KISAH PARA RASUL 18:24-28 (APOLOS DAN KATEKISASI)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KISAH PARA RASUL 18:24-28 (APOLOS DAN KATEKISASI)
Dalam Kisah Para Rasul 18:24-28 ada suatu cerita yang menarik yang menunjukkan betapa pentingnya pelajaran dasar /katekisasi yang baik bagi orang kristen, apalagi bagi seorang pelayan Tuhan / pemberita Firman Tuhan.

Kisah Para Rasul 18:24-28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.

Cerita ini adalah cerita tentang seorang yang bernama Apolos. Ada beberapa hal yang diceritakan tentang Apolos oleh text ini:

1) Asal usul Apolos.

Kisah Para Rasul 18: 24: “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.

Kota Alexandria (Mesir) mempunyai semacam sekolah theologia dan merupakan pusat ‘ahli theologia’ pada jaman itu. Mungkin sekali Apolos merupakan lulusan dari sekolah theologia itu.

2) Pengetahuan Apolos.

a) Ia dikatakan ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’.
Yang dimaksud dengan ‘Kitab Suci’ di sini mungkin sekali hanyalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru belum ditulis. Kalaupun ada sebagian Perjanjian Baru yang sudah ditulis, mungkin belum dianggap sebagai Kitab Suci.

b) Juga dikatakan bahwa ia ‘telah menerima pengajaran tentang jalan Tuhan’.
Ay 25a: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan”.

1. Kata-kata ‘jalan Tuhan’ (ay 25) ataupun ‘jalan Allah’ (ay 26) jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kisah Para Rasul 9:2 18:26 19:9,23 22:4 24:14,22).
Kisah Para Rasul 9:2 - “dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem”.
Kis 19:9,23 - “(9) Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus. ... (23) Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan”.
Kisah Para Rasul 22:4 - “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara”.
Kis 24:14,22 - “(14) Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi. ... (22) Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: ‘Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu.’”.

2. Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ (ay 25) dalam bahasa Yunaninya adalah HEN KATECHEMENOS, dan dari kata KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’ (= katekisasi / pelajaran dasar).

Jadi, Apolos sudah mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar tentang kekristenan.

c) Tetapi lalu dalam ay 25b dikatakan bahwa ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’.
Kisah Para Rasul 18: 25: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes”.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan tentang bagian ini:

1. Kata-kata ‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya, atau sebaliknya).
Misalnya:
· kalau dikatakan bahwa Washington memaklumkan perang terhadap Moskow, tentu maksudnya Amerika Serikat memaklumkan perang terhadap Rusia.
· Kalau ada pemberitaan tentang pertandingan sepak bola dan dikatakan ‘Indonesia kalah’, yang dimaksudkan sebenarnya adalah ‘Kesebelasan Indonesia kalah’.
· kalau dikatakan ‘mata Tuhan ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), maksudnya adalah ‘Allah ada di segala tempat’.

Pada waktu dikatakan ‘baptisan Yohanes’, tidak mungkin yang dimaksudkan betul-betul hanya baptisan Yohanes saja. Masakan Apolos yang katanya ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’, dan yang adalah seorang pengkhotbah itu, hanya tahu tentang baptisan Yohanes saja? Pasti yang dimaksudkan adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis, termasuk pengajaran Firman Tuhan yang ia lakukan.

Bdk. Matius 21:23-27 - “(23) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepadaNya, dan bertanya: ‘Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu?’ (24) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. (25) Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? (26) Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.’ (27) Lalu mereka menjawab Yesus: ‘Kami tidak tahu.’ Dan Yesuspun berkata kepada mereka: ‘Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.’”.

Dalam text ini terjadi hal yang sama. Tidak mungkin yang dimaksudkan oleh Yesus dengan ‘baptisan Yohanes’ dalam ay 25 itu betul-betul hanya ‘baptisan Yohanes saja’. Pasti maksudnya adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis. Demikian juga dalam Kis 18:25 ini. Maksudnya, Apolos hanya mengetahui pelayanan / penga­jaran Yohanes Pembaptis.

2. Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelas­lah bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam ajaran Yohanes Pembaptis.

Yohanes 1:29-36 - “(29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (30) Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (31) Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ (32) Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. (33) Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. (34) Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’ (35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.

Yohanes 3:26-30 - “(26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya. (29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. (30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”.

3. Sekalipun Apolos tahu tentang Mesias dan pasti juga mengajarkan tentang Mesias, tetapi, dari kata-kata ‘ia hanya mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos tentang dasar-dasar kekristenan / Injil. Kita tidak bisa tahu dengan pasti apa yang kurang dalam pengertian dan pengajaran Apolos itu, tetapi sesuatu yang kurang itu pastilah merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu mempersoalkannya. Tetapi kenyataannya, mereka mempersoalkannya, dan mereka membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarnya lagi (ay 26).

3) Karunia Apolos.

a) Ia fasih bicara.
Kisah Para Rasul 18: 24: “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci”.

b) Ia mempunyai karunia untuk berdebat.
Kisah Para Rasul 18: 28: “Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Memang ay 28 ini menceritakan pelayanannya setelah pengetahuannya yang kurang itu diperbaiki oleh Priskila dan Akwila (Kisah Para Rasul 18: 26). Tetapi jelas bahwa karunia ini sudah ada sebelum pengertiannya diperbaiki oleh Priskila dan Akwila.

4) Apolos melakukan pelayanan (Kisah Para Rasul 18: 25-26a).

a) Pertama-tama kita perhatikan bagaimana ia melakukan pelayanannya.
Kisah Para Rasul 18: 25,26,28: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. ... (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Ada semangat, ada keberanian, dan ada ketekunan. Ini merupakan 3 hal yang sangat penting dalam pelayanan!!

b) Apolos giat dalam memberitakan ‘Injil’.
Kisah Para Rasul 18: 25-26a: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26a) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.”.

Dengan pengertian yang mempunyai kekurangan yang cukup penting itu, Apolos memberitakan ‘Injil’ / mengajar tentang Yesus. Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini menyebabkan ia mengajarkan hal-hal yang salah / sesat? Kekurangan pengertian memang memungkinkan terjadinya pengajaran hal-hal yang salah / sesat, tetapi dalam kasus Apolos ini, tidak terjadi pengajaran hal-hal yang salah / sesat.

Ini terlihat dari ay 25 yang mengatakan: ‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’.
Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan terjemahan yang kurang tepat. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah AKRIBOS.

KJV menterjemahkan: ‘diligently’ (= dengan rajin / tekun). Ini terjemahan yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB menterjemahkan: ‘accurately’ (= dengan akurat / tepat), dan ini terjemahan yang benar.

Jadi, Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Sebaliknya ia mengajar dengan akurat / tepat. Tetapi, ada hal-hal yang benar dan penting yang tidak dia ajarkan karena keterbatasan / kekurangan pengetahuannya.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Apollos’ message was not inaccurate or insincere; it was just incomplete” (= Berita / pesan dari Apolos bukanlah tidak akurat atau tidak tulus; tetapi hanya tidak lengkap).

c) Hasil pelayanan Apolos.
Kalau saudara ingin tahu hasil dari pelayanan Apolos pada waktu pengertiannya masih mempunyai kekurangan yang sangat penting itu, maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh beberapa penafsir sebagai orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu.

Kisah Para Rasul 19:1-7 - “(1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang”.

Dari Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma menghasilkan orang kristen KTP, yang akhirnya diiinjili ulang oleh Paulus sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.

Mengapa semua ini bisa terjadi pada seorang lulusan sekolah theologia / pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah: karena ia mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar yang kurang baik!

5) Priskila dan Akwila memperbaiki kekurangan Apolos dalam pengertiannya.
Priskila dan Akwila, sekalipun mereka adalah orang Kristen biasa / awam, tetapi telah mempelajari Injil dari Paulus, karena di Korintus Paulus tinggal serumah dengan mereka.

Kisah Para Rasul 18:1-4 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. (4) Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani”.

Catatan: Priskila dan Akwila terus menyertai Paulus sampai Kisah Para Rasul 18:19 dimana Paulus lalu meninggalkan mereka berdua di Efesus, dan di Efesus mereka lalu bertemu dengan Apolos.

Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka, dan memperbaiki pengertiannya yang kurang itu.
Ay 26b: “Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.

Ini boleh dikatakan merupakan pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah theologia / seorang pengkhotbah! Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

a) Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah theologia, mau diajar lagi tentang pelajaran dasar kekristenan, oleh orang-orang awam seperti Priskila dan Akwila, menunjukkan kerendahan hatinya yang luar biasa, yang patut ditiru.

Adam Clarke: “This eloquent man, and mighty in the Scriptures, who was even a public teacher, was not ashamed to be indebted to the instructions of a Christian woman, in matters that not only concerned his own salvation, but also the work of the ministry, in which he was engaged. It is disgraceful to a man to be ignorant, when he may acquire wisdom; but it is no disgrace to acquire wisdom from the meanest person or thing” (= Orang yang fasih bicara ini, yang hebat dalam Kitab Suci, yang bahkan adalah seorang pengkhotbah umum, tidak malu untuk berhutang budi pada pengajaran dari seorang perempuan Kristen, dalam hal-hal yang bukan hanya berkenaan dengan keselamatannya sendiri, tetapi juga dengan pekerjaan pelayanan, dalam mana ia terlibat. Adalah memalukan bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, pada waktu ia bisa mendapatkan hikmat; tetapi bukanlah sesuatu yang memalukan untuk mendapatkan hikmat dari orang atau hal yang paling hina).

Penerapan: apakah saudara malas belajar pelajaran dasar karena saudara adalah seorang majelis / guru Sekolah Minggu? Tirulah Apolos, yang sekalipun sudah lulus sekolah theologia, dan sudah menjadi seorang pengkhotbah, tetapi tetap mau diajar pelajaran dasar lagi.

b) Priskila dan Akwila tidak merasa minder / takut untuk membenahi seorang pengkhotbah dalam pengetahuannya yang kurang.

c) Sekarang mari kita memperhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos.
Ay 26b: “... setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia ay 26b ini kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 18: 25.

Kisah Para Rasul 18: 25-26: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah”.

Tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani kata yang digunakan dalam ay 26 berbeda dengan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 18: 25. Kalau ay 25 menggunakan kata Yunani AKRIBOS, maka Kisah Para Rasul 18: 26 menggunakan kata Yunani AKRIBESSERON, yang merupakan the comparative form (= bentuk pembanding) atau the comparative adverb (= kata keterangan pembanding) dari kata Yunani AKRIBOS yang diguna­kan dalam ay 25. Jadi, kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti ‘dengan akurat’, maka kata-kata ‘dengan teliti’ dalam Kisah Para Rasul 18: 26 seharusnya berarti ‘dengan lebih akurat’ [RSV/NASB: ‘more accurately’ (= dengan lebih akurat)].

Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya dengan akurat. Tetapi Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos dengan lebih akurat lagi!

6) Pelayanan Apolos setelah diperbaiki pengertiannya oleh Priskila dan Akwila.
Kisah Para Rasul 18: 27-28: “(27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.

Jelas bahwa ia melanjutkan pelayanannya yang semula, yaitu memberitakan Injil / Yesus, dan ia melakukannya dengan cara berdebat, dan lalu dikatakan bahwa ‘oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya’ (ay 27b). Kalimat ini diterjemahkan secara berbeda boleh dikatakan oleh semua Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘who, when he was come, helped them much which had believed through grace’ (= yang, ketika ia datang, banyak menolong mereka, yang telah percaya melalui kasih karunia). RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV ≈ KJV.

Tetapi Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa banyak yang memperdebatkan, apakah kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) itu harus dihubungkan dengan ‘kebergunaan Apolos’ (seperti dalam terjemahan LAI), atau dengan ‘telah menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos’ (seperti dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).

Dan ia beranggapan bahwa penekanan dari text ini adalah keberhasilan pelayanan Apolos, dan karena itu aneh kalau kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) dihubungkan dengan ‘menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos. Jauh lebih cocok, kalau kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) itu dihubungkan dengan keberhasilan / kebergunaan Apolos. Vincent mempunyai pandangan yang sama dengan Jamieson, Fausset & Brown.

Albert Barnes juga beranggapan bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) bisa dihubungkan dengan Apolos atau dengan orang-orang Kristen yang telah menjadi percaya. Tetapi bertentangan dengan Jamieson, Fausset & Brown, ia menganggap bahwa yang benar adalah yang terakhir (seperti Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).

Adam Clarke malah menganggap bahwa kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) berhubungan dengan kedua hal itu. Jadi, baik kebergunaan Apolos maupun menjadi percayanya orang-orang Kristen itu, terjadi oleh kasih karunia. Saya beranggapan bahwa secara theologis Adam Clarke benar. Tetapi kalau kita menyoroti ay 27 itu, maka kata-kata ‘through grace’ (= melalui kasih karunia) hanya bisa menunjuk kepada salah satu dari kedua hal itu.

Kebergunaan Apolos yang hebat ini terjadi di Akhaya (Kisah Para Rasul 18: 27). Korintus adalah ibu kota dari Akhaya. Hebatnya pelayanan Apolos di Akhaya / Korintus terlihat dari:

a) Di Korintus sampai muncul ‘kelompok Apolos’.
1Korintus 1:12 - “Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus”.

1Korintus 3:4 - “Karena jika yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”.

Orang-orang Korintus yang suka grup-grupan sampai ada yang mendewakan dia sedemikian rupa, sehingga menganggap diri dari grup Apolos. Ini bukan kesalahan Apolos, tetapi kesalahan orang-orang Korintus itu sendiri. Ada penafsir (The Biblical Illustrator) yang menganggap bahwa Apolos tak mau datang ke Korintus dalam 1Korintus 16:12, sekalipun Paulus sendiri mendesaknya untuk datang, karena ia tidak senang didewakan! Tetapi penekanan saya adalah: kalau ia tidak hebat dalam pelayanannya, tidak akan ada orang yang mau membanggakan diri dengan sebutan ‘kelompok / grup Apolos’!
b) Paulus jelas menganggap dia sebagai pelayan Tuhan dan rekan kerjanya!
1Korintus 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

Kesimpulan:

Apolos yang sudah menerima katekisasi, dan punya perngertian Kitab Suci yang hebat, sudah berkhotbah dsb, tetapi mempunyai kekurangan dalam pelajaran dasar, ternyata hanya menghasilkan orang kristen KTP dalam pelayanan yang ia lakukan dengan mati-matian. Tetapi setelah kekurangan pengertian dasarnya diperbaiki, ia menjadi orang yang sangat berguna bagi gereja / Tuhan.

Ini menunjukkan bahwa katekisasi yang baik adalah sesuatu yang penting, karena hal ini bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara (dan tentunya juga keselamatan saudara), tetapi juga pelayanan saudara atau iman dan keselamatan dari orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang katekisasi (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb). Saudara harus me­mentingkan mutunya!

Kalau katekisasi yang kurang baik saja bisa mengaki­batkan hal-hal seperti itu, bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut katekisasi?.KISAH PARA RASUL 18:24-28 (APOLOS DAN KATEKISASI).-AMIN_
Next Post Previous Post