, yet till Christ make a gracious change upon them they can see nothing of the hazard of their perishing, the worth of salvation, or their need of Christ, that they might fly to Him and give up themselves to His service and so make preparation for death and eternity” (= Bagaimanapun tajamnya penglihatan dari jiwa-jiwa tanpa kasih karunia dalam hal-hal yang berkenaan dengan punggung dan perut mereka, dan dunia sekarang ini, tetapi sampai Kristus membuat suatu perubahan yang bersifat kasih karunia pada mereka, mereka tidak bisa melihat apapun tentang bahaya / resiko dari kebinasaan mereka, nilai / harga dari keselamatan, atau kebutuhan mereka akan Kristus, sehingga mereka bisa lari kepadaNya dan menyerahkan diri mereka pada pelayananNya dan dengan demikian membuat persiapan untuk kematian dan kekekalan) - hal 230.

b) 2 Petrus 1: 9b: “karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

KJV: ‘and hath forgotten that he was purged from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).

RSV: ‘and has forgotten that he was cleansed from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).

NIV: ‘and has forgotten that he has been cleansed from his past sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu).

NASB: ‘having forgotten his purification from his former sins’ (= telah melupakan pemurniannya dari dosa-dosanya yang terdahulu).

Baik kata ‘karena’ dalam Kitab Suci Indonesia, maupun kata ‘and’ (= dan) dalam KJV/RSV/NIV, di awal ay 9b ini, sebetulnya tidak ada. Jadi, dalam persoalan ini yang paling tepat adalah terjemahan dari NASB.

Alexander Nisbet: “however they may be esteemed pardoned souls by themselves and others, and dealt with by the church as if they were such, yet by their being wholly taken up with this present life and making no provision for a better, they do declare that they undervalue the forgiveness of sins: for when the esteem of forgiveness does not stir us to thankfulness and holiness, God esteems it forgotten” (= bagaimanapun mereka dinilai sebagai jiwa-jiwa yang telah diampuni oleh diri mereka sendiri dan oleh orang-orang lain, dan ditangani oleh gereja seakan-akan mereka adalah orang-orang seperti itu, tetapi karena mereka sepenuhnya bersahabat dengan kehidupan sekarang ini dan tidak membuat persediaan untuk kehidupan yang lebih baik, mereka menyatakan bahwa mereka meremehkan pengampunan dosa: karena pada waktu penilaian terhadap pengampunan tidak menggerakkan kita pada syukur dan kekudusan, Allah menilai bahwa hal itu ‘dilupakan’) - hal 230.

Alexander Nisbet: “he that walks as if he forgot himself to be pardoned cannot comfortably conclude himself to be such a one” [= ia yang berjalan seakan-akan ia lupa bahwa dirinya telah diampuni tidak bisa dengan senang / puas / terhibur menyimpulkan dirinya sebagai orang seperti itu (orang yang telah diampuni)] - hal 230.

Barclay: “Further, to fail to climb the ladder of virtue is to forget that the sins of the old way of life have been cleansed away. Peter is thinking of baptism. At that time baptism was adult baptism; it was a deliberate act of decision to leave the old way and to enter upon the new. The man who, after baptism, does not begin upon the upward climb has forgotten, or never realized, the meaning of the experience through which he has passed. For many of us the parallel to baptism in this sense is entry into the membership of the Christian Church. To make our commitment and then to remain exactly the same, is to fail to understand what church membership means, for our entry into it should be the beginning of a climb upon the upward way” (= Selanjutnya, gagal untuk memanjat / menaiki tangga kebaikan / sifat baik berarti melupakan bahwa dosa-dosa dari jalan kehidupan yang lama telah dibersihkan. Petrus berpikir tentang baptisan. Pada waktu itu baptisan adalah baptisan dewasa; itu merupakan suatu tindakan keputusan sengaja untuk meninggalkan jalan yang lama dan memasuki jalan yang baru. Orang yang, setelah baptisan, tidak mulai memanjat / naik ke atas telah lupa, atau tidak pernah menyadari, arti dari pengalaman yang telah ia lalui. Bagi banyak dari kita, persamaan dengan baptisan dalam arti ini adalah jalan masuk ke dalam keanggotaan Gereja Kristen. Membuat komitmen kita dan lalu tetap tinggal persis sama, berarti gagal untuk mengerti apa arti dari keanggotaan gereja, karena masuknya kita ke dalamnya harus merupakan permulaan dari suatu tindakan memanjat / naik pada jalan ke atas) - hal 306.

c) Penggabungan buta, rabun, dan pikun / lupa.

Lenski: “Spiritual myopia and amnesia progress. When the fruits begin to be wanting, the barrenness has begun to set in” (= Rabun dan pikun rohani maju / berkembang. Pada waktu buah-buah mulai kurang / tidak ada, ketandusan / kemandulan telah mulai timbul) - hal 273.

Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah bahwa orang yang mengalami hal ini adalah orang yang tidak bertumbuh dalam hal-hal yang dibicarakan dalam ay 5-7 di atas. Kalau yang tidak bertumbuh saja bisa buta, rabun, pikun / lupa, apalagi yang mundur! Dan biasanya yang tidak bertumbuh memang akan mundur!

Bible Knowledge Commentary: “In contrast with a growing Christian, a carnal believer is blind (‎TYPHLOS‎) and nearsighted (‎MYOPAZON‎). (The NIV reverses these two words; in Gr. the word ‘blind’ comes first.) ‎MYOPAZON ‎(from which comes the word ‘myopia’), occurs only here in the New Testament. A believer with spiritual myopia is not magnifying the grace of Christ. Since his life is not evidencing the qualities cited in verses 5-7, he seems to be just like a spiritually blind (or unsaved) person (2 Cor 4:4; cf. John 9:39). Such a person has forgotten that he has been cleansed from his past (preconversion) sins. Some commentators say this refers to unbelievers. But it seems preferable to say that Peter wrote of Christians who are spiritually immature. After all, they had been cleansed from their sins (cf. Titus 3:5), but had not grown spiritually” [= Kontras dengan seorang Kristen yang bertumbuh, seorang percaya yang bersifat daging adalah buta (TYPHLOS) dan hanya bisa melihat dari dekat (MYOPAZON). (NIV membalik kedua kata ini; dalam Yunani kata ‘buta’ ada di depan). MYOPAZON (dari mana muncul kata ‘myopia’), muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru. Seorang percaya dengan myopia rohani tidak membesarkan kasih karunia Kristus. Karena hidupnya tidak membuktikan kwalitet-kwalitet yang disebutkan dalam ay 5-7, ia kelihatannya sama seperti orang yang buta secara rohani (atau belum diselamatkan) (2Korintus 4:4; bdk. Yohanes 9:39). Orang seperti itu telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu (sebelum pertobatannya). Beberapa penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk pada orang-orang yang tidak percaya. Tetapi kelihatannya lebih baik untuk mengatakan bahwa Petrus menulis tentang orang-orang Kristen yang tidak matang secara rohani. Bagaimanapun juga, mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka (bdk. Titus 3:5), tetapi tidak / belum bertumbuh secara rohani].

2Korintus 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.

Yohanes 9:39 - “Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’”.

Titus 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”.

Catatan: saya tak terlalu yakin bahwa ini menunjuk kepada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh tetapi tidak matang secara rohani. Saya lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada orang-orang kristen KTP. Kata-kata ‘dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan’ digunakan untuk menggambarkan orang itu sesuai dengan pengakuannya, atau sesuai dengan kelihatannya. Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Alkitab.

Adam Clarke: “He, whether Jew or Gentile, who professes to have FAITH in God, and has not added to that FAITH fortitude, knowledge, temperance, patience, godliness, brotherly kindness, and universal love; is blind - his understanding is darkened, and cannot see afar off, MUOOPAZOON, shutting his eyes against the light, winking, not able to look truth in the face, nor to behold that God whom he once knew was reconciled to him: and thus it appears he is willfully blind, and hath forgotten that he was purged from his old sins - has at last, through his nonimprovement of the grace which he received from God, his faith ceasing to work by love, lost the evidence of things not seen; for, having grieved the Holy Spirit by not showing forth the virtues of him who called him into his marvelous light, he has lost the testimony of his sonship; and then, darkness and hardness having taken place of light and filial confidence, he first calls all his former experience into doubt, and questions whether he has not put enthusiasm in the place of religion. By these means his darkness and hardness increase, his memory becomes indistinct and confused, until at length he forgets the work of God on his soul, next denies it, and at last asserts that the knowledge of salvation, by the remission of sins, is impossible, and that no man can be saved from sin in this life. Indeed, some go so far as to deny the Lord that bought them; to renounce Jesus Christ as having made atonement for them; and finish their career of apostasy by utterly denying his Godhead. Many cases of this kind have I known; and they are all the consequence of believers not continuing to be workers together with God, after they had experienced his pardoning love” (= Ia, apakah Yahudi atau non Yahudi, yang mengakui mempunyai IMAN kepada Allah, dan tidak menambahkan kepada IMAN itu ketabahan / keuletan, pengetahuan, penguasaan diri, kesabaran, kesalehan, kebaikan persaudaraan, dan kasih yang bersifat universal; adalah buta - pengertiannya digelapkan, dan tidak bisa melihat jauh, MUOOPAZOON, menutup matanya terhadap terang, mengedipkan, tidak bisa melihat kebenaran di hadapannya, ataupun melihat Allah itu, yang pernah ia tahu telah diperdamaikan dengannya: dan karena itu kelihatannya ia buta dengan sengaja, dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosa lamanya - akhirnya melalui tidak adanya perkembangan dari kasih karunia yang ia terima dari Allah, membuat imannya berhenti untuk bekerja oleh kasih, kehilangan bukti dari hal-hal tidak terlihat; karena, setelah mendukakan Roh Kudus dengan tidak menunjukkan kebaikan / sifat baik dari Dia yang telah memanggilnya ke dalam terangNya yang mengagumkan, ia telah kehilangan kesaksian dari keanakannya; dan kemudian, kegelapan dan kekerasan mengambil tempat dari terang dan keyakinan seorang anak, ia mula-mula meragukan semua pengalaman terdahulunya, dan mempertanyakan apakah ia bukannya telah meletakkan semangat / kegairahan di tempat dari agama. Dengan cara ini, kegelapan dan kekerasannya meningkat, ingatannya menjadi kabur dan kacau, sampai akhirnya ia melupakan pekerjaan Allah pada jiwanya, selanjutnya menyangkalnya, dan akhirnya menegaskan bahwa pengetahuan / pengenalan tentang keselamatan, oleh pengampunan dosa-dosa, adalah mustahil, dan bahwa tak seorangpun bisa diselamatkan dari dosa dalam kehidupan ini. Bahkan, beberapa orang berjalan begitu jauh sampai menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka; menyangkal bahwa Yesus Kristus telah membuat penebusan untuk mereka; dan mengakhiri karir kemurtadan mereka dengan menyangkal sepenuhnya keAllahanNya. Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui; dan semua itu merupakan konsekwensi dari orang-orang percaya yang tidak terus menerus bekerja bersama-sama dengan Allah, setelah mereka mengalami kasihNya yang mengampuni).

Catatan: ini jelas tafsiran Arminian, yang percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan!

Apa yang aneh dari kata-kata Adam Clarke ini adalah:

1. Kata-kata yang saya beri garis bawah tunggal itu ia ambil dari 2Pet 2:1 yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, dan bukan tentang orang-orang Kristen sejati yang murtad.

2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).

2. Pada bagian akhir dari kata-katanya, bagian yang saya beri garis bawah ganda, ia berkata ‘Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui’.

Pertanyaan saya: bagaimana ia bisa tahu kalau orang-orang itu adalah orang-orang Kristen yang sejati dan bukannya hanya orang-orang Kristen KTP? Kalau 11 murid Yesus sampai akhir tidak tahu kalau Yudas Iskariot adalah seorang Kristen KTP, bagaimana Clarke bisa memastikan keaslian kekristenan dari orang-orang dalam kasus-kasus yang ia bicarakan?

3. Orang kristen sejati yang murtad merupakan sesuatu yang bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat Alkitab, seperti:

· Yohanes 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

· Roma 5:9-10 - “(9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.

· Roma 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

· Ibrani 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.

· 2Tim 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.

· Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

· 1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

4. Bandingkan juga dengan beberapa text di bawah ini yang jelas menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati tidak bisa murtad, dan hanya orang kristen KTP yang bisa murtad:

· Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

· Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.

· 2Tesalonika 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”.

· 1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

6) Jadi, 2Petrus 1: 5-9 menekankan bahwa orang Kristen harus maju dalam kerohanian dan pengudusan.

Calvin: “Though, then, we daily sin, and God daily forgives us, and the blood of Christ cleanses us from our sins, yet sin ought not to rule in us, but the sanctification of the Spirit ought to prevail in us” (= Maka, sekalipun kita berdosa setiap hari, dan Allah mengampuni kita setiap hari, dan darah Kristus membersihkan kita dari dosa-dosa kita, tetapi dosa tidak boleh memerintah kita, tetapi pengudusan dari Roh harus menang dalam diri kita).

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
2 PETRUS 1:5-9 (ORANG KRISTEN HARUS MAJU DALAM KEROHANIAN DAN PENGUDUSAN)
-o0o-
Next Post Previous Post