TANGGAPAN TERHADAP PAHAM INKLUSIVISME
Pdt.Esra Alfred Soru.
1. PLURALISME : Semua agama dapat menyelamatkan. Ketaatan terhadap ajaran agama masing2 dapat menjadi jalan keselamatan bagi pemeluk agama tersebut.
Terkait dengan doktrin keselamatan Kristen, ada 3 (tiga) pandangan yang berkembang soal ini :
1. PLURALISME : Semua agama dapat menyelamatkan. Ketaatan terhadap ajaran agama masing2 dapat menjadi jalan keselamatan bagi pemeluk agama tersebut.
Dengan demikian Yesus Kristus hanya SALAH SATU jalan keselamatan saja dan bukan SATU-SATUNYA. Kalaupun Yesus dikatakan SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN, maka itu hanya berlaku bagi orang Kristen dan tidak berlaku bagi penganut agama lain.
2. INKLUSIVISME : Yesus Kristus adalah SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN tapi itu tidak berarti bahwa orang2 beragama lain tidak akan selamat. Allah melalui Kristus yang kasih-Nya amat besar itu juga dapat menyelamatkan orang2 beragama lain. Jadi akan ada orang2 beragama lain yang akan selamat tapi bukan oleh agama mereka itu sendiri melainkan Kristus yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka.
3. EKSKLUSIVISME : Yesus Kristus adalah SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN. Dan IMAN adalah syarat utamanya. Sehingga semua orang yang tidak beriman kepada Yesus sebagai TUHAN DAN JURUSELAMAT, baik di dalam agama Kristen atau agama yang lain, tidak akan diselamatkan / akan binasa. Jikalau yang beragama Kristen saja tidak ada jaminan selamat (karena tidak sungguh2 beriman, apalagi yang bukan Kristen yang pasti tidak beriman kepada Kristus?)
Mungkin paham PLURALISME banyak ditolak oleh orang Kristen tapi tidak demikian dengan paham INKLUSIVISME. Di bawah semangat toleransi antar umat beragama maka sejumlah teolog / pendeta menganut paham INKLUSIVISME ini dan menyebarkan ajaran INKLUSIVISME ini, baik lewat buku2, khotbah2/seminar2 maupun lewat media sosial (status FB, dll). Dan ada cukup banyak jemaat Kristen yang tulus mengomentarinya dengan kata “AMIN” tanpa mengerti duduk persoalan yang sesungguhnya.
Dan sekarang saya hendak memberikan sedikit cuplikan / kutipan dari buku tsb, secara khusus tentang paham INKLUSIVISME ini.
I. APA YANG DIAJARKAN PAHAM INKLUSIVISME INI?
Bagaimana sesungguhnya paham INKLUSIVISME ini? Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa paham inklusivisme percaya Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (dan dengan demikian berbeda dari paham pluralisme tapi sama dengan paham eksklusifisme). Ini terlihat dari apa yang dikatakan Clark H. Pinnock, seorang inklusivis.
Clark H. Pinnock - Kami mengakui bahwa tidak ada nama lain dari pada nama Yesus yang memiliki makna yang bersifat universal serta yang dapat memberikan hidup dan pengharapan kepada semua bangsa. (Clark H. Pinnock in Dennis L. Okholm, Timothy R. Philips (eds), Four Views on Salvation in Pluralistic World; hal. 141).
Tapi selanjutnya paham ini berkata bahwa agama-agama lain juga bisa diselamatkan (dan dengan demikian berbeda dari paham eksklusivisme tapi sama dengan paham pluralisme).
Clark H. Pinnock – Saya menunjuk kepada pandangan yang membenarkan atau menegakkan Kristus sebagai penyelamat manusia, juga menegaskan kehadiran keselamatan Alah dalam dunia yang lebih luas dan di dalam agama-agama lain. (A Wideness In God’s Mercy, The Finality of Jesus Christ in a World of Relegions, hal.15).
Clarck H. Pinnock - Kelompok inklusif percaya bahwa karena Allah hadir di dalam dunia ini (premis), maka anugerah Allah juga bekerja dengan cara tertentu di dalam semua orang, bahkan mungkin juga di dalam wilayah kehidupan beragama (inferens)”. (Clark H. Pinnock in Dennis L. Okholm, Timothy R. Philips (eds), Four Views on Salvation in Pluralistic World, 141).
Bandingkan :
Daniel Lukcas Lukito – Namun, tidak seperti eksklusivis, mereka mau mengakui bahwa ada kemungkinan keselamatan bagi orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk mendengar dan merespons berita injil. (Majalah Veritas : Oktober 2012, hal. 263).
Tapi bagaimana bisa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan tetapi agama lain juga bisa diselamatkan? Mereka percaya bahwa sekalipun agama-agama lain itu diselamatkan tetapi Kristuslah yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka.
Charles B. Jones - Agama-agama lain di luar kekristenan juga dikaruniai rahmat dari Allah dan bisa diselamatkan, namun pemenuhan keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. (The View from Mars Hill: Christianity in the Landscape of World Religions, hal.98).
Paul F. Kintter - Orang-orang dari agama lain, melalui anugerah atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam rencana keselamatan Allah. (Pengantar Teologi Agama-Agama, hal.63)
Para inklusivis percaya bahwa Kristus tidak hanya bekerja / berkarya dalam agama Kristen tetapi juga bekerja / berkarya dalam agama-agama lain.
Stevri I. Lumintang – Kristus bisa ada di semua agama, dan atau kristus yang ada di semua agama berpusat pada Kristus dalam agama Kristen. (Theologia Abu-Abu, hal. 215).
Gavin D’Costa, pada waktu masih menjadi seorang inklusivis (sekarang ia sudah menjadi seorang eksklusivis) menyatakan bahwa dari 3 paham yang ada (plusalisme, inklusivisme dan eksklusivisme), inklusivismelah paham yang terbaik. Menurutnya, kekristenan mempunyai 2 aksioma tradisional dalam persoalan keselamatan yakni :
a. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus saja.
b. Allah menghendaki semua orang selamat. (1 Timotius 2:3-4)
Nah, menurut Costa, paham eksklusivisme memegang teguh aksioma pertama tetapi mengabaikan aksioma kedua. Sedangkan paham pluralisme memegang teguh aksioma kedua dan membuang aksioma pertama. Tapi inklusivisme menyeimbangkan keduanya dan dengan demikian mampu merekonsiliasi paradigma pluralisme dan eksklusivisme. Bagi Costa, paradigma inklusivisme berisi keterbukaan terhadap agama non-Kristen sekaligus komitmen kokoh pada kekristenan.
Dari semua penjelasan ini terlihat bahwa paham inklusivisme ini menempatkan Kristus di pusat agama-agama (walaupun Kristen dianggap sebagai agama terbaik) yang berbeda dengan paham pluralisme yang menempatkan Allah (“The Real”) sebagai pusatnya. Dan selanjutnya sama seperti paham pluralisme mengajarkan bahwa “The Real” itu memancarkan kebenaran-Nya pada semua agama, inklusivisme mengajarkan bahwa Kristus juga berkarya dalam agama-agama lain dan menyelamatkan agama-agama lain. Inilah inklusivisme.
Coba bandingkan doktrin semacam ini dengan kata-kata Dr. Eben Nuban Timo.
Eben Nuban Timo - Roh Kudus membuat murid-murid berbicara dalam berbagai-bagai bahasa. Itu berarti Roh Kudus adalah magister bahasa. Artinya Dia menguasai berbagai bahasa di kolong langit. Isi perkataan para murid dalam bahasa-bahasa lain itu adalah perbuatan besar Allah di dalam Kristus. Itu artinya keselamatan yang Tuhan Allah kerjakan di dalam Kristus ditujukan untuk semua manusia di kolong langit. Allah menyelamatkan semua manusia di dalam Kristus. Itu sebabnya cerita tentang keselamatan mereka disampaikan dalam bahasa mereka. Kita berdosa terhadap Allah kalau menyombongkan diri dan merasa selamat sendiri. Percakapan dan berita tentang perbuatan-perbuatan besar Allah di dalam Kristus tidak hanya diberitakan dalam kosa kata Kristen. Berita yang sama juga diberitakan dalam kosa kata Muslim, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dll. Jadi adalah kesombongan dan dosa kalau kita katakan bahwa di dalam agama-agama tadi tidak ada karya keselamatan Allah di dalam Kristus, hanya karena kita tidak mengerti bahasa mereka. (Bersaksi Dalam Bahasa Lain : Renungan Tunas Dari Tanah Kering, Edisi 3/VIII/2015, Mei - Juni 2015, hal.28-29)
Note : Jelas Dr. Eben Nuban Timo lebih berpandangan inklusivisme ketimbang pluralisme.
Bandingkan pula :
Pdt. Jerrison Djo Rake - Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia. Keyakinan ini menyatu sebagai darah yang mengalir dalam diri orang percaya. Kalau Yesus adalah Tuhannya dunia maka Dia tidak bisa dikurung dalam gereja dan dalam teologi kristen secara sempit. Kalau klaim ini hanya dikaitkan dengan siapa yang selamat dan siapa yang tidak di akhirat, maka manusia telah keliru dalam memposisikan dirinya. Sebab persoalan keselamatan seseorang di akhirat bukan domainnya manusia untuk menentukan. Itu adalah otoritas Tuhan yang mutlak. Bagi orang kristen yang telah meyakini Yesus sebagai satu satu jalan ke sorga, peganglah itu, sebab hal itu adalah keyakinan mutlak yang tidak bisa dirubah oleh siapapun. Namun keyakinan itu tidak serta merta untuk dipaksakan kepada orang lain untuk menerimanya sesuai dengan cara pandang kita. Sebab Allah punya cara tersendiri untuk memperkenalkan dirinya kepada manusia lainnya sesuai dengan otoritasnya di luar daya jangkau akal manusia biasa. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 21 Juni 2015).
Pdt. Jerrison Djo Rake - Apakah Yesus itu Juru Selamat dunia atau hanya untuk gereja? Kalau Yesus adalah Juru Selamat dunia maka tidak satu manusiapun yg bisa mengurung Yesus dalam gereja tertentu atau dalam pandangan teologi tertentu. Jika ada yang memaksa maka hal itu sangat naif. Sebab Yesus adalah Tuhan yang tidak bisa dikurung oleh teologi ataupun gereja tertentu apalagi oleh para pendosa seperti kita yang sok suci. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 28 Juni 2015).
# Melalui apa Kristus menyelamatkan orang-orang beragama lain itu?
Jikalau Kristus memang menyelamatkan orang beragama lain, lalu melalui apakah Ia melakukan hal itu? Maksud saya adalah, kalau eksklusivisme mengajarkan bahwa manusia diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai respon terhadap anugerah Allah, lalu kalau Kristus akan menyelamatkan orang-orang beragama lain, Ia menyelamatkan mereka melalui apa? Paul Knitter dalam bukunya “Pengantar Teologi Agama-Agama” menjelaskan bahwa Allah memberikan rahmat melalui Kristus di dalam agama-agama lain, dalam kepercayaan dan ritual-ritual agama lain tersebut. Bandingkan ini dengan kata-kata Victor I. Tanja :
Victor I. Tanja - Dalam setiap nama yang berbeda-beda dalam berbagai agama, Kristus itu hadir dan menyelamatkan menurut pandangan masing-masing agama. (Spiritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, hal. 123-124).
Jadi apa maksudnya? Maksudnya adalah Kristus menyelamatkan seorang Islam melalui ritual-ritual Islam. Kristus menyelamatkan seorang Budha melalui ritual-ritual Budha. Kristus menyelamatkan seorang Hindu melalui ritual-ritual Hindu, dsb. Kristus menyelamatkan seorang Merapu melalui ritual-ritual Merapu. Kristus menyelamatkan seorang Jingitiu melalui ritual-ritual Jingitiu. Jadi para penganut agama lain itu menyambut anugerah Allah melalui ketaatan mereka pada ritual-ritual agama mereka masing-masing sebagaimana yang dikatakan oleh Chris Wright ketika membahas ajaran inklusivisme ini.
Chris Wright – Jadi orang bisa diselamatkan melalui kasih karunia Allah melalui Kristus, tanpa menjadi umat Kristen. Seorang Hindu yang baik dan diakui, misalnya, diselamatkan oleh Kristus melalui sakramen-sakramen hinduisme. (Tuhan Yesus Memang Khas Unik, hal.29)
## Dalam wujud yang bagaimana Kristus hadir dalam agama lain itu?
Kalau para penganut agama lain itu diselamatkan oleh Kristus, pertanyaannya adalah apakah orang-orang beragama lain itu mengenal Yesus Kristus yang disembah / dipercaya oleh orang Kristen? Menarik bahwa para inklusivis mengatakan tidak. Bahkan orang-orang beragama lain itu bisa diselamatkan tanpa mereka pernah mendengar tentang Yesus.
John Sanders – Inklusivisme menegaskan…. orang dapat menerima karunia keselamatan tanpa mengetahui si pemberi atau sifat yang tepat dari pemberian itu. (No Other Nama : An Investigation into Destiny of the Unevangelized, hal. 215).
Kelihatannya, pandangan tersebut sejalan dengan pandangan C.S. Lewis yang menegaskan bahwa :
C.S. Lewis - Ada orang-orang di dalam agama lain yang dipimpin oleh Allah tanpa disadarinya, yang sebenarnya memiliki persamaan dengan ajaran Kristen tanpa diketahuinya. (Mere Christianity, hal. 176).
Raimundo Panikkar – Tanpa disadari oleh pemeluk agama non Kristen, Kristus berada dalam agama-agama tersebut, sekaligus mengerjakan keselamatan. (Raimundo Panikkar dalam Togardo Siburian : Kerangka Teologi Religionum Misioner, hal. 65).
Mengapa mereka bisa tidak menyadari / mengetahui kehadiran Kristus yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka? Itu karena Kristus yang hadir dan berkarya di dalam agama lain itu hadir dan berkarya secara terselubung atau tersembunyi (Hidden Christ).
Karl Rahner – Kristus adalah pemenuhan bagi semua agama non Kristen walaupun dengan cara yang terselubung. (Karl Rahner dalam Klass Runia; The Gospel and Religious, hal. 346).
Raimundo Panikkar – Kristus adalah satu-satunya pengantara, tetapi bukan monopoli orang Kristen saja. Karena Ia hadir dan bekerja dalam setiap agama secara terselubung. (Unknown Christ – Kristus yang tidak dikenali). (Dialog Intra Religius, hal. 76).
Apa maksudnya Kristus hadir secara terselubung? Apa maksudnya “Unknown Christ” atau Kristus yang tidak dikenali itu? Maksudnya adalah Kristus hadir dalam agama-agama lain itu bukan sebagai Yesus dari Nazaret tetapi sebagai tokoh-tokoh yang dikenali dan disembah di dalam agama lain itu. Baginya, Yesus memang adalah Kristus tetapi Kristus bukan hanya Yesus dari Nazaret. Pandangan ini senada dengan pandangan tokoh inklusiv lainnya yakni C.S. Song :
C.S. Song – Inkarnasi Yesus hanyalah sebagai salah satu inkarnasi Allah, karena Allah juga berinkarnasi dalam semua agama dan kebudayaan. (Sebutkan Nama-Nama Kami, hal. 81).
Bandingkan dengan kata-kata Ch. Daniel Saduk Manu:
Ch. Daniel Saduk Manu - Hal ini berimplikasi pada kehadiran Yesus di agama lain dengan cara dan nama yang lebih mereka kenal? (Jujur Pada Pluralis : Koran Timor Express, 10 Oktober 2005, hal. 4)
Karena itu dalam bukunya “Unknown Christ of Hinduism”, Panikkar mengatakan :
Raimundo Panikkar – Jadi orang Hindu sesungguhnya mengakui Kristus, hanya tidak dikenal. Kristus ini merupakan misteri ilahi uang imanen (berinkarnasi) dalam sejarah dan budaya manusia. Dengan kata lain, bahwa Allah tidak hanya berinkarnasi di dalam dan melalui Yesus saja, melainkan juga berinkarnasi di dalam agama lain, seperti di dalam agama Hindu. Jadi Allah menjadi manusia tidak hanya melulu bernama Kristus, melainkan terdapat dalam setiap nama yang ada di dalam masing-masing agama. Dalam Hindu dikenal dengan nama Isvara, dalam kekristenan dikenal dengan nama Yesus dari Nazaret. (The Unknown Christ of Hinduism, hal. 122).
Pendapat yang senada juga diungkapkan Gustave H. Todrank dalam bukunya “The Secular Search for a new Christ” (hal. 49-51) di mana menurutnya Yesus adalah “salah satu Kristus” atau “a Christ” bukan “the Christ”. Dalam kategori inilah Todrank menyamakan Gandhi, Albert Schweitzer, J.F. Kennedy, Matin Luther King, Mao Tse Tung sebagai “kristus-kristus” yang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa semua agama sebenarnya menyembah Kristus hanya saja mereka tidak menyadarinya dan tidak menyebutnya sebagai Kristus. Bandingkan ini dengan kata-kata Frans Zakharias dari Rote yang menulis di Facebook :
Berarti di dalam setiap agama ada Kristus. Ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Hindu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Budha, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Islam, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam Kong Hu Chu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam kepercayaan Merapu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam kepercayaan Jingitiu, dan dalam semua agama.
Lalu apa dasar Alkitab yang mereka pakai untuk membangun teologia mereka ini? Mereka biasanya memakai ayat-ayat yang menunjukkan bahwa seluruh dunia adalah sasaran kasih Allah. Misalnya :
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Pdt. Jerrison Djo Rake – Apakah kata 'KASIH Allah akan dunia ini' dalam Yoh 3:16 menunjuk pada gereja tertentu atau orang Kristen? Sabda Tuhan sama sekali tidak menyebut gereja dan orang kristen. Hanya kitalah yang menganalogikan dan mempersempitkan kata dunia dalam ayat sabda kepada gereja dan orang kristen. Ini model tafsiran yang terlalu sempit dan dangkal. Apakah Tuhan Yesus hanya datang untuk orang kristen dan gereja tertentu. Ini cara tafsir sabda mungkin terlalu naif. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 29 Juni 2015).
1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Kata-kata “seluruh dunia” ini diartikan begitu luas hingga mencakup agama-agama lain juga.
Kis 10:34-35 – (34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
Itu berarti bahwa orang beragama lain pun yang mengamalkan kebenaran pasti berkenan di hadapan Allah dan karenanya akan diselamatkan.
1 Timotius 2:3-4 – (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Tentang ayat ini, Karl Rahner berpendapat bahwa jika Tuhan mau supaya semua manusia diselamatkan, maka Ia akan bertindak melakukan apa saja yang perlu agar maksudnya tercapai. “Bertindak” dan “melakukan” berarti Tuhan menyatakan diriNya kepada semua orang. Tuhan membuat diriNya hadir. ·
Efesus 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Karena kasih Allah dalam Kristus itu begitu lebar, panjang, tinggi dan dalam, maka itu pasti mencakup semua agama di dunia ini.
Matius 20:15-16 – (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Ayat ini dipakai untuk menunjukkan bahwa adalah hak Allah atau Allah bebas untuk menyelamatkan orang-orang dari agama lain sekalipun kita enggan untuk menerimanya.
Pdt. Jerrison Djo Rake – Suatu hari di Sorga berkumpullah Pendeta, Paus, Sidarta Gautama, Muhammad, Petrus, Mahatma Gandhi, Paulus. Dari semua yang hadir, siapakah yang akan diusir oleh orang Kristen? (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 30 Juni 2015).
Demikianlah ajaran inklusivisme.
II. TANGGAPAN TERHADAP PAHAM INKLUSIVISME.
Sekarang saya akan menanggapi ajaran inklusivisme ini secara Alkitabiah, dan ada 2 hal yang akan saya angkat :
a. Soal Kristus menyelamatkan agama-agama lain.
Tadi sudah saya jelaskan bahwa kaum inklusiv percaya Kristuslah yang menyelamatkan orang-orang beragama lain yang bahkan tidak pernah mendengar tentang nama-Nya. Dasar pijak mereka adalah sejumlah ayat Alkitab yang menyatakan bahwa kasih Allah / penyelamatan Allah bersifat universal. Mereka mengutip ayat-ayat seperti Yoh 3:16, 1 Yohanes 2:2 dan Efesus 3:18 seperti yang sudah kita lihat tapi mereka gagal melihat arti sesungguhnya dari ayat-ayat itu.
Harus dimengerti bahwa kata “dunia” yang dipergunakan pada waktu itu bukan untuk mengkontraskan orang Kristen dan orang non Kristen melainkan orang Yahudi dan orang non Yahudi.
Kita tahu bahwa janji tentang Kristus pertama-tama diberikan kepada bangsa Yahudi. Tapi karena itu lalu orang Yahudi merasa eksklusif dan hanya mereka saja yang akan diselamatkan. Karena itu berita Alkitab datang bahwa Allah bukan hanya mengasihi dan mau menyelamatkan bangsa Yahudi tetapi juga seluruh dunia dalam artian bangsa-bangsa non Yahudi. Coba perhatikan :
# Efs 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Di sini memang dikatakan bahwa kasih Allah dalam Kristus itu sangat lebar, tinggi dan dalam. Mengapa? Karena kasih ini bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang-orang non Yahudi yang dianggap kafir oleh orang Yahudi.
Efesus 3:1 - Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah
Note : “Kamu” yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang Kristen yang bukan Yahudi.
Efesus 3:6 - yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus
Note : Kalimat terakhir dalam ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang non Yahudi ini adalah orang percaya / Kristen.
Efesus 3:8 - Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.
Jadi di sini Paulus sementara berbicara tentang orang non Yahudi yang percaya kepada Kristus. Ia lalu melanjutkan :
Efesus 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Jadi apa artinya kasih Allah itu sangat lebar, panjang dan tinggi? Artinya kasih Allah dalam Kristus itu tidak hanya menyelamatkan orang Yahudi saja tetapi juga orang-orang non Yahudi yang percaya kepada Kristus.
Nah, kalau kaum inklusiv menerapkan ayat-ayat ini bahwa Allah juga menyelamatkan agama-agama lain padahal agama-agama lain itu tidak percaya kepada Kristus seperti yang diberitakan Paulus, maka itu namanya pemerkosaan ayat. Ini eisegesis dan bukan eksegesis.
# 1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Tentu saja orang inklusiv akan menafsirkan kata “kita” dalam ayat ini sebagai orang Kristen dan “seluruh dunia” itu sebagai orang beragama lain. Tapi lagi-lagi ini pemerkosaan ayat. Pertama-tama kita perlu ketahui bahwa surat 1 Yohanes ini ditulis oleh rasul Yohanes. Dan berbeda dengan rasul Paulus yang adalah rasul bagi orang non Yahudi, Yohanes adalah rasul bagi orang Yahudi.
Galatia 2:9 - Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.
Karena itu surat 1 Yohanes ini ditujukan untuk orang-orang Yahudi Kristen. Ini dibuktikan dengan adanya kata ‘perintah lama’ dalam suratnya yang tidak memungkinkan surat ini untuk non Yahudi, karena orang-orang non Yahudi tak mempunyai ‘perintah lama’.
1 Yohanes 2:7 - Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
Jadi dapat dipastikan bahwa surat 1 Yohanes ini ditujukan pada orang percaya / Kristen Yahudi. Jika demikian, sekarang perhatikan 1 Yoh 2:2 :
1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Itu berarti bahwa “kita” yang dimaksudkan di dalam ayat ini adalah orang Kristen Yahudi sedangkan kata “seluruh dunia” menunjuk pada orang Kristen dari bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
Budi Asali - Tujuan Yohanes dalam bagian ini: menghibur orang percaya pada saat mereka jatuh ke dalam dosa (1Yohanes 2:1). Jadi adalah aneh kalau ia tahu-tahu mengatakan bahwa Kristus mati untuk menebus seluruh dunia (termasuk orang non kristen / bukan pilihan). Jauh lebih cocok kalau ia berkata bahwa Kristus mati untuk semua orang pilihan / percaya. (Seri Khotbah Surat 1 Yohanes : Jilid 1, hal. 25).
Jadi adalah naif kalau mengartikan “seluruh” dunia di sana sebagai agama-agama lain. Lagi-lagi itu adalah eisegesis dan bukan eksegesis.
Kalau kata-kata “dunia” atau “seluruh dunia” itu diartikan mencakup orang-orang beragama lain yang nota bene tidak mengenal Yesus sama sekali maka ini secara logis akan membawa kepada universalisme.
Coba perhatikan Yoh 3:16 :
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kalau kata “dunia” di dalam ayat ini diartikan termasuk agama-agama lain, maka sekarang lihat ayat 17 nya :
Yohanes 3:17 - Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Berarti harus diartikan bahwa Allah mengutus Anak-Nya (Yesus) ke dalam dunia bukan untuk menghakimi semua orang (termasuk agama lain) melainkan untuk menyelamatkan semua orang termasuk agama lain.
Nah, kalau semua orang (termasuk agama lain diselamatkan) maka tidak ada orang yang akan masuk neraka. Semuanya akan masuk surga. Ini universalisme. Lalu untuk apa ada neraka?
Menurut saya satu hal yang dilupakan kaum inklusiv adalah bahwa kasih Allah dalam Kristus memang mencakup seluruh dunia tetapi itu itu tidak berarti secara otomatis semua orang di dunia ini akan selamat termasuk agama-agama lain. Ada syarat yang diberikan untuk itu yakni iman / percaya.
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kaum inklusiv terlalu menyoroti kata-kata “begitu besar kasih Allah akan dunia ini” tetapi lupa pada kata-kata “setiap orang yang percaya kepada-Nya”. Ingat bahwa ide tentang percaya ini dilanjutkan dalam ayat-ayat selanjutnya :
Yohanes 3:18 - Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Ayat ini dengan tegas mengatakan yang tidak percaya akan dihukum. Persoalannya adalah apakah orang-orang beragama lain itu percaya kepada Anak Allah yakni Yesus Kristus? Tidak bukan? Lalu bagaimana mereka mau diselamatkan? Mereka mungkin adalah orang-orang yang baik, tulus hati, dll. Tapi persoalannya adalah Alkitab mengajarkan manusia tidak bisa diselamatkan melalui perbuatan baik mereka.
Kalau ada bangsa / agama yang begitu dekat dengan Allah dan giat untuk Allah, itu adalah bangsa / agama Yahudi. Meskipun demikian, tanpa iman kepada Kristus mereka tidak bisa diselamatkan.
Roma 10:1-2 – (1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Bahwa Alkitab menunjukkan bahwa keselamatan sangat berhubungan dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus terlihat dari :
Kis 16:31 - Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Yohanes 3:36 - Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."
Yohanes 6:40,47 – (40) Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Yohanes 11:25 - Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati
Dan masih banyak ayat yang lain.
Jadi kasih Allah memang sanggup untuk menyelamatkan semua orang di dunia dari bangsa apa saja. Tapi ada syaratnya yakni percaya. Kalau orang percaya kepada-Nya, tidak peduli dia Yahudi atau bukan, ia akan diselamatkan. Dan ini ditunjukkan secara menyolok dalam kasus Kornelius di Kis 10.
Kis 10:34-35 – (34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
Petrus diutus Tuhan untuk memberitakan Injil pada keluarga Kornelius dan akhirnya mereka menjadi percaya kepada Yesus dan diselamatkan. (Kis 10:44-48). Jadi adalah ngawur kalau mereka mempergunakan ayat ini sebagai dasar. Ayat ini justru meneguhkan apa yang saya katakan.
Dengan pemahaman semacam ini, apakah benar tuduhan kalum inklusiv bahwa kita mengurung Kristus hanya untuk kita? Apakah Kristus tidak berkarya dalam agama lain? Jawab : Tidak! Allah dan Kristus sudah pasti bekerja di dalam agama-agama lain. Tetapi Mereka bukan bekerja untuk menyelamatkan agama lain tanpa iman kepada Kristus. Pekerjaan Mereka adalah membawa orang-orang agama lain itu untuk percaya kepada Yesus.
Yohanes 12:32 - dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
Kaum inklusiv juga mempergunakan 1 Tim 2:3-4 dan Mat 10:15-16.
1 Timotius 2:3-4 – (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Matius 20:15-16 – (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Tapi ini gampang untuk dijawab. Allah memang menghendaki semua orang selamat. Dan adalah hak-Nya untuk menyelamatkan siapa saja. Tapi Ia tidak mungkin melanggar ketetapan-Nya sendiri bahwa orang harus beriman dulu kepada Kristus. Tapi mungkin kaum inklusiv akan berkata orang-orang agama lain juga percaya kepada Kristus. Tapi Kristus yang ada dalam agama mereka. Jawaban saya adalah, kalau itu memang benar, mereka percaya apanya dari Kristus-Kristus itu? Alkitab bukan hanya menyuruh orang percaya kepada Kristus sekedar bahwa Dia ada. Alkitab menuntu lebih daripada itu.
Roma 10:9 - Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Roma 3:25 - Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. ….”
Ini berarti iman kepada Kristus harus mencakup kepercayaan bahwa Dia Tuhan dan juga percaya akan kematian dan kebangkitan-Nya. Pertanyannya adalah apakah orang-orang beragama lain juga percaya Kristus seperti ini? Tentu saja tidak! Bahkan Kristus-Kristus dalam agama mereka itu tidak pernah mati dan bangkit. Lalu bagaimana mereka bisa percaya hal itu?
Jadi adalah kebodohan menggunakan ayat-ayat seperti ini untuk mendukung ajaran inklusivisme.
b. Soal Kristus dalam agama-agama lain.
Kaum inklusiv percaya dan mengajarkan bahwa Kristus lebih besar daripada Yesus dari Nazaret. Jadi Yesus hanya salah satu Kristus. Dan di dalam agama-agama lain ada Kristus-Kristus mereka sendiri hasil penjelmaan Allah. Ini adalah ajaran yang tolol karena Alkitab tidak pernah membicarakan inkarnasi Allah menjadi manusia sebagai suatu peristiwa yang terjadi berkali-kali.
Sebenarnya apa tujuan inkarnasi? Tujuannya adalah penebusan dosa manusia melalui kematian.
Galatia 4:4-5 – (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
Dan penebusan dosa ini terjadi melalui kematian-Nya.
Matius 20:28 - sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Nah, kalau Yesus diutus untuk seluruh dunia (Yohanes 3:16) maka cukup dengan satu inkarnasi Allah dalam Yesus dan tidak perlu ada inkarnasi dalam setiap agama. Jikalau inkarnasi Allah terjadi dalam tiap agama maka justru kaum inklusivlah yang secara tidak sadar mengatakan bahwa Yesus hanyalah Kristus bagi orang Kristen. Jadi merekalah yang mengurung Yesus di dalam kekristenan bukan?
Selain itu kalau inkarnasi mempunyai tujuan penebusan dosa, dan itu dicapai melalui kematian dari Kristus, pertanyaan kita sekarang adalah apakah Kristus-Kristus dari agama lain itu juga mati untuk menebus pemeluk agama itu? Tidak kan? Kalau tidak, lalu untuk apa ada inkarnasi di sana? Kaum inklusiv berkata bahwa Yesus hanyalah salah satu Kristus karena masing-masing agama mempunyai Kristus sendiri-sendiri. Saya sebenarnya berpandangan bahwa ketika PB menyebut nama Kristus, yang dimaksudkan di sana jelas adalah Yesus dari Nazaret dan bukan yang lain. Tapi baiklah saya ikuti saja pemikiran mereka. Jadi sekarang kita membedakan antara Yesus dan Kristus. Dan marilah kita lihat apa kata Alkitab. Apakah Alkitab mengatakan bahwa keselamatan hanya adalah di dalam Kristus atau di dalam Yesus?
Yohanes 14:6 - Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Ternyata ayat ini diucapkan oleh Yesus (Kristusnya Kristen) dan bukan Kristus agama lain.
Kis 4:10-12 – (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Jelas bahwa yang dibicarakan Petrus bukanlah Kristus secara umum tetapi mengacu kepada Kristusnya Kristen yakni Yesus dari Nazaret. Jikalau di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan yang olehnya manusia bisa diselamatkan selain dari dalam nama Yesus dari Nazaret (Kristusnya Kristen), maka itu berarti bahwa keselamatan tidak ada dalam Kristus-Kristus yang lain di dalam berbagai agama itu.
Selain itu perhatikan bahwa kata-kata Petrus itu ditujukan pada orang-orang yang sudah beragama yakni agama Yahudi. Berarti Yesus sebagai satu-satunya penyelamat berlaku bagi semua agama dan bukan hanya agama Kristen. Bagaimana mau diartikan bahwa Yesus hanyalah Kristus bagi agama Kristen sedangkan agama Kristen sendiri baru muncul setelah Yesus naik ke sorga? Dari semua ini terlihat bahwa teori inklusivisme ini adalah teori yang konyol dan bukan ajaran Alkitab. Kalau benar ada Kristus-Kristus dalam berbagai agama, maka itu adalah Kristus-Kristus palsu.
Matius 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul …. mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga
TL - Karena beberapa Kristus palsu dan nabi palsu akan terbit, … supaya menyesatkan, jikalau boleh, orang yang terpilih itu juga.
BIS - Sebab akan muncul penyelamat-penyelamat palsu dan nabi-nabi palsu. …. untuk menipu, kalau mungkin, umat Allah juga.
Dari semua yang sudah saya sampaikan ini jelas bahwa ajaran inklusivisme ini adalah ajaran yang menyimpang dari ajaran Alkitab dan karena penyimpangannya menyangkut doktrin dasar Kristen maka dapat dikatakan bahwa ajaran inklusivisme ini, sama seperti ajaran pluralisme adalah ajaran sesat. Dan semua pendeta, guru agama, dosen teologia, penulis buku, yang mengajarkan doktrin inklusivisme ini harus dianggap sebagai penyesat / guru palsu. Kita harus sadar bahwa inklusivisme ini jauh lebih berbahaya daripada pluralisme karena lebih bersifat sinkritisme (penggabungan ajaran Alkitab dan ajaran non Alkitab). Jadi kalau pluralisme itu hitam, inklusivisme ini abu-abu muda, nyaris putih. Jadi lebih mudah untuk tidak tertipu dengan yang hitam daripada yang abu-abu muda ini. Karena itu, sekali lagi, ingatlah kata-kata Petrus :
2 Petrus 2:1-2 – (1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Berhati-hatilah supaya saudara tidak termasuk di dalamnya. TANGGAPAN TERHADAP PAHAM INKLUSIVISME.
AMIN
2. INKLUSIVISME : Yesus Kristus adalah SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN tapi itu tidak berarti bahwa orang2 beragama lain tidak akan selamat. Allah melalui Kristus yang kasih-Nya amat besar itu juga dapat menyelamatkan orang2 beragama lain. Jadi akan ada orang2 beragama lain yang akan selamat tapi bukan oleh agama mereka itu sendiri melainkan Kristus yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka.
3. EKSKLUSIVISME : Yesus Kristus adalah SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN. Dan IMAN adalah syarat utamanya. Sehingga semua orang yang tidak beriman kepada Yesus sebagai TUHAN DAN JURUSELAMAT, baik di dalam agama Kristen atau agama yang lain, tidak akan diselamatkan / akan binasa. Jikalau yang beragama Kristen saja tidak ada jaminan selamat (karena tidak sungguh2 beriman, apalagi yang bukan Kristen yang pasti tidak beriman kepada Kristus?)
Mungkin paham PLURALISME banyak ditolak oleh orang Kristen tapi tidak demikian dengan paham INKLUSIVISME. Di bawah semangat toleransi antar umat beragama maka sejumlah teolog / pendeta menganut paham INKLUSIVISME ini dan menyebarkan ajaran INKLUSIVISME ini, baik lewat buku2, khotbah2/seminar2 maupun lewat media sosial (status FB, dll). Dan ada cukup banyak jemaat Kristen yang tulus mengomentarinya dengan kata “AMIN” tanpa mengerti duduk persoalan yang sesungguhnya.
Dan sekarang saya hendak memberikan sedikit cuplikan / kutipan dari buku tsb, secara khusus tentang paham INKLUSIVISME ini.
I. APA YANG DIAJARKAN PAHAM INKLUSIVISME INI?
Bagaimana sesungguhnya paham INKLUSIVISME ini? Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa paham inklusivisme percaya Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan (dan dengan demikian berbeda dari paham pluralisme tapi sama dengan paham eksklusifisme). Ini terlihat dari apa yang dikatakan Clark H. Pinnock, seorang inklusivis.
Clark H. Pinnock - Kami mengakui bahwa tidak ada nama lain dari pada nama Yesus yang memiliki makna yang bersifat universal serta yang dapat memberikan hidup dan pengharapan kepada semua bangsa. (Clark H. Pinnock in Dennis L. Okholm, Timothy R. Philips (eds), Four Views on Salvation in Pluralistic World; hal. 141).
Tapi selanjutnya paham ini berkata bahwa agama-agama lain juga bisa diselamatkan (dan dengan demikian berbeda dari paham eksklusivisme tapi sama dengan paham pluralisme).
Clark H. Pinnock – Saya menunjuk kepada pandangan yang membenarkan atau menegakkan Kristus sebagai penyelamat manusia, juga menegaskan kehadiran keselamatan Alah dalam dunia yang lebih luas dan di dalam agama-agama lain. (A Wideness In God’s Mercy, The Finality of Jesus Christ in a World of Relegions, hal.15).
Clarck H. Pinnock - Kelompok inklusif percaya bahwa karena Allah hadir di dalam dunia ini (premis), maka anugerah Allah juga bekerja dengan cara tertentu di dalam semua orang, bahkan mungkin juga di dalam wilayah kehidupan beragama (inferens)”. (Clark H. Pinnock in Dennis L. Okholm, Timothy R. Philips (eds), Four Views on Salvation in Pluralistic World, 141).
Bandingkan :
Daniel Lukcas Lukito – Namun, tidak seperti eksklusivis, mereka mau mengakui bahwa ada kemungkinan keselamatan bagi orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk mendengar dan merespons berita injil. (Majalah Veritas : Oktober 2012, hal. 263).
Tapi bagaimana bisa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan tetapi agama lain juga bisa diselamatkan? Mereka percaya bahwa sekalipun agama-agama lain itu diselamatkan tetapi Kristuslah yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka.
Charles B. Jones - Agama-agama lain di luar kekristenan juga dikaruniai rahmat dari Allah dan bisa diselamatkan, namun pemenuhan keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. (The View from Mars Hill: Christianity in the Landscape of World Religions, hal.98).
Paul F. Kintter - Orang-orang dari agama lain, melalui anugerah atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam rencana keselamatan Allah. (Pengantar Teologi Agama-Agama, hal.63)
Para inklusivis percaya bahwa Kristus tidak hanya bekerja / berkarya dalam agama Kristen tetapi juga bekerja / berkarya dalam agama-agama lain.
Stevri I. Lumintang – Kristus bisa ada di semua agama, dan atau kristus yang ada di semua agama berpusat pada Kristus dalam agama Kristen. (Theologia Abu-Abu, hal. 215).
Gavin D’Costa, pada waktu masih menjadi seorang inklusivis (sekarang ia sudah menjadi seorang eksklusivis) menyatakan bahwa dari 3 paham yang ada (plusalisme, inklusivisme dan eksklusivisme), inklusivismelah paham yang terbaik. Menurutnya, kekristenan mempunyai 2 aksioma tradisional dalam persoalan keselamatan yakni :
a. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus saja.
b. Allah menghendaki semua orang selamat. (1 Timotius 2:3-4)
Nah, menurut Costa, paham eksklusivisme memegang teguh aksioma pertama tetapi mengabaikan aksioma kedua. Sedangkan paham pluralisme memegang teguh aksioma kedua dan membuang aksioma pertama. Tapi inklusivisme menyeimbangkan keduanya dan dengan demikian mampu merekonsiliasi paradigma pluralisme dan eksklusivisme. Bagi Costa, paradigma inklusivisme berisi keterbukaan terhadap agama non-Kristen sekaligus komitmen kokoh pada kekristenan.
Dari semua penjelasan ini terlihat bahwa paham inklusivisme ini menempatkan Kristus di pusat agama-agama (walaupun Kristen dianggap sebagai agama terbaik) yang berbeda dengan paham pluralisme yang menempatkan Allah (“The Real”) sebagai pusatnya. Dan selanjutnya sama seperti paham pluralisme mengajarkan bahwa “The Real” itu memancarkan kebenaran-Nya pada semua agama, inklusivisme mengajarkan bahwa Kristus juga berkarya dalam agama-agama lain dan menyelamatkan agama-agama lain. Inilah inklusivisme.
Coba bandingkan doktrin semacam ini dengan kata-kata Dr. Eben Nuban Timo.
Eben Nuban Timo - Roh Kudus membuat murid-murid berbicara dalam berbagai-bagai bahasa. Itu berarti Roh Kudus adalah magister bahasa. Artinya Dia menguasai berbagai bahasa di kolong langit. Isi perkataan para murid dalam bahasa-bahasa lain itu adalah perbuatan besar Allah di dalam Kristus. Itu artinya keselamatan yang Tuhan Allah kerjakan di dalam Kristus ditujukan untuk semua manusia di kolong langit. Allah menyelamatkan semua manusia di dalam Kristus. Itu sebabnya cerita tentang keselamatan mereka disampaikan dalam bahasa mereka. Kita berdosa terhadap Allah kalau menyombongkan diri dan merasa selamat sendiri. Percakapan dan berita tentang perbuatan-perbuatan besar Allah di dalam Kristus tidak hanya diberitakan dalam kosa kata Kristen. Berita yang sama juga diberitakan dalam kosa kata Muslim, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dll. Jadi adalah kesombongan dan dosa kalau kita katakan bahwa di dalam agama-agama tadi tidak ada karya keselamatan Allah di dalam Kristus, hanya karena kita tidak mengerti bahasa mereka. (Bersaksi Dalam Bahasa Lain : Renungan Tunas Dari Tanah Kering, Edisi 3/VIII/2015, Mei - Juni 2015, hal.28-29)
Note : Jelas Dr. Eben Nuban Timo lebih berpandangan inklusivisme ketimbang pluralisme.
Bandingkan pula :
Pdt. Jerrison Djo Rake - Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia. Keyakinan ini menyatu sebagai darah yang mengalir dalam diri orang percaya. Kalau Yesus adalah Tuhannya dunia maka Dia tidak bisa dikurung dalam gereja dan dalam teologi kristen secara sempit. Kalau klaim ini hanya dikaitkan dengan siapa yang selamat dan siapa yang tidak di akhirat, maka manusia telah keliru dalam memposisikan dirinya. Sebab persoalan keselamatan seseorang di akhirat bukan domainnya manusia untuk menentukan. Itu adalah otoritas Tuhan yang mutlak. Bagi orang kristen yang telah meyakini Yesus sebagai satu satu jalan ke sorga, peganglah itu, sebab hal itu adalah keyakinan mutlak yang tidak bisa dirubah oleh siapapun. Namun keyakinan itu tidak serta merta untuk dipaksakan kepada orang lain untuk menerimanya sesuai dengan cara pandang kita. Sebab Allah punya cara tersendiri untuk memperkenalkan dirinya kepada manusia lainnya sesuai dengan otoritasnya di luar daya jangkau akal manusia biasa. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 21 Juni 2015).
Pdt. Jerrison Djo Rake - Apakah Yesus itu Juru Selamat dunia atau hanya untuk gereja? Kalau Yesus adalah Juru Selamat dunia maka tidak satu manusiapun yg bisa mengurung Yesus dalam gereja tertentu atau dalam pandangan teologi tertentu. Jika ada yang memaksa maka hal itu sangat naif. Sebab Yesus adalah Tuhan yang tidak bisa dikurung oleh teologi ataupun gereja tertentu apalagi oleh para pendosa seperti kita yang sok suci. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 28 Juni 2015).
# Melalui apa Kristus menyelamatkan orang-orang beragama lain itu?
Jikalau Kristus memang menyelamatkan orang beragama lain, lalu melalui apakah Ia melakukan hal itu? Maksud saya adalah, kalau eksklusivisme mengajarkan bahwa manusia diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai respon terhadap anugerah Allah, lalu kalau Kristus akan menyelamatkan orang-orang beragama lain, Ia menyelamatkan mereka melalui apa? Paul Knitter dalam bukunya “Pengantar Teologi Agama-Agama” menjelaskan bahwa Allah memberikan rahmat melalui Kristus di dalam agama-agama lain, dalam kepercayaan dan ritual-ritual agama lain tersebut. Bandingkan ini dengan kata-kata Victor I. Tanja :
Victor I. Tanja - Dalam setiap nama yang berbeda-beda dalam berbagai agama, Kristus itu hadir dan menyelamatkan menurut pandangan masing-masing agama. (Spiritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia, hal. 123-124).
Jadi apa maksudnya? Maksudnya adalah Kristus menyelamatkan seorang Islam melalui ritual-ritual Islam. Kristus menyelamatkan seorang Budha melalui ritual-ritual Budha. Kristus menyelamatkan seorang Hindu melalui ritual-ritual Hindu, dsb. Kristus menyelamatkan seorang Merapu melalui ritual-ritual Merapu. Kristus menyelamatkan seorang Jingitiu melalui ritual-ritual Jingitiu. Jadi para penganut agama lain itu menyambut anugerah Allah melalui ketaatan mereka pada ritual-ritual agama mereka masing-masing sebagaimana yang dikatakan oleh Chris Wright ketika membahas ajaran inklusivisme ini.
Chris Wright – Jadi orang bisa diselamatkan melalui kasih karunia Allah melalui Kristus, tanpa menjadi umat Kristen. Seorang Hindu yang baik dan diakui, misalnya, diselamatkan oleh Kristus melalui sakramen-sakramen hinduisme. (Tuhan Yesus Memang Khas Unik, hal.29)
## Dalam wujud yang bagaimana Kristus hadir dalam agama lain itu?
Kalau para penganut agama lain itu diselamatkan oleh Kristus, pertanyaannya adalah apakah orang-orang beragama lain itu mengenal Yesus Kristus yang disembah / dipercaya oleh orang Kristen? Menarik bahwa para inklusivis mengatakan tidak. Bahkan orang-orang beragama lain itu bisa diselamatkan tanpa mereka pernah mendengar tentang Yesus.
John Sanders – Inklusivisme menegaskan…. orang dapat menerima karunia keselamatan tanpa mengetahui si pemberi atau sifat yang tepat dari pemberian itu. (No Other Nama : An Investigation into Destiny of the Unevangelized, hal. 215).
Kelihatannya, pandangan tersebut sejalan dengan pandangan C.S. Lewis yang menegaskan bahwa :
C.S. Lewis - Ada orang-orang di dalam agama lain yang dipimpin oleh Allah tanpa disadarinya, yang sebenarnya memiliki persamaan dengan ajaran Kristen tanpa diketahuinya. (Mere Christianity, hal. 176).
Raimundo Panikkar – Tanpa disadari oleh pemeluk agama non Kristen, Kristus berada dalam agama-agama tersebut, sekaligus mengerjakan keselamatan. (Raimundo Panikkar dalam Togardo Siburian : Kerangka Teologi Religionum Misioner, hal. 65).
Mengapa mereka bisa tidak menyadari / mengetahui kehadiran Kristus yang menyelamatkan mereka dalam agama mereka? Itu karena Kristus yang hadir dan berkarya di dalam agama lain itu hadir dan berkarya secara terselubung atau tersembunyi (Hidden Christ).
Karl Rahner – Kristus adalah pemenuhan bagi semua agama non Kristen walaupun dengan cara yang terselubung. (Karl Rahner dalam Klass Runia; The Gospel and Religious, hal. 346).
Raimundo Panikkar – Kristus adalah satu-satunya pengantara, tetapi bukan monopoli orang Kristen saja. Karena Ia hadir dan bekerja dalam setiap agama secara terselubung. (Unknown Christ – Kristus yang tidak dikenali). (Dialog Intra Religius, hal. 76).
Apa maksudnya Kristus hadir secara terselubung? Apa maksudnya “Unknown Christ” atau Kristus yang tidak dikenali itu? Maksudnya adalah Kristus hadir dalam agama-agama lain itu bukan sebagai Yesus dari Nazaret tetapi sebagai tokoh-tokoh yang dikenali dan disembah di dalam agama lain itu. Baginya, Yesus memang adalah Kristus tetapi Kristus bukan hanya Yesus dari Nazaret. Pandangan ini senada dengan pandangan tokoh inklusiv lainnya yakni C.S. Song :
C.S. Song – Inkarnasi Yesus hanyalah sebagai salah satu inkarnasi Allah, karena Allah juga berinkarnasi dalam semua agama dan kebudayaan. (Sebutkan Nama-Nama Kami, hal. 81).
Bandingkan dengan kata-kata Ch. Daniel Saduk Manu:
Ch. Daniel Saduk Manu - Hal ini berimplikasi pada kehadiran Yesus di agama lain dengan cara dan nama yang lebih mereka kenal? (Jujur Pada Pluralis : Koran Timor Express, 10 Oktober 2005, hal. 4)
Karena itu dalam bukunya “Unknown Christ of Hinduism”, Panikkar mengatakan :
Raimundo Panikkar – Jadi orang Hindu sesungguhnya mengakui Kristus, hanya tidak dikenal. Kristus ini merupakan misteri ilahi uang imanen (berinkarnasi) dalam sejarah dan budaya manusia. Dengan kata lain, bahwa Allah tidak hanya berinkarnasi di dalam dan melalui Yesus saja, melainkan juga berinkarnasi di dalam agama lain, seperti di dalam agama Hindu. Jadi Allah menjadi manusia tidak hanya melulu bernama Kristus, melainkan terdapat dalam setiap nama yang ada di dalam masing-masing agama. Dalam Hindu dikenal dengan nama Isvara, dalam kekristenan dikenal dengan nama Yesus dari Nazaret. (The Unknown Christ of Hinduism, hal. 122).
Pendapat yang senada juga diungkapkan Gustave H. Todrank dalam bukunya “The Secular Search for a new Christ” (hal. 49-51) di mana menurutnya Yesus adalah “salah satu Kristus” atau “a Christ” bukan “the Christ”. Dalam kategori inilah Todrank menyamakan Gandhi, Albert Schweitzer, J.F. Kennedy, Matin Luther King, Mao Tse Tung sebagai “kristus-kristus” yang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa semua agama sebenarnya menyembah Kristus hanya saja mereka tidak menyadarinya dan tidak menyebutnya sebagai Kristus. Bandingkan ini dengan kata-kata Frans Zakharias dari Rote yang menulis di Facebook :
Berarti di dalam setiap agama ada Kristus. Ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Hindu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Budha, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam agama Islam, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam Kong Hu Chu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam kepercayaan Merapu, ada Kristus yang tidak dikenali di dalam kepercayaan Jingitiu, dan dalam semua agama.
Lalu apa dasar Alkitab yang mereka pakai untuk membangun teologia mereka ini? Mereka biasanya memakai ayat-ayat yang menunjukkan bahwa seluruh dunia adalah sasaran kasih Allah. Misalnya :
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Pdt. Jerrison Djo Rake – Apakah kata 'KASIH Allah akan dunia ini' dalam Yoh 3:16 menunjuk pada gereja tertentu atau orang Kristen? Sabda Tuhan sama sekali tidak menyebut gereja dan orang kristen. Hanya kitalah yang menganalogikan dan mempersempitkan kata dunia dalam ayat sabda kepada gereja dan orang kristen. Ini model tafsiran yang terlalu sempit dan dangkal. Apakah Tuhan Yesus hanya datang untuk orang kristen dan gereja tertentu. Ini cara tafsir sabda mungkin terlalu naif. (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 29 Juni 2015).
1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Kata-kata “seluruh dunia” ini diartikan begitu luas hingga mencakup agama-agama lain juga.
Kis 10:34-35 – (34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
Itu berarti bahwa orang beragama lain pun yang mengamalkan kebenaran pasti berkenan di hadapan Allah dan karenanya akan diselamatkan.
1 Timotius 2:3-4 – (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Tentang ayat ini, Karl Rahner berpendapat bahwa jika Tuhan mau supaya semua manusia diselamatkan, maka Ia akan bertindak melakukan apa saja yang perlu agar maksudnya tercapai. “Bertindak” dan “melakukan” berarti Tuhan menyatakan diriNya kepada semua orang. Tuhan membuat diriNya hadir. ·
Efesus 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Karena kasih Allah dalam Kristus itu begitu lebar, panjang, tinggi dan dalam, maka itu pasti mencakup semua agama di dunia ini.
Matius 20:15-16 – (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Ayat ini dipakai untuk menunjukkan bahwa adalah hak Allah atau Allah bebas untuk menyelamatkan orang-orang dari agama lain sekalipun kita enggan untuk menerimanya.
Pdt. Jerrison Djo Rake – Suatu hari di Sorga berkumpullah Pendeta, Paus, Sidarta Gautama, Muhammad, Petrus, Mahatma Gandhi, Paulus. Dari semua yang hadir, siapakah yang akan diusir oleh orang Kristen? (Status Facebook Jerrison Djo Rake, tanggal 30 Juni 2015).
Demikianlah ajaran inklusivisme.
II. TANGGAPAN TERHADAP PAHAM INKLUSIVISME.
Sekarang saya akan menanggapi ajaran inklusivisme ini secara Alkitabiah, dan ada 2 hal yang akan saya angkat :
a. Soal Kristus menyelamatkan agama-agama lain.
Tadi sudah saya jelaskan bahwa kaum inklusiv percaya Kristuslah yang menyelamatkan orang-orang beragama lain yang bahkan tidak pernah mendengar tentang nama-Nya. Dasar pijak mereka adalah sejumlah ayat Alkitab yang menyatakan bahwa kasih Allah / penyelamatan Allah bersifat universal. Mereka mengutip ayat-ayat seperti Yoh 3:16, 1 Yohanes 2:2 dan Efesus 3:18 seperti yang sudah kita lihat tapi mereka gagal melihat arti sesungguhnya dari ayat-ayat itu.
Harus dimengerti bahwa kata “dunia” yang dipergunakan pada waktu itu bukan untuk mengkontraskan orang Kristen dan orang non Kristen melainkan orang Yahudi dan orang non Yahudi.
Kita tahu bahwa janji tentang Kristus pertama-tama diberikan kepada bangsa Yahudi. Tapi karena itu lalu orang Yahudi merasa eksklusif dan hanya mereka saja yang akan diselamatkan. Karena itu berita Alkitab datang bahwa Allah bukan hanya mengasihi dan mau menyelamatkan bangsa Yahudi tetapi juga seluruh dunia dalam artian bangsa-bangsa non Yahudi. Coba perhatikan :
# Efs 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Di sini memang dikatakan bahwa kasih Allah dalam Kristus itu sangat lebar, tinggi dan dalam. Mengapa? Karena kasih ini bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang-orang non Yahudi yang dianggap kafir oleh orang Yahudi.
Efesus 3:1 - Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah
Note : “Kamu” yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang Kristen yang bukan Yahudi.
Efesus 3:6 - yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus
Note : Kalimat terakhir dalam ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang non Yahudi ini adalah orang percaya / Kristen.
Efesus 3:8 - Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.
Jadi di sini Paulus sementara berbicara tentang orang non Yahudi yang percaya kepada Kristus. Ia lalu melanjutkan :
Efesus 3:18 - Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.
Jadi apa artinya kasih Allah itu sangat lebar, panjang dan tinggi? Artinya kasih Allah dalam Kristus itu tidak hanya menyelamatkan orang Yahudi saja tetapi juga orang-orang non Yahudi yang percaya kepada Kristus.
Nah, kalau kaum inklusiv menerapkan ayat-ayat ini bahwa Allah juga menyelamatkan agama-agama lain padahal agama-agama lain itu tidak percaya kepada Kristus seperti yang diberitakan Paulus, maka itu namanya pemerkosaan ayat. Ini eisegesis dan bukan eksegesis.
# 1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Tentu saja orang inklusiv akan menafsirkan kata “kita” dalam ayat ini sebagai orang Kristen dan “seluruh dunia” itu sebagai orang beragama lain. Tapi lagi-lagi ini pemerkosaan ayat. Pertama-tama kita perlu ketahui bahwa surat 1 Yohanes ini ditulis oleh rasul Yohanes. Dan berbeda dengan rasul Paulus yang adalah rasul bagi orang non Yahudi, Yohanes adalah rasul bagi orang Yahudi.
Galatia 2:9 - Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.
Karena itu surat 1 Yohanes ini ditujukan untuk orang-orang Yahudi Kristen. Ini dibuktikan dengan adanya kata ‘perintah lama’ dalam suratnya yang tidak memungkinkan surat ini untuk non Yahudi, karena orang-orang non Yahudi tak mempunyai ‘perintah lama’.
1 Yohanes 2:7 - Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar.
Jadi dapat dipastikan bahwa surat 1 Yohanes ini ditujukan pada orang percaya / Kristen Yahudi. Jika demikian, sekarang perhatikan 1 Yoh 2:2 :
1 Yohanes 2:2 - Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Itu berarti bahwa “kita” yang dimaksudkan di dalam ayat ini adalah orang Kristen Yahudi sedangkan kata “seluruh dunia” menunjuk pada orang Kristen dari bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
Budi Asali - Tujuan Yohanes dalam bagian ini: menghibur orang percaya pada saat mereka jatuh ke dalam dosa (1Yohanes 2:1). Jadi adalah aneh kalau ia tahu-tahu mengatakan bahwa Kristus mati untuk menebus seluruh dunia (termasuk orang non kristen / bukan pilihan). Jauh lebih cocok kalau ia berkata bahwa Kristus mati untuk semua orang pilihan / percaya. (Seri Khotbah Surat 1 Yohanes : Jilid 1, hal. 25).
Jadi adalah naif kalau mengartikan “seluruh” dunia di sana sebagai agama-agama lain. Lagi-lagi itu adalah eisegesis dan bukan eksegesis.
Kalau kata-kata “dunia” atau “seluruh dunia” itu diartikan mencakup orang-orang beragama lain yang nota bene tidak mengenal Yesus sama sekali maka ini secara logis akan membawa kepada universalisme.
Coba perhatikan Yoh 3:16 :
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kalau kata “dunia” di dalam ayat ini diartikan termasuk agama-agama lain, maka sekarang lihat ayat 17 nya :
Yohanes 3:17 - Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Berarti harus diartikan bahwa Allah mengutus Anak-Nya (Yesus) ke dalam dunia bukan untuk menghakimi semua orang (termasuk agama lain) melainkan untuk menyelamatkan semua orang termasuk agama lain.
Nah, kalau semua orang (termasuk agama lain diselamatkan) maka tidak ada orang yang akan masuk neraka. Semuanya akan masuk surga. Ini universalisme. Lalu untuk apa ada neraka?
Menurut saya satu hal yang dilupakan kaum inklusiv adalah bahwa kasih Allah dalam Kristus memang mencakup seluruh dunia tetapi itu itu tidak berarti secara otomatis semua orang di dunia ini akan selamat termasuk agama-agama lain. Ada syarat yang diberikan untuk itu yakni iman / percaya.
Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kaum inklusiv terlalu menyoroti kata-kata “begitu besar kasih Allah akan dunia ini” tetapi lupa pada kata-kata “setiap orang yang percaya kepada-Nya”. Ingat bahwa ide tentang percaya ini dilanjutkan dalam ayat-ayat selanjutnya :
Yohanes 3:18 - Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Ayat ini dengan tegas mengatakan yang tidak percaya akan dihukum. Persoalannya adalah apakah orang-orang beragama lain itu percaya kepada Anak Allah yakni Yesus Kristus? Tidak bukan? Lalu bagaimana mereka mau diselamatkan? Mereka mungkin adalah orang-orang yang baik, tulus hati, dll. Tapi persoalannya adalah Alkitab mengajarkan manusia tidak bisa diselamatkan melalui perbuatan baik mereka.
Kalau ada bangsa / agama yang begitu dekat dengan Allah dan giat untuk Allah, itu adalah bangsa / agama Yahudi. Meskipun demikian, tanpa iman kepada Kristus mereka tidak bisa diselamatkan.
Roma 10:1-2 – (1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Bahwa Alkitab menunjukkan bahwa keselamatan sangat berhubungan dengan kepercayaan kepada Yesus Kristus terlihat dari :
Kis 16:31 - Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Yohanes 3:36 - Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."
Yohanes 6:40,47 – (40) Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (47) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Yohanes 11:25 - Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati
Dan masih banyak ayat yang lain.
Jadi kasih Allah memang sanggup untuk menyelamatkan semua orang di dunia dari bangsa apa saja. Tapi ada syaratnya yakni percaya. Kalau orang percaya kepada-Nya, tidak peduli dia Yahudi atau bukan, ia akan diselamatkan. Dan ini ditunjukkan secara menyolok dalam kasus Kornelius di Kis 10.
Kis 10:34-35 – (34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
Petrus diutus Tuhan untuk memberitakan Injil pada keluarga Kornelius dan akhirnya mereka menjadi percaya kepada Yesus dan diselamatkan. (Kis 10:44-48). Jadi adalah ngawur kalau mereka mempergunakan ayat ini sebagai dasar. Ayat ini justru meneguhkan apa yang saya katakan.
Dengan pemahaman semacam ini, apakah benar tuduhan kalum inklusiv bahwa kita mengurung Kristus hanya untuk kita? Apakah Kristus tidak berkarya dalam agama lain? Jawab : Tidak! Allah dan Kristus sudah pasti bekerja di dalam agama-agama lain. Tetapi Mereka bukan bekerja untuk menyelamatkan agama lain tanpa iman kepada Kristus. Pekerjaan Mereka adalah membawa orang-orang agama lain itu untuk percaya kepada Yesus.
Yohanes 12:32 - dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
Kaum inklusiv juga mempergunakan 1 Tim 2:3-4 dan Mat 10:15-16.
1 Timotius 2:3-4 – (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Matius 20:15-16 – (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Tapi ini gampang untuk dijawab. Allah memang menghendaki semua orang selamat. Dan adalah hak-Nya untuk menyelamatkan siapa saja. Tapi Ia tidak mungkin melanggar ketetapan-Nya sendiri bahwa orang harus beriman dulu kepada Kristus. Tapi mungkin kaum inklusiv akan berkata orang-orang agama lain juga percaya kepada Kristus. Tapi Kristus yang ada dalam agama mereka. Jawaban saya adalah, kalau itu memang benar, mereka percaya apanya dari Kristus-Kristus itu? Alkitab bukan hanya menyuruh orang percaya kepada Kristus sekedar bahwa Dia ada. Alkitab menuntu lebih daripada itu.
Roma 10:9 - Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Roma 3:25 - Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. ….”
Ini berarti iman kepada Kristus harus mencakup kepercayaan bahwa Dia Tuhan dan juga percaya akan kematian dan kebangkitan-Nya. Pertanyannya adalah apakah orang-orang beragama lain juga percaya Kristus seperti ini? Tentu saja tidak! Bahkan Kristus-Kristus dalam agama mereka itu tidak pernah mati dan bangkit. Lalu bagaimana mereka bisa percaya hal itu?
Jadi adalah kebodohan menggunakan ayat-ayat seperti ini untuk mendukung ajaran inklusivisme.
b. Soal Kristus dalam agama-agama lain.
Kaum inklusiv percaya dan mengajarkan bahwa Kristus lebih besar daripada Yesus dari Nazaret. Jadi Yesus hanya salah satu Kristus. Dan di dalam agama-agama lain ada Kristus-Kristus mereka sendiri hasil penjelmaan Allah. Ini adalah ajaran yang tolol karena Alkitab tidak pernah membicarakan inkarnasi Allah menjadi manusia sebagai suatu peristiwa yang terjadi berkali-kali.
Sebenarnya apa tujuan inkarnasi? Tujuannya adalah penebusan dosa manusia melalui kematian.
Galatia 4:4-5 – (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
Dan penebusan dosa ini terjadi melalui kematian-Nya.
Matius 20:28 - sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Nah, kalau Yesus diutus untuk seluruh dunia (Yohanes 3:16) maka cukup dengan satu inkarnasi Allah dalam Yesus dan tidak perlu ada inkarnasi dalam setiap agama. Jikalau inkarnasi Allah terjadi dalam tiap agama maka justru kaum inklusivlah yang secara tidak sadar mengatakan bahwa Yesus hanyalah Kristus bagi orang Kristen. Jadi merekalah yang mengurung Yesus di dalam kekristenan bukan?
Selain itu kalau inkarnasi mempunyai tujuan penebusan dosa, dan itu dicapai melalui kematian dari Kristus, pertanyaan kita sekarang adalah apakah Kristus-Kristus dari agama lain itu juga mati untuk menebus pemeluk agama itu? Tidak kan? Kalau tidak, lalu untuk apa ada inkarnasi di sana? Kaum inklusiv berkata bahwa Yesus hanyalah salah satu Kristus karena masing-masing agama mempunyai Kristus sendiri-sendiri. Saya sebenarnya berpandangan bahwa ketika PB menyebut nama Kristus, yang dimaksudkan di sana jelas adalah Yesus dari Nazaret dan bukan yang lain. Tapi baiklah saya ikuti saja pemikiran mereka. Jadi sekarang kita membedakan antara Yesus dan Kristus. Dan marilah kita lihat apa kata Alkitab. Apakah Alkitab mengatakan bahwa keselamatan hanya adalah di dalam Kristus atau di dalam Yesus?
Yohanes 14:6 - Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Ternyata ayat ini diucapkan oleh Yesus (Kristusnya Kristen) dan bukan Kristus agama lain.
Kis 4:10-12 – (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Jelas bahwa yang dibicarakan Petrus bukanlah Kristus secara umum tetapi mengacu kepada Kristusnya Kristen yakni Yesus dari Nazaret. Jikalau di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan yang olehnya manusia bisa diselamatkan selain dari dalam nama Yesus dari Nazaret (Kristusnya Kristen), maka itu berarti bahwa keselamatan tidak ada dalam Kristus-Kristus yang lain di dalam berbagai agama itu.
Selain itu perhatikan bahwa kata-kata Petrus itu ditujukan pada orang-orang yang sudah beragama yakni agama Yahudi. Berarti Yesus sebagai satu-satunya penyelamat berlaku bagi semua agama dan bukan hanya agama Kristen. Bagaimana mau diartikan bahwa Yesus hanyalah Kristus bagi agama Kristen sedangkan agama Kristen sendiri baru muncul setelah Yesus naik ke sorga? Dari semua ini terlihat bahwa teori inklusivisme ini adalah teori yang konyol dan bukan ajaran Alkitab. Kalau benar ada Kristus-Kristus dalam berbagai agama, maka itu adalah Kristus-Kristus palsu.
Matius 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul …. mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga
TL - Karena beberapa Kristus palsu dan nabi palsu akan terbit, … supaya menyesatkan, jikalau boleh, orang yang terpilih itu juga.
BIS - Sebab akan muncul penyelamat-penyelamat palsu dan nabi-nabi palsu. …. untuk menipu, kalau mungkin, umat Allah juga.
Dari semua yang sudah saya sampaikan ini jelas bahwa ajaran inklusivisme ini adalah ajaran yang menyimpang dari ajaran Alkitab dan karena penyimpangannya menyangkut doktrin dasar Kristen maka dapat dikatakan bahwa ajaran inklusivisme ini, sama seperti ajaran pluralisme adalah ajaran sesat. Dan semua pendeta, guru agama, dosen teologia, penulis buku, yang mengajarkan doktrin inklusivisme ini harus dianggap sebagai penyesat / guru palsu. Kita harus sadar bahwa inklusivisme ini jauh lebih berbahaya daripada pluralisme karena lebih bersifat sinkritisme (penggabungan ajaran Alkitab dan ajaran non Alkitab). Jadi kalau pluralisme itu hitam, inklusivisme ini abu-abu muda, nyaris putih. Jadi lebih mudah untuk tidak tertipu dengan yang hitam daripada yang abu-abu muda ini. Karena itu, sekali lagi, ingatlah kata-kata Petrus :
2 Petrus 2:1-2 – (1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Berhati-hatilah supaya saudara tidak termasuk di dalamnya. TANGGAPAN TERHADAP PAHAM INKLUSIVISME.
AMIN