MATIUS 5:4 (3 ARTI BERDUKACITA ROHANI)

Pdt. Benyamin F. Intan, Ph.D.
MATIUS 5:4 (3 ARTI DUKACITA ROHANI)
gadget, bisnis, otomotif
MATIUS 5:4 (3 ARTI BERDUKACITA ROHANI). Di dalam bacaan kita, dikatakan “berbahagialah orang yang berdukacita.” (Matius 5:4). Di sini kita melihat bahwa perkataan Tuhan Yesus ini melawan arus dunia. Perkembangan ilmu dan teknologi di dalam dunia ini untuk membuat hidup di dalam dunia ini lebih aman dan nyaman, jauh dari bahaya dan kesedihan.

Jikalau mungkin di dalam dunia ini selalu berpesta pora dan tertawa terbahak-bahak. Tetapi kemudian ada aspek paradoks di ayat ini. John Stott ketika membahas bagian ini, memakai istilah happy are the unhappy (berbahagialah yang tidak berbahagia). 

Yesus mengatakan bahwa orang yang berdukacita adalah orang yang berbahagia. Bukankah orang Kristen yang sudah diselamatkan Tuhan seharusnya berbahagia? Tetapi selama di dalam dunia ini kita tidak bisa lepas dari dukacita.

Dukacita kita akan lenyap di surga, dalam artian kematian dst. Tetapi saya percaya di surga tetap ada dukacita, yaitu dukacita yang kudus. Misalnya ketika kita teringat di dunia dulu seharusnya kita lebih taat kepada Tuhan, tidak melakukan dosa yang fatal. Allah Bapa adalah Allah yang berada di surga tetapi berdukacita karena melihat dosa dalam dunia, melihat manusia yang diciptakan segambar dengan Allah memberontak terhadap Allah dan menjadi musuh Allah.

Apa arti dukacita dalam bacaan kita? Di sini bukan dalam arti natural: kehilangan pekerjaan, putus pacar, atau mengalami musibah. Arthur Pink memakai istilah “godly sorrow” (kesedihan yang dipimpin Tuhan). Dukacita adalah dukacita Tuhan. Apa yang kita dukacitakan itu juga yang didukacitakan Tuhan. Hati Tuhan dan kita berpaut jadi satu. Hanya karena Roh Kudus ada dalam hati kita maka kita dapat berdukacita dalam arti ini. Ucapan bahagia 1 dan 2 ini saling terkait erat satu sama lain. Orang yang miskin di hadapan Allah juga adalah orang yang berdukacita. Apa artinya dukacita rohani?

Ada 3 Arti berdukacita rohani, yaitu:

1.Pertama, dukacita rohani adalah ketika berdukacita kita menangisi dosa-dosa kita. Ketika nabi Natan menegur Daud, Daud kemudian menangis. Dia berdukacita atas dosa-dosanya. Dia berkata “saya telah berbuat dosa kepada Tuhan”. Dia memohon pengampunan dari Tuhan. Dasar Daud menangisi dosanya bukan karena takut hukuman Tuhan. Tetapi dia tahu ketika dia berdosa dia sudah melukai hati Tuhan. Pertobatan Daud adalah pertobatan yang sejati karena ketika dia meminta ampun, bukan karena dia dihukum tetapi dalam hatinya Roh Kudus menegur dia.

Ketika kita berbuat dosa, ada 2 konsekuensi: pertama, konsekuensi kekal. Kita sudah melukai hati Tuhan. Kedua, ada konsekuensi temporal di mana Tuhan menghukum kita. Dua hal ini terjadi ketika kita berbuat dosa. Ada seorang teolog yang mengatakan bahwa dalam konsekuensi kekal ada godly fear. Kita takut karena sudah melukai hati Tuhan. Dia yang sudah menyelamatkan kita tetapi kita menyia-nyiakan kematian-Nya. Tetapi dalam konsekuensi kedua, memakai istilah worldly fear. Tuhan yang menghukum kita.

Ketika orang non-Kristen berbuat dosa, mereka tidak merasakan seperti apa yang kita rasakan, mereka tidak memiliki relasi dengan Tuhan sebelumnya. Tetapi ketika kita yang berbuat dosa, maka Roh Kudus membuat kita menyesali dosa-dosa kita. Kita yang memiliki relasi dengan Allah tetapi kita memutuskannya, mengecewakan dan melukai hati Tuhan. Orang Kristen ketika bertobat memfokuskan pada godly fear dan memulihkan relasi dengan Tuhan.

James Boice mengatakan bahwa kita bukan hanya berdukacita atas dosa-dosa kita tetapi juga atas konsekuensi dosa kita, khususnya ketika orang lain terkena dampaknya. Kita melihat dalam peristiwa Daud dan Batsyeba. Batsyeba kemudian hamil dan melahirkan anak, tetapi anaknya ditulahi Tuhan dengan penyakit. Saat itu Daud menangisi apa yang menimpa anaknya sebagai akibat dosanya. Yang kita tahu anak ini tidak bersalah tetapi dia turut menanggung dosa Daud. Ada komentator yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada Kristus. Kristus adalah Anak Daud. Konsekuensi dosa kita yang terkena kepada orang lain membuat kita lebih sadar untuk tidak mengulangi hal yang sama.

2.Kedua, dukacita kita adalah dukacita Tuhan, yaitu dukacita yang menangisi kejahatan manusia, mencoba menghancurkan kemuliaan Tuhan dan mencoba melawan pekerjaan Tuhan. Dalam 2 Petrus. 7:8, Tuhan mengatakan bahwa Dia menyelamatkan Lot dari Sodom dan dikatakan bahwa Lot adalah orang benar tetapi yang hidup di tengah kejahatan Sodom. Lalu dikatakan saat itu Lot begitu menderita, sebab jiwanya tersiksa. Lot melihat kejahatan di Sodom yang mencoba menghancurkan pekerjaan Tuhan, melawan dan berusaha meredupkan kemuliaan Tuhan yang seharusnya dinyatakan di sana.

Dukacita kita kepada dunia yang melawan Tuhan, tetapi juga kepada gereja-gereja atau orang-orang Kristen yang membiarkan kejahatan itu terjadi dan tidak memperdulikan sekelilingnya. Ketika kita melihat sesuatu yang jahat tetapi tidak menghalangi atau memperbaikinya, maka kita sudah berdosa. Ketika Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah, Dia mengusir para pedagang. Dia membalikkan meja-meja yang dipakai dalam bisnis. Kenapa? Di dalam Bait Allah, ada satu bagian di mana orang non-Yahudi dapat masuk dan di sana memang adalah tempat berjualan.

Dalam hari raya Paskah, orang Yahudi datang ke Yerusalem dan mereka ingin mempersembahkan korban. Maka sampai di Bait Allah, mereka akan membeli domba atau kambing. Sesuatu yang memang diizinkan dengan resmi. Di sana juga harus ada penukar uang karena pada mata uang Romawi ada gambar Kaisar. Mata uang ini akan ditukar dengan mata uang Yahudi, agar mereka dapat mempersembahkannya. Jadi ini adalah sesuatu yang baik. 

Tetapi kenapa Yesus begitu marah? Karena di sana para Imam mulai menentukan harga untuk orang-orang yang ingin berjualan, dan harganya dinaikkan. Maka harga yang dijual juga ikut naik. Para Imam mendapatkan uang, para pedagang juga. Di sana tempat itu menjadi sarang penyamun.

Inilah yang kedua, yaitu kita menangisi kejahatan dalam dunia yang melawan kemuliaan Tuhan.

3.Ketiga, dukacita menangisi mereka yang belum percaya kepada Tuhan; menangisi jiwa yang terhilang. Dalam Keluaran 32:32, kita melihat bahwa Musa berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, “Tuhan ampunilah dosa bangsa Israel. Jikalau tidak, hapuskanlah namaku daripada kitab kehidupan.” Musa begitu berduka ketika melihat Israel yang menolak Tuhan. Dia begitu mengasihi bangsa Israel. Dia rela namanya dihapuskan asal Israel dapat bertobat. Inilah dukacita kepada jiwa yang hilang.

Kita tahu Musa tidak akan dihapuskan namanya, tetapi kita melihat sebuah prinsip di sini: upah dosa adalah maut. Tuhan akan mengampuni dosa bangsa Israel, tetapi harus ada satu orang yang menanggung hukuman kekal. Kita tahu itu bukan Musa, melainkan Tuhan Yesus. Ketika Dia berada di atas kayu salib, Dia berkata, “ya Allahku, ya Allahku. Mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Tuhan Yesus mengalami hukuman neraka; penghukuman kekal, di atas kayu salib. Kita belajar juga dari Musa.

Dia yang sudah diselamatkan oleh Tuhan, hutang dia untuk membawa orang lain kepada Tuhan itu begitu luar biasa. Paulus juga mengatakan bahwa dirinya berhutang. Ketika engkau dan saya diselamatkan oleh Tuhan, maka kita harusnya memiliki jiwa penginjilan yang begitu giat. Alkitab mencatat bahwa di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menangis dua kali. Dan kedua kali itu ada hubungan dengan jiwa yang terhilang. Yang pertama ada di Yohanes 11 yang menceritakan mengenai kebangkitan Lazarus.

Pada Keluaran 32: 35, dikatakan bahwa Yesus menangis. Setelah Dia datang, Lazarus sudah meninggal 4 hari. Ada begitu banyak orang di sana, termasuk Imam, Ahli Taurat, dan orang Farisi. Yesus Kristus tidak mungkin menangisi Lazarus, karena Dia sebentar lagi akan membangkitkan Lazarus. Yesus menangisi orang-orang yang tidak percaya kepada Dia akan mati dan tidak memiliki pengharapan akan hidup yang kekal. Tidak memiliki kuasa kebangkitan dan pergi ke neraka setelah kematian mereka.

Kenapa Yesus naik harus dari Betania yang dekat dengan tempat tinggal Lazarus? Saya percaya ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Lazarus ada di situ. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa Lazarus memang akan mati lagi, tetapi ketahuilah bahwa dia memiliki pengharapan tubuh kemuliaan seperti Yesus. Satu pengharapan bagi orang percaya. Alkitab mencatat Yesus menangis secara eksplisit ketika Dia menangisi Yerusalem.


Di dalam Lukas 13, sambil menangisi Yerusalem, sambil Dia berkata bahwa Yerusalem menjadi kota di mana mereka membunuh para nabi, mereka merajam dengan batu hingga mati para utusan Allah. Dia menangisi mereka yang menghalangi penginjilan. Tangisan ini seharusnya menjadi tangisan kita. Ketika Stefanus dirajam dengan batu sampai mati, itu sangat menyakitkan.

Di negara-negara barat yang setuju dengan hukuman mati, mereka mengusahakan bagaimana orang yang dihukum mati dapat mati dengan tidak menderita. Dirajam dengan batu adalah salah satu kematian yang begitu mengerikan. Stefanus di dalam kesakitan yang luar biasa tidak mengasihani dirinya sendiri. Dia malah berdoa meminta Tuhan tidak menanggungkan dosa tersebut kepada orang-orang yang melemparinya dengan batu. Dia menangisi orang-orang tersebut. Dia berduka untuk mereka yang mencoba menghalangi pekerjaan Tuhan di dalam penginjilan. MATIUS 5:4 (3 ARTI DUKACITA ROHANI). AMIN.-
Next Post Previous Post