FAKTOR KESUKSESAN PELAYANAN APOLOS (KISAH PARA RASUL 18:24-28)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
FAKTOR KESUKSESAN PELAYANAN APOLOS (KISAH PARA RASUL 18:24-28). Kisah Para Rasul 18:24-28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.”.
I) Diri Apolos.
1) Ia berasal dari Alexandaria (Kisah Para Rasul 18: 24).
Kota ini merupakan pusat ‘ahli theologia’ saat itu, karena di sana ada semacam sekolah theologia yang terkenal karena penafsiran alegorisnya.
Mungkin sekali Apolos adalah lulusan dari sekolah tersebut.
2) Ia adalah orang yang ‘fasih berbicara’ (Kisah Para Rasul 18: 24).
Kisah Para Rasul 18: 24: “Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.”.
Kata Yunani yang dipakai adalah LOGIOS, yang bisa berarti 2 hal:
a) ‘learned’ [= terpelajar].
NIV: ‘he was a learned man’ [= ia adalah orang yang terpelajar].
Tetapi kalau diambil arti ini, maka bagian ini akan overlap dengan bagian selanjutnya yang mengatakan bahwa ia ‘mahir dalam soal-soal Kitab Suci’.
Karena itu pada umumnya orang lebih condong pada arti yang ke 2 di bawah ini.
b) ‘eloquent’ [= fasih bicara].
KJV/RSV/NASB: ‘an eloquent man’ [= seorang yang fasih bicara].
Ini tidak menunjuk kepada orang yang sekedar banyak berbicara! Tetapi ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang pandai memilih kata-kata yang tepat, dan menyusunnya sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu argumentasi yang kuat. Ini jelas merupakan suatu karunia dari Tuhan!
3) Ia adalah orang yang ‘mahir dalam soal-soal Kitab Suci’ (Kisah Para Rasul 18: 24).
a) Yang dimaksud dengan Kitab Suci di sini tentu hanya Perjanjian Lama saja, karena pada saat itu Perjanjian Baru belum ada.
Ini adalah salah satu alasan yang menyebabkan banyak orang menganggap bahwa Apolos adalah penulis surat Ibrani.
Catatan:
1. Surat Ibrani adalah kitab dalam Perjanjian Baru yang paling banyak berhubungan dengan Perjanjian Lama!
2. Siapa penulis dari surat Ibrani ini tidak diketahui dengan pasti. Dulu orang berpendapat bahwa penulis surat ini adalah Paulus, tetapi sekarang kebanyakan orang meninggalkan pandangan itu. Saya sendiri berpendapat bahwa penulis surat Ibrani bukan Paulus karena semua surat-surat Paulus yang lain selalu dengan jelas menuliskan bahwa surat itu berasal dari Paulus, sedangkan surat Ibrani tidak.
b) Apolos bisa mempunyai kefasihan bicara karena hal itu dikaruniakan kepadanya, tetapi bahwa ia bisa memiliki kemahiran dalam soal-soal Kitab Suci, jelas disebabkan karena ia rajin dan tekun dalam belajar Firman Tuhan.
Penerapan: Rajinkah saudara belajar Kitab Suci (dalam Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Saat Teduh, mempelajari makalah khotbah, buku-buku rohani, dsb)? Tekunkah saudara dalam belajar Kitab Suci?
4) Ia ‘telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan’ (Kisah Para Rasul 18: 25).
Kisah Para Rasul 18: 25: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.”.
a) Kata-kata ‘jalan Tuhan’ jelas menunjuk pada kekristenan / Injil (bdk. Kis 9:2 18:26 19:9,23 22:4 24:14,22).
Kisah Para Rasul 9:2 - “dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.”.
Kis 19:9,23 - “(9) Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus. ... (23) Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.”.
Kis 22:4 - “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.”.
Kisah Para Rasul 24:14,22 - “(14) Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi. ... (22) Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan Tuhan, menangguhkan perkara mereka, katanya: ‘Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu.’”.
Dalam tafsirannya tentang Kis 18:24-28, William Barclay berkata: “Christianity is here described as The Way of the Lord. One of the commonest titles in Acts is The Way (9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22); and that title shows us at once that Christianity means not only believing certain things but putting them into practice.” [= Kekristenan di sini digambarkan sebagai ‘Jalan Tuhan’. Salah satu gelar yang paling umum dalam Kisah Rasul adalah ‘Jalan’ (9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22); dan gelar ini langsung menunjukkan bahwa kekristenan berarti bukan hanya mempercayai hal-hal tertentu tetapi mempraktekkan hal-hal itu.] - hal 139.
b) Kata-kata ‘telah menerima pengajaran’ dalam bahasa Yunaninya adalah HEN KATECHEMENOS, dan dari kata KATECHEMENOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘catechism’ [= katekisasi / pelajaran dasar].
Kesimpulannya: Apolos sudah mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar tentang kekristenan.
Sekalipun dalam Kitab Suci ada banyak peristiwa dimana orang yang percaya langsung dibaptis (seperti dalam Kis 2:41 8:36-38 dsb), dan karena itu haruslah disimpulkan bahwa katekisasi tidak boleh dimutlakkan sebagai syarat untuk menerima baptisan, tetapi bagaimanapun juga katekisasi jelas merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh dia¬baikan. Pelajaran tentang dasar-dasar kekristenan / Injil, apakah disebut katekisasi atau sebutan lain, apakah diberikan sebelum atau sesudah baptisan, tetap harus diberikan, karena tanpa dasar yang baik tidak mungkin seseorang bisa bertumbuh dengan baik!
5) Ia ‘hanya mengetahui baptisan Yohanes’ (Kisah Para Rasul 18: 25).
Kisah Para Rasul 18: 25: “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.”.
a) Kata-kata ‘baptisan Yohanes’ di sini adalah suatu synecdoche.
Synecdoche adalah suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya, atau sebaliknya.
Misalnya:
1. Kalau dikatakan bahwa Washington memaklumkan perang terhadap Moskow, tentu maksudnya Amerika Serikat memaklumkan perang terhadap Rusia.
2. Kalau ada pemberitaan tentang pertandingan sepak bola dan dikatakan ‘Indonesia kalah’, yang dimaksudkan sebenarnya adalah ‘Kesebelasan Indonesia kalah’.
3. Kalau dikatakan ‘mata Tuhan ada di segala tempat’ (Amsal 15:3), maksudnya adalah ‘Allah ada di segala tempat’.
Pada waktu dikatakan ‘baptisan Yohanes’, tidak mungkin yang dimaksudkan betul-betul hanya baptisan Yohanes saja. Masakan Apolos yang katanya ‘sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci’, dan yang adalah seorang pengkhotbah itu, hanya tahu tentang baptisan Yohanes saja? Pasti yang dimaksudkan adalah seluruh pelayanan Yohanes Pembaptis, termasuk pengajaran Firman Tuhan yang ia berikan.
Hal yang sama terjadi dalam Matius 21:25 - “Dari manakah BAPTISAN YOHANES? Dari sorga atau dari manusia?’ Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: ‘Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?”.
b) Kalau Apolos mengetahui ajaran dari Yohanes Pembaptis, maka jelas¬lah bahwa ia pasti tahu bahwa Yesus adalah Mesias, karena hal ini ada dalam ajaran Yohanes Pembaptis (bdk. Yoh 1:29-36 3:26-30).
Yoh 1:29-36 - “(29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (30) Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (31) Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ (32) Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. (33) Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. (34) Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’ (35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah!’”.
Yoh 3:26-30 - “(26) Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ‘Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepadaNya.’ (27) Jawab Yohanes: ‘Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. (28) Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahuluiNya. (29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. (30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”.
c) Tetapi, dari kata-kata ‘ia HANYA mengetahui baptisan Yohanes’, jelaslah bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengertian Apolos tentang dasar-dasar kekristenan / Injil. Sesuatu yang kurang itu pastilah merupakan hal yang sangat penting (mungkin berhubungan dengan kematian atau kebangkitan Kristus), karena kalau tidak, Priskila dan Akwila tidak akan terlalu mempersoalkannya.
Kisah Para Rasul 18: 26b: “Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.”.
II) Pelayanan Apolos.
1) Apolos melayani di Efesus (Kisah Para Rasul 18: 24-26).
Kisah Para Rasul 18: 24-26a: “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26a) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.”.
a) Orang / jemaat gereja Efesus.
Orang Efesus yang rindu untuk mendengar Firman Tuhan, ditinggal oleh Paulus (Kisah Para Rasul 18: 20-21).
Kisah Para Rasul 18: 20-21: “(20) Mereka minta kepadanya untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi ia tidak mengabulkannya. (21) Ia minta diri dan berkata: ‘Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.’ Lalu bertolaklah ia dari Efesus.”.
Tetapi sekarang kita melihat bahwa Tuhan menggantikan Paulus dengan Apolos! Dari sini bisa kita pelajari bahwa Tuhan pasti akan memberi Firman Tuhan kepada orang-orang yang merindukannya.
Sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak merindukan firman Tuhan, atau mendengar firman Tuhan tetapi tidak mentaatinya, Tuhan bisa mencabut firman yang tadinya ada di tengah-tengah mereka sehingga mereka tidak lagi mendapatkan firman. Ini terlihat dari fakta bahwa Paulus, pada waktu ditolak oleh orang-orang Yahudi, lalu mengalihkan pemberitaan firmannya kepada orang-orang non Yahudi. Juga perhatikan text di bawah ini:
Amos 8:11-12 - “(11) ‘Sesungguhnya, waktu akan datang,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. (12) Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya.”.
b) Sekarang mari kita soroti pelayanan Apolos di Efesus.
1. ‘dengan bersemangat ia berbicara’ (Kisah Para Rasul 18: 25).
Ia punya semangat yang hebat, padahal masih ada yang kurang dalam pengetahuannya. Dalam pengetahuan tentang Injil, mungkin sekali saudara lebih baik dari Apolos pada saat itu. Tetapi bagaima¬na dengan semangat saudara dalam memberitakannya?
2. ‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’ (Kisah Para Rasul 18: 25).
Ini terjemahan yang kurang tepat!
KJV: ‘diligently’ [= dengan rajin / tekun]. Ini terjemahan yang lebih salah lagi!
RSV/NIV/NASB: ‘accurately’ [= dengan akurat / tepat]. Ini terjemahan yang benar.
Jadi, kalau tadi dikatakan bahwa ada yang kurang dalam pengetahuan Apolos, itu tidak berarti bahwa Apolos lalu mengajarkan sesuatu yang salah, tetapi ada hal-hal yang benar (dan penting) yang tidak dia ajarkan karena keterbatasan pengetahuannya.
3. ‘Ia mulai mengajar dengan berani’ (Kisah Para Rasul 18: 26).
Kisah Para Rasul 18: 26a: “Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.”.
Ia memberitakan Injil di rumah ibadat! Ini jelas merupakan perbuatan yang mengandung risiko!
Penerapan: apakah saudara selalu takut dalam memberitakan Injil?
Semangat dan keberanian Apolos sangat penting dalam pelayanan. Tetapi dengan pengertian yang kurang (apalagi kalau salah) ini bisa justru menjadi berbahaya! Seorang pemberita firman bukan hanya membutuhkan semangat dan keberanian, tetapi di atas segala-galanya, ia membutuhkan pengertian yang benar, supaya pemberitaannya benar.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
a. Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”.
NIV: ‘It is not good to have zeal without knowledge,’ [= Adalah tidak baik untuk mempunyai semangat tanpa pengetahuan,].
b. Efesus 6:18b-20 - “(18b) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”.
c) Apa akibat / hasil dari pelayanan Apolos yang mempunyai kekurangan dalam pengertian yang cukup penting itu?
Dengan pengertian yang mempunyai kekurangan yang cukup penting itu, Apolos memberitakan ‘Injil’ / mengajar tentang Yesus. Apakah kekurangan dalam pengertian Apolos ini menyebabkan ia mengajarkan hal-hal yang salah / sesat? Kekurangan pengertian memang memungkinkan terjadinya pengajaran hal-hal yang salah / sesat, tetapi dalam kasus Apolos ini, tidak terjadi pengajaran hal-hal yang salah / sesat.
Ini terlihat dari Kisah Para Rasul 18: 25 yang mengatakan: ‘dengan teliti ia mengajar tentang Yesus’.
Kata-kata ‘dengan teliti’ ini merupakan terjemahan yang kurang tepat. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah AKRIBOS.
RSV/NIV/NASB: ‘accurately’ [= dengan akurat / tepat]. Ini terjemahan yang benar.
Jadi, Apolos tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Sebaliknya ia mengajar dengan akurat / tepat. TETAPI, ADA HAL-HAL YANG BENAR DAN PENTING YANG TIDAK DIA AJARKAN KARENA KETERBATASAN / KEKURANGAN PENGETAHUANNYA.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Apollos’ message was not inaccurate or insincere; it was just incomplete.” [= Berita / pesan dari Apolos bukanlah tidak akurat atau tidak tulus; tetapi hanya tidak lengkap.].
Tetapi perlu dicamkan bahwa orang sama-sama bisa mati karena diberi racun, atau karena hanya diberi makanan yang sekalipun tidak membahayakan tetapi sama sekali tidak ada gizinya! Ini yang akan dialami oleh orang-orang yang terus menerus pergi ke gereja-gereja yang hanya memberitakan ajaran moral dan etika, tetapi tidak pernah mengajarkan ajaran yang bersifat doktrinal, dan khususnya tidak pernah memberitakan Injil!!!
d) Hasil pelayanan Apolos.
Kalau saudara ingin tahu hasil dari pelayanan Apolos pada waktu pengertiannya masih mempunyai kekurangan yang sangat penting itu, maka lihatlah Kis 19:1-7, yang dianggap oleh beberapa penafsir sebagai orang-orang yang merupakan buah pelayanan Apolos pada saat itu.
Kisah Para Rasul 19:1-7 - “(1) Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. (2) Katanya kepada mereka: ‘Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?’ Akan tetapi mereka menjawab dia: ‘Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.’ (3) Lalu kata Paulus kepada mereka: ‘Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?’ Jawab mereka: ‘Dengan baptisan Yohanes.’ (4) Kata Paulus: ‘Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.’ (5) Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (6) Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. (7) Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang”.
Dari Kis 19:1-7 itu terlihat bahwa Apolos cuma menghasilkan orang kristen KTP, yang akhirnya diinjili ulang oleh Paulus sehingga bertobat dengan sungguh-sungguh.
Mengapa semua ini bisa terjadi pada seorang lulusan sekolah theologia / pengkhotbah? Jawabnya jelas adalah: karena ia mendapatkan katekisasi / pelajaran dasar yang kurang baik!
Penerapan: Katekisasi YANG BAIK adalah sesuatu yang penting, karena hal ini bukan hanya akan mempengaruhi iman saudara, tetapi juga pelayanan saudara / iman dari orang-orang yang saudara layani. Karena itu, jangan memilih sembarang katekisasi (yang pendek / singkat, di gereja yang terdekat dsb). Saudara harus me¬mentingkan mutunya!
Kalau katekisasi yang kurang baik saja bisa mengaki¬batkan hal-hal seperti itu, bagaimana kalau saudara tidak pernah ikut katekisasi?
2) Priskila dan Akwila memperbaiki kekurangan Apolos dalam pengertiannya.
Kisah Para Rasul 18: 26b: “Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.”.
Priskila dan Akwila, sekalipun mereka adalah orang Kristen biasa / awam, tetapi telah mempelajari Injil dari Paulus, karena di Korintus Paulus tinggal serumah dengan mereka.
Kis 18:1-4 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. (4) Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.”.
Catatan: Priskila dan Akwila terus menyertai Paulus sampai Kis 18:19 dimana Paulus lalu meninggalkan mereka berdua di Efesus, dan di Efesus mereka lalu bertemu dengan Apolos.
Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka, dan memperbaiki pengertiannya yang kurang itu.
Kisah Para Rasul 18: 26b: “Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.”.
Ini boleh dikatakan merupakan pengulangan katekisasi, dan ini dilakukan terhadap seorang lulusan sekolah theologia / seorang pengkhotbah! Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a) Bahwa Apolos, sebagai seorang lulusan sekolah theologia, mau diajar lagi tentang pelajaran dasar kekristenan, oleh orang-orang awam seperti Priskila dan Akwila, menunjukkan kerendahan hatinya yang luar biasa, yang patut ditiru.
Adam Clarke: “This eloquent man, and mighty in the Scriptures, who was even a public teacher, was not ashamed to be indebted to the instructions of a Christian woman, in matters that not only concerned his own salvation, but also the work of the ministry, in which he was engaged. It is disgraceful to a man to be ignorant, when he may acquire wisdom; but it is no disgrace to acquire wisdom from the meanest person or thing.” [= Orang yang fasih bicara ini, yang hebat dalam Kitab Suci, yang bahkan adalah seorang pengkhotbah umum, tidak malu untuk berhutang budi pada pengajaran dari seorang perempuan Kristen, dalam hal-hal yang bukan hanya berkenaan dengan keselamatannya sendiri, tetapi juga dengan pekerjaan pelayanan, dalam mana ia terlibat. Adalah memalukan bagi seseorang untuk tidak mempunyai pengetahuan, pada waktu ia bisa mendapatkan hikmat; tetapi bukanlah sesuatu yang memalukan untuk mendapatkan hikmat dari orang atau hal yang paling hina.].
Penerapan: apakah saudara malas belajar pelajaran dasar karena saudara adalah seorang majelis / guru Sekolah Minggu? Tirulah Apolos, yang sekalipun sudah lulus sekolah theologia, dan sudah menjadi seorang pengkhotbah, tetapi tetap mau diajar pelajaran dasar lagi.
Barclay (tentang Matius 13:1-9,18-23): “There are the hearers with shut minds. There are people into whose minds the word has no more chance of gaining entry than the seed has of settling into the ground that has been beaten hard by many feet. There are many things which can shut people’s minds. Prejudice can make them blind to everything they do not wish to see. The unteachable spirit can erect a barrier which cannot easily be broken down. The unteachable spirit can result from one of two things. It can be the result of pride which does not know that it needs to know; and it can be the result of the fear of new truth and the refusal to adventure on the ways of thought. Sometimes an immoral character and a particular way of life can shut the mind. There may be truth which condemns the things that an individual loves and which accuses the things that he or she does; and many refuse to listen to or to recognize the truth which condemns them, for there are none so blind as those who deliberately will not see.” [= Ada pendengar-pendengar dengan pikiran yang tertutup. Ada orang-orang ke dalam pikiran siapa firman sama tidak punya kesempatan untuk masuk dari pada benih mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah yang telah dikeraskan oleh banyak kaki. Ada banyak hal yang bisa menutup pikiran orang-orang. Prasangka bisa membuat mereka buta pada segala sesuatu yang tidak ingin mereka lihat. Roh yang tidak dapat diajar ini bisa mendirikan suatu tembok pemisah yang tidak bisa dihancurkan dengan mudah. Roh yang tidak dapat diajar bisa merupakan hasil / akibat dari dua hal. Itu bisa merupakan hasil / akibat dari kesombongan yang tidak tahu bahwa ia perlu tahu; dan itu bisa merupakan hasil / akibat dari rasa takut terhadap kebenaran yang baru dan penolakan pada petualangan pada / tentang cara-cara pemikiran. Kadang-kadang karakter yang tidak bermoral dan suatu jalan / cara kehidupan khusus / tertentu bisa menutup pikiran. Bisa ada kebenaran yang mengecam hal-hal yang seseorang cintai dan yang menuduh hal-hal yang ia lakukan; dan banyak orang menolak untuk mendengar atau mengakui kebenaran yang mengecam mereka, karena TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BEGITU BUTA SEPERTI MEREKA YANG DENGAN SENGAJA TIDAK MAU MELIHAT.] - hal 59-60.
b) Priskila dan Akwila tidak merasa minder / takut untuk membenahi seorang pengkhotbah dalam pengetahuannya yang kurang.
c) Sekarang mari kita memperhatikan bagaimana Akwila dan Priskila mengajar Apolos.
Kisah Para Rasul 18: 26b: “... setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.”.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Kisah Para Rasul 18: 26b ini kembali menggunakan kata-kata ‘dengan teliti’, seperti yang digunakan dalam ay 25.
Kisah Para Rasul 18: 25-26: “(25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan DENGAN TELITI ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan DENGAN TELITI menjelaskan kepadanya Jalan Allah.”.
Tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani kata yang digunakan dalam ay 26 berbeda dengan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 18: 25. Kalau ay 25 menggunakan kata Yunani AKRIBOS, maka Kisah Para Rasul 18: 26 menggunakan kata Yunani AKRIBESSERON, yang merupakan ‘the comparative form’ [= bentuk pembanding] atau ‘the comparative adverb’ [= kata keterangan pembanding] dari kata Yunani AKRIBOS yang diguna¬kan dalam ay 25. Jadi, kalau kata-kata ‘dengan teliti’ dalam ay 25 tadi seharusnya berarti ‘dengan akurat’, maka kata-kata ‘dengan teliti’ dalam Kisah Para Rasul 18: 26 seharusnya berarti ‘dengan lebih akurat’ [RSV/NASB: ‘more accurately’ {= dengan lebih akurat}].
Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya DENGAN AKURAT. Tetapi Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos DENGAN LEBIH AKURAT LAGI!
6) Pelayanan Apolos setelah diperbaiki pengertiannya oleh Priskila dan Akwila.
a) Apolos melayani di Akhaya / Korintus (Kisah Para Rasul 18: 27-28].
Kisah Para Rasul 18: 27-28: “(27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
Mungkin sekali Priskila dan Akwila, yang pernah tinggal bersama-sama dengan Paulus selama beberapa waktu di Korintus, menasehati Apolos untuk pergi ke Korintus, untuk mengairi / menyirami apa yang Paulus tanam di sana.
Sekarang mari kita perhatikan beberapa hal tentang pelayanan Apolos di Korintus yang adalah ibukota Akhaya.
1. ‘dengan tak jemu-jemunya ia membantah’ (Kisah Para Rasul 18: 28a).
Ini lagi-lagi salah terjemahan!
NIV: ‘vigorously’ [= dengan dahsyat / hebat].
KJV: ‘mightily’ [= dengan kuat].
RSV/NASB: ‘powerfully’ [= dengan kuat].
Ini menunjuk baik pada semangat Apolos, maupun pada kuatnya argumentasi yang diberikan oleh Apolos. Argumentasi yang kuat merupakan hal yang sangat penting, karena sangat mempengaruhi iman / keyakinan kita!
2. ‘membuktikan dari Kitab Suci’ (Kisah Para Rasul 18: 28).
Dalam mengajar maupun berdebat, kita harus melakukan¬nya berdasarkan Kitab Suci, bukan berdasarkan pengalaman / illustrasi / dongeng dsb!
3. ‘ia menjadi seorang yang sangat berguna untuk orang-orang percaya’ (Kisah Para Rasul 18: 27b).
Ia menjadi berguna untuk orang-orang Korintus karena:
a. Ia menguatkan iman mereka yang diserang oleh orang-orang Yahudi.
b. Ia mendukung mereka yang kurang mengerti dengan argumentasi-argumentasi yang bisa mereka pakai untuk melawan orang-orang Yahudi.
Kesimpulan: Apolos sukses dalam pelayanannya!
III) Apa sebabnya Apolos sukses dalam pelayanannya?
A) Faktor Tuhan (Kisah Para Rasul 18: 27b).
Kisah Para Rasul 18: 27b: “Setibanya di Akhaya maka ia, OLEH KASIH KARUNIA ALLAH, menjadi orang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya”.
Ditinjau dari sudut bahasa Yunani, maka kata ‘kasih karunia’ ini bisa menunjuk pada:
1) Berhasilnya pelayanan Apolos. Ini arti yang diambil oleh Kitab Suci Indonesia.
Ini menunjukkan bahwa Apolos bisa berhasil dan menjadi orang yang berguna karena kasih karunia Allah.
2) Menjadi percayanya orang Korintus.
KJV: ‘who, when he was come, helped them much which had believed through grace’ [= yang, ketika ia datang, banyak menolong mereka, yang telah percaya melalui kasih karunia].
RSV: ‘he greatly helped those who through grace had believed’ [= ia sangat menolong mereka yang melalui kasih karunia telah percaya].
NIV: ‘he was a great help to those who by grace had believed’ [= ia adalah suatu pertolongan besar bagi mereka yang oleh kasih karunia telah percaya].
Kalau kita mengambil arti ini, maka itu menunjukkan bahwa orang Korintus bisa menjadi percaya karena kasih karunia Allah.
Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa banyak yang memperdebatkan, apakah kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] itu harus dihubungkan dengan ‘kebergunaan Apolos’ (seperti dalam terjemahan LAI), atau dengan ‘telah menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos’ (seperti dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).
Dan ia beranggapan bahwa penekanan dari text ini adalah keberhasilan pelayanan Apolos, dan karena itu aneh kalau kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] dihubungkan dengan ‘menjadi percayanya orang-orang Kristen yang dilayani oleh Apolos’. Jauh lebih cocok, kalau kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] itu dihubungkan dengan keberhasilan / kebergunaan Apolos. Vincent mempunyai pandangan yang sama dengan Jamieson, Fausset & Brown.
Albert Barnes juga beranggapan bahwa kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] bisa dihubungkan dengan Apolos atau dengan orang-orang Kristen yang telah menjadi percaya. Tetapi bertentangan dengan Jamieson, Fausset & Brown, ia menganggap bahwa yang benar adalah yang terakhir (seperti Alkitab-Alkitab bahasa Inggris).
Adam Clarke malah menganggap bahwa kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] berhubungan dengan kedua hal itu. Jadi, baik kebergunaan Apolos maupun menjadi percayanya orang-orang Kristen itu, terjadi oleh kasih karunia. Saya beranggapan bahwa secara theologis Adam Clarke benar. Tetapi kalau kita menyoroti ay 27 itu, maka kata-kata ‘through grace’ [= melalui kasih karunia] hanya bisa menunjuk kepada salah satu dari kedua hal itu. Dan saya sendiri memilih tafsiran Jamieson, Fausset & Brown dan Vincent.
Jadi, kesimpulannya: Apolos bisa berhasil karena kasih karunia Allah! Bandingkan dengan 2 text di bawah ini:
Yoh 15:5b - “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.
1Kor 3:6-7 - “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”.
B) Faktor Apolos sendiri.
1) Ia belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun.
Ia bahkan dengan rendah hati mau belajar dari Pris¬kila dan Akwila, yang adalah tukang kemah / perem¬puan, padahal ia sendiri adalah seorang ahli theolo¬gia, pengkhotbah dan pengajar yang hebat (Kisah Para Rasul 18: 26)!
Penerapan: apakah saudara mempunyai kerendahan hati dalam belajar Firman Tuhan?
2) Ia mempunyai karunia dan ia melayani sesuai karunianya.
Kalau saudara memperhatikan pelayanannya, baik di Efesus maupun di Korintus, maka saudara akan melihat bahwa ia hanya melayani dalam pemberitaan / pengajaran Firman Tuhan, karena memang di sanalah ia berkarunia!
Penerapan: Tahukah saudara karunia apa yang saudara miliki? Dan apakah saudara melayani sesuai karunia itu? Jangan menjadi pengkhotbah kalau tidak mempunyai karunia berkhotbah (baik dalam menyusun khotbah maupun menyampaikan khotbah).
C) Faktor orang lain.
1) Orang-orang Efesus (Kisah Para Rasul 18: 27a).
Mereka tidak memaksa Apolos untuk tinggal bersama mereka (sama seperti dalam Kisah Para Rasul 18: 20 mereka tidak memaksa Paulus untuk tinggal bersama mereka).
Mereka bahkan menulis surat kepada orang kristen di Korintus (Kisah Para Rasul 18: 27b), dan memberikan rekomendasi tentang Apolos. Ini menyebabkan Apolos diterima oleh orang Korintus dan bisa berguna di sana.
Jadi, ketidak-egoisan orang Efesus jelas punya andil dalam keberhasilan Apolos.
2) Priskila dan Akwila (Kisah Para Rasul 18: 26).
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Kisah Para Rasul 18: 26:
a) Mereka melihat karunia dan semangat Apolos.
Kita perlu ‘membuka mata’ untuk melihat orang-orang yang berpotensi dalam pelayanan, baik seba¬gai pendeta / pengkhotbah, guru sekolah minggu, chair¬man, organist / gitarist, bendahara, penulis dsb.
b) Mereka kritis dalam mendengar khotbah.
Kekritisan ini menyebabkan mereka melihat adanya kekurangan dalam ajaran / pengertian Apolos.
Catatan: Sekalipun sikap kritis merupakan sesuatu yang penting, tetapi sikap hyper-critical, yang menunjuk pada orang yang TERLALU kritis, jelas merupakan sikap yang salah.
c) Bahwa mereka mengajar Apolos, menunjukkan bahwa:
1. Mereka tidak iri hati pada karunia Apolos.
2. Mereka tidak sombong atas kelebihan pengetahuan¬nya atas Apolos.
3. Mereka tidak merasa minder, sekalipun mereka adalah orang biasa / awam. Mereka berani mengajar seorang pengkhotbah / ahli theologia seperti Apolos.
4. Mereka tahu bahayanya ‘semangat tanpa pengeta¬huan’, dan karena itu mereka tak mau membiarkan Apolos.
Tentang bahayanya semangat tanpa pengetahuan, lihat text-text di bawah ini:
a. Roma 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”.
b. Yohanes 16:2 - “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.”.
c. Kisah Para Rasul 26:9-11 - “(9) Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.
5. Mereka melaksanakan 2Timotius 2:2 yang berbunyi: “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.”.
6. Akurasi dalam pengajaran Firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat penting!
Apolos sudah menerima pelajaran tentang dasar kekristenan, dan ia bahkan sudah mengajarkannya DENGAN AKURAT. Tetapi Priskila dan Akwila menganggapnya masih kurang, sehingga mereka mengajar Apolos DENGAN LEBIH AKURAT LAGI!
Penerapan: Kalau saya membahas bahasa asli Kitab Suci, atau menggunakan terjemahan Kitab Suci bahasa asing / Inggris, atau menggunakan gramatika bahasa asli yang rumit, DEMI MENDAPATKAN ARTI YANG AKURAT DARI FIRMAN TUHAN, bagaimana tanggapan saudara? Apakah saudara jengkel karena semua itu saudara anggap terlalu sukar?
d) Secara manusia, tambahan pengetahuan yang mereka berikan kepada Apolos ini, pastilah punya andil yang sangat besar bagi kesuksesan Apolos!
Jimmy Jeffry: Apolos seorang Yahudi yang fasih dalam soal-soal kitab suci dalam hal ini Torah dan kitab para nabi. Pada Kisah Para Rasul 18: 24 teks Yunani tertulis δυνατός (dunatos), menurut Thayer artinya:1) able, powerful, mighty, strong dan oleh LAI diterjemahkan dengan kata "sangat mahir". Penyebutan kata mahir lainnya berkaitan dengan kitab suci atau Torah terdapat pada Ezra 7:6 "Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN..". Pada ay ini teks Ibraninya מהר / מהיר (mâhı̂yr/mâhir), menurut BDB artinya quick, prompt, skilled, ready. Kemungkinan kata "mahir" dalam bahasa Indonesia diserap dari Ibrani.
Hal ini menunjukan kecerdasan Apolos tentang kitab suci diatas rata-rata mungkin bisa dibandingkan dengan Ezra. Pada saat itu telah ada beberapa versi Torah dlm beberapa bahasa seperti Proto Masoret (Ibrani), Septuaginta (Yunani), Targum (Aramaic) dan Samaritan Pentateuch (Samaria). Apolos kemungkinan menguasai lebih dari satu versi bahasa khususnya Septuaginta. Karena Apolos berasal dr kota Aleksandria tempat Septuaginta ditulis oleh sekitar 70/72 rabbi. Alexandria dikenal dgn perpustakaan besarnya pada masa itu dan banyak komunitas Yahudi berdiam di sana salah satu diantara Philo seorang pemikir Yahudi kuno yg terkenal selain Joshepus.
Jika Paulus bertobat melalui kisah supranatural dramatis perjumpaannya dengan Yesus, Apolos hanya disebutkan "..Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.." yang berarti telah melewati kajian dan perenungan yang mendalam. Saya kira tipikal Apolos juga cukup banyak pada masa itu yaitu mereka-mereka yang menguasai Taurat dan bertobat. Kisah Para Rasul 6:7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Nilai plus Apolos selain cerdas atau sangat mahir kitab suci, dia juga disebutkan fasih berbicara (logios). Kombinasi antara kefasihan berbicara dan pengetahuan yg mendalam menjadikan Apolos sebagai orator atau debator yang ulung. Apalagi didorong dengan motivasi yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, maka Apolos berani menyampaikan kebenaran bahkan di rumah ibadat (Sinagoge). Tetapi pemahamannya kurang lengkap tentang baptisan karena hanya mengenal baptisan Yohanes yang hanya sebatas baptisan pertobatan dengan air sedangkan yang diajarkan Yesus tentang dibaptis dengan Roh Kudus (Matius 3:11, Kisah Para Rasul 1:5, Matius 28:19). Maka Priskilia dan Akwila yang telah paham mengetahui kekeliruan pengajaran Apolos dan meluruskannya.
Setelah itu pelayanan Apolos semakin baik & berkembang dan pengajarannya sangat berguna bagi orang-orang percaya (Kisah Para Rasul 18:27). Bahkan Apolos terus membantah atau mendebat orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Saya membayangkan jika Apolos ada di abad modern, dia akan berhadapan dgn para apologet Judaism seperti Tovia Singer, Shmuley Boteach, Bentzion Kravitz (JewsforJudaism) etc .
Bukti dari dampak pelayan Apolos yaitu banyaknya pengikutnya seperti yang disebut Paulus dalam suratnya. 1 Korintus 1:12 "..: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus..". Menariknya pada ayat lain Paulus menulis kalimat 1 Korintus 3:6 "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan". Ayat ini bisa saja diartikan bahwa Paulus lebih pada penginjilan/misi dan Apolos pada pembinaannya, tetapi bisa juga kedua-duanya telah melakukan penginjilan sekaligus pembinaan.
Apa yg bisa kita pelajari dari kisah Apolos:
1. Seseorang yang sangat mahir dlm kitab suci bisa akhirnya menemukan Kristus dan mengimaniNya. Banyak kisah pertobatan terjadi setelah seseorang melakukan studi perbandingan agama secara serius mis Nabeel Qureshy, Mark Gabriel etc.
2. Seseorang yg sungguh-sungguh paham atas kebenaran dlm Kristus akan memiliki sukacita dan semangat berkobar-kobar memberitakan Dia. Tentu menjadi pertanyaan besar jika gereja2 kurang perhatian pada penginjilan atau misi.
3. Jika ada saudara kita umat percaya yang keliru mengajar sesuatu hal maka kita yang telah paham perlu membantu meluruskannya. Dan seorang percaya jika apa yg diingatkan bhw ajarannya memang benar2 keliru maka sebaiknya dengan rendah hati menerima dan menyadari kekeliruannya seperti Apolos.
4. Berdebat bukanlah hal yang salah sebagaimana dilakukan Apolos dengan tak jemu-jemu membantah orang Yahudi di muka umum. Yesus dan Paulus juga melakukan debat dengan para penentangnya. Tentulah dalam berdebat kita perlu bijaksana bagaimana menyampaikannya dengan tepat.
Penerapan: kalau saudara melihat seseorang yang mem¬punyai karunia memberitakan Firman Tuhan (pengkhotbah, guru sekolah minggu dsb), tetapi yang kurang dalam pengetahuan Kitab Suci, saudara bisa ikut mensukseskannya dengan:
1. Mengajaknya datang dalam Kebaktian / Pemahaman Alkitab.
2. Mengajarnya (kalau saudara mampu melakukannya].
3. Memberikan / meminjamkan makalah / cassette.
4. Membelikannya buku rohani yang bermutu.
5. Membiayainya untuk masuk sekolah theologia yang baik, dsb.
Penutup.
Sebetulnya Tuhanlah yang menentukan sukses atau tidaknya pelayanan seseorang. Tetapi bagaimanapun juga, untuk menca¬pai kesuksesan itu, Tuhan menggunakan manusia!
Kalau saudara bukan orang berkarunia hebat seperti Apolos, maukah saudara menjadi ‘orang-orang di belakang layar’ untuk mendukung kesuksesan dari orang-orang seperti Apolos?
FAKTOR KESUKSESAN PELAYANAN APOLOS (KISAH PARA RASUL 18:24-28)
-AMIN-