MATIUS 5:8 (3 ARTI SUCI HATINYA)

Pdt. Benyamin F. Intan, Ph.D.
Matius 5:8: Berbahagialah orang yang suci hatinya , karena mereka akan melihat Allah.

Tuhan Yesus menekankan tentang kesucian hati. Kesucian adalah sifat Tuhan yang sangat menonjol. Musa ketika dipanggil, dia melihat semak duri tapi tidak terbakar.


Ketika ia mendekat terdengar suara, lepaskan kasutmu, sebab tempat yang engkau injak adalah tepat yang kudus. Nabi Yesaya, ketika dia bertemu dengan Tuhan, dia sadar celakalah aku, aku orang yang najis. Dia sadar kesucian Tuhan. Dia melihat serafim dengan enam sayap: dua sayap dipakai menutupi muka, dan dua sayap menutupi kakinya, dan dua sayap digunakan untuk melayang-layang.
MATIUS 5:8  (3 ARTI SUCI HATINYA)
gadget, otomotif, bisnis
Mereka berkata suci, suci, suci. Itu adalah untuk Allah Tritunggal. Suci yang pertama untuk Bapa, yang kedua Anak, dan yang ketiga untuk Roh Kudus. Iblis tidak bisa meniru kesucian Tuhan. Agama lain tidak mungkin mengandung kesucian. Tuhan menuntut umat pilihan kudus, sebab Tuhan kudus. Kesucian adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Tuhan Yesus berkata berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Kita melihat bagaimana kita bisa menjadi orang yang suci hatinya. Apakah artinya suci hati?

Ada 3 arti dari orang yang suci hatinya di Matius 5:8, yaitu:

1. Pertama, Tuhan menekankan kesucian hati. Hati adalah segala-galanya di dalam hidup manusia. Hawa sebelum makan buah, dikatakan buah itu menarik hatinya. Ketika Kain mau membunuh Habel, hatinya panas. Ketika nabi Samuel ingin mengurapi anak-anak Isai menjadi raja, dia melihat mereka yang perawakannya tinggi dan perkasa. Tuhan mengatakan bukan mereka semua. Ia berkata, manusia melihat yang di depan mata, tapi Tuhan melihat hati. Hosea 6:6, Tuhan berkata yang Ia sukai adalah hati yang berbelas kasihan, bukan korban sembelihan. 

Kita memberikan perpuluhan memang penting sekali, tetapi yang jauh lebih penting adalah hati manusia. Francis Schaeffer mengatakan “I do what I think, and I think what I believe.” Di dalam pikiran ada roh pikiran, kehendak, dan emosi yang menguasai kita. Itulah hati yang menggerakkan segala sesuatu. Apa artinya kesucian hati? Murni. Hati yang murni adalah hati yang tulus. Ketika Daud mendengar Goliat menantang umat kepunyaan Tuhan. Lalu Daud begitu marah. Ia berkata siapa orang yang tidak bersunat berani menantang Tuhan? Lalu Daud maju. 

Tetapi sebelum Daud maju, ia mendengar barang siapa menang ia akan dijadikan menantu raja Saul. Di sini apakah Daud masih tetap tulus untuk melawan Goliat karena orang itu telah menghina Tuhan atau ditambah dengan keinginannya untuk menikah dengan putri Saul? Daud tetap memiliki hati yang tulus. Kedua, Hendriksen mengatakan hati yang murni adalah hati yang tidak munafik. Munafik berarti inside dan outside ada tension. 

Orang yang munafik adalah orang yang memakai topeng. Di luar bisa tersenyum tetapi di dalam hatinya penuh sumpah serapah. Dalam Markus 7:6, Tuhan berkata “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” Kita bisa memberikan perpuluhan dengan begitu taat, tetapi kita memeras karyawan kita. Ketika Yudas mencium Yesus, ia berkata damai sejahtera. Mencium itu tanda cinta kasih, tetapi dia sudah katakan ketika saya cium, tangkap Dia! Ketiga, Ferguson mengatakan hati yang murni adalah undivided heart. 

Hati yang tidak mendua. Matius 6:24 mengatakan bahwa kamu tidak bisa menyembah Allah sekaligus menyembah mamon. Kamu tidak bisa mengasihi Allah sekaligus kamu mengasihi uang. Apa yang paling kita kasihi di dalam hidup kita? Tuhan atau yang lain? mengapa di dalam sejarah gereja mula-mula, orang Kristen waktu itu dianiaya? Mereka bebas untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan, tetapi mereka juga diminta menyembah kaisar sebagai Allah. 

Pada saat itu orang Kristen berkata bahwa mereka tidak mau mendua hati dengan menyembah Yesus dan kaisar. Harus memilih salah satu! Lalu muncul satu kalimat: if Jesus is not the Lord of all, He is not the Lord at all. Jika Yesus bukan Tuhan dari semuanya, maka Ia bukan Tuhan itu sendiri. Tidak boleh ada sinkretisme di dalam iman percaya.

2. Kedua, kita melihat bagaimana kita bisa menjadi orang yang suci hatinya? Kita tahu sejak manusia lahir, ia sudah berdosa. Daud berkata dalam mazmur 51:7, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Daud berkata ia sudah memiliki natur dosa bahkan sebelum dilahirkan. Yesus berkata dalam Matius 15:19, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” 

Ketika orang membunuh tidak menjadikan dia seorang pembunuh, tetapi kalau pembunuh pasti membunuh. Jadi bukan karena perbuatannya yang menjadikan dia pembunuh, tetapi karena hatinya sudah dendam, di situlah kemudian ia membunuh. Kita melihat bagaimana hati manusia di hadapan Tuhan. Dalam Yeremia 17:9, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” 

Hati itu begitu licik, tetapi yang lebih celaka lagi adalah bahwa manusia tidak menyadarinya! Manusia tidak tahu kelicikan daripada hati, ini bahaya sekali. Bagaikan kita berjalan di tepi jurang, tetapi dia tidak sadar dia sedang berjalan di tepi jurang. Bagaikan orang yang sakit kanker tetapi tidak menyadari bahwa ia sedang sakit kanker. Dalam Mazmur 51:12, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh.” 

Dalam bahasa Inggrisnya create in me a clean heart o God. Daud memakai kata create. Ini adalah bara, yang pengertiannya out of nothing, dari tidak ada menjadi ada, artinya sungguh-sungguh baru. Hati yang baru bukan berarti hidup tanpa dosa. Kita melihat Abraham sebagai bapa orang beriman, bagaimana ia berkali-kali berbohong. Kita melihat Musa dalam transfigurasi, dia mendampingi Tuhan Yesus. Tetapi Musa tidak diperbolehkan masuk ke tanah Kanaan karena ketidaktaatan dia. Kita melihat rasul Petrus, seorang kepala dari rasul yang lain. 

Tetapi menyangkali Yesus sampai tiga kali. Kita melihat Paulus, prajurit yang terbesar setelah Tuhan Yesus, mengatakan batinku suka akan hukum Allah, tetapi anggota-anggota tubuhku ini tunduk kepada hukum dosa. Hati yang sudah diperbarui bukan artinya tidak berdosa sama sekali. Apa arti hati yang suci? John Calvin mengatakan bahwa ia mempunyai kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Bapa gereja Agustinus mengatakan kecelakaan manusia di luar Kristus, yaitu mereka mempunyai incurable sin. 

Dosa yang tidak mungkin disembuhkan, di mana mereka tidak sadar bahwa mereka adalah manusia berdosa. Orang yang suci hatinya adalah orang yang sadar bahkan dosa yang paling kecil, ia memiliki kepekaan yang luar biasa. Lot adalah orang benar, tetapi dalam 2 Petrus 2:8 dikatakan bahwa ketika ia berada di tengah-tengah kebejatan orang-orang kota Sodom, jiwanya yang benar begitu tersiksa. Hati yang suci bagaikan smoke detector yang paling baik, ada asap sedikit saja langsung bunyi. Sebelum kecelakaan yang lebih besar, ia sudah memberikan peringatan. 

Kita melihat hati yang suci memiliki kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Kita harus menjaga hati kita, Tuhan akan menjaganya. Dalam Efesus 2:2-3 dikatakan bahwa sumber dari dosa itu masuk ke dalam diri kita, secara eksternal dari dunia dan setan. Secara internal adalah nafsu kedagingan setelah mendapatkan rangsangan dari eksternal. 

John Bunyan mengatakan bahwa dosa masuk melalui eyegate dan eargate, dan dalam video porno, maka mata melihat dan telinga mendengar. Ketika itu masuk melalui mata dan telinga, maka nafsu kedagingan mulai muncul. Maka hati kita perlu di kalibrasi. Dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” Ketika hati kita ada dosa, maka kita tidak bisa kontrol hati kita. Kita akan kembali melakukan hal yang sama. 

Daud tidak mengenal hatinya yang mengendalikan dia. Dia minta kepada Tuhan kenallah hatiku, ujilah aku dan lihatlah apakah jalanku serong. Maka tidak ada jalan lain selain kita berdoa di hadapan Tuhan, ujilah aku Tuhan, kenallah hatiku. Kita tidak bisa kontrol hati kita, itu sudah menjadi natur dalam pikiran dan hati kita. Maka solusi pertama adalah melalui doa. Kedua, melalui firman. 

Dalam Ibrani 4:12, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Tidak ada cara lain, jika dalam eyegate dan eargate sudah masuk, dan diam di dalam keinginan kita, nefsu kedagingan kita. 

Maka kita hanya tinggal menunggu waktu. Jika mau selingkuh sudah tidak bisa apa-apa. Hari itu dia diperingatkan apapun oleh isterinya, itu hanya masalah waktu. Maka yang bisa membersihkan ini semua adalah melalui doa dan firman Tuhan.

3. Ketiga, berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Ini berarti ada jaminan keselamatan. Orang yang suci hatinya memiliki pengharapan hidup yang kekal. Ia akan hidup bersama Tuhan di surga. Dalam mazmur 24:3-4, Tuhan berkata siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Hanya mereka yang suci hatinya. 

Di sini kita melihat bahwa orang yang suci hatinya mendapat jaminan keselamatan dari Tuhan. Setelah kita sudah diperbarui, Tuhan akan menjaga keselamatan kita. Keselamatan itu tidak mungkin bisa hilang. Dalam Ibrani 12:14, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” 

Ada satu tanda daripada orang yang hatinya suci yang akan menanti melihat Tuhan, yaitu dia harus mengejar kekudusan. Artinya jika Roh Kudus sungguh berada di dalam hati kita, maka kita akan mengejar kekudusan. David Koresh seorang yang mengajarkan ajaran sesat, dia mengatakan bahwa Yesus bukan Juru selamat yang sejati karena Ia tidak pernah berbuat dosa. 

Jika Yesus adalah Juru selamat yang sejati maka Ia harus berbuat dosa dan Ia menang melawan dosa itu baru Ia bisa menjadi Juru selamat. Ia bukan Imam Besar yang sungguh merasakan kelemahan kita karena Ia tidak pernah berbuat dosa. Maka ia mengatakan, saya lebih hebat dari Yesus, saya adalah juru selamat yang sejati. lalu ia melakukan segala macam kejahatan. lalu mengajak banyak pengikutnya melakukan kejahatan. 

Tetapi akhirnya ia tidak ditembak mati. Orang Kristen yang hatinya sudah suci dan diciptakan baru oleh Tuhan, maka Ia akan menjaga dan ada satu kecenderungan, kejarlah kekudusan. Berarti ia akan bertumbuh di dalam kekudusan. Ini adalah proses yang ia lakukan terus menerus dengan kepekaan yang begitu besar terhadap dosa yang paling kecil. Orang Kristen yang sudah diperbarui hatinya, Tuhan pasti jaga sampai ia mati. 

Keselamatan kita sudah alami di dunia ini already and not yet. Kita sudah mengalami itu sekalipun belum sempurna. Jika kita yang sudah diciptakan hati yang baru maka Tuhan akan menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Kemudian kita menikmati kehadiran dan penyertaan Tuhan di dalam dunia ini bagi siapa yang suci hatinya, yang sudah diperbarui hatinya. Dalam Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Ketika kita mengatakan mati adalah keuntungan artinya kita bertemu Tuhan muka dengan muka. 

Kita hidup bersama dengan Tuhan di dalam kekekalan. Tetapi Paulus menegaskan hidup di dalam dunia ini pun, dia mengatakan bahwa itu adalah Kristus. Dalam Galatia 2:20, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Jadi kita hidup di dalam dunia ini bukan lagi kita yang hidup tetapi Yesus hidup di dalam diri kita. 

Artinya kita tidak semata-mata mengalami penyertaan dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Tetapi melalui hidup kita, kita bersaksi untuk Kristus. Dalam Yohanes 4:14, Tuhan Yesus berkata kepada perempuan Samaria, “Barang siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” 

Kita mengalirkan mata air keluar, dan mata air kecil itu artinya sudah tidak mungkin kehausan lagi. Jadi kita bukan hanya mengalami penyertaan Tuhan, tetapi lebih daripada itu, kita menjadi saksi bagi Tuhan. Dalam Yohanes 8:12 ketika Yesus berbicara tentang terang. Ia mengatakan, “Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” 

Ia bukan hanya tidak hidup lagi dalam kegelapan, tetapi ia menjadi terang hidup. Ketika Tuhan Yesus sebagai terang, kita bukan hanya di dekat Tuhan dan merasa tidak lagi kegelapan, tetapi Roh Kudus diberikan di dalam hati kita sehingga kita bisa menjadi terang itu untuk menerangi sekitar kita. Sehingga orang lain bisa tertarik dan mencicipi mata air di dalam diri kita yang begitu sedikit, untuk mencicipi sumber mata air di dalam Tuhan Yesus. 

Barangsiapa yang melihat terang yang begitu kecil lalu mengikuti kita, sehingga kita menuntun mereka kepada terang yang besar itu. Tuhan berkata berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.

Penutup:

Konsekuensi yang diterima oleh orang-orang yang suci hatinya adalah “melihat Allah” (Matius 5:8b). Sama seperti konsekuensi dalam ucapan bahagia yang lain, melihat Allah sebaiknya dipahami dari sisi kekinian dan futuristik. Dalam kaitan dengan yang kekinian, Mazmur 24 mengajarkan bahwa melihat Allah berarti menikmati semua kebaikan Allah. Yang boleh menumpang di rumah Allah adalah yang memiliki kesucian hati (24:4). Mereka akan menerima berkat dan keadilan (lit. “kebenaran”) dari TUHAN, karena mereka mencari wajah Allah (24:5-6). Hal yang sama diungkapkan oleh Asaf dalam mazmurnya. TUHAN baik kepada mereka yang tulus dan bersih hatinya (Mazmur 73:1).

Dalam kaitan dengan yang futuristik, melihat Allah hanya terjadi pada Yerusalem Baru. Di surga kelak kita akan melihat wajah Allah (Wahyu 22:4; 1 Korintus 13:12; 1 Yohanes 3:2). Ini akan menjadi pengalaman yang menakjubkan bagi kita. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang dapat melihat wajah Allah dalam kemuliaan-Nya yang sempurna (Yohanes 1:18; 1 Timotius 1:17; 6:16). Siapa saja yang berjumpa dengan Dia pasti akan mati. Tidak demikian halnya dengan di surga kelak. Kita akan melihat Dia muka dengan muka tanpa mengalami ketakutan dan kematian. MATIUS 5:8  (3 ARTI SUCI HATINYA). Amin.

Next Post Previous Post