MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN (YAKOBUS 1:21-25)
Pdt.Dr.Stephen Tong.
MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN (1).
Yakobus 1: 21 - 24:
Kapanpun kita membaca surat Yakobus, jangan kita lupakan dua perkara: surat ini ditujukan pada orang Yahudi, juga ditujukan pada orang Kristen, agar tidak lupa untuk melakukan firman.
Karena Yakobus bukan berbicara tentang doktrin iman, melainkan berbicara tentang mengaplikasikan iman yang kita dapat lewat firman yang kita dengar ke dalam hidup sehari-hari. Jika kita hanya mementingkan kelakuan sampai melupakan anugerah keselamatan, kita menyimpang dari doktrin yang benar.
Sebaliknya, jika kita hanya mementingkan iman tetapi mengabaikan hal melakukan firman, kita menyia-nyiakan anugerah.
Sola gratia, sola scriptura, sola fide mengantar kita ke gerakan Reformed, kita tahu, seorang diselamatkan bukan karena jasa perbuatan, Taurat, melainkan karena anugerah Tuhan yang berada di luar Taurat namun tidak bertentangan dengan Taurat, yang melampaui Taurat namun ditopang oleh Taurat.
Karena kita beriman pada Tuhan yang menjanjikan hidup kekal pada umat pilihanNya, dimulai dari Abraham. Dia dibenarkan, 430 tahun sebelum orang Israel mengenal Taurat yang Tuhan berikan lewat Musa, sebelum Tuhan memerintahkan dia dan semua keturunannya disunat. Maksudnya: status pembenaran yang Tuhan beri melampaui Taurat, sunat, syariat agama maupun kelakuan manusia.
Bible leaves no room for human merit in inheriting salvation, itu sebabnya, Yesus berkata: Aku datang bukan mencari orang benar, melainkan mencari orang berdosa. Sepertinya. statemen itu membagikan manusia ke dalam dua kategori: orang benar dan orang berdosa. Sesungguhnya, semua orang telah berdosa, hanya saja, ada orang berdosa yang menyadari dirinya berdosa, ada yang tidak menyadari dirinya berdosa. Berbahagialah orang yang menyadari dirinya berdosa, dia akan datang pada Juruselamatnya, minta tolong padaNya. Kepadanya Yesus berkata: Aku datang memanggil orang berdosa untuk bertobat
Surat Yakobus punya ciri khas, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab lain di Alkitab:
1. mengingatkan orang Yahudi, kamu punya kelakuan? Kelakuanmu sama dengan kelakuan orang yang belum diselamatkan: menjadikan kelakuan sebagai kualifikasi dari keselamatanmu, sementara orang yang sudah diselamatkan memandang kelakuan sebagai manifestasi dari keselamatannya; not the qualificafion. but the manifestation of salvation.
2. mengingatkan orang Kristen, jangan karena kamu sudah diselamatkan, tidak merasa perlu berkelakuan baik. Perhatikan: saya tidak akan membahas ayat-ayat di Yakobus bagai mengajar anak-anak SD, karena untuk mengerti firman, kita butuh pengertian organik — sistem hidup. Karena firman adalah the word of life, the living word of the living God. Setiap kalimat-nya punya relasi integratif yang relevan satu dengan yang lain, menyingkapkan hidup yang dari Tuhan, melengkapi hidup kita men-adi mirip denganNya.
Minggu lalu, kita sudah membahas soal “cepat-cepat mendengar, lambat berkata-kata, lambat marah” bukan soal kecepatan. seperti orang yang belajar membaca cepat. Banyak pemikir yang saya kenal, bahkan saya sendiri, membaca dengan sangat pelan: satu kalimat dipikirkan secara mendalam, bahkan kadang butuh waktu 10 tahun untuk bisa mengerti secara tuntas.
Maka “cepat-cepat mendengar” ini menyangkut dua perkara:
1. Raih kesempatan yang ada untuk mendengar dengan seksama. Banyak orang berkata: pak Tong, sayang, saya mengerti firman terlalu lambat, kesempatan saya mendidik anak-anak sudah berlalu. Apa yang mereka katakan itu benar, maka setiap ada kesempatan mendengar firman, dengarlah dengan seksama.
Saya merasa kecewa sekali, karena animo jemaat di MRI-MRI (Majelis Reformed Injili) untuk studi di sekolah Alkitab malam jauh lebih besar dari jemaat GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) pusat. Padahal sekolah itu didirikan untuk anda agar bisa studi. Saya tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyadarkan anda, bahwa anda perlu belajar lebih banyak. Karena saat kita menghadap Tuhan, Dia akan bertanya, Aku telah memberimu begitu banyak kesempatan, firman, berapa banyak yang sudah kau manfaatkan?
2. Mengerti firman Tuhan sedini mungkin, hidupmu pasti akan menjadi berbeda sekali. Apa maksudnya mengerti firman Tuhan sedini mungkin, tapi lambat berkata-kata, lambat marah? Reaksimu terhadap firman Tuhan harus bisa kau pertanggungjawabkan. Orang yang setelah mendengar firman langsung menolak, menertawakan, marah adalah orang bodoh, karena firman Tuhan bersifat paradoks, sehingga waktu kali pertama kau mendengamya, mungkin kau rasa tidak sejalan dengan konsepmu.
Ada orang yang mendengar khotbah di GRII dua kali lalu kabur, alasannya: “khotbahnya terlalu sulit, tidak mengerti” “pak Tong terlampau sombong sering menegur orang” “khotbahnya terlalu panjang”Memang, GRII mempertanggungjawabkan mimbarnya pada Tuhan, setia pada Alkitab. The church and the Sunday service is not a place of entertainment, jadi, siapkanlah hatimu, duduk dan dengarlah firman Tuhan dengan penuh hormat, lambat sedikit bereaksi.
Waktu saya membaca tulisan Nietzche, khususnya kritikannya terhadap Kristus, barulah saya tahu: orang pintar seperti dia. ternyata begitu bodoh: salah kaprah pengertian Alkitabnya. Seorang yang salah mengerti, tak mungkin bisa memberikan reaksi yang objektif, dia tidak berhak memberi nasihat. Banyak hal yang bermutu, khususnya musik dan lukisan. pada awalnya tidak diterima dengan baik.
Waktu kau melihat lukisan Picasso, Pissarro, Sisiey. Cauguin van Gogh, kau tidak menyukainya, karena lukisannya tidak cocok dengan lukisan indah yang ada di konsepmu. Begitu juga dengan musik, gubahan Stravinsky: Petrouchka. waktu pertama kali dipentas-kan di kota Paris, penonton melemparkan sepatu, kursi, sambil berteriak “penipu, musik apaan ini, hanya menghabiskan waktu dan uangku saja” sambil meninggalkan tempat itu. Menyaksikan kejadian itu, Stravinsky kabur lewat sebuah jendela kecil.
Semalaman dia berputar-putar di kota Paris, pagi harinya, dengan linangan air mata dia berkata, habislah masa depanku. Tetapi 30 tahun kemudian, dia diakui sebagai pelopor musik abad ke-20 yang paling agung. Begitu juga dengan Yesus, ketika di dunia. kata-kataNya tidak diterima oleh orang-orang Farisi yang berpikir: kami tahu Kitab Suci. Siapa gerangan Kau? Musa berkata, jangan minum darah. tapi Kau berkata: barangsiapa tidak minum darahKu, dia tidak beroleh hidup. Kau bidat! Dan karena ucapanNya itu. banyak orang meninggalkan Dia.
Dari kurang lebih 12.000 orang yang Dia beri makan (ini adalah perkiraan saya, kalau jumlah pria ada 5.000 orang, jumlah wanita mungkin 5.000 orang. anak-anak 2.000 orang) sisa 12 orang yang tinggal. Mengapa? Karena FirmanNya tidak mudah didengar. Tapi kata Petrus. aku akan terus mengikutMu, because You have the word of the etemal life.
Jadi, cepat-cepat mendengar, tapi jangan sembarangan bereaksi. Karena Tuhan adalah Tuhanmu, Pemilikmu, Penciptamu, Penebusmu, Penguasa hidupmu. Ingat: man is not what he thinks. man is not what he eats. man is not what he gains. man is not what he behaves. man is not what he feels. man is what he reacts before God. Tuhan berfirman, Aku memanggilmu sepanjang hari, tapi kau mengabaikanKu (Yes.67), apa sebabnya? Reaksi manusia berada di bawah wrong; false freedom, maka dia memberikan wrong reaction to God.
Mari kita belajar bagaimana berespon terhadap firman. Tujuh alasan yang membuat manusia menolak firman Tuhan:
1. konsep firman Tuhan berbeda dengan konsepnya. 2. kebudayaan mewariskan sistem pemikiran yang bertentangan dengan firman kepadanya. 3. dosanya ditegur. 4. diracuni oleh ideologi anti Kristen yang beredar di. masyarakat. 5. kesalahan gereja Kalau ada majelis atau jemaat menggelapkan uang orang, orang yang dirugikan itu sebelum mendengar firman sudah memberontak. 6. pengkhotbah yang sangat tidak masuk akal mengakibatkan pendengarnya melawan kekristenan. 7. mata pencaharian seseorang yang tidak sesuai dengan firman ditegur, dia merasa tersinggung dan melawan.
Alkitab mencatat: waktu Paulus menyerukan orang berpaling pada Allah yang sejati, para pembuat patung berhala merasa usahanya terusik. lalu bersatu untuk melawan, seru mereka: si pengacau dunia telah datang ke Efesus.
Kalau apa yang kau dengar adalah kebenaran; firman Tuhan, tapi kau melawannya, itu tandanya kau membenci kebenaran, kau berpihak pada musuh Tuhan. Itu berbahaya sekali. Maka Yakobus mengingatkan, cepat-cepat mendengar, lambat berkata-kata. lambat marah. Seorang yang marah untuk menyatakan dirinya benar, tak mungkin menilai apa yang didengarnya secara obyektif.
Saat Imam Besar bertanya “apakah Kau Anak Allah?” sebenamya merupakan kesempatan baik untuk mennpertemukan old traditional Jewish thought and new revelationary thought of Jesus Christ, tapi karena mereka sudah pandang kontradiktori itu sebagai ancaman bagi kebudayaan Yahudi, mereka diperhadapkan pada alternatif: menyelamatkan kebudayaan Yahudi dan memusnahkan Yesus atau menerima Yesus Kristus dan memusnahkan kebudayaan Yahudi.
Dan mereka memutuskan untuk mengenyahkan Yesus. Jadi, apa yang membuat mereka marah? Firman yang mereka dengar: kata Yesus, Aku menyatakan kebenaran padamu, itukah sebabnya kamu membunuhKu? Cepat-cepat mendengar. pelan-pelan berkata-kata, pelan-pelan marah, karena reaksimu pada Tuhan adalah the crucial moment, you should responsible in reacting to God’s word spoken to you.
Yakobus 1: 22. filsafat Tionghoa abad ke-20 punya satu pembahasan yang seru: mana yang lebih mudah: mengetahui atau melakukan? Dua-duanya susah — jawaban yang paling mudah. Tapi pertanyaannya: mana yang lebih mudah? Tergantung di dalam hal apa: mengerti secara rasional itu mudah. tapi mengerti lewat eksperimen tidaklah mudah.
Mengerti secara teoritis itu gampang, tapi mengerti sampai tuntas perlu terjun menerjang bahaya. Jadi, what kind of understanding? To understand is easy, but to apply is very difficult. Mana yang lebih gampang: mendengar atau mengerti? Ada satu kalimat penting yang mensinkronkan kedua-nya, yang Yesus ucapkan di Yohanes 7:17, barangsiapa berniat menjalankan kehendak Allah, dia pasti akan mengerti. Sungguh mengagumkan: hal yang diperdebatkan selama ratusan tahun dan belum bisa diselesaikan oleh filsafat Tionghoa diselesaikan oleh Yesus hanya dengan satu kalimat: jalankan dulu maka kau akan mengerti.
Jadi, kalimat-kalimat di Alkitab kelihatannya sederhana, namun punya arti yang jauh lebih dalam dari semua sistem filsafat yang begitu rumit. Banyak orang ingin tahu kehendak Allah, tapi orang hanya mungkin mengerti kehendak Allah. kalau dia berniat sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan: I want to do Your will. Maka, will memang sangat berperan.
Waktu saya berusia 20-an tahun, saya membaca tulisan Nieizsche “will to power” lalu saya berkata, I am the one, will to power, not you, yang saya inginkan bukan kuasa dunia yang sementara, melainkan kuasa Tuhan, untuk melakukan sesuatu yang kekal. Setiap orang Kristen harus punya will to power, karena Tuhan sudah berjanji: the Spirit will pour upon you, and you gain the power to be My witness from Jerusalem to the utmost part of the world.
Dr. Howard saat menjemput saya di bandar udara Adelaide berkata: berdoalah bagi kota di Australia Selatan, yang sempat dijuluki the city of churches, sekarang, banyak gedung gereja berubah menjadi kasino, walikotanya seorang homoseks. Siapa yang mau berkata, Tuhan, pakailah saya. Saya memang sibuk, tapi saya mau menerjunkan diri agar my will return to Your will?
Hanya ada satu rahasia untuk mengetahui kehendak Allah: betul-betul jujur, mau melakukan kehendakNya. Apa kesulitannya? Siapapun sanggup membayar bisa studi di sekolah teologi, tapi setelah punya pengetahuan tidak mau melakukan. Karena tidak dituntut. Baikkah kalau pebisnis besar punya pengertian teologia? Baik. Karena teologi bukan monopoli seminari.
Tetapi kalau setelah mereka tahu hanya mau menjadi pengeritik pendeta, merasa diri hebat dan menghina gereja Tuhan, itu adalah malapetaka. Perhatikan: kau bukan hanya dituntut mendengar firman tapi juga melakukan firman. Saya membagi Firman ke beberapa lapisan: ada firman yang tidak bisa dilakukan, ada firman yang harus dilakukan, ada firman yang sulit dilakukan, tetapi pada saat tertentu harus dilakukan dengan ketat.
Contohnya doktrin Allah Tritunggal, sesudah kita dengar tentu tidak bisa kita lakukan, bukan? Tetapi semangat kerja sama antar Oknum Allah Tritunggal adalah dasar komunitas manusia. Bagian itu bisa kita jalankan. Jadi, bagian yang bisa dilakukan harus kita lakukan, bagian yang tidak bisa dilakukan, ya kita imani saja.
Untuk melakukan masih ada satu aspek: fighting, you apply it in your fighting spirit, fighting experience, spirit warfare for the Kingdom of God. Sebagai orang Kristen, saya tidak lebih dari anda, tetapi Tuhan memberi saya lebih banyak bakat, visi yang besar, itulah yang memacu saya untuk bekerja dan bekerja. Karena kepada yang diberi banyak akan Tuhan tuntut banyak — prinsip adil di Alkitab.
The Biblical justice is the justice of responsibility, justice of quantity given. Sangat berbeda dengan konsep adil yang dibahas oleh Plato, filsafat Gerika atau semua pemikiran manusia biasa. Kita diberi banyak, karena kita dipercaya. Celakalah orang yang berkata saya tidak punya waktu sementara dia membuang begitu banyak waktu untuk hal lain! Biar kita jujur pada Tuhan, menata hidup kita kembali, agar bisa menggunakan anugerah Tuhan semaksimal mungkin, karena kita harus memperhitungkannya di hari penghakiman.
Firman punya fungsi mengoreksi moral, kalau kau sudah mendengar firman “hidupmu harus suci” tetapi hidupmu tetap najis, apa yang Yakobus katakan di sini? Bagaikan orang yang melihat dirinya di depan cermin, lalu pergi, melupakan kekurangan yang dia temui di cermin. Kadang saya ingin bertanya, anda sudah mendengar khotbah di GRII 2 bulan. 2 tahun, 5 tahun,10 tahun berapa banyak kebiasaanmu, tabiatmu, sifatmu, keinginanmu yang jelek.... yang sudah kau buang? Kalau hidupmu terus diperbaharui, itu tandanya gereja ini diberkati Tuhan.
Saya mengatakan pada para pendeta, gereja ini paling sedikit mengalami dua gejala yang tidak sehat: 1. jumlah pendeta semakin banyak tetapi jumlah orang yang dibaptis semakin sedikit. 2. semakin banyak orang mendengar khotbah tapi semakin sedikit orang rela berkorban menjadi majelis. Untuk itu, kita perlu bertobat, minta pengampunan Tuhan. Itu sebabnya, saya minta semua or-ang berlutut di hadapan Tuhan, minta pengampunan dariNya, minta kuasaNya, minta pembaharuan. api roh yang baru. minta Tuhan bekerja di hati kita.
MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN (2)
Yakobus 1: 22-25
Bagian ini sama dengan bagian sebelum maupun sesudahnya, membahas sikap kita di hadapan Allah yang berfirman. Contoh Alkitab yang paling jelas: saat orang Israel di Sinai, Allah berfirman:basuhlah seluruh tubuhmu dengan air, tunggulah di kaki gunung. Allah mengunjungi mereka di tengah api dan suara nafiri, Musa seorang diri naik ke gunung, menerima firman yang Allah berikan lewat malaikat. Setiap hari Minggu kita mendengar firman, adakah kita memandangnya sebagai satu rutinitas, sampai-sampai pengkhotbah dan pendengar berani bermain-main?
Selama 47 1/2 tahun saya menyampaikan firman Tuhan, tak satu kalipun naik mimbar asal-asalan, karena konsep “man is what he reacts before God, berhadapan dengan Tuhan Pemberi firman adalah suatu perkara yang begitu serius” sangat berpengaruh dalam hidup saya. Sejak kecil mama mendidik saya: saat orang berkata-kata, simaklah apa yang dia katakan. Apalagi kalau lawan bicaramu adalah orang tua, orang agung, orang bijaksana. Menyimak pembicaraannya sama dengan menyerap kristalisasi pengalamannya. Jika terhadap manusia saja kita harus bersikap seperti itu, apalagi terhadap Allah.
Saat kita mendengar firman Tuhan, kita harus bisa membedakan apakah pengkhotbah hanya menyampaikan pengetahuan yang rendah nilainya atau menyampaikan intisari berita yang tinggi nilainya. Yang membedakan pengetahuan dan berita adalah: pengetahuan hanya mengisi otak, berita mengandung perintah, desakan, tuntutan Tuhan untuk mengubah hidupmu. What is our reaction before the speaking God? Di usia 20-an, saya pernah menerima satu pelajaran: setelah saya melakukan satu kesalahan yang seharusnya tidak saya lakukan, saya menceritakannya pada seorang dosen berkebangsaan New Zeland. Dia memendang saya dengan penuh prihatin sambil berkata, I’ve told you already.
Karena dia memang pernah memperingatkan saya, tapi saya tetap melakukannya. Meski dia tidak memarahi saya, tapi air mukanya dan kalimatnya cukup membekas di hati saya. Bisakah saya tidak melakukan kesalahan; tidak mengulang kesalahan yang pernah saya lakukan? Bisa, tapi mengapa kita selalu mengulang-ulangnya? Jawabnya hanya satu: sudah mendengar tapi tidak memperhatikan, sudah diperingatkan tapi mengabaikannya.
Orang yang menyimpan firman di hatinya selalu mengoreksi diri, hidupnya pasti berbeda dengan mereka yang mendengar tapi menganggapnya sebagai angin lalu. Saya yakin, waktu Adam memberitahu kedua anaknya tentang pengalaman pahitnya “karena aku mengabaikan firman Tuhan, maka aku….” Hawa ada disana, kedua anak mereka: Kain dan Habel juga disana, dia mengakhiri kisahnya dengan “setelah berdosa, aku menemukan diriku telanjang, aku malu, tak seorangpun bisa mengembalikan keadaanku seperti saat sebelum aku berdosa, sampai Tuhan mengenakan pakaian kulit menutup tubuhku, barulah aku sadar, karena dosaku, ada binatang yang mati menggantikanku. Itulah satu-satunya solusi untuk menudungi dosaku”.
Kain mendengar sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak memperhatikan apa yang dikatakan ayahnya, Habel mendengar sambil menyimpan dalam hatinya. Setelah mereka dewasa , respon merekapun berbeda: Kain memberi korban kepada Tuhan dengan asal-asalan. Maka korbannya tidak Tuhan terima. Tetapi Habel, karena dia mendengar, dia tahu dengan jelas, maka dia memilih seekor domba jantan yang sulung, yang sehat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan menerimanya. Saat Kain mengetahui hal itu, dia mulai iri, benci.
Perhatikan; orang yang tidak diperkenan oleh Tuhan, bukan cari tahu penyebabnya malah timbul rasa iri; mengapa Tuhan memperkenan dia, tapi tidak memperkenanku. Alkitab mencatat: marahlah Kain. Tuhan berfirman, jika kelakuanmu baik, tidakkah korbanmu Ku terima? Jika kelakuanmu tidak baik, dengarlah, dosa sedang mengintaimu di ambang pintu., kau harus menaklukkan dia, bukan ditaklukkan olehnya.
Inilah kali pertama dalam sejarah, dosa digambarkan sebagai sesuatu yang berpribadi (sebutan teologisnya: personified sin). Catatan Alkitab yang paling jelas ada di Roma 5-8. Perhatikan: dosa bukan hanya merupakan satu tindakan pelanggaran hukum, melainkan satu kuasa yang akan memaksamu takluk kepadanya dan menerima akibatnya: maut.
Mengapa dosa perlu dipersonifikasi? Membuatmu mengerti, dirimu bukanlah penguasa melainkan budak dari kelakuan jahatmu; salahmu. Dari mana kita tahu Roma 5-8 mempersonifikasikan dosa? Istilah dosa disana bukan plural form melainkan singular form: hamartia. Apa maksudnya? Dosa, dosa, dosa…..yang manusia perbuat hanyalah kelakuan, tapi kuasa dosa bagaikan satu pribadi yang ada di dalam dirimu, siap membelenggu bahkan menelanmu. Reaksi Kain terhadap Tuhan yang berfirman padanya salah. Mungkin kau berdalih, Alkitab tidak menulis saat Adam menceritakan pengalaman pahitnya pada anak-anaknya, mereka memberikan tanggapan yang berbeda.
Memang itu adalah khayalan saya, tapi prinsipnya ada di seluruh Kitab Suci: dosa bukan hanya mengacu pada hal yang kau perbuat dengan tangan kakimu, karena tangan kakimu hanya sebagai sarana. Sebelum tangan kakimu beraksi, pikiranmu sudah memikirkannya, bahkan sebelum kau memikirkan, sudah ada niat di hatimu.
Kata Yesus, saat kau memandang seorang perempuan (istilah yang Dia pakai mengacu pada wanita yang sudah menikah) dengan berahi, kau sudah berzinah dengannya. Maka etika Kristen adalah etika motivasi, bukan etika kelakuan eksternal. Kata Amsal, peliharalah hatimu lebih dari pada memelihara apapun, karena buah seumur hidupmu muncul dari sana. Mari kita berpaling, mengamati sedini mungkin: what is my reaction, respon toward the speaking God. Karena kita once evangelized, the rest of our whole life, listen to the word of God.
Allah akan terus menerus memberimu pengetahuan yang berlimpah, lebih limpah dari perkiraanmu. Setelah mendengar firman, reaksi apa yang harus kita berikan? Cepat-cepat mendengar, lambat berbicara, lambat marah. Kadang karena satu kalimat penting yang kita tangkap, hidup kita langsung berubah, tidak lagi mengulang kesalahan yang biasa kita lakukan. Saya membiasakan diri, baik saat membaca atau mendengar sesuatu, saya memperhatikan kalimat yang paling penting, dari sanalah saya berbenah diri. Kebiasaan ini mendatangkan berkat yang luar biasa besar.
Sekarang kita akan meninjau tahap-tahap yang ada dari mendengar sampai melakukan:
1.Rindu untuk mendengar, mendengar dengan teliti, dengan rendah hati.
2.Simpan di hatimu. Injil Lukas mencatat, ibu dan ayah Yesus secara jasmani mencari Dia, karena saat mereka pulang dari Yerusalem, mereka tidak menemukan Dia, akhirnya mereka menemukan Dia di Bait Allah. Kata mereka: mengapa Kau masih disini, tahukah Kau kami mencariMu dengan susah payah? JawabNya, tidakkah kamu tahu Aku harus selalu berdiam di rumah BapaKu?
Sepintas kedengarannya kurang sopan, tapi sebenarnya, Dia sedang mengoreksi mereka: kamu pikir. Aku telah menyusahkan kamu? Justru terbalik, kamulah yang tidak tahu, Aku harus selalu berdiam di rumah BapaKu. Setelah Dia berkata seperti itu, Alkitab mencatat, mereka menyimpan kata-kataNya di hati dan terus merenungkan. Inilah sikap yang benar: Tuhan sudah berfirman, jangan melawan, simpanlah di hati dan renungkan: God, why You speak like that to me? Why Your concept is so different from my concept? Mengapa? Karena berkesempatan mendengar firmanpun sudah merupakan satu anugerah.
3.Beriman pada firman yang kita dengar dan kita simpan di hati, to be submissive; obedience, willing to say yes to the Lord. Kadang Tuhan mengizinkan kita berbantah-bantah denganNya atau melawan Dia, tapi kitalah yang rugi. Suatu malam, saya menyaksikan di discovery channel, tentang cara orang menjinakkan gajah: mereka membujuknya ke suatu tempat, membius dia, mengikat kakinya dengan rantai. Waktu si gajah siuman, dia meronta-ronta sampai darahnya bercucuran. Karena dia pikir dengan meronta-ronta dia bisa lepas.
Ternyata manusia yang mengerti ilmu fisika, tahu memakai rantai yang sebesar apa untuk mengikat gajah yang sekian berat tubuhnya. Tayangan yang berdurasi kira-kira 4 menit itu membuat saya menyadari: Tuhan, itulah keadaanku dulu: tak mau taat pada panggilanMu, tidak mau studi di sekolah teologia. Sampai Tuhan memukul saya dengan pukulan yang amat berat: menderita penyakit yang tidak saya ketahui, setiap minggu dua kali tulang sumsum saya perlu disuntik obat sebanyak 20cc, Tuhan menghampiri saya sambil berkata”sekarang maukah kau taat?” “ya”.
Jadi, setelah diberi disiplin baru mau taat. Mari kita bersikap taat, merendahkan diri: Tuhan, melt me, shake me,. Memang untuk menerima pembentukkan dari Tuhan tidaklah mudah, perlu waktu yang panjang. Ingat: saat Tuhan mencipta langit dan bumi, Dia hanya perlu mengatakan: “ada….., maka terjadilah”. Tetapi untuk membentuk ulang kita, Dia mengutus Yesus mati disalib. Mengirim Roh Kudus menggerakkan hati, dengan tanganNya Dia mencambuk, mendisiplin kita, agar kita berpaling kepadaNya. Apa sebabnya? Man is not merely a small universe, man is the most precious thing in the light of God.
4. Beriman padaNya, melaksanakan, merealisasikan firmanNya. Orang yang mendengar firman, mengerti firman, merenungkan firman, percaya firman, belum terbukti rohaninya, sampai dia melakukan firman, barulah nampak sampai dimana rohaninya. Your spirituality is not depend on how much you know, you think, you speak, but how much you have done.
Mengapa kita perlu menekankan doktrin begitu rupa? Karena doktrin adalah dasar. Tapi kita tidak hanya menekankan doktrin, kita juga perlu melihat apakah kelakuannya seimbang dengan apa yang dia percaya? Itulah point yang ditekankan oleh Yakobus: mengaitkan kewajiban kita—melakukan firman dengan iman sejati yang menjadi sumber dan dasarnya.
Mungkinkah kita melakukan setiap firman? Tidak mungkin dan tidak perlu. Misalnya waktu kita mendengar khotbah tentang keadaan di sorga sana, tentang Kristus yang mempunyai dwi sifat; sifat ilahi dan sifat manusia, mana mungkin kita menerapkannya? Tapi saat kita mendengar khotbah tentang kesucian Allah, cinta kasih, tanggung jawab kita sebagai orang Kristen…… itulah kewajiban kita sehari-hari. Maka kata Yakobus: jangan hanya menjadi pendengar firman, tapi juga pelaku firman.
Seorang ayah berkata kepada tujuh orang anaknya, dia bertanya: siapa yang paling cinta papa? Semuanya berebut menjawab: saya, saya, saya…..lanjutnya: di tanganku ada sepucuk surat yang harus dikirim, siapa yang mau menolongku mengirimnya? Jawabannya berbeda-beda “pa, besok aku ada ulangan…” “Pa, aku sedang mengerjakan PR….””Pa, sekarang sedang hujan deras” Memang saat itu sedang turun hujan deras yang disertai petir. Tapi kata anak bungsunya “pa, aku saja yang pergi” dia yang baru berusia 7 tahun itu mengambil surat yang ada di tangan papanya dan pergi.
Tidak sampai 20 langkah, papanya memanggilnya dengan cucuran air mata “ anakku, pulanglah, Papa hanya menguji kalian, sekarang aku tahu, kaulah yang paling cinta aku. Meski kau adalah anak bungsu, tapi kau tidak menghiraukan rintangan apapun, mau melakukan apa yang ku inginkan.
Jangan hanya menjadi pendengar firman, jadilah pelaku firman. Karena orang yang hanya mendengar firman sama dengan orang yang berdiri di depan cermin. Waktu kau melihat cermin, apa yang kau inginkan? Tahu bagian mana yang masih kotor, yang kurang rapi.
Begitu juga setelah kau mendengar khotbah, kau menemukan kesalahanmu, bukan malah memarahi pendetanya. Saya tidak setuju pendeta yang selalu mengkhotbahkan kesalahan orang, karena mimbar bukanlah tempat untuk menyerang orang. Tapi mimbar yang betul-betul memberitakan firman, ketika ada orang yang merasa ditegur, itu berarti fungsi cermin sudah tercapai. Ulang: saya minta anda dengan amat sangat untuk introspeksi diri: setelah mendengar sekian banyak khotbah, what had you been changed in your life, in your behaviour, in your need, in your thinking, in your personality, in your deeds?
Apakah orang yang sifatnya keras, setelah menjadi Kristen harus berubah menjadi lembut? Tak perlu. Hanya saja arahnya berbeda, dulu dia keras terhadap Tuhan, sekarang dia keras terhadap hantu. Dulu dia banyak bicara, setelah menjadi Kristen, dia banyak membicarakan Injil. Jangan hanya berubah secara fenomena saja, melainkan berubah secara esensi, arah, dasar, obyek. Paulus berubah, Yohanes berubah, dari orang yang dijuluki halilintar menjadi rasul yang penuh cinta kasih, yang selalu berbicara tentang kasih; barangsiapa hidup di dalam kasih, dia hidup di dalam Allah. Karena Allah itu kasih adanya.
Orang yang sesudah bercermin lalu pergi, melupakan apa yang baru saja dia lihat di cermin, sama dengan orang yang sibuk melakukan banyak hal, tapi tidak mengoreksi diri. Padahal correcting yourself, renewing yourself adalah tugas yang harus kita jalankan setelah kita mendengar firman Tuhan. Orang Puritan menggarisi ayat-ayat perintah Tuhan, janji Tuhan untuk hari depannya….dengan warna yang berbeda-beda.
Lalu setiap kali menemukan perintah Tuhan, dia mengintrospeksi diri: apakah aku sudah melakukannya? Setiap kali menemukan janji Tuhan, dia bertanya pada diri sendiri: sudahkah aku menerimanya? Dengan cara itu mereka purifying themselves, melalui hidup yang suci, yang sesuai dengan Alkitab. Karena mereka menjadikan Alkitab sebagai pedoman, patokan, tuntutan, kebenaran yang memperkaya hidup mereka.
Yakobus 1: 25, satu-satunya ayat yang berbicara tentang: hukum yang memerdekakan orang. Ayat ini mengajak kita mengamati dua sifat dari hukum Tuhan: sempurna dan memerdekakan. Mengapa hukum Tuhan disebut sempurna? Karena apa yang Tuhan inginkan kita ketahui, tidak ada yang tidak tertulis di Alkitab; nothing else, sudah complete. Tidak ada kitab yang lebih sempurna dari Kitab Suci; dari awal dunia dicipta sampai dunia berakhir, prinsip-prinsip tentang kesucian, keadilan , kebenaran, cinta kasih, kebajikan…semuanya ada disana.
Waktu kecil, di zaman Jepang, hidup kami susah, mama dengan susah payah menjahit untuk membesarkan kami berdelapan. Sebelum kami meninggalkan Tiongkok, saya sering melihat mama membawa bungkusan-bungkusan. Saya tanyakan kepadanya “apa yang mama bawa? “beras, minyak,gula” “untuk apa””Banyak orang yang lebih miskin dari kita” Berapa bulan setelah dia meninggal, ada saja orang-orang datang ke rumah, mau mengembalikan uang yang dipinjamkan oleh mama.
Barulah kami tahu, uang yang setiap bulan kami berikan padanya, dia bukan pakai untuk dirinya, melainkan untuk membantu orang yang membutuhkan. Jadi, mama bukan hanya seorang pendengar firman, tapi juga pelaku firman. Kau akan diberkati, kalau kau menjalankan firman yang kau dengar. Kiranya Tuhan berfirman kepada kita.MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN (YAKOBUS 1:21-25).AMIN.