YAKOBUS 1:19-26; 3:1-12 (3 KUASA PERKATAAN)
Ivan Raharjo, M,Th.
Seorang penulis sejarah-wan kuno menceritakan mengenai seorang raja Mesir yang menyuruh para hambanya untuk memberikan dua macam daging untuk dipersembahkan kepada dewa. Daging pertama haruslah bagian paling baik dari seekor binatang dan bagian kedua adalah yang paling buruk.
gadget, otomotif, bisnis |
Maka para hamba membawa keduanya ke hadapan sang Raja, dan kedua bagian dari binatang itu adalah lidah. Lidah dapat menjadi satu hal dalam diri manusia yang dapat menjadi kebaikan luar biasa besar dan dapat juga menjadi bagian yang paling membahayakan.
Sering kali kita terjebak dalam berpikir, kita membagi orang menjadi dua kategori, yaitu orang pilihan dan orang bukan pilihan. Orang Kristen sebagai pihak yang baik, yang lainnya pihak jahat. Sering kali kita menekankan perbedaan ini dan kita lupa bahwa sebetulnya dalam diri seorang manusia kita memiliki potensi untuk menjadi begitu baik atau begitu jahat.
Salah satu penyebabnya adalah lidah yang kita miliki. Lidah sebagai medan peperangan yang dicoba ditarik Tuhan atau si Jahat. Lidah digambarkan dalam surat Yakobus dengan begitu jeli. Lidah yang kecil tetapi memiliki kuasa yang begitu besar karena kita adalah gambar dan rupa Allah. Allah kita adalah Allah yang berkata-kata pada ciptaannya. Dia menciptakan, mengontrol atau berelasi dengan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, menjadi makhluk yang berkata-kata merupakan bagian dari identitas kita. Kita harus berkata-kata dan mendengarkan kata-kata dari orang lain. Bukan hanya dari Tuhan tetapi juga dari sesama manusia.
3 Kuasa perkataan kita:
1. Pertama, perkataan memiliki kuasa menyatakan isi hati kita. Yakobus mengatakan Firman Allah seperti cermin yang ketika kita membacanya, maka kita dapat mengenal diri kita yang sesungguhnya. Hanya ketika dihadapkan pada standar kebenaran Firman Tuhan, kita dapat mengetahui seperti apa seseorang. Yakobus mengutip perkataan Yesus yang mengatakan bahwa mata air asin tidak mungkin mengeluarkan air tawar.
Sebagaimana sumbernya, demikian pula hasilnya. Lidah kita sebenarnya mencerminkan hati kita. Perkataan kita mencerminkan siapa sesungguhnya kita; apakah kita orang yang baik, jahat, atau kita pikir kita baik tetapi kita mengeluarkan kata-kata yang kasar. Dari lidah, kita dapat mengenal diri kita, dan kita dapat mengenal orang lain melalui apa yang dia katakan.
Perkataan si Jahat bertujuan untuk mendistorsi kebenaran dan pengenalan akan siapa diri kita sesungguhnya. Dan hal tersebut sudah dimulai semenjak Kejadian. Ular mendistorsi pengenalan manusia akan diri dan akan Allah. Ironisnya, kita seperti ular. Kita menggunakan kata-kata kita untuk menutupi diri kita yang sesungguhnya. Kita menggunakan kata-kata untuk menampilkan diri kita dengan berbeda. Alkitab mengatakan bagaimana kita hidup akan menggambarkan isi hati kita. Maka dari bagaimana seseorang hidup, kita dapat menilai apakah kata-katanya dapat dipegang, atau hanya menjaga citra.
2. Kedua, perkataan kita memiliki kuasa untuk mendatangkan penghakiman. Ketika kita mengatakan sesuatu maka akan ada orang yang menilai hidup kita. Mereka akan menilai apakah yang kita akui kita percayai adalah benar-benar sesuatu yang kita hidupi. Setiap kita memang tidak pernah mengakui diri sempurna, tetapi itu pun bukan alasan. Begitu saya katakan saya orang Kristen maka dunia akan menghakimi benarkah diri saya layak untuk dikatakan sebagai pengikut Kristus. Benarkah kita kudus sebagaimana Tuhan kudus. Itulah tema besar Yakobus. Apakah Firman Tuhan yang kita baca itu yang kita lakukan, apakah iman kita menghasilkan perbuatan? Iman tanpa perbuatan akan dihakimi dan dinyatakan sebagai iman yang palsu.
3. Ketiga, perkataan kita memiliki kuasa yang dapat mendatangkan transformasi. Lidah seperti kekang pada mulut kuda. Lidah seperti kemudi pada kapal yang besar. Lidah memiliki kuasa untuk mengarahkan dan membangun. Ketika membesarkan anak kecil, jika kita terus katakan “kamu anak yang baik, dikasihi papa mama”, maka dia akan tumbuh dengan pemahaman itu. Tetapi lidah juga dapat menghancurkan. Jika kita terus mengatakan “kamu anak yang bodoh dan tidak berharga”, maka dia akan tumbuh besar dengan satu nilai hidup yang hancur.
Tongkat dan batu hanya dapat menghancurkan tulang, tetapi perkataan dapat menembus jiwa dan merusak selama-lamanya. Orang yang tebal muka sekalipun tidak akan terus bernyanyi jika semua orang yang dia temui mengatakan bahwa dia tidak bisa bernyanyi. Apa yang kita katakan kepada orang lain sebetulnya akan mengarahkan hidup mereka. Jangan lupa bahwa kata-kata yang kita keluarkan dapat mempengaruhi orang lain selamanya.
Mungkin perkataan itu kita mulai sebagai gosip, membentuk gambaran diri seseorang sehingga menghancurkan reputasinya. Kadang kita bergosip untuk membangun diri kira sendiri, seolah kita lebih baik dari dia. Ini adalah kekuatan yang menghancurkan, dan membangun kepercayaan diri kita dengan kepalsuan.
gadget, otomotif, bisnis |
Lidah seperti racun yang mematikan, yang membuat masalah kecil menjadi besar. Api yang kecil tetapi dapat menjatuhkan seluruh negara dengan perkataan yang tidak bertanggung jawab. Perkataan adalah senjata yang paling mematikan.
Gereja yang katanya adalah keluarga Allah yang diikat oleh darah Kristus yang kudus pun dapat dihancurkan oleh lidah. Maka tidak heran lidah dapat menghancurkan orang lain. Jangan pikir karena kita kecil maka tidak memberikan dampak apa pun dalam hidup ini.
Kita memiliki kuasa untuk mendatangkan perubahan. Masalahnya, perubahan yang positif atau negatif? Dampak kuasa lidah yang mengarahkan bukan hanya kepada orang lain tetapi juga kepada diri kita sendiri. Kita yang melontarkan kata-katalah yang dikendalikan dengan kata-kata tersebut. Lidah adalah sesuatu yang dikeluarkan dari hati. Apa yang kita katakan itu juga yang akan membentuk hati kita. Semakin keluarkan kata-kata kebencian, maka kita akan makin tidak menyukai seseorang. Kita sering menekankan “yang penting yang di dalam hati”, padahal apa yang kita lakukan secara eksternal adalah yang akan membentuk hati kita.
Sakramen, yang kita perlukan, untuk menguatkan isi hati kita dan iman kita. Yang dari luar akan membentuk hati kita. Semakin mengeluarkan kata kebencian maka akan membentuk diri kita. Demikian juga kata-kata yang menyatakan belas kasihan dan pengampunan juga akan membentuk kita. Binatang liar, dapat dan telah dijinakkan oleh manusia.
Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menjinakkan lidah. Sebagai gambar rupa Allah, kita menjadi makhluk yang dapat menaklukkan binatang di planet ini. Tetapi yang tidak dapat adalah lidah kita sendiri. Untuk menaklukkannya, kita perlu usaha dan konsentrasi untuk dapat menahan perkataan, tidak menggerutu dengan keadaan, tidak menyombongkan diri, bergosip, menyindir, lambat berkata-kata. Inilah disiplin rohani yang dikerjakan oleh orang-orang kudus. Kita memerlukan anugerah Tuhan.
Ada satu pengharapan ketika melihat ketidakmungkinan, yaitu bagaimana kita juga dapat menggunakan lidah untuk mendatangkan kesembuhan dan pemulihan. Orang Kristen dipanggil untuk menyampaikan kebenaran dengan cinta kasih.
Ketika kita merasa begitu susah menjalankannya, untuk menyatakan kebenaran dengan kasih atau menyampaikan kata-kata berkat untuk orang yang menyakiti kita, mari kita ingat bahwa Allah yang berkuasa itu turun untuk menebus, menguduskan, dan mengubahkan lidah yang penuh dengan racun menjadi lidah untuk menyatakan kepada orang lain siapa Tuhan kita, Allah seperti apa yang kita sembah. Inilah yang mendorong kita untuk berbicara dengan cinta kasih. Kiranya kita menjadi orang yang lidahnya dipakai, dikuduskan, orang yang menguasai tubuh kita dan mempersembahkan tubuh kita menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan. YAKOBUS 1:19-26; 3:1-12 (3 KUASA PERKATAAN). AMIN.-