PENJELASAN JANGAN MENGHAKIMI (LUKAS 6:37)
Pdt.Esra Alfred Soru.
Seorang bertanya kepada saya : Mohon penjelasan tentang ayat yang mengatakan “jangan menghakimi” (Lukas 6:37)!
Jawaban Saya :
Lukas 6:37 : "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Banyak orang salah menafsirkan ayat ini. Mereka beranggapan bahwa bagian ini melarang kita untuk menyalahkan orang lain, mengecam orang lain, melakukan siasat gerejani terhadap seseorang, dan yang paling ekstrim bahkan menganggap ini sebagai dasar untuk melarang adanya pengadilan. Apa alasannya untuk mengatakan bahwa ini merupakan penafsiran dan penggunaan yang salah dari bagian ini?
1. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pengadilan bukan hanya diijinkan, tetapi diharuskan.
Roma 13:4b : “tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”.
2. Yesus sendiri mengecam dan mengutuk orang Farisi dan ahli Taurat (Lukas 11:42-44 Lukas 20:45-47).
3. Yohanes 7:24 : “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”. Dengan kata-kata ini Yesus jelas membolehkan kita untuk menghakimi asal kita melakukannya dengan adil, dengan memperhatikan fakta-fakta secara keseluruhan.
4. D. Martin Lloyd Jones mengatakan bahwa ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengecam orang atau membentuk suatu pandangan tentang orang itu. Sebagai dasar ia mengatakan bahwa dalam Injil Matius larangan menghakimi ini (Matius 7:1-5) disusul dengan larangan untuk memberikan barang kudus kepada anjing atau mutiara kepada babi (Matius 7:6). Bagaimana kita bisa mentaati larangan ini kalau kita tidak lebih dulu membentuk suatu pandangan bahwa seseorang itu adalah anjing / babi, yang tidak layak diberi mutiara / barang yang kudus? Juga Matius 7:15 menyuruh berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu, dan Matius 7:16 mengatakan bahwa dari buahnya kita mengenal pohonnya. Dan Pulpit Commentary menambahkan adanya ayat-ayat yang menyuruh kita menguji segala sesuatu / pengajar-pengajar, seperti :
1 Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
1 Yohanes 4:1-3 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.
Kalau kita tidak boleh membentuk suatu pandangan tentang seseorang, bagaimana kita bisa mentaati perintah ini? Lloyd Jones juga mempersoalkan tentang adanya perintah untuk melakukan siasat gerejani (Matius 18:15-17 1Korintus 5:1-13). Bagaimana kita bisa mentaati perintah ini kalau tidak lebih dulu membentuk suatu pandangan tentang seseorang? Bandingkan ini dengan kata-kata William Hendriksen :
Lukas 6:37 kadang-kadang digunakan sebagai suatu alasan untuk tidak melakukan disiplin gerejani, tetapi dalam terang dari kontexnya, dan juga dari Matius 18:15-18 dan Yohanes 20:23, penggunaan seperti itu dari text ini tidak dapat dibenarkan”.
Kitab Suci juga memberikan perintah yang keras berkenaan dengan nabi-nabi palsu, seperti :
2 Yohanes 10-11 : “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
Titus 3:10 : “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kau nasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Bagaimana bisa melaksanakan hal ini kalau kita tidak lebih dulu membentuk pandangan bahwa seseorang itu memang adalah nabi palsu?
Lloyd Jones juga mengatakan bahwa orang yang tidak senang dengan doktrin, biasanya selalu menganggap orang yang menganggap sesat seorang nabi palsu, sebagai menghakimi. Mengapa? Karena ia sendiri tidak senang dengan doktrin, maka ia tidak bisa mengerti mengapa hal seperti itu dipersoalkan. Ia tidak bisa mengerti mengapa seseorang begitu keras berpegang pada doktrin itu, dan menyalahkan doktrin lain, yang menurut pandangannya tidak terlalu berbeda. Contoh tentang Allah Tritunggal, bagaimana Athanasius berpegang pada doktrin yang benar, dan menolak setiap kompromi dari pihak Arianism ataupun Semi-Arianism, yang di mata seorang yang tidak senang doktrin, tidak terlalu berbeda.
D. Martin Lloyd Jones: Orang-orang yang tidak menyenangi doktrin biasanya adalah mereka yang bersalah pada titik ini. Karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang doktrin mereka hanya bisa berbicara dalam persoalan tentang kepribadian; sehingga pada saat seseorang mempertahankan suatu prinsip atau doktrin, mereka mulai berkata bahwa orang itu adalah orang yang sukar dipuaskan / disenangkan - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 168.
Bertentangan dengan banyak orang zaman sekarang yang menganggap bahwa kita sama sekali dilarang untuk menghakimi, hampir semua penafsir mengatakan bahwa kita harus menghakimi!
Pulpit Commentary: Banyak hal yang harus kita hakimi; doktrin-doktrin yang baru, lembaga-lembaga / kebiasaan-kebiasaan yang baru, metode-metode yang baru tentang ibadah / penyembahan dan pekerjaan, muncul untuk kita dukung atau kita kecam, dan kita harus menghakimi hal-hal itu, dengan akal, dengan hati nurani, dengan Kitab Suci, sehingga kita tahu jalan mana yang harus kita ikuti) - hal 159.
Note : Saya tak terlalu setuju dengan penghakiman berdasarkan akal dan hati nurani, karena baik akal maupun hati nurani kita sudah dikotori oleh dosa sehingga tidak bisa dijadikan standard. Penghakiman harus dilakukan berdasarkan Kitab Suci.
Pulpit Commentary: Kita juga harus menghakimi manusia. Kita harus memutuskan apakah kita akan memberikan mereka kepercayaan kita, persahabatan kita; apakah kita akan menerima mereka ke dalam lingkungan keluarga, ke dalam masyarakat, ke dalam Gereja. Menolak untuk menghakimi manusia berarti mengabaikan salah satu kewajiban yang paling serius dan penting dari hidup kita.
Calvin: Teks ini disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin membuat penghakiman terbatas / tidak berlebihan yang dinasehatkan Kristus sebagai suatu alasan untuk menyingkirkan semua perbedaan antara baik dan jahat. Kita bukan hanya diijinkan, tetapi bahkan diharuskan, untuk mengecam semua dosa; kecuali kita memilih untuk memberontak terhadap Allah sendiri, - tidak, mencabut hukum-hukumNya, membalik keputusan-keputusanNya, dan membalik takhta penghakimanNya. Merupakan kehendakNya bahwa kita menyatakan hukuman yang Ia umumkan terhadap tindakan-tindakan manusia: hanya kita harus menjaga kerendahan hati satu terhadap yang lain, sehingga menjadi nyata bahwa Ia adalah satu-satunya Pemberi hukum dan Hakim (Yesaya 33:22).
BACA JUGA: MATIUS 7:1-6 (ARTI JANGAN MENGHAKIMI)
Kalau begitu, apa arti yang benar dari kata-kata ‘jangan menghakimi’ ini? Larangan menghakimi ini kelihatannya ditujukan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, dan / atau orang-orang yang segolongan dengan mereka, yang (1) menganggap diri sendiri benar, (2) terlalu gampang dan cepat menyalahkan orang lain (tanpa mengetahui seluruh persoalannya lebih dulu). Bdk. Yohanes 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”, (3) mengecam tanpa kasih / belas kasihan. Bandingkan dengan Yohanes dan Yakobus yang ingin menurunkan api dari langit ke atas orang-orang Samaria (Lukas 9:51-56). Pulpit Commentary (hal 159) mengatakan bahwa penghakiman seperti ini mempunyai kecenderungan untuk menghancurkan dari pada memperbaiki. (4) Membesar-besarkan kesalahan orang lain. (5) Merasa senang pada saat bisa menemukan dan mengecam kesalahan orang lain.
D. Martin Lloyd Jones memberi contoh penghakiman yang dimaksud oleh Yesus, yaitu orang Farisi yang berdoa di Bait Suci yang berkata :
“Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini” (Lukas 18:11).
Di belakang penghakiman yang salah ada ‘self-righteous spirit’ (roh yang menganggap diri sendiri benar). Karena itu Yesus menambahkan Matius 7:3-5 / Lukas 6:41-42.
D. Martin Lloyd Jones : Apakah roh yang menghukum ini? Itu adalah roh yang merasa dirinya sendiri benar. Diri sendiri / si aku selalu ada di belakangnya, dan itu selalu merupakan manifestasi dari perasaan bahwa dirinya sendiri benar, suatu perasaan superior / lebih tinggi, dan suatu perasaan bahwa kita benar sementara orang lain tidak. Itu lalu membawa kepada sikap suka mengkritik, dan suatu roh / semangat yang selalu siap untuk menyatakan dirinya sendiri dengan cara yang merendahkan orang lain. Dan lalu, bersama-sama dengan itu, di sana ada kecenderungan untuk menghina orang lain, memandang orang lain dengan jijik. Saya bukan hanya menggambarkan orang Farisi, saya menggambarkan semua yang mempunyai roh orang Farisi - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 167.PENJELASAN JANGAN MENGHAKIMI (LUKAS 6:37).
Seorang bertanya kepada saya : Mohon penjelasan tentang ayat yang mengatakan “jangan menghakimi” (Lukas 6:37)!
Jawaban Saya :
Lukas 6:37 : "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Banyak orang salah menafsirkan ayat ini. Mereka beranggapan bahwa bagian ini melarang kita untuk menyalahkan orang lain, mengecam orang lain, melakukan siasat gerejani terhadap seseorang, dan yang paling ekstrim bahkan menganggap ini sebagai dasar untuk melarang adanya pengadilan. Apa alasannya untuk mengatakan bahwa ini merupakan penafsiran dan penggunaan yang salah dari bagian ini?
1. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pengadilan bukan hanya diijinkan, tetapi diharuskan.
Roma 13:4b : “tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”.
2. Yesus sendiri mengecam dan mengutuk orang Farisi dan ahli Taurat (Lukas 11:42-44 Lukas 20:45-47).
3. Yohanes 7:24 : “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”. Dengan kata-kata ini Yesus jelas membolehkan kita untuk menghakimi asal kita melakukannya dengan adil, dengan memperhatikan fakta-fakta secara keseluruhan.
4. D. Martin Lloyd Jones mengatakan bahwa ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh mengecam orang atau membentuk suatu pandangan tentang orang itu. Sebagai dasar ia mengatakan bahwa dalam Injil Matius larangan menghakimi ini (Matius 7:1-5) disusul dengan larangan untuk memberikan barang kudus kepada anjing atau mutiara kepada babi (Matius 7:6). Bagaimana kita bisa mentaati larangan ini kalau kita tidak lebih dulu membentuk suatu pandangan bahwa seseorang itu adalah anjing / babi, yang tidak layak diberi mutiara / barang yang kudus? Juga Matius 7:15 menyuruh berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu, dan Matius 7:16 mengatakan bahwa dari buahnya kita mengenal pohonnya. Dan Pulpit Commentary menambahkan adanya ayat-ayat yang menyuruh kita menguji segala sesuatu / pengajar-pengajar, seperti :
1 Tesalonika 5:21 - “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
1 Yohanes 4:1-3 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.
Kalau kita tidak boleh membentuk suatu pandangan tentang seseorang, bagaimana kita bisa mentaati perintah ini? Lloyd Jones juga mempersoalkan tentang adanya perintah untuk melakukan siasat gerejani (Matius 18:15-17 1Korintus 5:1-13). Bagaimana kita bisa mentaati perintah ini kalau tidak lebih dulu membentuk suatu pandangan tentang seseorang? Bandingkan ini dengan kata-kata William Hendriksen :
Lukas 6:37 kadang-kadang digunakan sebagai suatu alasan untuk tidak melakukan disiplin gerejani, tetapi dalam terang dari kontexnya, dan juga dari Matius 18:15-18 dan Yohanes 20:23, penggunaan seperti itu dari text ini tidak dapat dibenarkan”.
Kitab Suci juga memberikan perintah yang keras berkenaan dengan nabi-nabi palsu, seperti :
2 Yohanes 10-11 : “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
Titus 3:10 : “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kau nasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Bagaimana bisa melaksanakan hal ini kalau kita tidak lebih dulu membentuk pandangan bahwa seseorang itu memang adalah nabi palsu?
Lloyd Jones juga mengatakan bahwa orang yang tidak senang dengan doktrin, biasanya selalu menganggap orang yang menganggap sesat seorang nabi palsu, sebagai menghakimi. Mengapa? Karena ia sendiri tidak senang dengan doktrin, maka ia tidak bisa mengerti mengapa hal seperti itu dipersoalkan. Ia tidak bisa mengerti mengapa seseorang begitu keras berpegang pada doktrin itu, dan menyalahkan doktrin lain, yang menurut pandangannya tidak terlalu berbeda. Contoh tentang Allah Tritunggal, bagaimana Athanasius berpegang pada doktrin yang benar, dan menolak setiap kompromi dari pihak Arianism ataupun Semi-Arianism, yang di mata seorang yang tidak senang doktrin, tidak terlalu berbeda.
D. Martin Lloyd Jones: Orang-orang yang tidak menyenangi doktrin biasanya adalah mereka yang bersalah pada titik ini. Karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang doktrin mereka hanya bisa berbicara dalam persoalan tentang kepribadian; sehingga pada saat seseorang mempertahankan suatu prinsip atau doktrin, mereka mulai berkata bahwa orang itu adalah orang yang sukar dipuaskan / disenangkan - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 168.
Bertentangan dengan banyak orang zaman sekarang yang menganggap bahwa kita sama sekali dilarang untuk menghakimi, hampir semua penafsir mengatakan bahwa kita harus menghakimi!
Pulpit Commentary: Banyak hal yang harus kita hakimi; doktrin-doktrin yang baru, lembaga-lembaga / kebiasaan-kebiasaan yang baru, metode-metode yang baru tentang ibadah / penyembahan dan pekerjaan, muncul untuk kita dukung atau kita kecam, dan kita harus menghakimi hal-hal itu, dengan akal, dengan hati nurani, dengan Kitab Suci, sehingga kita tahu jalan mana yang harus kita ikuti) - hal 159.
Note : Saya tak terlalu setuju dengan penghakiman berdasarkan akal dan hati nurani, karena baik akal maupun hati nurani kita sudah dikotori oleh dosa sehingga tidak bisa dijadikan standard. Penghakiman harus dilakukan berdasarkan Kitab Suci.
Pulpit Commentary: Kita juga harus menghakimi manusia. Kita harus memutuskan apakah kita akan memberikan mereka kepercayaan kita, persahabatan kita; apakah kita akan menerima mereka ke dalam lingkungan keluarga, ke dalam masyarakat, ke dalam Gereja. Menolak untuk menghakimi manusia berarti mengabaikan salah satu kewajiban yang paling serius dan penting dari hidup kita.
Calvin: Teks ini disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin membuat penghakiman terbatas / tidak berlebihan yang dinasehatkan Kristus sebagai suatu alasan untuk menyingkirkan semua perbedaan antara baik dan jahat. Kita bukan hanya diijinkan, tetapi bahkan diharuskan, untuk mengecam semua dosa; kecuali kita memilih untuk memberontak terhadap Allah sendiri, - tidak, mencabut hukum-hukumNya, membalik keputusan-keputusanNya, dan membalik takhta penghakimanNya. Merupakan kehendakNya bahwa kita menyatakan hukuman yang Ia umumkan terhadap tindakan-tindakan manusia: hanya kita harus menjaga kerendahan hati satu terhadap yang lain, sehingga menjadi nyata bahwa Ia adalah satu-satunya Pemberi hukum dan Hakim (Yesaya 33:22).
BACA JUGA: MATIUS 7:1-6 (ARTI JANGAN MENGHAKIMI)
Kalau begitu, apa arti yang benar dari kata-kata ‘jangan menghakimi’ ini? Larangan menghakimi ini kelihatannya ditujukan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, dan / atau orang-orang yang segolongan dengan mereka, yang (1) menganggap diri sendiri benar, (2) terlalu gampang dan cepat menyalahkan orang lain (tanpa mengetahui seluruh persoalannya lebih dulu). Bdk. Yohanes 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”, (3) mengecam tanpa kasih / belas kasihan. Bandingkan dengan Yohanes dan Yakobus yang ingin menurunkan api dari langit ke atas orang-orang Samaria (Lukas 9:51-56). Pulpit Commentary (hal 159) mengatakan bahwa penghakiman seperti ini mempunyai kecenderungan untuk menghancurkan dari pada memperbaiki. (4) Membesar-besarkan kesalahan orang lain. (5) Merasa senang pada saat bisa menemukan dan mengecam kesalahan orang lain.
D. Martin Lloyd Jones memberi contoh penghakiman yang dimaksud oleh Yesus, yaitu orang Farisi yang berdoa di Bait Suci yang berkata :
“Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini” (Lukas 18:11).
Di belakang penghakiman yang salah ada ‘self-righteous spirit’ (roh yang menganggap diri sendiri benar). Karena itu Yesus menambahkan Matius 7:3-5 / Lukas 6:41-42.
D. Martin Lloyd Jones : Apakah roh yang menghukum ini? Itu adalah roh yang merasa dirinya sendiri benar. Diri sendiri / si aku selalu ada di belakangnya, dan itu selalu merupakan manifestasi dari perasaan bahwa dirinya sendiri benar, suatu perasaan superior / lebih tinggi, dan suatu perasaan bahwa kita benar sementara orang lain tidak. Itu lalu membawa kepada sikap suka mengkritik, dan suatu roh / semangat yang selalu siap untuk menyatakan dirinya sendiri dengan cara yang merendahkan orang lain. Dan lalu, bersama-sama dengan itu, di sana ada kecenderungan untuk menghina orang lain, memandang orang lain dengan jijik. Saya bukan hanya menggambarkan orang Farisi, saya menggambarkan semua yang mempunyai roh orang Farisi - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 167.PENJELASAN JANGAN MENGHAKIMI (LUKAS 6:37).