KEJADIAN 6:1-8 (DOSA, SIKAP TUHAN DAN KASIH KARUNIA ALLAH)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
BACA JUGA: DOSA MENGHUJAT ROH KUDUS (MATIUS 12:31-32)
Adam Clarke: “‘There were giants in the earth.’ npiliym, from naaphal, ‘he fell.’ Those who had apostatized or fallen from the true religion. The Septuagint translate the original word by gigantes, which literally signifies earth-born, and which we, following them, term giants, without having any reference to the meaning of the word, which we generally conceive to signify persons of enormous stature. But the word when properly understood makes a very just disinction between the sons of men and the sons of God; those were the nephilim, the fallen earth-born men, with the animal and devilish mind.” (= ).
BACA JUGA: JANGAN MENGAJARKAN AJARAN LAIN
Calvin: “‘But Noah found grace in the eyes of the Lord.’ ... Which phrase requires to be noticed, because certain unlearned men infer with futile subtlety, that if men find grace in God’s sight, it is because they seek it by their own industry and merits. I acknowledge, indeed, that here Noah is declared to have been acceptable to God, because, by living uprightly and homily, he kept himself pure from the common pollutions of the world; whence, however, did he attain this integrity, but from the preventing grace of God? The commencement, therefore, of this favor was gratuitous mercy. Afterwards, the Lord, having once embraced him, retained him under his own hand, lest he should perish with the rest of the world.” [= ‘Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.’ ... Ungkapan mana perlu untuk diperhatikan, karena orang-orang tidak terpelajar tertentu menyimpulkan dengan kelicikan / kecerdikan yang sia-sia, bahwa jika manusia mendapatkan kasih karunia dalam pandangan Allah, itu adalah karena mereka mencarinya dengan kerajinan dan kebaikan. Saya memang mengakui bahwa di sini Nuh dinyatakan sebagai telah diterima oleh Allah, karena dengan hidup secara lurus / jujur dan bermoral (?), ia menjaga dirinya murni dari polusi yang umum dari dunia; tetapi dari mana ia mencapai ketulusan ini, kecuali dari kasih karunia yang menjaga / mencegah dari Allah? Karena itu, pemulaian dari kebaikan ini adalah belas kasihan yang bersifat kasih karunia. Belakangan, Tuhan, setelah sekali memeluknya, memeliharanya di bawah tanganNya sendiri, supaya jangan ia binasa dengan sisa dari dunia.].
KEJADIAN 6:1-8(1).
KEJADIAN 6:1-8 (DOSA, SIKAP TUHAN DAN KASIH KARUNIA ALLAH). Kejadian 6:1-8 - “(1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, (2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’ (4) Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. (5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’ (8) Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.”.
KEJADIAN 6:1-8 (DOSA, SIKAP TUHAN DAN KASIH KARUNIA ALLAH). Kejadian 6:1-8 - “(1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, (2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’ (4) Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. (5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’ (8) Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.”.
I) Dosa / kejahatan manusia.
Kejadian 6: 1 mengatakan bahwa manusia ‘bertambah banyak jumlahnya di muka bumi’.
A) Berapa banyak manusia yang ada pada saat itu?
Jamieson, Fausset & Brown: “‘When men began to multiply.’ This is a general statement relative to the increase of the human family, without any intimation of the precise period to which it refers. Some writers have maintained that in the times immediately preceding the flood, the world was as densely populated as it is in the present day. But all calculations of the numbers of mankind founded on modern statistics, and applied to estimate the probable amount of the antediluvian population, are utterly fallacious.” (= ‘Pada waktu manusia mulai berkembang biak / bertambah banyak’. Ini merupakan suatu pernyataan umum berkenaan dengan pertambahan dari keluarga manusia, tanpa isyarat apapun tentang masa yang tepat yang ditunjukkan. Beberapa penulis telah mempertahankan bahwa pada jaman persis sebelum air bah, dunia telah dihuni dengan sama padatnya seperti pada jaman sekarang. Tetapi semua perhitungan tentang jumlah umat manusia didasarkan pada statistik modern, dan diterapkan untuk memperkirakan jumlah yang memungkinkan tentang penduduk sebelum air bah, adalah sama sekali salah.).
Jamieson, Fausset & Brown: “Noah, in the 600th year of his life, reckoned his whole family as consisting of eight persons; so that, if this was an average number from one man, the race could not have multiplied very fast, ... Further, the Scriptures represent the existing race of mankind as having been all within the reach of Noah’s warning voice and actions (cf. Heb 11:7, with 1 Peter 3:19-20; 2 Peter 2:5); and the most rational supposition is, that the area occupied by mankind was bounded by a circumference not very distant from the central abode of the first parent.” [= Nuh, dalam tahun ke 600 dari hidupnya, memperhitungkan seluruh keluarganya sebagai terdiri dari delapan orang; sehingga, jika ini adalah jumlah rata-rata dari satu orang, umat manusia tidak bisa telah berkembang biak sangat cepat, ... Selanjutnya, Kitab Suci menggambarkan umat manusia yang ada sebagai semuanya ada dalam jangkauan suara peringatan dan tindakan-tindakan Nuh (bdk. Ibr 11:7, dengan 1Pet 3:19-20; 2Pet 2:5); dan dugaan yang paling rasionil adalah, bahwa daerah yang didiami oleh umat manusia dibatasai oleh suatu lingkaran / keliling yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pusat dari orang tua pertama.].
Ibrani 11:7 - “Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.”.
1Petrus 3:19-20 - “(19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”.
2Petrus 2:5 - “dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;”.
Catatan: menurut saya, sebetulnya tidak terlihat dengan jelas bahwa pemberitaan Nuh mencapai seluruh umat manusia di dunia pada saat itu.
B) Calvin menganggap bahwa cerita ini menunjuk pada masa sebelum tahun ke 500 dari Nuh.
Calvin: “Moses, having enumerated in order, ten patriarchs, with whom the worship of God remained pure, now relates, that their families also were corrupted. But this narration must be traced to an earlier period than the five hundredth year of Noah. For, in order to make a transition to the history of the deluge, he prefaces it by declaring the whole world to have been so corrupt, that scarcely anything was left to God, out of the widely spread defection.” (= Musa, setelah menyebutkan sepuluh bapa-bapa satu per satu secara berurutan, dengan siapa penyembahan terhadap Allah tetap murni, sekarang menceritakan, bahwa keluarga-keluarga mereka juga rusak. Tetapi cerita ini harus ditelusuri jejaknya pada masa yang lebih awal dari tahun ke 500 dari Nuh. Karena, untuk membuat suatu transisi pada sejarah dari air bah, ia memberikan pendahuluan untuknya dengan menyatakan seluruh dunia telah menjadi begitu rusak / jahat, sehingga hampir tak ada apapun yang tersisa bagi Allah, dari desersi yang tersebar secara luas itu).
Bdk. Kejadian 5:32 - “Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.”.
C) Ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bahwa dosa / kejahatan manusia makin menjadi-jadi.
Ini terlihat dari:
1) Kejadian 6: 2: “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”.
a) Ada macam-macam penafsiran tentang anak-anak Allah yang mengambil istri anak-anak perempuan manusia dalam Kejadian 6: 2 ini.
1. Istilah ‘anak-anak Allah’ artinya ‘orang-orang yang berkedudukan tinggi’, sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ artinya ‘orang-orang yang berkedudukan rendah’. Tetapi tidak ada dasar penafsiran seperti itu, karena dalam Kitab Suci memang kata-kata itu tidak pernah diartikan seperti itu.
Calvin: “The opinion also of the Chaldean paraphrase is frigid; namely, that promiscuous marriages between the sons of nobles, and the daughters of plebeians, is condemned.” (= Juga pandangan dari parafrase Kasdim adalah kaku / dingin; yaitu bahwa pernikahan-pernikahan sembarangan antara anak-anak dari orang-orang yang mulia, dan anak-anak perempuan dari orang-orang biasa / rendahan, dikecam.).
2. Istilah ‘anak-anak Allah’ artinya ‘malaikat-malaikat’, sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ artinya ‘manusia-manusia / orang-orang’. Jadi di sini dianggap terjadi perkawinan antara malaikat dan manusia.
Hal-hal yang dianggap mendukung pandangan ini:
a. Malaikat sering disebut ‘anak Allah’.
Ayub 1:6 - “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.”.
Ayub 2:1 - “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.”.
Ayub 38:7 - “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?”.
Daniel 3:25,28 - “(25) Katanya: ‘Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!’ ... (28) Berkatalah Nebukadnezar: ‘Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikatNya dan melepaskan hamba-hambaNya, yang telah menaruh percaya kepadaNya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka.”.
Ay 25 (KJV): ‘The Son of God’ (= Anak Allah).
Ay 25 (RSV/NIV/NASB): ‘a son of the gods’ (= seorang anak dari dewa-dewa).
b. 2Pet 2:4 & Yudas 6-7 dianggap menunjuk pada saat ini.
2Petrus 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;”.
Yudas 6-7 - “(6) Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, (7) sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.
Tetapi saya menganggap bahwa ayat-ayat ini menunjuk pada kejatuhan pertama dari malaikat.
c. Dari perkawinan ini lahir ‘raksasa’ (Kejadian 6: 4).
Kejadian 6: 4: “Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”.
Jadi, pernikahan yang tidak wajar antara malaikat dan manusia ini dianggap menghasilkan anak yang juga tidak wajar, yaitu ‘raksasa’.
Tetapi kata-kata ‘orang-orang raksasa’ ini salah penafsiran / terjemahan. Nanti kita bisa melihat penafsiran yang benar tentang Kejadian 6: 4 ini.
Hal-hal yang tidak memungkinkan dari pandangan ini:
a. Alkitab mengatakan bahwa malaikat tidak kawin (Matius 22:30).
Matius 22:30 - “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.”.
b. Kejadian 6: 2 itu mengatakan ‘mengambil istri’, bukan sekedar melakukan hubungan sex.
Kejadian 6: 2: “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”.
Ini lebih-lebih tidak mungkin dilakukan oleh malaikat.
c. Dalam Kejadian 6: 3,6,7 yang dihukum adalah manusianya saja, malaikatnya tidak.
Kejadian 6: 3,6,7: “(3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’ ... (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Calvin: “That ancient figment, concerning the intercourse of angels with women, is abundantly refuted by its own absurdity; and it is surprising that learned men should formerly have been fascinated by ravings so gross and prodigious.” (= Isapan jempol kuno, berkenaan dengan hubungan sex dari malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan, dibantah secara berlimpah-limpah oleh kemustahilannya sendiri; dan merupakan sesuatu yang mengejutkan bahwa orang-orang terpelajar dahulu telah dipesonakan oleh ocehan yang begitu salah dan mengerikan.).
Jamieson, Fausset & Brown: “Keil, Faber, and others, have successfully shown that angels are not designated ‘the sons of God’ in any part of the Pentateuch; that there is no reference to angels in this passage; ... Moveover, not to dwell on the impossibility (Matt 22:30; Mark 12:25; Luke 20:36) of angels having such a carnal intercourse as is alluded to, and on the likelihood that Divine Providence would have immediately interposed rather than have deferred the judicial punishment of so enormous a violation of natural order for 120 years, the entire context of this passage refers to men as having corrupted their ways, and being, by the withdrawal of God’s Spirit, doomed to punishment. For these and other reasons, this opinion as to the connection of angels with women is generally opposed by orthodox divines as contrary to all sound notions both of philosophy and religion.” [= Keil, Faber, dan orang-orang lain, telah secara sukses menunjukkan bahwa malaikat-malaikat tidak disebut ‘anak-anak Allah’ dalam bagian manapun dari 5 kitab Musa; bahwa di sana tidak ada referensi kepada malaikat-malaikat dalam text ini; ... Lebih lagi, tanpa perlu berlama-lama pada ketidakmungkinan (Mat 22:30; Markus 12:25; Lukas 20:36) tentang malaikat-malaikat yang melakukan hubungan sex secara daging seperti yang disebutkan, dan pada kemungkinan bahwa Providensia Ilahi akan segera sudah ikut campur dari pada menunda hukuman yang bersifat pengadilan dari pelanggaran yang begitu besar dari keadaan alamiah yang benar untuk 120 tahun, seluruh kontext dari text ini menunjuk kepada orang-orang yang telah merusak jalan kehidupan dan keberadaan mereka, oleh penarikan dari Roh Allah, dipastikan pada penghukuman. Karena alasan-alasan ini dan yang lain-lain, pandangan berkenaan dengan hubungan malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan ini pada umumnya ditentang oleh ahli-ahli theologia ortodox sebagai bertentangan dengan semua pandangan / kepercayaan yang sehat, baik dari filsafat maupun agama.].
Jadi ada beberapa argumentasi yang diberikan oleh Jamieson, Fausset & Brown untuk menentang pandangan bahwa text ini menunjukkan adanya hubungan sex antara malaikat-malaikat dengan perempuan-perempuan, yaitu:
· malaikat tidak pernah disebut ‘anak Allah’ dalam 5 kitab Musa (Kej - Ul).
· Matius 22:30 dan ayat-ayat paralelnya dalam Markus dan Lukas menunjukkan kemustahilan hubungan sex tersebut.
· seandainya hubungan sex seperti itu terjadi, Allah pasti segera ikut campur dalam urusan yang merusak keadaan alamiah yang benar itu, dan bukannya menunda hukuman selama 120 tahun!
· Kontext dari ayat itu membicarakan orang-orang pada saat itu yang telah menjadi rusak, bukan membicarakan malaikat-malaikat.
Karena itu, bahwa Pdt. Yakub Tri, yang mengambil pandangan dari James M. Boice, mempercayai dan mengajarkan bahwa ayat ini membicarakan adanya hubungan sex antara malaikat-malaikat dan perempuan-perempuan, merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!
3. Istilah ‘anak-anak Allah’ menunjuk kepada ‘orang-orang percaya’ (keturunan Set), sedangkan istilah ‘anak-anak perempuan manusia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’ (keturunan Kain / orang-orang diluar keturunan Set).
Calvin: “Moses, then, does not distinguish the sons of God from the daughters of men, because they were of dissimilar nature, or of different origin; but because they were the sons of God by adoption, whom he had set apart for himself; while the rest remained in their original condition.” (= Maka, Musa tidak membedakan anak-anak Allah dari anak-anak perempuan manusia, karena mereka mempunyai hakekat / sifat dasar yang berbeda, atau berasal dari asal usul yang berbeda; tetapi karena mereka adalah anak-anak Allah oleh adopsi, yang telah Ia pisahkan bagi diriNya sendiri; sedangkan sisanya tetap ada dalam keadaan mereka yang orisinil.).
Calvin: “It was, therefore, base ingratitude in the posterity of Seth, to mingle themselves with the children of Cain, and with other profane races; because they voluntarily deprived themselves of the inestimable grace of God. For it was an intolerable profanation, to pervert, and to confound, the order appointed by God. It seems at first sight frivolous, that the sons of God should be so severely condemned, for having chosen for themselves beautiful wives from the daughters of men.” (= Karena itu, merupakan rasa tidak tahu terima kasih yang jelek / hina dalam keturunan dari Set, untuk mencampurkan diri mereka sendiri dengan anak-anak / keturunan dari Kain, dan dengan bangsa-bangsa duniawi yang lain; karena mereka dengan sukarela membuang diri mereka sendiri dari kasih karunia yang tidak ternilai dari Allah. Karena merupakan suatu penduniawian yang tidak bisa ditoleransi untuk menyeleweng / merusak dan mengacaukan perintah / tata tertib yang ditetapkan oleh Allah. Mula-mula itu kelihatannya konyol, bahwa anak-anak Allah harus dihukum dengan begitu keras, karena telah memilih bagi diri mereka sendiri istri-istri yang cantik dari anak-anak perempuan manusia.).
Calvin: “Should any one object, that they who had shamefully departed from the faith, and the obedience which God required, were unworthy to be accounted the sons of God; the answer is easy, that the honor is not ascribed to them, but to the grace of God, which had hitherto been conspicuous in their families. For when Scripture speaks of the sons of God, sometimes it has respect to eternal election, which extends only to the lawful heirs; sometimes to external vocations according to which many wolves are within the fold; and though, in fact, they are strangers, yet they obtain the name of sons, until the Lord shall disown them. Yea, even by giving them a title so honorable, Moses reproves their ingratitude, because, leaving their heavenly Father, they prostituted themselves as deserters.” (= Kalau ada siapapun yang keberatan, bahwa mereka yang dengan memalukan telah menyimpang dari iman, dan ketaatan yang dituntut Allah, adalah tidak layak untuk dianggap sebagai anak-anak Allah; jawabannya mudah, bahwa kehormatan itu tidak diberikan kepada mereka, tetapi pada kasih karunia Allah, yang sampai saat itu telah ada secara menyolok dalam keluarga mereka. Karena pada waktu Kitab Suci berbicara tentang anak-anak Allah, kadang-kadang itu berkenaan dengan pemilihan kekal, yang meluas hanya kepada pewaris-pewaris yang sah; kadang-kadang berkenaan dengan panggilan luar menurut mana banyak serigala ada di dalam kandang; dan sekalipun, dalam faktanya, mereka adalah orang-orang asing, tetapi mereka mendapatkan sebutan anak-anak sampai Tuhan menyangkal / tidak mengakui mereka. Ya, bahkan dengan memberikan mereka suatu gelar yang begitu terhormat, Musa mencela rasa tidak tahu terima kasih mereka, karena dengan meninggalkan Bapa surgawi mereka, mereka melacurkan diri mereka sendiri sebagai desertir / pembelot).
Matthew Henry: “Mixed marriages (v. 2): ‘The sons of God’ (that is, the professors of religion, who were called by the name of the Lord, and called upon that name), ‘married the daughters of men,’ that is, those that were profane, and strangers to God and godliness. The posterity of Seth did not keep by themselves, as they ought to have done, both for the preservation of their own purity and in detestation of the apostasy. They intermingled themselves with the excommunicated race of Cain:” [= Pernikahan campuran (ay 2): ‘Anak-anak Allah’ (yaitu pengaku-pengaku dari agama, yang disebut / dipanggil dengan nama Tuhan, dan dipanggil dengan nama itu), ‘menikahi anak-anak perempuan manusia’, artinya, mereka yang adalah duniawi, dan orang-orang asing bagi Allah dan kesalehan. Keturunan Set tidak menjaga diri mereka sendiri, seperti yang seharusnya mereka lakukan, baik untuk penjagaan / pemeliharaan kemurnian mereka sendiri dan kebencian terhadap kemurtadan. Mereka mencampurkan diri mereka sendiri dengan bangsa / keturunan Kain yang dikucilkan:].
Adam Clarke: “As there is a distinction made here between men and those called the sons of God, it is generally supposed that the immediate posterity of Cain and that of Seth are intended. The first were mere men, such as fallen nature may produce, degenerate sons of a degenerate father, governed by the desire of the flesh, the desire of the eye, and the pride of life. The others were sons of God, not angels, as some have dreamed, but such as were, according to our Lord’s doctrine, born again, born from above, John 3:3,5-6, etc., and made children of God by the influence of the Holy Spirit, Gal 5:6. The former were apostates from the true religion, the latter were those among whom it was preserved and cultivated.” (= Karena disana ada suatu pembedaan yang dibuat di sini antara manusia dan mereka yang disebut anak-anak Allah, pada umumnya dianggap bahwa keturunan langsung dari Kain dan keturunan langsung dari Set yang dimaksudkan. Yang pertama adalah semata-mata manusia, seperti yang bisa dihasilkan oleh manusia yang sudah jatuh, anak-anak yang memburuk dari seorang bapa yang memburuk, diperintah oleh keinginan daging, keinginan dari mata, dan kesombongan kehidupan. Yang lain adalah anak-anak Allah, bukan malaikat-malaikat, seperti sebagian orang mimpikan, tetapi orang-orang itu adalah, sesuai dengan ajaran Tuhan kita, dilahirkan kembali, dilahirkan dari atas, Yoh 3:3,5-6, dsb., dan dijadikan anak-anak Allah oleh pengaruh dari Roh Kudus, Galatia 5:6. Yang terdahulu adalah orang-orang yang murtad dari agama yang benar, yang belakangan adalah mereka di antara siapa agama yang benar dijaga / dipelihara dan ditumbuhkan / dikembangkan).
Catatan: saya kira Galatia 5:6 itu salah cetak karena sama sekali tidak cocok.
Jamieson, Fausset & Brown: “The most correct, and now the most prevalent, view of this passage - the view supported by Chrysostom and Augustine in ancient, and by Luther, Calvin, Hengstenberg, Keil, Faber, etc., in modern times - is that by ‘the sons of God,’ are meant the Sethites principally, but including also those other descendants of Adam who professed the same religious views and feelings: ... And by ‘the daughters of men,’ women of Cainite descent, including such as might have joined their degenerate society from other branches of the Adamic family.” (= Pandangan yang paling benar, dan sekarang paling lazim, tentang text ini - pandangan yang didukung oleh Chrysostom dan Agustinus pada jaman dulu, dan oleh Luther, Calvin, Hengstenberg, Keil, Faber, dsb., dalam jaman modern - adalah bahwa dengan ‘anak-anak Allah’ dimaksudkan terutama keturunan Set, tetapi juga mencakup keturunan yang lain dari Adam yang mengakui pandangan dan perasaan agamawi yang sama: ... Dan dengan ‘anak-anak perempuan manusia’, perempuan-perempuan dari keturunan Kain, mencakup orang-orang lain yang telah bergabung dengan masyarakat mereka yang memburuk dari cabang-cabang lain dari keluarga Adam).
Hal-hal yang mendukung pandangan ini:
a. Orang percaya memang selalu disebut ‘anak Allah’.
Ulangan 14:1 - “‘Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu; janganlah kamu menoreh-noreh dirimu ataupun menggundul rambut di atas dahimu karena kematian seseorang;”.
Ul 32:5,6 - “(5) Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit. (6) Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.
Yesaya 1:2,3 - “(2) Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: ‘Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. (3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umatKu tidak memahaminya.’”.
Hosea 1:10 - “Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umatKu,’ akan dikatakan kepada mereka: ‘Anak-anak Allah yang hidup.’”.
Mal 1:6 - “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina namaKu. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?’”.
Yohanes 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;”.
1Yohanes 3:1 - “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.”.
b. Penafsiran ini lebih cocok dengan kontext. Manusia mula-mula satu kesatuan, lalu memecah menjadi dua yaitu keturunan Kain (Kej 4) dan keturunan Set (Kej 5), tetapi sekarang dalam Kej 6 membaur lagi.
c. Keturunan Set disebut ‘anak Allah’; ini sesuai dengan kata-kata Hawa waktu Set dilahirkan (Kej 4:25).
Kejadian 4:25 - “Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: ‘Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.’”.
Catatan: saya menganggap argumentasi / ayat ini tak cocok.
Saya percaya pada pandangan yang ke 3 ini.
b) Mereka kawin hanya melihat kecantikannya saja (Kejadian 6: 2).
Kejadian 6: 2: “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.”.
Ini perkawinan yang hanya dilandasi hawa nafsu saja.
Bdk. Amsal 31:30 - “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”.
Calvin mengatakan bahwa yang dikecam bukan sekedar bahwa mereka memilih istri yang cantik, tetapi bahwa kecantikan para perempuan itu begitu menarik sehingga hanya itu yang diperhatikan, dan hal-hal yang lebih penting / utama diabaikan.
c) Kata-kata ‘siapa saja yang disukai mereka’ (Kejadian 6: 2) jelas menunjukkan bahwa dalam persoalan perkawinan itu mereka hidup semau mereka, tanpa mempedulikan kehendak / kemuliaan Allah.
Penerapan: Perkawinan adalah salah satu hal yang paling menyebabkan orang kristen bertindak / mengambil keputusan tanpa mempedulikan Allah / Firman Allah! Misalnya dengan mengawini orang yang tidak seiman, dan dengan demikian menentang 2Korintus 6:14. Atau dengan mengambil istri lagi selagi istri pertamanya masih hidup. Tidak heran bahwa ada pepatah yang berkata “Love is blind” (= Cinta itu buta). Karena itu hati-hatilah dalam persoalan perkawinan! Bagaimanapun hebatnya orang yang saudara cintai itu, ia belum pernah dan mungkin tidak akan mau mati di salib bagi saudara. Tetapi Yesus mau dan sudah melakukan hal itu. Karena itu utamakan Yesus lebih dari orang kepada siapa saudara jatuh cinta.
Matthew Henry: “Note, Professors of religion, in marrying both themselves and their children, should make conscience of keeping within the bounds of profession. The bad will sooner debauch the good than the good reform the bad. Those that profess themselves the children of God must not marry without his consent, which they have not if they join in affinity with his enemies.” (= Perhatikan, Pengaku-pengaku dari agama, dalam menikahkan baik diri mereka sendiri maupun anak-anak mereka, harus menggunakan hati nurani untuk menjaga mereka di dalam batasan-batasan pengakuan. Orang buruk / jahat akan lebih cepat merusak moral orang baik dari pada orang baik mereformasi orang buruk / jahat. Mereka yang mengaku diri mereka sendiri sebagai anak-anak Allah tidak boleh menikah tanpa persetujuanNya, yang tidak mereka punyai / dapatkan jika mereka menikah dengan musuh-musuhNya.).
KEJADIAN 6:1-8(2)
Kejadian 6:1-8 - “(1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, (2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’ (4) Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. (5) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, (6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’ (8) Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.”.
2) Kejadian 6: 4: “Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.”.
a) ‘orang-orang raksasa’.
KJV: ‘giants’ (= raksasa).
RSV/NIV/NASB: ‘the Nephilim’ [ini bukan terjemahan tetapi transliteration (menuliskan kata Ibraninya dengan huruf Latin)].
Terjemahan ‘giants / raksasa’ ini timbul karena:
1. Diambil dari Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani) yang menterjemahkan GIGANTES.
2. Dihubungkan dengan Bilangan 13:33 yang dalam versi NIV menterjemahkan sebagai berikut: ‘We saw the Nephilim there (the descendants of Anak come from the Nephilim). We seemed like grasshoppers in our own eyes, and we looked the same to them’ [= Kami melihat orang-orang Nephilim di sana (keturunan Anak datang / muncul dari orang Nephilim). Kami kelihatan seperti belalang dalam mata kami sendiri, dan kami kelihatan sama bagi mereka].
Terjemahan ini memang menunjukkan bahwa orang Nephilim itu pasti sangat besar / raksasa.
Jamieson, Fausset & Brown: “Who, or what, then, were the Nephilim? In the only other passage where the word occurs (Num 13:32-33) it clearly means giants, being derived, as Havernick suggests, from the mutually related roots of three verbs, yielding the fundamental idea of huge, extraordinary size.” [= Lalu, siapa atau apa Nephilim itu? Dan satu-satunya text yang lain dimana kata itu muncul (Bil 13:32-33) itu dengan jelas berarti ‘raksasa’, diturunkan, seperti yang diusulkan oleh Havernick, dari akar dari tiga kata kerja yang saling berhubungan, menghasilkan gagasan pokok / dasar tentang ukuran yang besar, luar biasa.].
Bilangan 13:32-33 - “(32) Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: ‘Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. (33) Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.’”.
Catatan: kata-kata ‘orang-orang raksasa’ (2 x) berasal dari kata Ibrani NEPHILIM.
Tetapi ada kemungkinan penafsiran yang lain: Kata bahasa Ibrani NEPHILIM berasal dari akar kata NAPHAL yang bisa berarti:
a. ‘to fall’ (= jatuh).
Mungkin semua orang yang bertemu mereka jatuh tersungkur karena takut kepada mereka.
b. ‘to fall upon / to attack’ (= menyerang).
Jadi, NEPHILIM berarti penyerang, bandit, perampok.
Kedua arti ini bisa digabungkan. Jadi, kata NEPHILIM menunjuk kepada perampok-perampok yang ditakuti orang.
Penafsiran ini lebih cocok dengan kontext dibandingkan dengan penafsiran di atas yang mengatakan bahwa NEPHILIM adalah raksasa. Kontext Kej 6 ini berbicara soal dosa manusia secara moral. Kalau tahu-tahu ay 4 ini berbicara tentang ukuran tubuh, itu tidak sesuai dengan kontext atau tidak berhubungan dengan kontext. Tetapi kalau NEPHILIM diartikan perampok, itu sesuai dengan kontext.
Adam Clarke memberi tafsiran yang berbeda. Ia juga menggunakan akar kata NAPHAL, yang berarti ‘to fall’ (= jatuh), tetapi ia mengarahkan kata ini pada kejatuhan dari orang-orang itu dari agama yang benar. Jadi, orang-orang itu ia anggap sebagai orang-orang yang murtad dari agama yang benar.
BACA JUGA: DOSA MENGHUJAT ROH KUDUS (MATIUS 12:31-32)
Adam Clarke: “‘There were giants in the earth.’ npiliym, from naaphal, ‘he fell.’ Those who had apostatized or fallen from the true religion. The Septuagint translate the original word by gigantes, which literally signifies earth-born, and which we, following them, term giants, without having any reference to the meaning of the word, which we generally conceive to signify persons of enormous stature. But the word when properly understood makes a very just disinction between the sons of men and the sons of God; those were the nephilim, the fallen earth-born men, with the animal and devilish mind.” (= ).
b) ‘orang-orang gagah perkasa’ (Kejadian 6: 4).
Ini menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan fisik atau kepandaian berkelahi yang hebat.
c) ‘orang-orang kenamaan’ (Kejadian 6: 4).
Ini menunjukkan bahwa mereka terkenal karena jahatnya.
Jadi, arti ay 4 seluruhnya ialah: pada waktu itu sudah ada perampok-perampok, tetapi lalu dengan adanya perkawinan campuran antara orang percaya dan orang tidak percaya, lalu lahir lagi orang-orang yang sejenis dengan perampok-perampok itu. Jadi, perkawinan campuran itu menyebabkan orang berdosa makin banyak!
3) Kejadian 6: 5: “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.
a) ‘Hati’ adalah pusat aktivitas pikiran manusia. Jadi, yang rusak adalah sumbernya!
Kalau hati yang merupakan sumber itu rusak, maka seluruh kehidupan menjadi rusak.
Bdk. Markus 7:20-23 - “(20) Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, (21) sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, (22) perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. (23) Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang”.
b) Perhatikan 3 kata yang menunjukkan penekanan Kejadian 6: 5 ini:
Kejadian 6: 5: “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.
1. ‘segala’ (bukan hanya ‘sebagian’).
2. ‘selalu’ (bukan hanya ‘kadang-kadang’).
3. ‘semata-mata’.
KJV/RSV/NASB: ‘continually’ (= terus menerus).
NIV: ‘all the time’ (= selalu).
Kejadian 6:5 ini secara jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa (di luar Kristus) hanya bisa berbuat dosa, dosa, dan dosa. Mereka tidak bisa berbuat baik barang sedikitpun. Ini mendukung point pertama yang membedakan Calvinisme dengan Arminianisme, yaitu doktrin TOTAL DEPRAVITY, yang mengajarkan bahwa manusia berdosa itu bejat secara total, sehingga tanpa pekerjaan dan pertolongan Tuhan, mereka sama sekali tidak bisa berbuat baik.
Calvin menambahkan bahwa sekalipun dalam ayat ini Musa berbicara tentang orang-orang tertentu pada jamannya, tetapi kata-kata itu bisa dengan benar diterapkan kepada seluruh umat manusia.
Calvin: “though Moses here speaks of the wickedness which at that time prevailed in the world, the general doctrine is properly and consistently hence elicited. Nor do they rashly distort the passage who extend it to the whole human race.” (= ).
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Kejadian 8:21 - “Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hatiNya: ‘Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.”.
Mazmur 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.”.
Yesaya 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”.
Yeremia 4:22 - “‘Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu.’”.
Yeremia 13:23 - “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”.
Mat 7:16-18 - “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.”.
Yohanes 8:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”.
Yoh 15:4-5 - “(4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”.
Roma 6:16-17,20-21 - “(16) Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? (17) Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. ... (20) Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. (21) Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.”.
Roma 7:18-19 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”.
Roma 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.”.
Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”.
c) Ini betul-betul kontras dengan kata-kata ‘sungguh amat baik’ yang diucapkan oleh Allah setelah penciptaan manusia dalam Kej 1:31. Dosa sudah merusak segala-galanya!
d) Karena kawin campur, semua jadi bejat.
Pada waktu terjadi perkawinan campuran, bukan grup bejat yang menjadi baik, tetapi grup baik yang menjadi bejat. Kalau saudara membina hubungan dengan orang kafir / kristen KTP, dan berharap bahwa orang itu akan menjadi kristen, pikirkanlah kemungkinan bahwa sebaliknyalah yang terjadi, yaitu saudara yang menjadi kafir!
II) Sikap / tindakan Tuhan terhadap dosa.
1) Allah memberi waktu 120 tahun untuk bertobat.
Perhatikan Kejadian 6: 3: “Berfirmanlah TUHAN: ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.’”.
a) ‘RohKu tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia’.
RSV: ‘abide’ (= tinggal).
NIV: ‘contend with’ (= berjuang, menghadapi).
KJV/NASB: ‘strive with’ (= berjuang, berusaha keras).
Jadi arti bagian ini adalah: Roh Kudus tidak akan bekerja dalam diri manusia (menegur, mengekang dari dosa, dsb) untuk selama-lamanya.
Calvin: “I interpret the words simply to mean, that the Lord, as if wearied with the obstinate perverseness of the world, denounces that vengeance as present, which he had hitherto deferred.” (= Saya menafsirkan bahwa kata-kata ini hanya berarti bahwa Tuhan, seakan-akan bosan dengan kejahatan yang keras kepala dari dunia, mengumumkan bahwa pembalasan itu dekat, yang sampai saat itu telah Ia tunda.).
Roma 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”.
b) ‘Karena manusia adalah daging’.
‘Roh’ dikontraskan dengan ‘daging’. Karena manusia berdosa, Roh Kudus tidak akan selama-lamanya bekerja dalam diri manusia.
c) ‘umurnya akan 120 tahun saja’.
Ada dua penafsiran tentang bagian ini:
1. Usia manusia yang tadinya ratusan tahun (Kej 5) dipotong sehingga hanya tinggal 120 tahun.
Keberatan: Teori ini tidak mungkin karena dalam Kejadian 11:10-32; 25:7-8; 35:28-29; 47:9,28 usia manusia masih diatas 120 tahun. Juga penafsiran ini tidak sesuai dengan arah ayat itu.
Kej 11:10-32 - “(10) Inilah keturunan Sem. Setelah Sem berumur seratus tahun, ia memperanakkan Arpakhsad, dua tahun setelah air bah itu. (11) Sem masih hidup lima ratus tahun, setelah ia memperanakkan Arpakhsad, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (12) Setelah Arpakhsad hidup tiga puluh lima tahun, ia memperanakkan Selah. (13) Arpakhsad masih hidup empat ratus tiga tahun, setelah ia memperanakkan Selah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (14) Setelah Selah hidup tiga puluh tahun, ia memperanakkan Eber. (15) Selah masih hidup empat ratus tiga tahun, setelah ia memperanakkan Eber, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (16) Setelah Eber hidup tiga puluh empat tahun, ia memperanakkan Peleg. (17) Eber masih hidup empat ratus tiga puluh tahun, setelah ia memperanakkan Peleg, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (18) Setelah Peleg hidup tiga puluh tahun, ia memperanakkan Rehu. (19) Peleg masih hidup dua ratus sembilan tahun, setelah ia memperanakkan Rehu, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (20) Setelah Rehu hidup tiga puluh dua tahun, ia memperanakkan Serug. (21) Rehu masih hidup dua ratus tujuh tahun, setelah ia memperanakkan Serug, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (22) Setelah Serug hidup tiga puluh tahun, ia memperanakkan Nahor. (23) Serug masih hidup dua ratus tahun, setelah ia memperanakkan Nahor, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (24) Setelah Nahor hidup dua puluh sembilan tahun, ia memperanakkan Terah. (25) Nahor masih hidup seratus sembilan belas tahun, setelah ia memperanakkan Terah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. (26) Setelah Terah hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Abram, Nahor dan Haran. (27) Inilah keturunan Terah. Terah memperanakkan Abram, Nahor dan Haran, dan Haran memperanakkan Lot. (28) Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim. (29) Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai, dan nama isteri Nahor ialah Milka, anak Haran ayah Milka dan Yiska. (30) Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak. (31) Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. (32) Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.”.
Catatan: Ini daftar usia orang-orang dalam silsilah di atas ini: Sem 600 tahun, Arpakhsad 438 tahun, Selah 433 tahun, Eber 464 tahun, Peleg 239 tahun, Rehu 239 tahun, Serug 230 tahun, Nahor 148 tahun, Terah 205 tahun.
Kej 25:7-8 - “(7) Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, (8) lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.
Kejadian 35:28-29 - “(28) Adapun umur Ishak seratus delapan puluh tahun. (29) Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia.”.
Kejadian 47:9,28 - “(9) Jawab Yakub kepada Firaun: ‘Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing.’ ... (28) Dan Yakub masih hidup tujuh belas tahun di tanah Mesir, maka umur Yakub, yakni tahun-tahun hidupnya, menjadi seratus empat puluh tujuh tahun.”.
2. Tuhan memberi waktu 120 tahun sebelum menjatuhkan hukuman.
Calvin: “the language used in this place refers not to the private life of any one, but to a time of repentance to be granted to the whole world.” (= bahasa / kata-kata yang digunakan di tempat ini menunjuk bukan pada kehidupan pribadi dari siapapun, tetapi pada suatu waktu pertobatan yang diberikan kepada seluruh dunia).
Calvin: “here also the admirable benignity of God is apparent, in that he, though wearied with the wickedness of men, yet postpones the execution of extreme vengeance for more than a century.” (= di sini juga nyata kelunakan yang mengagumkan dari Allah, dalam hal bahwa Ia, sekalipun bosan dengan kejahatan manusia, tetapi menunda pelaksanaan dari pembalasan yang hebat untuk lebih dari satu abad.).
Problem dengan teori ini: Kej 5:32 - Kej 7:11 hanya 100 tahun.
Kejadian 5:32 - “ Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.”.
Kejadian 7:11 - “ Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.”.
Pengharmonisan (kemungkinan-kemungkinannya):
a. Waktu yang 120 tahun itu dipotong lagi 20 tahun karena dosa makin banyak.
b. Bilangan 500 dalam Kej 5:32 adalah pembulatan (seharusnya 480).
c. Kejadian 6:3 terjadi 20 tahun sebelum Kej 5:32.
Jadi, inilah tindakan pertama dari Allah. Ia memberi waktu 120 tahun untuk bertobat!
2) Allah menyesal / pilu hatiNya (Kejadian 6: 6,7).
Kejadian 6: 6-7: “(6) maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya. (7) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
Kitab Suci sering mengatakan ‘Allah menyesal’ (Keluaran 32:14 Yeremia 18:7-10; Yer 26:3,13,19 Yunus 3:10 1Sam 15:11). Tetapi Kitab Suci juga mengatakan ‘Allah tak mungkin menyesal’ (Bilangan 3:19 1Samuel 15:29).
Penjelasan / pengharmonisan:
a) Kata-kata ‘Allah menyesal’ adalah Anthropopathy (= bahasa yang mengambarkan Allah dengan perasaan-perasaan manusia).
Kitab Suci sering menggunakan bahasa Anthropomorphism (= bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia) dan Anthropopathy (= bahasa yang menggambarkan Allah dengan perasaan-perasaan manusia). Kalau Kitab Suci menggunakan bahasa Anthropomorphism, maka tidak boleh diartikan betul-betul demikian. Misalnya kalau dikatakan ‘tangan Allah tidak kurang panjang’ (Yesaya 59:1), atau pada waktu dikatakan ‘mata TUHAN ada di segala tempat’ (Amsal 15:3). Ini tentu tidak berarti bahwa Allah betul-betul mempunyai tangan / mata. Ingat bahwa ‘Allah itu Roh’ (Yoh 4:24). Demikian juga pada waktu Kitab Suci menggunakan Anthropopathy / menggambarkan Allah menggunakan perasaan-perasaan manusia, kita tidak boleh mengartikan bahwa Allahnya betul-betul seperti itu. Contohnya adalah ayat-ayat yang menunjukkan ‘Allah menyesal’ ini.
Perlu saudara ingat bahwa manusia bisa menyesal, karena ia tidak maha tahu. Misalnya, seorang laki-laki melihat seorang gadis dan ia menyangka gadis itu seorang yang layak ia peristri. Tetapi setelah menikah, barulah ia tahu akan adanya banyak hal jelek dalam diri istrinya itu yang tadinya tidak ia ketahui. Ini menyebabkan ia lalu menyesal telah memperistri gadis itu.
Tetapi Allah itu maha tahu, sehingga dari semula Ia telah tahu segala sesuatu yang akan terjadi. Karena itu tidak mungkin Ia bisa menyesal!
Kalau Kitab Suci mengatakan bahwa Allah menyesal karena terjadinya sesuatu hal, maka maksudnya hanyalah menunjukkan bahwa hal itu tidak menyenangkan Allah.
Jamieson, Fausset & Brown: “God cannot change (Num 23:19; 1 Sam 15:29; Mal 3:6; James 1:17), nor be affected with sorrow, like man; but by language suited to our nature and experience, He is described as about to alter His visible procedure toward mankind - from being merciful and long-suffering, He was about to show Himself a God of judgment” [= Allah tidak bisa berubah (Bilangan 23:19; 1Samuel 15:29; Mal 3:6; Yakobus 1:17), ataupun dipengaruhi oleh kesedihan, seperti manusia; tetapi dengan bahasa yang disesuaikan dengan sifat dasar dan pengalaman kita, Ia digambarkan sebagai akan mengubah prosedurNya yang kelihatan terhadap umat manusia - dari penuh belas kasihan dan panjang sabar, Ia akan menunjukkan diriNya sendiri sebagai seorang Allah dari penghakiman].
b) Ini dilihat dari sudut pandang manusia.
Illustrasi: Ada seorang sutradara yang menyusun naskah untuk sandiwara, dan ia juga sekaligus menjadi salah satu pemain sandiwara tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau makan, tetapi tiba-tiba ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari sudut penonton, pemain sandiwara itu berubah pikiran / rencana. Tetapi kalau ditinjau dari sudut naskah / sutradara, ia sama sekali tidak berubah dari rencana semula, karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia mau makan, lalu ada telpon, lalu ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.
Pada waktu Kitab Suci berkata ‘Allah menyesal’ maka memang dari sudut manusia Allahnya menyesal / mengubah rencanaNya. Tetapi dari sudut Allah / Rencana Allah sebetulnya tidak ada perubahan, karena semua perubahan / penyesalan itu sudah direncanakan oleh Allah.
c) Ini diberikan untuk menunjukkan kebencian / ketidaksenangan Allah kepada dosa.
3) Allah memutuskan untuk memusnahkan manusia dan binatang (Kejadian 6: 7).
Kejadian 6: 7: “Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’”.
a) Perhatikan kata-kata ‘Kuciptakan’ dan ‘menjadikan’ (Kejadian 6: 7).
Ini memberikan hak kepada Allah untuk memusnahkan.
b) Binatang ikut dimusnahkan untuk menunjukkan kebencian Allah kepada dosa.
c) Ikan tidak ikut musnah (bdk. Kejadian 7:21-23) karena pemusnahannya menggunakan air bah.
Kej 7:21-23 - “(21) Lalu mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia. (22) Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat. (23) Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu.”.
d) Kawin campurlah yang menyebabkan ini semua!
Masihkah saudara menganggap remeh dosa kawin campur?
III) Kasih karunia Allah (Kejadian 6: 8).
Kejadian 6: 8: “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.”.
Puji Tuhan bahwa semua ini tidak berakhir dengan Kejadian 6: 7! Masih ada ay 8! Nuh mendapatkan kasih karunia Allah. Karena apa Nuh dan istri dan 3 anak laki-laki dan 3 menantu selamat? Karena kasih karunia Allah!
Manusia berdosa, Allah menghukum. Tetapi ada sebagian manusia kepada siapa Allah memberikan kasih karuniaNya sehingga mereka diselamatkan. Andaikata Nuh dan keluarganya tidak mendapatkan kasih karunia Allah, maka merekapun pasti akan binasa.
BACA JUGA: JANGAN MENGAJARKAN AJARAN LAIN
Calvin: “‘But Noah found grace in the eyes of the Lord.’ ... Which phrase requires to be noticed, because certain unlearned men infer with futile subtlety, that if men find grace in God’s sight, it is because they seek it by their own industry and merits. I acknowledge, indeed, that here Noah is declared to have been acceptable to God, because, by living uprightly and homily, he kept himself pure from the common pollutions of the world; whence, however, did he attain this integrity, but from the preventing grace of God? The commencement, therefore, of this favor was gratuitous mercy. Afterwards, the Lord, having once embraced him, retained him under his own hand, lest he should perish with the rest of the world.” [= ‘Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.’ ... Ungkapan mana perlu untuk diperhatikan, karena orang-orang tidak terpelajar tertentu menyimpulkan dengan kelicikan / kecerdikan yang sia-sia, bahwa jika manusia mendapatkan kasih karunia dalam pandangan Allah, itu adalah karena mereka mencarinya dengan kerajinan dan kebaikan. Saya memang mengakui bahwa di sini Nuh dinyatakan sebagai telah diterima oleh Allah, karena dengan hidup secara lurus / jujur dan bermoral (?), ia menjaga dirinya murni dari polusi yang umum dari dunia; tetapi dari mana ia mencapai ketulusan ini, kecuali dari kasih karunia yang menjaga / mencegah dari Allah? Karena itu, pemulaian dari kebaikan ini adalah belas kasihan yang bersifat kasih karunia. Belakangan, Tuhan, setelah sekali memeluknya, memeliharanya di bawah tanganNya sendiri, supaya jangan ia binasa dengan sisa dari dunia.].
Kalau saudara sekarang bisa percaya / ikut Yesus dan diselamatkan, itu hanya karena kasih karunia Allah (Efesus 2:8,9).
Efesus 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
Apakah tanggapan saudara terhadap kasih karunia itu?
Maukah saudara senantiasa bersyukur / memuji Tuhan?
Maukah saudara hidup bagi Tuhan?
Maukah saudara mengutamakan Tuhan dalam hidup saudara?
Maukah sudara selalu berusaha menyenangkan / memuliakan Allah?
-AMIN-