1 SAMUEL 11:1-15 (PROBLEM: TETAP PERCAYA KEPADA TUHAN DAN BERUSAHA MAXIMAL)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 SAMUEL 11:1-15 (PROBLEM: TETAP PERCAYA KEPADA TUHAN DAN BERUSAHA MAXIMAL)
I) Konfrontasi Amon / Nahas dengan Yabesy-Gilead.

1) Raja bangsa Amon, yaitu Nahas, mengepung Yabesy-Gilead (1 Samuel 11: 1a).

Tidak pasti apakah ini adalah Nahas yang sama dengan yang ada di 2Sam 10:2 atau tidak.

2) Karena merasa tidak bisa melawan Nahas, maka orang Yabesy-Gilead menawarkan damai (ay 1b).

3) Tetapi Nahas hanya mau berdamai dengan syarat setiap mata kanan orang Yabesy-Gilead harus dicungkil (1 Samuel 11: 2).

Mengapa harus dicungkil mata kanan? Ini bukan semata-mata karena ia ingin melakukan kekejaman terhadap mereka, tetapi ada taktik di dalamnya. Taktik apa? Karena dengan dicungkil mata kanannya mereka tetap bisa bekerja (pada waktu dijadikan budak), tetapi tidak lagi bisa berperang. Mengapa?

· Perlu diketahui bahwa pada saat berperang maka seseorang memegang perisai dengan tangan kiri, dan pedang dengan tangan kanan. Perisai digunakan untuk menutup seluruh tubuh dan sebagian kepala, termasuk mata kiri. Sedang mata kanan berguna untuk mengintip musuh yang akan diserang dengan pedang yang ada di tangan kanan. Kalau mata kanan ini dicungkil, ini akan sangat menyulitkan mereka dalam berperang.

· Juga kalau menggunakan panah, maka orang biasanya memegang busur dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan menarik anak panah dan tali busur. Dalam keadaan demikian, maka pasti mata kiri ditutup dan mata kanan tetap terbuka untuk membidik sasaran. Kalau mata kanan dicungkil, maka seseorang akan sukar sekali memanah dengan baik.

Taktik mencungkil mata kanan supaya orangnya tidak bisa berperang ini, mirip dengan taktik memotong ibu jari tangan (supaya tidak bisa menggunakan pedang, tombak ataupun panah) dan memotong ibu jari kaki (supaya sukar berlari) yang ada dalam Hak 1:6-7.

4) Orang Yabesy-Gilead lalu minta kelonggaran selama 7 hari, dan jika tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka, mereka akan menyerahkan diri (1 Samuel 11: 3). Dan sekalipun tidak dinyatakan, tetapi jelas bahwa Nahas menyetujui permintaan itu. Mengapa dia menyetujuinya? Rupanya karena ia yakin bahwa tidak ada orang yang akan bisa menolong orang Yabesy-Gilead.

II) Saul menyelamatkan Yabesy-Gilead.

1) Orang Yabesy-Gilead lalu mengirim utusan ke Gibea-Saul, dan menyampaikan berita itu kepada orang Israel di sana (ay 4a). Reaksi Israel adalah: menangis dengan keras (ay 4b)!

Mungkin tindakan menangis ini menunjukkan sesuatu yang bagus dalam diri mereka, yaitu mereka peduli terhadap penderitaan / problem dari orang-orang Yabesy-Gilead (bdk. Ro 12:15 1Kor 12:26). Tetapi mungkin juga mereka menangis karena mereka menyadari bahwa sebentar lagi, setelah Yabesy-Gilead ditundukkan, maka pasti Nahas akan memperlakukan mereka secara sama.

Tetapi dalam tindakan menangis ini ada sesuatu sikap salah, yaitu bahwa mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal mereka seharusnya tahu bahwa mereka adalah umat Tuhan, dan Tuhan bisa menolong mereka. Lebih dari itu, mereka baru mendapat seorang raja untuk menyelamatkan mereka (bdk. 9:16 10:1,27).

Penerapan: Jika ada kebutuhan dalam gereja, baik kebutuhan pekerja, ijin, uang, dsb, ada beberapa macam sikap yang bisa saudara ambil:

· Acuh tak acuh / tidak peduli. Ini sikap yang lebih jelek lagi dari sikap Israel di sini!

· Terbeban, tetapi merasa tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga akhirnya saudara hanya sekedar merasa sedih dan putus asa.

· Berdoa dan beriman, dan melakukan apapun yang bisa saudara lakukan. Ini sikap yang benar!

2) Sikap dan tindakan Saul (1 Samuel 11: 5-11).

a) Saat itu Saul baru pulang dari padang dengan berjalan di belakang lembunya (ay 5a).

· Mungkin karena adanya orang-orang yang menentang Saul menjadi raja, maka saat ini Saul belum melaksanakan tugasnya sebagai raja.

· Bagian ini menunjukkan bahwa ia baru pulang dari membajak sawah / ladangnya. Sekalipun ia sudah diangkat menjadi raja, tetapi ia tetap rendah hati, dan mau melakukan pekerjaan rendah.

Penerapan: Maukah saudara melakukan pelayanan yang rendah?

· Ini juga menunjukkan bahwa pada saat itu ia ada dalam keadaan lelah. Tetapi ia tidak mau menjadikan hal itu sebagai halangan untuk bertindak.

Memang orang yang lelah boleh beristirahat, tetapi dalam keadaan darurat / urgent, maka kita harus bisa mengalahkan kelelahan.

b) Saul lalu mendengar berita tentang orang Yabesy-Gilead, dan pada saat itu Roh Allah berkuasa atas dia (1 Samuel 11: 6a - Lit: descended mightily).

Apa yang lalu terjadi pada Saul? Apakah ia mengalami Toronto Blessing? Apakah ia lalu berbahasa Roh? Apakah ia menjadi penuh kasih dan lemah lembut? Tidak sama sekali. Sebaliknya ia menjadi sangat marah (ay 6b - ‘ dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat)!

Ini jelas menunjukkan bahwa:

· tidak semua kemarahan adalah dosa (bdk. Markus 3:5 Yohanes 2:13-17 Efesus 4:26).

· Ada saat dimana orang kristen harus marah, dan bahkan penguasaan Roh Kudus justru menyebabkan kita harus marah!

Saul memberikan teladan kapan harus sabar / menahan kema-rahan, dan kapan harus marah. Pada waktu ada orang yang menghina dirinya sendiri, ia pura-pura tuli (10:27). Dengan kata lain ia menahan marah, atau bersabar. Ia tidak mau mempunyai kemarahan yang bersifat egois. Tetapi pada waktu ada orang lain ditindas, ia menjadi marah.

Penerapan: Gereja membutuhkan orang-orang kristen yang berani marah dan bisa marah pada saat yang tepat, misalnya:

* pada waktu ada nabi palsu dengan ajaran sesatnya.

* pada waktu melihat praktek-praktek yang salah dalam suatu gereja, misalnya korupsi, pengucilan terhadap orang yang injili / alkitabiah, dsb.

* pada waktu ada penindasan terhadap orang lain.

* pada waktu ada penghinaan / penghujatan terhadap nama Tuhan. Misalnya: GBI Bukit Zion di Situbondo ditulisi: “Yesus tae, Yesus Juruselamat tae jahanam, Bunda Maria PKI, perampok akidah, bangsat tai, kami umat Islam marah besar kalau ditempat ini dibangun gereja lagi!!!!”

Jangan lupa bahwa kemarahan yang seperti ini tetap dilandasi oleh kasih, yaitu:

à kasih kepada Tuhan.

Ingat bahwa sikap sabar dan kasih terhadap orang-orang yang menghina Tuhan, dan merusak gereja melalui ajaran sesat, merupakan sikap yang tidak mengasihi Tuhan!

Orang Reformed sering dianggap tidak kasih, karena mereka marah dan menyerang para nabi palsu yang menyebarkan ajaran sesat. Tuduhan tidak kasih ini betul-betul tolol, karena justru kasih kepada Tuhanlah yang membuat kita marah terhadap para nabi palsu itu! Mereka yang tidak marah kepada nabi palsu itulah yang sebetulnya tidak punya kasih dan semangat bagi Tuhan!

à kasih kepada orang yang ditindas.

Kalau seseorang marah melihat orang menindas / menjahati orang lain, maka jangan menyoroti itu sebagai tindakan tidak kasih terhadap si penindas. Itu harus disoroti sebagai tindakan kasih terhadap orang yang ditindas.

c) Saul lalu memotong-motong lembunya dan mengirimkannya ke seluruh daerah Israel, dengan ancaman: Siapa yang tidak ikut perang dengan Saul dan Samuel, lembu-lembunya akan diperlakukan secara sama. Dan Tuhan memberkati apa yang Saul lakukan itu dengan mendatangkan ketakutan kepada bangsa itu sehingga mereka menuruti kata-kata Saul (ay 7), sehingga terkumpul 330.000 orang (ay 8).

· Demi Tuhan dan Israel, Saul rela mengorbankan lembu-lembunya.

Apa yang saudara rela korbankan demi Tuhan dan gereja? Tuhan sudah rela berkorban nyawa bagi saudara dan karena itu tidak ada pengorbanan yang terlalu besar yang bisa saudara lakukan bagi Tuhan!

· Adanya bahaya dan problem, menyebabkan mereka bersatu.

Ini terlihat dengan lebih jelas dalam terjemahan NIV yang memberikan terjemahan hurufiah:

“Then the terror of the LORD fell on the people, and they turned out as one man” (= Lalu ketakutan dari TUHAN datang kepada bangsa itu, dan mereka keluar sebagai satu orang).

Kalau keadaan enak, sering kita justru gegeran sendiri, tetapi kalau ada bahaya / problem, kita justru bersatu.

· Saul menggunakan nama Samuel untuk menguatkan otoritasnya yang lemah. Dan dari ay 14 kelihatannya Samuel ikut perang.

· Ini adalah perang yang bersifat pembelaan diri.

Dalam Perjanjian Lama ada Holy War (= perang kudus), dimana Israel disuruh oleh Tuhan membasmi suatu bangsa sebagai hukuman bagi bangsa itu. Misalnya ketika Israel memasuki Kanaan, mereka disuruh membasmi orang Kanaan. Holy War ini tidak ada lagi dalam Perjanjian Baru, tetapi perang yang bersifat pembelaan diri masih diijinkan (Just War / perang yang adil / benar), dan demikian juga pembelaan diri secara pribadi. Dasarnya adalah bahwa kita juga harus mengasihi diri kita sendiri (Mat 22:39), sehingga tidak boleh membiarkan diri kita dibunuh secara konyol. Ini tidak bertentangan dengan Mat 5:39, karena ‘menampar’ di sana bukanlah sesuatu yang membahayakan jiwa kita.

d) Utusan dari Yabesy-Gilead disuruh kembali untuk memberikan kabar gembira bagi orang Yabesy-Gilead (1 Samuel 11: 9), tetapi mereka juga berkata kepada Nahas: ‘Besok kami akan keluar menyerahkan diri kepadamu; maka bolehlah kamu lakukan terhadap kami apapun yang kamu pandang baik’ (1 Samuel 11: 10).

Ini adalah taktik perang supaya Nahas tidak waspada, tetapi ini jelas dusta, karena:

· mereka janji akan menyerahkan diri, padahal kenyataannya tidak demikian.

· mereka berkata bahwa Nahas boleh melakukan apapun yang ia pandang baik, padahal besoknya mereka tidak membolehkan ia melakukan keinginannya, tetapi sebaliknya memeranginya.

Jadi, kalau kata-kata mereka kepada Nahas adalah seperti dalam Kitab Suci Indonesia, maka mereka jelas berdusta dan itu tetap dosa, sekalipun dilakukan demi taktik perang. Ini merupakan sikap cerdik seperti ular, tetapi tulusnya juga seperti ular.

Tetapi mari kita lihat terjemahan-terjemahan yang lain:

RSV: ‘Tomorrow we will give ourselves up to you, and you may do to us whatever seems good to you’ (= Besok kami akan menyerahkan diri kepadamu, dan kamu boleh melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).

NIV: ‘Tomorrow we will surrender to you, and you can do to us whatever seems good to you’ (= Besok kami akan menyerahkan diri kepadamu, dan kamu dapat melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).

NASB: ‘Tomorrow we will come out to you, and you may do to us whatever seems good to you’ (= Besok kami akan keluar kepadamu, dan kamu boleh melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).

KJV: ‘Tomorrow we will come out to you, and you shall do to us whatever seems good to you’ (= Besok kami akan keluar kepadamu, dan kamu akan melakukan kepada kami apapun yang kamu pandang baik).

Terjemahan RSV dan NIV boleh dikatakan sama dengan terjemahan Indonesia, dan karenanya juga merupakan dusta.

Terjemahan NASB berbeda karena tidak mengatakan akan ‘menyerahkan diri kepadamu’, tetapi akan ‘keluar kepadamu’. Tetapi terjemahan NASB tetap mengandung dusta, karena mengatakan bahwa ‘kamu boleh berbuat kepada kami apapun yang baik menurutmu’.

Tetapi terjemahan KJV tidak mengandung dusta.

Saya berpendapat bahwa terjemahan KJV yang paling benar, karena:

¨ pada bagian pertama, digunakan kata Ibrani NETSE yang berasal dari kata dasar YATSA, yang memang berarti ‘to go out’ (= keluar).

¨ pada bagian kedua, digunakan kata Ibrani VAASITEM yang berasal dari kata dasar ASA, yang berarti ‘to do’ (= melakukan). Kata VAASITEM sekalipun bisa diterjemahkan ‘you can do’ (= kamu dapat melakukan) atau ‘you may do’ (= kamu boleh melakukan), tetapi juga bisa diterjemahkan ‘you will / shall do’ (= kamu akan melakukan).

Jadi, mereka memang tidak menceritakan seluruh kebenaran, tetapi apa yang mereka ceritakan bukanlah dusta. Tidak menceritakan seluruh kebenaran, kalau itu dilakukan terhadap orang brengsek yang memang tidak layak mendapatkan seluruh kebenaran, memang diijinkan dalam Kitab Suci. Ini terlihat dengan jelas dari 1Samuel 16:1-2.

e) Saul mengatur taktik perang, dan lalu menyerang orang Amon dan mengalahkan mereka (1 Samuel 11: 11).

Sekalipun yakin akan penyertaan Tuhan, mereka tetap berusaha mati-matian. Ini sesuatu yang harus diperhatikan. Adanya iman / keyakinan akan penyertaan Tuhan tidak boleh membuat kita lalu menjadi malas / tidak berusaha secara maximal.

III) Sikap dan tindakan setelah menang.

1) Reaksi pendukung Saul.

Mereka ingin membunuh orang-orang yang tadinya menolak Saul menjadi raja atas mereka (1 Samuel 11: 12). Ini orang-orang brengsek yang:

· ingin merayakan kemenangan dengan cara yang salah / berdosa.

· mengadu domba dengan mengingatkan kesalahan orang lain (bdk. 1Korintus 13:7 Amsal 10:12 Mat 5:9).

· mendorong untuk melakukan balas dendam.

Renungkan: apakah saudara juga sering melakukan hal seperti ini?

2) Reaksi Saul.

Saul lagi-lagi bersikap sangat bijaksana, dan menolak usul tersebut (1 Samuel 11: 13a), dan lebih dari itu ia mengakui bahwa Tuhanlah yang memberi ke-menangan kepada mereka (ay 13b). Ia tidak ‘mabuk’ oleh kemenangan tersebut dan tidak mau merayakan kemenangan dengan cara yang salah.


Penerapan: kalau saudara mendapat berkat Tuhan seperti lulus ujian, diberi hadiah, mendapat kenaikan gaji, dsb, apakah saudara merayakan hal itu dengan cara yang benar atau salah?

3) Ajakan Samuel (1 Samuel 11: 14).

Mungkin karena tadinya ada orang-orang yang menentang Saul, maka ia merasa pelantikan Saul menjadi raja itu perlu diperbaharui.

Israel menuruti nasehat Samuel itu, dan mereka memperbaharui jabatan Saul sebagai raja dan mereka juga mempersembahkan korban kepada Tuhan.

Penutup / kesimpulan:

Dalam menghadapi problem, kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan berusaha maximal. Dan setelah menang / berhasil mengatasi problem saudara, jangan merayakannya dengan cara yang salah, tetapi sadarlah bahwa Tuhanlah yang memberi kemenangan.
-AMIN-
Next Post Previous Post